Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY When Worlds Down [Postponed]

Status
Please reply by conversation.
Naik kereta dong biar jadi "Train to Busan Bandung" dengan kearifan lokal walaupun yg di Busan ga bisa netnot wkwkwk

Cakeup euy temponya, cakep lagi kalo ada Dayeni bisa tamat cheers 🍻
 
Gasken lur...
pegangan gan takut jatoh
Udah tau wabah zombie, masih ae sempet-sempetnya wkwkwkwk
justru karena lagi tegang-tegang nya gan, jadi bingung tegang yang mana
Wkwkw
Masih nunggu gimana caranya masih bisa napsu ditengah banyak zombie
napsu bisa disalurkan di waktu sesempit apapun suhu, ditunggu aja
Apa ada scene-nya ngeue ama jombi hu mwhehehehe:ngacir:
dooh ga kepikiran aku kak kalo sampe kaya gitu
Naik kereta dong biar jadi "Train to Busan Bandung" dengan kearifan lokal walaupun yg di Busan ga bisa netnot wkwkwk

Cakeup euy temponya, cakep lagi kalo ada Dayeni bisa tamat cheers 🍻
bisa jadi suhu, aku masih belum memastikan cara kabur nya gimana, cerita masih panjang, semalem aja belum
Ehehe
dooh pada mau dayeni yah, ini udah aku persempit sama valkyrie n acoustic. Jadi ditebak aja ada siapa lagi.
Ehehe
Aduh jadi malu aku dipuji sama suhu. Apalah saya ini dibanding suhu yang ceritanya dabest dan dijadikan panutan sama diriku ini
 
Naik kereta dong biar jadi "Train to Busan Bandung" dengan kearifan lokal walaupun yg di Busan ga bisa netnot wkwkwk

Cakeup euy temponya, cakep lagi kalo ada Dayeni bisa tamat cheers 🍻
Atau kalo nggak kayak di world war Z, kabur naik pesawat, eh... Ternyata di dalem pesawat ada zombie lagi 😂
 
Chapter 2.5

Sweet Escape




Ceklek

Pintu terkunci, Anin terus menatap kepergianku dibalik pintu kaca sembari melambaikan tangannya. Aku mulai berjalan menyusuri lorong belakang kantorku. Tetiba ku tersadar, aku tidak membawa apapun untuk dijadikan senjata. Akupun melirik ke kiri dan kananku. Mataku tertuju kesalah satu pintu di ujung lorong tersebut. LAB SURVEY DAN INVESTIGASI. Naah, disana biasanya suka ada peralatan Survivor. Sontak akupun berjalan menuju ruangan tersebut.

Sreek, aku membuka pintu ruangan. Tak biasanya pintu ruangan ini tak terkunci. Gelap banget ruangan ini. Akupun meraba-raba tembok untuk mencari saklar lampu ruangan. Tak lama, akupun merasa seperti ada benda seperti saklar lampu ditembok. Klik, lampu pun menyala. Namun disekitarku menjadi gelap seketika.

.

.

.

KaakK… Enaaakkk... AAAHHH!!!"

Anin terus melenguh terus memompa vaginanya naik turun diatasku.



TeruuussSShhh Kaaakkk… Anin mmHhhmmauu… NGHHHHHH NGHHHHHH



Anin mengerang panjang.

.

.

.

Aku mencoba membuka mataku, ternyata cuma mimpi. Namun mimpi tersebut terasa nyata. Kepalaku juga terasa sakit, seperti tadi ada benda yang menghantam kepalaku. Ada sensasi aneh dan nikmat yang berasal dari selangkanganku. God, aku tak percaya apa yang ada didepanku. Kulihat ada seorang gadis cantik berparas oriental yang sedang mengelus-elus penisku yang berdiri tegak.

“Eehh, iya. Kamu siapa?” Jawabku sambil beranjak duduk. Sang gadis terlihat kaget dengan diriku yang tiba-tiba bangun, langsung melepas elusan tangannya dari penisku.

“E-eeh, aku Selin kak, temennya kak Anin,” Jawab gadis itu. Ternyata Ia adalah Celine yang pernah diceritakan oleh Anin. syukurlah dia baik-baik saja. Kulihat matanya tidak pernah lepas memandangi penisku.

“Oh... Apa yang terjadi ya? Terakhir saya inget lagi masuk ke ruang survey trus tiba-tiba semua gelap aja gitu.” Ujarku sembari mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. “Ma-maaf kak. Selin tadi takut. Se-selin langsung pukul aja siapapun yang coba masuk.” Ternyata aku pingsan karena dipukul oleh Celine.

Kami berdua terdiam sejenak. Suasana pun seketika menjadi canggung. Kutatap dirinya yang ternyata masih memandangi penisku yang mengacung tegak. Entah kenapa wajahnya terlihat gelisah, sesekali dirinya menggigit bibir bawahnya. Entah apa yang dia pikirkan.

“Anin kemana ya?” Aku bertanya kepada Celine sembari memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti kami. Namun gadis itu melamun, dan masih memandangi penisku. “Sel, halooo...” ucapku setengah berteriak sambil mengguncangkan bahunya.

“E-ehh, iya kak. Tadi kak Anin pergi. Katanya mau nyari makanan. Baru aja berangkat. Mau Se-Selin panggilin kak?” jawabnya dengan sedikit terkejut. Kemudian gadis itu menatapku.



Cantik, hanya itulah yang ada di benakku saat kutatap wajahnya yang oriental. Matanya menatapku sayu, membuatku tidak sadar menghampirinya. Perlahan tapi pasti jarak antara wajahku dan wajah Celine semakin menghilang. Perlahan Celine menutup matanya. Bibir kami pun bertemu. Kulumat bibir bawah Celine. Celine yang awalnya kaget kini mulai mengimbangi ciumanku. Kuterobos lidahku masuk kemulutnya, menari didalamnya. Lidah kami mengait kuat ketika bertemu di mulutnya.

“Ngghhh kak?” Lenguh Celine saat aku meremas gundukan payudara kiri yang kecil namun cukup berisi dari luar sweaternya yang terlihat kebesaran.

“Unngghhh…” kembali lenguhan kecil keluar dari mulut manisnya, ketika kuremas bongkahan pantatnya yang menggemaskan. Cumbuanku kepada bibirnya berhenti, berganti dengan ciuman-ciuman kecil menyusuri pipi hingga sampai ke dekat telinganya.

“Sel, elus lagi penis kakak kaya tadi dong...” Bisikku kepada Celine itu sambil menciumi dan menjilati telinganya.

Seperti terhipnotis, tangannya mulai menyentuh penisku dengan sangat lembut. Sesekali Ia menyentuh ujung penisku yang mulai mengeluarkan cairan precum. Sensasi dari kulit tangannya yang mungil dan halus seakan menjalar nikmat ke seluruh tubuh. Sementara itu dapat kudengar napasnya mulai terengah-engah, menahan kenikmatan yang timbul akibat rangsangan demi rangsangan dari diriku.

“Hhhhnngggh” Aku melenguh ketika Celine memencet penisku dengan keras. “Eh… Maaf kak,” Ucapnya seraya melepas penisku. Matanya terlihat khawatir menatap diriku.

“Gak apa-apa Sel. Tangan kamu lembut banget Sel... enak... Sekarang tolong jilatin ya...” Bisikku kembali.

Tanpa banyak bicara, Celine kemudian berlutut di hadapan penisku. “Anggap aja ini eskrim lolipop. Selin suka eskrim kan?” Ucapku meyakinkannya. Ia terlihat ragu. Namun akhirnya Ia mulai menjilati batang penisku. Ia melirik kepadaku ketika jilatannya sampai ke ujung kepala penisku. “Aaahhh, iya Sel, terus kaya gitu. Sekarang masukin penis kakak ke mulut kamu yah, terus kamu kulum,” Ujarku sambil terus mengelus-elus rambutnya.

Celine mulai memasukkan penisku ke mulutnya dengan perlahan. Rongga mulut dan nafasnya yang hangat benar-benar memberikan kenikmatan pada penisku. Tiba-tiba Celine menggerakkan kepalanya maju mundur membuatku sedikit terkejut. Tak lama Celine meludahi batang penisku, mengocoknya sebentar lalu kembali memasukkan penisku kembali kedalam mulutnya. Tangannya pun ikut mengocok batang penisku yang tak masuk kedalam mulutnya bersamaan dengan gerakan kepala. Celine terkadang melepas kulumannya sembari tetap mengocok penisku, kemudian menghisapnya kuat-kuat.

“Oooohh enak Cel…” Aku mendesah keenakan sembari meremas payudaranya. “NNggghhh!” Lenguh Celine ditengah kulumannya. Celine melihat padaku dengan tatapan sayu itu. MMmmmpphh… AAaahhh” Celine mendesah sembari melepaskan kulumannya. Kemudian menjilati dan menciumi setiap bagian dari penisku. Hangat napasnya yang terengah-engah terasa di penisku. Kuangakat tubuhnya dan kudekatkan wajahnya kepadaku. Sejurus kemudian Celine melumat bibirku dengan panas.

DUG DUG DUG

Terdengar bunyi pintu kaca ruangan ini diketuk keras. Sontak aku dan Celine pun menghentikan pergulatan panas kami.

Sel, buka pintunya dong!!”

“I-Itu kayaknya Anin deh Sel,” kataku seraya membetulkan celanaku. “Kagok kieu euy!” batinku.

“I-Iya kak, Selin bukain dulu pintunya yah Kak,” Katanya sambil merapikan bajunya.

“Biar kakak aja yang buka Sel, kakak sekalian mau nyari sesuatu diluar,” Ucapku menahan nya. Akupun berjalan mendekati pintu. Anin terlihat sumringah melihatku datang untuk membukakan pintu.

“Kak Al gimana keadaan nya? Aku sempet khawatir kakak kenapa-kenapa. Maafin Selin ya kak, dia cuma takut,” Ucapnya sembari mengecek kepalaku.

“Saya gak kenapa-kenapa kok Nin, Selin nya juga udah minta maaf, Eh iya, tadi katanya nyari makan, dapet ga? Apa udah abis dimakan sendiri?” Godaku. “Iiihh kak Al kok mikirnya gitu. Aku gak dapet apa-apa kak, cuma ada kertas sama komputer doang di bawah,” Jawabnya. “Oh itu mah kamunya aja gak tau mungkin tempat nyimpennya dimana. Biar saya aja yang cari Nin, saya juga sekalian mau ke toilet,” kataku seraya keluar.

“Oke deh kak, jangan lama-lama ya, udah jam 2 ini, Aku mau tiduran sebentar ya kak,” sahutnya diiringi dengan uapan kecil. Anin pun kemudian masuk ke dalam ruangan dan mencari posisi untuk tiduran.

Akupun berjalan menuju toilet, perasaan tanggung tadi harus kuselesaikan segera, supaya tidak mengganggu pikiranku yang harus fokus untuk menyelamatkan mereka. Sebenarnya akupun merasa tidak enak sebenarnya akan kejadian tadi, kesannya seperti aku memanfaatkan keadaan. Namun akupun tidak bisa berbuat apa-apa, yang sudah terjadi biarlah terjadi, namun ternyata keadaan berkata lain.

“Kak Al, tunggu Selin!!”

Sontak aku menoleh mendengar teriakan kecil itu. Celine berlari kecil ke arahku. “Se-Selin duluan kak,” Pintanya sembari masuk kedalam toilet. Meninggalkan diriku yang masih tanggung terbengong diluar.

“Kak Al!” Sahutnya dalam toilet.

“Iya Cel, kakak masih diluar,” Balasku.

“T-to-tolong kak…” Sahutnya kembali.

“Bantuin apaan Cel, kalo kakak bis…”

Celine menarikku masuk kedalam toilet. “To-tolongin Ce-Celine kak,” Ucapnya sembari mengelus selangkangannya gelisah. Nafasnya terlihat berat. Tatapan matanya sayu. Ia sudah terangsang berat.

Aku yang sama-sama sudah bernafsu pun lantas menciumi bibirnya. Lidah kami terus beradu saling memainkan satu sama lain. Kulumat bibir Celine yang manis itu, kembali kuhisap lidahnya. Celine pun membalas dengan melumat bibirku. Semakin dalam ciuman kami dan semakin gencar kami beradu lidah. Cukup lama dan liar kami berciuman hingga liur kami belepotan di sela-sela bibir kami.

Kududukan tubuhnya di atas kloset. Kusibakkan roknya keatas. Terlihat celana dalam berwarna merah muda yang basah oleh cairan cintanya. Kuloloskan celana dalam tersebut, terpampanglah vagina mulus dihiasi bulu-bulu halus di sekitarnya membuatku takjub. “Jangan diliatin kak. Selin malu,” Ujar Celine sembari menutup pahanya. “Maaf Sel, tapi vagina kamu indah banget. Kakak suka liatnya,” jawabku.

Muka Celine memerah. Kubuka kembali paha Celine dengan lebar. Kugesekkan penisku diatas vaginanya. Celine pun terlihat keenakan dibuatnya.

“AAaahhh…” desah Celine ketika kepala penisku menyeruak memasuki liang vaginanya. Vagina nya yang basah memudahkan penisku untuk masuk. Sampai akhirnya aku merasa ada yang menghalangi penisku untuk masuk lebih dalam. “Kak, pelan…” lirihnya sembari menatapku dengan sayu. Nafasnya terdengar memburu seperti sudah terangsang berat. ”Selin.. kamu yakin mau...” tanyaku sembari menghentikan penetrasiku. Ia pun tersenyum sembari menggerak-gerakan pinggulnya. Kuanggap itu sebagai jawaban ya. “Tahan dikit ya Sel...” kataku sambil menyentak kencang dan penisku berhasil merobek selaput daranya untuk masuk lebih dalam.

“EEEEENNGGHHH!!! SAKIT… AAAKKHH..” Celine berteriak sambil menitikkan air mata. Ia pun mencengkram bahuku dengan kuat. “Sabar ya Selin sayang, awalnya emang sakit,” Kataku seraya member jeda waktu agar vaginanya terbiasa. Aku kembali menciumnya dan mengelus kepalanya untuk membuatnya rileks. Setelah dirasa cukup, kugerakkan pinggulku maju mundur serasa memompa vaginanya. Lama kelamaan kugenjot vaginanya dengan kecepatan tinggi.

“Aahhh… ahhh aahhh aahhh aahhh ah AAAAAAAAHHHHH!!!!!!”

Terasa cairan hangat saat penisku dibanjur oleh cairan vaginanya. Celine orgasme. Bisa jadi ini merupakan orgasme pertamanya seumur hidupnya. Akupun memelankan sodokanku. Celine menarik kepalaku mendekat lalu mencium bibirku dengan liar. Lidahnya menari-nari didalam mulutku mencari kaitan lidahku. Terdengar nafasnya terengah-engah pendek.

“Hhhh… hhhh… Enak kak…” Ucapnya berbisik sambil memeluk leherku. “Kakak Lanjut ya Sel,” jawabku seraya kembali mengenjotnya kembali. Penisku yang sedari tadi sudah gatal membuatku menaikkan tempo genjotanku sampai batas maksimal.

“Aahhh... kaaakk... aaah.... udah... dulu kaak... aaaaahhhh... Selin...selin... aaahhh.” Celine menggumam dengan suara pelan, tampaknya tubuhnya lelah setelah orgasme tadi, namun genjotanku membuatnya kembali di ambang orgasme. “Sel.. hah.. dikit lagi ya.. tahan ya...” Ucapku seraya melumat bibir tipisnya.

Tok tok tok

Tiba-tiba terdengar suara ketokan di pintu. Aku memberi isyarat kepada Celine agar tidak bersuara. Celine hanya mengangguk pelan sambil menutup matanya.

“Kak Al? Kak Al di situ?” Tiba-tiba terdengar suara Anin di balik pintu toilet.

“MmM... mmMHh.. MMMMHhhhH...” Celine tampaknya mengalami orgasme lagi. Celine menutup mulutnya dengan tangan kirinya. Gadis cantik ini berusaha keras menahan suaranya agar tidak terdengar oleh Anin.

“ah.. i.. iya Nin. Ini Saya. Ada apa? Eengghh..” Jawabku berusaha menyembunyikan desahan kenikmatan ini dari Anin.

“Kak Al liat Selin? Tadi ga lama abis kak Al pergi, dia nyariin Kak Al. Takutnya ga ketemu sama kakak,” Tanya Anin lagi dari balik pintu toilet.

“ooohh.. hhhh... Selin? Tadi.. hh.. udah ketemu kok... sebelum kakakh masuk toilet. Eengghh. Kakak nyuruh Selin nyari hhh makanan di bawah. Kamuhhh balik lagi aja Nin ke ruangan... ah... istirahat dulu. Lagian gedung ini aman kok, ga ada siapa-siapa lagi hhhh…” Ujarku sambil terus memompa liang kenikmatan Celine.

“Kakak ga apa-apa? Kedengerannya kesakitan gitu?” Tanya Anin khawatir mendengar suaraku yang terengah-engah.

“Iya.. hhh. Kakak ga apa apa kok. Cuman lagi sembelit aja nih ahhh. Susah banget keluarnya hahaha mpphhh. Kamu tunggu di kamar aja ah.. kakak grogi ada kamu di luar toilet.. ah... jadi ga bisa konsentrasi” Tempo pompaanku tidak beraturan, aku tahu aku akan sampai pada batasku sebentar lagi. Sementara itu kulihat Celine menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Mukanya sudah benar-benar memerah dan tubuhnya penuh peluh.

“Hihihi, ya udah deh kak, aku istirahat dulu ya di ruangan” Terdengar Anin tertawa kecil. Kemudian terdengar langkah kaki menjauhi toilet tempatku dan Celine melakukan persetubuhan ini.

Setelah tidak terdengar lagi suara maupun langkah kaki Anin, aku kembali menaikkan tempoku sampai batas maksimal. Celine berhenti menutup mulutnya dan merangkulkan kedua tangannya di leherku, sementara kakinya mengunci badanku.

“Selin.. ahh.. Selin.. ahh.. Mmhhmm…” Lidahku dan Celine kembali saling menjilat dan menghisap satu sama lain.

“Kak Al... ah...ampun kak.. Enak... aaahh… Selin...” Celine terlihat sudah sangat kepayahan.

PLOK! PLOK! PLOK!

“Selin.. ahhhh... kakak... nyampe nih... kakak... NYAMPE! SELIN!! AAARRHH!!”

“Kak Al.. aaaaaaaahhhh. KAK AAAALLLL!!! NNGGHGH!!!”

Aku menyemburkan spermaku ke dalam vagina Celine. Sementara itu, terasa pula penisku kembali disiram oleh cairan hangat milik Celine. Kami orgasme secara bersamaan. Nikmat sekali rasanya. Kakiku terasa lemas, membuat tubuhku duduk terjerembab ke lantai kamar mandi. Tubuh Celine yang ringan terangkat dan ambruk diatasku,kepalanya lemas berada di pundakku. “HHhhh… HHhhh… Makasih ya Sel,” ucapku sambil menciumi pipinya. Celine pun tersenyum lemah. Kuelus ringan rambutnya yang lepek penuh keringat.

Deg. Aku tersadar. Aku menumpahkan spermaku di dalam vaginanya. Dengan tergesa-gesa kuangkat tubuhnya menyebabkan penisku yang sudah mulai mengecil terlepas dari vaginanya. Terlihat spermaku meluber keluar bercampur warna merah. “Bagaimana kalau Celine hamil?” pikirku. “Cel, kamu lagi subur gak?” tanyaku spontan. Damn, pertanyaan macam apa itu. “Eh, ng-nggak kak,“. Seketika suasana menjadi hening.

“Sekarang kita keluar dulu yuk, sekalian nyari perbekalan,” Ucapku mencoba memecah keheningan.

“I-iya kak, Selin bersih-bersih dulu kak,” jawab Celine.



Kami pun merapikan semua pakaian kami. Celine pun membuka sweaternya yang sudah basah penuh oleh keringat. Di balik sweater tersebut Celine hanya mengenakan baju terusan tanpa lengan. Baju yang ia kenakan cukup memperlihatkan tubuhnya yang ramping. “Kakak tunggu diluar yah Sel,”. Celine hanya mengangguk. Akupun keluar. Tak lama Celine pun keluar dari dalam toilet. Kami pun pergi ke lantai 2.

Suasana masih tetap hening. Aku tak bisa mengucapkan apapun kepada Celine. Aku merasa bersalah sudah memaksakan nafsuku kepadanya. Celine pun demikian, Ia hanya duduk di kursi yang berada tak jauh sembari menatapku yang sedang memasukan berbagai makanan kedalam tas.

“Kak,” Sahut Celine memecah keheningan. Akupun menoleh kepadanya. “Ma-maafin Selin kak,” ucapnya sambil menunduk.

Aku yang merasa iba kepadanya kemudian mendekati dirinya yang masih tertunduk. Sambil tersenyum kecil kumulai mengelus ringan kepalanya

“Harusnya kakak yang minta maaf ke kamu Cel. Maafin kakak yah udah maksain nafsu kakak ke kamu, sampe kamunya kamunya kecapean kaya gini,” jawabku sambil mengelus kepalanya. Tak lama Celine pun mengangkat kepalanya, terlihat dirinya sudah dapat tersenyum kembali.

“Udah Cel, sekarang hayuk kita keatas, semuanya udah siap,” Ajakku sembari menggendong ransel besar di pundakku. Akupun beranjak pergi. Kugenggam tangannya. Terlihat Celine mengalihkan pandangannya. Wajahnya merah padam.

Kami sampai di lantai 3. Sebelum masuk ke ruangan kerja aku dan Celine mengambil sebuah busur, selusin anak panah serta 2 buah Pickaxe. Saat memasuki ruangan kulihat Anin masih tertidur di kursi kerjaku sembari memegang bungkusan keripik. Sebagian besar camilanku habis dimakan olehnya. “Luar biasa,” gumamku. Kulihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Celine terlihat menggosok-gosok lengannya. Ia terlihat kedinginan dikarenakan lengannya tidak tertutup benda apapun.

“Sel, ini coba pake jaket kakak,” ucapku seraya memberikan hoodie kepadanya.

“Ma-makasih kak,” ucapnya malu sambil memakai hoodieku.

“Jadi makin imut ya,” pujiku. Wajahnya pun memerah kembali. Dan memang benar. Celine yang sekarang adalah gadis berwajah oriental yang imut. Memakai hoodie yang melebihi ukuran nya membuat keimutannya semakin meningkat. Setidaknya untuk saat ini.

Mendengar Aku dan Celine mengobrol, Anin pun terbangun. “Eh kak Al, Celine udah pada dateng,” katanya seraya mengucek mata. “Iya Nin, kakak mutusin buat pergi ke tempat pengungsian, kalo kamu sama Selin gimana?” Tanyaku kepada mereka berdua.

“Hhhhmm, bentar kak, aku ngumpulin nyawa dulu” tukas Anin sembari meregangkan badannya. “Aku juga berencana ikut kakak aja. Cuman, aku kepingin kita nemuin temen-temenku dulu kak di TSM. Kalo Selin gimana?” lirik Anin kepada Celine.

“Eh.. Selin...” Jawabnya pelan sembari mendekat kearahku dan mencubit lengan kaosku. tangan kirinya menutup muka yang terlihat memerah padam. Anin melirik sinis kepadaku seakan bertanya "Celine kamu apain??”.

“M-Mungkin maksudnya ikut kita ke TSM Nin” Kilahku. “Ya udah. Sekarang kita berangkat ke TSM dulu, baru kita pergi ke tempat evakuasi di tegalega,” kataku mengalihkan pembicaraan.

Kesepakatan telah dibuat. Kami bertiga pun memantapkan diri untuk pergi keluar. Semua barang telah kumasukkan kedalam mobil. Anin dan Celine bergegas naik. Akupun berjalan ke depan kantor untuk membuka gerbang. Grudug-grudug. Bunyi gerbang yang digeser membuat beberapa mayat hidup bergerak mendekatiku. Aku pun mencari aman dengan berlari menuju mobil. Didalam mobil terlihat Anin dan Celine ketakutan.

“I-itu ga bakalan jadi masalah kak?” seketika Anin bertanya saat aku masuk ke dalam mobil.

“Tenang aja Nin, Sel. Mobil ini kuat kok” Jawabku menenangkan mereka. “Berdoa aja semoga kita bisa selamat sampe tujuan.

Mesin mobil kunyalakan. Ku cek bensin masih full. Kumasukkan gigi ke drive. Mobil pun melaju melibas beberapa dari mereka yang menghalangi jalan keluar. "Gampang lah, nanti pas diperempatan Gatsu tinggal belok kanan sedikit sebelum ke tegalega, kita bisa selamat,” batinku.





Semoga


tbc
 
Terakhir diubah:
Beres yah chapter 2. semoga tulisan nubi yang kurang baik ini dapat dipahami dan dimengerti, terutama dinikmati oleh suhu-suhu semua disini. Saya tidak mau berbesar diri karena kebesaran hanya milik Frieska dan Nat.
 
Wah Celine... Pilihan yang ngak biasa... Mantap
Jarang-jarang ada ceritanya Celine nih...
Harus ada yang berani memulai, udah waktunya
Wkwkw
Wkwkwk harusnya 3some dong, menikmati nikmatnya dunia, siapa tau part berikutnya mati di Al.
nanti juga ada waktu nya, cerita masih panjang suhu
Ehehe
Nenda coeg
Lanjutkan suhu
siap kaka, pantengin terus ya...
Mulustrasi suhu......
nanti diusahakan kaka. Belum begitu nemu yang pas
 
Jombi apokalips
Apakah akan berakhir dengan mc melakukan sesuatu bersama heroinenya yg udah jadi jombi
 
waaa gendut aquwh ><

alias ini gimana dah bisa ngewe pas lagi dikejar2 jombi
jombi fx aja udah serem wgwgwg

btw selin...

DtpiE6TV4AAFaWK.jpg

DtpiFeXVAAAw28I.jpg
 
Jombi apokalips
Apakah akan berakhir dengan mc melakukan sesuatu bersama heroinenya yg udah jadi jombi
walah aku ga kepikiran sampe sana kaka
izin nenda gannn
silaken kaka
waaa gendut aquwh ><

alias ini gimana dah bisa ngewe pas lagi dikejar2 jombi
jombi fx aja udah serem wgwgwg

btw selin...

DtpiE6TV4AAFaWK.jpg

DtpiFeXVAAAw28I.jpg
dimana ada kesempatan disitu ada kesempitan (celana) kaka. Salurin aja dulu, jombi mah urusan nanti. Gak lari lari ini
Ehehe
 
Bimabet
Chapter 3

Despair



“Aaarrgghh.. Sreeekkk”


Geraman dan gesekan kaki yang diseret terdengar riuh mendekati mobil kami.

"Gampang lah, nanti pas diperempatan Gatsu tinggal belok kiri sedikit sebelum ke tegalega, kita bisa selamat”. Kutarik kembali kata gampangku itu. Ternyata saat berbelok ke kiri, jalan menuju TSM sudah sangat kacau, banyak bangkai mobil berserakan di jalan. Lebih dari itu, banyak sekali Mayat hidup yang berkeliaran di jalan. Para Zombie tersebut mulai berdatangan ke arah kami tertarik oleh suara mesin mobil.

Dengan perlahan kukemudikan mobil ku sembari menghindari para Zombie yang semakin mendekat ke arah mobil. Beberapa Zombie yang memang tidak bisa kuhindari dilibas dengan mudah oleh mobil besar ini. Untungnya aku memilih mobil ini untuk pergi keluar daripada mobil kecilku. Mungkin jika kami memilih menggunakan mobil milikku, kami tidak akan sampai sejauh ini.

“Ini nggak bakal kenapa-kenapa Kak?” tanya Anin kepadaku. Mukanya terlihat cemas sembari memperhatikan kerumunan Zombie yang makin banyak mengerubungi mobil kami.

“GRAAAKKK”

Belum sempat kujawab pertanyaan tersebut, dari luar mobil kami tiba-tiba terdengar suara keras. Laju dari mobil yang kami tumpangi terhenti, seperti tersangkut sesuatu. Aku yang kebingungan hanya bisa terus menginjak pedal lebih dalam.

“Kak, ini kenapa nggak maju-maju mobilnya?” tanya Anin kembali. “KYAAA!!!! Cepetan maju Kak!!!” teriak Anin ketakukan ketika pintu kaca disebelahnya digedor-gedor oleh beberapa Zombie yang terlihat menyeramkan dibaliknya. Di kursi bagian belakang terlihat Celine pun hanya bisa membungkuk menyembunyikan wajahnya.

“Saya juga nggak tau ini Nin, kaya ada yang nyangkut ke rodanya,” ujarku sembari tetap menekan pedal gas dalam-dalam. Mesin mobil ini pun meraung kencang. Namun mobil tetap tidak bergeming, seakan ada kekuatan yang menahan mobil ini tetap diam terpaku.

“DRAAKKKK BLEEEGGHHH”

Suara keras kembali terdengar seiring dengan loncatnya mobil yang kami tumpangi dan langsung melaju dengan kencang meninggalkan kerumunan Zombie. Aku yang kaget tidak dapat mengendalikan mobil yang melesat dengan kencang. Sayup-sayup kudengar teriakan dari Anin dan Celine ketika pandanganku seketika gelap, saat mobil yang kami tumpangi menabrak bangkai mobil dengan keras didepan mobil kami.

Kepalaku masih terasa sakit ketika kubuka mataku dengan perlahan. Sepertinya aku sempat menghilang ketika airbag dari mobil ini menghantam wajahku dengan kencang. Dengan pandangan yang masih samar kuperiksa Anin yang sepertinya tidak sadarkan diri.

“Nin… Nin…” kataku sembari mengguncangkan pundaknya.

“Nnngghh…” lirih Anin. Langsung kuperiksa seluruh tubuhnya, terutama di bagian kepala.

“Kamu Nggak apa-apa Nin?” tanyaku kembali memastikan. Anin hanya mengangguk lemah. Syukurlah, sepertinya ia hanya syok saat mobil kami menabrak bangkai mobil didepannya. Benar-benar mobil yang tangguh.

“Selin gimana Kak?” tanya Anin pelan sembari memegangi kepalanya. Langsung ku cek ke bagian kursi belakang tempat Celine duduk. Terlihat Celine tergolek tidak sadarkan diri. Tanpa pikir panjang diriku langsung pindah ke kursi belakang dan mengecek tubuh Celine.

“Sel… Bangun Sel…” ucapku sembari mengguncangkan tubuhnya setelah kupastikan dirinya masih bernafas. Namun Celine tidak bergeming. Sepertinya ia pingsan.

“GRAAHHH!!!”

Suara geraman dari para Zombie semakin banyak dan kencang. Sepertinya kami sudah mulai dikepung kembali oleh parah Zombie yang berada diluar.

“NIN, AYO KELUAR!!!” Teriakku. Anin yang panik langsung membuka pintu. Sungguh ceroboh sekali, beruntung belum ada Zombie disekitar pintu keluarnya. Kugendong Celine keluar mobil dan langsung lari mengikuti arah kemana Anin berlari. Sebagian dari Zombie terlihat mulai mendatangi kami yang bingung harus lari kemana. Samar dari arah berlawanan terlihat pula Zombie berjalan kearah kami.

DHHAARR!!! DHAAARRR!!!

Terdengar bunyi senapan dari arah kanan. Tak lama terdengar derap langkah kuda mendekat ke arah kami. Terlihat seorang Pria menunggangi kuda berwarna hitam.

“MASUK KEDALAM RUMAH ITU!!!” teriak pria tersebut.

DHHAARR!!! DHHAARR!!!

Suara dari senapan yang dibawa pria tersebut kembali menggema.

WOY JURIG!!! WANI KADIEU!!!” teriak pria itu sembari pergi ke arah sebaliknya.

Para Mayat hidup yang awalnya mengikuti kami beruntun mengikuti sang pria yang masih menembakan senapan nya.

“Uy Nin, jangan ngelamun, hayu kita masuk kesana” tegurku kepada Anin yang masih terbengong melihat kejadian tersebut. Kami pun berlari masuk kedalam rumah tersebut. Setelah masuk kedalam rumah, Kurebahkan Celine yang masih tidak sadarkan diri di salah satu sofa di dalam rumah tersebut. Aninpun dengan inisiatif langsung mengunci rumah yang kami masuki ini.

Terlihat Pria tersebut datang dari kejauhan. Tak lama pria tersebut berhenti, sembari menyalakan rokok. Sepertinya beliau menunggu sesuatu. Dari arah jalan Laswi terlihat gerombolan Mayat hidup mendekat ke arah pria tersebut. Sesampainya gerombolan itu di sebuah genangan, pria tersebut melempar punting rokoknya ke genangan tersebut. Seketika genangan tersebut menjadi kolam api dan membakar semua mayat hidup yang lewat sampai habis.

Kami terbengong melihat adegan yang biasanya hanya kami saksikan di layar kaca. Sang pria pun kemudian melempar korek ke dalam selokan depan rumahnya.

BLAAARRR!!!

Kobaran api pun menjalar di depan rumah pria tersebut menjadi seperti pagar api. “Edyan Tenan!” batinku. Kuda yang masih ditunggangi oleh pria tersebut kemudian berlari kearah jalan Salak dan menghilang dari pandanganku.

“Sekarang gimana kak?” Tanya Anin kepadaku. “Ngg… gimana ya Nin, susah juga kalo kita harus ke TSM kalo kondisinya kayak gini,” jawabku.

“Kalo mau ke TSM, kalian bisa lewat Cibangkong, atau bisa juga lewat belakang Turangga. sepertinya jalanan tersebut masih aman,” ucap pria tersebut seraya masuk kedalam ruang tempat kami berkumpul.

“E-eh, iya bener juga,” kataku kaget. Busyet, ini Pria masuk darimana ya? Tiba-tiba muncul gini, tadi juga tiba-tiba nolongin aja. Tubuh bapak ini masih terlihat tegap meskipun beberapa bagian rambutnya sudah memutih. Eh iya, Aku teringat belum berterima kasih kepada beliau.

“Sebelumnya terima kasih banyak Pak udah mau nolongin kami. Kami gak tau kalo tadi gak ada Bapak jadinya kami bagaimana,” ujarku sembari mendekat kearah beliau.

“Gak apa-apa dek. Emang udah tugas saya selaku Pelayan Negara buat nolongin warga yang kesulitan. Kalian mau ke TSM? Emang disana ada apa?” Tanya bapak tersebut.

“Kami mau nolongin ngejemput temen pak sebelum ke pengungsian pak,” Jawab Anin kepada Bapak tersebut.

“Oh gitu, bapak ga yakin kalo di TSM masih ada orang, tapi kalo mau ngecek, dicoba aja dulu nanti. Sementara, kalian bisa istirahat dulu disini. Oh iya, maaf bapak kurang sopan, bapak belum memperkenalkan diri. Nama Bapak Suripto, panggil aja Mbah Surip,” Ujarnya sembari mengajak berjabat tangan.

“E-eh, iya pak, Nama saya Alfiansyah pak, mangga bapak mau manggil apa aja,” Jawabku sembari menyambut tangannya.

GREEP. Anjay, ini tangan keras amat mencetnya.

“Ngghh…”

Suara lirihan dari Celine langsung membuat aku dan Mbah Surip menoleh ke arahnya.

“Seeeliin… Syukur kamu udah siuman. Kakak takut kamu kenapa-kenapa tadi…” ujar Anin sembari mengecek seluruh tubuh Celine

“Ini dimana Kak?” lirih Celine pelan. Ia memicingkan matanya ketika melihat ke sekeliling. Terkadang Ia meringis sambil memegangi kepalanya.

“AAAAAKKKHHH!!!”

Tiba-tiba Celine berteriak dengan keras membuat semua orang terkaget

“Selin takut Kak… Tolong Selin Kak… Zombienya banyak banget Kak… Tolong… huuuuuu… huuuuu…” tangisan Celine tiba-tba pecah setelah dirinya histeris. Anin pun langsung memeluknya erat. Ia pun menoleh ke arah ku dan Mbah Surip.

“Mungkin teman kalian syok berat dengan kejadian tadi,” ujar Mbah sembari mengambil botol minum yang ada di meja. “Coba kasih dia minum dulu, terus bawa Dia ke kamar yang itu,” ujarnya kembali sembari memberikan botol minum kepada Anin.

“Tenang, kalian aman disini,” ujar Mbah kembali. Anin hanya mengangguk dan membawa Celine masuk ke dalam kamar.

“Kalian yakin mau ke TSM? Mbah sendiri ragu apa masih ada orang disana ato nggak,” ucap Mbah kepadaku.

“Saya juga awalnya mikir begitu Mbah, cuman mereka bersikukuh tetep mau kesana, kasian juga kalo mereka kesana tapi nggak ada yang jagain,” jawabku.

“Ya udah, semoga memang teman-teman mereka masih ada disana. Kamu yang kuat ya Nak, mereka membutuhkan itu,” ujar Mbah menyemangatiku. Ia menepuk bahuku sebentar sebelum akhirnya pergi meninggalkanku masuk ke dalam kamarnya.

.

.

.

Kamipun beristirahat di rumah Mbah Surip. Mbah Surip ternyata seorang Purnawirawan dengan pangkat akhir yang cukup tinggi. Dia bercerita jika ia hanya hidup sendiri. Istrinya sudah meninggal dan dia tidak memiliki anak. Mbah Surip berkata kalau semua keluarga tentara sudah diungsikan ketika wabah ini mulai terjadi. Sedangkan Mbah Surip tidak ikut mengungsi dikarenakan belia tidak ingin meninggalkan Bandung. “Saya memang bukan orang Sunda asli dek. Tapi saya lahir di Bandung, besar di Bandung, tinggal di Bandung. Saya ingin meninggal juga disini” Jawabnya mantap.

Kembali ku cek handphone yang dayanya sedang ku isi di dekat meja televisi. Masih tidak ada sinyal. Lalu kembali ku cek siaran radio darurat, siapa tahu mereka memberi update tentang keadaan terkini.

“SSrrkk… Ssrrrkk… Saassrrrk… insssrrkk.. Sekali lagi, ini adalah siaran darurat Satuan Pengendali Kejadian Luar Biasa. Saat ini Bandung sudah dalam Siaga Satu. Kepada yang masih selamat mohon untuk datang ke Pengungsian yang berada di Tegallega. Mohon hindari yang terkena infeksi. Sekali lagi, saat ini Bandung…”

Masih tidak ada update,” batinku. Paling tidak sementara kita sudah aman disini.

Cukup lama kami beristirahat di rumah Mbah. Matahari pun sudah mulai condong ke arah barat. Mbah Surip sudah tidak terlihat, mungkin dia sedang mengurus kudanya dibelakang. Anin dan Celine juga sepertinya sedang beristirahat di kamar. Kurasa aku telah beristirahat dengan cukup, mungkin saatnya Aku mulai mengecek keadaan disekitar, sekalian mencari perbekalan yang tadi sempat tidak kami bawa dari mobil. Akupun segera menghampiri pintu kamar dimana Anin dan Celine beristirahat.

Tok tok tok.

Tak ada jawaban

Tok tok tok

Kembali ku ketuk pintu, namun kali ini sembari menyahuti mereka yang ada di dalam kamar.

“Nin, bisa bicara sebentar?” Sahutku dari luar kamarnya.

Sayup-sayup terdengar aktivitas dari dalam kamar.

Bentar kak!” sahutnya dari dalam kamar. Tak lama pintu pun terbuka



“Iya kenapa kak?” ucapnya sembari keluar. Anin terlihat sangat cantik sekalipun ia baru bangun tidur. Seketika ku teringat malam kemarin ketika ia tertidur sembari membuka mulutnya.

“Hihihi…” Spontan aku tertawa mengingat hal tersebut.

“Lah kakak kenapa ketawa? Ketawain aku ya? Aku aneh ya kalo abis bangun tidur? Iiiihhh kakak gitu…” Ucapnya sambil memanyunkan bibirnya. Sungguh lucu sekali.

“Gak gitu Nin, saya cuma inget sesuatu,” aku mencoba menghilangkan pikiran tersebut. “Jadi gini Nin. Saya rencananya mau keluar, kebetulan saya tau daerah sini. Saya mau liat keadaan TSM kaya gimana,” Lanjutku.

“Sekalian saya juga mau nyari sesuatu buat perbekalan. Anin tau kan semua perbekalan kita ketinggalan dimobil yang kebakar tadi,” jelasku menambahkan.

Mendengar hal tersebut Anin diam, Ia pun terlihat berpikir sejenak. “Aku ikut ya, biar bisa bantuin kak Al,” ungkap Anin.

“Eh, yang bener Nin. Kamu ga takut?” ucapku seakan tak percaya.

“Asal kita bisa sampe tempat aman lebih cepet, Anin siap bantu apapun kak,” ucapnya mantap. “Lagian, aku juga kepingin nyari sesuatu kak diluar,” Ucapnya pelan.

“Nyari apaan Nin? Siapa tau saya bisa bantu” tanyaku lagi.

“Iiiihh, kak Al kepo banget deh. Udah ah, aku siap-siap dulu, tunggu sebentar ya...” Ucap Anin sambil menutup pintu kamarnya.

BLAAM

Lebih mirip dibanting sih. Cukup lama aku menunggu Anin. Akupun menunggu sembari melakukan peregangan. Entah apa yang bakal terjadi kedepannya, namun tidak ada salahnya bersiap-siap.

Belum beres diriku melakukan peregangan, tiba-tiba Anin menepuk pundakku dari belakang. “Hayuk Kak, katanya mau pergi, malah pemanasan, kaya mau perform aja,” oloknya mengagetkanku. Disampingnya terdapat Celine yang masih terlihat lemas.

“Eh, iya Nin,” jawabku kepadanya. Lalu kutatap Celine yang berada disampingnya. “Kamu udah baikan Sel?” tanyaku memastikan keadaannya. Ia hanya mengangguk lemah.

“Ya udah kalo gitu. Sebelum pergi mending kita ngobrol dulu sama Mbah Surip,” Kataku sembari mulai berjalan diiringi Anin dan Celine.

Di belakang rumah, kami pun bertemu dengan Mbah Surip. Setelah mengutarakan keinginan kami, serta meminta Mbah untuk menjaga Celine sementara kami pergi. Mbah Surip hanya berpesan untuk berhati-hati, juga apabila ingin melihat TSM dari jarak yang aman, lebih baik untuk menggunakan rute Turangga, karena tidak harus melewati jalan besar, serta ada beberapa bangunan tinggi untuk melihat sekitar.

“Sebentar Nak, kalian tunggu disini,” ucapnya seraya masuk ke dalam gudang yang ada di samping halaman belakang.

Tak lama iapun keluar dengan membawa sebuah tas. “Kalian bawa radio ini ya, biar mudah berhubungan nanti nya. Selain itu, disini ada binoculars sama belati,” jelas Mbah.

“Siap Mbah, terima kasih banyak atas semua bantuan dan nasihat nya. Saya sama Anin pergi dulu Mbah, sama saya juga minta tolong untuk jagain Selin,” pintaku kepada Mbah. Sebetulnya aku merasa tidak enak meminta Mbah untuk menjaga Celine, namun tubuhnya masih terlalu lemah untuk ku ajak pergi.

“Baik Nak, Mbah juga berpesan hati-hati diluar sana. Terkadang dunia yang kacau membuat manusia yang hidup didalamnya juga kacau,” pesan Mbah Surip sembari mengantar kami sampai ke gerbang belakang. Aku dan Anin pun berangsur menjauh dari rumah Mbah. Meninggalkan Mbah Surip dan Celine yang terlihat khawatir.

Benar sekali, perumahan tentara yang kami lewati relatif sepi. Kami hanya berjumpa 4 sampai 7 mayat hidup yang segera dapat kami hindari maupun atasi. Sampai kami diujung jalan, di kiri kami terlihat blokade jalan melintang membatasi antara jalan ini dan jalan utama. Dari kanan, tak jauh dari tempat kami berdiri, terlihat 2 buah minimarket mengapit sebuah bangunan setinggi 4 lantai. Benar kata Mbah, darisana kita bisa melihat langsung keadaan sekitar.

“Nin, kayanya kita bisa liat langsung TSM dari atas gedung itu,” Aku menunjuk gedung tinggi tersebut.

“Nnngg… Kak boleh gak aku mampir dulu ke minimarket? Aku mau nyari kebutuhan pribadi aku sama Celine kak,” Ucap Anin malu-malu.

“Ya boleh aja Nin, apa ga sekalian bareng aja, biar lebih aman,” balasku menawarkan.

“Iiiihh kakak, udah dibilangin barang pribadi masih aja pengen ikut. Udah kakak jagain aku ya disini,” ucapnya sembari menahanku dan berlari masuk ke dalam minimarket.

“Hati-hati Nin,” Sahutku. Akupun berjaga sambil penasaran, maksud dari benda pribadi itu apa.

.

.

Lama aku menunggu diluar. Aku tidak menemukan kehidupan sejauh mata memandang, baik yang hidup kembali maupun yang benar-benar hidup. “Anin lama amat ya,” gumamku dalam hati. Kembali aku mengecek siaran darurat dari HP ku, karena memang tidak ada lagi yang bisa kulakukan. Masih tetap sama, tidak ada perubahan. Lama menunggu ak menjadi khawatir. Akupun masuk kedalam minimarket tersebut.

Gelap, juga pengap rasanya saat aku masuk ke dalam minimarket tersebut. Banyak benda berserakan di lantai. Aku memperhatikan seluruh ruangan minimarket tersebut tak jauh setelah aku masuk. Aku tidak menemukan Anin dimanapun.

Aku yang khawatir lalu mencari-cari keberadaan Anin di dalam minimarket. Disebuat sudut terlihat Anin menunduk, seperti sedang memilih-milih sesuatu. Tak menyadari keberadaanku, diapun mengangkat sesuatu keatas. Sebuah celana dalam berwarna merah muda. Mirip sekali dengan yang Celine kenakan kemaren. Seketika penisku berontak mengingat pergumulan panasku dengan Celine kemarin. Hal tersebut membuat aku salah tingkah dan berangsur mundur hingga menyebabkan aku kehilangan keseimbangan.

SREEEEKKK!!! BRUUKK!!!

Aku yang panik tak sengaja menyenggol rak hingga barang yang tergantung berguncang. Anin terkaget melihat hal tersebut lalu tersadar akan keberadaanku disana.

“Iiiihhh, kak Al ngapain disini??” pungkas Anin ketika melihat diriku.

“Eehh… itu…” Aku tercekat tidak bisa menjelaskan.





Sepertinya ini akan berakhir buruk


tbc
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd