Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Xp] Kucing Dikasih Daging

DewaBok3p

Semprot Kecil
UG-FR
Daftar
17 May 2012
Post
86
Like diterima
234
Bimabet
Sebelumnya sori kalo repost

Namaku Diki, 28 tahun. Aku adalah seorang
staf perusahaan perbankan pemerintah di
Bandung. Di kantorku, ada seorang sekretaris
kepala divisi Treasury bernama Ivone, berusia
34 tahun telah menikah namun belum juga
dikarunia anak. Katanya sih.. Ivone dan
suaminya sama-sama tidak masalah, tapi
ternyata selama 8 tahun pernikahannya masih
juga kosong.
Karena pekerjaanku banyak berhubungan
dengan divisi dia, maka otomatis aku sering
bekerjasama dengan staf-staf di divisinya,
termasuk dengan Ivone. Keakraban ini semakin
lama semakin erat sampai antara dia dan aku
sering menceritakan hal-hal yang bersifat
pribadi. Tetapi sejauh ini hanya sebatas itu
saja, tidak pernah terpikir untuk melakukan
affair, disamping posisi dia sebagai istri orang,
secara fisik pun aku tidak terlalu tertarik.
Suatu hari, aku menuju ruangan divisi treasury.
Kutengok meja kerja sekretris Kadiv, ternyata
Ivone keliatan lesu.
“Sedih amat tampangnya hari ini?” pikirku.
“Hai, kenapa Non..? Kok lesu..?” tanyaku.
“Eh, nggak. Nggak pa-pa kok,” jawabnya sambil
pura-pura menyibukkan diri.
“Oke, tapi jangan lesu gitu dong, masa
sekretaris tampangnya nggak seger ah..!”
kataku sedikit menggoda.
Dia tidak berkomentar, “Ok, aku mo ke Pak
Handi dulu ya..” (Pak Handi adalah Kepala
Bagian Treasury) kataku.
Setelah selesai menghadap Pak Handi,
mendadak vibra HP-ku bergetar, dan kulihat
ada 1 SMS masuk dan kubaca.
Dik, aku mo minta tolong but secret ya.. dari
No HP-nya Ivone.
Segera aku menghampiri meja kerjanya dan
kulihat dia masih membuka-buka kertas sambil
pandangan matanya kemana.
“Kenapa..? Ada apa sih..?” tanyaku.
“Eh, udah selesai..? Aku mo ngomong tapi aku
malu. Dan mending lewat SMS aja ya..!”
pintanya.
“Lho.. kenapa musti lewat SMS..? mending
sekarang aja..” jawabku.
“Nggak.., soalnya. Emhh.. gimana ya, eh
mending nggak jadi aja deh..!” kata dia.
“Lho, gimana sih, kenapa sih Vonee..?” tanyaku
penasaran.
“Udah nanti via SMS aja, dah aku mo kerja
dulu,” kata dia singkat.
“Ya udah, aku tunggu..” aku menjawab sambil
kembali ke ruangan kerjaku.
Sepuluh menit kemudian, ketika aku sedang
membuat laporan, mendadak vibra HP-ku
bergetar dan kulihat 1 SMS masuk dari Ivone.
Dik, mau tolong aku nggak..?
Segera kubalas melalui SMS, Tlng apa sie? Pnj
duit? (tolong apa sih? Pinjam duit?)
Jg becnd, serius! Tp aku ML ngmngnya..
(Jangan bercanda, serius! Tapi aku malu
ngomongnya..)
ok, serius & jg ml, da apa? (Ok, serius dan
jangan malu, ada apa?)
aku pgn pny anak.. (Aku pingin punya anak..)
Sesaat aku bengong membaca balasan SMS-nya.
“Ivone ingin punya anak..? Lho wajarkan..!
Maksudnya apa ya?” pikirku dalam hati.
aku gk ngerti, langsung kbalas lagi SMS-nya.
aku pgn pny anak, tlng bnt aku..
dgn cara apa?? Aku gak ngerti??
Lama kutunggu balasan SMS-nya.
Baru 10 menit kemudian vibrator HP-ku
bergetar.
.*** W/U..
Apaa..! Tidak pernah terpikir olehku mendapat
jawaban SMS seperti ini. Ivone, sekretaris
Kadiv, tinggi 166 cm. Putih, bentuk tubuh
proporsional, rambut sebahu, wajah manis,
ingin agar aku memberikan benih sperma agar
dia dapat memiliki anak. Bingung aku
menjawab SMS-nya.
1 jam.. 2 jam.. sampai istirahat aku belum
membalas SMS-nya. Aku berpikir, gimana ya?
Easy come easy go aja deh. Yang penting
kesempatan. Toh dia yang minta, jangan pakai
rasa, pakai nafsu saja. Ha.. haa.. haa.. tidak
pernah terpikirkan olehku.
 
Mendadak vibrator HP-ku bergetar dan kulihat
SMS dari Ivone.
sorry, anggap aku gak prnh krm SMS spt td..
Woow.., rupanya dia ragu-ragu. Langsung
kutelpon dia.
“Halo, Vone.. aku mau membantu kamu. Sore
ini pulang kantor..” langsung aku berbicara
tanpa basa-basi.
“Mh.. sorry aku nggak berpikir panjang tadi
pagi.” terus dia diam.
“Pokoknya sore ini kita pulang bareng. Aku
jemput kamu di Holland bakery merdeka jam
17.00 oke.” kataku.
“Hm.. iya sampe jam 17.00 nanti.” katanya.
Langsung aku berpikir, gila.. beneran ini
peristiwa yang tidak kubayangkan. Harus
rapih.. dan aman.. jangan sampai diketahui
orang kantor..
Pukul 16.45, aku segera pulang dan menuju ke
arah Jl. Merdeka. Kulihat Ivone telah
menunggu di muka Holland bakery dan
langsung dia menaiki corolla SE-ku.
“Udah lama..?” tanyaku.
“Nggak, paling baru lima menit,” jawab dia
tegang.
“Hm.. kita ke atas aja ya..?” memberi
alternatif.
“Terserah Diki deh..” Ivone masih menjawab
dengan tegang.
Akhirnya aku yang banyak bicara agar dia
tidak tetap tegang, walaupun sebenarnya aku
juga tegang.
Kurang lebih 30 menit kemudian aku
memasukkan mobil ke hotel ‘GS’ di jalan
Setiabudhi, dan langsung memasukkan mobil di
dalam ruang parkir kamar hotel, jadi posisinya
benar-benar aman. Sesampainya di kamar Hotel
‘GS’ di jalan Setiabudi, Ivone langsung duduk di
kasur, sedangkan aku langsung menyalakan TV
dan masih berpikir.
“Apa ini mimpi, aku di kamar hotel bareng
Ivone dan berencana melakukan sesuatu.
Haah.., bodo amat, sing penting awalnya dia
yang minta..” ujarku dalam hati.
Ivone kemudian bangkit menuju balkon kamar,
“Kamu sering ke sini Dik..?” tanyanya.
“Hm.. nggak, nggak pernah tuh.. (padahal aku
seringnya ke hotel ‘PK’ yang masih satu jalur,
hanya lebih di atas), kenapa emang..?” aku
balik bertanya.
“Enggak, kali aja, kamu mungkin sering bawa
pacar-pacar kamu check-in..?” katanya.
“Ha.. ha.. kan selama ini kamu tau siapa aku
dan sekarang emang aku juga lagi jomblo kok,”
ujarku.
“Iya ya, aku kok jadi bego gini.., padahalkan
kamu sendiri udah sering cerita tentang pacar-
pacar kamu,” dia jadi geli sendiri.
“Dik, kalo kamu kagok mending nggak usah
deh, kita cancel aja?” kata dia ragu.
“Mh.. emang sie aku kaget, kenapa sie.. atas
dasar apa..?” tanyaku.
“Mo tau, pertama aku merasa jenuh banget
ama kehidupan pernikahanku.. belum juga
dikarunai anak, segala macam udah aku coba..
tau sendiri kan, lama-lama aku merasa bosan
dengan pernikahanku Dik, dan mendadak
terpikir keinginan seperti ini,” kata Ivone.
“Hm.. it’s okey for me.. kamu tau kan aku.
Easy come easy go. Aku pikir selama nggak
pake rasa, kenapa musti ditolak.. wong kucing
disodorin daging, mana tahan. He.. he..”
kataku.
“Dasar.. Dikii.., itu yang jadi alasan kenapa aku
minta tolong ama kamu.., soalnya kamu nggak
terlalu ambil pusing ama suatu kondisi,” kata
Ivone sambil tersenyum.
“So, gimana..? Kita bukan sepasang kekasih..
kita cuma dua manusia dewasa yang sama-
sama mengerti apa itu making love, tapi tetep
aja aku pengen kamu juga menikmatinya, dan
aku perlakukan seperti seorang wanita,”
kataku sedikit ngegombal.
Aku tidak memberikan kesempatan untuk
Ivone berkata apa-apa lagi. Aku langsung
memeluk dan melumat bibirnya. Ivone gelapan
dan tidak kuasa menolak ketika aku mulai
membuka Blazer dan kaos ketat ungu serta
membuka celana panjangku. Aku disuruhnya
duduk di atas meja. Dengan elusan tangannya,
aku membuka bra-nya yang berukuran 36B dan
celana dalamnya. Ivone mulai terangsang dan
menjadi beringas, bagaikan macan kelaparan.
Terlebih ketika aku mulai menciumi lubang
kewanitaannya yang menebarkan harum yang
khas.
“Ah.. uh.. ah.. uh.. ah.. Dikii.. Ivone maluu..
jangan diciumin.. Ah.. ah.. uh shh.. shh.. uh..”
Ivone mengeliat sambil mengacak-acak
rambutku dan lalu sedikit mendorong
kepalaku.
“Dikii Ivone belum pernah dicium bagian yang
paling vital seperti itu. Kamu nggak jijik..?”
Wah, rupanya dia benar-benar seorang wanita
yang belum pernah merasakan eksplorasi
semua wilayah.
“Emang Mas-mu nggak pernah..?” tanyaku.
“Enggaak,” jawabnya sambil menunduk dan
menggigit bagian bawah bibirnya.
“Von, sayang aku beri kamu sebuah
pengalaman yang nggak bakal kamu lupakan
ya,” ujarku sambil kembali menciumi
vaginanya.
Kemudian lidahku merojok-rojok vaginanya dan
menjilat klitorisnya yang sebesar kacang
kedelai.Ivone kemudian membuka kemeja dan
celana kerjaku. Dia sedikit teriak Kaget!
Melihat ‘barang’-ku sudah keluar melewati
celana dalamku. Kelihatan ujungnya memerah.
“Aah.. Dikii Aku takut, apa muat..? Punyamu
gede gitu..?”
Aku tidak menghiraukan pertanyaannya.
Satu jari kumasukkan ke dalam lubang
kewanitaannya. Kukeluar-masukkan jari itu
dan diputar-putar. Digoyang ke kanan dan kiri.
Satu jari kumasukkan lagi.
“Ah.. uh.. ah.. sh.. uhh.. shh.. terus Diik..
aduh.. nggak kuat Dikki. Aku mau keluar
nih..!”
Akhirnya Ivone basah. Aku tersenyum puas.
“Sekarang gantian ya, jilatin punyaku dong
Von..!” aku meminta kepadanya.
“Tapi punyamu panjang, muat nggak ya..?”
jawabnya.
“Coba saja dulu, Sayang.. Nanti juga terbiasa.”
“Auh.. aw.. jangan didorong dong Dik, malah
masuk ke tenggorokkanku, pelan-pelan saja ya.
Punyamu kan panjang.”
Sekitar lima belas menit kemudian eranganku
semakin menjadi-jadi.
“Ah.. uh.. oh.. ah.. sh.. uh.. oh.. ah.. uh..”
Terasa Ivone menghisap semakin kuat, aku pun
semakin keras erangannya. Tangangku bekerja
lagi mengelus vaginanya yang mulai mengering
menjadi basah kembali. Mulut Ivone masih
penuh kemaluanku dengan gerakan keluar
masuk seperti seorang penyanyi.
 
“Ivone, aku nggak tahan.., masukkin saja ke
punyamu ya..?” pintaku.
Ivone hanya menganggukkan kepala saja, kedua
kakinya kuangkat ke pundak kiri dan kananku,
sehingga posisinya mengangkang. Aku melihat
dengan jelas kemaluan Ivone, wanita yang telah
bersuami yang tidak pernah kubayangkan akan
berada di hadapanku dalam situasi seperti
sekarang ini.
Aku mulai menyenggol-nyenggolkan ujung
kemaluanku pada bibir vaginanya.
“Aaah Dikii..” Ivone pun kegelian.
Lalu kubuka kemaluannya dengan tangan
kiriku, dan tangan kananku menuntun
kemaluanku yang besar dan panjang menuju
lubang kewanitaannya. Kudorong perlahan,
“Sreett..,” mulai kurasakan ujung kemaluanku
masuk perlahan. Aku melihat Ivone meringis
menahan sakit, aku berhenti dan bertanya.
“Sakit ya..?”
Ivone tidak menjawab, hanya memejamkan
matanya sambil menggigit bibirnya.
Aku menggoyang perlahan dan, “Bleess..”
kugenjot kuat pantatku ke depan hingga Ivone
menjerit, “Aaauu.. Diikkii.. aahh..!”
Kutahan pantatku untuk tidak bergerak.
Rupanya kemaluannya agak sakit, dan dia juga
ikut diam sesaat. Kurasakan kemaluannya
berdenyut, Ivone berusaha mengejang, sehingga
kemaluanku merasa terpijit-pijit.
Selang beberapa saat, kemaluannya rupanya
sudah dapat menerima semua kemaluanku dan
mulai berair, sehingga ini memudahkanku
untuk bergerak. Aku merasa bahwa Ivone
mulai basah dan terasa ada kenikmatan
mengalir di sela pahaku. Perlahan aku
menggerakkan pantatku ke belakang dan ke
depan. Ivone mulai kegelian dan nikmat. Ia
mengikutiku dengan ikut menggerakkan
pantatnya berputar.
“Aduhh.., Ivonee..,” erangku menahan laju
gerakan pantatku.
Rupanya dia juga kegelian kalau aku
menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku
kuat-kuat agar tidak maju-mundur lagi, justru
dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku
menjadi geli karena Ivone bergerak memutar-
mutar pantatnya, dia semakin kuat
memegangnya.
Kucoba mempercepat gerakan pantatku
berputar semakin tinggi dan cepat, kulihat
hasilnya dia mulai kewalahan, dia terpengaruh
iramaku yang semakin lancar. Ivone
menurunkan kakinya dan menggamit
pinggangku, Ivone memegang batang
kemaluanku yang keluar masuk liang
kewanitaannya, ternyata masih ada sisa sedikit
yang tidak dapat masuk ke liang vaginanya.
Ivone pun mengerang keasyikan.
“Kecepek.., kecepek..,” bunyi kemaluannya saat
kemaluanku mengucek habis di dalamnya.
Tampaknya Ivone kegelian hebat, “Vonee.. aku
mau keluar, Tahan ya..!” pintaku.
“Sreet.., sreett.., sreett..,” kurasakan ada
semburan hangat bersamaan dengan keluarnya
pelicin di kemaluanku, dia memelukku erat
demikian pula aku.
Kakinya dijepitkan pada pinggangku kuat-kuat
seolah tidak dapat lepas. Dia tersenyum puas.
“Ivone sayang.., jepitan kemaluan kamu benar-
benar. Sungguh luar biasa, enak gila,
kepunyaanmu memijit punyaku sampai nggak
karuan rasanya, aku puas Vonee.”
“Aahh.. kamu bohong, cowok seperti kamu itu
emang paling bisa muji cewe.”
Dia hanya tersenyum dan kembali mengulum
bibirku kuat-kuat.
“Sumpah, Vone..! Apakah kamu masih akan
memberikannya lagi untukku..?” tanyaku.
“Pasti..! Tapi ada syaratnya..,” jawabnya.
“Apa dong syaratnya..?” tanyaku penasaran.
“Gampang saja.., aku ingin punya anak, aku
ingin kamu membantu aku agar aku hamil..!”
“Oke deh.. itu masalah gampang. Lagipula. Ini
kemauan kita berdua tidak ada paksaan dan
itung-itung aku amal. He.. he..”
“Dasar..!” Ivone mencubit pinggangku.
Kemudian kami sama-sama mengatur napas
dan menghimpun kembali tenaga yang cukup
terkuras. Ivone berbaring di sampingku sambil
memainkan bulu dadaku. Tidak lama
kemudian, dia kembali mencoba merangsangku
dengan menciumi dadaku.
“Aahh.. Ivone. Kamu jadi bandel ya..? Harus
tanggungjawab udah bikin aku kerangsang.”
kataku.
Penisku kembali mengeras dan tidak sabar lagi
ingin dimasukkan dalam liang vagina penuh
lendir yang terasa manis dan nikmat di
mulutku ini. Maka aku memanjat tubuhnya dan
melebarkan kangkangan kedua paha Ivone
sambil memposisikan penisku di depan
vaginanya. Kedua tangan Ivone memegang
bahuku, dengan lembut kubelai pipi dan
rambutnya dan kuciumi bibirnya dengan
lembut. Kutekan penisku masuk perlahan-lahan
ke dalam liang vaginanya. Mata Ivone
terbelalak merasakan tekanan penisku pada
vaginanya. Ia kembali menggigit bibirnya
sementara aku terus memasukkan penisku
semakin dalam ke dalam vaginanya, membuat
Ivone semakin keras menggigit bibirnya.
“Ouggh Dikii.. aah.. hhkk..” erangan
kenikmatan terdengar dari bibirnya.
“Slepp..” kutekan batang penisku sedalam-
dalamnya hingga pangkal penisku menempel di
bibir vaginanya.
Nikmat sekali kurasakan vagina teman kerjaku
yang terasa sangat sempit ini.
“Ohh, Voon..!” desahku sambil mulai menarik
penisku keluar hingga setengah jalan, lalu
menekannya kembali hingga masuk penuh
sampai ke pangkal penisku.
“Ohh.. ohh.. Ivoon.. aah.. ouggh.. ohh..”
Aku pun mulai memaju-mundurkan pantatku,
sementara Ivone mengimbangi dengan
memutar pantatnya dengan tetap menggigit
bibirnya. Entah apa yang ia rasakan, mungkin
sama seperti yang kurasakan saat itu adalah
kenikmatan hebat melakukan perbuatan penuh
birahi.
“Ohh.. ohh Sayang.. mmhh.., aku cinta kamu,
Voon..” kubisikkan lembut kata-kata cinta
gombal di telinganya sementara tanganku
meraba-raba putingnya yang mengeras dan
mengacung itu dengan lembut dan penuh
perasaan tanpa menghentikan gerakan
pantatku yang maju-mundur di vaginanya
dengan penis besar dan kerasku yang lembut
dan perlahan-lahan.
“Ohh Sayang.. ohh Ivoon.. Sayang.. Mmhh..
Sayang.. oh.., aku cinta kamu Sayang..”
Bisikan-bisikan cintaku kuselingi dengan
sesekali menjilati telinga, leher dan bibirnya.
Kadang turun ke buah dada dan putingnya.
Kuhisap bibirnya dengan bernafsu. Hampir 10
menit kulakukan ini.
Tubuh Ivone mengikuti rangsanganku dan
pantatnya terus bergerak mengikuti irama
sodokan penisku yang mulai agak kupercepat.
“Hnghh.. mmhh.. hh.. ohh..” desahan dan
erangan dari celah bibirnya kembali terdengar.
Kedua tangannya yang tadi memegang bahuku
mulai berpindah meraba-raba puting dadaku
dan punggungku.
Saat mulutku kembali melahap bibirnya,
tangannya langsung berpindah mengacak-acak
rambutku sambil menekan kepalaku hingga
ciuman kami benar-benar terasa ketat dan
penuh birahi, dibarengi dengan gerakan
lidahnya yang semakin liar merespon dan
melilit lidahku yang dengan ganas menjilati isi
mulutnya.
Erangan dan desahan kami semakin liar seiring
dengan genjotan penisku pada vaginanya yang
semakin mengganas dan cepat, dimana pantat
kami maju-mundur dengan cepat dan bernafsu,
membuat selangkangan kami saling
menghantam dengan keras dan hebat. Lidah
dan bibirku menari liar menjilat dan menghisap
putingnya, sementara ia menjambak rambutku,
menekan kepalaku agar menancap lebih dalam
di dadanya.
15 menit yang liar dan penuh birahi berlalu
hingga mendadak Ivone mengejang dan kakinya
menjepit keras melingkari pantatku.
“Aahh..! Aahh..! Diikii..!” ia memekik dan
menjambak rambutku keras dengan bola mata
berputar hingga hanya terlihat putih matanya
saja, lalu “Ahk..!” kembali memekik tertahan
menyertai sentakan terakhir pantatnya
membuat penisku tertancap sedalam-dalamnya
pada vaginanya yang meledakkan lendir
orgasme panas hingga meleleh keluar dari
vaginanya.
 
Ivone ambruk lemas tidak dapat bergerak lagi
dengan napas memburu, sementara penisku
masih keras berdenyut-denyut di dalam
vaginanya.
“Aaah, Dikii capee..” Ivone berkata lirih.
Aku masih berdiam di atas badannya dengan
penisku masih menancap dalam vaginanya.
“Aku masih belum juga nih, nanggung
Sayang..” kataku.
Lalu kutuntun agar ia berbalik memunggungiku
sambil berlutut, dan kudorong punggungnya
hingga menungging. Kutarik kedua pahanya
hingga semakin mengangkang, dari belakang
kulihat rekahan pantatnya yang memang padat
dan besar. Lalu kumasukkan penisku ke dalam
vaginanya yang memang sudah siap dimasuki
itu.
“Clep..” kumasukkan penisku ke dalam
vaginanya yang sudah basah dan kuremas
dengan gemas pantatnya.
Pelan-pelan kumaju-mundurkan pantatku agar
ia terbiasa dengan posisi ini, dan semakin lama
semakin cepat. Penisku terasa diremas-remas
oleh vagina Ivone yang sempit dan berlendir
oleh rangsangan dia. Tidak dapat kuucapkan
dengan kata-kata kenikmatan yang kurasakan
pada seluruh tubuhku.
Kumaju-mundurkan pantatku dengan cepat
sehingga terdengar ‘keceplok’ perutku
menghantam pantatnya seiring dengan semakin
liarnya aku menyetubuhi Ivone dari belakang.
Lama-lama ia pun mengimbangi gerakanku
dengan semakin bernafsu menggoyang-
goyangkan dan memaju-mundurkan pantatnya.
Rupanya ia menyukai posisi yang kulakukan
padanya ini, sebab ia tampak bernafsu
menggoyang tubuhnya sementara kedua
tangannya mencengkeram kasur dan desahan
dan erangannya mulai berubah menjadi jeritan
kecil, dan tidak terkendali, semakin lama
semakin keras.
“Ahk.. ahkk.. aahh.. ahhkk.. Dikii.. Diikkii..”
Aku pun semakin terangsang mendengar
jeritan-jeritannya ini. Maka aku pun semakin
larut dalam gairah dan kenikmatan ini.
“Voon.. nikhmaat.., Sayang.. ohh.. ohh.. ohh..”
“Aahkk.. ahkk.. aahh.. Diikii.. Diikii.. terus..!”
Ia menggelinjang hebat menyertai jeritan
terakhirnya itu dan aku pun semakin keras
menggenjotkan penisku di vaginanya sambil
meremas-remas buah dadanya yang sudah
sangat mengeras.
Ivone mendorong pantatnya habis-habisan
sehingga penisku menancap dalam vaginanya
dengan muncratan lendir orgasme hingga
meleleh keluar dari vaginanya. Kutekan
penisku dalam-dalam sambil kuremas buah
dadanya. Kembali ia ambruk lemas hingga
penisku tercabut lepas dari vaginanya.
Kutindih ia dari belakang dan kuciumi
punggungnya yang basah oleh keringat terus ke
leher dan telinganya. Ivone diam saja
membiarkanku menjilatinya sementara
napasnya terdengar memburu.
Begitu napasnya terdengar mulai tenang,
kutarik lagi pinggulnya sehingga Ivone kembali
berlutut menungging seperti tadi, namun ia
menoleh dan memohon.
“Hhh.. Dikii, Ivone nggak kuat, Diik..!”
“Aku belum keluar juga, nanggung nih..!”
kataku sambil mencengkram pantatnya yang
merangsang.
Ia terdiam sementara aku pun menungging di
belakangnya, lalu kujilati pantatnya dan lubang
anusnya.
Vaginanya tidak lagi kusentuh, kini lidahku
habis-habisan menyerang lubang anusnya dan
membuat pantat dan lubang anusnya basah
kuyup. Ivone diam saja tidak bereaksi. Lalu
aku bangkit dan mengarahkan penisku yang
masih dipenuhi lendir orgasme teman
sekerjaku ini pada lubang pantatnya, lalu
perlahan-lahan kutekan pada lubang pantatnya.
Ivone tersentak kaget dan menarik pantatnya
sampai ia berbalik dalam posisi duduk di
kasur. Rupanya ia baru menyadari apa yang
ingin kulakukan.
“Dikii, jangan Dikk.. sakiitt.. jangan di situ..!”
Aku memeluknya dan membelai rambutnya,
“Nggak Von. Diki pelan-pelan.. ya.. biar kamu
merasakan sesuatu yang baru.”
Kutarik pantatnya dengan lembut hingga
kembali pada posisi menungging, penisku
semakin mengeras dan membesar. Tidak
berlama-lama lagi, kupegang kedua pantatnya
dan kumasukkan penisku ke dalam lubang
anusnya. Kepala penisku tertahan erat di ujung
lubang anusnya.
“Adduhh.. duuhh.. Diik, sakit. Duh..” erangnya.
Segera kuludahi kedua tanganku dan
kuusapkan pada batang penisku. Tidak lupa
kujilati pula ujung lubang anusnya agar sedikit
lebih licin, lalu kupaksakan penisku memasuki
lubang anusnya yang terasa sangat sempit dan
mencengkeram itu. Perlahan-lahan kukeluar-
masukkan kepala penisku, terus hingga terasa
lebih lancar. Tidak kuperdulikan pekik
kesakitan dan meminta agar berhenti yang
dilontarkan Ivone.
Kuremas pundaknya dan kujadikan penopang
untuk menarik pantatnya ke arahku, sementara
pantatku maju menyodokkan penisku lebih
dalam ke lubang anusnya. Kurasakan keringat
dingin merembes di tubuh Ivone yang memang
sudah basah berkeringat ini.
“Dikii, sakit.. duuh.. udah ya, Dikk.. brenti ya..
pelan-pelan Diiki.. ungh..”
Namun usahaku tidak sia-sia. Semakin lama
penisku berhasil masuk semakin dalam ke
dalam lubang anusnya, dan gerakan sodokanku
dapat semakin cepat. Kurasakan kenikmatan
menggila yang baru kali ini kurasakan saat
menyetubuhi pantat teman kerjaku yang tinggi
putih dan bohay (bodi aduhay) ini.
Aku merasa seperti di surga dengan
cengkeraman erat yang mengocok
kejantananku dengan gila ini. Kini kemaluanku
benar-benar sudah amblas ke dalam lubang
anus Ivone dan kusodokkan keluar masuk
dengan cepat, sementara keringat menetes dari
wajah Ivone ke kasur tipis itu. Tidak lama aku
mampu bertahan pada kocokan lubang anus
yang mencengkeram ketat ini, kenikmatan
puncak mulai meledak-ledak dalam tubuhku.
“Ohh.. ohh.. Voon.. akuu nggak kuat..,
Sayang..!”
Aku menjerit keras dan, “Crat.. Crat..”
berulang kali lendir mani kental dan panas
meledak dalam pantat Ivone.
Ia menggigit bibir bawahnya dengan keras
sementara kedua tangannya mencengkeram
kasur menahan rasa yang campur aduk.
Kutancapkan penisku sedalam-dalamnya di
lubang anusnya yang sempit itu, terus hingga
muncratan mani terakhirku dan penisku
melemas seketika di dalam pantatnya.
Aku ambruk menindih tubuh Ivone dan
penisku pun tercabut lepas dari pantatnya.
Kuciumi punggung dan lehernya yang basah.
Kubalikkan dia, kupeluk erat dan kuciumi
bibirnya dengan bernafsu. Ivone merespon
ciumanku.
“Kamu puas Sayang..?” tanyanya sambil
menatap wajahku.
Kupeluk dan kubelai-belai rambut dan
tubuhnya sambil mengatur napasku yang
tersengal-sengal. Kukecup bibir dan pipinya
sesekali hingga akhirnya napasku pun kembali
teratur.
“Hhh.. Makasih, Sayang.. Hhh.. Aku nikmatin
banget..”
Ivone tersenyum dan mengecup bibirku sekali
lagi.
“Mandi yuk..?” ajaknya.
“Ayuk mandiin ya..?” kataku.
Kami pun langsung berlomba menuju kamar
mandi.
Setelah selesai mandi, kami pun keluar dari
kamar mandi itu secara bersamaan. Sambil
berpelukan, aku langsung mengambil rokok dan
kunyalakan sambil menghembuskan asap
dengan penuh kenikmatan, membayangkan apa
yang baru saja kami lakukan. Setelah beres
berpakaian, kami langsung check out. Tidak
terasa jam telah menunjukkan pukul 23.10 aku
mengantarkan Ivone hingga memperoleh taxi,
dan sebelumnya dia menghadiahi sebuah
kecupan.
“Ini cuma awal Dik.. aku ketagihan,” katanya
sambil melepas pelukan.
“Ya, Sayang.., met istirahat ya,” kataku.
Aku langsung pulang ke rumah dengan
kepuasan yang benar-benar tidak kuduga
sebelumnya. Gila.. kucing diberi daging.. mana
tahan..!
 
Aduhai .... Juragan dapet yang Bohayyyy .........
 
Seru!! jd gk junior nya, Kan di kasih mangkok gratis!!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd