Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Ya, Dia Kakakku.

Kirain cerita Kak Alya, untungnya bukan
Tagnya vanilla, siap-siap hati berbunga-bunga bacanya
 
Part 3 : Jealousy

"WAHHH PANAS BANGET ANJIR!!!"

Aku melempar tasku ke sofa ruang tamu begitu saja. Hari ini panasnya bukan main. Udah gitu pulang jam dua belas pas pula karena gurunya ada rapat dengan dinas setempat. Meski aku naik motor, tetep aja panasnya berasa.

"ADEK! Kebiasaan banget dah elu lempar tas sembarangan," teriak Kak Sella waktu melihatku serampangan begitu.

"Bentar ngapa kak.. panas banget tau!" kataku. "Mana pulang tengah hari bolong begini pula."

Kak Sella lalu duduk di sampingku sambil memangku tas sekolahku. "Iya ya.. tumben banget kamu pulang jam segini. Kamu ngga cabut dari sekolah kan?"

"Kagak lah," jawabku. "Satu sekolah katanya mau rapat ama dinas. Makanya dipulangin jam segini. Mana panas banget pula cuacanya. Untung aku bawa motor."

Kak Sella terkekeh geli mendengar keluh kesahku barusan. "Dek, kamu aneh banget dah. Ini rumah kan ada AC. Kenapa ngga kamu nyalain sih?"

Oh iya, ****** banget sumpah. Menyadari kebodohanku itu, Kak Sella kembali tertawa kencang. Kak Sella kemudian menyalakan AC dan diatur di suhu 18°.

"Dah tuh, udah kakak nyalain," kata Kak Sella. "Tadi emang sengaja kakak matiin soalnya kakak lagi masak di dapur."

Aku ngadem sebentar di ruang tamu. Sepuluh menitan kemudian aku mandi. Ya, mandi. Karena Kak Sella masih belum kelar masak, jadinya aku bisa mandi dengan nyaman dan santai. Kak Sella suka iseng soalnya. Kalo aku lagi mandi begini kadang dia nyelonong masuk terus ngocokin burungku dari belakang.

Setelah mandi, aku lihat Kak Sella sedang menyiapkan makan siang. Kakakku ini emang cocok banget deh jadi ibu rumah tangga. Setiap masakan Kak Sella nggak ada yang gagal. Kalo-kalo gagal pun juga paling kurang asin atau keasinan dikit.

"Pake baju dulu sana, baru puas-puasin liat kakak," tegur Kak Sella tiba-tiba. Aku hanya cengengesan lalu pergi ke kamarku. Aku nggak telanjang loh. Tapi saat ini cuman pake celana kolor aja.

Setelah pakai baju, aku makan siang dengan Kak Sella. Kak Sella bikin sayur sop, ikan lele goreng, sama sambel. Dan semuanya enak. Aku sendiri emang ngga bisa masak, bikin telor goreng aja berantakan. Tapi bukan berarti aku nggak bisa ngapa-ngapain di rumah. Kalo ada genteng yang bocor, aku yang benerin sendiri.

"Dek, hari ini kamu nggak ada niat buat main kemana-mana kan?" tanya Kak Sella tiba-tiba.

"Hmm.. nggak ada. Tadinya si Farid ngajakin main PS di rumahnya tapi aku males kesana. Rumahnya kan paling jauh dari sekolah, mana panas begini pula," jawabku.

"Nah kalo gitu temenin kakak ke kampus ya," pinta Kak Sella. "Temen-temen kakak ngajak kumpul nih. Mana ada cowoknya pula. Kamu temenin kakak ya."

"Emang ngapa dah kalo ada cowoknya?" tanyaku. Aku tau jawabannya. Tapi mau godain Kak Sella aja.

"Lu gausah mulai duluan deh," jawab Kak Sella. Nada bicaranya langsung berubah. "Pokoknya temenin kakak hari ini. Bawa mobil aja biar ngga panas. Nanti malem kakak kasih yang enak-enak deh."

"Iye iye, gausah ngambek gitu lah," kataku. "Ntar tak jejelin sambel ke mata nih biar pedes."

Kak Sella tertawa mendengarnya. Jujur, Kak Sella itu jarang sekali bad mood kecuali disinggung masalah cowok. Aku nggak tau sebabnya, beneran deh. Kak Sella selalu kesel kalo aku ngomong soal cowok lain ke dia. Aneh emang.

.
.
.
.
.

"Sel!! Sini!!"

Kak Sella menghampiri kawan-kawannya, dan yah, khas cewek lah, cipika-cipiki sama temen-temen ceweknya. Kak Sella juga cuman melambaikan tangan pada temen-temen yang laki lalu duduk di bagian cewek. Duh, kukira model ngumpul gini cuman ada di SMA. Ternyata di kuliah juga begini toh modelnya. Cowok sama cowok, cewek sama cewek.

"Dek, sini!!!" panggil Kak Sella. Tapi aku menggeleng. Aku duduk agak jauh dari mereka, membiarkan Kak Sella main dengan teman-teman kuliahnya. Biar ngga bosan, aku main game. Yah, seenggaknya ada yang bisa aku lakukan, bukan cuman duduk aja nungguin Kak Sella.

"Adek!" panggil Kak Sella, kali ini agak keras. "Sini ngapa!"

Ternyata bukan cuma Kak Sella, tapi teman-temannya yang lain juga memanggilku. Apa boleh buat deh. Aku ikut bergabung dengan mereka dan duduk di samping Kak Sella.

"Adek lu ya Sel?" tanya teman-teman cewek Kak Sella, kompak banget.

"Iya, ngapa? Lu demen ama dia?" sahut Kak Sella. Nadanya agak sensi, tapi pasti teman-temannya itu mengira Kak Sella pura-pura sensi.

"Sensi banget lu Sel," timpal salah satu teman cewek Kak Sella. "Gue kan cuman mau kenalan doang sama adek lu. Masa ngga boleh sih?"

Kak Sella cuma diam. Duh, lagian dia juga sih yang ngajak aku kesini. Kalo dia ngga ngajak kan ngga mungkin begini jadinya. Jadilah mau nggak mau Kak Sella memberitahu namaku sampai akun IG dan nomor WA ku.

Yang aku lakukan di sini cuma dengerin mereka ngobrol. Ngobrol-ngobrol biasa, sesekali ngomongin masalah kuliah. Karena aku nggak ngerti, aku diam saja. Aku baru bicara kalo ditanya sama mereka. Agak canggung juga sih sebenernya. Untungnya cuman sampe jam tujuh malem aja acara mainnya. Tapi itungannya lama juga sih karena aku sudah disini dari jam tiga sore.

.
.
.
.
.

Sepanjang jalan, Kak Sella lebih banyak diam. Aku ajak ngomong pun dia diem aja. Ditanya mau makan apa juga diem doang. Sampai rumah pun Kak Sella langsung masuk ke kamar, terus dikunci pula dari dalem.

Entah kenapa Kak Sella ngambek begitu. Aku memilih untuk mandi, kemudian nonton bola di TV. Setengah jam, Kak Sella belom keluar kamar dan aku ingat belom ada makanan. Karena nggak mau ribet (plus aku nggak bisa masak), aku pesan aja ayam goreng. Nasi di rice cooker masih cukup buat makan berdua. Aku lanjut nonton bola dan dua puluh menit kemudian, pesananku sampai.

Kamar Kak Sella masih dikunci. Aku ketuk pintunya beberapa kali sambil manggil namanya, tapi nggak ada jawaban. Lampu kamarnya nyala. Artinya Kak Sella mungkin belom tidur.. atau jangan-jangan dia ketiduran. Aku panggil dia lagi dan ketuk pintu kamarnya, kali ini lebih keras. Sepuluh menit kemudian, akhirnya, pintu kamar Kak Sella terbuka.

"Kenapa?" tanya Kak Sella.
"Makan yuk," ajakku.
"Ngga nafsu," sahut Kak Sella.
"Kak.. ayo makan. Kakak kan belom makan," bujukku.

Kak Sella belom mandi, keliatan banget soalnya dia belom ganti baju. Rambut panjangnya acak-acakan dan matanya agak sembab.

"Kakak abis nangis?" tanyaku.
"Ngga kok," jawab Kak Sella. Bohong, udah pasti.
"Mata kakak merah gitu," kataku.
"Kakak tadi ketiduran tau," sahut Kak Sella. Bohong juga.

Aku kemudian memeluk kakakku ini. Nggak ada penolakan sama sekali, meski dia juga tidak balas memelukku.

"Kakak marah sama aku?" tanyaku. Kak Sella diam. "Gara-gara kejadian tadi?"

Kak Sella mengangguk.

"Kak, aku punya kakak loh," kataku. "Kakak takut aku direbut sama orang lain ya? Nggak akan kok kak. Kakak ngga usah mikir yang macem-macem deh ya."

Kak Sella mengangguk. Dia balas memelukku akhirnya. "Harusnya kakak ngga usah dateng," katanya. "Kalo mereka ngechat kamu yang aneh-aneh, awas aja!"

Aku tertawa geli. "Langsung aku blok kalo mereka macem-macem," kataku.

Aku kemudian menyibak sedikit poni Kak Sella lalu mencium keningnya dengan lembut sambil mengelus-elus rambutnya. Kak Sella menaruh kepalanya di bahu kiriku, dengan sekali dengan leherku sampai-sampai aku bisa merasakan nafasnya yang hangat.

"Mau makan dulu atau mandi dulu?" tanyaku.
"Maunya peluk dulu," jawab Kak Sella.
"Sampe kapan? Pegel loh kak," sahutku.

Kak Sella melepaskan pelukannya, dan aku juga. "Iya deh, makan dulu," kata Kak Sella. "Tapi abis makan peluk lagi ya."

Aku mengangguk. Sebelum turun ke lantai bawah, Kak Sella mengatakan sesuatu padaku.

"Cuman peluk aja ya dek," kata Kak Sella. "Kakak.. lagi ngga kepengen."

"Siap bos," kataku sambil tersenyum.

Bersambung....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd