Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Ya Dia Pacarku, Riska..

Bimabet
Masih di isi dengan chapter yang letoi dari cwo nya riska. Ga da ketegasan sama sekali
 
Malah makin emosi ini mah hu kwkwkw di tunggu pergerakan nya si karakter UTAMA, masa cewe nya di pake orang trus ampe bikin video kaya gitu cuma diem doang, mending kalo emang dia ga nyimpen rasa sakit di dirinya ngerasa biasa" aja gitu ga masalah, ini udh nyimpen rasa sakit tapi malah ga bertindak kwkwkkw
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
masih belum tau arah jalan ceritanya.. apakah pembalasan atau pasrah.
 
Ane bikin chapter ini tujuannya buat ngademin emosi suhu-suhu semua, di chapter ini lebih main ke perasaan biar suhu-suhu semua gak panas lagi. Semoga suhu-suhu bisa terbawa suasana yang tokoh "Aku" rasakan di chapter ini. Maaf kalo ceritanya kurang menarik ya suhu. Selamat menikmati​

Btw, buat yg masih nanya kok bedanya gak jauh beda sama cerita yg sebelumnya, ane cuma bilang sabar aja gan hu, ane emang udah siapin extended tapi itu nanti buat di bagian akhir cerita. Jadi biar sama sama dapetin feelnya sama yang baru baca, mari nikmatin aja updatean2 ane 🙏🙏🙏


"Sayang bangun sayang, aduh kenapa ini? Sayang gapapa kan?" Riska membangunkanku dengan wajah panik.
"Auw, iya udah bangun ni" jawabku setelah merasa nyeri di tangan kananku yang sekarang sedang diangkat Riska.
"Ayo sekarang ke rumah sakit, pokoknya ayo. Mana kunci mobilmu?" Riska dengan panik mencari kunci mobilku. Setelah ketemu yang dicarinya, dia mengambilnya kemudian menarik tubuhku.
Ya, aku semalam telah memukul kaca di lemari kamar kosku karena aku sangat emosi sekali memandang wajah pecundang yang tidak berdaya melihat pengkhianatan pacarnya sendiri, walaupun terasa perih tanganku semalam tapi rasa itu teralihkan atau mungkin rasa perihnya tidak sebanding dengan rasa sakit hatiku, yang akhirnya aku membenamkan kepalaku di bantal dan aku tertidur.


Aku sampai tidak tahu kalau semalam Riska berkali-kali menelepon aku dan mengirimkan chatt whatsapp yang isinya meminta maaf gak bisa nepatin janjinya dengan alasan Rani minta tolong dia untuk menemani ke kampung Rani karena ada keperluan, dan di pesan tersebut juga dia bilang bahwa sekarang dia baru sampai kos dan pengen langsung tidur karena kelelahan nemenin Rani pulang kampung. Bagaimana mungkin aku percaya alibi dia? Kan aku juga sempet nelpon Rani saat aku lagi cari Riska, aku cuma tersenyum saja baca pesan dari dia. Aku baru sempat baca BBM dia saat di dalam mobil.


Selama di jalan Riska fokus mengendarai mobilku, hingga kamipun tenggelam dengan aktivitas masing-masing. Riska mengendarai mobilku dengan ngebut, kulihat dengan lincahnya dia mengambil sela-sela yang ada diantara kendaraan lainnya hanya dengan bermodal klakson, lampu dim dan lampu sign dia berhasil berkelak-kelok menembus jalanan, hingga akhirnya kami sampai di rumah sakit terdekat.


Sesampainya di pintu UGD, mobilku langsung di cegat oleh beberapa perawat dan seorang dokter. Mereka membawa ranjang yang beroda dan sebuah kursi roda, tapi semua aku tolak dan aku memilih untuk berjalan sendiri saja. Riska terlihat terburu-buru mengarahkan mobilku ke parkiran dan dia terlihat masuk untukmengurus administrasi.



Di dalam sebuah ruangan beberapa dokter dan perawat sibuk mengeluarkan serpihan kaca dari punggung tanganku dan setelah itu luka tersebut di jahit. Sial, sekarang baru terasa betapa sakitnya ini tangan, batinku.


Setelah segala urusan administrasi selesai, kamipun pulang. Di dalam mobil, Riska dengan cerewet sekali memarahiku kenapa bisa sampai berbuat sebodoh itu. Tapi aku gak peduliin ocehannya itu, kuambil Hpku kemudian aku pasang headset dan kumainkan musik di Hpku dengan suara full. Beberapa saat kemudian kami sampai di kosku.


"kamu kenapa sih bisa bego banget pake acara pukul kaca segala?itu kan bahayain nyawa kamu. Siapa sih yang bikin kamu jengkel sampai kamu bisa gitu, kamu gak berani sama dia? Harusnya kamu datengin dia dong pukul dia, jangan jadi pengecut cuma berani pukul kaca!" Oceh Riska dengan wajah merah padam di dekat pintu kosku, kulihat air mata mengalir di sela-sela matanya yang dari tadi basah.


"Gapapa sayang, cuma aku lagi sebel aja sama temen kampusku yang udah ngerjain aku. Ya berani aja sih pukul dia, tapi kan aku juga jaga perasaan dia sebagai temen sayang" Jawabku tenang sambil sedikit tersenyum, agak mebingungkan juga sih ini aku tersenyum atau meringis karena rasa sakit ditanganku.


"Kemudian Riska mendekatiku yang sedang duduk diranjang, dia sedikit membungkukkan badannya dan kedua tangannya memegang pipiku.


"Yaudah, jangan diulangi lagi ya, aku gamau kamu sakit sayang" ujar Riska iba, kemudian sebuah ciuman mendarat di dahiku.


"Sayang, minggu depan kamu libur gak? Liburan yuk kita keluar kota gitu deh" tanyaku.


"iya aku libur sayang, kan libur semester udah mulai minggu depan, ayok deh kita berlibur, eh emang KKN kamu udah selesai?" Riska terlihat sangat senang.


"Udah ah kamu belum saatnya ngomongin KKN, kampusmu kan gak ada KKN" Ejekku sambil menjulurkan lidahku.


"Eh ini anak malah pamer lidah ya, kalu aku sedot lidahnya baru tau rasa deh kamu sayang" balas Riska sambil diiringi tawa.


Liburan, ya itu yang aku pikirkan semalam sebagai usahaku menjauhkan Riska dari Andi dan Rudi, saat liburan nanti aku berniat melamarnya, aku pikir saat sudah ada cincin yang melingkar di jari manisnya tentu Riska akan menjaga ikatan suci ini.


Seminggu ini aku lewati dengan biasa saja, aku gak melakukan aktivitas mengintaiku seperti sebelum-sebelumnya, aku seperti sudah tidak peduli dengan itu semua. Tapi aku tetap memantau aktivitas Riska melalui telepon, dan tidak ada yang mencurigakan sama sekali aktivitas dari dia dan diapun malah makin sering datang ke kosku.


Hari ini adalah hari dimana aku dan Riska akan berlibur, kami akan menghabiskan waktu 2minggu untuk bersama agar lebih dekat satu sama lain. Kami akan berlibur di sebuah resort pantai yang ada di provinsi sebelah kami tinggal saat ini. Saat ini aku sedang menuju ke kos Riska.


Kulihat Riska sudah menunggu depan kosnya, kulihat dia mengenakan kaos ketat yang memetakan tekstur tubuh bagian atasnya, dan bawahanya dia mengenakan sebuah hotpants, disampingnya terlihat sebuah koper dan di punggungnya ada sebuah ransel.


"Maaf bu, ini ibu Riska yang mau minggat itu ya?" Ucapku ketika turun dari mobilku dan membungkuk bersikap seolah seorang supir yang bersiap mengantar majikannya.
"Aku ini bukan mau minggat, tapi mau di culik sama pak supir yang ganteng ini, aku rela kok pak. Hahaha" jawabnya sambil tertawa dan merentangkan kedua tangannya seperti memasrahkan tubuhnya untuk kuculik.


"Lagian kamu ini, mau liburan aja pakaian satu lemari dibawa semua, mana bawa koper sama ransel lagi, huh" ucapku sambil menggerutu.


"Ih sayang, aku kan gatau rencanamu kaya apa, jadi aku bawa aja koper sama ransel, ini tu tandanya aku siap mau kamu ajak liburan ala koper atau ransel" Riska beralibi sambil memanyunkan bibirnya, sungguh sangat menggemaskan melihat kelakuannya ini.


"Oh yaudah aku bawa masuk kamar aja kopernya, kita tidurnya di pom bensin kok nantinya" Kataku saat mengangkat kopernya dan pura-pura berjalan masuk ke halamn kosnya.


"Wuuu dasar pelit, yaudah masukin ke mobil aja kopernya, biarin deh nanti kalo kamu mau nginep di pom bensin gapapa, biar Riska nanti sewa hotel sendiri" Jawab Riska pura-pura kesal, aku jadi semakin gemas saja sama dia.


Akhirnya kamipun berangkat ke tujuan, waktu tempuh ke tempat tujuan sekitar 3 jam dari kota kami, di dalam mobilpun kami ngobro-ngobrol, mendengarkan musik sambil bernyanyi bersama. Hingga gak terasa kami sudah masuk ke lokasi wisata tersebut.



Aku langsung menuju ke sebuah hotel yang dulunya sudah aku reservasi.


Saat check in di resepsionis, aku terkejut karena bertemu dengan teman sekolahku, aku sangat dekat dengan dia karena kami satu ekskul dan sering nongkrong bareng juga. Ajun, teman sekolahku yang sekarang sudah berbeda penampilannya, penampilannya sangat maskulin dan kulihat sekarang dia berkumis, aku sampai senyum sendiri bagaimana dia dulunya sangat anti dengan rambut yang tumbuh di atas bibirnya itu karena dia bilang akan terlihat lebih tua kalo tumbuh kumis.


Ajun ini sekarang sudah bekerja, karena dulu saat lulus SMA dia diterima di kampus kedinasan milik pemerintah. Dia bilang sedang ada kerjaan di daerah sini.



Dia bilang akan disini selama 40 hari dan sudah 2 minggu disini, wah kebetulan dia bisa jadi temen kalo lagi bosan. Setelah aku mengenalkan dia dengan Riska kemudian aku dan Riska berjalan menuju kamar kami.

Malam harinya aku ajak Riska jalan-jalan disekitar hotel yang kami tempati, aku menjelaskan beberapa hal ke dia, kulihat dia menatapku dengan heran saat aku menjelaskannya, hal itu wajar saja karena aku memang belum pernah kesini tapi aku jelasin ke dia seolah-olah hafal betul tempat ini, padahal kan aku tau itu semua juga dari internet. Sebagai mahasiswa yang katanya merupakan kaum berpendidikan, tentu saja teknologi itu harus dimanfaatkan, ya salah satunya menggunakan teknologi untuk mencontek pas ujian.


Kami menghabiskan malam itu dengan jalan, makan, dan meminum beberapa bir kaleng, aku lihat juga Riska mampir ke sebuah toko dan kemudian membeli dua bungkus rokok, kemudian dia menyerahkan kepadaku sebungkus rokok dan satu bungkusnya dia masukkan ke dalam tas.



Aku kaget juga sebenarnya melihat dia jadi doyan minum bir dan sekarang dia berani membeli rokok di depanku.



Tapi itu semua aku cuekin saja. Setelah agak jauh berjalan, akhirnya kami berhenti di sebuah taman bermain umum untuk sekedar istirahat, aku berjalan menuju ke mainan prosotan dan Riska berjalan mengikutiku, aku naik ke tangga prosotan dan Riska menghempakan pantatnya ke ayunan yang letaknya disamping prosotan tersebut.


"aku kalo lagi stress sama tugas kuliah emang suka ngerokok dikamar, maaf ya sayang aku baru ngasih tau" Ucapnya sambil menyalakan rokoknya kemudian dia hisap dalam-dalam.



Dari cara menghisapnya aku yakin itu merupakan kebiasaan orang yang sudah terbiasa merokok.


"Oh jadi sekarang stress juga ni jalan sama akunya?' ucapku menggodanya


"enggak sayang, aku pengen ngerasain aja sensasinya ngerokok kalo lagi bahagia, ternyata emang rokok itu teman segala suasana ya hihii" ucap riska sambil kulihat dia terkekeh.


"sayang sini deh, aku mau ngomong sesuatu yang penting" Ucapku sambil memasang muka serius tanpa beranjak dari tempat dudukku.


"Ih mau ngomong apa sih?" kata Riska sambil bangkit dan mendekatiku.


Karena memang perosotan ini untuk anak-anak jadi tidak terlalu tinggi, sambil membungkuk aku meraih tangan kiri Riska, kemudian aku elus punggung tangannya, aku mengambil sebuah benang di saku jaketku, kemudian ujung benang itu aku ikatkan di jari manis Riska. Riska tampak heran melihat kelakuanku mengikat jari manisnya. Kemudian benang itu aku tarik dan kulihat tangan Riska juga tertarik ke atas. Kemudian aku mengambil sebuah cincin yang aku sembunyikan di saku jaket, aku perlihatkan cincin itu ke dia.


"Sayang, aku boleh jadi teman segala suasanamu gak? Kalo mau, pas aku lepasin benang ini dari tanganku, kamu harus tetap menahannya di posisi ini, tapi kalo kamu belum mau, kamu boleh turunin tangan kamu" Pintaku dengan muka serius. Riska tampak kaget dan mulutnya terbuka, tapi tangan kanannya dia angkat untuk menutupi mulutnya.


Aku lihat mata Riska berkaca-kaca, melihat itu nyaliku jadi ciut untuk melepaskan benang itu, jangan-jangan di hatinya sudah ada yang lain, entah Andi atau Rudi. Tapi sebagai sebagai seorang lelaki aku harus tetap melanjutkannya, apapun resikonya akan aku terima.


Setelah beberapa detik berpikir, akupun membulatkan hatiku untuk melepaskan benang tersebut, aku lepas dengan spontan. Saat itu waktu terasa begitu lambat, seperti di slowmotion saat benang itu terlepas akupun melihat tangan Riska bergerak perlahan untuk turun, menyadari itu saat melihat gerakan turunnya tangan Riska akupun merasa hatiku begitu sesak.


Tapi saat tangan itu belum sempat turun sempurna, aku lihat Riska mengangkat tangannya dengan cepat dan berusaha memposisikannya seperti saat tertarik benang tadi.



Melihat itu hatikupun terasa sangat senang kemudian dengan cepat aku tarik lagi benang itu hingga menjadi kembali tegang, kemudian aku masukan ujung benang yang aku aku pegang ke dalam lubang cincin dan kemudian aku melihat cincin itu meluncur menyusuri benang tersebut dan akhirnya cincin itu berhenti pas di jari manisnya.


Aku lihat Riska meneteskan air matanya dan dia mengembangkan senyum yang lebar. Akupun beranjak turun dari tempatku berdiri yang langsung disambut dengan pelukan erat oleh Riska.


"Makasih sayang buat kejutannya, aku seneng banget deh" ucapnya sambil membenamkan kepalanya didadaku.


"Iya sayang aku juga seneng banget, lega banget deh. Paling gak tu cincin jadi DP dulu, nanti bakal aku ganti jadi cincin kawin" Aku mengelus rambutnya, kemudian mengecup kepala dia.


"Wuu masa DP sih? Emangnya aku lagi kamu kredit ya? Eh tadi kamu bilang apa? Temen segala suasana ya? Emang kamu mau jadi rokok ya sayang?" ucap Riska sambil mendongakan kepalanya dan menatap mataku.


"hmm gimana ya, gpp deh jadi rokok, kaan udah sering di hisapin sama kamu juga" Ucapku kembali memasang mimik wajah serius.


"wuuuu dasar mesum ya, awas aja nanti aku isep sampe ngilu-ngilu" Riska memukul dadaku, kemudian kami tertawa bersama.


Malam itu kami bersetubuh dengan sangat liar, Riska juga terlihat semakin liar dan mulai keluar sifat manjanya yang dulu.


****************************************************************************************
Hari ketiga aku terbangun agak siang, saat itu aku bangun karena aku merasakan ingin kencing. Saat aku akan ke kamar mandi, kulihat pintu kamar mandi tertutup, ingin aku ketuk pintunya tapi aku tahan karena aku dengar sama-samar suara Riska sedang berbicara, aku berpikir mungkin dia lagi mandi sambil nyanyi.



Tapi dari suaranya terdengar seperti orang ngobrol bukan orang nyanyi, beberapa saat kemudian aku dengar suara ckrik ckrik ckrik, suara seperto dia sedang memotret. Ah dasar cewek hobinya selfi, dikamar mandipun masih sempet-sempetnya selfie. Akhirnya aku ketuk juga pintunya dan bilang kalo aku kebelet.


"Wuuu gak sabaran banget sih sayangku ini" Ucap Riska saat keluar dari kamar mandi sambil memanyunkan bibirnya dan mencubit hidungku.


Wangi semerbak tercium saat dia keluar dari kamar mandi, akupun berkesimpulan dia habis mandi.



Aku perhatikan dia yang sedang berjalan memunggungiku, dia saat itu menggunakan kimono yang waktu itu aku lihat saat sedang mengintip di kos Andi, kimono yang dia gunakan untuk menggoda bapak-bapak preman kroco musuh si Andi itu. Kulihat celana dalam merah terbayang dibalik kimono tersebut, sangat seksi memang. Kulihat rambutnya yang tergerai.



Ya ampun aku baru menyadari, rambut itu sudah kering, gak seperti rambut orang yang baru saja mandi dan gak sempat mengeringkan rambutnya karena pintunya sudah aku ketuk. Berarti Riska sudah selesai mandi dari tadi, tapi kenapa baru keluar sekarang. Ah gak mikir, yang penting aku harus menuntaskan hasrat buang air ini.




Kami habiskan hari itu dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan tapi juga melelahkan, pokonya kegiatan alam yang benar-benar menguras keringat kami. Bangga juga rasanya melihat Riska menjadi pusat perhatian orang, dimana banyak orang yang curi-curi pandang untuk melirik ke Riska. Saat itu Riska mengenakan baju santai kaos ketat dan juga hotpants.



Warna kaosnya yang berwarna kuning dipadu dengan kulitnya yang mulus sungguh sangat menarik sekali. Riska yang sadar dirinya jadi perhatian tampak mukanya memerah dan agak salah tingkah dia.


Sore harinya kami pulang ke hotel, karena hari ini sangat lelah dan berkeringat, Riska pun berlari mendahuluiku masuk ke kamar mandi untuk mandi. Aku cuma tersenyum melihat tingkahnya.


Saat masuk ke kamar aku lihat HP Riska tergeletak, akupun mengambilnya dan memainkannya, aku iseng-iseng membuka whatsappnyaa dan aku lihat sepertinya dia sedang asik whatsaapan dengan Andi, aku baca isi chattnya biasa saja aku arahkan aja kursornya keatas, agak penasaran juga waktu aku lihat beberapa tulisan "picture has been send" dan aku lihatada tulisan "file video has been send".



Aku yang penasaran mulai membuka galery dia, saat aku membuka folder foto disitu tidak ada foto yang mencurigakan, akhirnya aku tutup folder itu dan aku buka folder video, aku mainkan video teratas, ternyata itu video dia yang tadi di pantai yang menampilkan indahnya pantai, aku pun meng close video itu dan beralih ke video kedua, aku mainkan video itu dan terdengar bunyi kresek-kresek dan kemudian video itu menampilkan gambar lantai kamar mandi, degg. Aku pun terkaget, kemudian kamerany



a seperti diputar untuk menampilkan sudut dari kamar mandi itu. Kemudian sepertinya kamera itu diputar kembali dan sekarang terlihat wajah Riska pacarku sedang tersenyum sambil tangannya dihadapkan ke kamera sambil menunujkkan 2 jarinya seperti sedang memperlihatkan simbol peace. Kemudian kamera itu bergerak tidak karuan, beberapa saat kemudian dia terlihat sudah mengenakan headset, lalu dia mulai berujar.


"Haii Andi sayang. Aku abis mandi loh, wangi deh deh ini" terlihat Riska berkata begitu sambil menghirup aroma tangannya.
"Kamu pasti kangen kan sama aku? Hihi, udah lama ya gak liat tetek ini? Kan kamu suka banget sama tetek aku. Coba deh kamu kesini nanti aku kasih nenen deh" Riska telihat menunjukkan payudaranya, suara Riska itu pelan seperti tertahan, ditambah lagi suara gemericik air yang menyamarkan suaranya jika terdengar dari jauh.


"Ah tapi kamu kan sukanya malah remes-remes kaya gini, sukanya juga mainin putingku kayak gini kan ouhhh" Riska berbicara sambil mendemonstrasikan apa yang dia ucapkan itu.


"Pasti kamu sekarang ngaceng ya liat video ini? Pasti udah tegang banget deh ndi yahhhh" Riska terlihat memainkan payudaranya sendiri.


"Ndii, Riska pengen banget ni ndiii, biasanya kan andi suka ciumin memek Riska, geli banget tau sayang rasanya, apalagi kalo lidah kamu jilat-jilatin itil Riska, uhhhh gelli banget ndi tau gak sihhhh" Kulihat Riska memejamkan matanya, sambil mendesah-desah.



Kulihat tangan Riska sudah dibawah tapi aku gatau apa yang sedang dia lakuin, karena arah kamera masih mengarah ke wajahnya yang terlihat sangat keenakan.


"Eh lupa Andi belum liat memek Riska kan? Duh kasian, ini deh Riska kasih lihat ya memek Riska lagi diapain" Kulihat arah kamera sekarang mengclose-up vagina Riska.


"Nih ndi memek Riska udah basah banget, dari semalem bayangin kamu sih uhhh. Riska mainin jarinya di memek sambil bayang itu kontolnya Andi yah ouhhh" Jari telunjuk terlihat menyusup kedalam vagina Riska.


"kurang andi sayaaangghh, kurang enak. Riska tambahin satu lagi ya sayang uhhh hmmm" kulihat jari tengah Riska menyelusup juga ke dalam vaginanya.


"ouhh enak ndi, ahhh Riska tambahin aja deh jarinya biar rasanya sama kaya kalo lagi disodok kontolnya andihhhh ouhhhmmm" kulihat jari manis Riska juga menyusup menyusul kedua jari sebelumnya.


Aku agak sedikit lega karena melihat di jari manisnya yang menyelusup ke dalam vaginanya tidak melingkar cincin pemberian dariku. Paling tidak dia masih menghormati hubungan kami.


Kulihat dilayar arah kamera tidak lagi fokus vaginanya tapi malah ke arah kakinya, kudengar suara Riska mendesah-desah. Ah dia pasti sedang keenakan hingga tidak bisa fokus memegang HPnya. Setelah itu dia desahannya berkurang.


"Maaf ya ndi tadi gak fokus, abis enak banget sih bayanginnya. Duuuh bayangin aja enak apalagi beneran ya hihi, uh jadi pengi deh sayang" kulihat Riska agak sayu, tapi sempat juga dia terkekeh.



Kulihat Riska seperti bangkit dari duduknya di kloset tadi, kemudian dia seperti berjalan, kemudian dia membalikkan badanya.



Ternyata dia sudah berada di depan cermin dan kini sedang memunggunginya.


"Mau ini gak?" Ujar riska sambil mengelusi pantatnya, itu terlihat dari pantulan cahaya cermin. Dan kulihat tangannya menyusuri pantatnya dan kemudian kulihat telunjuknya sudah berada di lubang anusnya.


"Tapi Andi gak boleh make dulu ya, harushh ijin sama rudiihh duluhh ohh" kulihat telunjuknya pelan-pelan masuk ke anusnya. Dan dia mulai gerakan telunjuknya keluar masuk lubang anusnya.


"Uhhh uhhh nggghhh, Enak banget sayang, udah lama gak dimasukin soalnyahhhh" Pantat Riska terlihat ikut bergoyang.


"Udah ah capek, cukup ya sayang, paling juga kamu udah ngaceng sekarang, sana gih keluarin. Nanti aku kirim foto aja deh yah sayang" Kemudian video itu selesai. Kemudian aku keluar dari galery dan kemudian aku kunci lagi keypad HP dia.



Suara Riska walaupun agak berbisik tapi terdengar jelas karena dia menggunakan headset.


Aku menontonnya jadi sangat bernafsu, aku mulai mengelus penisku dari luar celanaku, kemudian aku lepas celanaku dan mulai mengocoknya. Saat sedang asik-asiknya mengocok kudengar pintu kamar mandi dibuka.


"Ihh sayang kok mainin itunya sendiri sih? Pasti bayangin aku lagi mandi ya hiihi' Dia pura-pura menutupi matanya.


Melihat itu aku menjadi sangat gemas kemudian aku langsung bangkit dan kutarik tubuh dia, kubalik tubuh dia dan kudorong badannya ke arah meja rias, Aku langsung memelorotkan celana dalamnya dan kuangkat bagian bawah kimononya hingga sampai ke pinggul dia, aku lihat vagina dia yang montok menggembung itu aku sangat bernafsu dan mulai memasukkan penisku ke vaginanya.


"uhhh sayang sakit, masih kering soalnya awwww" Riska sedikit protes, tetapi aku gak peduli dan aku pompa vagina dia sampai aku ejakulasi. Kemudian aku berjalan ke ranjang dan berbaring.


"duh jadi keringetan lagi deh gara-gara kamu sih sayang. Kok tadi nafsu banget sih?" ucap riska setelah menghempaskan tubuhnya untuk berbaring disampingku.


"Ya tadi aku bayangin tubuh kamu yang lagi mandi sih" ucapku sambil tersenyum kepadanya.


" Wuu tapi kan aku jadi keringetan lagi, kamu sih enak belum mandi, lah aku kan udah mandi. Yaudah sana gih mandi, bauu tau, huweeek" Riska mendorong badanku sambil menutup hidungnya dan pura-pura ingin muntah.


Mendengar itu akupun mulai beranjak dan kemudian berjalan ke arah kamar mandi.


"Sayang" Panggil Riska manja.


"Ya?" jawabku lirih sambil menengok ke arahnya.


"ikuut" aku melihat dia turun dari ranjang dan setengah melompat kemudian memelukku dari belakang.


Akupun berjalan kekamar mandi sambil membawa beban yang cukup berat. Ya, riska memelukku dari belakang kemudian menaikkan kakinya ke pinggulku, jadi sekarang posisi dia sedang kugendong.



Dapat kurasakan ketatnya payudaranya menempel di punggungku dan vaginanya terasa hangat di pinggulku. Kemudian aku mulai memutar gagang pintu dan mendorongnya.


Cklek.​
Sampai jumpa di page berapa hu ?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd