Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Ya Dia Pacarku, Riska..

Waaah, jadinya ending beda ya Hu..... padahal yang dulu endingnya keren banget tuh build up nya.. si Yohan enggak jadi simp aja ke Riska, tetep punya dignity pada akhirnya....
semoga yang ini tetep bagus dan ceritanya oke juga ya Hu...
Untuk kerangka epilog udah jadi hu, tinggal mikir sisipin SSnya dan SSnya ane udah ajak colabs salah satu suhu di mari juga, tinggal nunggu beliau selesein SS baru deh epilog siap meluncur, epilognya nanti semoga gak mengecewakan ya huu 🙏🙏
 
Ada alat buat percapat hari ga sih, gak sabar jadinya🤣
 
Update huu


Sekitar jam10 malam Riska datang ke kosku, wajahnya terlihat sangat lesu.


"Balanja apa sih kok sampe malem gini?" Tanyaku ke Riska.


"Ya belanja macem-macem"Jawab Riska singkat.


"Sayang, horni ni" Ucapku sambil memeluk Riska dan menciumi telinganya.


"Duh, jangan sekarang deh aku lagi capek" Riska berusaha melepaskan pelukanku.


Aku tidak melepaskan pelukanku, malah mempererat pelukanku, bahkan kini aku mengunci badan Riska hingga Riska kesakitan. Tapi aku gak peduli dan mulai meremas-remas payudaranya. Aku remas dengan kasar.


"Hei sayang lepasin. Bajingan!" Riska membentakku. Aku terhenyak, Riska menyebutku bajingan? Batinku


Aku gak peduli bahkan sekarang aku sudah membuka bajunya dan sekarang sedang kunikmati payudaranya.



Tangankupun sekarang sedang berusaha membuka celananya dan aku berhasil membuka celana dia dan juga celana dalamnya. Aku sudah bernafsu sekali melihat apa yang Riska lakukan seharian ini sehingga tanpa perlu disentuh Riskapun penisku sudah tegang maksimal.



Aku elus dan aku celupkan jariku ke vagina Riska, Riska masih saja meronta-ronta.


Aku yang sudah sangat bernafsu tidak memperdulikan rontaan Riska dan kudorong saja tubuh dia ke ranjang, aku buka kedua kakinya.



Ya ampun, aku melihat memek dia memerah, mungkin karena terlalu sering dihantam penis seharian ini pikirku. Akupun langsung memasukan penisku ke vaginanya dan dengan mudahnya penisku menerobos vagina dia. Entah karena memang vagina dia juga sudah 'basah' atau melongar karena di terobos penis lain sebelumnya. Entah lah aku tidak peduli.


Bosan dengan posisi missionaris, akupun membalik tubuh Riska dengan kasar, sehingga Riska sekarang sudah menungging dan langsung saja aku tancapkan penisku ke vaginanya.



Aku genjot dengan cepat, saat aku melihat pantatnya terlihat lubang anusnya yang mungil dan membuatku tergoda.



Kubasahi jari telunjukku kemudian aku masukkan ke anus Riska, terdengar lenguhan Riska "heenggg'.



Puas memainkan jariku di lubang anus dia akupun mencabut jariku dari anusnya dan penisku dari vaginanya, kemudian aku coba terobos lubang anus dia. Tapi tangan Riska menghalanginya dan mendorong tubuhku.


"jangan disitu, aku gamau njing!" Riska kembali membentakku.


Aku tidak peduli dan terus saja aku berusaha membenamkan penisku ke anusnya, dan akhirnya aku berhasil dan aku langsung genjot saja lubang tersebut sampai aku berejakulasi didalamnya. Kemudian PLAKK!


"Kamu kok jadi kasar ginin sih! Kamu berubah!" Riska membentak dan menamparku


"Maaf, aku tadi cuma lagi horni aja" Ucapku dengan kepala menunduk.


"Aku gak suka ya, kalo aku bilang enggak mau ya enggak! Kamu udah berubah!" Mata Riska melotot ke arahku. Dia terlihat marah sekali.


"Iya aku udah berubah, kamu berubah, semua sudah berubah, dan aku rasa aku udah gak bisa mengikuti arus perubahan itu" Ucapku tenang, tapi mataku menyorot tajam mata Riska, memainkan psikologi dia.


"Maksudmu?" tatapan Riska yang tadinya garang, sekarang berubah menjadi tatapan yang penuh tanya.


"Ya, aku rasa kita udah gak bisa sama-sama lagi. Terlalu banyak perubahan yang gak bisa aku ngertiin. Aku juga udah mau fokus sama skripsiku" aku tetap berusaha tenang.Kulihat air mata Riska mulai menggenang di kedua matanya.


"Aku lagi gak mau becanda ya sayang" dia sepertinya sangat berharap ini semua hanya gurauan.Dia terlihat lemas.


"Maaf Ris, aku mau fokus sama skripsiku" Ucapku lagi, sekarang kulihat air mata Riska mulai mengalir.


"Kenapa? Kenapa harus putus? Kita bisa break dulu, nanti setelah kamu wisuda kita bisa lanjut lagi" Riska sangat berharap.


"Maaf Ris, aku gak bisa janjiin itu. Masalahnya terlalu kompleks" ucapkusambil menyalakan rokok dan menghisapnya dalam-dalam.


"Aku gak mau sayang, please cabut lagi kata-katamu itu. Aku mau nglakuin apa aja sayang, please" Riska tiba-tiba memelukku dan menangis didalam pelukanku. Akupun memeluk dia dengan erat, Kemudian mencium rambut dia.


"Selama ini juga kamu udah ngelakuin segalanya buat aku, makasih ya Ris' Ucapku sambil tetap mencium rambut dia.


"Enggak, kamu pasti becanda kan sayang? Aku gamau putus. Aku pengen tetep sama kamu selamanya" Riska mempererat pelukannya.


"Semua akan baik-baik aja Ris" Ucapku sambil tetap memeluknya.


"Gak mau! Riska baik-baik aja kalo sama kamu!" Jawabnya.


"Ih lihat deh rambutmu berasap. Fyuh fyuh" Ucapkua sambil meniup-niup rambutnya. Karena saat itu ada asap rokokku di rambutnya. Aku juga sedang berusaha mengalihkan pembicaraan.


"Iiih sayang jahat banget deh! Udah bikin aku nangis bukannya diademin malah disembur asep rokok huuuh" Ucapnya sambil mengacak-ngacak rambutku. Sepertinya dia udah bisa teralihkan perhatiannya. Huft.


"Eh coba mana aku lihat belanjaannya, ada makanan kan? Aku laper ni'Ucapku sambil melepas pelukan Riska kemudian tersenyum lebar ke arahnya. Riskapun tersenyum padaku kemudian dia mengambil beberapa mie instan kemudian memasaknya.


Kami makan mie sambil bercanda, sambil bercerita apapun yang bisa diceritakan. Riska yang awalnya murung akhirnya terpancing juga tawanya dan kami sangat menikmati malam itu. Riska kemudian pamit.


Beberapa saat kemudian aku mendapat whatsapp dari Riska 'Aku sayang kamu, aku gak mau kamu ninggalin aku'. Aku hanya tersenyum membacanya. Besoknya Jam 8 pagi aku memutuskan untuk pulang kekampungku saja.
*********************************************************************************
Satu minggu sudah aku di kampungku, selama satu minggu ini juga aku gak berhubungan sama sekali dengan Riska karena Hpku aku matikan. Seminggu ini aku habiskan waktu bersama keluarga dan temen-temenku. Sempat ketemu juga dengan beberapa mantanku dan akhirnya nonton juga dengan beberapa mantanku itu dalam waktu yang berbeda. Sempat juga mereka mengalihkan pikiranku dari Riska tapi saat bangun tidur aku teringat kembali dengan Riska.


"Itu ada telepon tu dari mamanya Riska katanya pengen ngobrol sama kamu" Mamahku memberitahuku.


"Ah bilang aja lagi keluar atau masih tidur" jawabku enggan.


"Eh gak boleh gitu, gimanapun dia udah baik sama kamu, sama keluarga kita juga kenal dekat" Mamaku memaksaku untuk menerima telepon dari mamanya Riska.


Akhirnya akupun menerima telepon dari mamanya Riska, di telepon dia menceritakan keadaan Riska yang sekarang kelihatan murung dan sering menyendiri dikamar.



Dia menananyakan kenapa Hpku gak bisa dihubungi, aku bilang saja lagi kehabisan baterai.


Malam harinya saat makan malam aku disidang oleh kedua orang tuaku.



Mereka menanyakan kenapa sampai aku memutuskan hubungan dengan Riska, mereka sangat kecewa karena mereka sudah menyayangi Riska karena Riska anaknya baik dan sopan, bahkan kalau mamaku pergi menjengukku juga tidak lupa dia pasti pergi berbelanja bareng dengan Riska.


Setelah mendengar penjelasanku (tentu tidak menceritakan pengkhianatan Riska) mamaku menerima saja alasanku yang ingin fokus untuk mengerjakan skripsi, tapi disitu papaku tidak terima dan dengan alasan sebagai lelaki harus jantan harus berani menjelaskan semuanya kepada Riska apa yang aku jelaskan dihadapan kedua orantuaku.



Akhirnya mereka memutuskan hari minggu ini aku dan Riska harus ketemu dan sepertinya mereka berharap aku gak berpisah sama Riska.



Huh, konspirasi keluarga pikirku! Ini kan masih hari senin, tapi yaudahlah hari Rabu nanti aku bakal balik ke kosku.


******************************************************************************

Akhirnya sekarang sudah hari minggu, hari yang aku tunggu-tunggu dan hari yang akan menjadi hari yang menegangkan. Aku dan Riska janjian ketemu di tempat yang pertama kali aku menyatakan cinta ke Riska.



Di sebuah cafe yang terletak dipinggiran kota. Kami janji ketemu jam 7 malam.


Uh,udah jam 6 aja, pikirku. Akupun langsung mandi dan bersiap-siap ke cafe. Di perjalanan hatiku berdebar-debar gak menentu, bingung apa yang harus kulakuin nantinya, karena gimanapun aku masih sangat menyayangi Riska.


Aku akhirnya sampai juga di cafe, aku menanyakan meja reservasi atas nama Riska.



Seorang pelayanpun mengantarkanku ke meja tersebut. Aku sempat tertegun, meja yang sama yang 2 tahun lalu aku dan Riska tempati saat aku berencana menembaknya.



Tapi bedanya sekarang Riskalah yang memilih meja ini untuk kami berdua. Setelah kami jadian kami gak pernah lagi duduk di meja itu karena Riska bilang meja itu khusus buat orang yang akan menyatakan cintanya.


Aku jadi semakin terkejut saat disitu duduk seorang gadis cantik, dengan senyuman yang sangat manis ke arahku.



Bukan, aku bukan terkejut saat melihat senyuman manis Riska, tapi aku lihat Riska memakai kembali baju yang dia pakai saat aku menembaknya dulu, sebuah baju yang sangat anggun sekali dipakainya itu.


"hai Ris, udah lama nunggu?" tanyaku sambil tersenyum, kemudian aku duduk dikursi depan dia.


"Hai Yoh, barusan aja kok dateng. Apa kabar sekarang? 2 minggu gak ada kabar" Tanya Riska sambil tersenyum, senyum yang sangat manis tapi tidak dapat menyembunyikan kesedihannya, karena matanya terlihat sembab.


Yohanes Satria Kirana, itulah namaku. Terasa sesak juga mendengar Riska memanggil namaku, ya setelah lama dia memanggilku sayang sekarang sudah tidak lagi.



Padahal saat di whatsapp dia masih memanggilku sayang. Aku memang sengaja tidak mengaktifkan paket internetku karena untuk menghindari berondongan pertanyaan dari orang-orang yang menanyakan alasanku memutuskan Riska.


"Baik juga kok, kamu sendiri baik kan?" tanyaku basa basi.Jelas terlihat goresan luka hati diwajahnya dan terlihat tangan dia juga terlihat bekas sayatan.


"Aku baik juga kok, gimana kabar cewek barumu?" Tanya Riska.


"Hah? Cewek baru? Belum nemu Ris"aku menjawab


"yee masa sih? Bukannya kamu mutusin aku soalnya udah jalan sama cewek lain ya?" Riska seakan gak percaya.


"Sumpah belum punya Ris, gak ada itu yang namanya cewek baru, apalagi jalan sama cewek lain waktu pacaran sama kamu dulu. Orang ngurusin satu aja udah susahnya minta ampun kok" Jawabku sambil tertawa garing, tapi kulihat Riska gak ikut tertawa.


"Terus kalo gitu, kenapa kamu putusin Riska? Gak mungkin kalo cuma karena kamu mau fokus skripsi, Riska gak bakal ganggu skripsi kamu yoh, kamu sibuk KKN juga Riska gak ganggu kok, Riska gak nuntut kan? Yaudah, aku mau denger penjelasan kamu, sekarang" Riska memaksaku.


"huuuuuuufth. Mungkin Riska kenal Andi sama Rudi" jawabku sambil menarik nafas dalam-dalam.


"Hah?" Riska nampak sangat kaget.


"Aku tau semuanya Ris, dari waktu pertama kalian clubing, aku tau Ris, aku lihat dengan mataku sendiri" Aku menjawab dengan perasaan tidak karuan.


"Jadi kamu lihat semuanya, tapi kamu gak coba hentiin Riska? Kamu jahat yoh!" Riska mulai menangis.


"iya aku memang jahat, aku gak pantes buat cewek sebaik kamu" aku memegang tangannya


"Enggak yoh, bukan kamu yang gak pantes buat Riska, tapi Riska yang gak pantes buat kamu. Riska udah sangat kotor, pantes kamu udah gak mau sama Riska lagi, kamu pasti udah jijik kan? Huhuhuhu" riska berkata sambil menangis.


"Tapi yoh, Riska udah berhenti hubungan sama mereka yoh. Karena Riska pengin masa depan Riska sama kamu, kamu udah iket Riska dengan cincin ini, kamu lupa yoh?" Riska menunjukkan cincinnya.


"Maafin Riska yoh, Riska pikir Riska yang disakitin sama kamu, tapi sekarang Riska sadar Riska udah nyakitin kamu. Maaf banget yoh. Riska bingung, Riska pengen mati yoh!" Riska terisak sambil menundukkan wajahnya.


"Riska, kalo kamu beneran sayang sama aku, kamu harus janji gak boleh ngelakuin hal yang konyol. Kamu masih punya masa depan Ris" aku mengangkat dagu Riska, kemudian aku tersenyum.


"Riska pengin masa depan Riska sama kamu yoh" Riska berkata lirih, wajahnya sudah basah dengan air mata.


"Enggak Ris, ada orang yang lebih baik yang udah disiapin Tuhan buat nemenin kamu" Aku menggeleng sambil tersenyum.


"Riska udah gak bisa perbaikin ini semua ya? Yohan gamau ngasih Riska kesempatan memperbaiki diri? Riska sayang banget sama Yohan" Riska terlihat sangat berharap.


"Aku bisa kasih Riska kesempatan memperbaikin diri, tapi itu untuk seseorang yang Tuhan siapin buat masa depan Riska. Kalo emang aku orang yang disiapin Tuhan itu, aku pasti seneng banget, tapi buat sekarang aku rasa itu bukan aku" jawabku

"Riska sayang banget sama Yohan" Riska masih terus menangis.


"Makasih Ris" Jawabku pendek. Kurasakan Riska menggenggam tanganku erat.


"Aku boleh ngasih saran gak Ris?" tanyaku


"Saran apa, iya Riska bolehin kok?" jawab Riska


"Aku pengin Riska harus bisa kembali ceria ya, Riska jangan murung terus nanti jadi jelek. Kalo jelek nanti orang yang disiapin Tuhan gak mau sama Riska gimana? Heheheh?" aku terkekeh, Riskapun terlihat mulai tersenyum sekarang.


"Nanti kalo Riska udah ketemu orang itu, Riska jangan suka maksa-maksa dia buat nganterin belanja, jangan suka minta gendong sama dia soalnya badan Riska berat tau. Riska sering-sering pijitin dia ya kalo misalnya dia lagi capek, Riska juga harus sering masakin dia, soalnya masakan Riska tu enak banget tau. Dan, riska jangan ngerokok di depan dia, karena cowok baik-baik gak suka cewek yang ngerokok. Oh iya, Riska jangan pura-pura gak bisa nyetir mobil, kasian nanti dia kecapean nyetir eh Riskanya malah enak-enakan tidur” Aku berkata dengan semangat dan tersenyum, tapi tak terasa air mataku juga mengalir gak terbendung.


"Yohan baik, maafin Riska yoh" Riska meremas tanganku erat, ingin sekali aku peluk dia, tapi apa daya, aku udah gak punya hak sekarang.


Saat aku melihat matanya, aku jadi teringat lirik lagu GnR November Rain yang liriknya 'When i look into your eye, i can see a love restrained. Darling when i hold you, dont you know i feel the same?'.


"Yaudah aku balik ya, eh ini ada sesuatu" aku mengeluarkan sesuatu dari tasku.


"ini aku kemarin nemuin Andi n Rudi, Rani juga. Ini disini ada Rekaman video yang mungkin bisa jadi bahan pemerasan buat kamu. Aku pastiin mereka udah gak punya lagi video ini. Kalo mereka ngancemin kamu, kamu hubungin aja nomer ini, temenku ini bakal bantu beresinnya" Aku mengeluarkan 2 buah HP dan sebuah kaset DVD, kemudian aku menuliskan sebuah nomer dan menyerahkannya ke Riska. Riska hanya terdiam saat itu.


"Yaudah aku balik dulu ya, kamu bawa kendaraan gak?" tanyaku


"Gak apa aku nanti naik taksi aja"Jawab Riska sambil mencoba tersenyum.


"Yaudah ayo balik bareng aja, itung-itung tanda terima kasih soalnya udah kamu traktir" Aku sedikit memaksa. Akhirnya diapun menurut.


Selama perjalanan kami terhanyut dalam pemikiran kami masing-masing, dalam perjalanan itu Riska memutar lagu 'Tak akan ada cinta yang lain' dari dewa, dia putar kencang-kencang karena mobilku ini memang audio mobilku lumayan bagus.



Aku melirik ke arah dia, pandangan Riska lurus kedepan tapi kulihat dia masih meneteskan air matanya.


"Jadi udah cukup ya? Dua tahun kebersamaan kita berakhir malam ini?" Tanya Riska saat mobilku sudah berhenti di depan kosnya. Aku gak jawab.


"Maaf yoh, tapi Riska belum terima!" Riska berteriak kemudian mebuka pintu mobilku. Tapi dengan sigap aku raih tangan kanan dia dan kutarik ke pelukanku. Aku mencium keningnya.


"Riska harus janji gak bakal ngelakuin hal yang konyol, kalo Riska memang sayang sama aku, Riska harus tepatin janji riska dan ikutin saran aku yah" Ucapku sambil memeluk tubuhnya. Kulihat Riska mengangguk.


Kemudian aku angkat dagu Riska, aku cium bibirnya. Ini benar-benar ciuman yang sangat mesra, gak ada nafsu yang aku rasakan.



Aku menciumnya dengan sepenuh hati, aku merasakan kasih sayang kami berdua sekarang disalurka melalui bibir kami masing-masing.



Kata yang gak pernah bisa terucap akhirnya dapat dimengerti oleh bibir kami masing-masing.


"Riska pengen perbaikin semuanya demi kamu Yoh, tapi Riska rasa udah gak punya waktu" Ucap Riska sendu.


"Enggak perlu Ris, biar aku aja yang memperbaikinya. Kalo Riska mau perbaiki diri, Riska punya banyak waktu kok buat persiapin diri buat orang yang disiapin Tuhan. Jangan lakuin kesalahan yang sama lagi ya Ris, aku percaya kamu kok” Ucapku sambil kembali mencium keningnya.


"Iya yoh Riska janji, yaudah Yoh, Terima kasih buat semuanya ya, sayang" Riska tersenyum kemudian membuka pintu mobilku. Akupun membalas senyumnya.


"Gak mau mampir ke dalem yoh?" tawar Riska saat hendak turun dari mobil.


"Gak usah, nanti jadi khilaf lagi hahaha" jawabku sambil tertawa.


Kulihat Riska juga ikut tertawa, lega sekali akhirnya bisa lihat lagi tawa dia yang sangat lepas. Setelah itu Riska pamit masuk ke kamarnya, akupun mulai melajukan mobilku. Aku melirik ke spion, kulihat Riska gak langsung masuk melainkan dia berdiri di depan pagar dan memperhatikan mobilku yang mulai menjauh.
*******************************************************************
Ah, Riska Artetsya Nugroho. Gadis cantik yang berkulit putih mulus, hidung mancung dan rambut agak sedikit berombak. Bibirnya yang tebal dan diolesi lipstick berwarna merah tebal. Dengan wajah riang sedang bercanda dengan teman-temanya di sebuah restoran siap saji. Aku terus memperhatikan dia dan ternyata diapun melirik kearahku, aku yang malupun kemudian menolehkan pandanganku ke arah lain. Kulihat gadis itu sedang berjalan ke arah wastafel, aku yang sudah kepalang tanggung ketahuan meliriknya pun nekat mengikutinya ke wastafel. Disitulah awal mula perkenalanku dengan riska, ternyata Riska saat itu masih mahasiswa baru di salah satu universitas terkemuka di kota ini.
Karena masih baru dikota ini maka ada kesempatanku buat kenalan sama dia, beberapa hari dari perkenalanku itu aku dapat chatt dari Riska yang menanyakan alamat toko buku. Akupun menawarkan dia untuk mengantarnya dan setelah berbelanja buku kamipun makan bareng. Itulah awal perkenalanku dengan Riska.


2 minggu setelah pertemuan pertamaku itu aku beranikan diri menyatakan cintaku ke dia, di sebuah cafe yang sangat romantis untuk menyatakan cinta.



Disitu dia sempat menolakku tapi begitu dia lihat aku sudah seperti putus asa akhirnya dia merubah keputusannya. Kami jadian saat itu.


3 bulan setelah jadian, aku ajak Riska ke kosku untuk sekedar main-main dan bersantai ria di kosku. Dia sangat terkejut karena dia melihat kamarku yang sangat berantakan, dia bilang kamarnya gak serapi penampilan orangnya, akhirnya dia membersihkan kamarku dan membereskannya. Setelah itu Riska menyalakan laptopku diatas ranjang dan mulai memainkan game the sims.



Game yang memang menurutku game asyik buat cewek, akupun lupa entah mengapa aku sampai menginstall game tersebut dilaptopku.


Riska saat itu mengenakan kaos santai untuk menutupi bagian atas tubuhnya dan mengenakan celana bahan untuk bawahannya. Melihat Riska sedang asyik memainkan game itu, akupun naik ke ranjang dan kemudian memeluknya dari belakang. Aku mengecup tengkuknya dan menciumi lehernya.



Kemudian kulihat game itu di pause oleh Riska dan dia menolehkan kepalanya sehingga bibir kamipun bertemu. Aku kecup kecup tipis bibir dia dan kulihat mulutnya agak terbuka, seperti mamancing lidahku untuk menerobosnya, akupun langsung menyeruakan lidahku kedalam mulut Riska dan kemudian lidahku menari-nari didalam mulutnya, aku merasakan lidahku pun seperti ada yang melawan tarian lidahku, oh Riska memainkan lidahnya juga untuk melawan tarian lidahku.


Kami melakukan frenchkiss yang cukup lama hingga saat mulut kami saling lepas, dapat terlihat benang ludah kami yang membentang antara bibirkua dan bibir Riska.



Aku lihat Riska tersenyum sayu kemudian aku mulai mengecup hidung mancungnya, kemudian aku kecup kedua matanya dan keningnya, aku turun dan mulai mengecup pipinya dan kemudian aku mulai menyerang lehernya dan kulanjutkan membuka bajunya. Kami memang sempat beberapa kali melakukan petting sebelumnya.



Aku mulai menjilati payudara Riska dan gerakanku semakin lama semakin mendekati puting susunya,tapi aku tidak langsung menyerang putingnya melainkan memutar-mutarkan lidahku disekitar aerolanya, Riska terlihat semakin kelonjotan aku perlakukan begitu.



Hingga akhirnya lidahku menyentuh putingnya hingga terdengar suara desisan dari mulut Riska 'eesssst ahhh" hanya itu yang kudengar dari mulutnya, aku kemudian mulai menghisap puting itu sambil menggigit-gigit kecil puting tersebut, dan lagi lagi terdengar suara desisan dari mulut Riska.



Tanganku juga tak kubiarkan menganggur karena sekarang tanganku sudah berusaha melepaskan celana Riska dan setelah itu terlepas akupun melepas celanaku.


Riska sekarang sudah telanjang bulat dan celanakupun sudah terlepas, tapi aku tidak membuka bajuku.



Aku memegang tangan Riska kemudian aku mengarahkannya ke penisku yang sudah menegak, kemudian tangan Riska mulai mengelus penisku dan lama-lama elusan itu menjadi kocokan yang membuatku merasa agak linu.



Saat itu Riska belum mau mengoral penisku karena dia masih merasa jijik. Tangankupun tidak tinggal diam dan tanganku mulai mengelus permukaan vagina Riska dan memainkan klitoris dia. Lagi lagi terdengar suara desisan dari mulut Riska.


"Sayang, aku gak tahan ni. Aku gesek-gesekin disini ya" Ucapku sambil menempelkan penisku di permukaan vagina Riska, kulihat Riska hanya terdiam.


Akupun mulai menggesek-gesekan penisku di permukaan vagina Riska, mulai dari gerakan naik turun, kiri-kanan dan juga memutar-mutarkan penisku di permukaan vagina Riska, aku mendengar Riska mendesah "oouhhh eeghhhh uhhh" tidak karuan.



Karena gak tahan akupun menempatkan penisku di lubang vagina dia. Kemudian aku memandang Riska dengan pandangan yang seolah meminta. Kulihat Riska dengan pandangan sayu dia tersenyum kemudian mengangguk, kemudian dia memejamkan matanya.


"uuhhh eessttt, pelanh sayangh, sakit banget uhh" Riska memintaku pelan karena dia merasa kesakitan. Aku melihat dia meremas kuat spreiku yang tadi baru saja dibereskannya.


"uuhh enak banget, aku mulai goyang ya sayang' kataku, dan Riskapun kembali mengangguk sambil tetap terpejam dan menggigit bibir bawahnya.


Akupun mulai menggoyangkan badanku, kami melakukannya di posisi itu hingga aku berejakulasi diperutnya.


"Makasih ya sayang udah ijinin aku jadi yang pertama" Aku mengecup kening dia, dia terlihat seperti menangis karena disela matanya yang terpejam aku melihat butiran air mata.


"Iya sayang, aku percaya kamu kok. Janji ya gak bakal ninggalin Riska" Riska berkata sambil membuka matanya, kemudian kami saling berpelukan.


"Ihhh sayang nakal, gara-gara kamu kasurnya jadi berantakan lagi deh, kan Riska capek beresinnya' Ucap Riska sambil mencubit perutku.


"Aw, kan kamu yang berantakin tadi, kok aku yang disalahin sih?" ucapku protes karena perutku dicubit. Tapi kemudian kami saling tertawa dan kembali berpelukan.

Itulah saat dimana pertama kali aku bersetubuh dengan Riska, gadis yang sangat cantik dengan kulit putih mulus, kaki jenjang dan payudara yang sangat montok, belum lagi bibirnya yang tebal seksi menggoda dan hidungnya yang mancung. Saat itu aku merasa sangat beruntung sekali mendapatkan cintanya Tapi sekaramg aku harus rela melepaskannya, semoga ada orang baik yang seberuntung aku bisa mendapatkan cinta dari Riska. Aku berharap orang itu harus jauh lebih baik daripada aku.


Semua tentang kenangan aku dan dia, semua sifat manjanya, semua tentang kebawelannya, semua tentang kebaikannya. Semua semua semua, Riska tetap yang yang terbaik yang pernah aku miliki, the best that i ever had.



Terlepas dari semua kesalahannya, aku tau Riska bukan manusia sempurna dan aku hanya bisa berharap dia menemukan sosok penggantiku yang jauh lebih baik dari aku. Ah, rasanya dada ini jadi sesak kalo teringat tentang Riska. Semoga kamu sekarang sudah menemukan orang yang disiapin Tuhan untukmu ya, Sayang

Lanjut ke epilog​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd