Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Yaelah 2

2

Beberapa hari setelah perkenalanku dengan sisa - sisa anak tripunar di kantin.

Saat ini aku baru saja selesai mengikuti perkuliahan terakhir hari ini. Bingung mau kemana, aku memutuskan untuk pergi ke warung yang berada tak jauh dari kampus.

Aku melihat ada sekitar 6 orang mahasiswa yang sedang berkumpul di samping warung. Tak ingin mengganggu mereka, aku berniat untuk sekedar membeli sebungkus rokok lalu pergi.

"Filter sebungkus bang"
Ucapku pada penjaga warung.

Penjaga warung segera memberikan sebungkus rokok yang ku tukarkan dengan selembar uang 20ribuan.

"Makasih bang"
Ucapku seraya menyalakan sebatang rokok dengan korek gas yang di sediakan.

"Ya"
Balas penjaga warung singkat ketika aku mulai melangkah mundur menjauhi warung.

Sekarang, aku sudah berada di samping kiri warung, menikmati sebatang rokok sambil memikirkan apa yang akan ku lakukan untuk menghapus ke bosanan hari ini. Sementara 6 orang mahasiswa yang berkumpul di sebelah kanan warung terlihat asik tertawa sambil memainkan gitar.

Setengah batang rokokku sudah habis terbakar di barengi saat aku melihat belasan orang tengah berjalan dari arah kampus menuju ke sini dengan wajah yang nampak kesal dan dua orang diantara mereka menggunakan blazer hitam.

Ketika belasan pria tersebut sudah berada di seberang. Aku menyadari bahwa 6 orang pria yang sedang berkumpul di samping warung tiba - tiba terdiam.

Hingga terdengar sebuah teriakan...

"MANE SI HARIS KONTOL?!"
Teriak salah seorang pria yang menggunakan blazer hitam di seberang jalan.

Jantungku berdebar cepat, ketika itu juga aku melihat mereka berlari menyebrangi jalan hingga membuat para pengendara jalan membunyikan klaksonnya.

Panik, aku segera membuang rokokku di barengi saat mereka sudah berada tepat di depan warung.

"BANGSAT!"
Teriakan di sebelah kiriku.

Aku melihat ke sumber suara dan menemukan 6 orang yang tadi berkumpul di samping warung sedang beradu pukulan dengan belasan orang yang dua diantaranya menggunakan blazer hitam. Kedua kakiku terasa kaku menyaksikan pertempuran yang terjadi, bahkan salah seorang diantara mereka menggunakan gitar yang tadi ia mainkan untuk memukul sehingga membuat lawannya sontak terjatuh ke aspal.

Namun lamunanku seketika terpecah.

Dua orang yang berasal dari bagian berblazer hitam nampak berjalan ke arahku.

"Sini lu bangsat!"
Ucap salah seorang dari dua pria itu sambil berjalan ke arahku.

Panik, aku melangkah mundur dan berkata..

"Gua gatau apa - apaan bang!"
Ucapku seraya menjauhi mereka.

Langkah mereka tak berhenti, justru mereka mulai berlari ketika melihatku bergerak mundur.

"Jangan lari lu anjing!"
Balas mereka, sembari mulai berlari mengejarku.

Mengikuti insting, aku dengan cepat membalikan badan dan mulai berlari sekuat tenaga.

Para pengendara jalan nampak melihatku dengan tatapan bingung. Aku sempat lari beberapa meter, hingga akhirnya..

*Bukkk*

Sebuah benturan keras mengenai kaki kiriku sehingga membuat tubuhku hilang ke seimbangan dan terjatuh ke aspal.

"Gua gatau apa - apaan anjing!"
Makiku kesal menyadari kondisiku saat ini.

Dengan posisi berbaring di aspal, aku berusaha secepat mungkin membalikan badan untuk melihat ke arah mereka.

Namun yang dapat ku lihat selanjutnya hanyalah sebuah telapak kaki sepatu....

*Bakk*

Wajahku terbentur keras dengan telapak kaki tersebut hingga membuat kepalaku terbentur dengan kerasnya aspal.

"Bilangin tuh sama abang - abangan lu! Blazer 5hcnya balikin! Bangsat!"
Ucap salah seorang dari mereka sambil kembali menendang bagian perutku...

"5hc?"
Ucapku dalam hati mencoba mengerti ucapan mereka.

Mereka berdua secara bertubi - tubi terus menghujaniku dengan tendangan..

"Gua bukan anak 5hc bang! Ampun!"
Ucapku, ngasal.

Yang bisa ku lakukan saat ini hanyalah meringkuk dan sebisa mungkin melindungi kepala agar tak terkena tendangan mereka.

"Ngomong apaan sih lu tolol!"
Balas mereka sambil terus menendang.

Entah setelah berapa lama, aku merasa tendangan mereka mulai berhenti, selaras dengan rasa ngilu di sekujur tubuhku..

"Tongkrongan baru aje tengil banget lu pada! Sampah! *Cuih*"
Ucap mereka di barengi sebuah cairan yang terasa mendarat di lenganku..

Aku tak membalas, hanya terdiam dan berharap mereka menyudahi ini semua..

Hingga akhirnya mataku melihat dua pasang kaki mereka mulai berjalan menjauh. Aku memberanikan diri untuk mengganti posisiku menjadi sepenuhnya berbaring di aspal, sambil menatap mereka pergi...

Suara keributan masih sempat terdengar, aku dengan susah payah bangkit berdiri sambil membersihkan tanganku yang berdarah akibat bergesekan dengan aspal ketika aku terjatuh tadi.

Aku sudah berdiri lalu dengan perlahan mulai berjalan menjauhi warung. Namun langkahku terhenti ketika melihat seorang pria di depan warung yang nampak masih bertarung melawan belasan orang yang mengililingnya...

Entah siapapun itu, aku merasa salut kepadanya karena masih terus berjuang walau gerakannya nampak sudah sangat lelah dan hanya bisa menerima pukulan - pukulan telak dari belasan orang yang mengelilinginya...

Tak ingin mendapatkan masalah, aku kembali melanjutkan langkahku kemudian pulang menuju kostan dengan tangan yang terus meneteskan darah...

***

Waktu berlalu, kini aku berada di kostan dan sudah membersihkan tubuhku akibat pengeroyokan tadi.

Ketika aku berada di kamar...

Hp ku bergetar, pesan masuk dari hasan.

"Oi, dimane lu?"
Pesan dari hasan.

"Kostan can, kenape?"
jawabku

"Nongkrong lah, malem sabtu juga"
Balas hasan.

"Kaga dah can, lagi kena musibah gua"

"Lah, kenape lu?"

"Ada dah, ribet ceritainnya"

"Et serius anjing, telp dah"
Pesan hasan.

Sedetik kemudian layar hpku berganti dan menunjukan telepon masuk dari hasan.

Aku segera menerimanya.

"Halo? Nape lu ki?"
Tanya hasan membuka percakapan.

"Gitu dah can"
Balasku.

"Gitu gimana njing?"
Tanya hasan lagi.

"Tadi gua lagi beli rokok di warung deket kampus, trus tau tau ada anak mana tau dateng - dateng langsung bikin rusuh.. ribut dah tuh pada, eh gua malah di gebukin juga"
Jawabku, menceritakan kejadian di warung tadi.

Hasan sejenak terdiam.

"Lu di warung mana emang tadi?"
Tanya hasan.

"Itu, warung yang pas keluar kampus langsung belok kiri"
Jelasku.

"Yeh tolol!"
Balas hasan, justru menghina.

Aku terdiam, sama sekali tak mengerti alasan hasan menghinaku.

"Itumah tongkrongannya anak tendes, trus tadi yang dateng pasti make blazer ye?"
Lanjut hasan.

"Iye, blazer item"
Jawabku.

"Fix itumah anak 5hc sama tendes, lu tolol juga ngapain nongkrong disitu"

"Ya mana gua tau anjing"
Balasku mulai merasa kesal akibat hinaan hasan.

"Tanya - tanya dulu ngapa mangkanya. Gua otw ke kosan lu dah"

"Ngapain?"

"Ya temen bonyok masa ga di jengukin"

"Gua ga bonyok tai"

"Oalah, yaudah si gua ke sana ya?"

"Yaudah serah lu dah, ntar langsung naik aja tapi, mager gua turunnya"
Balasku sebelum akhirnya menyudahi saluran telepon.

Selesai berbicara dengan hasan, aku meletakan hpku di meja lalu membaringkan tubuhku di kasur.

Sambil menatap atap kamar...

"Tripunar? 5hc? Tendes?"
Pikirku dalam hati mengenai tongkrongan di kampus ini.

**

Waktu berlalu, entah berapa lama aku melamun menatap atap kamar hingga tiba - tiba pintu kamarku terbuka.

"Oi, malem sabtu mah nongkrong, malah rebahan"
Ucap hasan sembari melangkah masuk ke dalam kamar.

Belum sempat aku membalas, pengelihatanku bergeser saat mengetahui bahwa hasan tidak datang sendirian.

"Boleh masuk kan ki?"
Tanya kak finza, tersenyum manis kepadaku.

Reflek aku segera bangkit duduk di kasur.

"Boleh kak, masuk aja. Maaf berantakan"
Ucapku mempersilahkan kak finza.

Kak finza dengan anggun melangkah masuk ke dalam kamarku, lalu duduk di lantai bersama hasan.

"Et gua kirain bonyok lu ki"
Ucap hasan.

"Kaga lah"
Balasku singkat.

"Eh itu tangannya kenapa?"
Saut kak finza, menatap ke arah telapak tanganku.

"Engga kak, baret doang ini gara - gara jatoh tadi"
Jawabku sembari membersihkan darah kering di telapak tanganku..

Kak finza mengangguk, sejenak kami terdiam.

"Ohiya ki, ini sorry gua ngajak kak finza kemari"
Ucap hasan kembali membuka percakapan.

"Gapapa lah njir, eh lu pada kenapa ga nongkrong di kantin?"
Balasku.

"Mana ada orang cuy jam segini mah, yang nongkrong siang aja paling kita - kita doang"
Jawab hasan.

"Lah anak tripunar?"

"Yeh tongkrongan mati itu mah.......ohiya, emang 5hc ada masalah ya sama anak tendes?"
Balas hasan kemudian bertanya.

Aku hanya menaikan kedua bahuku sebagai pertanda tidak tahu.

"Ah paling masalah blazer can"
Saut kak finza yang membuatku dan hasan sontak menatapnya.

"Blazer apaan kak?"
Tanya hasan.

"Blazer 5hc"

"Emang kenapa blazernya?"
Lagi - lagi, hasan bertanya.

Kak finza sejenak terdiam, ia nampak mempersiapkan diri untuk bercerita.

"Jadi gini can, lu tau haris kan?"
Tanya kak finza.

"Haris tendes?"
Balas hasan.

"Iya... Dia itu dulunya anak 5hc dan udah sempet punya blazernya, tapi gatau kenapa dia malah buat tongkrongan baru...nah kabarnya sih emang anak 5hc pada ga suka sama caranya si haris ini"
Jelas kak finza.

"Lah tapi bukannya 5hc sama tendes jadi aliansi ya pas kejadian raka?"
Tanya hasan.

"Iyasih, tapi kan itu dulu pas masih ada nandes, reza sama daud."
Jawab kak finza.

"Trus maksudnya sekarang dibuat jadi masalah lagi gara - gara nandesnya udah lulus?"
Tanya hasan lagi.

"Yagatau, tapi setau gua sih masalah tendes sama 5hc ya itu doang"

Mendengar jawaban kak finza, aku dan hasan sontak terdiam

"Tapi emang tadi anak 5hcnya ada ngomong masalah blazer sih"
Ucapku, mengingat kejadian di warung tadi.

"Nah, bener berarti"
Balas kak finza.

Lagi - lagi, aku dan hasan terdiam.

"Tapi tadi menang mana ki ributnya?"
Saut hasan bertanya.

"Ah? Ya menang 5hc lah, rame banget dia tadi"
Jawabku.

"Yeh, itu malah gokilnya tendes coy. Walaupun sepi tapi kalo soal ribut mah bisa jadi setan semua.....tapi tadi anak tendesnya ada?"
Balas hasan kembali bertanya.

"Ya mana gua tau lah njir"

"Yang make jaket dah, jaket jeans. Ada ga?"
Tanya hasan lagi.

Aku sejenak terdiam, mengingat kejadian tadi.

"Kaga ada kayaknya, tapi tadi ada sih yang ributnya gokil banget"
Jawabku.

"Make jaket?"
Tanya hasan.

"Kan udah gua bilang kaga ada yang make jaket, buset dah"

"Fix bakal jadi anak tendes tuh bocah pasti"
Balas hasan.

Kami sejenak terdiam.

"Tapi jangan - jangan itu fadil..."
Ucap kak finza tiba - tiba.

Aku dan hasan kembali melihat ke arah kak finza

"Siapa lagi tuh kak?"
Tanya hasan.

"Anak tendes, angkatan gua.. ikut juga kok pas kejadian raka, dia ribut sama ucen kalo ga salah"
Jawab kak finza.

"Petinggi?"
Tanyaku.

"Engga ki, cuman ya di segenin aja kalo soal berantem"
Balas kak finza

"Bentar dah kak......
Ucapku bingung dengan semua nama yang mereka sebutkan dari tadi.

Kak finza menatapku.

Sebenernya yang megang tendes siapa sih?"
Lanjutku.

"Haris"
Jawab kak finza, singkat.

"Kalo 5hc?"
Tanyaku lagi.

"Roni"
Jawab kak finza, lagi - lagi singkat.

Aku mengangguk, mengetahui nama yang memegang kekuasaan pertama di dua tongkrongan itu.

"Ga nanya soal tripunar juga?"
Saut kak finza.

"Ah? Emang ada?"
Balasku.

"Hihi, engga sih...tapi yang paling di hormatin sekarang ya bang andre"
Jawab kak finza sambil tersenyum.

"Oh gua kirain abang lu can"
Ucapku sambil melihat ke arah hasan

"Dia adek gua anjing"
Balas hasan menyadarkanku mengenai umur hasan dengan husen.

Aku hanya tersenyum mendengar umpatan hasan.

"Ohiya kok omongannya jadi kemana - mana sih"
Saut kak finza

Aku kembali melihat ke arah kak finza dan menunggu maksud ucapannya.

"Gini ki, sebenernya gua ke sini mau ngomongin sifa"
Lanjut kak finza, menyembut nama nenek lampir itu.

"Oh..kenapa emang kak?"
Balasku.

"Ya mau minta maaf aja, kan gua temennya.. tapi sebenernya dia baik kok ki kalo udah kenal deket"
Jawab kak finza

"Oh gitu, gapapa kak.. salah pengertian doang sih"

"Tapi lu pasti kesel yah sama dia?"
Tanya kak finza dengan senyuman manisnya.

"Kesel mah pasti kak, orang gua cuman mau kencing malah di bilang yang engga - engga"
Jawabku.

"Haha, yaudah maafin yah ki. Emang suka jutek tiba - tiba dia orangnya"
Balas kak finza.

Aku sedikit tersenyum dan mengangguk, menujukan bahwa aku tidak terlalu mempersoalkan kejadian beberapa hari yang lalu.

Kamipun lanjut mengobrol...

Entah setelah berapa lama..

"Yaudah coy, gua cabut dulu dah.. ga enak bawa wadon sampe jam segini"
Ucap hasan sambil bangkit berdiri.

"Ih apaan sih can.....yaudah ki pulang dulu yah"
Saut kak finza sedikit memprotes ucapan hasan kemudian ikut bangkit berdiri.

"Yaudah yaudah, hati - hati lu pada"
Balasku kepada mereka berdua.

Kak finza nampak melangkah keluar dari kamarku, namun hasan justru berhenti tepat ketika ia berada di depan pintu.

"Eh bentar dah ki, gua mau nanya"
Ucap hasan sambil memutar arah kepalanya menghadapku.

Aku terdiam, hanya menaikan alis mataku untuk menunggu pertanyaannya.

"Lu sebenernya bisa ribut ga si?"
Tanya hasan, dengan wajah seriusnya.
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd