gurusableng
Semprot Kecil
- Daftar
- 6 Jul 2012
- Post
- 82
- Like diterima
- 304
Oke perkenalkan nama ane Joko dan sekarang usia ane menjelang 44 tahun. Sebenarnya ane bingung mau meletakkan tulisan ini di mana, berhubung ini kisah nyata. Tapi its oke, tulisan ini ane tampilkan di kategori cerita "Setengah Baya" karena ini merupakan kisah percintaan ane dengan istri yang waktu itu berusia 40 tahun.
Cerita ini sebenarnya berkisar terkait aktivitas seksual kita saat istri tengah hamil anak keempat pada medio 2021-2022. Ya, kita berdua mendapatkan anak keempat ketika musim pandemi. Oya, istri ane sebut saja namanya Yeni. Kami berdua adalah pekerja. Ane sebagai konsultan adapun istri adalah editor media cetak. Di lingkungan rumah. kita termasuk ditokohkan. Ane rutin menjadi khotib di masjid komplek rumah dan istri secara rutin mengajar ngaji ibu2 komplek. Sehari-hari di luar rumah dia memakai jilbab besar, hanya di rumah saja dia hanya memakai daster (tipikal IRT biasa). Kami hobi berolahraga, dikaruniai 3 anak (11, 4, dan 2 tahun), dan beraktivitas seksual cukup normal (menurut kami).
Sampai kemudian pandemi datang dan keluarga ane mengungsi ke kampung di Jawa Tengah, hanya ane yang tinggal di Jabodetabek. Hingga istri ane menyusul kembali ke rumah karena perusahaannya menuntut untuk stay di Jabodetabek. Dan karena hanya tinggal berdua saja di tengah kondisi WFH, maka buntinglah istri ane untuk keempat kalinya. Dan selama masa pra, lalu masa hamil, hingga pasca, kami melakukan aktivitas seksual yang sangat sering dan seru (cenderung liar). Ane gak memungkiri pasti ada pasutri di luar sana yang lebih panas ketimbang kami. Tapi entah kenapa ane sedikit gatal untuk speak up tentang aktivitas seksual kami. Oke, cerita ini ane mulai saat detik-detik persalinan bayi keempat kami. SELAMAT MEMBACA!
MEMBUKA JALAN #01
Sesuai prediksi bidan tempat kita memeriksakan kandungan, HPL istri adalah pertengahan Agustus. Istri ane ngebet ingin lahiran normal seperti 3 persalinan sebelumnya. Tapi karena sudah masuk kepala empat, bidan hanya memberikan saran "Silahkan sering-sering berhubungan badan. Kalau bisa sehari sekali, lebih banyak lebih baik.". Mendengar saran tersebut, ane dan istri saling pandang dan senyum-senyum aja.
HPL istri jatuh antara tanggal 16 sampai 18 Agustus dan area vaginannya sering terasa gatal. Untuk mengatasinya, ia biasanya mengajak berhubungan. Istri ane juga bilang klo berhubungan sex membuatnya lebih merasa rileks menjelang bersalin.
16 Agustus malam, kebetulan kita sholat berjamaah saja berdua di rumah. Ane pake gamis dan sengaja gak pake daleman apa2. Istri ane juga sama, cuma pake atasan mukenah dan bawahannya pake sarung, karena klo pake bawahan mukena bawaannya ngatung karena perut udah gede. Usai sholat dan doa panjang supaya dilancarkan persalinan ane berdiri dan nyingkap bawahan gamis lalu nyodorin kontol ke wajahnya. Sebagaimana habit selama bulan2 pandemi, istri ane langsung aja nyepong dengan nikmat sambil gesek2 memeknya pake jari.
Ane masih ingat waktu itu Yeni langsung nyopot sarung dan mukena. Bugil dan telentang di karpet ruang tengah tempat kita sholat barusan. Otomatis langsung ane copot gamis dan gagahi dg posisi MOT. 5 menit kemudian istri minta ganti posisi duduk, karena emang di rumah cuma berdua istri dengan santainya mendesah keras-keras hingga terdengar ke seantero rumah.
Kami bercinta dg saling berhadap-hadapan. Payudara ukuran 38B nya tentu jadi monopoli saya. Kebetulan ASInya udah deras dan selama 10 menit, ane dibuat kenyang oleh susu istri saya.
Setelah itu, istri minta posisi favoritnya, yaitu WOT meski cukup kesulitan karena udah hamil 9 bulan. Bukannya naik turun, istri ane malah geal-geol kayak di atas gym ball. Penis ane bener2 diuleg sampai nyaris crot.
Usai WOT 5 menitan, ya udah istri turun dan kita main pake gaya dasar untuk membuka jalan lahir; doggy style.
Birahi kita berdua udah di ubun2 dan ane langsung tancap gas pake RPM tinggi meski istri lagi hamil besar. Tapi Yeni emang udah berpengalaman, dia mampu mengimbangi sodokan keras dan cepat karena kebetulan juga lagi birahi tinggi. Kami berdua bersimbah keringat (dan ASI yg netes-netes dari kedua puting istri ane) karena menggila. Istri ane gak lagi mendesah tapi udah level teriak-teriak.
"Ayo terus yah, yang keras yah, adek seneng dijenguk ayah.."
"bunda suka kontol ayah, bunda ketagihan kontol ayah.."
"crot dalam..crot dalam..biar adek gampang keluar.."
begitu teriaknya dan kadang-kadang diselingi senandung sholawat sambil nafasnya terengah-engah.
Sepuluh menitan ane doggy istri sampai kemudian ane crot di dalam. Lalu kita duduk di karpet dan sandaran sofa, ane nbantu ngelapin sisa sperma di vagina istri yg kebetulan jembutnya rimbun bener (selama hamil gak mau cukur sama sekali). Sambil olah nafas, kami cuma cengar-cengir berdua. Lalu istri merasa kebelet BAK dan minta tolong gandeng ke kamar mandi.
"Yah kelihatannya air ketubanku rembes deh", lalu meluncurnya kami ke klinik bersalin.
Cerita ini sebenarnya berkisar terkait aktivitas seksual kita saat istri tengah hamil anak keempat pada medio 2021-2022. Ya, kita berdua mendapatkan anak keempat ketika musim pandemi. Oya, istri ane sebut saja namanya Yeni. Kami berdua adalah pekerja. Ane sebagai konsultan adapun istri adalah editor media cetak. Di lingkungan rumah. kita termasuk ditokohkan. Ane rutin menjadi khotib di masjid komplek rumah dan istri secara rutin mengajar ngaji ibu2 komplek. Sehari-hari di luar rumah dia memakai jilbab besar, hanya di rumah saja dia hanya memakai daster (tipikal IRT biasa). Kami hobi berolahraga, dikaruniai 3 anak (11, 4, dan 2 tahun), dan beraktivitas seksual cukup normal (menurut kami).
Sampai kemudian pandemi datang dan keluarga ane mengungsi ke kampung di Jawa Tengah, hanya ane yang tinggal di Jabodetabek. Hingga istri ane menyusul kembali ke rumah karena perusahaannya menuntut untuk stay di Jabodetabek. Dan karena hanya tinggal berdua saja di tengah kondisi WFH, maka buntinglah istri ane untuk keempat kalinya. Dan selama masa pra, lalu masa hamil, hingga pasca, kami melakukan aktivitas seksual yang sangat sering dan seru (cenderung liar). Ane gak memungkiri pasti ada pasutri di luar sana yang lebih panas ketimbang kami. Tapi entah kenapa ane sedikit gatal untuk speak up tentang aktivitas seksual kami. Oke, cerita ini ane mulai saat detik-detik persalinan bayi keempat kami. SELAMAT MEMBACA!
MEMBUKA JALAN #01
Sesuai prediksi bidan tempat kita memeriksakan kandungan, HPL istri adalah pertengahan Agustus. Istri ane ngebet ingin lahiran normal seperti 3 persalinan sebelumnya. Tapi karena sudah masuk kepala empat, bidan hanya memberikan saran "Silahkan sering-sering berhubungan badan. Kalau bisa sehari sekali, lebih banyak lebih baik.". Mendengar saran tersebut, ane dan istri saling pandang dan senyum-senyum aja.
HPL istri jatuh antara tanggal 16 sampai 18 Agustus dan area vaginannya sering terasa gatal. Untuk mengatasinya, ia biasanya mengajak berhubungan. Istri ane juga bilang klo berhubungan sex membuatnya lebih merasa rileks menjelang bersalin.
16 Agustus malam, kebetulan kita sholat berjamaah saja berdua di rumah. Ane pake gamis dan sengaja gak pake daleman apa2. Istri ane juga sama, cuma pake atasan mukenah dan bawahannya pake sarung, karena klo pake bawahan mukena bawaannya ngatung karena perut udah gede. Usai sholat dan doa panjang supaya dilancarkan persalinan ane berdiri dan nyingkap bawahan gamis lalu nyodorin kontol ke wajahnya. Sebagaimana habit selama bulan2 pandemi, istri ane langsung aja nyepong dengan nikmat sambil gesek2 memeknya pake jari.
Ane masih ingat waktu itu Yeni langsung nyopot sarung dan mukena. Bugil dan telentang di karpet ruang tengah tempat kita sholat barusan. Otomatis langsung ane copot gamis dan gagahi dg posisi MOT. 5 menit kemudian istri minta ganti posisi duduk, karena emang di rumah cuma berdua istri dengan santainya mendesah keras-keras hingga terdengar ke seantero rumah.
Kami bercinta dg saling berhadap-hadapan. Payudara ukuran 38B nya tentu jadi monopoli saya. Kebetulan ASInya udah deras dan selama 10 menit, ane dibuat kenyang oleh susu istri saya.
Setelah itu, istri minta posisi favoritnya, yaitu WOT meski cukup kesulitan karena udah hamil 9 bulan. Bukannya naik turun, istri ane malah geal-geol kayak di atas gym ball. Penis ane bener2 diuleg sampai nyaris crot.
Usai WOT 5 menitan, ya udah istri turun dan kita main pake gaya dasar untuk membuka jalan lahir; doggy style.
Birahi kita berdua udah di ubun2 dan ane langsung tancap gas pake RPM tinggi meski istri lagi hamil besar. Tapi Yeni emang udah berpengalaman, dia mampu mengimbangi sodokan keras dan cepat karena kebetulan juga lagi birahi tinggi. Kami berdua bersimbah keringat (dan ASI yg netes-netes dari kedua puting istri ane) karena menggila. Istri ane gak lagi mendesah tapi udah level teriak-teriak.
"Ayo terus yah, yang keras yah, adek seneng dijenguk ayah.."
"bunda suka kontol ayah, bunda ketagihan kontol ayah.."
"crot dalam..crot dalam..biar adek gampang keluar.."
begitu teriaknya dan kadang-kadang diselingi senandung sholawat sambil nafasnya terengah-engah.
Sepuluh menitan ane doggy istri sampai kemudian ane crot di dalam. Lalu kita duduk di karpet dan sandaran sofa, ane nbantu ngelapin sisa sperma di vagina istri yg kebetulan jembutnya rimbun bener (selama hamil gak mau cukur sama sekali). Sambil olah nafas, kami cuma cengar-cengir berdua. Lalu istri merasa kebelet BAK dan minta tolong gandeng ke kamar mandi.
"Yah kelihatannya air ketubanku rembes deh", lalu meluncurnya kami ke klinik bersalin.