Cuaca Jakarta sedang lucu-lucunya. Pagi cerah dan panasnya sudah kaya siang bolong, eh tiba-tiba jam 1 siang hujan deras kaya langit bocor. Jadwal hujan yang ga bisa ditebak gini yang bikin banyak warga Jakarta yang salah jadwal dan persiapan ngadepinnya.
Nasib yang sama menimpa Vani, jagoan indehoi kita yang sexy dan mesum habis ini. Suatu pagi di bulan Januari, setelah 2 minggu UAS yang menegangkan dan melelahkan semua sel otot dan otak para mahasiswa kampus S, Vani teringat dia masih menyimpan beberapa novel yang dipinjamnya dari Sasha. Ga ada kuliah dan ga ada paper yang perlu disubmit lagi, ni cewek mikir ga ada salahnya nyambangin Sasha di kosnya yang berjarak cuma sekali ngangkot dan ngojek jarak menengah.
Dengan pakaian casual, t-shirt putih semi body fit, celana pendek jeans selutut yang agak belel dan sneakers converse, berangkatlah Vani di pagi yang cerah itu ke kos Sasha sambil menenteng tas plastik berisi 3 novel pinjemannya. Cuaca bersahabat, bikin mood Vani juga cerah. Bahkan kelakuan iseng kondektur metromini yang belagak bantu naek si sexy ke bis dengan mendorong pantatnya, tapi sebenarnya cari kesempatan grepe-grepe, tidak merusak mood Vani.
Tapi 45 menit kemudian (ngetem metromininya 15 menit sendiri), ketika Vani hampir sampai di depan jalan utama kos Sasha, cuaca Jakarta tiba-tiba galau. Mendadak gelap, awan mendung sudah berarak dengan semaraknya di langit Jakarta. Benar saja, 100 meter sebelum turun hujan turun dengan derasnya. Aseemmm Kok mendadak ujan sih? Mana gue ga bawa payung runtuk Vani dalam hati. Vani lebih kesel lagi ketika turun ga ada satupun ojek motor ataupun ojek payung yang mangkal di ujung jalan itu. Pada kabur kali para ojek motornya karena hujan.
Berlari-lari kecil menembus hujan, Vani masuk ke jalan Jambu Air (nama jalan disamarkan demi privacy si tukang ojek). Sekitar 50 meteran dari jalan raya baru deh ketemu sama 2 tukang ojek yang neduh di pos satpam. Sambil tetap menggunakan novel Sasha yang dalam kantong plastik sebagai pelindung kepala, Vani nyamperin pos satpam itu dan memanggil si tukang ojek Bang, anterin ke dua belas dong pinta Vani. Tapi, Vani heran, karena kedua tukang ojek itu ga langsung bereaksi atau sekadar menjawab. Malah agak melongo memandangi Vani.
Tiba-tiba Vani seperti tersadar. Karena kehujanan, t-shirt Vani menjeplak lengket dengan tubuhnya. Terutama di bagian dada yang memang dasarnya membusung mancung. Siluet bundar payudara dan bra yang melingkupinya tampak jelas akibat t-shirt-nya basah kuyup. Reflek Vani langsung menutupi dadanya dengan kantong plastik novelnya. Eh Bang, mau ngojek ato bengong ajaaa?! tanya Vani agak menjerit. Eh..oh.. eh iya neng. Mau dianter kemana? gelagepan si abang ojek yang giginya tonggos menjawab sambil menghampiri dan mulai menstarter motor bebeknya. Sedang abang yang setengah botak pura-pura ngelapin helm, nutupin malu ke-gap ngliatin dada si Vani.
Dengan terrpaksa memake helm bau keringat punya si tukang ojek agar kepada tidak lebih basah lagi, mahkluk sexy ini menghenyakkan pantat sekalnya di jok motor abang ojek, dan merekapun meluncur membelah hujan menuju jl. Jambu Air XII. Tukang ojek sudah setengah berharap orang yang dicari penumpangnya tidak ada di kos-nya, agar dia punya kesempatan ngantar balik si cewek ini. Tapi memang nasib tidak berpihak kepada si tukang ojek karena Sasha sudah nungguin Vani di pintu gedung kos-kosan tersebut. Belum lagi si Vani cuma bayar 2000. Lho biasanya goceng neng melas tukang ojek. Eh, 3rebunya biaya lo melototin toked gw dan ngerem-ngerem melulu pas di jalan saut Vani judes, ditingkahi cekikikan Sasha. Abang tukang ojek hampir tidak tahan untuk tanya Kalo ngeliatin 3rebu, megang-megang berapa Neng. Tapi ditahannya karena agak jiper sama kejudesan Vani. Dia cuma bilang Kalo butuh jemputan, SMS aja abang ya neng. Neng Sasha tau kok nomor HP abang sambil tersenyum semanis mungkin. Iyee bang sahut Vani dan Sasha serempak sambil menutup pintu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Genit amat tu tukang ojek gerutu Vani sambil mendekap tubuhnya, menggigil kedinginan mengiringi langkah Sasha menuju kamarnya di lantai 3. Udeh, ga usah bawel dah lo. Ayo cepet ke kamar gue, biar bisa ganti baju lo sahut Sasha sabar sambil menarik tangan Vani agar bergerak lebih cepat. Kos Sasha adalah gedung persegi empat berwarna beige dengan aksen terakota di jendela-jendela yang menghadap keluar, memanjang kebelakang setinggi 4 tingkat yang khusus dibangun untuk jadi kos-kosan 3 tahun yang lalu. Terdapat hampir 80 kamar dan lebih dari 90% selalu terisi, karena memang lokasinya dekat dengan beberapa kampus dan komplek perkantoran. Layout dalamnya khas kos-kosan: dua deret kamar yang berhadapan, dibelah oleh taman selebar 1 meter yang memanjang di lantai dasar dan void sampai kelangit-langit gedung. Tapi void-nya tidak begitu lebar, karena pemilik gedung lebih memilih untuk membuat jalan di depan kamar cukup lega. Satu hal yang dirutuki Vani dan Sasha dari kos ini adalah tidak adanya lift. Cukup gempor juga naik ke lantai tiga. Maka itu, makin ke atas tarif bulanannya makin murah.
Sesampainya di kamar Sasha, Vani buru-buru masuk ke kamar mandinya karena sudah kebelet pipis. Kamar Sasha berukuran 4x5 meter. Kamar mandi dipojok kanan, berisi shower dan toilet duduk. Tempat tidur springbed ukuran 120cm x 200 cm mepet ke dinding kanan. Isi kamarnya standar anak koslah: lemari pakaian 2 pintu, TV, rak buku dan peralatan makan dan satu meja kecil. Sasha mengetok kamar mandi untuk mengasikan 2 potong t-shirt, celana pendek dan bra ke Vani. Pilih aja mana yang lo suka hottie kata Sasha kepada Vani yang melongokkan kepalanya dari balik pintu kamar mandi. Gw minta shampo ama sabun lo ya Sha kata Vani sambil menerima pakaian tersebut. Pake aja. Tapi jangan abisin sahut Sasha. Gue minum kale shampo lu balas Vani sambil menutup pintu.
Rasa sebel Vani karena kehujanan barusan sudah hampir luruh semuanya diguyur air dari shower. Rasanya nyaman sekali ketika mengeringkan tubuh dengan handuk kering yang tebal milih Sasha. Karena celana dalamnya tidak basah, Vani memutuskan memakainya kembali. Tapi dia agak kebingungan ketika memilih bra punya Sasha. Bukan karena modelnya yang kinky atau warnanya ga cocok. Sasha lupa kalo toked Vani satu cup lebih besar dari miliknya. Jelas saja susu Vani terpenyet ketika memaksa memakai bra Sasha yang ber-cup B. Merasa sesak nafas, Vani memutuskan tidak memakai bra saja, dan langsung memakai t-shirt gombrang berwarna maroon dengan tulisan Talk Nerdy to Me. Selesai memakai celana pendek berbahan kaos milik Sasha, Vani mematut sebentar di cermin. T-shirt gombrangnya hampir menutupi celana pendek yang memang pendek, menunjukkan sebagian besar paha putih Vani.
Ketika akan membuka pintu kamar mandi, Vani baru sadar bahwa di luar Sasha sedang mengobrol dengan orang lain karena sedari tadi suara-suara di luar tidak terdengar, tertutup suara hujan yang menggemuruh. Vani sempat berpikir untuk tidak keluar dulu sampai tamu2 Sasha itu pergi karena tau kan.. dia ga pake bra. Rasanya gimana gitu. Tapi, akhirnya Sebodo ah.. ga kliatan ini pikir Vani sambil membuka pintu kamar mandi. Obrolan Sasha dan tamunya kontan terhenti ketika sesosok cewek berambut bob berwarna brunette muncul dari balik pintu kamar mandi. Eh, lo ada tamu Sha? tanya cowok berambut jabrik sambil tersenyum lebar melihat ada mahkluk bening lagi di kamar tersebut. Eh, kenalin ni temen satu kampus gue, Vani ujar Sasha sambil menarik Vani untuk mendekat. Si rambut jabrik bertubuh tinggi langsing dengan wajah agak tirus ternyata bernama Randy, dan temannya satu lagi yang berambut cepak dan berbadan agak gempal (ga gemuk ya, gempal) minta dipanggil Momo. Weh pas banget nih sekarang kita berempat. Sudah bisa langsung dimulai kata si Randy agak keliwat ceria. Eh, maen apaan nih? tanya Vani pengen tau. Hihihihi.. lucu deh Van game-nya. Gue baru diceritain dikit barusan ama Randy. Tapi kliatannya seru banget. Lo pasti demen deh sahut Sasha sambil cekikikan mencurigakan. Vani jadi penasaran.
Nasib yang sama menimpa Vani, jagoan indehoi kita yang sexy dan mesum habis ini. Suatu pagi di bulan Januari, setelah 2 minggu UAS yang menegangkan dan melelahkan semua sel otot dan otak para mahasiswa kampus S, Vani teringat dia masih menyimpan beberapa novel yang dipinjamnya dari Sasha. Ga ada kuliah dan ga ada paper yang perlu disubmit lagi, ni cewek mikir ga ada salahnya nyambangin Sasha di kosnya yang berjarak cuma sekali ngangkot dan ngojek jarak menengah.
Dengan pakaian casual, t-shirt putih semi body fit, celana pendek jeans selutut yang agak belel dan sneakers converse, berangkatlah Vani di pagi yang cerah itu ke kos Sasha sambil menenteng tas plastik berisi 3 novel pinjemannya. Cuaca bersahabat, bikin mood Vani juga cerah. Bahkan kelakuan iseng kondektur metromini yang belagak bantu naek si sexy ke bis dengan mendorong pantatnya, tapi sebenarnya cari kesempatan grepe-grepe, tidak merusak mood Vani.
Tapi 45 menit kemudian (ngetem metromininya 15 menit sendiri), ketika Vani hampir sampai di depan jalan utama kos Sasha, cuaca Jakarta tiba-tiba galau. Mendadak gelap, awan mendung sudah berarak dengan semaraknya di langit Jakarta. Benar saja, 100 meter sebelum turun hujan turun dengan derasnya. Aseemmm Kok mendadak ujan sih? Mana gue ga bawa payung runtuk Vani dalam hati. Vani lebih kesel lagi ketika turun ga ada satupun ojek motor ataupun ojek payung yang mangkal di ujung jalan itu. Pada kabur kali para ojek motornya karena hujan.
Berlari-lari kecil menembus hujan, Vani masuk ke jalan Jambu Air (nama jalan disamarkan demi privacy si tukang ojek). Sekitar 50 meteran dari jalan raya baru deh ketemu sama 2 tukang ojek yang neduh di pos satpam. Sambil tetap menggunakan novel Sasha yang dalam kantong plastik sebagai pelindung kepala, Vani nyamperin pos satpam itu dan memanggil si tukang ojek Bang, anterin ke dua belas dong pinta Vani. Tapi, Vani heran, karena kedua tukang ojek itu ga langsung bereaksi atau sekadar menjawab. Malah agak melongo memandangi Vani.
Tiba-tiba Vani seperti tersadar. Karena kehujanan, t-shirt Vani menjeplak lengket dengan tubuhnya. Terutama di bagian dada yang memang dasarnya membusung mancung. Siluet bundar payudara dan bra yang melingkupinya tampak jelas akibat t-shirt-nya basah kuyup. Reflek Vani langsung menutupi dadanya dengan kantong plastik novelnya. Eh Bang, mau ngojek ato bengong ajaaa?! tanya Vani agak menjerit. Eh..oh.. eh iya neng. Mau dianter kemana? gelagepan si abang ojek yang giginya tonggos menjawab sambil menghampiri dan mulai menstarter motor bebeknya. Sedang abang yang setengah botak pura-pura ngelapin helm, nutupin malu ke-gap ngliatin dada si Vani.
Dengan terrpaksa memake helm bau keringat punya si tukang ojek agar kepada tidak lebih basah lagi, mahkluk sexy ini menghenyakkan pantat sekalnya di jok motor abang ojek, dan merekapun meluncur membelah hujan menuju jl. Jambu Air XII. Tukang ojek sudah setengah berharap orang yang dicari penumpangnya tidak ada di kos-nya, agar dia punya kesempatan ngantar balik si cewek ini. Tapi memang nasib tidak berpihak kepada si tukang ojek karena Sasha sudah nungguin Vani di pintu gedung kos-kosan tersebut. Belum lagi si Vani cuma bayar 2000. Lho biasanya goceng neng melas tukang ojek. Eh, 3rebunya biaya lo melototin toked gw dan ngerem-ngerem melulu pas di jalan saut Vani judes, ditingkahi cekikikan Sasha. Abang tukang ojek hampir tidak tahan untuk tanya Kalo ngeliatin 3rebu, megang-megang berapa Neng. Tapi ditahannya karena agak jiper sama kejudesan Vani. Dia cuma bilang Kalo butuh jemputan, SMS aja abang ya neng. Neng Sasha tau kok nomor HP abang sambil tersenyum semanis mungkin. Iyee bang sahut Vani dan Sasha serempak sambil menutup pintu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Genit amat tu tukang ojek gerutu Vani sambil mendekap tubuhnya, menggigil kedinginan mengiringi langkah Sasha menuju kamarnya di lantai 3. Udeh, ga usah bawel dah lo. Ayo cepet ke kamar gue, biar bisa ganti baju lo sahut Sasha sabar sambil menarik tangan Vani agar bergerak lebih cepat. Kos Sasha adalah gedung persegi empat berwarna beige dengan aksen terakota di jendela-jendela yang menghadap keluar, memanjang kebelakang setinggi 4 tingkat yang khusus dibangun untuk jadi kos-kosan 3 tahun yang lalu. Terdapat hampir 80 kamar dan lebih dari 90% selalu terisi, karena memang lokasinya dekat dengan beberapa kampus dan komplek perkantoran. Layout dalamnya khas kos-kosan: dua deret kamar yang berhadapan, dibelah oleh taman selebar 1 meter yang memanjang di lantai dasar dan void sampai kelangit-langit gedung. Tapi void-nya tidak begitu lebar, karena pemilik gedung lebih memilih untuk membuat jalan di depan kamar cukup lega. Satu hal yang dirutuki Vani dan Sasha dari kos ini adalah tidak adanya lift. Cukup gempor juga naik ke lantai tiga. Maka itu, makin ke atas tarif bulanannya makin murah.
Sesampainya di kamar Sasha, Vani buru-buru masuk ke kamar mandinya karena sudah kebelet pipis. Kamar Sasha berukuran 4x5 meter. Kamar mandi dipojok kanan, berisi shower dan toilet duduk. Tempat tidur springbed ukuran 120cm x 200 cm mepet ke dinding kanan. Isi kamarnya standar anak koslah: lemari pakaian 2 pintu, TV, rak buku dan peralatan makan dan satu meja kecil. Sasha mengetok kamar mandi untuk mengasikan 2 potong t-shirt, celana pendek dan bra ke Vani. Pilih aja mana yang lo suka hottie kata Sasha kepada Vani yang melongokkan kepalanya dari balik pintu kamar mandi. Gw minta shampo ama sabun lo ya Sha kata Vani sambil menerima pakaian tersebut. Pake aja. Tapi jangan abisin sahut Sasha. Gue minum kale shampo lu balas Vani sambil menutup pintu.
Rasa sebel Vani karena kehujanan barusan sudah hampir luruh semuanya diguyur air dari shower. Rasanya nyaman sekali ketika mengeringkan tubuh dengan handuk kering yang tebal milih Sasha. Karena celana dalamnya tidak basah, Vani memutuskan memakainya kembali. Tapi dia agak kebingungan ketika memilih bra punya Sasha. Bukan karena modelnya yang kinky atau warnanya ga cocok. Sasha lupa kalo toked Vani satu cup lebih besar dari miliknya. Jelas saja susu Vani terpenyet ketika memaksa memakai bra Sasha yang ber-cup B. Merasa sesak nafas, Vani memutuskan tidak memakai bra saja, dan langsung memakai t-shirt gombrang berwarna maroon dengan tulisan Talk Nerdy to Me. Selesai memakai celana pendek berbahan kaos milik Sasha, Vani mematut sebentar di cermin. T-shirt gombrangnya hampir menutupi celana pendek yang memang pendek, menunjukkan sebagian besar paha putih Vani.
Ketika akan membuka pintu kamar mandi, Vani baru sadar bahwa di luar Sasha sedang mengobrol dengan orang lain karena sedari tadi suara-suara di luar tidak terdengar, tertutup suara hujan yang menggemuruh. Vani sempat berpikir untuk tidak keluar dulu sampai tamu2 Sasha itu pergi karena tau kan.. dia ga pake bra. Rasanya gimana gitu. Tapi, akhirnya Sebodo ah.. ga kliatan ini pikir Vani sambil membuka pintu kamar mandi. Obrolan Sasha dan tamunya kontan terhenti ketika sesosok cewek berambut bob berwarna brunette muncul dari balik pintu kamar mandi. Eh, lo ada tamu Sha? tanya cowok berambut jabrik sambil tersenyum lebar melihat ada mahkluk bening lagi di kamar tersebut. Eh, kenalin ni temen satu kampus gue, Vani ujar Sasha sambil menarik Vani untuk mendekat. Si rambut jabrik bertubuh tinggi langsing dengan wajah agak tirus ternyata bernama Randy, dan temannya satu lagi yang berambut cepak dan berbadan agak gempal (ga gemuk ya, gempal) minta dipanggil Momo. Weh pas banget nih sekarang kita berempat. Sudah bisa langsung dimulai kata si Randy agak keliwat ceria. Eh, maen apaan nih? tanya Vani pengen tau. Hihihihi.. lucu deh Van game-nya. Gue baru diceritain dikit barusan ama Randy. Tapi kliatannya seru banget. Lo pasti demen deh sahut Sasha sambil cekikikan mencurigakan. Vani jadi penasaran.