Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Burung-Burung Gagak dan Pohon Beringin Tua [LCPI 2016]

awan samudra

Semprot Addict
Daftar
1 Jan 2016
Post
454
Like diterima
8
Bimabet
BURUNG-BURUNG GAGAK DAN POHON BERINGIN TUA


Lelah,itu yang ku rasakan sekarang. Lelah setelah berjalan lebih dari 10km menuju dearah ku kampung halamanku. Setelah perjalanan lebih dari 9 jam dari Semarang aku akhirnya sampai di sini,pintu gerbang gapura bertuliskan "Wiliujeng Rawuh Ing Dusun Puh Kuning" yang berarti selamat dating di dusun Puh kuning. Desa yang tandus di pegunungan seribu selatan Jawa. Desa yang dulu ditinggalkan oleh ayahku untuk merantau mencari penghidupan yang lebih baik.

Sebenarnya aku belum ada rencana untuk pulang kampung bulan ini. Menurut rencana yang telah di sepakati berasama(paksaaan dari istriku tepatnya) harusnya aku beserta istri dan kedua anakku berangkat ke dieng untuk berlibur.

"Mumpung anak lagi libur sekolah",katanya."Kapan lagi to pah kita jalan-jalan bareng?"rengeknya. Ditambah rajukan memelas dari keduah bocah ku akhirnya aku setuju.

Akan tetapi nada dering dari telepon rumah ku menjelang ashar membuyarkan semua. Telepon dari orang yang paling aku segani di jagat raya ini.

Ayah: Halo....assalamualakum.

Aku : Wa'alaikumsalam pak.Pripun ada apa?

Ayah: Sekarang cepet berangkat ke rumah penting ada kabar buruk.

Aku : Buruk pripun Pak?

Ayah : Wis rasah kakean takon(sudah tidak usah banyak tanya). Ndang mangkat(segera berangkat). Oh ya Diah (istriku) sama cucuku ajak semua. Sudah lama aku gak liat mereka.kangen.

Aku :Tapi pak...

Ayah : Tapi piye?

Aku : Wonogiri-Semarang kan jauh pak?

Ayah : Halah...Wonogiri ke Dieng sama Wonogiri ke Semarang adoh ndi?

Aku : Jauhan Wono...

Ayah :Lha yo to. Ya wis ngono wae assalmu'alaikum.

Aku :Wa'alakum salam.

Hadeh... dari mana beliau tahu aku mau ke Dieng ya? Segera setelah menutup sambungan telepon, dengan sedikit panik dan rasa was-was aku mengajak anak dan isriku menuju ke rumah ayah ku, Semarang. Setelah menempuh perjalanan lebih dari 5 jam, menjelang tengah malam aku sampai di sana.

Segera aku menemui ayah ku yang masih duduk di kursi goyangnya.

"Lik mu sakit le. Coba besuk kamu ke sana. Sekalian, ini sudah masuk ruwah, kamu nyadaran. Bersihke makam e simbahmu kono."Titah Ayhaku.

Aku pun syok,"hadedeh.....kenapa agak sekalian tadi di telepon aja ngomongya pak. Kan bisa sekalian langsung ke Ngepuh...." Kan gak efisien banget, aku harus bolak-balik. Boros bensin.

"Yo ben to... Sak karepku."

"Tapi pak kan boros bensin...."bantahku.

"Lha kowe ngebis wae to nek boros bensin. Mobilmu sama anak-anak termasuk Diah ben di sini wae"katanya. Aku pun hanya terdiam. Boros bensin sih enggak, tapi jadi boros di ongkos dan waktu.

Dan begitulah aku akhirnya sampai di sini, desa tandus berbatu kapur. Secara teknis sebenarnya ini adalah kampung halaman ayah ku. Ayah ku lah yang di lahirkan dan di besarkan di sini, sementara aku lahir dan besar di Semarang. Takdir pula juga yang membuat aku berada di Wonogiri.

Setelah menyeka keringat dengan sapu tangan aku pun mulai memasuki desa ini. Sejenak aku terhenti di sebuah pemakaman umum desa tempat seluruh leluhur ku di kebumikan. Tampak di bagian tengah-tengah ada sebuah bangunan makam yang lebih bagus dari yang lainnya. Makam yang dinaungi sebuah pohon beringin tua yang menjulang kokoh. Itu adalah makam Mbah Jayadilaga, pendiri desa ini. Konon beliau ikut membantu Pangeran Samber Nyawa melawan kumpeni.

Aku tersenyum melihat pohon tua itu. Pohon yang mengingatkan tentang salah satu lambang dari Pancasila. Pengayom,pelindung dan pemersatu semua rakyat yang berteduh di bawahnya. Hem, aku juga ingat sebuah partai yang dulu menaungi para Pe eN eS. Ah sudahlah, bukan urusanku. Tampak sekelompok burung gagak bertengger angkuh di dahan beringin itu. Entah sejak kapan burung-burung itu ada. Yang jelas jumlahnya tak pernah bertambah atau berkurang, aneh memang. Ada yang bilang burung-burung itu adalah peliharan mbah Jaya. Gak masuk akal.
Karena sudah menjelang maghrib aku segera bergegas menuju rumah pak lik ku. Seorang bocah berusia belasan terlihat berlari menyongsong kedatanganku.

"Kok baru sampai mas lambang, bise mogok ya?" sambutnya setelah mencium taganku.

"Biasa min.."jawabku kemudian.

Segera dia meraih ransel ku, dan membawanya masuk kerumah. Parmin, sudah besar rupanya. Jadi teringat ketika dia kabur dari rumah karena tak segera di sunat. Anak ontang-anting alias anak tunggal seperti dia memang banyak sarat yang harus dipenuhi sebelum di sunat. Nyengkala kalau kata orang jawa, nanggap wayang dengan lakon murwakala komplit beserta sajen yang harus di sediakan. Jelas ayahnya yang Cuma seoarang penyadap nira tak mampu memenuhunya.

Mungkin karena malu pada teman-teman seusianya, dia memilih kabur. Kabur ke rumah pak dhe nya di Semarang, yang tak lain tak bukan adalah ayahku. Aku juga heran kenapa dia gak ke rumah ku saja. Kok ya gak nyasar dia. Dan akhirnya aku juga yang ketempuhan,menyiapkan segala ubo rampe untuk uapacara ruwatan adik sepupuku itu. Cukup dalam juga kantongku terkuras. Ah sudah lah, yang penting dia bisa sunat dan juga mau pulang ke rumahnya. Kasihan lik ku pontang-panting mencarinya.

Lamunanku terhenti saat ku dengar suara batuk dari dalam rumah. Pak lik ku....kenapa aku jadi lupa tujuan ku ke sini ya. Segera aku masuk ke dalam langsung menuju ke kamar pak lik ku. Aku terpaku tampak seoarang lelaki tergolek lemah di atas tempat tidur, sedang disuapi oleh seorang wanita, wajahnya yang tampak lebih tua dari umur sebenarnya.

"Asalamu'alaikum"sapaku.

"Walaikumsalam." Jawab mereka bersamaan,"eh kwe mas Lambang, baru sampe to?"imbuh wanita yang menyuapi nya. Aku segera menyalami dan mencium tangannya, dia adlah istri pak lik ku. Dia mamang memanggilku mas karena usianya lebih muda dari ku. Gak mau dia manggil nama ku thok,ewuh katanya wong dia lebih muda.

"Iya bu lik, maklum gak bawa mobil jadi lama."jawabku.

"Oh gitu to, sini duduk sini."jawabnya lalu bergesar mempersilahkan aku duduk.

Aku salami dan ku cium tangan pak lik ku, memang dia hampir seumuran dengan ku, tapi aku tetap menghormatinya. Tampak wajahnya pucat dan badannya terluhat lebih kurus dari terakhir aku datang ke sini.

"Pripun lik kok jadi gini?"tanya ku pada bulik.

"Lha embuh mas. Gara-gara jatuh saat mengambil nira di kebun pak kerto"jawabnya.

Lalu dengan berdera air mata dia mulai bercerita, sebulan yang lalu pak lik ku mbedhil burung gagak yang biasa hinggap di pohon beringin tua dekat makam mbah Jaya. Burung-burung gagak itu memang kurang ajar, beberapa kali menyerang ladang milik warga dan meghajar serta merusak tanaman jagung yang siap panen. Sehari kemudian pak lik ku jatuh saat mengambil bumbung berisi nira hasil sadapannya.

Aku jadi bingung,"eh lha hubungane gagak sama jatuhnya pak lik apa to bu lik?"

"Mosok kamu ndak ngerti mas?"tanyanya. Aku pun menggeleng karena memang aku gagal paham dengan penjelasan bulik ku.

"Gagak-gagak itu kan peliharaannya Mbah Jaya mas.."

"Lik mu itu kualat telah mengganggu dan membunuh gagak itu"jelasnya.

"Oh begitu,jadi pak lik sakit karena kena kutukan Mbah Jaya..."jawabku masih setengah tak percaya.Aku pun bergumam,"jaman modern kok masih percaya begituan."

"Hush, jangan gitu kamu mas nanti kamu kena kutuk juga lho."

"Bener kata Lambang bu ne," pak lik ku yang dari tadi diam mulai bicara. "Aku ini sakit bukan karena itu."

"Lha terus?Sudah dibawa ke puskesmas juga kan?Kata Pak Mantri gak ada penyakite kan?"Bu lik ku ngeyel.

Menurut cerita bu lik memang beberapa kali sudah dibawa ke puskesmas. Tapi tak ketahuan apa penyakitnya. Pak Mantri menyarankan agar pak lik segera dirujuk ke rumah sakit biar didiagnosa apa penyakitnya. Kontan bu lik menolak.

"Lah duite sopo mas buat ke sana?"Kata bu lik ku.

"Kan bisa sms atau telepon aka bu lik? Lagian kita kan saudara." Jawab ku.

"Sudah terlalu banyak kami merepotkan kalian,"pak lik menyela,"nanti juga sembuh sendiri."

Aku hanya bisa menghela napas mendengar jawaban pak lik ku. Mungkin pak lik sungkan apa lagi setelah kejadian kaburnya Parmin tempo hari. Ku lihat wajahnya menyiratkan sebuah kepasrahan. Seakan sudah siap dengan segala kemungkinan yang terjadi.

"Ya wis, kamu mandi dulu sana trus makan," bu lik lalu beranjak ke dapur.

Setelah mandi aku segera menyantap hidangan yang telah disediakan oleh bu lik aku segera beristirahat di kamar samping. Hari mulai malam, kegelapan telah menyelimuti desa ini. Hanya suara jangkrik dan beberapa hewan malam yang menghiasi malam ini. Ku dengar pak lik terbatuk-batuk, kasihan aku mendengarnya. Entah kebetulan atau karena apa setiap pak lik batuk, sayup terdengar suara burung gagak. Semakin lama semakin mendekat, seperti ada di sebelah rumah.

"Ngak...ngak...ngak..." Suaranya yang parau membuat suasana makin mencekam. Kata beberapa orang gagak menandakan akan ada orang yang meninggal. Aku jadi was-was, jangan-jangan pak lik ku....Semoga tidak. Suara parau burung itu terus terdengar hingga menjelang subuh. Aku jadi makin khawatir dengan keadaan pak lik.

Pagi harinya bu lik memintaku ikut sambatan gugur gunung menggantikan pak lik. Hari ini ada kegiatan gotong royong membuat pondasi pagar setelah selatan kuburan. Gugur gunung adalah sebuah idiom yang menggambarkan aktivitas dalam suatu masyarakat yang saling berhubungan dan saling membantu dalam mewujudkan sebuah pekerjaan yang berguna untuk umum atau orang banyak. Melalui hal ini, banyak nilai moral yang dapat dipelajari. Biasanya gugur gunung dilakukan saat hari Minggu, hari libur, atau menjelang hari raya dan hari peringatan kemerdekaan. Akan tetapi karena berdekatan dengan acara sadranan maka gugur gunung dilaksanakan satu hari menjelang nyadran.

Semua warga berkumpul bersama menyingsingkan lengan baju. Tua muda berjajar rapi, satu-persatu batu bahan pondasi di angkat. Tak ada wajah murung semua tampak gembira bersama. Beberapa menembangkan lagu jawa

Ayo (Ayo)
Konco (Konco)
Ngayahi karyaning projo
Kene (kene)
Kene (kene)
Gugur gunung tandang gawe
Sayuk sayuk rukun
Bebarengan ro kancane
Rilo lan legowo
Kanggo mulyaning nagoro
Siji (loro)
Telu (papat)
Maju papat papat
Diulang ulungake
Amrih enggal rampunge
Holobis kuntul baris
Holobis kuntul baris
Holobis kuntul baris
Holobis kuntul baris


Lagu langgam gugur gunung menjadi pengantar semangat warga masyarakat. Dengan bekerjasama semua jadi lebih mudah dan lebih cepat.
Selama kerja bakti perhatian ku tertuju pada kumpulan burung gagak yang bertengger di pohon beringin tua. Mereka tampak angkuh seolah pohon itu milik mereka dan tak akan ada yang mengusik legitimasi mereka atas pohon tua itu. Suara mereka yang parau menambah kesan keangkuhan kawanan burung itu.

Menjelang sore pondasi sudah hampir jadi. Hampir semua warga sudah mulai pulang ke rumah masing-masing. Saat aku melewati makam Mbah Jaya sekilas aku melihat seekor burung kecil berwarna hitam, berekor panjang hinggap diatas makam. Burung itu tampak mengamati kumpulan gagak yang sedang tertidur terkantuk-kantuk di pucuk pohon beringin. Merasa ada yang mengawasi, seekor gagak yang berukuran paling besar tiba-tiba terbang menerjang burung kecil itu. Sang burung kecil yang ternyata telah waspada segera terbang menjauh ke arah hutan. Sepertinya aku tau burung itu. Burung yang sudah mulai langka, burung srigunting. Ya itu burung srigunting, burung cerdas yang mampu menirukan bebagai suara burung kicauan. Aneh, satahuku burung itu lama tak terlihat turun ke perkampungan.



Sesampainya di rumah, aku segera mandi dan beristirahat. Pak lik kondisinya masih juga sama, batuknya makin menjadi. Malam harinya suasana kembali mencekam oleh suara gagak-gagak itu. Kali ini dari kejauhan aku mendengar lolongan beberapa anjing hutan. Sepertinnya meraka sedang mengejar sesuatu. Aku pun berusaha memejamkan mataku.

Keesokan harinya warga berkumpul lagi di makam desa. Kali ini untuk acara nyadran yang jatuh setiap hari ke 10 bulan ruwah atau sya'ban dalam penaggalan islam. Nyadran adalah nama dari salah satu tradisi masyarakat Islam Jawa dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan, yakni sebuah serangkaian Budaya berupa kenduri selamatan, besik atau pembersihan makam leluhur serta upacara ziarah kubur, dengan mendoakan roh yang telah meninggal di area makam. Oleh masyarakat Jawa terutama Jawa Tengah. Setelah pembacaan ayat suci, tahlil dan doa warga yang hadir segera menyantap bekal yang dibawa masing-masing dari rumah. Suasai acara kenduri, kegiatan selanjutnya adalah membersihkan makam dari rumput dan kotoran.

Sekali lagi perahatianku tertuju pada sekelompok burung gagak itu. Kali ini mereka terlihat agak jauh di selatan batas makam sedang mengerumuni sesuatu, Ternyata mereka sedang memangsa bangkai seekor kucing. Tampak sekali mereka berebut mencacah,merobek, mengiris daging bangkai kucing malang itu. Lalu terdengar suara kicauan khas seekor burng yang lama tak ku dengar, Srigunting.....

Srigunting itu tampak bertengger di dahan salah satu pohon kamboja. Mengawasi gerombolan burung rakus yang sedang menghabisi mangsanya. Sekilas srigunting melihat kearah ku lalu terbang pergi mejauh kembali ke hutan. Aku lalu meneruskan acara nyadran dengan nyekar ke makam kakek dan nenekku sekalian juga para leluhurku yang dimakamkan di situ.

Saat semua orang sudah pulang aku tetap di situ. Aku menuju makam Mbah Jayadilaga, menziarahi makam beliau dan mengenang segala perjuangan beliau saat perang bersama Pangeran Samber Nyawa. Aku memang tak pernah bertemu langsung dengan beliau, hanya mendengar dari cerita kakek dan ayah ku. Di situ pula aku dapat memandang luas ke sekeliling. Hanya batu nisan dan gundukan tanah yang terlihat. "Pangkat sing paling duwur iku pensiun, gelar sing paling jembar iku almarhum(pangkat yang tertinggi itu pensiun, gelar yang paing luas itu almarhum)". Terngiang petuah kakek ku tiap kali aku pulang ke desa ini. Jangan terlalu memaksakan diri dalam mengejar dunia, toh akhirnya kita semua kan berakhir terkubur di sini.

"Ngak...ngak..." renunganku buyar oleh suara gagak yang mulai kembali bertengger di atas beringin tua. Tembolok mereka penuh, seekor gagak malah masih mencengkeram sekerat daging lalu menelannya. Tampak mereka sangat kekenyangan setelah menghabiskan bangkai kucing tadi. Angin siang yang bertiup sepoi-sepoi membuat mereka tertidur.

Tiba-tiba kulihat seekor burung mendekat dan hinggap di atas makam mbah Jayadilaga. Srigunting itu kembali lagi. Sejenak dia mengawasi kawanan gagak itu. Lalu dalam sekejap srigunting itu melesat terbang menerjang kawanan gagak yang tengah terlena dalam tidur mereka. Mendapat serangan mendadak, gagak-gagak itu terkejut dan gelagapan. Rasa kantuk akibat kekenyangan membuat mereka terlambat bereaksi. Srigunting terus terbang berputar menerjang tak member kesempatan bagi para gagak untuk membalas.

Seekor gagak tampak berusaha membalas, srigunting terbang menghindar lalu kembali menerjang. Sungguh pertarungan yang tak seimbang. Tampak para gagak mulai mengurung srigunting. Saat srigunting seakan mulai terpojok dan terkepung, tiba-tiba beberapa ekor srigunting muncul datang. Bala bantuan sepertinya datang di saat yang tepat. Ada 6 srigunting yang mucul "membantu" temannya. Gagak-gagak itu tampak terkejut saat ke 6 srigunting menyerang memecah formasi mereka. Petarungan seru ini tak berlangsung lama. Para gagak tampak makin kocar-kacir, akhirnya mereka terbang pergi melarikan diri. Kumpulan burung pongah itu kalah oleh tujuh ekor srigunting yang menyerang tiba-tiba.

Aku hanya mampu terkesima menyaksikan kejadian itu. Ke tujuh srigunting itu kini bertengger manis di dahan beringin. Seolah merayakan kemenangan, mereka berkicau riuh. Srigunting yang pertama kali mucul tadi tampak memandang kearahku dengan tajam. Lalu terbang mengitari makam dan hinggap tepat di hadapan ku. Agak lama dia hinggap lalu kembali terbang menuju hutan. Srigunting lainnya pun mengikutinya, terbang melintasi makam mbah Jayadilaga . Angin yang tercipta dari gerakan mereka meniup kain cungkup penutup makam. Kain itu pun tersibak dan jatuh tepat menutupi punngungku.

Aku terpaku tak mampu bergerak. Setelah mampu menguasai diri aku segera mengembalikan kain itu ketempatnya dan segera pulang. Aku tak ingin menceritakan kejadian tadi pada siapapun, aku khawatir akan timbul masalah baru jika menceritakannya.
Sesampainya di rumah terdengar suara batuk pak lik makin menjadi. Kondisinya makin melemah, perutnya terasa panas dan sakit. Memang jika dipikir-pikir penyakit pak lik memang anheh. Jatuh dari pohon kelapa tidak ada bagian tubuhnya yang patah atau keseleo, malah kini perutnya terasa sakit. Segera aku menuju ke rumah kepala dusun, meminjam mobil L-300 miliknya. Aku memanggil beberapa tetangga untuk membantu menggotong pak lik ke dalam mobil. Segera pak lik ku bawa ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan tak henti memohon kepada Yang Maha Pencipta untuk keselamatan pak lik.

Sesampainya di rumah sakit, pak lik segera di bawa unit gawat darurat. Seoarang dokter tampak memeriksa kondisi pak lik ku, tampak dokter itu menggeleng beberapa kali dan menghela napas.

"Anda keluarganya mas?"tanya dokter itu.

"Iya pak dok,gimana kondisi pak lik saya?'aku balik bertanya.

"Gawat, harus segera operasi mas ini,"katanya.

"Operasi?"tanya ku tak percaya.

"Iya operasi, dari diagnosa awal sepertinya ini usus buntu."Jawabnya.

"Kapan dok operasinya?"tanyaku lagi.

"Secepatnya. Paling tidak malam ini harus sudah operasi." Jawabnya.

Malam itu juga pak lik dioperasi. Bu lik hanya bisa menangis sambil memeluk Parmin anaknya. Dan benar kata dokter itu. Pak lik menderita usus buntu. Bahkan dokter harus memotong beberapa bagian ususnya karena sudah terjadi pembusukan. Kata dokter, pak lik beruntung di bawa tepat waktu. Telat sedikit usus yang telah meradang bisa pecah dan mengakibatkan kematian.

Dua minggu pasca operasi dan pemulihan, pak lik diperbolehkan pulang. Kondisi tubuhnya berangsur membaik. Wajahnya tampak lebih segar dan terlihat semangat hidupnya kembali terlihat. Aku yang melihat kondisinnya kini jadi lega. Sepertinya tugasku sudah selesai di sini. Pagi sebelum pulang aku menyempatkan diri kembali berziarah ke makam Mbah Jayadilaga. Pohon beringin tua itu masih berdiri kokoh, walau kemarau kini mencapai puncaknya. Gerombolan burung gagak kini tak pernah lagi menampakkan dirinya. Yang ada hanya beberapa burung srigunting yang terkadang muncul singgah betengger di atas pohon tua itu, memperdengarkan kicauannya yang merdu.​
 
Terakhir diubah:
mohon kritik dan sarannya suhu-suuhu semua
 
Cerita yang bagus :jempol:
Tinggal edit lagi, masih punya sedikit waktu untuk beberapa typo.
Seperti

“Secepatnya. Paling tidak mala mini harus sudah operasi.” Jawabnya.

Setelah mapu menguasai diri....

......aku khawatir akan timbul masalah baru jika menceritannya.

dst...

============================================

:cendol: +5 sent suhu...
 
deskripsi suasananya ngena ini, mas. Tenang dengan rasa mencekam. Mungkin karena ada pengaruh burung gagak, pohon beringin dan makam yang dikeramatkan yang bersamaan dengan kondisi kesehatan pak lek.

Tampilan pun lumayan dan sesuai. Jadi terbayang nonton drama TVRI model dulu. Sederhana tapi kuat terasa.
:beer:
 
Terakhir diubah:
matur nuwun....
iya suhu terinspirasi dari drama radio RRI
 
selamat udah rilis om :) bagus ceritanya.

hmmz ditempat ane kayaknya udah gaada burung gagak om :galau:
 
Jadi kangen ama suara burung gagak ntah udah berapa tahun gak pernah dengar suara burung gagak....biasa dulu dikampung menjelang malam dengar suara burung gagak terdengar menyeramkan
 
kalau burung gagak kadang masih menjumpainya. yang sukar adalah srigunting yang hampir tiada kabar.
:sendirian:
 
kalau burung gagak kadang masih menjumpainya. yang sukar adalah srigunting yang hampir tiada kabar.
:sendirian:
srigunting banyak yang di tangkap untuk burung kicauan om. semakin berkurangnya luas hutan alam juga ikut mempengaruhi jumlah spesies ini:marah:
 
monggo suhu dibaca sambil ngopi.cemilane singkong goreng
 
selamat udah rilis om :) bagus ceritanya.

hmmz ditempat ane kayaknya udah gaada burung gagak om :galau:

ditempat nguli ane banyak,
burung hantu pun ada...
kalo bunyinya sahut sahutan tengah malam dijamin serem..:nohope:

eehh..jadi merinding bacanya..:D

:cendol: ijo semangat :semangat:
 
cakep betul om cerita nya,,
hanyut saya om,

tapi ada yang harus dilengkapi om,
 
Bimabet
ditempat nguli ane banyak,
burung hantu pun ada...
kalo bunyinya sahut sahutan tengah malam dijamin serem..:nohope:

eehh..jadi merinding bacanya..:D

:cendol: ijo semangat :semangat:

Terima kasih gan sudah berkenan membaca dan terimakasih atas semangatnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd