Chapter 22 : The Exam Day
Fiuh.... akhirnya datang juga. Puncak dari segala hiruk pikuk perkuliahanku selama ini. Enam tahun pendidikan aku tempuh, dan inilah akhirnya. Ujian Skripsi!
Pagi-pagi Novi membangunkanku untuk beribadah. Sengaja Novi tidur di Kostku semalam. Hanya untuk menungguku, memberikan support, sekaligus menyelesaikan Tugas Akhirnya sendiri. Novi sendiri juga ada ujian TA minggu depan. Kalau dipikir-pikir kasihan juga sih si Novi, tapi dia sendiri merasa enjoy kok seperti itu, apalagi dia melakukannya dengan dan untukku, Inilah tujuan hidup Novi mas. Apapun Novi rela lakuin kalo itu bisa memberikan semangat buat mas begitu katanya. Lagipula Mbok Gat juga udah memberikan ijin khusus buat Novi agar menemaniku tadi malam.
Yah, tentu saja semalam berakhir tragis. Juniorku masih belum bisa menembus keperawanannya. Bukan apa-apa sih, aku cuman komitmen aja sama diri sendiri. Menjaga keperawanannya sampai dia nikah nanti.
Pada saat sarapan, tiba-tiba telepon Novi berbunyi. Papa calling tertulis di layarnya.
Nov, angkat tuh. Papa nelpon lho
Ho oh
Ya halo... ada apa pa?
He eh?
Belom, masih minggu depan
Iyah, terserah papa lah
Iyah
Iyah, nunggu ijazahnya kelar dulu ya pa
Hari ini
Ho oh
Enggak, Ni Novi baru mo berangkat ke sono
Beneran pa? wajahnya mendadak sumringah
Iya, Novi kabarin deh
Iyaaak nunggu ijazahnya keluar dulu lah pa
Iya pa
Oke pa
Makasih ya pa, Novi seneeeng banget
Hehehe iya pa. Makasih banget lho pa
Iya, dadah papa. Lop yu pa. Assalamualaikum
Telepon ditutup. Novi berteriak pelan YESSS!.
Aku yang terheran dengan tingkahnya, bertanya Kenapa Nov?
Hihihihi, mau tau ato mau tau banget Diiih.... senyumnya nyebeliiin.
Uuuuh dasar nih anak beneran nih ada berita apa dari papa? kataku mulai sebel
Ini dulu katanya sambil menunjuk pipinya. Langsung saja kukecup.
Udah. Mau lagi? yang laen? tantangku
Hehehehe dasar mesum senyumnya genit
So, ada berita apa dari papa?
Oke, Novi kasi tau
Aku terdiam...
First, Papa ngasi support ke mas Pai buat nyelesein ujiannya. Usahain yang terbaik ya senyumnya centil
Bener? Papamu baik banget Nov. Ketemu aja belom, udah disupport gitu
Ya iyalah, Papa Noviii hehehe
Hehehe kami tertawa bersama
Second, mas Pai buruan lulus, terus ngurus ijazah noh. Jangan lupa minggu depan dateng pas Novi ujian
Oooh... kalo yang itu pasti lah. Paidi akan segera berubah menjadi Paidi Sarjana Edan. Akan segera mencari pekerjaan, dan mendapatkannya. Kemudian melamar Prastika Novita Ahli Mu Do, Menikahinya, dan yang terakhir akan membina rumah tangga bersama, sampai tua, sampai mati kataku yakin
Hahahaha, soal kerja itu mas. Kayaknya mas Pai gak bakal bisa cari kerjaan deh mas
Lha kenapa? tanyaku heran
Papa tadi nelpon kalo bagian finance perusahaan lagi kosong satu orang, kemaren ada yang resign. Nah... Novi tidak meneruskan ucapannya
Nah lho... apa hubungannya?
Ya itu. Rencananya papa mo ngasi tempat itu buat mas. Kecuali sih... Novi menghentikan lagi ucapannya
Kecuali?
Mas Paidi gak mau sama Novi, biar Novi rekomendasiin diisi ama yang laen hehehe
Iiiih dasar nih anaak. Pastilah seorang Paidi Sarjana Edan mau kerja kulempar bantal di samping ke arahnya
Aww... dasar nih anak dilempar kembali bantal itu ke arahku
Aku melompat ke arahnya, menubruknya hingga terjatuh, menindihnya. Kucium bibirnya.
Terima kasih banyak buat kalian ya Nov kataku kemudian. Novi tersenyum
Kukulum kembali bibir itu, lembut. Novi membalas. Lidah kami saling membelai, saling menaut. Kuhisap rongga mulutnya, diapun melakukan yang sama, bibir kami lebih menyatu sekarang.
Ketika tangan kiriku menyangga tubuhku, tangan kananku aktif membelai rambutnya, mengusapnya, memberikan kenyamanan dalam percintaan. Kini, tangan itu turun ke lehernya, pundak, punggung, kemudian memeluknya erat. Posisi kami saling sejajar sekarang. Tubuhku menempel erat ke tubuhnya, seolah tak ingin kehilangan lagi.
Kulepaskan bibirku. Kulihat keindahan ciptaanNya yang kini sedang berbaring di sampingku.
Aku gak tau bagaimana aku membalas kebaikanmu ini Nov...
Gak perlu mas. Liat mas seneng aja Novi uda ngerasa kebales semua, bahkan semua yang Novi punya ini gak ada apa-apanya dibandingin ama perhatianmu selama ini
Nov, Trims kukecup kembali bibirnya.
Kini tanganku meraih buah indah yang bergelantungan di dadanya. Kuremas lembut dari luar bajunya. Perlahan... perlahan... kami menikmati setiap remasan yang kulakukan. Mulutnya mendesis, keenakan.
Tak puas dengan remasan, tanganku bergerak ke bawah. Dengan leluasa menyelinap ke dalam kaus yang dikenakannya, merengkuh, meremas gemas payudara Novi. Menekan, memijit langsung dari dalam kausnya. Jari-jariku bermain ringan di atas kedua puting yang telah menegang tegak. Novi mengerang lirih, merintih merasakan sentuhan-sentuhan jariku yang membuat dadanya bagaikan dipenuhi uap panas, bergulung-gulung seakan-akan badai badai yang sedang melanda bumi. Sambil memelukku Novi melekukkan badannya, mengenyakkan dadanya di tanganku, seolah ingin diremas lagi, lebih bergairah lagi.
Mulutku meninggalkan mulut Novi. Menjelajah dagu, dan bermain di telinganya. Lidahku menggelitik daunnya. Sesaat kemudian kutinggalkan telinga, menuju leher jenjangnya, bermain sebentar seperti vampir yang sedang menghisap darah mangsanya, dan melepaskannya. Sambil tersenyum, aku duduk dan melepaskan kaus yang dikenakannya dengan perlahan, penuh perasaan.
Tak pernah jenuh kupandang tubuh indah di depanku ini. Segala keindahan yang selalu kuharapkan akan menjadi milikku seutuhnya. Keindahan yang dibingkai dalam sebuah senyuman yang.... Sempurna. Ya, Sempurna. Mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan pantulan cahaya nyata yang diterima oleh retina mataku saat ini.
Aku menunduk, menuju ke payudaranya. Kemudian tenggelam dalam celah sempit diantara bukit ranum itu.
Aahhh... Novi merintih ketika mulutku mengulum puting kirinya. Tubuhnya menggelinjang ke kiri.
Uuhh... Novi mengerang ketika tangan kiriku meremas dan memainkan puting kanannya. Tubuhnya bergeser ke kanan.
Begitulah terus. Ke kiri, ke kanan. Gerakan-gerakan Novi menimbulkan gesekan nikmat di bawah sana. Tepat di selangkangannya yang memeluk rapat paha kiriku. Perlahan kurasakan ada cairan hangat merembes ke celana yang dia kenakan.
Novi menaikkan pahanya ketika tanganku mulai merambat ke bawah. Dalam sekali sentakan lembut, terlepaslah celana yang dia pakai, sekaligus celana dalam yang telah basah di sana sini. Dengan gemas tanganku meraih dua bongkahan bulat di belakang pahanya, meremasnya, dan terkadang mencubit mesra. Diapun menggelinjang hebat ketika jariku menelusup ke lubang kewanitaannya. Pahanya menegang, serasa setiap kulit di bawahnya berubah menjadi ujung-ujung saraf belaka, tidak dilapisi apapun juga. Sehingga setiap sentuhan, seberapapun ringannya, sanggup mengirimkan sentakan-sentakan kenikmatan ke seluruh tubuh.
Lalu celanaku juga terlepas. Entah siapa yang melakukannya. Mungkin aku, mungkin juga Novi, mungkin juga keduanya. Kejantananku berdiri tegak. Novi meraihnya dengan gemas, tersentak merasakan bagaimana panasnya otot-otot kenyal yang menggairahkan itu. Aku mengerang ketika merasakan tangan halus meremas lembut di bagian paling sensitif, leher penis, tepat di bawah kepalanya. Lalu tangan Novi menuntun kejantananku ke depan lubang kewanitaannya. Novi menggosok-gosokkan kewanitaannya dengan otot panas-kenyal ini. Oooh rasanya nikmat sekali. Seperti menggelitik seluruh saraf kepekaanku, menimbulkan sensasi geli-nikmat di mana-mana.
Tanganku yang kokoh menjadi penopang tubuhku ketika menaiki tubuh Novi. Sementara tangan Novi terus menggosok-gosokkan kejantananku pada liang kewanitaannya. Sesekali aku menyodokkannya, seperti hendak memasukkan ke dalam lubang itu. Aku terpejam merasakan ujung-ujung sarafku seperti dibelai-belai mesra. Betapa hangat, basah dan licin permukaan liang kewanitaan itu. Betapa halus, bagai sutra. Novi mengerang-merintih, terus memainkan otot-kenyal di tangannya, menggosok ke depan ke belakang, memutar-mutar.
Kuturunkan sedikit tubuhku, cuma sedikit saja. Ketika aku melihat Novi tersentak. Aaaah Novi sedikit merasakan sakit di bawah. Membuatku cepat sadar, aku telah berbuat yang lebih jauh terhadapnya. Segera kuhentikan gerakanku. Sejenak hatiku diliputi kebimbangan antara meneruskan dan menghentikan perbuatanu. Dengan pandangan sayu Novi mengangguk, memberi persetujuan untuk melakukan yang lebih dari itu.
Aku merasakan kehangatan di dalam sana. Ujung kejantananku terasa dibalut entah oleh apa. Terasa sempit, tapi licin. Mencekal erat dan berdenyut-denyut. Dengan kedua tanganku, aku mempertahankan posisiku yang kini bagai mengambang: antara atas dan bawah, antara kenikmatan dan kekhawatiran. Novi juga merasakan nikmat luar biasa. Tanpa sadar pinggulnya bergerak ke kanan-kiri, menyebabkan sang penyumbat menyeruak dinding-dinding dalam kenikmatannya. Menimbulkan kenikmatan tak terhingga. Aku tetap mempertahankan posisiku sekuat tenaga, khawatir apa yang kami lakukan merusak sesuatu di dalam sana. Entah apapun bentuknya.
Aaah Novi mengerang. Orgasmenya datang bagai banjir bandang. Kedua kakinya mengejang. Pahanya merapat, pantatnya diangkat tanpa sengaja. Badannya berguncang-guncang ketika klimaksnya melanda. Kedua tangannya mencengkeram erat tanganku. Tubuhnya meregang. Matanya terpejam erat. Mulutnya setengah terbuka dan mengeluarkan suara terhtahan. Ngggggh.
Kunaikkan sedikit pantatku, menjaga posisi agar tidak merusak keperawanannya. Tetapi gerakan itu mempercepat pencapaian klimaksku. Vagina Novi yang berkedut, memijat kuat ujung penisku. Menimbulkan sensasi luar biasa bagi saraf-saraf di kemaluanku. Kakiku menegang, badanku kaku. Sedikit kesadaran membuatku mencabut batangku dari dalam lubangnya. Dan seketika itulah orgasmeku datang. Ooooooh Aku mengerang panjang. Tubuhku tersentak-sentak ketika cairan-cairan cinta keluar dari kejantananku. Tubuhku seperti terkoyak-koyak, tulangku serasa lepas, otot-ototku seperti meledak.
Sesaat kemudian kuhempaskan tubuhku di samping Novi. Kukecup keningnya dan berkata I love you Nov
Me too, mas Jawabnya dengan mata terpejam
Sono buruan mandi, katanya mau ujian. Udah jam segini masih sempet-sempetnya maen. Tuh, spermanya kemana-mana Lanjutnya sambil nyengir.
-o0o-
And... Here it this.... Dengan tegang aku masuk ke ruang sidang. Di luar para penungguku beramai-ramai menyemangatiku, berusaha mengurangi keteganganku. Tampak seluruh punggawa blok belakang, beberapa teman-teman sekampus yang tersisa ataupun masih menunggu waktu wisuda, maupun Novi, Nita, dan Yaya hadir disana. Bahkan sedari pagi Novilah yang paling ribet mempersiapkan segalanya.
Dan kini, aku harus melangkah sendiri menatap masa depanku.
Menghadapi tiga dosen penguji memang butuh kesiapan mental ekstra. Materi yang sudah dipersiapkan dengan baikpun tidak banyak membantu ketika kita ada di dalam ruangan ujian. Dan itulah yang aku rasakan sekarang. Setelah bersusah payah menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang menjurus, menjebak, sekaligus berusaha menjatuhkanku, akhirnya setelah 1 jam 24 menit aku dipersilahkan keluar dari ruang ujian. Tampaknya para penguji cukup puas dengan jawaban-jawaban dan argumen yang kuberikan. Beberapa pertanyaan memang tidak dapat aku jawab dengan baik, paling tidak aku merasa begitu. Ah sudahlah, yang terjadi biarlah terjadi. Paling tidak aku masih bisa keluar dengan diiringi senyuman kepercayaan dari mereka. Aku berharap pada pengumuman kelulusan beberapa menit lagi, aku dinyatakan lulus.
Selama penantian pengumuman, setiap menitnya bagaikan sehari waktu menunggu, lamaaaa sekali. Canda tawa teman-teman semua cukup mengurangi penantian yang kualami. Dan akhirnya panggilan itu tiba.
Ryan, Koko, Dwi, Reni, Paidi diharap masuk ruangan
Dengan jantung berdetak kencang, aku bergegas masuk ruang pengumuman.
Setibanya di ruangan, salah satu tim dosen penguji membacakan pengumuman.
Dengan pertimbangan seksama dari masing-masing dosen penguji, bla... bla... bla....
Dengan ini maka diumumkan sebagai berikut
Ryan dinyatakan bla.. bla... bla...
Dan terakhir, Paidi dinyatakan lulus ujian dengan nilai sangat memuaskan
Alhamdulillah, akhirnya lulus juga batinku
Segera aku salami satu persatu tim penguji maupun teman-teman peserta ujian yang lain, sekaligus memberi selamat atas kelulusan mereka.
Tak terasa air mataku menetes ketika kutelpon orang tuaku.
Assalamualaikum
Pak, aku wes mari ujian
(Pak, aku sudah selesai ujian)
Inggih pak, lulus
(Iya pak, lulus)
Matur nuwun dungone yo
(Terima kasih doanya ya)
"
Inggih pak, maringono tak ngurusi ijazah, sisan golek kerjoan
(Iya pak, setelah ini mau ngurusi ijazah, sekaligus mencari kerja)
Hehehe wis pak, tenang ae, gak usah kuwatir
(tenang aja pak, tidak usah khawatir)
Iki, ono areke
(Ini ada anaknya)
Sip pak, dungakno ae direstui wong tuwone hehe
(Sip pak, doakan saja direstui orang tuanya hehe)
Oooh inggih, siap komandan!
Wassalamu alaikum
Novi mendekat kepadaku segera setelah aku menutup telepon ke orang tuaku.
Uda ngabari bonyok?
Sudah aku tersenyum bahagia
Trus, apa kata mereka?
Mereka senang sekali. Tapi aku disuruh segera ngurus ijazah, terus nyari kerja
Pan, uda dapet kerjaannya
Iya sih, tapi kan belum pasti juga. Siapa tau dari perusahaannya nolak
Gak bakal deh, Novi yang jamin
Yah, selama aku belum benar-benar masuk di sana, aku gak berani ngasih kepastian
Iya iya, gak perlu ampe putus asa gitu dong. Ya uda, apa kata bonyok lagi?
Bapak tadi tanya aku sudah punya pacar ato belum
Trus?
Tak bilangi, kalo pacar aku gak punya. Tapi kalo calon isteri ada
Hehehehe Muka Novi memerah
Lalu bapak bilang, kalo aku harus mendapatkan restu dari orang tuamu, baru bisa ngelamarmu
So, kapan mas Pai ngelamar Novi
Ya tergantung orang tua Novi juga sih
Kalo gitu biar Novi yang ngerayu mereka lagi hehehe
Novi tersenyum manis, semanis takdirku hari ini. Setelah pagi tadi dapat sarapan enak, siang dapat hasil yang memuaskan, sore harinya aku kembali dapat servis yang memuaskan dari Novi. Hadiah kelulusan katanya. Malamnya, giliran teman-teman mendapat servisku eh, traktiranku. Yah... sudah tradisi sih. Jadi, malam itu semua teman-teman blok belakang, plus beberapa teman di blok tengah, blok depan, ditambah dengan pacar-paacar mereka nglurug ke warung dekat kost yang mempunyai tempat lumayan luas. Warungpun langsung penuh. Alhasil biaya yang harus dikeluarkan jauh melebihi jatah saku bulananku. Untung masih ada ATM berjalan. Terima kasih Novi, kau memang kekasihku yang paling tahu yang kubutuhkan hehehe.
Selama seminggu berikutnya, giliranku untuk memberi semangat Novi, sekaligus memantapkan Tugas Akhirnya, tentu dari sisi penyusunan Tugas Akhirnya, bukan materinya. Hingga tiba hari itu Novi selalu menginap di kostku (gak mungkinlah kalau aku menginap di asrama putri). Meskipun menginap terus, kami tidak pernah melakukan hal itu lagi. Konsentrasi terhadap persiapan TA, revisi Skripsi, dan mengurusi ijazah membuat kami tidak sempat melakukan hal-hal tersebut. Yaya beberapa kali terlihat menginap di kamar kost sebelah. Sepertinya juga berkonsultasi sama empunya kamar. Sepertinya ujian TA anak akper lebih heboh daripada di tempatku. Pesertanya jauh lebih banyak, seangkatan sekaligus! Hehehe.
Seminggu kemudian, giliran Novi mengikuti sidang TA. Suporternya ya aku, teman-teman senasibnya, dan pacar-pacar mereka bagi yang sudah punya. Hasilnya bahkan sangat memuaskan. Sidang TA Novi berlangsung lancar. Katanya sih nyaris tidak ada pertanyaan yang tidak terjawab, dan sepertinya jawaban Novi sangat memuaskan tim dosen penguji. Novipun mendapat nilai A dari Tugas Akhirnya.