Lanjutan nya.....
Rosmala Dewi (Mala)
Pov Mala
Jakarta Selatan...... Rumah kediaman orang tua lidya saraswati....
Malam itu aku dan rahma di tempatkan di kamar tamu yang sama, rahma adalah sahabat ku yang punya keyakinan yang sama dengan ku, dia wanita hijaber yang tergabung di komunitas hijab indonesia, pembawaan nya lembut, ceria, bisa menjadi pendengar dan sahabat terbaik. Malam itu kami berdua banyak bercerita mengenai sosok ikhwan (lelaki) yang disukai, aku cerita sama rahma mengenai sosok tunangan ku Satrio Pratama Adi (Rio).
Jujur akhir-akhir ini aku malah jadi mikirin rio, uda rio biasa aku memanggil nya sekarang kuliah di fakultas kedokteran UI di depok, dan ia ngekost di dekat daerah kampus nya, sejak kejadian waktu itu uda rio jadi bisa menghargai ku, pernah aku ke jakarta saat aku kangen sama kakak ku ia dengan rela dan tulus menjemput ku di terminal dan mengantarkan ku ke kontrakan kakak di daerah jakarta selatan.
"Apa sebaik nya aku sms uda rio saja ya?". gumam ku.
Akhir nya aku memberanikan diri mengirim pesan sms ke uda rio, karena akhir-akhir ini aku selalu kepikiran diri nya dan beberapa hari lalu ia sempat bilang sedang demam, tapi karena aku di pabrik sedang banyak kesibukan maka aku hanya bisa berbalas sms saja memberikan ia semangat untuk sembuh dan menyelesaikan study nya.
to : uda rio
"assalamualaikum wr.wb, uda apa kabar?"
Lama aku menunggu pesan yang ku kirim kan di baca dan di balas nya hampir 30 menit kemudian ada balasan sms dari uda rio.
from : uda rio
"waalaikum salam wr.wb, dik. Alhamdulillah sehat, adik mala apa kabr nya? Maaf tadi uda sedang keluar makan malam, nggak sempat buka dan baca karena sedang nyetir, ada apa dik?".
Aku membaca pesan nya, "apa yang mesti ku jawab, alasan apa ya?duh kok jadi salting gini, biasa nya cuek saja aku dengan uda rio". Gerutu ku dengan suara nyaris tak terdengar.
to : uda rio
"Alhamdulillah sehat adik da, pengen sms-an uda saja, uda rio kangen nggak sama adik, akhir-akhir ini jarang sms atau telpon adik, apa uda tidak sayang lagi sama adik?".
Setelah mengirim sms ke uda rio, aku sempat mikir kok kaliamat ku seperti orang yang kasmaran, aduh mala kok kamu jadi kayak murahan, gengsi dikit lah jadi perempuan". ujar batin ku.
from : uda rio
"uda rio kangen lah sama dik mala, cuma uda sadar kalo kita belum muhrim dik, uda nggak mau kayak teman-teman uda yang berpacaran bebas, maafin uda tempo hari sudah khilaf kebawa nafsu".
"Aduh kok jawaban uda seperti itu, apa ia masih merasa bersalah? Tapi aku senang kok bisa bikin uda rio sadar dan bisa bersikap dewasa, semoga kamu yang terbaik dikirim kan Allah untuk ku". Aku membatin.
to : uda rio
"uda hari sabtu ada acara nggak? Bisa nggak main ke kontrakan adik, adik pengen jalan-jalan tapi malas kalo main melulu ke jakarta, kita main ke puncak bogor da".
"Loh malah aku ngajakin jalan, aduh mala kamu ini kok sekarang malah godain cowok", oceh ku sendiri dalam hati.
5 menit kemudian uda rio balas sms.
from : uda rio
"serius dik mala mau ngajakin uda jalan-jalan, wah asyik nih kebetulan uda sedang nggak ada jadwal kuliah minggu depan soal nya habis UAS dik, mau pulang ke padang malas cuma 1 minggu nanti balik lagi ke jakarta, jadi uda jemput ya sabtu nanti".
to : uda rio
"Iya uda, sekalian adik kenalin sama teman-teman satu kontrakan, eh iya lupa kabar papa mama uda di kampung gimana? Adik malu soalnya kalo nelpon mereka, digodain mulu sama papa mama kamu da".
from : uda rio
"Alhamdulillah sehat dik, barusan semalam uda telpon-telponan sama mama, wajar aja dik mereka sudah anggap kamu anak mantu mereka apalagi uda anak tunggal, kalo saja uda nggak kuliah di kedokteran sudah merak minta aku nikahin kamu dik, udah ngebet pengen punya cucu papa dan mama".
Rahma yang melihat ku senyum-senyum melihat hp geleng-geleng kepala, "mala kalo kangen bilang saja kangen, dengan tunangan sendiri kok kaku benar kalian, hehehe", sindir rahma.
"Kirain kamu sudah tidur ma, hehehe ia ma, aku emang seperti ini kakuan dan malu kalo ngomong sayang-sayangan takut kebablasan kayak orang lain", ucap ku membalas sindiran rahma.
"Kan yang jalani kalian, yang penting ingat batasan nya saja mala sayang, kalo kamu kayak gitu bisa-bisa uda kamu di samber orang, hahahaha".
to : uda rio
"sabtu depan ya da, kita jalan-jalan ke puncak, mala kangen suasana kampung kita di padang, mala kangen sama uda rio, uupss".
"Tuh kan jadi balas sms nya gini ma", ucap ku menunjukkan ke rahma sahabat ku.
"wkwkwkwkw.... kamu polos amat mal, wajar kalimat nya itu mah, kecuali kalo kamu minta di cium dll yang menjurus ke mesum itu baru salah, aduh mala". Ucap rahma sahabat ku yang tertawa melihat kepolosan dan kekakuan ku dalam berinteraksi dengan tunangan ku.
"Bisa aja kamu ngeledekin mala, dah ah tidur sana jangan ganggu orang pacaran", ucap ku membalas candaan rahma dengan pura pura ngambek.
"Wah ngambek nih cerita nya, ampun nyonya rio rahma nggak maksud bikin kamu kesal, duluan ah siapa tau dalam mimpi rahma ketemu pangeran hehehe", celoteh rahma.
tiba-tiba hp ku kembali bergetar...
from : uda rio
"iya dik mala, uda jemput kamu di kontrakan, met bobok ya, i love you mala".
Aku segera balas saja sms nya seperti yang dibilangin rahma inj masih wajar kalo sayang-sayangan di hp.
to : uda rio
"Iya uda, adik juga udah ngantuk, met bobok uda sayang, i love you too uda rio".
Deg-degan rasa nya setelah kirim sms sayang-sayangan seperti itu, tapi memang membuat kita semakin mencintai pasangan kita kalo kita bisa bersikap romantis, semoga uda tetap menganggap ku baik di mata nya bukan sebalik nya, lalu aku mulai menarik selimut dan berusaha memejamkan mata,"selamat malam uda rio", gumam ku sambil memejamkan mata.
.
.
.
Tangerang, sabtu, 12 September 2005.... di kontrakan.....
Subuh dini hari aku sudah bangun dan segera mandi lalu melanjutkan ibadah sholat subuh, ada keceriaan yang kurasakan hari ini saat akan ketemu dengan tunangan ku SATRIO PRATAMA ADI lelaki yang sekarang mengisi hati ku.
Selepas melaksanakan ibadah wajib, aku merapikan tempat tidur biar nyaman, dan bersih saat sedang berberes-beres ada notif pesan masuk di hp ku.
from : uda rio
"uda otw ke tangerang, kangen biar cepat ketemu bidadari uda".
Aku tersenyum membaca pesan sms dari nya lantas dengan spontan ku balas detik itu juga.
to : uda rio
"hati-hati di jalan pangeran ku".
Entah kenapa aku sekarang sudah mulai membuka diri dengan uda rio, sekarang malah aku bisa menikmati yang nama nya kasmaran dan jatuh cinta, benar apa yang dibilangin rahma waktu di rumah lidya, bersikap romantis sama tunangan asal tau batasan nya, makin bersemangat aku menyambut hari ini.
Aku keluar kamar ku berencana membuat sarapan pagi, ingin rasa nya aku membuatkan masakan spesial buat uda rio, dan segera bergegas ke dapur. Saat aku memasuki dapur ku lihat tina sedang melamun, "ada apa ya sama tina, tidak seperti biasa nya dia melamun sejak kepergian pak hadi ke bogor sikap nya jadi banyak melamun, sebaik nya ku tanyakan saja siapa tau aku bisa membantu nya?", celoteh ku dalam hati.
"Tin...Tina kok melamu!". Ucap ku pelan sambil mendekati nya dan menepuk pundak nya dengan pelan.
"E...Eh mala, nggak kok sedang malas saja nih". Sahut nya kaget saat aku memergoki nya sedang melamun.
"Maaf nih tin, kalo boleh tau ada masalah apa tin?".
Fiuh...Tina menarik nafas, lalu ia menceritakan mimpi nya semalam yang sangat tidak enak menurut ku.
Aku berusaha menghibur dan menenangkan hati nya yang sedang galau, "tin, gimana kalo kamu bantuin mala bikin sarapan, kita masak buat rame-rame, mengenai mimpi itu sebaik nya jangan terlalu dipikirkan, kamu berdoa saja buat hubungan kamu dan pak hadi supaya baik-baik saja dan langgeng sampai kalian menikah, aku senang kok kamu dan pak hadi pacaran kalo perlu sampai kalian menikah, kalian pasangan yang serasi".
"Makasih mal, yuk kita bikin sarapan! Mau masak apa nih?", ucap tina bersemangat dan berusaha melupakan mimpi nya.
Aku tersenyum melihat ia sedikit banyak bisa melupakan sebentar mimpi dan kegaluan hati nya dan kami mulai bermasak ria bergulat dengan kompor, wajan, minyak, tau lah pasti untuk kaum perempuan.
.
.
.
30 menit kemudian....
Sarapan yang ku buat bersama tina sudah tersaji di meja makan, ada senyum kebahagiaan di wajah ku dan keceriaan di wajab tina melihat hasil masakan kami yang tercium wangi dan menggoda, simpel dan gampang kok, omelet, telur dadar, roti panggang beserta selai coklat diatas nya ditambah teh manis.
"Bentar biar tina saja yang panggil cintya, dan rahma, oiya lidya semalam nggak pulang ke kontrakan apa ia pulang ke jakarta mal".
"Wah nggak tau juga tin, soalnya aku semalam kecapean dan terus langsung tidur cepat, mungkin cintya dan rahma yang tau, yaudah buruan panggil mereka takut makanan nya dingin jadi kurang enak".
Setelah berkumpul di meja makan kami mulai sarapan pagi ini dengan penuh canda, terkadang ada hal-hal baru yang ku tau dari obrolan kami, semua terasa cair persahabatan dan kehangatan membuat aku betah kerja dan ngontrak rumah bersama mereka.
"Dengar-dengar ada yang sedang kasmaran nih, habis dari rumah lidya muka nya senyum mulu", sindir rahma yang memperhatikan mimik wajah ku.
"Yang benar ma, siapa ya?", ucap cintya antusias menanggapi omongan rahma.
"Ada deh, saat ini sedang nunduk dengan wajah yang bersemu merah". Ucap rahma memandang ku yang dengan sindiran yang halus.
"Mala", sahut cintya.
"Ih rahma, kamu ya awas nanti gantian ku ledekin kamu habis-habisan".
"Aman kok kalo rahma mah, untuk saat ini, i'm single", sahut rahma terkekeh.
"Hahahahaha....", tawa kami bertiga meledak mendengar rahma berbicara seperti itu.
"jomblo aja bangga", celetuk cintya.
"Hahahaha....", kami berlima tertawa lepas.
.
.
.
Jam 7.00 wib.... di tempat yang sama....
Tok...Tok...Tok...
"Assalamualaikum wr.wb". ucap seorang pria berkacamata mengucapkan salam di depan pintu.
"Waalaikum salam wr.wb ", aku menjawab salam dari dalam rumah dan segera membukakan pintu.
"Uda....!", ucap ku mendapati pria yang berdiri gagah di muka pintu.
Aku berdebar saat bertatapan dengan nya, "makin ganteng dan gagah kamu da", puji ku dalam hati.
"Masuk dulu da, nanti ku kenalkan sama teman-teman kontrakan adik".
Aku mempersilahkan uda rio untuk duduk di ruang tamu, "uda sudah sarapan? Tadi mala bikin sarapan pagi kalo uda mau yuk ke meja makan saja".
"Malu dik sama teman-teman kamu, biar disini saja uda nya", jawab nya sopan.
"Yaudah nanti adik bawain kesini saja ya sarapan nya, dan nanti kalo ada teman-teman adik jangan di masukin hati mereka suka bercanda da".
Aku segera mengambilkan minuman dan makanan buat uda rio, saat aku mau melangkah ke meja tamu rahma datang dan ikut membantu membawakan nampan, "kamu temanin saja pangeran mu, kalo di cuekin nanti malah diambil cintya loh", canda rahma.
"Cintya sudah ada yang punya, apa jangan-jangan kamu sendiri ya ma, hehehehe bercanda ma, nggak kan ku lepas pangeran ku", ucap mala dengan senyum yang lebar dan tawa bahagia.
Aku dan rahma menemui kembali uda rio, setelah menyiapkan minuman dan makanan buat nya. Dan aku memperkenalkan rahm pada uda rio.
"Uda, kenalin ini teman satu kontrakan adik, disini kami berenam da", ucap ku memperkenalkan rahma sama uda rio.
"Rio aja dik", ucap nya memperkenalkan diri menepakkan tangan tanda salam tanpa bersentuhan sama sekali.
"Rahma", ucap sahabat ku memperkenalkan diri nya.
"Mal, aku ke kamar dulu ya, nanti malah ganggu kalian kalo lama-lama ikut nimbrung", ucap rahma pamit meninggalkan aku dan uda rio di ruang tamu.
"Dimakan da, itu buatan adik, kalo nggak enak maafin ya".
Uda rio mulai makan makanan yang tadi ku buat bersama tina, dan dengan senyum sumringah ia melahap nya dengan senang.
"Enak dik, beneran nih kamu yang masak semua, apalagi ini omelet nya seperti masakan dari cafe-cafe", ucap nya memuji masakan ku.
Cintya, dan tina datang menemui kami berdua, sambil melirik ku seolah bertanya siapa lelaki yang sedang ngobrol bersama ku.
"Cowok ini toh yang bikin teman ku mala kasmaran", seloroh cintya membuat aku cemberut seketika.
"Kenalin da, ini cintya, dan ini tina", ucap ku pada uda rio tunangan ku.
"Rio tunangan nya mala". ucap nya mengenalkan diri pada cintya dan tina.
"Yaudah, kami ke kamar dulu, maafin cintya tadi cuma bercanda, selamat berpacaran hehehhe, yuk tin", ucap cintya mohon undur diri dari ruang tamu.
Cintya dan tina berbalik badan kembali ke kamar mereka masing-masing, aku dan uda rio kembali terdiam, kami berdua masih kaku dan belum terbiasa romantis-romantisan tetapi sedikit-sedikit sudah mulai bermekaran cinta di hati kami berdua. Kami hanya bertatapan saling melempar senyum dan hanya saling mengagumi.
"Eh iya, jam berapa mau berangkat ke puncak nya dik".
"Sekarang saja ya da, biar nggak kemalaman kita pulang nya, sebentar adik ganti pakaian dulu".
.
.
.
Puncak bogor jawa barat, jam 15.00 wib.....
Akhir nya sampai juga di puncak bogor, suasana alam nya memang mengingatkan kami berdua dengan suasana kampung halaman kami, daerah yang sejuk, hamparan kebun teh, villa-villa yang bertebaran di sekitar nya dan yang membuat ku betah ada lelaki yang mendampingi ku, memberi senyum nya, mengulurkan tangan nya saat aku mau turun dari mobil, mau naik dan turun ke kebun teh, semua itu membuat aku terkesan, terkenang dan teringat.
Puas menikmati hawa sejuk nan menyegarkan sambil berkeliling di kebun teh PT. Perkebunan Nusantara perusahaan milik negara di bawah departemen pertanian RI.
Uda rio ternyata sosok yang perhatian, di sapu nya peluh di kening ku dengan tisu, di seka nya saos yang menempel di sudut bibir ku, hal-hal kecil menurut sebagian orang tetapi sangat berkesan karena dilakukan dengan tulus.
Rasa nya hari begitu terasa cepat hingga tak terasa hari mulai sore, dari kami yang jalan-jalan jam 15.00 wib tidak terasa cuaca berubah menjadi malam, jarak mobil kami yang kami titipkan di villa dengan kami berada saat ini lumayan jauh hampir 2 km, hamparan kebun teh sudah tak terlihat karena gelap, entah karena cuaca nya yang ektrem tiba-tiba hujan turun cukup deras, kami berdua berlarian mencari tempat bertedu yang tidak juga kami temukan, uda rio sebisa nya tetap tenang walaupun kami berdua sudah basah kuyup kehujanan, dia memegang tangan ku erat biar aku merasa tenang dan tidak takut menghadapi situasi saat ini.
Kami berdua nekat menerobos hujan, berniat kembali ke villa dan mobil kami, cuaca malam yang dingin ditambah dengan baju kami yang basah kuyup.
"U...Uda.... Adik kedinginan da....!", ucap ku dengan bibir bergetar dan tubuh menggigil.
"Sabar dik sebentar lagi sampai villa", ucap nya menenangkan dan memberi semangat pada ku.
"Ngg...Nggak kuat lagi da....adik nya", ucap ku semakin lemah karena dingin yang serasa merasuk tulang-tulang ku.
"Uda gendong ya biar cepat sampe di villa, kamu pegangan yang kuat di belakang".
Aku mengangguk mengiyakan, uda menggendongku dan aku memeluk pundak nya seerat mungkin dan tak sadar mata ku terpejam.
"Dik....dik....Bangun!", ucap nya membangunkan aku yang terpejam tak sadar, mungkin kah aku pingsan saat itu.
Samar-samar aku melihat laki-laki gagah berkacamata begitu khawatir dengan kondisi ku ia mengusap-usap telapak tangan ku yang terasa dingin, terasa ada aliran panas yang dialirkan tangan nya pada telapak tangan ku.
"Uda..... Tubuh adik dingin da......!". Ucap ku saat aku membuka mata ku dengan jelas terlihat aku berbaring di dalam rumah di atas sofa yang empuk.
"Kamu bawa salinanan nggak dik". Ucap nya seketika menyadarkan aku bahwa pakaian ku masih lembab.
Aku menggelengkan kepala, tapi uda rio tersenyum ia membawa kantong kresek dan menyerahkan pada ku.
"Kamu pake baju uda aja, kaos dan celana training buat uda salin kalo habis ngegym".
"Tapi uda nya gimana? Nantk uda sakit gara-gara pake baju lembab", ucap ku menolak nya.
"Nggak apa-apa dik, kamu lebih butuh dibanding uda, kamu ganti baju nya di kamar nanti uda mau nyalain api di perapian biar hangat dik".
"Makasih uda". Ucap ku singkat dan bangkit dari rebahan di sofa yang sudah basah oleh pakaian ku.
"Kamu bisa sendiri kan dik", ucap nya sopan.
"Bisa uda". Jawab ku singkat.
.
.
.
Aku keluar dari kamar, ku lihat uda rio duduk di perapian tanpa menggunakan pakaian, tubuh nya yang kekar berotot karena rajin berolahraga fitnes dan gym membuat tubuh bagian atas nya terbentuk indah.
Aku berdebar dan berdesir menatap tubuh nya, entah kenapa aku malah melihat tubuh nya dengan penuh kekaguman bukan malah menundukkan kepala atau memalingkan kepala.
Baru kali ini aku melihat tubuh tunangan ku dalam keadaan setengah bugil, hanya menyisakan celana boxer dan semua pakaian nya ia sampirkan dekat perapian api unggun di dalam villa itu.
"Sini dik!", panggil nya menyadarkan aku dari rasa kagum melihat tubuh nya yang kata orang berbadan sixpack.
"Ee....Eeh....Iya da". Jawab ku tergagap.
Aku mendekati nya sambil menundukkan kepala, malu, muka ku memerah seperti udang rebus.
"Sampirkan baju basah kamu dik dekat perapian itu, biar kering dan bisa di pake lagi".
Aku menuruti omongan nya dan meyampirkan pakaian ku besert daleman nya di depan perapian itu.
"Sini dik duduk dekat uda, maaf jadi gini situasi nya",
Huacim.....
Huacim.....
Huacim.....
Uda rio bersin-bersin, tubuh nya menggigil, aku ikut khawatir dan mendekat pada nya, aku malam ini seakan lupa bahwa kami bukan muhrim tinggal berduaan di sebuah villa dalam cuaca hujan lebat.
Ke peluk uda rio untuk memberi nya kehangatan, ku tempelkan telapak tangan ku ke kening nya yang ternyata sangat dingin.
"Uda....! Gara-gara adik uda sakit, uda baring aja di paha adik". ucap ku membaring kan nya di paha ku.
Ia mengangguk dan merebahkan kepala nya di paha ku, aku mengelus rambut nya yang mulai kering setelah tadi kami berdua basah kuyup kehujanan.
"Dik, makasih ya, kamu wanita tepat buat uda, makasih uda mau jadi tunangan uda dan menerima uda, uda cinta kamu sejak pandangan pertama waktu itu, aku cinta kamu dik". Ucap nya sambil mencium buku tangan ku dengan penuh perasaan.
Aku terbuai, merasa di awang-awang, baru kali ini kami berdua dekat bahkan lebih intim dari sebelum nya, aku memberi senyum yang indah mendengar kata-kata ia barusan.
"Dik....! Boleh uda cium kamu?".
Aku mengangguk dan memejamkan mata ku, dan cuuuup.... bibir nya menyentuh bibir ku, aku hanya diam menikmati sentuhan pertama bibir lelaki pada bibir ku, firt kiss istilah anak muda sekarang ku persembahkan buat uda rio.
Ciuman yang singkat tapi membuat tubuh ku seperti dialiri oleh aliran listrik, bergetar dan menggelinjang, saat ia menarik kepala ku ke bawah aku pasrah dan diam menuruti nya, semakin memabukkan dan membuat aku terbawa hanyut, uda rio mulai membuka mulut nya mengeluarkan lidah nya, aku yang awal nya hanya diam terpaku dengan bibir yang menutup rapat tergoda untuk mengikuti apa yang ia lakukan dan dari nya aku sekarang nyaman membalas ciuman nya.
Ciumana yang lambat laun membuat ku bergelora, sudah lupa akan dosa, entah kenapa birahi ku terlecut saat ia menjilati leher dan belakang telinga ku, dengan menyingkirkan jilbab ku yang tidak bisa menutupi jenjang leher ku.
"Aahhh....uda....geli....", ceracau ku saat uda rio menghisap dan menjilati leher yang menjadi titik rangsangan untuk ku.
Seluruh aliran tubuh ku semakin kuat menuju lembah kemaluan ku, terasa basah dan lembab celana training yang ku pake, aku lupa saat ini bh dan cd ku tak terpakai hanya baju kaos dan celana training ini saja yang menutupi kehormatan ku.
"Dik....! Kamu cantik, uda sayang kamu", bisik nya di telinga ku.
Bisikan uda rio membuat aku makin larut dan pasrah, seakan aku terhipnotis, menurut dan mengiyakan perbuatan nya walaupun tanpa kata tetapi dengan sikap tubuh yang bergelinjang dan pasrah.
Uda rio membalikkan tubuh ku, kini ia berada diatas dan aku dibawah, baju kaos yang kupake membuat puting payudara ku mencetak indah di kaos nya yang di tubuh ku sedikit kebesaran.
"Oohhh.....Uda..... pelan....", lenguh ku saat tangan nya meremas payudara ku dari luar pakaian ku.
Pelahan ia mengeserkan baju kaos ku ke atas hingga terlihat jelas dua bukit kembar ku menantang indah dihadapan nya.
Ia terpana dan terkagum melihat payudara ku. Entah karena nafsu ku yang sudah naik aku justru membenamkan kepala nya pada kedua buah dada ku.
"Oohhhh.....Uda.....". Desah ku merasakan geli bercampur nikmat yang baru pertama kali ini kurasakan sekujur tubuh ku bergeliat, meliuk-liuk bagai ular piton.
Badan nya yang kekar sekarang penuh dengan peluh, keringat nya sampai menetes mengenai celana training ku, tangan uda rio mulai nakal dan bermain tidak hanya di seputaran payudara ku kini tangan nya telah mengelus paha ku dari luar hingga tangan itu pun hinggap di selangkangan ku yang terdapat organ intim yang selama ini ku jaga dari sentuhan nakal lelaki manapun.
"Uda.....!"jerit ku kaget saat tangan itu tepat berada di kemaluan ku, walaupun masih terhalang kain berbahan parasut tetapi tangan nya sangat terasa membelai dan menggelitik pusat kenikmatan kaun wanita.
"Dik.....!" bisik nya dengan suara berat karena nafsu nya yang susah untuk di kendalikan lagi.
Aku hanya memajamkan mata tidak menolak ataupun mengijinkan nya hanya berpasrah diri, deru nafas nya semakin memburu, perlahan tangan nya mulai menggusur celana ku makin kebawah dan terlihat lah kemaluan ku yang masih rapat dan tembem yang hanya terlihat garis saja kalo kaki ku di lipat.
Uda rio tidak membuang kesempatan ini, ia langsung menyerbu daerah paling sensitif di tubuh ku, kaki ku di lebarkan nya supaya ia bisa mengeksplorasi daerah itu dengan leluasa.
"Aarrrgghhh", teriak ku saat lidah nya sudah berhasil menjilati itil sebuah seukuran kacang tanah yang berada di sudut atas bibir kemaluan ku.
Karena kaki ku terhalang sama celana training nya ia menarik celana tersebut hingga tubuh bagian bawah ku telanjang tanpa ada penghalang lagi.
"Uda..... Adik takut........". Ucap ku seketika melihat semua sudah menjadi tak terkendali.
"Percaya dik......! Uda akan bertanggung jawab dan akan nikahi kamu".
Ia mendudukkan aku kembali, dengan penuh kelembutan is mengecup kening ku dan membuka jilbab yang ku kenakan, hingga lilitan simple di kepala ku terurai dan terbuka, meluncur ke bawah.
Lalu ia mengangkat baju kaos yang ku pake dan aku malah mengangkat kedua tangan ku ke atas membantu nya melucuti baju tersebut, hingga saat ini tubuh ku bugil di hadapan lelaki yang menjadi tunangan ku.
Saat aku bengong memikirkan semua ini entah sejak kapan tubuh nya pun sudah bugil sama seperti ku, kulirik kebawah ada benda berotot yang saat ini sudah tegang dan mengacung-acung entah berapa ukuran nya membuat aku bergidik dan ngeri melihat benda tersebut.
"Dik.... Pegang saja sayang, ini akan jadi milik mu selama nya, anggap saja kita honney moon duluan di sini uda nggak akan tinggalin kamu, sampai maut memisahkan kita".
Aku menuruti omongan nya dengan ragu-ragu tangan ku mengenggam erat benda itu yang menurut buku biologi adalah penis, kelamin laki-laki organ reproduksi pria.
"Aaahhh.....". Desah uda rio saat tangan mungil ku memegang batang penis nya.
"Di mainin dik, naik turun tangan mu keatas dan kebawah", ucap nya dengan suara bergetar menahan kenikmatan yang dirasakan nya.
"Iya dik.....Aaahhhh.....Oohhhh.....Enak sayang.....". Ceracau uda rio saat aku mengikuti instruksi nya.
"Stop dik, biar sama-sama enak, kita sama-sama mainin punya kita masing-masing, uda mainin punya kamu, kamu mainin punya uda".
"Gimana cara nya da?", ucap ku polos kebingungan.
"Uda baring dulu, terus kamu diatas, posisi nya menghadap penis uda dan uda menghadap vagina adik".
Lalu ia mencontohkan omongan nya, kemudian ia memanggilku dengan gerakan jari nya untuk naik keatas tubuh nya tetapi posisi memutar entah apa istilah nya karena aku sama sekali tidak tau.
"Aaaahhhhhh......Uda....Kamu apain punya ku", desah dan jerit kaget ku merasakan geli bercampur nikmat di kemaluan ku.
"Ini nama foreplay sayang, posisi kita ini nama nya foreplay posisi 69, mainin sayang kayak kamu lakukan tadi, itu bikin uda enak kok".
Aku mengikuti arahan nya tangan ku naik turun kan seperti tadi, penis uda rio makin malam semakin tegang dan denyut nya terasa di genggaman tangan ku, sementara di bawah uda rio mulai kembali pekerjaan nya yang tadi tertunda, ia membuka lipatan vagina ku kemudian menjejalkan lidah nya di tempat tersebut, perbuatan yang ia lakukan membuat aku berteriak histeris tubuh ku semakin bergetar menahan geli sekaligus nikmat yang seumur hidup baru kali ini kurasakan.
"Ooooohhhhhh....UDA......Geli...Enak....Terussss.....".
Ia terus memainkan vagina ku, sambil memelintir itil ku yang terasa semakin keras an kencang, hingga.... Aku menjerit karena merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari kemaluan ku.
"UDA....Stop UDA....Adik mau pipissssss.....Minggir....UDA....."AAAAARRRRGGGGHHHH"....SEEERRRR.....
SEEEERRR.....SEEEEERRRR....
Aku lemas diatas tubuh uda rio, cairan yang keluar sangat lah nikmat beluk pernah aku alami sebelum nya.
.
.
.
15 menit kemudian.....
Kini UDA rio sudah berada di atas tubuh ku, aku sudah pasrah untuk menyerahkan milik ku pada calon suami ku ini, ku lihat ia ragu untuk melakukan nya, ada rasa takut jika aku akan marah dan membenci nya, tetapi aku elus pipi nya sambil mengatakan, "UDA yakin melakukan nya, kalo memang UDA benar-benar yakin, satu permintaan adik mantapkan hati UDA hanya milik adik, adik pun juga akan menempatkan nama UDA di seluruh hati adik, kesucian adalah lambang wanita itu baik da, jaga nama ku, jaga nama keluarga kita, jangan sampai kita bikin aib buat kedua orang tua kita, adik ikhlas sekarang menyerahkan ke UDA saat ini jika UDA bersumpah cuma adik di hati UDA".
"UDA bersumpah atas nama ALLAH, hanya adik satu-satu nya di hati UDA, saat ini sampai UDA meninggalkan dunia ini".
"Adik percaya da.....! Lakukan lah ambilah hak UDA! Tubuh, hati dan jiwa adik selama nya untuk UDA".
"Kamu tahan ya dik...! UDA akan lakukan se-pelan mungkin, biar kamu terus mengingat hari ini sebagai malam pertama kita".
Aku mengangguk, dan memejamkan mata menunggu dengan penuh kepasrahan.
UDA rio kemudian melebarkan paha ku, di gesek-gesekkan kepala penis nya ke bibir vagina ku yang sudah di banjiri kembali oleh cairan kewanitaan ku, ia kemudian mendorong penis nya, tetapi malah meleset ke pinggir, ia lakukan kembali hingga tiga kali, saat ia mendorong dengan keras masuk lah kepala penis nya membelah bibir vagina ku yang sempit.
"Aaaarrggghhh". Teriak ku kesakitan saat penis nya menerobos masum hingga merobek selaput darah ku.
ilustrasi diambil dari situs bokep
UDA rio memperhatikan sekilas ada darah perawan yang menempel di batang penis nya. Ia mendiamkan sejenak biar penis bisa beradaptasi dengan vagina ku,"dik kamu mau lihat", ucap nya tersenyum.
Aku menunduk ke arah bawah dan mendapati penis uda rio sudah terbenam di dalam vagina ku, terlihat bercak darab menempel di batang penis nya yang kokoh.
Aku hanya tersenyum walaupun ada perasaan sedih menghinggapi hati ku, aku resmi menjadi wanita dewasa, semoga kamu benar-benar memegang teguh sumpah dan janji mu uda, mulai hari ini aku milik mu", batin ku hingga tak terasa ada tetesan air mata di kedua sudut mata ku.
"Dik, UDA bakaln buktikan janji dan sumpah UDA, tidak akan UDA sia-sia kan diri mu, setelah kamu berkorban menyerahkan kesucian mu, i love you, rosmala dewi".
"Iya uda, adik percaya sekarang uda sudah memiliki tubuh dan hati adik, tolong cinta dan sayangi adik dengan sepenuh hati uda, adik juga sayang sama uda".
Setelah itu uda rio mulai memompa penis nya, aku merasa sakit dan nyeri pada vagina ku, aku hanya menggenggam tangan uda untuk mengurangi rasa sakit, perlahan-lahan rasa sakit dan nyeri di vagina ku berkurang berganti dengan geli nikmat yang makin lama makin memabukkan, aku sudah bisa menimmati pompaan uda rio yang semakin lama semakin cepat.
"Aaaahhhh.....oooohhhh.....aaaahhhh.....Enak uda......Terus....", desah dan lenguhan keluar dari bibir ku mengekspresikan rasa nikmat yang kurasakan saat ini.
Makin lama uda rio makin kencang dan cepat memompa penis nya. Benturan buah pelir nya menggelik geli di sekitar vagina ku, sementara cairan kenikmatan ku semakin banyak keluar sehingga memudahkan keluar masuk nya penis nya di tubuh ku.
Entah berapa lama kami berdua terbuai oleh kenikmatan persetubuhan ini hingga seluruh tubuh ku bergetar hebat, deru nafas ku semakin kencang dan memburu, pikiran ku terbawa ke alam yang begitu indah dan memabukkan hingga sesuatu yang akan keluar dari tubuh ku tidak bisa lagi ku bendung dan ku tahan.
"UDA...... Adik mau pipiiiiiiisssssss......."AAAAARRRRRGGGGGHHHHH"....Enak .....SEEERRRRR......SEEEEERRRRR.......SEEEEERRRR.......
UDA rio yang melihat ku sudah mendapatkan orgasme, kemudian semakin cepat dan kuat ia memaju mundurkan penis nya, dan diakhir sebelum ia klimak UDA rio mencabut penis nya dan mengocok penis nya sendiri semakin cepat hingga.... ia. menjerit kenikmatan.
"DIK.....UDA ....KELUAAAARRRRRR...... "AAAARRRRGGGGHHHH"
CROOOOTTTT.....CROOOOTTTT......CROOOOOTTTTT......CROOOOOTTTTT.....CROOOOTTTT.....
Ia ambruk di samping tubuh ku, sambil memeluk tubuh ku dari samping, dan sejenak mencium kening ku.
"UDA, adik sudah tidak berharga seperti gadis perawan yang memberikan keperawanan nya di malam pertama".
"Kamu tetap berharga buat UDA, jangan kamu sedih dan putus asa, UDA akan buktikan keseriusan UDA, masa depan kita".
"Iya uda.....Makasih.
----¤¤¤¤¤----
Lanjutan nya di bawah.........