Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiana Tirta [Season I - Selimut Merah] [Full Pic Mulustrasi]

Siapa gadis favoritmu?


  • Total voters
    231
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bab 1 - Sang Jejaka vs Sang Perawan

Actor Cast:
Ari Susanto - Main Cast
Wartini - Ibu Angkat Ari
Sulastri - Kakak tiri Ari
Ria Nagita Setyaningrum - Pacar Ari
Mutia Sekar Ningrum - Teman kerja Ari
Pak Cipto - Pemilik kolam Tiana Tirta



Saat itu cuaca tengah mendung di Tiana Tirta yaitu sebuah kolam renang untuk umum yang berada di dalam perumahan Griya Buana. Ari nampak sedang termenung memperhatikan betapa montoknya tubuh wanita-wanita yang sedang asik berenang di hadapannya. Kemudian pandangan Ari tertuju kepada seorang gadis muda keturunan cina, gadis itu tampak sangat seksi sekali mengenakan pakaian renang minim berwarna hitam sehingga menampakkan dengan jelas lekuk tubuh indahnya.

0.jpg


Rupanya gadis cina tersebut mengetahui kalau dirinya rupanya sedang diperhatikan Ari, kemudian gadis itu langsung masuk kembali ke dalam kolam renang dan berenang menuju ke tempat Ari sedang duduk. Ari menjadi kaget dan bingung ketika gadis itu mulai naik dari dalam kolam dan berdiri di depannya sambil menatapnya.

Namun tiba-tiba saja sahabatnya langsung mengagetkannya dari arah belakang, "Ri? Kok kamu masih ada disini? Katanya kamu mau jemput si Ria pulang dari sekolah?" Sahut Dimas sahabatnya. "Eh? Iya nih. Aku lupa." Jawab Ari. "Lagi ngeliatin siapa sih Ri? Nanti pacar kamu marah lho kalau lihat kamu suka memandangi wanita lain, hehehe." Sahut Dimas sambil mengikuti arah pandangan Ari yang tadi tengah memandangi seorang gadis keturunan cina. "Hmm, cakep juga Ri, lebih cakep dari pacarmu yang masih abg itu." Sahut Dimas sambil memandangi gadis cina tersebut yang sekarang malah berbalik menuju ke ruang ganti.

"Coba kalau aku bisa punya pacar seperti itu, setiap malam pasti aku datangin terus ke rumahnya." Sahut Ari sambil berdiri untuk meregangkan tubuhnya. Sahabatnya pun tertawa terpingkal-pingkal mendengar ucapan Ari tersebut. "Ya sudah, tolong bilangin sama Bos ya kalau aku sekarang izin mau jemput pacarku dulu." Sahut Ari. "Bos lagi gak ada kok Ri, yang ada cuma bos cewek. Kan kamu tahu kalau sama Bos cewek itu bebas-bebas aja." Sahut Dimas sambil tersenyum. "Oke deh, berarti hari ini kita bisa pulang cepat nih." Sahut Ari dengan tersenyum senang.

Ari Susanto adalah seorang pemuda yatim piatu yang bekerja sebagai pembersih kolam di Tiana Tirta yang terletak di dalam sebuah perumahan mewah Griya Buana. Usianya sekarang adalah 21 tahun dan tinggal bersama kakak tirinya yang kini bekerja sebagai seorang pramusaji di sebuah Bar di kawasan kota Pangkal Pinang. Ari sendiri dulu ditemukan oleh Ibu angkatnya di depan rumah sedang tergeletak sendirian masih berupa seorang bayi mungil yang terbungkus selimut berwarna merah.

Entah kenapa ada orang yang begitu tega membuang bayinya dan diletakkan begitu saja di depan rumah orang asing. Ibu angkat Ari yaitu Bu Wartini lalu merawat Ari dengan penuh kasih sayang hingga Ari berumur 17 tahun dan Ibu angkatnya itu akhirnya meninggal karena sakit. Sekarang yang ada hanya tinggal Ari dan Sulastri kakak tirinya. Sedangkan ayah mereka tidak diketahui kabarnya semenjak Sulastri berumur 2 tahun dan pada saat itu Ari belum bergabung dengan keluarga kecil Bu Wartini.

Meskipun kehidupan Bu Wartini pas-pasan, namun Bu Wartini sanggup untuk menghidupi kedua anaknya hingga dewasa. Kemudian pada saat Ari menginjak umurnya ke yang 17, sang kakak yakni Sulastri mulai bertingkah. Kakak tirinya itu hamil di luar nikah, dan hal itu membuat Bu Wartini menjadi shock dan memarahi Sulastri habis-habisan karena pergaulannya yang terlalu bebas.

Karena tidak sanggup untuk menahan beban pikirannya, akhirnya Bu Wartini pun jatuh sakit. Sakit Bu Wartini menjadi semakin bertambah parah ketika Sulastri ternyata menggugurkan kandungannya yang sudah berusia lima bulan. Dan akhirnya setelah kematian Bu Wartini, Ari dan Sulastri hanya hidup berdua saja dan Sulastri hingga kini masih juga belum menikah dan bekerja sebagai seorang pramusaji di sebuah Bar untuk membantu keuangan keluarga mereka karena Ari masih bekerja serabutan dan tidak mempunyai penghasilan tetap.

Sekarang Ari sudah mempunyai pekerjaan yang cukup untuk menghidupi dirinya sebagai pembersih kolam renang, Sulastri pun nampak senang sekali. Apalagi Ari sering membeli makanan ketika pulang ke rumah sehingga beban Sulastri sedikit demi sedikit mulai berkurang. Mereka berdua kini saling membuat perjanjian, untuk urusan listrik, air dan beras, Sulastri yang menanggung. Sedangkan untuk urusan lauk pauk, Ari lah yang membelinya, dan ini sudah berjalan satu tahun lebih.

Saat itu sudah pukul lima sore hari, Ari sedang mengendarai motor pinjaman Bosnya untuk menjemput kekasihnya Ria Nagita Setyaningrum di sekolahnya. Ria adalah seorang gadis manis yang masih belia, umurnya 16 tahun dan sekarang duduk di bangku SMA kelas 1. Ari dan Ria bertemu ketika Ria sedang ada kegiatan renang dari sekolahnya di Tiana Tirta. Semenjak itu hubungan mereka berdua menjadi semakin erat hingga menjadi sepasang kekasih seperti saat ini.

Pacar Ari yang masih belia tersebut sering menjadi bahan olok-olok teman-temannya karena perbedaan umur mereka yang lumayan jauh, Ari saat ini sudah berusia 21 tahun sedangkan Ria masih berusia 16 tahun. Namun Ari tidak memperdulikan olok-olokan teman-temannya yang rata-rata sudah menikah, dia hanya menganggapnya sebagai angin lalu. Lagipula ini adalah pertama kalinya bagi Ari untuk mempunyai seorang kekasih. Sebelumnya Ari terlalu takut untuk mendekati seorang wanita walaupun wajahnya lumayan ganteng dan banyak wanita yang meliriknya.

Ari tiba di sekolah Ria pukul setengah enam sore, dan sekolah itu terlihat sepi sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Kemudian handphone Ari berdering, Ari melihat handphonenya dan ternyata Mutia menelponnya. "Halo?" Tanya Ari. "Ya halo Ri, kamu bawa kunci pagar ya? Kolamnya mau di tutup nih. Yang lain sudah pada pulang semua." Sahut Mutia di telepon. "Eh? Iya Mbak Ning, maaf ya. Aku lupa ngasih kunci ke Dimas." Jawab Ari dengan bodoh. "Ya sudah deh, kamu sekarang ada di mana? Sekarang kembali lagi ke sini ya. Soalnya semua sudah pada pulang nih." Sahut Mutia. "Iya deh Mbak Ning, aku segera ke sana." Jawab Ari sambil menutup teleponnya.

Nama wanita yang menelpon Ari itu adalah Mutia Sekar Ningrum, wanita itu bekerja sebagai petugas administrasi di kolam renang umum Tiana Tirta. Mutia atau Mbak Ningrum biasa Ari memanggilnya adalah seorang wanita yang lumayan cantik, umurnya tidak beda jauh dengan Ari hanya terpaut 1 tahun lebih tua daripada Ari. Sebenarnya semenjak Ari mulai bekerja di kolam renang Tiana Tirta, dirinya sangat menyukai Mbak Ning, akan tetapi Ari terlambat untuk mengungkapkan isi hatinya karena kekerdilan jiwanya.

Sementara itu Mbak Ning juga menyukai Ari, karena selain Ari yang memang rajin bekerja, wajahnya pun lumayan tampan. Bahkan setiap orang pun tahu kalau Mbak Ning memang sedang menunggu Ari untuk mengungkapkan perasaannya, akan tetapi Ari yang memang bodoh itu sama sekali tidak berani untuk mengatakannya. Dan sekarang karena terlalu lama menunggu kepastian dari Ari, Mbak Ning pun akhirnya menyerah. Kini Mbak Ning sudah mempunyai kekasih, dan bahkan bulan depan Mbak Ning akan segera menikah dengan kekasihnya itu.

Akhirnya Ari sampai juga di tempatnya bekerja, keadaan di situ memang sudah sepi, semua orang rupanya sudah pulang. Setelah itu Ari menoleh ke arah ruangan kantor, ternyata pintunya masih terbuka. "Mungkin Mutia belum pulang." Pikir Ari. Kemudian Ari menuju ke arah kantor yang masih terbuka, "apa Mutia menginap lagi di sini?" Pikir Ali sambil berjalan ke arah kantor tempat Mutia bekerja.

Dahulu Mutia memang menginap di kantor yang sudah di sediakan sebuah kamar khusus untuknya. Karena memang Mutia berasal dari Jakarta dan dia tidak mempunyai sanak saudara disini, jadi Pak Cipto yang merupakan pemilik kolam renang Tiana Tirta sengaja membuatkan kamar untuknya beristirahat di kantor. Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya Mutia mempunyai cukup uang untuk mengontrak sebuah rumah untuknya sendiri di sekitar perumahan Griya Buana. Sekarang hanya pada saat-saat tertentu saja Mutia menginap kembali di kantornya, seperti saat dia sedang bertengkar dengan kekasihnya ataupun masalah lainnya.

"Mbak Ning? Kok belum pulang Mbak?" Sapa Ari, "Belum nih Ri, masih menyelesaikan laporan neraca bulan depan. Paling sebentar lagi selesai kok." Sahut Mutia sambil tersenyum di meja kerjanya. "Oh gitu, aku mau membenahi selang dulu ya Mbak. Sepertinya tadi lupa di gulung, sekalian mau kuras kolam, habis itu baru dikunci gerbangnya." Sahut Ari. Mutia tidak menjawab, kemudian Ari melanjutkan pekerjaannya.

Ternyata diam-diam Mutia memperhatikan Ari yang sedang berjalan menuju kolam renang. Di dalam hatinya Mutia sangat menyukai Ari, sangat berbeda dengan kekasihnya yang akan segera menikahinya. Ari sangat sopan dan juga sangat rajin, bahkan bisa di bilang cukup tampan pula. Sedangkan kekasihnya adalah orang kaya yang sudah terbiasa hidup enak, sangat berbeda sekali sifatnya dengan Ari.

Hari sudah menjelang malam ketika Ari telah menyelesaikan pekerjaannya. Setelah mengunci pintu gerbang kolam renang, Ari menoleh kembali ke arah kantor, entah kenapa tiba-tiba saja dirinya merasa ada dorongan yang kuat untuk menyapa Mutia sekali lagi sebelum pulang. Tanpa sadar kaki-kakinya pun melangkah menuju ke arah kantor yang masih terbuka pintunya.

"Sudah selesai ya Ri?" Sahut Mutia yang kini duduk di sebuah sofa sambil menyilangkan kakinya dan memperlihatkan betapa mulusnya pahanya yang panjang. Ari tertegun memandangi kemolekan tubuh Mutia yang sangat indah tersebut sehingga untuk sesaat dia hanya bisa terdiam saja sambil memandangi keindahan tubuh wanita di hadapannya.

feng_gerald001.jpg


"Lho? Ri? Kenapa kamu? Apa kamu kesurupan setan disini?" Tanya Mutia, "eh? Nggak Mbak Ning. Nggak apa-apa kok." Jawab Ari dengan tergesa-gesa. "Oh iya Ri, aku mau ngomong sesuatu. Kamu bisa duduk dulu di sini sebentar?" Sahut Mutia. "Eh? Memangnya ada apa Mbak?" Tanya Ari sambil duduk di samping Mutia. "Begini Ri, karena pendapatan kita terus berkurang, sepertinya Pak Cipto akan melakukan pemangkasan karyawan." Sahut Mutia.

“Maksudnya aku mau di pecat ya Mbak?" Tanya Ari dengan nada khawatir. "Belum tentu Ri, lagipula menurutku kamu nggak bakalan di pecat kok, kamu lebih rajin daripada yang lain." Jawab Mutia. "Syukur deh Mbak kalau begitu, soalnya susah cari kerjaan sekarang Mbak Ning, aku kan nggak punya ijazah apa-apa. Sekolah saja cuma lulusan SMP. Itupun ijazahnya masih di tahan di sekolahku dulu karena menunggak biaya ujian." Sahut Ari dengan jujur.

Mutia menjadi merasa kasihan terhadap Ari, dirinya memang mengetahui kalau Ari berasal dari keluarga yang tidak mampu. Ibunya telah meninggal, satu-satunya keluarga yang dimilikinya hanyalah kakak tirinya. Dulu ketika Ari melamar pekerjaan di Tiana Tirta, Mutia lah yang menerimanya sebagai seorang karyawan. Saat itu Tiana Tirta sedang mulai berkembang, dan omsetnya pun semakin lama menjadi semakin besar. Kemudian setelah Tiana Tirta berjalan selama kurang lebih 3 tahun, pendapatan kotor Tiana Tirta mulai berkurang karena biaya operasional yang semakin naik tiap tahunnya. Oleh karena itulah pemangkasan karyawan merupakan salah satu solusi paling jitu untuk menyeimbangkan kembali keuangan Tiana Tirta.

"Kamu tenang saja Ri, aku nggak bakal membiarkan Pak Cipto untuk memecatmu. Kamu adalah favoritku." Sahut Mutia sambil tersenyum. "Cuma favorit saja ya Mbak?" Jawab Ari dengan suara yang pelan sekali. "Eh? Memangnya kenapa Ri?" Tanya Mutia yang ternyata mendengar keluhan Ari. "Oh? Nggak kok Mbak. Maaf tadi ucapanku ngelantur." Jawab Ari dengan gugup.

feng_gerald009.jpg


"Hmm.., aku tahu kalau kamu dari dulu menyukaiku Ri, benar kan?" Pancing Mutia sambil tersenyum penuh arti. "Eh? Itu? Siapa yang bilang Mbak?" Tanya Ari dengan gugup. "Semua orang tahu kok Ri, dan kamu sekarang sudah nggak usah malu dan gugup lagi kalau bertemu denganku. Tapi sayangnya bulan depan aku sudah akan menikah Ri." Sahut Mutia dengan tersenyum hambar. Ari menundukkan kepalanya, dirinya tiba-tiba saja merasa kehilangan gadis yang sangat disukainya itu.

Ternyata baru kali ini Ari menyadari kesalahannya, dirinya terlalu lama untuk mengungkapkan perasaan hatinya kepada Mutia sehingga Mutia kini telah direbut oleh orang lain. Mutia kemudian melihat wajah Ari yang tampak sedih dan merasa sangat kasihan kepadanya, "aku juga sebenarnya dari dulu sangat menyukaimu Ri, tapi sayangnya sekarang semua sudah terlambat." Sahut Mutia yang kini beranjak berdiri di hadapan Ari. "Ah nggak apa-apa kok Mbak, yang penting aku masih bisa melihat Mbak Ning berada disini terus setiap hari." Jawab Ari dengan tertawa hambar.

Mutia kini duduk tepat di samping Ari, dan mereka berdua saling berdekatan. "Aku boleh tanya kamu sesuatu Ri?" Sahut Mutia. "Kenapa Mbak?" Jawab Ari. "Hmm, kenapa kamu tidak berani untuk mengatakan perasaan kamu yang sesungguhnya terhadapku Ri?" Tanya Mutia. "Itu..., Itu karena aku merasa takut kalau Mbak akan menolakku dan memecatku dari pekerjaan." Jawab Ari dengan terbata-bata.

feng_gerald016.jpg


"Hmm, aku bisa minta tolong nggak?" Tanya Mutia. "Oh kenapa Mbak Ning?" sahut Ari. "Hentikan panggil aku Mbak Ning, mulai sekarang cukup panggil aku Tia atau Ning saja." Sahut Mutia. "Eh iya Mbak Ning, Eh Ning." Jawab Ari dengan gugup. Mutia tersenyum, dan Mutia menjadi semakin mengagumi akan kesopanan pemuda tersebut.

Mutia lalu memandangi wajah Ari dengan perasaan kagum dan bergairah, tiba-tiba saja Mutia merasa ada dorongan yang sangat kuat untuk mencium mulut pemuda tersebut. "Kamu sangat tampan sekali Ri..," sahut Mutia dengan suara pelan, dan akhirnya Mutia pun tak kuasa menahan godaan untuk mencium dan mencicipi mulut Ari yang sangat menggodanya, Mutia turun ke pangkuan Ari dan mulutnya langsung mengecup bibir Ari dengan lembut, Ari pun ikut membalas ciuman hangat dari wanita yang sangat disukainya tersebut.

feng_gerald020.jpg


Kemudian tiba-tiba saja Mutia menghentikan ciumannya dan tersenyum menatap Ari, "kamu sudah pernah ciuman belum Ri?" Tanya Mutia. "Belum pernah Mbak, eh Ning." Jawab Ari dengan jujur. "Wah sayang sekali, kamu mau nggak aku ajarin gimana ciuman yang benar?" Sahut Mutia kembali. "Eh? Bagaimana caranya Ning?" Tanya Ari dengan polosnya. "Pertama kamu cium lembut bibirku seperti ini." Mutia mengecup lembut kembali bibir Ari dengan penuh perasaan. "Lalu kamu mulai mainkan lidahmu." Sahut Mutia kembali. "Ah aku nggak bisa Ning." Jawab Ari. "Hmm, coba deh kamu keluarkan lidahmu?" Pinta Mutia. Ari mengeluarkan lidahnya yang kemudian langsung di sambut oleh uluran lidah Mutia yang juga menjulurkan lidahnya sambil memegangi pipi dan leher Ari.

"Nah seperti itu Ri, mungkin setelah beberapa kali latihan kamu akan menjadi pintar." Sahut Mutia yang kini menjadi semakin gemas terhadap pemuda di hadapannya. "Ah masa sih Mbak? Eh Ning, maaf aku salah terus." Sahut Ari dengan gugup. Ari sungguh tidak menyangka bahwa Mutia akan menciumnya seperti ini, sungguh benar-benar merupakan anugerah terindah yang telah diberikan Tuhan terhadapnya.

Namun wajah Ari yang tadi sumringah tiba-tiba saja berubah menjadi murung kembali, Mutia gadis yang sangat disukainya itu kini telah menjadi milik orang lain. Bulan depan Mutia akan melangsungkan pernikahannya sedangkan Ari tidak sanggup untuk mencegahnya. Mutia yang melihat perubahan pada wajah pemuda tersebut tiba-tiba merasa ingin berbuat sesuatu terhadapnya. Entah kenapa sekarang dia ingin memberikan segalanya kepada pemuda di hadapannya termasuk keperawanannya yang selama ini di jaganya dengan kuat dari godaan kekasihnya.

Ketika sedang berciuman dengan kekasihnya, Mutia sama sekali tidak merasakan ketulusan kemesraan dari kekasihnya itu, yang ada hanyalah nafsu belaka. Sangat berbeda jauh ketika dia sedang mencium Ari. Oleh sebab itu Mutia langsung mengetahui kalau Ari masih bau kencur dalam hal bermain bersama seorang wanita. Bahkan mungkin dia baru kali ini menjadi sedekat ini ketika bersama dengan seorang wanita. Sangat berbeda jauh dengan kekasihnya, yang ada hanyalah nafsu belaka, bahkan Mutia hampir saja di perawani oleh kekasihnya itu.

Mutia kini duduk di pangkuan Ari sambil memandangi wajahnya, "Ri? Aku ingin memberikan sesuatu hadiah yang sangat spesial kepadamu." Sahut Mutia dengan tersenyum. "Eh? Apa nih?" Tanya Ari dengan rasa penasaran. "Aku mau memberikanmu sesuatu yang pasti belum pernah kamu rasakan Ri." Sahut Mutia yang sudah mengetahui kalau Ari adalah seorang perjaka tulen.

"Apaan Ning? Jangan buat aku penasaran dong Ning, hehehe." Jawab Ari dengan tertawa. "Hmm, apa yah? Kamu buka dulu deh bajumu." Sahut Mutia. "Eh? Kok di buka Ning?" Tanya Ari. "Di buka aja dulu ya." Jawab Mutia dengan tersenyum. Ari tampak bingung namun tetap mengikuti perintah Mutia untuk membuka bajunya dengan di bantu oleh Mutia.

feng_gerald029.jpg


"Malam ini aku mau kamu memilikiku seutuhnya Ri." Sahut Mutia. Ari mendadak mulai paham akan maksud Mutia tersebut, Ari hanya bisa diam saja karena jantungnya berdegup kencang sekali sejak tadi ketika Mutia mulai mencium bibirnya. Kemudian Mutia mulai melepaskan ikat pinggang Ari dan Ari menjadi tersenyum-senyum sendiri membayangkan betapa mujurnya dirinya malam ini.

"Eh? kok ketawa-ketawa sendiri sih?" Tanya Mutia. "Eh nggak kok Ning, aku cuma penasaran saja apa ini cuma mimpi atau beneran. Hehehe." Sahut Ari dengan tertawa lepas meski jantungnya semakin berdetak dengan kencang. "Ini nyata kok Ri, bukan mimpi, hehehe." Balas Mutia yang kini duduk menyamping sambil berusaha membuka ikat pinggang Ari.

feng_gerald035.jpg


Setelah berhasil melepaskan ikat pinggangnya, Mutia pun langsung duduk bersimpuh di hadapan Ari berusaha untuk melepaskan celana jeans panjang yang dikenakan Ari.

Kemudian Ari melihat dirinya sendiri yang hampir telanjang bulat di hadapan Mutia dengan hanya mengenakan sebuah celana dalam saja. Tiba-tiba saja Ari merasa sangat malu terhadap Mutia, "Sudah ah Mbak! Malu aku Mbak..!!" Sahut Ari sambil menutupi bagian terlarangnya dengan tangannya meskipun sebenarnya dirinya masih mengenakan celana dalamnya. "Nggak apa-apa kok Ri, aku malah penasaran ingin melihat punyamu, hehehe." Sahut Mutia dengan tertawa pula.

"Aku buka ya Ri?" Tanya Mutia sambil memegangi celana dalam Ari. "Terserah kamu aja deh Ning, tapi nanti jangan kecewa ya kalau kenyataannya tidak seperti yang kamu harapkan." Sahut Ari dengan pasrah. "Nggak apa-apa kok Ri. Aku sudah serius dengan janjiku tadi." Jawab Mutia sambil menurunkan celana dalam yang dikenakan oleh Ari. Kini Ari benar-benar telah telanjang bulat di hadapan Mutia, dan herannya Mutia masih saja tetap terlihat tenang.

feng_gerald051.jpg


Mutia menatap kontol Ari dengan tidak berkedip, "boleh kupegang punya mu Ri?" Tanyanya. "Terserah deh, mau di bikin dodol juga boleh, hahaha." Jawab Ari sambil tertawa dengan keras untuk menghilangkan semua ketegangan yang melanda tubuhnya. "Oh boleh ya kalau tititnya di bikin dodol?" Balas Mutia ikut tersenyum mendengar gurauan Ari sambil mulai memegang batang kontolnya dan mulai mengocoknya naik turun dengan telapak tangannya. Ari mulai merasakan kenikmatan yang sangat hebat mulai melanda dirinya, kontolnya benar-benar terasa enak sekali saat tangan halus Mutia mulai menyentuhnya. Dan rasa itu semakin bertambah nikmat saat tangan Mutia mulai mengocok batang kontolnya perlahan-lahan.

Tiba-tiba saja Mutia merasa gemas sekali, ternyata kontol Ari benar-benar membuatnya senang, bentuknya yang lucu dan kenyal telah membuatnya ingin sekali mengemut kontol Ari yang sangat menggemaskan. "Eh Ri?" Tanya Mutia. "Kenapa Ning? Sudah puas pegang-pegangnya?" Tanya Ari sambil berkelakar. "Belum lah, malah aku mau ngemut tititmu Ri, boleh ya?" Tanyanya. "Silahkan saja, tapi kalau rasanya pedas ya jangan salahkan aku, soalnya tadi aku habis makan rujak." Jawab Ari terus berkelakar. Mutia yang sudah terlanjur memasukkan kontol Ari ke dalam mulutnya itu ikut tertawa mendengar kelakar Ari.

feng_gerald057.jpg


Meskipun Ari terus merasakan kenikmatan yang semakin memuncak, Ari terus saja berkelakar untuk meredakan ketegangan di antara mereka dan juga untuk mencairkan suasana. "Gimana rasanya Ning? Pedas gak?" Tanya Ari. "He em," jawab Mutia yang semakin senang mengulum dan mengemut kontol Ali.
"Rasanya seperti sosis bakar Ri." Sahut Mutia yang kini menjilati batang kontol Ari dengan penuh perasaan.

"Ah kamu nggak adil Ning." Celetuk Ari. "Eh? Kok gitu?" Tanya Mutia dengan heran. "Iya, soalnya kamu kan masih pakai baju, cuma aku aja yang telanjang." Balas Ari. "Oh iya Ri, maaf ya aku lupa Ri, habisnya tititmu menggemaskan banget deh." Sahut Mutia dengan tertawa lepas sambil berdiri di hadapan Ari. Ari kemudian mengangkat kaos yang di kenakan Mutia dan kembali lagi berkelakar, "wah perutmu six pack ya Ning? Hehehe." Sahutnya. "Ih sixpack apaan sih? Olahraga ku kan tidur Ri, hehehe." Jawab Mutia dengan tertawa terkikik geli sambil menutupi mulutnya supaya tidak terdengar keras.

"Bagus itu Ning, malah lebih banyak tidur akan membuat six pack mu menjadi semakin oke, karena tertutup oleh lemak." Sahut Ari kembali berkelakar. "Hmm, sudah deh bercandanya. Mau diterusin nggak nih?" Ancam Mutia. "Iya mau Ning." Jawab Ari dengan patuh. "Hehehe, aku cuma bercanda kok Ri, jangan di anggap serius gitu dong." Sahut Mutia sambil naik kembali ke atas pangkuan Ari yang tengah telanjang bulat. "Iya Ning. Boleh ku buka bajumu Ning?" Tanya Ari. Mutia tersenyum, "boleh kok Ri, kan tadi aku sudah bilang kalau malam ini aku milikmu." Sahut Mutia.

feng_gerald067b.jpg


Kemudian ketika Ari sedang mengangkat sedikit demi sedikit kaos yang dikenakan Mutia, tiba-tiba saja jantung Ari seperti mau copot, ternyata Mutia sama sekali tidak mengenakan bh sehingga payudaranya yang sangat indah itu terlihat mengintip dari balik kaosmya. Untuk sesaat Ali menghentikan perbuatannya karena tangannya menjadi gemetar. Baru kali ini dia melihat payudara seorang wanita, libidonya menjadi semakin naik tidak karuan lagi.

"Lho? Kenapa berhenti Ri?" Tanya Mutia. "Eh? Nggak kok Ning, hanya saja aku baru pertama kali ini melihat tetekmu." Jawab Ari dengan suara gemetaran. "Oh gitu, aku semakin menyukaimu Ri." Sahut Mutia dengan jujur pula. Bahkan Mutia mulai mempertimbangkan untuk membatalkan pernikahannya dengan kekasihnya karena Ari. "Kamu tahu kenapa aku mau melakukan ini denganmu Ri?" Sahut Mutia kembali. "Eh? Kenapa Ning?" Tanya Ari. "Karena kamu jujur, aku suka lelaki jujur seperti kamu." Jawabnya.

Ari tersenyum mendengar perkataan Mutia, dan dalam hatinya mulai tumbuh benih-benih cinta terhadap Mutia. Tiba-tiba saja Ari ingin mengatakan kepada Mutia untuk membatalkan pernikahannya dengan kekasihnya, namun mulut Ari seperti terkunci dan Ari hanya bisa diam sambil melanjutkan usahanya membuka kaos Mutia. Tiba-tiba saja terdengar suara motor di luar, "Eh ada siapa tuh yang ke sini jam segini?" Sahut Mutia. "Sebentar ya Ri, aku mau lihat dulu siapa itu, kamu diam disini saja, soalnya kamu kan lagi telanjang. Hehehe." Sahut Mutia sambil merapihkan pakaiannya kembali dan beranjak pergi ke luar kantor.

feng_gerald075d.jpg


Ternyata yang datang adalah Pak Mamat security perumahan Griya Buana. "Oh ada Mbak Ning, menginap lagi malam ini Mbak?" Tanya Pak Mamat. "Iya Pak, malam ini masih banyak kerjaan." Jawab Mutia dengan menyunggingkan senyumnya walaupun sedikit terpaksa. "Oh ya sudah kalau begitu, saya mau lanjut patroli dulu." Sahut Pak Mamat yang kemudian pergi dari situ.

Mutia lalu menutup pintu kantornya dan menguncinya, dia kembali lagi ke tempat Ari berada dan langsung naik lagi ke atas pangkuannya. "Siapa tadi Ning?" Tanya Ari sambil melanjutkan kembali melepaskan pakaian yang dikenakan Mutia. "Pak Mamat, dia lagi patroli." Jawab Mutia.

Setelah Mutia kini bertelanjang dada, jantung Ari kembali lagi berdetak semakin kencang. Mutia kini berdiri di hadapan Ari, sungguh indah sekali bentuk tubuh Mutia, dan Ari pun merasa tidak tahan lagi untuk segera menciumi tubuh Mutia yang sangat indah tersebut. Kemudian dengan tanpa minta ijin lagi Ari langsung menciumi perut Mutia dan menjilati pusar Mutia yang menggairahkan. Mutia pun mulai ikut terpancing gairahnya dan mendesah perlahan.

feng_gerald078.jpg


"Aku buka rok kamu ya Ning?" Tanya Ari dengan tersenyum bahagia. "Iya Ri, malam ini aku milikmu Ri." Jawab Mutia.
"Aku buka juga celana dalammu ya Ri?" Tanya Ari kembali. "Iya sayang..," jawab Mutia. Hati Ari semakin girang karena dipanggil sayang oleh Mutia. "Sebenarnya kamu nggak harus minta ijin ini itu kepadaku Ri, kan tadi aku sudah berkali-kali bilang kalau malam ini aku milikmu, kamu boleh melakukan apa saja terhadapku." Sahut Mutia. "Iya Ning, tapi kan siapa tahu kamu nggak mau, jadi aku kan nggak malu nanti kalau main nyelonong aja kayak kereta." Jawab Ari sambil tertawa. "Ah kamu nih bisa aja deh, hehehe." Timpal Mutia juga sambil tertawa.
feng_gerald091.jpg


"Nah, sekarang kita sama deh, sama-sama telanjang. Hehehe. Kamu duduk disini ya?" Pinta Ari. Mutia tersenyum lalu duduk di pinggir sofa, "Hmm, di sini ya?" Tanya Mutia yang merasa senang karena Ari sudah mulai berani memerintah kepadanya. "Iya Ning, sekarang buka kakimu ya?" Sahut Ari kembali.

Mutia membuka kedua belah kakinya dan menjadi semakin senang dan semakin penasaran akan apa yang sebenarnya di inginkan oleh Ari. Kemudian tiba-tiba saja Ari menjulurkan lidahnya ke area kemaluan Mutia yang mulus tanpa jembut karena Mutia memang rajin untuk mencukurnya. Mutia yang sama sekali belum pernah merasakan memeknya di jilat itu langsung merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa. "Oh Ri..!!" Desis Mutia dengan mata yang merem-melek merasakan kenikmatan yang baru kali ini dirasakan olehnya.

feng_gerald100.jpg


"Enak ya Ning?" Tanya Ari. "Hehehe, kamu kok tahu sih Ri?" Sahut Mutia yang berbalik tanya. "Ya tahu dong, soalnya kamu mendesah tuh." Jawab Ari sambil berkelakar. "Hmm..," sahut Mutia. Ari menjadi semakin senang, kemudian Ari melanjutkan lagi permainan lidahnya di memek Mutia yang bersih. Aroma khas kemaluan wanita langsung menyergap hidung Ari, namun hal itu tetap tidak menyurutkan keinginan Ari untuk terus menjilati memek Mutia, bahkan kini Ari mulai membelah bagian dalam memek Mutia dengan lidahnya hingga menemukan sebuah daging kecil yang membuat Mutia terus mendesah keenakan saat lidah Ari mulai menggelitiknya.

"Aahhh...!! Ri..!! Sudah Ri...!! Ayo setubuhi aku sekarang Ri..!!" Sahut Mutia yang sudah tidak tahan lagi akan permainan lidah dan mulut Ari di memeknya. Mutia langsung naik ke atas pangkuan Ari dan berkata, "kita lakukan sekarang ya?" Sahutnya. "Iya Ning." Jawab Ari dengan jantung yang berdebar-debar sambil memegangi kontolnya yang sudah mengeras sejak tadi. Kini Ari akan melakukan hubungan seks untuk pertama kalinya, begitu juga dengan Mutia.

feng_gerald102.jpg

Perlahan-lahan Mutia mulai menekan batang kontol Ari ke dalam liang memeknya dengan cara mendudukinya. "Sreeet..!! Sreeet..!! Sleeebbb..!! Uummhh..!!" Mutia mendesah perlahan, kontol Ari mulai merangsek masuk ke dalam liang persenggamaannya. Ari merasakan nikmat yang sangat luar biasa pada kontolnya, memek Mutia begitu sempit dan menggesek batang kontolnya dengan sangat nikmat.

Kemudian Mutia mulai mengangkat pantatnya dan membenamkannya kembali sehingga kontol Ari masuk semakin dalam di liang memeknya. Meskipun terasa menyakitkan, namun Mutia tetap mengulangi perbuatannya tersebut, dan lama-kelamaan rasa sakit itu berubah menjadi rasa nikmat yang sungguh luar biasa.

feng_gerald106.jpg


Mereka berdua kini mulai tenggelam ke dalam alam penuh kenikmatan surga dunia. Mutia terus bergerak naik turun di atas pangkuan Ari dan terkadang mereka berdua saling berciuman dengan panasnya. Ari kini mulai merasakan kenikmatan yang semakin memuncak, dan akhirnya setelah 5 menit berlalu, Ari tidak sanggup untuk menahannya lagi. "Crooott..!! Crooott...!! Crooott...!!" Dengkul dan tubuh Ari ikut bergetar tatkala Ari memuntahkan pejunya ke dalam kemaluan Mutia.

Mutia yang merasakan semburan hangat air peju Ari itu menghentikan genjotannya, "kamu baru saja keluar ya Ri?" Tanya Mutia. "Iya Ning, maaf ya." Jawab Ari dengan penuh perasaan bersalah. "Nggak apa-apa kok." Sahut Mutia kembali. "Kalau nanti kamu hamil bagaimana Ning?" Tanya Ari dengan nada khawatir. "Nggak apa-apa kok, pacarku nggak bakalan tahu. Lagipula bulan depan kan aku akan menikah." Jawab Mutia untuk menenangkan Ari. Namun Ari malah bertambah murung karena sebenarnya dia tidak menginginkan Mutia untuk menikah. "Kok kamu malah kelihatan sedih begitu sih?" Tanya Mutia sambil melanjutkan kembali genjotannya karena kontol Ari ternyata masih tetap keras. "Nggak apa-apa kok Ning." Jawab Ari sambil berusaha tersenyum dan kontolnya terasa mulai menjadi nikmat kembali oleh genjotannya Mutia yang semakin lincah di atas pangkuannya.

"Eh Ri? Aku balik badan yah? Soalnya agak ribet kalau begini, kakiku sepertinya gak enak kalau tertekuk seperti ini." Sahut Mutia. "Iya Ning." Jawab Ari. Kemudian Mutia membalikkan badannya dan mulai kembali lagi menggenjot kontol Ari dengan masih berada di atas pangkuannya. Ternyata posisi seperti ini membuat Mutia semakin merasa nikmat, apalagi ditambah dengan remasan tangan Ari di teteknya dan juga lidah Ari yang ikut menjilati pentil teteknya.

feng_gerald110.jpg


Tidak lama berselang kini giliran Mutia lah yang mencapai puncak orgasmenya. "Ooowwhh..!! Ri...!! Oooouuwwhh..!! Creeett..!! Creeett..!! Creeett..!! Seeerr...!!" Mutia berteriak dengan suara agak keras seiring dengan puncak orgasmenya yang di tandai oleh keluarnya cairan bening melalui lubang memeknya.

Mutia kini berbaring terlentang di sofa setelah mengalami puncak orgasmenya yang begitu nikmat. "Hmm, enak banget sayang, terima kasih ya Ri." Sahut Mutia dengan tersenyum puas. "Iya Ning." Jawab Ari sambil memegangi kontolnya yang masih keras. Ari tampak ingin mengatakan sesuatu namun rupanya Ari mengurungkan niatnya tersebut. "Kamu mau ngomong apa Ri? Keluarkan saja Ri." Tanya Mutia yang menyadari raut wajah Ari yang tampak bimbang.

"Eh? Emm? A.. apa kamu...? mau gituan lagi? Kalau kamu capek ya nggak apa-apa kok." Sahut Ari dengan ragu-ragu. "Oh tititmu masih belum puas ya Ri?" Tanya Mutia dengan tertawa menggoda. "Eh nggak kok Ning." Kilah Ari. "Tapi tititmu masih keras tuh? Ya sudah kalau begitu. Tapi aku terlentang ya? Kamu sekarang yang bekerja Ri." Sahut Mutia dengan tersenyum. Wajah Ari langsung berubah ceria, Ari langsung menuntun kontolnya kembali lagi memasuki memek Mutia yang masih basah kemudian perlahan-lahan mulai mendorongnya masuk ke dalam liang memek Mutia. "Pelan-pelan ya Ri." Sahut Mutia.

feng_gerald115e.jpg


Ari mulai mendorong kontolnya perlahan-lahan memasuki liang vagina Mutia. Mutia mendesah tertahan, ternyata rasa perih masih menyelimuti liang memeknya. "Kalau kamu merasa sakit lebih baik nggak usah saja ya Ning?" Tanya Ari. "Nggak apa-apa kok Ri, lanjutkan saja. Mungkin karena aku baru pertama kali ini berhubungan seks." Jawab Mutia. "Eh? Jadi kamu masih perawan Ning?" Tanya Ari dengan terkejut. "Kok kamu baru tahu sih Ri? Seharusnya kamu kan bisa merasakannya." Sahut Mutia. "Gimana aku bisa tahu Ning? Orang beginian aja aku juga baru pertama kalinya, hehehe." Jawab Ari dengan jujur. "Eh? Iya juga sih. Hahahaha." Timpal Mutia ikut tertawa pula.

Ari mulai menggenjot Mutia dengan gerakan yang teratur. Ari benar-benar menikmati kegiatan persenggamaannya bersama dengan Mutia, gadis yang semakin lama semakin dicintainya. Ari merasa bangga karena dia lah yang mendapatkan kepercayaan Mutia untuk memperawaninya. Meskipun akhirnya Mutia akan menikah dengan orang lain, namun Ari telah mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dari Mutia.

“Owwhh….!! Lebih cepat lagi sayang..!!" Bisik Mutia yang mulai merasakan nikmat kembali menyelimuti liang memeknya. Gerakan Ari pun mulai semakin cepat dan nafasnya kian memburu seiring dengan rasa nikmat yang semakin memuncak. "Oouuwwhh..!! Sayang..!! Aku mau keluar lagi sayang..!! Oouuwwhh..!! Seeerr...!! Creeett..!! Creeett..!!" Tubuh Mutia bergetar seiring dengan tuntasnya puncak orgasmenya. Sementara Ari yang masih juga belum sempat mendapatkan orgasmenya itu masih saja terus menggenjot tubuh Mutia semakin kuat.

"Ooogghh..!! Aku mau keluar Ning..!! Ooogghh..!!" Desis Ari sambil menggenjot memek Mutia semakin kuat. "Ri? Aku mau merasakan air mani mu Ri? Boleh ya?" Tanya Mutia. "Eh? Maksudmu Ning?" Sahut Ari balik tanya sambil menggenjot Mutia. "Aku mau kamu mengeluarkan air mani mu di mulutku Ri, pliss ya? Lagipula daripada di dalam memekku, kan mendingan di mulutku? Iya kan? Soalnya kamu kan takut kalau aku nanti hamil?" Sahut Mutia. Ari sebenarnya merasa sedikit kecewa dengan permintaan Mutia tersebut, namun apa mau dikata, Ari tidak ingin mengecewakan gadis yang dicintainya tersebut.

Dan akhirnya ketika Ari merasa bahwa dirinya sudah akan berejakulasi, Ari langsung mencabut kontolnya dan mengarahkannya ke atas mulut Mutia yang telah terbuka, "crooott..!! Crooott..!! Crooott..!!" Peju Ari langsung membasahi wajah dan mulut Mutia, hanya sebagian saja yang berhasil masuk ke dalam mulut Mutia yang terbuka.

Ternyata Mutia masih belum puas, dirinya kini menggenggam kontol Ari dan mulai mengocok kontolnya untuk menguras peju di dalam tubuh Ari. Ari merasa ngilu sekaligus nikmat oleh perbuatan Mutia tersebut, Mutia bahkan menjilati kontol Ari sampai bersih dan tidak ada peju yang tersisa.

feng_gerald135.jpg


“Kita pindah ke kamarku yuk?" Ajak Mutia kemudian. Ari pun mengangguk dan mengikuti Mutia menuju ke kamar tidurnya yang memang di peruntukan baginya semenjak Mutia mulai bekerja di Tiana Tirta. Entah sudah berapa kali mereka berdua melakukan hubungan seks malam itu, yang Ari tahu hanyalah ketika dirinya bangun ternyata hari sudah siang dan Mutia tidak ada di sisinya. Kemudian Ari mengenakan pakaiannya yang tercecer di lantai dan beranjak keluar dari kamar Mutia menuju ke ruang kantor.


"Pagi Beb..!!" Sahut Mutia dengan tersenyum di balik meja kerjanya. "Eh? Pagi Ning." Jawab Ari dengan membalas tersenyum pula. "Maaf ya Ri aku nggak bangunin kamu, soalnya aku nggak tega lihat kamu yang tidur begitu pulas." Sahut Mutia. "Nggak apa-apa kok Ning." Jawab Ari sambil melihat jam dinding yang ternyata sudah pukul setengah delapan pagi. "Sebentar lagi kolam mau dibuka, aku kerja dulu ya Ning." Sahut Ari. "Iya sayang. Love you." Jawab Mutia dengan tersenyum manis sekali. "Eh? Love you too Ning." Balas Ari sambil berlalu. Hati Ari pada hari itu menjadi berbunga-bunga seperti musim semi, sepertinya dia menjadi lebih bersemangat menjalani tugas-tugasnya.

*Bersambung ke Bab 2 - Selimut Merah

Bagaimana kisah Ari selanjutnya? Apakah Mutia jadi menikah? lalu bagaimana tentang pekerjaan Ari? Apa Ari akan di pecat? stay tune terus di trit ini ya Gans..!!

Ceritanya mantap dan ilustrasinya pas... bikin imajinasi yang baca benar2 terhanyut alur cerita...
 
Udh ga sabar pngen tgl 3 aja nih...
Tetap sabar nunggu update pokoknya
 
Udh ga sabar pngen tgl 3 aja nih...
Tetap sabar nunggu update pokoknya

Sabar ya gan, Bab 2 - Selimut Merah sudah masuk redaksi wkwkwkwk tinggal proses penyusunan dan sedikit editing. Ditunggu saja paling lambat besok tgl 1 September 2017. Yang pasti akan lebih banyak pic mulustrasinya :)
 
update suhu kami menantikan episode selanjutnya nihh
 
hariJumat itu 1 September 2017 kalo 1 November 2017 mah hari Rabu coy...
 
hari Jumat itu 1 September 2017 kalo 1 November 2017 mah hari Rabu coy...
 
Thanks buat update nya ... Tapi jujur bacanya ngga nyaman . Kebanyakan pencet ENTAAAAAARR
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd