PART 13
EWI
ARGON
IBU TANGGANG.
GINA
Di sebuah ruangan tamu yang cukup sederhana didalam rumah milik bang Sumanggor. Sudah hampir satu jam, aku, Ibu Tanggang dan Gina, ngobrol ngalor ngidul sambil menunggu kepulangan Ewi dari pasar.
"Kok lama kali ya Gon..." Tanya Ibu Tanggang.
"Nggak tau Bu... Mungkin si Ewi kepelet Brondong di pasar.." Jawabku sekenanya.
" Ada ada saja kau Gon... Nggak mungkin si Ewi kepelet Brondong... Tapi kalau Brondong kepelet sama si Ewi, iya...! Hihihihihihihi" Ibu Tanggang tertawa sambil menutup mulut dengan tangannya.
"Ibu sudah lama kenal si Ewi..!" Tanyaku berusaha untuk memanjang manjangkan pembicara'an yang bahannya semakin habis dan menipis.
"Sekitar 4 tahun lah...! Kenapa rupanya..???" Ibu Tanggang balik bertanya.
"Ibu kenal orang tuanya..!?"
"Aku nggak kenal..!" Jawab Ibu Tanggang. " kenapa kau tanya orang tuanya.?? Mau kau lamar dia rupanya..??" Ibu Tanggang lanjut bertanya seperti seorang penyidik, padahal aku tau kalau dia sedang bercanda.
Tapi aku sedikit kecewa dengan jawaban Ibu Tanggang, aku mengira bisa mendapatkan sedikit informasi tentang foto orang tua yang ada didalam lemari pakain Ewi. Tapi ternyata Ibu Tanggang tidak mengenal orang tua Ewi. Aku masih penasaran dengan foto itu, aku terus menciba untuk mengingat, tapi tidak bisa.
"Kau kenpa Gon... " Tanya Ibu Tanggang yang melihatku melamun.
"Eh.... Anu.... Ini... Si Gina kok diam aja dari tadi. Apa dia sariawan ya..!"
Aku mecoba menyapa Gina yang dari tadi hanya diam mendengarkan percakapanku dengan Bu Tanggang. Sekaligus mencoba mengalihkan kegugupanku.
Tapi Gina hanya tersenyum malu malu. Ampun, senyumnya membuat damai hati. Dan berhasil mengalihkan perhatianku terhadap foto yang ada dilemari baju Ewi.
"Dia memang kayak gitu, awalnya pendiam, tapi hati hati kau Gon...!" Ibu Tanggang menimpali " Kalau di atas ranjang, bisa lepas semua engsel engsel tulang kau dia bikin.... Hahahaha....! Ibu Tanggang melanjutkan kalimatnya dengan tertawa mesum.
Wajah Gina memerah dan tangannya memukul lembut bahu Ibu Tanggang, melihat tingkah Gina yang malu malu seperti anak perawan yang digoda sama mertuanya dimalam pengantin. otakku berubah jadi mesum, terbayang di otakku betapa liarnya dia di atas ranjang seperti apa yang dikatan oleh Ibu Tanggang.
"Hei... Uda pada ngumpul rupanya, uda lama...!!??"
Ewi ternyata sudah pulang, dan dia langsung cipika cipiki dengan Ibu Tanggang dan Gina. Kemudian dia permisi kedapur untuk meletakkan belanja'annya, beberapa menit kemudian kembali bergabung dengan kami.
"Oh ya... Ini teman yang kau bilang di telfon tadi ya..!" Tanya Ewi ke Ibu Tika, kemudian menyalami Gina untuk kenalan.
Ketika Ewi telah bergabung dengan kami, akupun tersisih. Selama dua puluh tiga menit mereka ngobrol, aku hanya sebagai pendengar. Karena pembicara'an mereka mengenai Arisan, dan aku tidak mengerti sedikitpun tentang itu, hanya sesekali aku ikut tertawa, itupun sa'at aku mendengar ada pembicara'an yang menurutku memang lucu dan sedikit mengarah ke sex.
Dan selama pembicara'an yang membuat aku tersisih, perhatianku lebih tertuju kepada Gina yang memakai baju kemeja dengan dua kancing atas terbuka, sehingga belahan dadanya terlihat jelas. Aku tau kalau Gina mengetahui kalau aku memperhatikan belahan dadanya, karena tak jarang mata kami beradu pandang. Dan Gina sepertinya tidak mempermasalahkan jika payudaranya menjadi santapan mataku. Terbukti ketika Gina malah membuka satu lagu kancing kemejanya, sehingga belahan Bh nyapun kelihatan.
"Hei Gon....! Slow aja,, kau bakalan nikmati ketiganya kok,,.!" Ucap Ibu Tanggang yang memergoki mataku.
" Eh... Maksudnya...??"Tanyaku berlagak ******.
"Kita bakalan pesta kaya dirumahku..! Jawab ibu Tanggang dengan senyum mesum.
Aku melihat Ewi mencari jawaban. Ewi hanya tersenyum sumringah. Aku kemudian mengerutkan dahiku sebagai pertanya'an," Kalau Sumanggor pulang gimana...?"
" Bang Sumanggor tiga hari ini nggak pulang, jadi kau nggak usah khawatir,." Ucap Ewi menjawab pikiranku.
"Yes" Teriakku dalam hati.
"Wi.. Kau bawanya pesananku...!" Tanya Ibu Tanggang.
"Tenang..! Udah aku dinginin di kulkas, biar mantap..! Jawab Ewi.
Aku tidak mengerti dengan apa yang di pesan oleh Ibu Tanggang kepada Ewi.
Sekarang yang aku mengerti, batang penisku telah berontak ingin keluar dari sangkarnya. Karena didepanku sekarang Gina telah melepas semua kancing bajunya, hingga payudaranya semakin jelas terlihat dengan balutan Bh warna biru muda.
" Hahahahahahahaha.." Suara tawa Ewi dan Ibu Tanggang lepas dari tenggorokan mereka.
" Kau bilang si Gina pemalu...!!! Hahaha.... Mampus kau Gon.. ! Aku jamin besok kau bakalan merangkak ke kamar mandi..." Ibu tanggang kembali tertawa, begitu juga dengan Ewi, sedangkan Gina hanya tersenyum tersipu.
Sumpah lagi...! Melihat sikap Gina seperti itu, ingin kuterkam saja tubuhnya, tapi yang membuatku takjub, ketika melihat Ewi dan Ibu Tanggang tetawa terbahak bahak, aku berani sumpah lagi. Wajah mereka menyeramkan, kecantikan kedua wanita itu hilang seketika, beruntung payudara mereka bergoyang ketika tertawa, jadi keseraman wajah merekapun masih bisa teralihkan.
"Kita makan dulu, biar tenaga kuat untuk membuat si Argon pingsan sebulan..!" Canda Ewi dan mengajak Ibu Tanggang dan Gina kemeja makan.
Aku baru sadar. Karena tingkah Gina aku tidak menyadari sekarang sudah jam 9 malam. Setelah Ewi mengajak makan baru aku merasakan lapar. Tapi yang lebih lapar lagi burungku, sampai sampai burungku sudah ileran, alias mengeluarkan sperma putih jernih, atau kata lain sperma awal.
.
.LANJUT DI BAWAH....
.
.