PART 17
"Mukamu kok kecut kali Gon...?" Tanya Tika ketika aku sampai di rumahnya.
Aku langsung masuk tanpa menjawab pertanya'an Tika. Tubuhku yang letih ku hempaskan ke sofa bersama pikiranku yang kacau.
Semalaman aku tidak bisa tidur, pikiranku benar benar kalut. Padahal aku sudah meminum obat tidur, tapi tetap saja tidak berpengaruh, malahan yang tidur si "UCOK" ( sebutan untuk penisku).
Tika menghampiri dan duduk di sampingku, kemudian merebahkan kepalanya di pangkuanku.
"Tik.. Duduk yang bagus dong. Kakiku lagi lemas nih..!"
"Ada apa sih sayang...! Aku kan ingin manja manj'an sama kamu..!" Ujar Tika yang kemudian bangun dari pangkuanku.
"Lagi mumet aja aku Tik...!"
Aku mencoba menyimpan masalahku dari Tika, walaupun sebenarnya kalau sikapku telah menceritakan ke Tika kalau aku mempunyai masalah yang ruwet. Aku tau dengan sikapku seperti ini membuat Tika kehilangan Moodnya.
Tapi mau gimana lagi. Aku tidak bisa menetralisir ke gundahanku ini.
"Ya udah....! Aku buatkan Kopi ya...!" Ujar Tika yang kemudian pergi ke arah dapur.
Sedih, penyesalan dan amarah masih menyerang perasa'anku secara bersama'an. Tangan kananku mengepal dan memukul telapak tangan kiriku untuk menumpahkan kekesalanku.
"Ni... Minum dulu biar hatimu tenang..!" Kata Tika dan menyodorkan secangkir kopi.
"Letakkan aja di atas meja. Masih panaskan..!"
Tika mengangguk dan meletakkan kopi panas itu diatas meja.
"Gi mana kalau kita jalan jalan, biar pikiran lebih fres dikit..!" Ajak Tika.
"Boleh...!" Jawabku singkat.
"Ya udah.. Kamu mandi dulu. Aku mau ganti baju...!" Ujar Tika.
Dengan malas aku beranjak kekamar mandi untuk membersihkan diri. Sesampai di kamar mandi aku sangat terkejut. Didepan pintu kamar mandi aku melihat istriku berdiri dan menatap tajam ke arahku. Raut wajahnya memancarkan amarah yang begitu besar.
"Anum...! Ma'afkan aku Anum, aku tidak bermaksud untuk menyakiti hatimu Anum. Itu semua salah Sumanggor, dia yang sudah menjerumuskanku..."! Kataku dengan penuh penyeselan.
" kau brengsek.... Kau brengsek...... Kau tidak layak menjadi seorang Ayah...! Kau brengsek...!"
Mendengar kata kata istriku seperti itu, membuat hatiku benar benar hancur. Aku menangis sejadi jadinya hingga sesenggukan.
"Kau tidak layak jadi seorang Ayah.... Kau tidak layak jadi seorang Ayah....!" Anum terus mengulang ngulang kalimat tersebut, perlahan tubuh Anum menjauh dari pandanganku hingga akhirnya di lenyap entah ke mana.
Setelah Anum menghilang. Kalimatnya tersebut masih terngiang di telingaku, aku sudah mencoba untuk menutup kupingku dengan kedua tanganku, tetap saja kalimat kalimat terakhir dari Anum masih terdengar dengan jelas.
"Tidak..... Tidakkkk..... Aku tetaplah seorang Ayah.... Aku adalah seorang Ayahhh...."
Aku terus berteriak dengan mengucapkan kalimat " aku adalah seorang Ayah.." berharap dengan teriakanku itu mampu meredam suara Anum yang terus terngiang di telingaku.
"Argonnnn.... Argooonnn... Kamu kenapa...!"
"Pergi jangan dekati aku..!" Ujarku seraya mendorong tubuh seseorang yang mendekatiku.
"Argoonnnn.... Sadar Argonnn... Kau kenapa.."
Sepasang tangan mendekapku begitu erat.
"Argooonnn sadarlah...! Ini aku Tika....! Kau kenapa Gonnn...?"
Aku baru sadar kalau orang yang mendekapku itu adalah Tika. Aku langsung memeluknya dengan erat menumpahkan segala kekalutanku. Aku tidak mengerti apa yang terjadi pada diriku. Kenapa aku bisa serapuh ini, atau mungkin ini akibat besarnya rasa cintaku terhadap keluarga kecilku, sehingga aku belum bisa menerima kepergian mereka.
"Gonnnn ... Kau kenapa sayang..!" Tanya Tika lagi.
Aku hanya diam dan menangis sesenggukan dalam pelukan Tika. Aku tidak ada rasa malu lagi untuk menangis di hadapan seorang perempuan, aku hanya ingin menumpahkan segala kesedihanku ini.
"Yau sudah... Tenangkan dirimu..! Sebaiknya kau istrahat dulu.. Jalan jalannya kita tunda.!" Ujar Tika lagi. Dan menuntunkan masuk kedalam kamarnya. Aku batal mandi.
Dengan segala kelembutan dan perhatiannya, Tika membantuku rebahan di atas kasur yang empuk. Dia juga memperbaiki posisi bantal agar kepalaku nyaman untuk ku letakkan. Tika juga dengan sabar menyelimutiku. Dengan lembut Tika mengelus pipiku.
Sebentar lagi dendamku akan terbalaskan. Aku tidak akan membunuhmu seperti kau membunuh orang tuaku Argon. Aku akan membunuh perasa'anmu. Aku akan menghancurkan hatimu. Kau akan tetap hidup Argon. Tapi kau akan merasakan kematian di setiap kehidupanmu.
######
Ketika aku bangun, Aku melihat Tika ada di sebelahku. Tidurnya begitu pules, kelihatan dari ilernya yang menetes. Aku tersenyum simpul. Aku tidak menyangka gadis secantik dia bisa ileran ketika tidur.
Aku melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Aku kemudian beranjak dari tempat tidur dengan perlahan agar tidak membangunkan Tika.
"Kau sudah bangun Gon..!"
Ternyata Tika tebangun juga akibat pergerakanku. Tika meregangkan kedua tangannya sehingga kedua payudranya membusung.
"Lanjutkan saja tidur kau.. Aku akan membuatkan sarapan untuk kita..!" Ujarku kepada Tika.
"Memangnya kau bisa masak..?" Tanya Tika dengan senyum meledek.
"Kalau cuma Nasi Goreng sama Mie Garong itu gampang..!"
"Hahahhahaha... Itu bukan jago namanya... Sudah...! Kau mandi saja dulu.. Biar aku yang buat sarapan untuk kita. Kau mau di masakin apa..?" Ujar Tika.
Akupun kemudian ke kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah mandi dan berpakaian ala rumahan, aku langsung menuju meja makan. Aku melihat di meja makan sudah ada secangkir Teh hangat. Aku langsung meneguk Teh itu. Rasasa hangatnya langsung mengalir keperutku.
Tika datang membawa hindangan sarapan yang sudah di masak dan menatanya di atas meja makan. Kemudian mengambilkan satu porsi nasi berserta lauk pauknya.
Dengan suasana bisu kami menyantap hidangan yang telah di siapkan Tika, aku hanay makan sedikit. Rasa laparku tidak sekuat selera makanku.
"Makannya kok dikit. Masakanku nggak enak ya..??" Tanya Tika.
"Enak kok.. Cuma aku lagi nggak selera aja...!" Jawabku dengan sikap dingin. " Tik..! Aku keluar bentar ya. Aku adaran urusan..!"
"Loh... Kau mau kemana..? Baru satu tadi malam datang uda mau pergi..! Aku kan rindu, apalagi semalam kau lagi nggak mood..!"
"Ma'af..! Aku janji nanti malam bakalan memuaskanmu..!" Aku mencoba menghibur.
"Ya sudah kalau gitu.. Tapi cepat pulang ya..!"
"Ia ... Aku bakalan cepat pulang..! Tapi aku butuh uang Tik..!"
"Berapa..?" Tanya Tika.
"Tiga Juta aja..!"
"Tunggu sebentar.. Aku ambil di kamar dulu..!"
Tidak ada pertanya'an. Tika langsung menuju kamarnya. Beberapa sa'at kemudian Tika kembali dengan membawa uang dan langsung memberikannya padaku.
"Makasih ya...! Aku langsung berangkat saja.!"Aku berdiri dari tempat dudukku dan mencium kening Tika.
" Loh... Kau langsung pergi..! Nggak ganti pakaian dulu..!" Ujar Tika yang melihatku hanya memakai kaos oblong tipis yang membuat putingku tercetak jelas, dan celana jens pendek sebatas lutut yang warnanya sudah luntur.
Aku hanya tersenyum dan mengangkat kedua bahu sedikit pertanda kalau aku nggak perduli dengan gaya pakaianku.
Akupun berangkat dari rumah Tika. Hari ini tujuanku ke terminal Untuk menjumpai teman temanku. Dengan uang yang di berikan Tika, aku bisa meminta bantuan temanku untuk membantu mencari keberada'an si Sumanggor kampret.
.
.