Di kamar lantai 5 sebuah hotel di kota Medan, seorang gadis berumur 30 tahun sedang berdiri di sisi jendela sedang menatap kosong keluar jendela. Pemandangan malam kota Medan tidak membuat suasana hatinya bahagia.
Wanita itu kemudian berjalan ke arah tempat tidur dan mengambil tasnya dan membukanya.
Wanita itu mengambil sebuah buku dan Bulpoin dari tasnya, kemudian menuju ke sebuah meja kecil.
"Iwa peye... Iwa.. Peyee.... Iwa peye nasi jagung."
Nada dering hp nya berbunyi. Wanita itu kemudian menekan tombol hijau yang ada di hp nya.
"Halooo..."
...................
"Berarti penerbanganku besok pukul 9 pagi..?"
....................
"Yaudah...!"
................
"Makasih..!"
Wanita itu kemudian menutup telponnya dan meletakkannya di atas meja.
Di hempaskannya pantatnya yang montok di kursi. Buku yang ada di tangannya di buka kemudian menulis sesuatu.
2015 September.
The Greatness. Sebuah keberuntungan pasti akan menghampiri setiap manusia. Tapi terkadang keberuntungan itu bukanlah keberuntungan. Ada kalanya yang kita anggap keberuntungan itu adalah musibah, dan adakalanya musibah itu sebuah keberuntungan.
Seperti halnya yang aku aku alami. Ketika aku bertemu dengannya bersama istrinya. Dan dengan rela aku akan membantu masalahnya karena hanya merasa tidak enak hati dengan istrinya yang notabenya adalah teman baikku.
Aku merasa suatu malapetaka menghampiriku ketika aku sadar dan ingat dengan wajahnya. Wajah orang itu, dialah orang yang telah membunuh kedua orang tuaku, bahkan dia memperkosa ibuku. Aku kesal, aku emosi dan marah dengan diriku sendiri. Bagaimana mungkin aku akan membantu kehidupan orang yang telah merenggut nyawa kedua orang tuaku.
Tapi yang ku anggap masalah dan musibah itu ternyata menjadi suatu keberuntungan bagiku.
Tapi keberuntungan itu tetap ada sisi negatifnya. Teragantung kita membawa arahnya kemana. Seperti keberuntungan yang kudapatkan tahun ini. Aku membawa keberuntunganku kejalan yang salah dengan menyisipka dendam. Dan itu membuatku hampir sama dengannya.
Hanya sedikit perbeda'anku dengannya. Aku mengarahkan dendamku dengan nalar bukan emosi yang membabi buta..
Dengan meredam emosi dan mengedepankan isting dan nalar. Aku memulai skenarioku dengan memanfa'atkan teman satu arisanku.
Ketika aku berkunjung kerumahnya aku menyelipkan foto kedua orangtuaku di lemarinya. Aku juga tanpa sengaja menemukan vidio persetubuhan pria itu di warung, tempat arisan kami. Di sinilah awal petaka yang tidak ku inginkan.
Aku hanya ingin membunuh hatinya. Membunuh perasa'annya tanpa harus ada korban jiwa. Aku ingin membuat hidupnya menjadi hampa dengan menjauhkannya dari istri dan anaknya.
Tapi semuanya telah terjadi, Tidak dapat untuk di elakkan.
Emosi dan amarah pria itu lebih mendominasi daripada akalnya yang telah di berikan sang pencipta untuknya.
Sekarang pria itu hidup tanpa ada tanpa tau untuk apa dia hidup. Akibat luka yang cukup dalam dibagian kepalanya dikarenakan pecahan kaca merobek urat syarafnya.
Aku sangat menyesalkan kejadian itu harus terjadi. Aku seharusnya bisa menjadi orang yang penyabar dan ikhlas. Apalagi aku mengetahui kalau dia selama ini telah berubah menjadi manusia yang lebih baik. Seharusnya sebagai manusia aku memberinya kesemapatan itu.
Didasar hatiku yang paling dalam aku sangat menyesali semua ini. Aku hanya ingin memberi dia pelajarn hidup. Untuk itulah aku melaporkan ke polisi tempat persembunyiannya.
Tapi hari ini. Dari kejadian ini, aku yang mendapatkan pelajaran hidup. Dendam dalam bentuk apapun akan mendatangkan resiko yang sangat besar.
Aku juga berjanji akan menebus kesalahanku ini.
................
#####
Jakarta.
Di dalam sebuah taksi seorang perempuan dengan wajah sedih sambil mengelus ngelus perutnya.
"Aku akan membesarkanmu dengan cinta anakku..!"
Batin wanita itu dalam hati.
Air mata perlahan jatuh di pipinya. Wanita itu telah membulatkan tekadnya untuk meninggalkan kampung halamannya. Dia ingin mengubur semua kenangan masalalunya. Dia ingin membuka lembaran baru bersama anaknya yang belum lahir.
"Kita sudah sampai Bu..!" ujar si supir taksi.
Didepan sebuah rumah yang sangat sederhana taksi itu berhenti. Wanita itu kemudian keluar dari dalam taksi. Di hembuskannya nafasnya dengan pelan.
"Tunggu sebentar ya bang..!" ujar wanita itu.
Dengan mantap langkahnya menuju rumah tersebut. Ketika langkahnya menginjak teras rumah. Seorang wanita keluar dari dalam rumah itu.
" Tika... !"
"Anumm...!
Kedua wanita itu saling berpelukan.
"Nggak usah masuk ya..! Aku hanya sebentar Num. Aku hanya mau bilang kalau aku akan tinggal di bandung. Dan aku akan membiayai keperluan anakmu..!" Ujar Tika.
"Tapi kenapa Tik. ? Bukannya kau bilang akan tinggal di sekitar sini dengan suamimu..?"
"Nggak Num..Suamiku pengennya tinggal di Bandung..!"
"Yaudahlah... Kalau itu keinginanmu..!"
Kedua wanita kembali berpelukan.
Tikapun kembali masuk kedalam taksi.
Tika berbohong kepada Anum. Kalau dia Tinggal di bandung bersama suaminya. Tika hanaya tidak ingin kalau Anum tau kalau dia belum menikah, apalagi sekarang Tika mengandung anak dari suami Anum.
Tapi dalam hati Tika akan selalu ada jika Anum membutuhkan sesuatu.
"Jalan pak..!"
Dengan perasa'an sedih dan bahagia tika kembali mengelus perutnya. Dan berkata dalam hati.
"Aku akan menjadikanmu anak yang baik
Dan penyabar..!"
( THE END)