Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Benny Stories (CoPasEdit dari Tetangga)

Pecah Utak

Pertapa Semprot
Daftar
18 Oct 2014
Post
5.260
Like diterima
14.623
Lokasi
Serenity
Bimabet
-------------------------------------

Just Share..!

-------------------------------------

Salam Semprot.


Sebelumnya Nubi mo ngucapin: Selamat Tahun Baru 2018..!
Semoga di tahun baru ini semua warga semprot dapat menggapai apa yang diinginkan..!

Mohon mangap kalo Nubi 'kembali mengotori' di sini.
Nubi cuma pingin menghibur.. berbagi cerita yang sempat Nubi save dan edit..
serta yang Nubi anggap 'asyik n layak' dishare di Forum Tercinta ini..
plus sekalian Nubi belajar posting..

Sebenarnya ada 3 Cerita yang sempat Nubi save. Lagian memang ceritanya asyik, kog.
Beberapa bagian lain masih belum sempat Nubi Edit.
Mungkin nanti, bila telah diedit.. secara bertahap akan Nubi posting per kisahnya.

Nah.. sayangnya hingga kini Nubi ga tau siapa 'Maestro' penulisnya.
So.. Untuk Penulis Asli Cerita.. -Siapapun itu..- Nubi juga mohon mangap.. telah menyebarkan karyanya tanpa izin.
Bukan kenapa-napa.. cuman lantaran emang Nubi ga tau siapa yang nulis.
Juga karena ‘keterbatasan’ Nubi berselancar di dunia maya belaka, yang ‘menghambat‘.

Sebab.. menurut Nubi.. sayang rasanya kalo sebuah ‘Karya yang Bagus’ ga dishare atau dinikmati di ‘Tempat yang Bagus’ juga.
Mudah-mudahan.. dengan share ini.. siapa tau Nubi jadi bisa kenalan dengan penulis aslinya. Haha..

Lagian juga.. "Sebuah karya yang telah dipublikasikan.. adalah milik audiens..!
plus.. telah memiliki 'ruh-nya' sendiri”.

–Menyitir pernyataan Rendra– Hehe..
------------------

O ya.. sedikit PESAN NUBI buat Brada+Sista.. ALL SEMPROTERS..
baik SR –Silent Readers..– .. AR –Active Readers..– .. apalagi yang bergelar SUHU.
Jika berkenan ‘untuk berkomentar..’ Plis.. Jangan OOT..!
Apalagi yang berkesan menyerang TS tanpa alasan.

Belajarlah untuk lebih santun dan ga OOT dalam ‘menyampaikan suatu pendapat’ pada suatu Thread di FORUM ini..
alias TIDAK OUT OF TOPIC (Cukup Fokus Pada Cerita dan atau Teknik Penulisan serta yang berhubungan dengan hal tersebut saja).
Sebab.. sudah ada THREAD KHUSUS-nya masing-masing..!

Ga ada samasekali ‘kepentingan atau keuntungan pribadi’ yang Nubi dapat dari nge-posting CerPan yang menyertakan nama seorang almarhum Penyair Besar, Penyair Sedang atau Penyair Kecil..!
(Kok jadi Kayak Ukuran baju.. ya..? S, M, L.. LL, XL, XXLL.. hehe..) Apalagi yang berbentuk Materi.

Niat Nubi murni ‘sekedar sharing’ dan menghibur doang..!
Jadi.. Nubi TEKANKEN.. Nubi bukan plagiat..!

Kalo.. sekiranya.. jika.. andai.. umpama..
Ada yang Ga Suka dengan ATURAN memposting CerPan CoPas..
–meskipun sudah diedit dan dirapikan–
Silakan LAPORKAN ke Thread PELAPORAN. Udah tersedia dan ada Thread KHUSUS-nya, kok.

Plus.. sekalian bisa buat permohonan ke Om Momod dan Om Satpam supaya poin ke-4 dalam ATURAN atau RULES pemostingan..
(seperti di bawah ini..) diganti atau dihapuskan saja.

Untuk cerita yang copy paste dari website luar, jangan asal copy paste saja tapi liat dulu dan perbaiki bagian-bagian yang memang perlu diperbaiki, ditambah/dikurangi.
Dan tidak perlu menaruh link website cerita itu berasal !
Anda cukup bilang "cerita ini copy paste dari website/forum tetangga".


Dengan alasan: Ga suka.. atau apaan kek. Whatever.

O ya.. terakhir:
So.. kalo masih ngeyel dan OOT ga karu-karuan..
Nubi saranin agar ngebuat aja BLOG, WEB atau SITUS sendiri.

Supaya Anda bisa bebas sebebasnya menikmati sendiri.. nulis sendiri.. posting sendiri.. baca sendiri.. komen sendiri.. balas komen sendiri.. dan Coli sendiri.. apapun itu.

Akhirnya.. met nge-reread aja dah, buat yang udah pernah baca..!
Semoga terhibur. Adios.
-----------------------------
 
------------------------------------

Malam Jum'at bersama Alina

Kejadiannya ketika aku sudah berkeluarga dan sudah memiliki 1 orang anak umur ±2 tahun.. usiaku kala itu 30 tahun.
Kami baru pindah ke sebuah kompleks perumahan di kota S yang masih sangat baru.
Belum banyak penghuni yang menempatinya.. malahan di gang rumahku –yang terdiri dari 12 rumah..– baru 2 rumah yang ditempati.. yaitu rumahku dan rumah Pras.

Pras juga sudah beristri.. namanya Alina.. tapi biasa dipanggil Lina. Mereka belum punya anak sekalipun sudah menikah lebih dari 2 tahun.
Rumah Pras hanya berjarak 2 rumah dari rumahku. Nah.. karena tidak ada tetangga yang lain.. kami jadi cepat sekali akrab.
Aku dan Pras jadi seperti sahabat lama.. kebetulan kami seumuran dan hobi kami sama.. catur.

Lina.. yang berumur 26 tahun.. juga sangat dekat dengan istriku.. Winda.
Mereka hampir tiap hari saling curhat tentang apa saja dan soal seks juga sering mereka perbincangkan.
Biasa mereka berbincang di teras depan rumahku kalau sore sambil Winda menyuapi Aria.. anak kami.

Mereka sama sekali tidak tahu kalau aku sering ‘menguping rumpian’ mereka dari kamarku.
Aku jadi banyak tahu tentang kehidupan seks Lina dan suaminya.
Intinya Lina ‘kurang happy’ soal urusan ranjang ini dengan Pras.

Bukannya Pras ada kelainan.. tapi dia senangnya tembak langsung tanpa pemanasan dahulu.. sangat konservatif tanpa variasi dan sangat egois.
Begitu sudah ejakulasi ya sudah.. dia tidak peduli dengan istrinya lagi. Sehingga Lina sangat jarang mencapai kepuasan dengan Pras.

Sebaliknya istriku cerita ke Lina kalau dia sangat ‘happy’ dengan kehidupan seksnya.
Dan memang.. sekalipun aku bukan termasuk ‘pejantan tangguh’.. tapi aku hampir selalu bisa memberikan kepuasan kepada istriku.

Mereka saling berbagi cerita dan kadang sangat mendetail malah.
Sering Lina secara terbuka menyatakan iri pada istriku dan hanya ditanggapi dengan tawa terkekeh-kekeh oleh Winda.

Wajah Lina cukup cantik.. sekalipun tidak secantik istriku memang.. tapi bodinya sungguh sempurna.. padat berisi.
Kulitnya yang putih juga sangat mulus. Dan dalam berpakaian Lina termasuk wanita ‘yang berani’ sekalipun masih dalam batas-batas kesopanan.

Sering aku secara tak sadar menelan ludah mengagumi tubuh Lina.. di luar tahu istriku tentu saja.
Sayang sekali tubuh yang demikian menggiurkan jarang mendapat siraman kepuasan seksual.. sering aku berpikiran kotor begitu.
Tapi semuanya masih bisa aku tangkal dengan akal sehatku.

Jum’at petang itu kebetulan aku sendirian di rumah. Winda dan Aria tentu saja.. paginya pulang ke rumah orangtuanya di M.. karena hari Minggunya adik bungsunya menikah. Rencananya Sabtu pagi aku akan menyusul ke M.

Kesepian di rumah sendirian.. setelah mandi aku melangkahkan kaki ke rumah Pras.
Maksud hati ingin mengajak dia main catur.. seperti yang sering kami lakukan kalau tidak ada kegiatan.

Rumah Pras sepi-sepi saja. Aku hampir mengurungkan niatku untuk mengetuk pintu.. karena aku pikir mereka sedang pergi.
Tapi lamat-lamat aku dengar ada suara TV. Kuketuk pintu sambil memanggil.. “Pras.. Pras..!!” Beberapa saat kemudian terdengar bunyi gerendel dan pintu terbuka.

Splass..! Aku sempat termangu sepersekian detik.
Di depanku berdiri sesosok perempuan cantik tanpa make-up dengan rambut yang masih basah tergerai sebahu.
Dia mengenakan daster batik mini warna hijau tua dengan belahan dada rendah.. tanpa lengan yang memerlihatkan pundak dan lengan yang putih dan sangat mulus.

“Eh.. Mas Benny. Masuk Mas..” Sapaan ramah Lina menyadarkan aku bahwa yang membukakan pintu adalah Lina.

Sungguh aku belum pernah melihat Lina secantik ini. Biasanya rambutnya selalu diikat dengan ikat rambut.. tak pernah dibiarkan tergerai seperti ini.

“Nnng.. Pras mana Lin..?”
“Wah, Mas Pras luar kota Mas..”

“Tumben Lin dia tugas luar kota. Kapan pulang..?”
“Iya Mas.. kebetulan ada acara promosi di Y.. jadi dia harus ikut.. sampai Minggu baru pulang. Mas Benny ada perlu ama Mas Pras..?”

“Enggak kok.. cuman pengin ngajak catur aja. Lagi kesepian nih.. Winda ama Aria ke M..”
“Wah kalo cuman main catur ama Lina aja Mas..”

Sebetulnya saat itu aku sudah ingin menolak dan balik kanan pulang ke rumah.
Tapi entah bisikan darimana yang membuat aku berani mengatakan.. “Emang Lina bisa catur..?”

“Eit.. jangan menghina Mas.. biar Lina cewek, belum tentu kalah lho ama Mas..” kata Lina sambil tersenyum yang menambah manis wajahnya.

“Ya bolehlah.. aku pengin menjajal Lina..” kataku dengan nada agak nakal.
Lagi-lagi Lina tersenyum menjawab godaanku.

Dia membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan aku duduk di kursi tamu.
“Sebentar ya Mas.. Lina ambil minuman. Mas susun dulu caturnya..”

Lina melenggang ke ruang tengah. Aku semakin leluasa memperhatikannya dari belakang.
Kain daster yang longgar itu ternyata tak mampu menyembunyikan lekuk tubuh Lina yang begitu padat.
Goyangan kedua puncak pantatnya yang berisi tampak jelas ketika Lina melangkah.

Mataku terus melekat sampai Lina menghilang di pintu dapur.
Buru-buru aku ambil catur dari rak pajangan dan aku susun di atas meja tamu.

Pas ketika aku selesai menyusun biji catur.. Lina melangkah sambil membawa baki yang berisi 2 cangkir teh dan sepiring kacang goreng kegemaran aku dan Pras kalau lagi main catur.

Ketika Lina membungkuk meletakkan baki di meja.. mau tak mau belahan dada dasternya terbuka dan menyingkap dua bukit payudara yang putih dan sangat padat.

Serr..
Seketika darahku berdesir kencang.. ternyata Lina tidak memakai bra..!

Tampaknya Lina tak sadar kalau sudah ‘menraktir’ aku dengan pemandangan yang menggiurkan itu. Dengan wajar dia duduk di kursi sofa di seberang meja.

“Siapa jalan duluan Mas..?”
“Lina kan putih.. ya jalan duluan dong..” kataku sambil masih berdebar-debar.

Beberapa saat kami mulai asik menggerakkan buah catur. Ternyata memang benar.. Lina cukup menguasai permaian ini.
Beberapakali langkah Lina membuat aku harus berpikir keras. Lina pun tampakya kerepotan dengan langkah-langkahku.
Beberapakali dia tampak memutar otak. Tanpa sadar kadang-kadang dia membungkuk di atas meja yang rendah itu dengan kedua tangannya bertumpu di pinggir meja.

Posisi ini tentu saja membuat belahan dasternya terbuka lebar.. dan kedua payudaranya yang aduhai itu menjadi santapan empuk kedua mataku.
Byarrr..!! Konsentrasiku mulai buyar.
Satu-duakali dalam posisi seperti itu Lina mengerling kepadaku dan memergoki aku sedang menikmati buah dadanya.

Entah memang dia begitu tenggelam dalam berpikir atau memang sengaja.. dia sama sekali tidak mencoba menutup dasternya dengan tangannya.. seperti layaknya reaksi seorang wanita dalam kondisi ini.

Aku semakin berani menjelajah sekitar wilayah dadanya dengan sapuan pandanganku.
Aku betul-betul terpesona.. sehingga permainan caturku jadi kacau dan dengan mudah ditaklukkan oleh Lina.

“Cckk.. cckk.. cckk.. Lina memang hebat.. aku ngaku kalah deh..”
“Ah dasar Mas aja yang ngalah dan nggak serius mainnya. Konsentrasi dong Mas..” jawab Lina sambil tersenyum menggoda.

“Ayo main lagi.. Lina belum puas nih..” Ada sedikit nada genit di suara Lina.

Kami main lagi.. tapi kali ini aku mencoba lebih konsentrasi.
Permainan berjalan lebih seru.. sehingga suatu saat ketika sedang berpikir.. tanpa sengaja tanganku menjatuhkan biji catur yang sudah ‘mati’ ke lantai.

Dengan mata masih menatap papan catur aku mencoba mengambil biji catur tersebut dari lantai dengan tangan kananku.
Rupa-rupanya Lina juga melakukan hal yang sama.. sehingga tanpa sengaja tangan kami saling bersenggolan di lantai.

Entah siapa yang memulainya.. tapi kami saling meremas lembut jari tangan di sisi meja sambil masih duduk di kursi masing-masing.

Aku melihat ke arah Lina.. dia masih dalam posisi duduk membungkuk tapi matanya terpejam.
Jari-jari tangan kirinya masih terus meremas jari tangan kananku.

Aku menjulurkan kepalaku dan mencium dahi Lina dengan sangat mesra.
Dia sedikit terperanjat dengan ‘langkahku’ ini.. tapi hanya sepersekian detik saja.
Matanya masih memejam dan bibirnya yang padat sedikit terbuka dan melenguh pelan.. “Ooohhh..”

Aku tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku kulum lembut bibir Lina dengan bibirku.. dia menyambutnya dengan mengulum balik bibirku sambil tangan kanannya melingkar di belakang leherku.

Kami saling berciuman dengan posisi duduk berseberangan dibatasi oleh meja.
Kulumam bibir Lina ke bibirku beubah menjadi lumatan. Bibirku disedot pelan dan lidahnya mulai menyeberang ke mulutku.
Aku pun menyambutnya dengan permainan lidahku.

Merasa tidak nyaman dalam posisi ini.. dengan sangat terpaksa aku lepaskan ciuman Lina.
Aku lantas bangkit berdiri.. berjalan mengitari meja dan duduk di sisi kiri Lina.

Belum sedetik aku duduk Lina sudah memeluk aku dan bibirnya yang kelihatan jadi lebih sensual kembali melumat kedua bibirku.
Lidahnya terus menjelajah seluruh isi mulutku sepanjang yang bisa dia lakukan.

Aku pun tak mau kalah bereaksi. Harus aku akui bahwa aku belum pernah berciuman begini ‘hot’.. bahkan dengan istriku sekalipun.
Rasanya seumur hidup kami berciuman begini.. sampai akhirnya Lina agak mengendurkan ‘serangannya’.

Kesempatan itu aku gunakan untuk mengubah arah seranganku. Aku ciumi sisi kiri leher Lina yang putih jenjang merangsang itu.
Rintih kegelian yang keluar dari mulut Lina dan aroma sabun yang harum semakin memompa semangatku.

Ciumanku aku geser ke belakang telinga Lina.. sambil sesekali menggigit lembut cuping telinganya.
Lina semakin menggelinjang penuh kegelian bercampur kenikmatan.

“Aaaahhhh.. aaaahhhhh..” Rintihan pelan yang keluar dari mulut Lina yang terbuka lebar seakan musik nan merdu di telingaku.

Lengan kananku kemudian aku rangkulkan ke leher Lina. Tangan kananku mulai menelusup di balik dasternya dan merayap pelan.. menuju puncak buah dada Lina yang sebelah kanan.

Wow.. payudara Lina.. yang sedari tadi aku nikmati dengan sapuan mataku.. ternyata sangat padat. Bentuknya sempurna.. ukurannya cukup besar karena tanganku tak mampu mengangkup seluruhnya.

Jari-jariku mulai menari di sekitar puting susu Lina yang sudah tegak menantang.
Dengan ibu jari dan telunjukku kupelintir lembut puting yang mungil itu.
Lina kembali menggelinjang kegelian.. namun tanpa reaksi penolakan sedikitpun.

Dia menolehkan wajahnya ke kiri.. dengan mata yang masih terpejam dia melumat bibirku.
Kami kembali berciuman dengan panasnya sambil tanganku terus bergerilya di payudara kanannya.
Reaksi kenikmatan Lina dia salurkan melalui ciuman yang semakin ganas dan sesekali gigitan lembut di bibirku.

Tangan kiriku aku gerakkan ke paha kiri Lina. Srengg.. Darahku semakin mengalir deras ketika aku rasakan kelembutan kulit paha mulus Lina.
Lambat namun pasti.. usapan tanganku aku arahkan semakin ke atas mendekati pangkal pahanya.

Ketika jariku mulai menyentuh celana dalam Lina di sekitar bukit kemaluannya.. aku menghentikan gerakanku.
Tangan kiriku aku kembali turunkan.. aku usap lembut pahanya mulai dari atas lutut.

Gerakan ini aku ulang beberapakali sambil tangan kananku masih memelintir puting kanan Lina dan mulut kami masih saling berpagutan.
Ciuman Lina semakin mengganas.. pertanda dia mengharapkan lebih dari gerakan tangan kiriku.

Aku pun mulai meraba bukit kemaluannya yang masih terbalut celana dalam itu.
Entah hanya perasaanku atau memang demikian.. aku rasakan denyut lembut dari alat kemaluan Lina.

Dengan jari tengah tangan kiriku.. kutekan pelan tepat di tengah bukit nan empuk itu. Jdudd..!
Denyutan itu semakin terasa. Aku juga rasakan kehangatan di sana.

“Aaahh.. Mas Ben.. aahhh.. iya.. iya..” Lina melenguh sambil sedikit meronta dan kedua tangannya menyingkap daster mininya serta menurunkan celana dalamnya sampai ke lututnya.

Serta merta mataku bisa menatap leluasa kemaluan Lina.
Bukitnya menyembul indah.. bulu-bulunya cukup tebal sekalipun tidak panjang.. bergerombol hanya di bagian atas.
Di antara kedua gundukan daging mulus itu terlihat celah sempit yang kentara sekali berwarna merah kecoklatan.

Sedetik dua detik aku sempat terpana dengan pemandangan indah yang terhampar di depan mataku ini.

Kemudian jari-jari tangan kiriku mulai membelai semak-semak yang terasa sangat lembut itu.
Betul-betul lembut bulu-bulu Lina.. aku tak pernah mambayangkan ada bulu pubis selembut ini.. hampir selembut rambut bayi.

Lina mereaksi belaianku dengan menciumi leher dan telinga kananku. Kedua tangannya semakin erat memeluk tubuhku.
Tangan kananku daritadi tak berhenti meremas-remas buah dada Lina yang sangat berisi itu.

Jari-jariku mulai mengusap lembut bukit kemaluan Lina yang sangat halus dan lembut.
Perlahan aku sisipkan jari tengah kiriku di celah sempit itu. Aku rasakan sedikit lembab dan agak berlendir.

Jemari tanganku menyusup lebih dalam lagi.. sampai kutemukan klitoris Lina yang sangat mungil dengan ujung jariku.
Srett.. Dengan gerakan memutar lembut kuusap benda kecil yang nikmat itu.

“Ahhhh.. iya.. Mas.. Ben.. ahhhh.. ahhhh..” rintihnya akibat 'ulah nakal' jemariku di benda sensitif tubuhnya.

Jari tengahku aku tekan sedikit lebih kuat ke klitoris Lina.. sambil aku gosokkan naik-turun.
Lina meresponsnya dengan membuka lebar kedua pahanya.. namun gerakannya terhalang celana dalam yang masih bertengger di kedua lututnya.

Sejenak aku hentikan gosokan jariku.. aku gunakan tangan kiriku untuk menurunkan benda yang menghalangi gerakan Lina itu.
Lina membantu dengan mengangkat kaki kirinya.. sehingga celana dalamnya terlepas dari kaki kirinya.

Sekarang benda itu hanya menggantung di lutut kanan Lina dan gerakan Lina sudah tak terhalang lagi.
Dengan leluasa Lina membuka lebar kedua pahanya.

Dari sudut pandang yang sangat sempit aku masih bisa mengintip bibir kemaluan Lina yang begitu tebal merangsang.. hampir sama tebal dan sensualnya dengan bibir atas Lina yang masih menciumi leherku.

Jariku sekarang makin leluasa menjelajah seluruh kemaluan Lina yang sudah sangat licin berlendir.
Penuh perasaan kugosok-gosok klitoris Lina dengan lebih kuat.. sambil sesekali mengusap ujung liang kenikmatannya dan aku gesek ke atas ke arah klitorisnya.

Aku tau ini bagian yang sangat sensitif dari tubuh wanita.. tak terkecuali wanita molek yang di sampingku ini.
Lina menggelinjang semakin hebat. “Aaaaaahhhhh.. Mas.. Mas.. ahhhhh.. terus.. ahhhhh..” pintanya sambil merintih.

Intensitas gosokanku semakin aku tingkatkan. Aku mulai mengorek bagian luar lubang senggama Lina.

“Iya.. ahhh.. iya.. Mas.. Mas.. Mas Ben..” Lina sudah lupa apa yang harus dia lakukan.

Dia hanya tergolek bersandar di sofa yang empuk itu. Kepalanya terdongak ke belakang.. matanya tertutup rapat.
Mulutnya terbuka lebar sambil tak henti mengeluarkan erangan penuh kenikmatan.
Tangannya terkulai lemas di samping tubuhnya.. tak lagi memelukku.

Tangan kananku pun telah berhenti ‘bekerja..’ karena aku harus merangkul erat Lina agar dia tidak melorot ke bawah.
Daster Lina sudah terbuka sampai ke perutnya.. menyingkap kulit yang sangat putih mulus tak bercacat.
Sementara celana dalam Lina masih menggantung di lutut kanannya. Pahanya kini telah mengangkang maksimal.

Jariku masih menari-nari di seluruh bagian luar kemaluan perempuan cantik yang semakin aku pandang semakin indah ini.
Sengaja aku belum menyentuhi bagian dalam liang surganya tersebut.

Eksesnya.. Lina bereaksi kian ‘histeris’ .. sekarang kepalanya menggeleng-geleng kiri-kanan dengan liarnya.
Rambut basahnya yang sudah mulai kering tergerai acak-acakan.. malah menambah keayuan wajah Lina.

“Mas.. Mas.. ahhhhh.. enak.. ahhhh nggak tahaaann.. ahhhh..”

Hmm.. Lina sudah hampir mencapai puncak kenikmatan birahinya. Pikirku menganalisis.

Maka kemudian dengan lembut aku mulai tusukkan jari tengahku ke dalam lubang vaginanya yang kini telah sangat basah.
Kusorongkan sampai seluruh jariku tertelan liang nikmat Lina yang terasa cukup sempit menjepit jariku.

Slebb.. kutarik perlahan sambil sedikit aku bengkokkan ke atas.. sehingga ujung jariku menggesek lembut dinding atas vagina Lina.

Gerakan ini aku lakukan berulangkali.. masuk lurus keluar bengkok.. masuk lurus keluar bengkok.. begitu seterusnya.
Hingga.. tak sampai 10 kali gerakan ini.. tiba-tiba Tubuh Lina menjadi kaku..
Kedua tangannnya mencengkeram erat pinggiran sofa. Kepalanya semakin mendongak ke belakang. Mulutnya terbuka lebar.

Gerakanku aku percepat dan aku tekan lebih dalam lagi. “Aaahhhhh..” Lina melenguh dalam satu tarikan nafas yang panjang. Tubuhnya sedikit menggigil.

Aku bisa merasakan jari tanganku makin terjepit kontraksi otot vagina Lina.. dan bersamaan dengan itu.. Srrrr.. srrr.. srrr.. kurasakan kehangatan cairan yang menyiram jariku di lorong liang nikmatnya bersamaan dengan kedutan-kedutan dinding kemaluan perempuan cantik istri tetanggaku ini. Hehe.. Lina telah mencapai orgasmenya.

Namun demikian aku tidak menghentikan gerakan jariku.. hanya sedikit mengurangi kecepatannya.
Tubuh Lina masih menggigil dan menegang. Mulutnya terbuka tapi tak ada suara yang keluar sepatahpun.. hanya embusan nafas kuat dan pendek-pendek yang dia keluarkan lewat mulutnya.

Kondisi demikian berlangsung selama beberapa saat.

Selang beberapa saat kemudian tubuh Lina berangsur melemas.. aku pun memperlambat gerakan jariku sampai akhirnya dengan sangat perlahan kucabut dari liang kenikmatan Lina.
Kulihat mata Lina masih terpejam rapat.. bibirnya masih sedikit ternganga.

Dengan lembut dan pelan aku dekatkan bibirku ke mulut Lina. Kucium mesra bibirnya yang sangat sensual itu.
Lina pun menyambut dengan tak kalah mesranya. Kami berciuman bak sepasang kekasih yang saling jatuh cinta.
Agak berbeda dengan ciuman yang menggelora seperti sebelumnya.

“Nikmat Lin..?” Dengan lembut aku berbisik di telinga Lina.
“Mas Ben.. ah.. Lina belum pernah merasakan kenikmatan seperti tadi.. sungguh Mas. Mas Ben sangat pinter.. Makasih Mas.. Winda sungguh beruntung punya suami Mas..”

“Aku yang beruntung Lin.. bisa memberi kepuasan kepada wanita secantik dan semulus kamu..”
“Ah Mas Ben bisa aja.. Lina jadi malu..” ujarnya tersipu.

Seluruh kejadian tadi sekalipun terasa sangat lama.. tapi aku tahu sesungguhnya tak lebih dari 5 menit.
Oh.. ternyata Lina wanita yang cepat mencapai orgasme.. asal tahu bagaimana caranya.
Sungguh tolol dan egois Pras kalau sampai tidak bisa memuaskan istrinya ini.
Pikirku dalam hati.

Lina kemudian sadar akan kondisinya saat itu.
Dasternya awut-awutan.. kemaluannya masih terbuka lebar dan celana dalamnya tersangkut di lututnya.
Dia segera duduk tegak.. menurunkan dasternya.. sehingga menutup pangkal pahanya.
Gerakan yang sia-sia sebetulnya.. karena aku sudah melihat segalanya. Akhirnya dia bangkit berdiri.

“Lina mau cuci dulu Mas..”
“Aku ikut dong Lin.. ntar aku cuciin..” aku menggodanya.

“Ihhh Mas Ben genit..” Sambil berkata demikian dia menggamit tanganku dan menarikku ke kamarnya.
Aku tau ada kamar mandi kecil di sana.. sama persis seperti rumahku.

Sampai di kamar Lina aku berkata.. “Aku copot pakaianku dulu ya Lin.. biar nggak basah..”
Lina tidak berkata apa-apa.. tetapi mendekati aku dan membantu melepas kancing celanaku sementara aku melepaskan kaosku.
Aku lepaskan juga celanaku dan aku hanya memakai celana dalam saja.

Lina melirik ke arah celana dalamku.. atau lebih tepatnya ke arah benjolan berbentuk batang yang ada di balik celana dalamku.

Aku maju selangkah dan mengangkat ujung bawah daster Lina sampai ke atas dan Lina mengangkat kedua tangannya.. sehingga dasternya mudah terlepas.
Baru sekarang aku bisa melihat dengan jelas tubuh mulus Lina.
Sungguh tubuh wanita yang sempurna.. semuanya begitu indah dan proporsional.. jauh melampaui khayalanku sebelumnya.

Payudara yang dari tadi hanya aku intip dan raba sekarang terpampang dengan jelas di hadapanku. Bentuknya bundar kencang.. cukup besar.. tapi masih proporsional dengan ukuran tubuh Lina yang seksi itu.

Puting susunya sangat kecil bila dibanding ukuran bukit buah dadanya sendiri.
Warna putingnya coklat agak tua.. sungguh kontras dengan warna kulit Lina yang begitu putih.
Perut Lina sungguh kecil dan rata.. tak tampak sedikitpun timbunan lemak di sana.

Pinggulnya sungguh indah dan pantatnya sangat seksi.. padat dan sangat mulus.
Pahanya sangat mulus dan padat.. betisnya tidak terlampau besar dan pergelangan kakinya sangat kecil.

Rupa-rupa Lina sadar kalau aku sedang mengagumi tubuhnya.
Dengan agak malu-malu di berkata.. “Mas curang.. Lina udah telanjang tapi Mas belum buka celana dalamnya..”

Tanpa menunggu reaksiku.. Lina maju selangkah.. agak membungkuk dan memelorotkan celana dalamku.
Aku membantunya dengan melangkah keluar dari celanaku.

Tuink..!! Tongkat kejantananku yang sedari tadi sudah berdiri tegak langsung menyentak seperti mainan badut keluar dari kotaknya.

Kami berdua berdiri berhadapan sambil bertelanjang bulat saling memandangi.

Tak tahan aku hanya melihat tubuh molek Lina.. aku maju.. langsung kupeluk erat tubuh Lina.
Ughh.. Kurasakan nikmat ketika kulit tubuhku langsung bersentuhan dengan kulit halus tubuh Lina tanpa sehelai benangpun yang menghalangi.

“Kamu cantik dan seksi sekali Lin..”
“Ah Mas Ben ngeledek aja..”
“Bener kok Lin..” balasku tulus tapi modus.. hehe..
Sambil berkata demikian aku rangkul Lina lalu aku bimbing masuk ke kamar mandi.

Aku semprotkan sedikit air dengan shower ke kemauluan Lina yang masih berlendir itu.
Kemudian tangan kananku aku lumuri dengan sabun.. aku peluk Lina dari belakang dan aku sabuni seluruh kemaluan Lina dengan lembut.

Rupanya Lina suka dengan apa yang aku lakukan.. dia merapatkan punggungnya ke tubuhku.. sehingga penisku menempel rapat ke pantatnya.
Dengan gerakan lambat dan teratur aku menggosok selangkangan Lina dengan sabun.

Lina mengimbanginya dengan menggerakkan pinggulnya seirama dengan gerakanku.
Gesekan tubuhku dengan kulit halus mulus Lina seakan membawaku ke puncak surga dunia.

Akhirnya selesai juga aku membantu Lina mencuci selangkangannya dan mengeringkan diri dengan handuk.
Sambil saling rangkul kami kembali ke kamar dan berbaring bersisian di tempat tidur.
Kami saling berpelukan dan berciuman penuh kemesraan.

Aku raba seluruh permukaan tubuh mulus Lina.. betul-betul halus dan sempurna.
Lina pun beraksi mengelus batang kejantananku yang semakin menegang itu.

Aku ingin memberikan Lina kepuasan sebanyak mungkin malam ini.
Aku ingin Lina merasakan kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya dengan seorang pria.

Dan aku merasa sangat beruntung bisa melakukan itu.. karena dari cerita Lina ke Winda.. aku tahu tak ada pria lain yang pernah menyentuhnya kecuali Pras.. dan sekarang aku.

Tubuh telanjang Lina aku telentangkan.. kemudian aku melorot mendekati kakinya.
Aku mulai menciumi betisnya.. perlahan ke atas ke pahanya yang mulus.
Aku nikmati betul setiap inci kulit paha mulus dan halusnya dengan sapuan bibir dan lidahku.

Akhirnya mulutku mulai mendekati pangkal pahanya. “Ahhhhh Mas Ben.. ah.. jangan.. nanti Lina nggak tahan lagi.. ahh..”
Sekalipun mulutnya berkata ‘jangan’ namun Lina justru membuka kedua pahanya semakin lebar.. seakan menyambut baik serangan mulutku itu.

“Nikmati saja Lin.. aku akan memberikan apa yang tidak pernah diberikan Pras padamu..”

Aku meneruskan jilatan dan ciumanku ke daerah selangkangan Lina yang sudah menganga lebar.
Aku lihat jelas bibir vaginanya yang begitu tebal dan sensual. Perlahan aku katupkan kedua bibirku ke bibir bawah Lina.

Sambil ‘berciuman’ aku julurkan lidahku mengorek ujung liang senggama Lina yang merangsang dan wangi itu.
“Ahhhh.. Mas Ben.. aaaaahhh.. please.. please..” Begitu mudahnya kata-kata Lina berubah dari 'jangan’ menjadi ‘please..'

Bibirku aku geser sedikit ke atas.. sehingga menyentuh klitorisnya yang berwarna pink itu. Perlahan aku julurkan lidahku dan aku menjilatinya berkali-kali.

Sekarang Lina bereaksi tepat seperti yang aku duga. Dia membuka selangkangannya semakin lebar dan menekuk lututnya serta mengangkat pantatnya.

Aku segera memegang pantatnya sambil meremas-remasnya. Lidahku semakin leluasa menari di klitoris Lina.

“Aaaaaahhhhhh.. enak Mas.. enak.. ahhhh.. iya.. ahhhh ahhhhh..” Hanya itu yang keluar dari mulut Lina menggambarkan apa yang sedang dia rasakan saat ini.

Aku semakin meningkatkan kegiatan mulutku.. aku katupkan kedua bibirku ke klitoris Lina yang begitu mungil..
Kusedot lambat-lambat benda sebesar kacang hijau itu dengan cerucupan keras.

“Maaaaasss.. nggak tahaaaan.. ahhhhh.. Maassss..”

Dari pengalamanku tadi memasturbasi Lina dengan jari.. aku tahu pertahanan Lina tinggal setipis kertas. Lalu aku ubah taktikku. Aku lepaskan tangan kananku dari pantat Lina.. kemudian jari tengahku kembali beraksi menggosok klitorisnya.

Lidahku aku julurkan mengorek seluruh lubang kenikmatan Lina sejauh yang aku bisa. Dan ternyata.. sungguh luar biasa respon Lina.
Tubuhnya menegang.. membuat pantat dan selangkangannya semakin terangkat.. kedua tangannya mencengkeram kain sprei.

“Aaaahhhhh.. maaaassss..” erangnya lepas.. bersama dorongan pinggulnya ke atas.. Srrr.. srrr.. srrrr..!
Bersamaan dengan erangan Lina aku rasakan ada cairan hangat dan agak asin yang keluar dari liang vaginanya dan langsung membasahi lidahku.
Kujulurkan lidahku semakin dalam dan semakin banyak cairan yang bisa aku rasakan.

Tiba-tiba Lina 'memberontak..' segera menarikku untuk mendekatinya. Tangan kananku dia pegang dan sentuhkan ke kemaluannya.
Sambil matanya masih terpejam.. dia memelukku dan langsung mencium bibirku yang masih berlepotan dengan lendir kenikmatannya.

Aku tahu apa yang dia mau. Kubiarkan bibir dan lidahnya menari di mulutku menyapu semua sisa lendir yang ada di sana.

Jari tanganku kembali kubenamkan ke liang vaginanya dan aku gerakkan masuk-keluar dengan cepat.
Tubuh Lina kembali menggigil.. vaginanya mengeluarkan cairan lagi. Rupanya itu adalah sisa orgasmenya barusan.

Kami masih berciuman sampai tubuh Lina mulai melemas. Perlahan kuangkat tangan kananku dari selangkangannya.. kupeluk dia dengan lembut. Bibirku perlahan aku lepaskan dari cengkeraman mulut Lina.

Tubuh Lina tergolek lemas.. seakan tanpa tulang. Matanya sedikit terbuka menatap mesra ke arahku.
Bibirnya sedikit menyungging senyum penuh kepuasan.

“Mas.. itu tadi luar biasa Mas.. Lina belum pernah digituin.. Mas Ben hebat.. makasih Mas.. Lina hutang banyak ama Mas Ben..” ujarnya dengan suara sedikit serak namun penuh kepuasan.

“Lin.. aku juga sangat senang kok bisa membuat Lina puas seperti itu..”
Sambil aku kecup lembut keningnya. Mata Lina berbinar penuh rasa terimakasih. Aku merasakan kenikmatan bathin yang luar biasa saat itu.

Kami berbaring telentang bersebelahan untuk beberapa saat. Penisku masih tegang berdiri.. tapi aku tidak hiraukan karena nanti pasti akan dapat giliran juga.

Selang beberapa saat Lina bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Kali ini kubiarkan dia membersihkan dirinya sendiri.
Aku tetap berbaring sambil mengenangkan keindahan yang baru kualami barusan tadi.

Tak berapa lama Lina sudah kembali dan dia langsung berbaring di sampingku.
Matanya menatap lekat ke penisku seakan dia baru sadar ada benda itu di sana.

“Mas Ben pengin diapain..?” Lina bertanya manja.
“Terserah kamu Lin.. biasanya ama Pras gimana dong..?” Aku coba memancingnya.

“Biasa.. ya langsung dimasukin aja Mas. Lina jarang puas ama dia..” ungkapnya tanpa tedeng aling-aling lagi.
“Oh.. terus Lina penginnya gimana..?”

“Ya.. kayak ama Mas Ben tadi.. Lina puas banget.. Lina pengin cium punya Mas Ben boleh nggak..?”
“Emang Lina belum pernah..?”

“Belum Mas..” agak jengah dia menjawab.. “Mas Pras nggak pernah mau..”
“Ya silakan kalau Lina mau..” ujarku lagi.

Tanpa menunggu komando Lina segera merangkak mengarahkan kepalanya mendekati selangkanganku.
Dia pegang batang penisku.. dia mengamati dari dekat sambil sedikit melakukan gerakan mengocok. Sangat kaku dan canggung memang kurasa.

“Ayo Lin.. aku nggak apa-apa kok. Kalau Lina suka.. lakuin apa yang Lina mau..”

Dengan penuh keraguan Lina mendekatkan mulutnya ke kepala penisku. Pelan-pelan dia buka bibirnya dan memasukkan helm penisku ke dalam mulutnya.
Hanya sampai sebatas leher kemudian dia sedot perlahan.

Dia tetap melakukan itu untuk beberapa saat tanpa perubahan. Tentu saja aku tidak bisa merasakan sensasi yang seharusnya.
Rupanya dia benar-benar belum pernah melakukan oral ke penis lelaki.

Maka dengan lembut aku pegang tangan kiri Lina. Aku genggam jemarinya yang lentik dan aku tarik mendekat ke mulutku.
Aku pegang telunjuknya kemudian aku masukkan ke dalam mulutku.
Aku gerakkan masuk-keluar dengan lambat.. sambil sesekali aku jilat dengan lidahku saat jari lentiknya masih dalam mulutku.

Lina segera paham bahwa aku sedang ‘memberi bimbingan’ bagaimana seharusnya yang dia lakukan. Tanpa ragu dia mempraktikkan apa yang taku kulakukan pada jarinya.

Batang penisku dimasukkan ke dalam mulutnya.. kemudian kepalanya diangguk-anggukkan.. sehingga senjataku tergesek keluar-masuk mulutnya yang sensual itu.
Sekalipun masih agak canggung tapi aku mulai bisa merasakan ‘pelayanan’ yang diberikan Lina kepadaku.

Semakin lama dia semakin tenang dan tidak kaku lagi. Kadang dia mainkan lidahnya di sekeliling kepala penisku dalam mulutnya.
Wow.. dalam sekejap Lina sudah mulai ahli dalam oral sex.

Sepertinya Lina sendiri mulai bisa merasakan sensasi dari apa yang dia lakukan dengan mulut dan lidahnya.
Dia mulai berani bereksperiman. Kadang dia keluarkan penisku dari mulutnya.. menciumi batangnya kemudian memasukkannya kembali.
Sesekali dia hanya mengisap kepalanya sambil mengocok batang kemaluanku. Aku mulai merasakan rangsangan dan ikut menikmati permainan mulut Lina.

“Gimana Lin rasanya..?”
“Mas.. Lina merasakan rangsangan yang luar biasa.. Penisnya Mas enak.. Lina suka..”

Aku bangkit berdiri di atas kasur sambil bersandar di dinding kepala ranjang. Lina pun spertinya langsung tahu harus bagaimana.
Dia lantas duduk bersimpuh di hadapanku dan kembali mengisap penisku. Kepalanya tetap digerakkan maju-mundur.

Dan sekarang dia menemukan cara baru. Dia menjepit batang penisku di antara kedua bibirnya yang terkatup.
Kemudian dia mengangguk-anggukkan kepalanya. Wow.. sungguh Lina cepat belajar dalam hal beginian.
Batang dan kepala penisku dia gesek dengan bibir tebalnya yang terkatup.

Aku membantu dia dengan menggerakkan pantatku maju-mundur. “Ohhh Lin.. mulutmu enak sekali.. terus Lin..”
“Mas Ben suka..? Winda sering ya giniin Mas Ben..?”
“Iya Lin.. tapi aku lebih suka kamu.. bibirmu seksi sekali.. ooohhh Lin.. Winda juga suka.. isep bolaku dan jilati semuanya Lin.. ohhh..”

Lina rupanya nggak mau kalah.. dia segera melepaskan batang penisku dari mulutnya dan mulai menjilati dan mengisap bola kembarku.
Tangannya sambil mengocok batang kelakianku. Oh sungguh nikmat. Aku belai rambut Lina dan aku usap kepalanya.

Lina suka sekali dan dia masih terus menggerayangi seluruh selangkanganku dengan lidahnya. Brrr..! Rasanya sungguh nikmat.

Kemudian kami berganti posisi. Aku kembali berbaring telentang.. dan Lina aku minta merangkak di atasku dengan posisi kepala terbalik. Kami di posisi 69 dan ini adalah salahsatu favoritku.

Lina sekarang sudah cukup mahir dalam oral sex. Dia segera mengulum batang penisku.. aku pun mulai menjilati vaginanya.
Dengan posisi ini liang kenikmatan Lina sangat terbuka di hadapanku dan aku lebih leluasa menikmati dengan bibir dan lidahku.

Aku jilat dan isap klitoris Lina yang sudah menantang dan jariku mengorek liang senggamanya.
Sesekali aku ciumi bibir vaginanya yang begitu merangsang.

Lina pun tak mau kalah.. dia melakukan segala cara yang dia tau terhadap tongkat kejantananku.
Dia mainkan pakai lidah.. dia kocok sambil dia isap.. dia mainkan kepala penisku mengitari kedua bibirnya. Sungguh nikmat sekali.

Tak terlalu lama aku mulai merasakan bahwa Lina sudah tidak bisa menahan lagi.
Pantatnya mulai bergoyang limbung kegelian.. namun aku menjilati terus klitorisnya sambil jariku menusuk-nusuk liang kenikmatannya.

Hingga beberapa saat berselang akhirnya Lina sampai juga di puncak nikmatnya.. lagi..!
Tubuhnya menegang.. gerakan anggukan kepalanya sambil mengisap penisku semakin menggila.
Kurasakan tubuhnya yang gemetaran.. tapi dia tetap tak rela melepas penisku dari mulutnya.

Aku semakin giat mencium klitorisnya dan mengorek vaginanya dengan jariku.
Tubuh Lina tiba-tiba mematung dan kurasakan cairan hangat meleleh keluar dari liang senggamanya.

Aku langsung menutup lubang vagina Lina dengan mulutku dan membiarkan cairan kenikmatannya membasahi lidahku.
Rasanya asin.. tapi sama sekali tidak amis.. sehingga aku tak ragu menelan cairan itu sampai tandas.

Kemudian perlahan aku mulai lagi menciumi dan menjilati seluruh permukaan vagina Lina. Otot Lina sudah agak mengendur juga.
Dia mulai lagi melakukan segala eksperimen dengan mulut dan lidahnya ke penisku.

Kami mulai lagi dari awal. Perlahan namun pasti.. Lina mulai mendaki lagi puncak kenikmatan birahinya.
Aku tangkupkan kedua tanganku ke bukit pantat Lina dan mulai membelai dan meremas lembut.
Lina menanggapinya dengan sedotan panjang di penisku. Lidahku kembali menelusuri segala penjuru selangkangan Lina.

Beberapa saat kemudian aku mulai merasakan tubuh Lina kembali gemetaran.
Aku cium bibir bawahnya dan aku sorongkan lidahku sedalam mungkin ke dalam guanya yang merangsang.
Aku juga mulai merasa kalau pertahananku mulai goyah dan bendunganku akan segera ambrol.

Lina mempercepat gerakan kepalanya dan akupun mengisap makin kuat vaginanya.
Aku sudah tak kuat menahan 'amarah' spermaku dan.. Crotts.. crotts.. crotts..! Lahar hangat spermaku menyembur di dalam mulut Lina.
Untuk sedetik Lina agak kaget tapi dia cepat tanggap. Dia segera mempercepat gerakan kepalanya sambil menelan seluruh air maniku.

Crotts.. crotts..! Sisa maniku kembali menyembur dan kali ini Lina menyambutnya dengan isapan kuat di penisku.. seakan ingin menyedot apa yang masih tersisa di dalam sana.
Erghhh.. Akhh..! Kurasakan nikmat yang luar biasa.

Ekspresi kenikmatan ini aku lampiaskan dengan semakin gila menjilati dan menyedot vagina Lina.
Rupanya Lina juga sudah hampir mencapai klimaksnya. Belaian lidahku di mulut vaginanya membuat puncak itu semakin cepat tercapai.

Akhirnya sekali lagi tubuh Lina menegang dan cairan hangat kembali meleleh dari kawahnya.
Lidahku kembali menerima siraman lendir kenikmatan itu yang segera aku telan.

Beberapa saat kemudian.. dengan enggan Lina bangkit dan berbaring telentang di sampingku.
Penisku.. walaupun masih berdiri.. tapi sudah tidak setegak tadi. Lina memelukku dengan manja dan kami berciuman dengan mesra.

“Gimana, Lin..? Puas..? Sorry ya.. tadi aku nggak tahan keluar di mulut kamu..” bisikku mesra di telinganya.
“Lina puas sekali Mas.. sampai duakali gitu lho.. Lina suka sperma Mas Ben.. asin-asin gimana gitu. Kapan-kapan boleh minta lagi dong Mas..” Lina mulai keluar kenesnya.

“Boleh aja Lin.. asal disisain buat Winda.. hehehe..” balasku sembari mengelus payudara sekalnya.
Lina mencubit genit lenganku. “Iihhh.. Mas Ben.. paling bisa deh.. emang Mas sering gaya gituan dengan Winda..?”
Aku tahu Winda juga sering bercerita soal kegiatan seks kami ke Lina.. jadi aku yakin Lina sudah tahu juga.

“Enggaklah.. ini baru pertama dengan kamu Lin..”
“Ah Mas bohong.. Winda kan sering cerita ke Lina.. katanya Mas Ben pinter ngeseks. Makanya diam-diam Lina pengin main ama Mas..”

“Udah kesampaian kan keinginanmu Lin..”
“Iya sih.. tapi Mas jangan marah ya.. Lina sering bayangin kita main bertiga dengan Winda.. Mas mau nggak..?”

Kaget juga kau mendengar keinginan Lina ini. Jujur saja aku juga sering berfantasi membayangkan alangkah nikmatnya bercinta dengan Winda dan Lina sekaligus.
Tapi tentu saja aku tak pernah berani ngomong dengan Winda. Bisa pecah Perang Dunia III.. lagipula itu kan hanya fantasi liar saja.

“Mau sih Lin.. tapi kan nggak mungkin.. Winda pasti marah besar..”
“Iya ya.. Winda kan orangnya agak alim..”

Beberapa saat kami terus berbincang hal-hal demikian sampai kira-kira 10 menit.
Hingga beberapa saat kemudian dengan malas kami ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di kamar mandi kami saling menyabuni dan saling membersihkan tubuh kami.
Aku jadi semakin mengagumi tubuh Lina. Tak ada segumpal lemakpun di tubuhnya dan semuanya padat berisi.

Setelah mengeringkan diri kami kembali ke atas ranjang dan berpelukan mesra.
Sambil saling berciuman aku mulai menggerayangi tubuh molek Lina..
Tak bosan-bosannya aku meremas dan mengusap buah dadanya yang sangat segar itu.

Perlahan aku mulai menghujani leher dan pundak Lina dengan ciumanku. Tak sampai di situ saja.. mulutku mulai aku arahkan ke dada Lina.
Buah dadanya yang tegak mulai aku cium dan aku gigit-gigit lembut.

Lina sangat menyukai apa yang aku lakukan. “Ahhhh.. iya Mas.. di situ Mas.. ahhhhh Lina terangsang Mas..”
Lidahku menjilati puting susunya yang mungil dan keras itu.

Lina semakin menggelinjang. Tangannya menyusup ke bawah ke selangkanganku. Dipegangnya batang kemaluanku yang masih agak lemas.
Dia permainkan penisku dengan jari-jarinya yang lentik. Mau tak mau burungku mulai hidup kembali. Lina dengan lembut mengocok tongkat kelelakianku penuh perasaan.

Sambil masih mengulum putingnya.. tangan kananku kembali bergerilya di daerah kemaluan Lina.
Jariku aku rapatkan dan aku tekan bukit kemaluan Lina sembari aku gerakkan memutar.
Dia juga menimpali dengan menggoyangkan pantatnya dengan gerakan memutar yang seirama.

“Mas.. aaahhhh Mas.. enak Mas.. ahhh terus.. iya..” Sambil mendesah dia menarik pantatku mendekat ke kepalanya.
Akhirnya aku terpaksa melepaskan isapanku di putingnya dan duduk berlutut di sisinya.

Lina terus menekan pantatku sampai akhirnya mulutnya mencapai batang kemaluanku yang sudah tegak menantang.
Tangan kiriku aku tempatkan di belakang kepalanya untuk menyangga kepalanya yang agak terangkat. Penisku kembali dia kulum dan jilati.

“Oooh Lin.. enak Lin.. aku suka Lin..” Aku pun menggerakkan pantatku maju-mundur.

Lina membuka lebar mulutnya dan menjulurkan lidahnya.. sehingga batang penisku meluncur masuk keluar mulutnya tergesek-gesek lidahnya.
Sungguh luar biasa apa yang aku rasakan saat itu.

Sementara itu tangan kananku terus menekan dan memutar bukit vagina Lina.
Kadang jariku aku selipkan ke celah sempit di antara kedua bukit itu dan mengusap klitoris Lina.

“Ahhh Mas.. Lina nggak tahan Mas.. ahhhhh.. iya.. aaahhhh..”

Aku segera mengubah posisi. Kedua tangan Lina aku letakkan di belakang lututnya dan membuka kedua lututnya.
Kuangkat pahanya.. sehingga liang vaginanya menganga menghadap ke atas. Lina menahan dengan kedua tangan di belakang lututnya.

Aku duduk bersimpuh di hadapan lubang kemaluan Lina. Penisku aku arahkan ke lubang yang sudah menganga itu.
Clebb..! Kutusukkan kepala penisku ke mulut lubang dan aku tahan di sana.
Kemudian.. srtt.. srtt.. dengan tangan kananku aku gerakkan penisku memutari mulut liang senggama Lina.

“Maassss.. ahhhhh.. nggak tahan.. ayo.. ahhhhhh..” rintihnya erotis..

Sengaja aku tidak mau terlalu cepat menusukkan batang kejantananku ke gua kenikmatan Lina.
Perlahan kugesek-gesekkan kepala penisku ke klitoris Lina. Akibatnya dia semakin menggelinjang menahan nikmat.

Tak lama.. akhirnya.. srrr.. srrr.. srrr.. tanggul Lina bobol juga. Tak heran.. dengan gosokan jari saja dia tadi bisa mencapai orgasme.. apalagi ini dengan kepala penisku.. tentu rangsangannya lebih dahsyat.

“Aaahhh.. ahhhh.. Masss..” Rintihan itu sekaligus menandai melelehnya cairan bening dari liang vaginanya.
Lina kembali mengalami puncak orgasme hanya dengan gosokan di klitorisnya.

Blessepp..! Kali ini aku masukkan batang penisku seluruhnya ke dalam gua kenikmatannya.
Lantas aku berbaring telungkup di atas tubuh molek Lina sambil menumpukan berat badanku di kedua sikuku.

Kucium lembut mulutnya yang masih terbuka sedikit. Lina membalas ciumanku dan mengulum bibirku.
Aku biarkan senjataku terbenam dalam lendir kehangatannya.

Di telinganya aku bisikkan.. “Lin.. nikmat ya..”
“Oh Mas.. Lina sampai nggak tahan.. nikmat Mas..” sahutnya mendesiskan nikmat.

Selanjutnya dengan perlahan dan gerakan yang sangat lembut aku mulai memompa batang penisku ke dalam liang senggama Lina yang kini sudah basah kuyup.
Aku tahu Lina pasti bisa orgasme lagi.. dan kali ini aku ingin merasakan semburan lumpur panas di batang kemaluanku.

“Ayo Lin.. nikmati lagi.. jangan ditahan.. aku akan pelan-pelan..” bisikku mesra.. memancing gairahnya kembali bangkit.
“Ahhhh.. iya Mas.. Lina pengin lagi.. ahhhhh..” balasnya disertai lenguhan dan erangan nikmat.

Masih dengan sangat pelan aku pompa terus tongkat kelakianku ke liang vagina Lina yang ternyata masih sempit untuk ukuran wanita yang sudah menikah 2 tahun.
Buah dada Lina yang menyembul tegak menggesek-gesek dadaku ketika aku turun-naik. Sungguh sensasi yang luar biasa. Sengaja aku gesekkan dadaku ke payudaranya.

“Aahh.. aahh.. aahhh.. ahhhhhhh.. iya.. ahhhhh.. Lina terangsang lagi Mas.. iyahh.. hhh..”

Kali ini aku pompa sedikit lebih kuat dan cepat. Lina menanggapinya dengan memutar pantatnya.. sehingga penisku rasanya seperti diperas-peras dalam liang vaginanya.

Gerakan Lina semakin liar.. Tangannya sudah tidak lagi menahan lutut tapi memegang pantatku dan menekannya dengan keras ke tubuhnya.

“Aaaaahhhhhh.. Mas.. aaaahhhhhhh..!”

Maka semakin kencang dan dalam kupompa pantatku menggasak.. menggesekkan batang penisku di liang nikmat perempuan cantik yang tengah megap-megap di bawah tindihan tubuhku ini.

Terlihat mata Lina sudah terpejam rapat.. kepalanya menggeleng-geleng liar ke kiri ke kanan.. seperti yang dia lakukan di sofa tadi.

Gerakannya semakin ganas dan.. “Aahhhh..!!” Dia melenguh panjang sambil menegangkan seluruh otot di tubuhnya.

Lalu.. Jleghh..!! Kutekan sedalam-dalamnya penisku ke lubang senggamanya.

Serr.. serr.. serr..! Jelas kurasakan aliran hangat di sekujur batang kemaluanku.

Tubuh Lina masih terbujur kaku di bawah tindihanku. Kuhentikan sejenak seluruh gerakanku sambil terus menekan liang vaginanya dengan penisku.
Beberapa saat sepertinya waktu terhenti. Tidak ada suara.. tidak ada gerakan dari kami berdua.
Aku memberi kesempatan kepada Lina untuk menikmati klimaks yang barusan dia dapatkan.

Beberapa saat berselang ketegangan tubuh Lina mulai mengendur.
Tangannya membelai lembut kepalaku. Bibirnya mencari bibirku untuk dihadiahi ciuman yang sangat lembut dan panjang.

“Mas.. Lina sungguh nikmat.. Mas Ben jago deh.. Mas belum keluar ya..?” Tanyanya serupa bisikan.
“Jangan pikirkan aku Lin.. yang penting Lina bisa menikmati kepuasan..” balasku pula.

Setelah kurasa ketegangan tubuhnya telah mengendur.. kemudian dengan lambat aku mulai memompa penisku di liang vaginanya lagi.

Auhhh.. Betapa kurasakan liang senggama Lina terasa sangat licin dan agak sedikit longgar.
Selama beberapa saat aku terus memompa lambat-lambat.. lalu semakin kutambah.. kecepatan sedang..

“Aaaahhhhhh.. iya.. iya.. Mas.. Lina mau lagi.. iya.. ahhhh..”

Lina kembali memutar pantatnya mengiringi irama pompaanku. Dia mulai mendesah-desah penuh kenikmatan.

Plopp..! Kucabut batang kemaluanku dari vagina Lina. Lantas aku berbaring telentang di sebelahnya.

“Kamu di atas Lin..” ujarku memberi arahan. Lina segera berjongkok di atas selangkanganku..

Aku arahkan kepala penisku ke lubangnya. Lina kemudian duduk di atas tubuhku dan bertumpu pada kedua lututnya.

Slebb.. Jlebb..! “Nghhh.. masshhh..” rintihnya penuh nikmat ketika batang penisku kembali menelusup.. membelah bibir kemaluannya.

Tak lama kemudian pantatnya mulai bergerak maju-mundur.
“Ayo Lin.. kamu sekarang yang atur.. ohhh iya nikmat Lin..” erangku tak kalah nikmat akibat gesekan padat batang penisku di belahan vaginanya.

Lina semakin bersemangat memaju-mundurkan pantatnya. Kedua payudaranya berguncang indah di hadapanku.
Secara refleks kedua tanganku meremas bukit daging yang mulus itu.

Tangan Lina dia letakkan di belakang pantatnya.. sehingga tubuhnya agak meliuk ke belakang membuat dadanya semakin membusung.

“Ohhh Lin.. susumu seksi sekali.. terus Lin.. ohhhh.. lebih keras Lin..” kataku memberi semangat.
“Aaaaahhhh Mas.. Lina sudah mau sampai lagi.. ahhhhh ahhhhhh Mas..” balasnya kian ramai.

“Ayo Lin.. terus Lin.. cepat.. ohhhhh iya.. iya Lin.. memekmu enak sekali..”
“Mas.. ahhhh.. Lina nggak tahan.. puasi Lina lagi mas.. ahhhh..”

Gerakan pantat Lina semakin cepat dan semakin cepat. Sementara itu aku pun merasa nikmat ketika penisku tergesek-gesek dinding vagina Lina yang sempit dan licin itu.

Dengan sekuat tenaga aku mencoba menahan agar aku tidak ejakulasi. Pertahananku semakin rapuh.

“Lin.. oooohhhh Lin.. aku nggak tahan.. ohhh Lin.. enak.. enak..”

“Ahhhh.. ayo.. Mas.. Lina juga udah nggak tahan.. sekarang mas.. ahhh sekarang..!”

Tepat pada detik itu bendunganku ambrol.. tak mampu menahan terjangan spermaku yang menyemprot kuat.

“Oooooooohhhhhhh Lin..!” Crotts.. crotts crotts..!
Pejuhku muncrat di dalam liang nikmatnya yang juga tengah berdenyut-denyut.. seolah ingin menyedot cairah hangat yang membanjirinya.

“Aaahhhhhh Mas.. ahhhhhhhhhhh..!!” Pekiknya melepas nikmat entah untuk keberapakalinya malam ini.

Oughh.. Kami mencapai puncak kenikmatan bersama-sama.
Penisku yang terbenam di liang vaginanya terasa hangat .. dan aku yakin Lina juga merasakan hal yang sama di dalam vaginanya.

Lina masih duduk di atas tubuhku.. tapi sudah badannya terkaku.. tak bergerak.
Vaginanya dia hujamkan terhenyak dalam.. melahap seluruh batang kemaluanku di kerapatannya.

“Oooohhh Lin.. nikmat sekali.. makasih Lin.. kamu pinter membuat aku puas..” ujarku memujinya.

Kugapai tubuh Lina dan kutarik menelungkup di atas tubuhku. Buah dadanya yang masih keras menghimpit dadaku.
Aku ciumin seluruh wajahnya yang mulai ditetesi keringat.
“Mas.. ahhhhh.. Lina sungguh puas Mas..” balasnya serupa erangan dan bisikan mesra.

Kemudian kami berbaring sambil berpelukan. Tubuh kami mulai terasa penat.. tapi bathin kami sangat puas.

Hari sudah beranjak malam. Diselingi makan malam berdua.. kami memadu kasih beberapakali lagi.
Atau lebih tepatnya Lina mengalami orgasme beberapakali lagi.. sedangkan aku hanya sekali lagi ejakulasi..
Segala gaya kami coba.. bahkan aku sempat ‘membimbing’ Lina untuk memuaskan dirinya sendiri dengan jari-jarinya yang lentik itu.

Aku betul-betul puas dan senang bisa membuat wanita secantik Lina bisa mencapai sekiankali orgasme.
Tak terasa jarum jam terus bergeser dan jam setengah sebelas malam aku meninggalkan rumah Lina.

Sebetulnya Lina meminta aku bisa bermalam menemani dia.. tetapi aku ingat keesokan harinya aku masih harus menyetir lebih dari 4 jam ke kota M menyusul istri dan anakku tercinta.

Maaf Winda.. aku telah mereguk madu kepuasan bersama sahabatmu.. Alina. (. ) ( .)
===============================
 
Terakhir diubah:
wuiiiihhhh ...... benar-benar pejantan tangguh ! Berlanjut atuh ke threesome
 
-------------------------------------------------

Bertiga Menguak Takdir

Wanita berumur sekitar 35 tahun-an itu sangat cantik. Wajahnya bulat telur.. matanya tidak terlalu lebar.. bahkan agak sipit.. tipikal wanita keturunan Chinese.. -maaf.. aku sama sekali tidak bermaksud rasialis.. penggunaan istilah ini hanya untuk menggambarkan ciri fisiknya..-

Hidungnya mungil agak mancung sungguh serasi dengan bentuk wajahnya.
Bibirnya yang sangat sangat tipis dan dibalut dengan lipstik lembut warna merah muda menambah keayuan dan kesegaran parasnya.
Rambutnya lembut tergerai lurus seleher. Ada sedikit sapuan warna pirang sekalipun tidak terlalu kentara.

Sepasang kacamata hitam bertengger dengan serasinya di atas dahi mungilnya.. menyisakan sedikit juntaian rambut pada poninya.
Tubuhnya yang mungil itu terbalut blus tanpa lengan warna biru cerah dengan motif kembang-kembang warna putih.
Model kerah yang lebar dan belahan dada yang agak rendah memperlihatkan lehernya yang jenjang dengan kulit yang begitu putih mulus.

Seuntai kalung emas tipis dengan liontin berbentuk bulat melingkari lehernya seakan mempertegas kejenjangan lehernya.
Dia mengenakan bawahan rok agak mini berwarna putih polos.. sangat padu dengan blus yang dipakainya.

Potongan tepi rok yang pendek dan agak ketat tak mampu menjalankan tugasnya menutupi paha mulus itu.
Apalagi dia duduk dengan kaki kiri bersilang di atas kaki kanannya. Wow.. sungguh pemandangan yang teramat indah untuk aku lewatkan begitu saja.

Aku terus menikmati keindahan yang terpampang tak sampai 10 meter dari tempatku duduk di food court sebuah mall di kota M siang hari itu.

Wanita itu tampak sedang bercakap-cakap dan sesekali tertawa renyah yang memperlihatkan deretan gigi putih yang sangat rapi.. dengan lawan bicaranya.. seorang wanita berkaus merah yang duduk membelakangiku dan agak terhalang oleh pengunjung lain.
Aku sama sekali tidak bisa mendengar suara mereka.. karena jarak yang agak jauh dan alunan musik dari PA di mall itu yang agak keras.

Tak tahu untuk berapa lama aku menelanjangi tubuh molek wanita itu dalam pikiranku tanpa dia sadari. Kemudian wanita itu dengan temannya bangkit berdiri dan berjalan ke arah mejaku.

Saat itu aku baru bisa melihat dengan jelas sosok kawannya yang berkaus merah itu. Aku betul-betul terperanjat.. wajahnya bagitu tak asing buat aku.
Apakah betul dia Alina.. bekas tetanggaku di kota S dulu..!?

Belum sempat aku sadar dari keterkejutanku.. si wanita kaus merah rupanya juga sama kagetnya denganku.
Dengan pandangan agak tajam dia menatapku.. dan sekilas kemudian ia agak tersenyum dengan ragu.

Dengan agak bimbang dia melangkah ke mejaku dan berkata.. "Mas Ben ya..?”
Seluruh keraguanku seketika sirna. Yup.. Benar.. dia adalah Alina..!
Sambil bangkit berdiri aku menyapanya.. "Lina ya..? Wah nggak nyangka Lin bisa ketemu di sini. Gimana kabarnya..?”

Kami saling berjabat tangan dan saat itu aku punya kesempatan lebih memperhatikan Lina.
Dia sama sekali tidak banyak berubah dari saat terakhir kali kita ketemu tujuh tahun yang lalu.

Wajahnya masih ayu tanpa terlihat tanda-tanda penuaan sedikitpun.
Badannya masih seseksi dulu.. apalagi dibalut kaus merah yang ketat dan celana jins yang tak kalah ketat membungkus tubuhnya.

Kalau pun ada yang berubah adalah rambutnya yang sekarang dibiarkan tergerai lebih panjang sampai di bawah bahu.. serta pandangan matanya yang tampak lebih dewasa dan matang.

Kami masih berdiri sambil kedua tangan kami masih saling menjabat. Kemudian Lina tersadar akan kehadiran si wanita temannya.
Sambil menengok ke arah temannya tersebut dia berkata.. "Eh Mas Ben.. kenalin ini Mei Ling.. sahabat Lina..”

Sembari menjabat tangannya yang mulus dengan lembut.. aku berkata.. "Benny..”
Dia pun membalas jabatan tanganku.. dan dari mulut mungilnya meluncur suara agak serak yang terdengar begitu seksi di telingaku.. "Mei Ling..”

Pada kesempatan itu pula aku bisa memperhatikan wajah ayunya dari dekat.. dan ternyata dia sungguh cantik.. kulitnya begitu putih mulus dan halus.

Mungkin aku agak terlalu lama menjabat tangan halusnya.. sehingga dia agak menarik tangannya.
Sontak aku segera tersadar dan melepaskan jabat tanganku.

Selanjutnya kami bertiga segera duduk di mejaku. Aku dan Lina saling menanyakan kabar masing-masing.
Kami lantas terlibat obrolan yang agak seru.. maklum.. sudah lebih dari 7 tahun kami tidak saling berhubungan.

Meski beberapa saat kami melupakan kehadiran Mei Ling.. tapi kemudian Mei Ling mulai ikut ngobrol.
Ternyata dia orangnya cukup ramah dan gampang akrab.

Kami kembali mengobrol.. mungkin selama 30 menit sambil memesan minuman dingin.
Akhirnya aku jadi ingat ada janji dengan rekan bisnisku. Aku memang ke kota M untuk tugas kantor.

Dengan sangat terpaksa aku kemudian berkata bahwa aku harus ada urusan jadi tidak bisa ngobrol lebih lama lagi.
Kami lantas meninggalkan food court itu bersama-sama. Mei Ling dan Lina berkeras hendak mengantar aku ke kantor rekan bisnisku itu.

Kami bertiga kemudian naik mobil Mei Ling yang ternyata sebuah sedan mewah keluaran terbaru.
Mei Ling memegang kemudi dan Lina duduk di depan. Aku duduk di jok belakang.
Di mobil kami melanjutkan obrolan. Aku dan Lina sempat saling bertukar nomor HP.

Perjalanan itu memang tidak lama karena jaraknya tidak terlalu jauh.
Sesampainya di tujuanku.. aku mengucap terimakasih ke Mei Ling sambil menjabat tangannya.

Kemudian tiba-tiba Lina menoleh ke belakang dan tanpa basa-basi mendaratkan ciuman lembut ke pipi kiriku sambil berkata.. "Ntar sore Lina telpon ya Mas.. Lina masih pengin ngobrol ama Mas Ben..”

"Boleh Lin.. abis jam 5 ya. Aku pasti udah balik ke hotel..”

Aku segera turun dari mobil Mei Ling dan masuk kantor rekan bisnisku untuk merampungkan urusanku.
Kira-kira jam 4 aku selesai acara bisnisku dan dengan taksi aku kembali ke hotel tempatku menginap.

Baru saja aku selesai mandi dan sedang santai menonton TV di kamar hotelku ketika HP ku berdering nyaring.
Benar saja.. Lina menelponku sesuai janjinya. Tak lama kami bertelpon.. karena Lina akan segera meluncur ke hotelku.

Tak sampai sejam kemudian Lina telah berada dalam pelukanku.
Tanpa perlu membuang-buang waktu kami saling melampiaskan rasa rindu kami dengan penuh gelora asmara.
Ughh.. Betapa kurasakan Lina sekarang jauh lebih ahli dalam permainan cinta dibanding dahulu.. – Malam Jum'at bersama Alina

Sejak peristiwa Jum'at malam itu.. aku pernah bercinta 2 kali lagi dengan Lina sebelum aku boyongan ke ibukota.
Setelah itu aku sama sekali tidak tahu kabar tentang Lina dan suaminya.. Pras.

Dari pembicaraan di sela-sela pelampiasan rindu kami.. aku jadi tahu bahwa Lina telah bercerai dengan Pras 2 tahun lalu setelah berumah tangga selama 7 tahun.

Ternyata Pras.. di luar tahu Lina.. telah menikah lagi dan punya seorang anak dari wanita itu.. alasannya karena Lina tidak bisa memberikan keturunan.

Ketika Lina tahu.. dia langsung menuntut cerai dan sejak itu Lina pindah ke kota M.. membantu tantenya yang punya bisnis catering yang cukup maju.

"Kamu masih muda dan cantik Lin.. apa nggak pengin menikah lagi..?”

"Kayaknya saat ini nggak ada niat ke sana Mas. Lina masih trauma ama yang dulu.
Kalau hanya selingkuh mungkin Lina masih bisa mengerti.. tapi kimpoi lagi..?
Hmmm.. sakit sekali rasanya Mas. Dan Lina cukup happy kok dengan kehidupan Lina yang sekarang..” paparnya panjang lebar.

"Terus untuk urusan seks gimana dong Lin..? Apa Lina nggak pengin yang itu juga..?”
Lina agak tercenung sejenak mendengar pertanyaanku ini.

Tapi kemudian dia menjawab dengan mantap.. "Lina melampiaskannya dengan seorang teman Lina.. Mas.
Jangan kaget ya Mas.. Lina melakukannya dengan Mei Ling..”

Meskipun Lina sudah menyuruhku untuk tidak kaget.. tapi apa yang keluar dari mulut Lina sungguh membuatku terkejut alang kepalang..
Seketika aku terdiam.. tak bisa berkata apa-apa.

Rupanya Lina melihat raut keterkejutan di wajahku.. buru-buru dia menimpali..
"Jangan salah sangka Mas.. kami bukan lesbi.. kami berdua masih normal kok.. kami tidak punya perasaan apa-apa kecuali persahabatan.
Kami melakukannya hanya untuk pelampiasan saja. Menurut kami itu jalan yang paling aman dan sehat ketimbang bermain dengan lelaki sembarangan..”

Aku masih ‘terbengong’ .. belum bisa mengusir rasa kagetku.

"Kebetulan nasib Mei Ling tidak banyak berbeda dengan Lina.. Mas. Dia malah sudah 2 kali kimpoi cerai.
Yang pertama karena bekas suaminya suka minum dan judi dan sering main kasar. Yang kedua karena suaminya selingkuh dengan cewek lain..
Nggak sampai menikah seperti Mas Pras sih.. tapi Mei Ling tetap terpukul. Dia sudah jera menikah lagi Mas.
Kebetulan papanya Mei Ling orang berduti.. jadi Mei Ling nggak butuh materi dari seorang suami kayaknya..” jelas Lina lagi membeberkan alasannya.

Mendengar penjelasan sedemikian panjang lebar Alina.. segera aku mengganti topik pembicaraaan.. hingga tak lama kemudian kami kembali bercinta.
Kami terus menguras birahi kami sampai lewat tengah malam. Hingga akhirnya kami berdua tertidur dengan penuh kepuasan.

Paginya kami masih sempat memadu kasih sekali lagi sebelum Lina pulang ke rumahnya dan aku kembali menyelesaikan urusan kantorku.
Sore itu aku pulang ke Jakarta dengan flight jam 4 tanpa sempat bertemu dengan Lina lagi.
Kami hanya saling mengucapkan perpisahan lewat HP dengan janji bahwa kalau aku ke kota M lagi aku akan menghubungi Lina.
-------------

Aku memang termasuk sering tugas ke M.. paling tidak 2 - 3 bulan sekali aku harus ke sana.
Dan selama aku tidak ke sana.. Lina kadang menghubungi aku lewat telepon atau SMS.
Dan demikian juga aku.. kalau pas tidak terlalu sibuk.. aku pasti sempatkan mengontak Lina via HP-nya.

Tak terasa hampir 3 bulan berlalu dan minggu depan aku ditugaskan boss-ku ke kota M lagi.
Aku segera mengabarkan berita gembira ini ke Lina dengan SMS. Dia segera menjawab kalau dia sudah sangat merindukanku.
Aku balas kalau aku juga merindukan pelukannya dan aku akan berangkat Rabu pagi.

Besoknya ketika aku sedang makan siang di kantin sendirian.. HP ku berdering. Aku lihat Lina yang menelpon.
"Hallo Lin.."
"Hallo Mas Ben.. Mas jadi ke sini kan hari Rabu..?”

"Jadi dong.. udah booking tiket malah. Napa Lin..?”
"Nggak papa Mas.. eh Mas.. Lina mau nanya.. Mas jangan marah ya..”

"Nanya apa sih..?”
"Mas Ben inget nggak waktu dulu aku pernah ngomong pengin main bertiga ama Mas dan Winda..?”

"Iya sih Lin.. tapi kan nggak kesampaian.. Winda pasti ngamuk deh.. bisa-bisa aku dicerai..” ujarku tertawa kecil.
"Ngg.. Mas.. gimana kalau Winda digantikan ama Mei Ling..?” Kata Linda.. tak terdengar ragu sama sekali.

Jgerr..!! Siang itu cuaca terang benderang.. tak ada hujan tak ada petir. Tapi jantungku hampir copot karena terkejut mendengar perkataan Lina.
Aku masih tak percaya dengan telingaku dan masih terbungkam beberapa saat.

"Gimana Mas..? Mau nggak..? Kok diam sih.. Mas Ben marah ya..?”
"Eh.. Uh.. nggak.. nggak marah kok Lin.. kaget aja.. eh.. aku mau aja sih.. Tapi.. eh.. apa Mei Ling mau..?”
Aku jadi terbata-bata.. bagai kehilangan kata-kata.

"Lho justru dia yang ngusulin kok Mas.. ini dia di sebelahku manggut-manggut. Mas omong deh ama dia..”

Belum sempat aku berkata apa-apa.. kemudian ada suara serak-serak merdu yang menyapaku.. "Hallo Mas Benny.. ini Mei Ling.. masih ingat nggak..?”
Buset dah.. mana bisa aku lupa ama wajah cantikmu..! Kataku. Tapi dalam hati doank.. hehe..

"Hai Mei Ling.. pa kabar ni..? Makasih lho waktu itu aku dianterin..”
"Ah.. nggak papa Mas.. aku sekalian pulang kok. Mas.. aku pengin ketemu Mas Benny lagi.. boleh kan..?”

Nahhh.. menghadapi todongan wanita cantik seperti Mei Ling ini.. mana bisa aku berkata tidak.. ya nggak..? Haha..

"Boleh aja Ling.. Rabu depan aku ke M.. kita bisa ketemuan bareng Lina..”
"Iya Mas.. tapi Mas jangan nginap di hotel yang dulu itu.. Banyak temen papa yang sering nginap di situ.. nggak enak kalau sampai kepergok.. Nanti deh aku yang pesenin hotelnya.. Lina yang akan kasih kabar..” lanjutnya.. seperti sales promotion girl.. haha..

"O.. nggak masalah Ling.. mau tidur di mana juga boleh.. asal Mei Ling yang nemenin ..”
"Nah tuh kan..? Mulai keluar genitnya.. OK aku tunggu ya Mas.. ini Lina mau ngomong lagi..”

"Gimana Mas..? Mau kan ama Lina ama Mei Ling..?”
"Mau dong Lin..”

"Tapi Mas.. bisa nggak berangkatnya Selasa sore aja.. soalnya Rabu Lina diajak tante keluar kota 3 hari.. kalau Mas datengnya Rabu nggak jadi dong rencana kita. Gimana Mas..?”

Wuahh..! Sudah kubayangkan betapa nikmatnya seranjang dengan 2 wanita cantik itu.. maka dengan mantap aku bilang.. "Oke deh Lin.. ntar aku ubah bookingan tiketku. Kepastiannya aku kabari sore ini ya..”

"Jangan sampe nggak bisa dong Mas.. ya..? Ok deh Lina tunggu kabar dari Mas. Bye Mas Benny.. muuaaachhh..!"
"Bye Lin.. tunggu kabarku ya..”

Huahh..! Aku langsung mengembuskan napas.. masih tak percaya akan keberuntunganku ini.
Makan siangku jadi terasa semakin enak dan nikmat kurasa.. hehe..
Selesai makan aku segera balik ke ruanganku dan menelpon travel biroku untuk jadwal ulang flightku.
Untung saat itu bukan peak season jadi dengan gampang aku mengubah jadwal.

Sore itu aku segera SMS ke Lina kalau aku sudah ubah flightku menjadi Selasa sore jam 4.30 dari Jakarta.
Waktu itu masih hari Kamis.. menunggu hari Selasa rasanya lama banget.
Aku jadi seperti kembali menjadi anak kecil yang tak sabar menunggu datangnya hari Lebaran.. hehe..
Setelah serasa seabad menunggu akhirnya hari Selasa datang juga.

Sejak hari Minggu aku sudah bilang ke Winda kalau aku harus berangkat Selasa sore.. karena malamnya ada business dinner dengan rekanan di M. Seperti biasanya Winda tak menaruh curiga apapun.

Selasa pagi Lina SMS memberitaukan nama hotel dan nomor kamar yang sudah dipesan oleh Mei Ling.
Dia berpesan aku langsung aja ke hotel tersebut.. mereka tidak bisa jemput aku di airport karena Mei Ling masih ada urusan sampai sore.

Selasa petang pesawatku mendarat dengan mulus di airport M.
Segera setelah turun dari pesawat HP aku hidupkan dan telah ada pesan SMS yang menanti. Dari Lina.. isinya menanyakan apa aku sudah mendarat.

Aku segera telpon Lina.. aku bilang baru mau naik taxi ke hotel. Lina bilang kalau mereka juga sedang di perjalanan.
Hotel itu ternyata tak terlalu jauh dari airport. Tak sampai 30 menit taxiku sudah memasuki pelataran hotel.
Ternyata hotel ini cukup mewah juga.. berbintang 4.. hanya letaknya memang tidak di pusat bisnis.

Aku telpon Lina.. ternyata mereka juga baru masuk kamar.. aku diminta langusng naik lift aja ke lantai sekian..
–Lina menyebutkan nomor lantainya– Aku bergegas masuk lift yang ada di lobby.
Kamar yang dipesan Mei Ling terletak di ujung lorong di sebelah kanan lift.

Aku segera menekan tombol bel di sisi pintu. Tak berapa lama aku dengar pintu dibuka dan aku lihat Lina yang membukakan pintu.
Ternyata kamar itu kamar suite yang memiliki ruang tamu sendiri. Aku lihat Mei Ling sedang duduk di sofa panjang yang ada di sana.

"Hallo Lin.. Mei Ling.. baru sampai ya..?”
"Mas Ben.. Lina baru aja masuk kamar..”
"Silakan masuk Mas Ben.. capek ya..? gimana fligthnya lancar kan..?” Mei Ling menyambutku sambil berdiri dan menyalamiku.

Lina segera menutup pintu dan menguncinya. Dia lalu berbalik dan memelukku dari belakang
"Lina kangen ama Mas Ben nih ..” Tanpa basa-basi dia segera mencium bibirku dengan lembut.

Agak canggung juga aku berciuman dengan Lina sambil disaksikan oleh Mei Ling yang masih berdiri di depanku.

Mei Ling hanya tersenyum dan menarik tanganku untuk duduk di tengah sofa.
Dia sendiri duduk di sebelah kiriku. Lina juga menyusul duduk di kananku.

Mei Ling mengenakan kaus ketat berwarna putih dengan hiasan bunga warna emas di dadanya. Kaus itu dipadu dengan celana jins ketat selutut.
Lekuk tubuhnya terbayang jelas dari busana yang dia pakai. Tubuhnya yang tidak terlampau tinggi itu terlihat begitu ramping tapi seksi.
Buah dadanya tidak terlampau besar serasi dengan tubuh mungilnya. Betisnya yang tak terbalut kain apapun begitu putih mulus dan indah.

Sementara Lina mengenakan kemeja lengan pendek warna pink polos.. menambah kesegaran kulitnya yang putih itu.
Rok yang dikenakannya adalah rok selutut agak longgar berwarna putih dengan belahan panjang di sampingnya.
Ketika dia duduk.. sekalipun roknya panjang.. tapi paha mulusnya tampak mengintip dari belahan itu.

Aku kemudian memeluk Lina dan mendaratkan ciuman lembut ku ke bibirnya.
Dia langsung membalas ciumanku.. dan untuk beberapa lama kami berciuman.. mesra dan dalam..

Beberapa saat kemudian Lina melepaskan ciumannya dan berkata.. "Mas Ben curang.. Mei Ling kok dicuekin.. padahal dia lho yang ngebet ketemu Mas Ben..” ujar Lina berkata dengan nada menggoda.

"Ihh.. Lina bisa aja..” Mei Ling membalas candaan Lina dengan tak kalah genitnya.

Aku segera menghadap ke kiri. Mei Ling sama sekali tak menolak ketika aku memeluknya. Dia membalas dengan melingkarkan lengannya ke leherku.

Kukecup lembut keningnya yang putih itu.. dia semakin mempererat pelukannya.
Ughh.. Aroma parfum yang lembut dan sensual segera memenuhi rongga hidungku.

"Mas Ben.. Lina sudah sering cerita soal Mas.. bahkan sebelum kita bertemu dulu itu.. aku pengin dipuasin kayak Lina dong..”
"Ah jangan percaya semua omongan Lina dong, Ling.. tapi aku juga pengin ama kamu Ling..”

Selanjutnya dengan sangat lembut aku daratkan bibirku ke bibirnya yang tipis dan mungil itu.
Perlahan kurapatkan dan sedikit aku sedot bibirnya. Dia membalasnya dengan lembut dan balik menyedot bibir atasku.
Pikiranku seolah terbawa ke-awang-awang.. menikmati kelembutan.. kekenyalan dan kebasahan bibir mungilnya..
Ahh.. Bibir yang aku kagumi beberapa bulan lalu sekarang ada dalam lumatanku.

Lidahku mulai menelusuri mulutnya yang sedikit terbuka itu.
Mei Ling menerimanya dengan pasrah.. mulutnya dibuka lebih lebar.. sehingga lidahku leluasa menggelitik giginya yang rapi dan putih itu.
Kadang dia mengisap lidahku dan sedikit melumat dengan mulutnya.

Untuk beberapa saat kami seolah melupakan kehadiran Lina di sana.

Beberapa saat berselang perlahan Mei Ling melepaskan bibirnya dari pagutan bibirku. Kepalanya terkulai di dadaku.
Tangan kiriku masih merangkul bahu Mei Ling.. kemudian tangan kananku aku rangkulkan ke bahu Lina.
Kepalanya sekarang sudah menggelayut di bahu kananku.

Kemudian Lina mendekatkan wajahnya ke Mei Ling dan beralaskan dadaku mereke berdua saling berciuman.
Wow.. aku tak pernah membayangkan yang seperti ini.. dua wanita ayu saling berciuman tak lebih sejengkal dari mataku.

Kuelus mesra geraian rambut mereka berdua.. gerakanku ini semakin membuat mereka kian panas berciuman.
Bibir mereka saling kulum dan lidah mereka mulai beradu saling belit.

Tangan kanan Lina mulai meraba buah dada Mei Ling dan meremasnya dengan lembut.
Mei Ling tak mau kalah.. tangan kirinya menyusup di balik rok Lina dan dari gerakan di balik rok itu aku tau dia mengelus selangkangan Lina.
Mereka terus saling raba dan remas sambil terus berciuman seperti ini untuk beberapa lama.

Aku hanya bisa terkesima melihat kejadian ini. Yang biasa hanya bisa aku lihat di film-film porno.. sekarang terpampang langsung di depan mataku.

Pemandangan erotis di depan mataku itu jelas membuatku mulai tak tahan tak melakukan apa-apa. Tangan kananku segera aku selipkan di balik kerah kemeja Lina.. dan jari-jariku segera pula menyusup di antara BH dan buah dada Lina yang padat itu.
Kuelus-elus lembut puting kanannya dengan ujung jariku. Grengg..! Tubuh Lina sedikit bergetar mendapat rangsangan dariku ini.

Sementara itu tangan kiriku aku julurkan sepanjang mungkin.. sehingga menjangkau pangkal paha Mei Ling.
Dari luar celana jinsnya kuusap-usap kemaluannya dan aku tekan-tekan tepat di lipatan celananya.

Plass..! Mei Ling membuka pahanya sedikit lebih lebar.. memberi akses pada tanganku untuk merambah daerah sensitif tubuhnya.

Dengan satu tangan.. susah payah kubuka kancing celana Mei Ling.. lantas kuturunkan ritsletingnya sejauh jangkauan tanganku.
Tak menunggu lama.. jariku kemudian menyelusup di balik celana dalamnya namun hanya sampai menyentuh bulu-bulunya saja.
Kuusap lembut bulu-bulu pendek itu. Beberapa saat kami masih dalam posisi seperti ini. Namun sepertinya Lina sudah tak tahan.. dia semakin menggelinjang..

Akhirnya Mei Ling melepaskan ciumannya dan dia bangkit berdiri duduk di kanan Lina.. sehingga sekarang Lina ada di tengah.
Aku dan Lina agak beringsut sedikit ke kiri memberi tempat kepada Mei Ling.

Kedua tangan Mei Ling yang sekarang bebas.. mulai melorotkan celana dalam Lina.. sehingga celana mungil berwarna hijua lumut itu sekarang tergeletak di lantai di dekat kaki Lina.
Tangan kiriku segera menyingkap rok putih Lina dan jari-jariku mulai menggerayangi seluruh alat kemaluan Lina yang sudah terbuka lebar itu.

Rupanya Mei Ling sudah hafal cara memberi kepuasan kepada Lina. Dia segera membuka satu per satu kancing kemeja Lina.. sehingga dada Lina terbuka lebar.
Tampak BHnya yang sewarna dengan celana dalamnya hampir-hampir tak bisa memuat payudara Lina yang memang padat berisi itu.

Dengan cekatan jari-jari Mei Ling membuka kaitan BH Lina yang terletak di depan di antara dua mangkuk BH itu.
Blubb..! Buah dada Lina segera menyembul tak terhalang apa pun lagi.

Mei Ling segera mendekatkan bibirnya ke puting kanan Lina dan mulai menjilatinya perlahan.
Lina mulai berdesah penuh nikmat.. "Ahhhh.. ahhhhh.. iya.. ahhhhh..!"

Jari tangan kiriku masih lincah menjelajahi seluruh kewanitaan Lina yang sudah mulai basah berlendir itu. Dengan ujung jari tengahku kuusap perlahan klitoris Lina.. dan kadang menggosok-gosoknya ke atas dan ke bawah.

Lina semakin menggelinjang. "Aaaaaahhhhhh.. nikmat.. ahhhhhh ahhhhhh ahhhh..”

Mei Ling segera membantuku untuk menggarap organ kenikmatan Lina.
Jari tangan kanannya dia tusukkan lembut ke lubang vagina Lina yang sudah menganga lebar.
Dengan gerakan perlahan dan berirama dia memutar jari itu.. mengorek seluruh permukaan dinding lubang senggama Lina.

Aku mengimbanginya dengan semakin kuat menggesek klitoris Lina yang sudah tegak berdiri seirama dengan korekan jari Mei Ling. Lidah Mei Ling masih menjilati puting kanan Lina.

Selanjutnya aku bergerak sedikit membungkuk.. hingga mulutku bisa mengulum puting Lina yang sebelah lagi.
Kusedoti lambat-lambat sambil kujilat-jilat putingnya dengan lidahku yang kasar dan basah..

"Erghhh.." Lenguh lepas Alina.. dengan tubuh telahh kaku.. seluruh ototnya terasa menegang.

Dengan kedua putingnya dijilat dan diisap serta klitorisnya aku gosok-gosok ditambah korekan jari Mei Ling di dalam liang kewanitaannya.. beberapa detik kemudian Lina mencapai puncak birahinya.

"Ahhh.. aahhh..” Tubuh Lina gemetar untuk beberapa saat kemudian kembali kaku menegang dan aku lihat jari Mei Ling yang masih di dalam liang vagina Lina sudah basah kuyup.
Selangkangannya mengangkang lebar. Lina sudah mencapai orgasmenya.

Dengan perlahan kemudian aku kembali duduk bersandar.. demikian juga Mei Ling.
Kami saling berpandangan dan tersenyum puas karena bisa memberi kenikmatan kepada teman kami.. Lina.

Beberapa saat berselang Lina mulai kembali kesadarannya. Pakaiannya masih terlihat berantakan.
Dadanya terbuka lebar dengan rok panjangnya menyingkap sampai ke perutnya.

Lina mulai membuka matanya.. menoleh ke Mei Ling dan mencium mesra pipinya.. "Makasih Ling.. tadi nikmat sekali..” katanya seperti berbisik.. mesra. Mei Ling hanya tersenyum manis sambil mengangguk.

Lina kemudian menoleh ke arahku. Bibirnya mencium lembut bibirku lalu berbisik.. "Mas Ben.. Lina puas banget..”
Aku hanya tersenyum dan mengecup dahinya dengan lembut.

Mei Ling kemudian merapat.. kepalanya disandarkan pada buah dada kanan Lina.. dia memandangku dengan lembut.. bibirnya sedikit terbuka.
Akupun mendekatkan kepalaku dan kami berciuman di dada Lina.
Sepertinya itu sebuah ciuman untuk merayakan keberhasilan kami memberi kepuasan kepada Lina.

Kemudian Mei Ling berdiri.. dengan celana jins yang masih sedikit terbuka.. dia menarik tangan Lina.
"Kita mandi dulu yuk Lin.. Mas Benny biar tiduran di kamar sebentar..”
Kulihat mereka berdua berjalan masuk ke kamar sambil bergandengan tangan. Kuikuti dari belakang.

Mereka masuk ke kamar mandi dan aku membaringkan badanku di tempat tidur berukuran king size itu. Aku dengar deburan air di kamar mandi dan kadang diselingi suara cekikikan mereka berdua.

Tak lama mereka di kamar mandi.. kemudian mereka berdua keluar hanya mengenakan bathrobe putih berbahan handuk yang disediakan hotel. Mereka bergandengan tangan dengan mesranya.

Sekarang aku bisa mengamati dengan leluasa. Mei Ling tak setinggi Lina.. namun kulitnya lebih putih dari Lina yang memang sudah putih itu.

Mei Ling sungguh cantik.. wajahnya sangat feminin dan ayu. Agak berbeda dengan Lina.. walaupun tak secantik Mei Ling tapi dia memiliki sensualitas yang lebih besar.
Wajahnya agak genit menggoda. Dibanding tubuh Lina yang pada berisi itu.. tubuh Mei Ling kelihatan sangat mungil dan ramping.

Masing-masing memiliki pesona dan keseksian sendiri-sendiri. Ahh.. Sungguh beruntung aku akan bisa menikmati keduanya malam ini.

"Sekarang giliran Mas Ben yang mandi ya.. perlu dimandiin nggak nih Mas..?” Lina menggodaku.
"Nggak perlulah.. udah gede kok.. aku bisa mandi sendiri hehehe..” balasku pura-pura jual mahal.

Aku segera masuk ke kamar mandi yang mewah itu. Terlihat setumpuk pakaian mereka tersusun rapi di sebuah rak.
Segera kulepas seluruh pakaianku dan melipat serta menumpuknya di samping pakaian mereka itu.
Lantas aku naik ke bathtub.. menutup tirai dan mulai menghidupkan shower. Aku mulai mandi dan mengosok seluruh tubuhku dengan sabun.

Penisku yang tadi sempat tegang menyaksikan Lina orgasme sekarang sudah agak tenang lagi.
Tak lama aku mandi kemudian aku membalutkan sehelai handuk di pinggangku. Di balik handuk itu aku tidak mengenakan apa-apa lagi.

Ketika kembali masuk ke kamar aku agak tertegun melihat pemandangan yang ada di tempat tidur.
Lina dan Mei Ling saling berpelukan dan berciuman. Bathrobe yang tadi mereka kenakan sudah tersingkap berantakan memperlihatkan kedua tubuh bugil mereka.

Dari sela-sela belitan tubuh Lina aku bisa melihat tubuh Mei Ling yang begitu putih dan mulus seperti salju. Seumur-umur aku tak pernah menyaksikan tubuh yang begini putih dan mulus.
Tangan mereka saling menggerayangi dam meraba-raba seluruh permukaan tubuh mereka.
Paha mereka saling menggesek-gesek kemaluan mereka.. Kaki-kaki indah mereka saling membelit seperti ular sedang kasmaran.
Sungguh pemandangan yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Aku lalu duduk di kaki ranjang.. sambil terus memperhatikan mereka.

Ketika mereka baru sadar akan kehadiranku.. mereka berhenti berciuman..
Keduanya tersenyum seakan mengundangku untuk bergabung dengan mereka. Mereka agak bergeser memberi tempat aku di antara mereka.

Aku segera merangkak di tengah mereka berdua. Mei Ling di sebelah kiriku.. bathrobe yang dikenakannya sudah terbuka lebar mempertontonkan tubuh bugilnya yang mulus.
Buah dadanya tidak sebesar buah dada Lina.. tapi sangat serasi dengan tubuhnya yang mungil itu.
Agak aneh malah kalau tubuh semungil itu memiliki buah dada yang besar.

Putingnya yang berwarna coklat muda mencuat di puncak bukit yang mulus itu.
Lingkaran gelap di sekitar putingnya hanya sebesar coin seratusan tipis menambah indahnya payudara itu.

Pandanganku aku turunkan ke daerah perutnya. Sungguh molek tubuh mulus ini.
Aku tak henti-hentinya mengagumi tubuh Mei Ling. Pinggangnya begitu kecil dan ramping.

Mataku segera menjelajahi bagian yang lebih bawah lagi. Ohh.. kemaluannya ditumbuhi bulu-bulu pendek yang tercukur rapi.
Bukitnya begitu ranum dan menggairahkan. Sayang pahanya agak merapat.. sehingga aku tidak bisa mengintip bagian dalamnya.
Pahanya yang mulus ramping berisi sungguh mengundang selera.

Apalagi betisnya yang kecil dan terkesan lebih panjang begit mulus tanpa sehelai bulupun.
Berani sumpah aku belum pernah melihat secara langsung tubuh yang begini putih mulus.

Rupa-rupanya Mei Ling agak malu juga aku perhatikan setiap inci tubuhnya seperti itu.
Dia segera melingkarkan kedua tangannya ke leherku dan menarik kepalaku ke arahnya.
Tubuhku segera menindih tubuhnya dan bibir kami segara bertautan.

Aku jelajahi seluruh permukaan bibir yang tipis itu dengan bibirku.
Lidahku sudah menelusup menggerayangi gigi yang rapi itu. Rasanya sungguh membuaiku ke angkasa.
Agak lama kami berciuman dengan mesra dan agak melupakan kehadiran Lina di kananku.

Erangan lembut Lina yang menyadarkan kami dan kami saling melepaskan ciuman.. menoleh ke arah Lina yang tertelentang telanjang dengan tangan kirinya sudah menggosok kemaluannya sendiri.

Aku beringsut ke bawah dengan posisi masih merangkak sampai lututku menyentuh pinggiran ranjang.
Lantas aku membungkuk dan dengan tanganku kugeser pantat Mei Ling agar merapat ke panggul Lina yang sudah terbuai ke-awang-awang itu.

Dengan tanganku kupentang lebar paha Mei Ling.. membuka akses ke liang nikmatnya..
Wow.. kini di hadapanku terpampang 2 orang wanita cantik dan mulus dengan paha yang menganga lebar.. memperlihatkan alat kewanitaan masing-masing.

Baru sekarang aku bisa menikmati pemandangan kemaluan Mei Ling secara jelas. Sungguh teramat indah benda pusaka milik Mei Ling ini.
Belahan kemaluannya begitu kecil. Klitorisnya yang berwarna pink menyala.. sedikit menyembul seakan mengundangku untuk menikmatinya.

Bibir bawahnya begitu tipis seakan menyatu dengan liang senggamanya.
Warnanya begitu terang.. coklat sangat muda. Belum pernah aku melihat vagina seperti ini.
Liang vaginanya juga begitu mungil berwarna pink muda membuat aku semakin tak tahan.

Tanpa basa-basi aku segera menciumi seluruh selangkangan Mei Ling.
Bau wangi yang khas segera menyambutku. Perlahan kujilati bibir bawahnya yang tipis itu.

Pantat Mei Ling sedikit gemetar manahan gejolak kenikmatan. "Ooohhhh.. ohhhhh.. shhh shhhh..”
Desahan Mei Ling seakan sorakan supporter di telingaku membuat aku semakin bersemangat melayani vaginanya dengan bibirku.

Klitorisnya yang kecil itu mulai kujepit dengan kedua bibirku. Sekarang paha Mei Ling ikut bergetar. Gairahku semakin menyala. Lidahku mulai menyapu sekitar lubang kewanitaan Mei Ling.
Pahanya terbuka semakin lebar dan pantatnya sedikit terangkat membuat vagina Mei Ling semakin terjangkau oleh lidahku.

"Ooohhhh.. iya.. ooohhhh Mas.. iya ..” Desahan serak Meiling semakin keras.
"Aahhhhh.. ahhhhh.. ahhhhh..” Erangan Lina menimpalinya.

Aku baru sadar ada wanita cantik satu lagi yang harus aku layani.
Tangan kananku yang tadi memegang paha Mei Ling agar terbuka lebih lebar segera aku arahkan ke vagina Lina di kananku.

Ternyata jari tengah Lina sedang menusuk-nusuk liang vaginanya sendiri.
Jari tengahku yang sedang menggerayang terhalang oleh jari Lina. Dia segera mencabut jarinya dan menggesernya ke arah klitorisnya.
Jariku segera menggantikan tugas jari Lina mengorek dinding vagina Lina yang sudah basah berlendir itu.

"Ahhhhh.. aaaahhhhh.. Mas Ben.. iya.. ahhh Lina nggak tahan.. ahhhh..”
"Ooohhh.. Mas.. ohhhh.. iya.. iya.. terus Mas ..”
Setiap erangan Lina selalu ditimpali desahan Mei Ling seperti paduan suara di telingaku.
Agak sulit menggambarkan apa yang sedang aku lakukan saat itu karena aku begitu sibuknya melayani dua wanita molek yang sedang birahi ini.

Jari tangan kananku sedang menelusuri gua gelap penuh kenikmatan milik Lina.
Sedangkan bibir dan lidahku asik menari-nari lincah di seputar vagina Mei Ling.
Kadang jari kiriku ikut berpartisipasi menggosok-gosok klitoris Mei Ling.

Tubuh Lina mulai bergetar tanda benteng tak lama lagi akan ambrol. Aku sudah hafal dengan reaksi Lina.
Posisi segera aku ubah. Sekarang bibir dan lidahku sudah menikmati vagina Lina yang sudah sangat licin itu.

Sementara Mei Ling aku layani dengan jari tangan kiriku yang sudah menusuk masuk-keluar lubang kenikmatannya.
Oh.. sungguh sempit punya Mei Ling.

Lidahku semakin dalam menjelajah liang sanggama Lina sementara jari tangan kananku sudah memutar klitoris Lina yang kini terasa sudah sangat keras.
Tubuh Lina sudah bergetar sangat liar.

Tangan kirinya mencengkeram sprei dan menarik-nariknya sampai ujungnya terlepas dari kasur.

"Aahhhhh.. ahhhhhhhh Mas.. Lina.. ahhhh.. sudah.. mau.. ssshhhh.. sampai.. ahhh..!"
Tiba-tiba paha Lina mengatup dan menjepit kepalaku. Pantatnya terangkat dan ototnya menjadi kaku.

Srrr.. srrr.. srrr.. srrr..! Kurasakan ada cairan hangat yang menyiram lidahku,
"Aaaahhhhhhh.. aaaahhhhhh..” Lina sudah mencapai puncak kenikmatannya.

Untuk beberapa saat tubuhnya kaku tak bergerak. Pahanya masih menjepit kepalaku.. sehingga aku terperangkap di selangkangannya.

Perlahan-lahan otot Lina mulai mengendur.. jepitan pahanya di kepalaku mulai longgar dan aku bisa menarik kepalaku dari perangkap kenikmatan itu.

Dengan Lina yang sudah mencapai orgasme.. aku segera mengalihkan perhatianku kembali ke Mei Ling yang masih aku layani dengan jariku.
Lidahku yang masih berlepotan lendir kenikmatan Lina segera kutusukkan ke lubang vagina Mei Ling. Tangan kananku yang tadi melayani klitoris Lina segera kusisipkan ke bawah pantat Mei Ling.

Sekalipun tubuh Mei Ling kecil dan ramping.. tapi pantatnya cukup padat berisi. Segera saja kuremas bukit pantat Mei Ling yang kiri.
"OOhhhhhhh.. iya.. ooohhh.. shhhh iya.. Mas.. iyahh.. hhh..” Desahan birahi Mei Ling semakin membuatku aktif memuaskannya.

Tangan kiriku sekarang sudah meremas bukit pantat kanannya. Dengan kedua tanganku kuangkat pantat Mei Ling.. sehingga vaginanya semakin gampang untuk aku nikmati.

Lina yang sudah mulai sadar dari hipnotis birahinya mulai membantuku memuaskan sahabatnya yang molek ini.
Bibirnya melumat bibir Mei Ling yang sedari tadi terbuka. Tangan kirinya meremas-remas buah dada Mei Ling.
Jari-jarinya kadang memelintir puting Mei Ling yang aku lihat semakin tegak berdiri.

Pantat Mei Ling sudah mulai bergoyang menikmati permainan lidahku di liang senggamanya.
Dari pengalamanku.. aku tahu bahwa sekuat apapun pertahanan Mei Ling tapi kalau diserang dari berbagai arah seperti ini akan bobol juga.

Dugaanku tak keliru.. goyangan pantat Mei Ling semakin liar tak terkendali.
Dengan susah payah aku harus mengikuti goyangannya dengan kepalaku agar lidahku tak terlepas dari selangkangannya.

"Ohhhhhh.. Ohhhhhhh.. Mas.. aku.. nggak ta.. han.. massss..!" Paha Mei Ling sudah mengangkang maksimal.
Dia mengangkat pantatnya setinggi-tingginya sampai dia berjingkat dengan ujung jari kakinya.
Punggungnya sudah tak menyentuh kasur. Pantatnya bergerak berkedut-kedut naik-turun tak terkontrol.

"Ohh.. oohhh..!” Cairan lendir kenikmatan mulai meleleh dari liang vagina Mei Ling.
Aku segera menyapunya dengan lidahku. Oh.. nikmat sekali rasanya.
Cukup banyak cairan yang keluar dan akhirnya Mei Ling mulai menurunkan pantatnya kembali menyentuh kasur dengan perlahan.

Nafasnya masih memburu cepat. "Oooohhhh.. nikmat sekali.. ohh Mas.. aku puas sekali.. Ohhh.."
Aku beringsut dan lantas berbaring telentang di antara mereka berdua.. Mei Ling di kananku dan Lina di kiriku.
Mereka memelukku dan tak hentinya menghujani ciuman ke wajahku.
Ucapan terimakasih tak henti meluncur dari mulut mereka karena sudah aku puaskan. Aku pun sangat puas bisa membuat nikmat dua wanita ayu ini.

Beberapa saat kami saling bercumbu.. atau lebih tepatnya mereka berdua mencumbui aku.
Aku hanya tertelentang masih membayangkan kenangan batin indah yang baru kualami.

Lalu tangan Lina yang nakal mulai menggerayangi perutku. Dengan sekali sentakan lembut.. handuk yang membelit tubuh bagian bawahku terbuka.
Tuink..!! Penisku yang sedari tadi sudah tegak langsung menyembul berdiri.

Perhatian mereka berdua segera tersedot ke tongkat kejantananku. Tangan Mei Ling dan Lina saling berlomba menggerayangi penisku.
Lina mulai beringsut dan dengan tubuhnya tertelungkup di dekat kaki kiriku.. bibirnya yang tebal sensual mulai menciumi batang penisku.

Aku masih berciuman dengan Mei Ling ketika Lina mulai memasukkan kepala penisku ke dalam mulutnya yang hangat itu.
Lidahnya mulai menggelitik batang kejantananku yang ada di dalam mulutnya.

Mei Ling yang melirik ke bawah memperhatikan apa yang dilakukan Lina dengan penisku mulai tertarik juga.
Dia segera mengubah posisi.. sehingga sama dengan Lina tertelungkup di dekat kaki kananku.

Dia mulai menciumi pangkal pahaku. Lidahnya yang lembut mulai menggerayangi selangkanganku di sekitar biji kemaluanku.
Kedua tanganku mulai mengelus lembut kepala mereka.. yang kiri untuk Lina dan yang kanan jatah Mei Ling.

Lina masih terus mengulum penisku.. kadang dimasukkan ke mulutnya sampai pangkalnya.
Mei Ling mulai menjilati bola kembarku.. kadang bibirnya yang tipis menciumi dan menyedot pelan kantong bijiku.
Kedua tangan mereka mengusap-usap lembut perut bagian bawahku. Oh.. sungguh nikmat.. tubuhku seakan terangkat ke khayangan.

Mereka sekarang berganti peran. Mei Ling sudah mengulum penisku di mulutnya.. sedang Lina yang menjilati sekitar kantong bijiku.
Cara Mei Ling mengoral aku sungguh halus. Tak seperti Lina yang agak binal.. Mei Ling menggerakkan kepalanya mengangguk dengan sangat lembut.
Kadang kepala penisku disedotnya pelan.. diselingi libatan lidah halusnya di sekitar leher penisku.

Aku sangat suka apa yang dilakukan Mei Ling ini. "Oooohhhhh.. iya.. terus Ling.. iya Lin.. oh nikmat.. ooohh.."
Tak sadar aku mulai mengerang penuh kenikmatan.

Rupa-rupanya kata-kataku semakin menyemangati mereka untuk berbuat lebih hebat lagi.
Kali ini apa yang mereka lakukan sungguh luar biasa.. aku belum pernah merasakan yang seperti ini.
Sulit menggambarkannya dengan kata-kata.
Bibir mereka saling berciuman dengan kepala penisku di tengahnya. Lidah mereka saling membelit di penisku.

Lidah Mei Ling yang tipis lancip membelai lembut leher penisku sedang Lina menggosok kepala penisku dengan bagian bawah lidahnya yang bertekstur kasar itu.

Aku sudah tak sadar apa-apa lagi. Yang bisa aku lakukan hanya berbaring telentang.. kaki terbujur dengan paha mengangkang selebar-lebarnya. Mulutku terus mengeluarkan erangan dan desahan birahi. "Ooohhh . ooohhhh.. iya.. oohhh.. nikmat sekali.. iya.. ohhhh.."

Sekarang mereka melakukan hal yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Bibir mereka masih saling bertaut mengapit penisku.
Mereka gerakkan kepala secara berbarengan menggeleng pelan.. sehingga keempat bibir mereka seakan memeras penisku.
Kepala penisku masuk-keluar melalui sudut bibir mereka menimbulkan sensasi birahi yang tak pernah aku alami sebelumnya.

Tangan kanan Lina melakukan gerakan mengocok pelan di pangkal penisku.
Tangan kiri Mei Ling meremas dan mengusap lembut kantung bijiku. Gerakan kepala mereka semakin cepat dan kompak.

"Oohhhhhhh.. oooohhhhh.. oooohhhhh.. ooohhhhh.." Tubuhku mulai gemetar.
Sekujur tubuhku merinding nikmat merasakan apa yang mereka lakukan terhadap penisku.

Dan ternyata mereka merasakan reaksiku.. hingga seperti dikomandoi saja gerakan gelengan mereka semakin cepat dan kuat.
Kocokan tangan Lina semakin gencar. Sementara Mei Ling menggelitik tengah-tengah kantung bijiku dengan jari-jarinya yang lentik itu.

Aughhh..! Aku sudah tak punya pertahanan apa-apa lagi.
Rasanya sia-sia aku menahan ejakulasi.. karena semburan spermaku sudah tak bisa terbendung lagi.

Tubuhku sudah berkelojotan tak terkendali. Seluruh bulu di tubuhku berdiri.
Aku rasakan kenikmatan luar biasa ini sampai ke ujung jari kakiku.

"Ooohhhh..!” Cretts-cretts..! Suuurrrr.. suuurrr..! Cairan spermaku membanjir di mulut mereka.
Lidah mereka saling berlomba menyapu cairan kenikmatanku yang menyembur kencang itu.

Sedangkan aku terpapar lemas.. masih merasakan nikmat yang luar biasa. Sungguh aku belum pernah merasakan kenikmatan sehebat ini.
Spermaku sepertinya terus mengucur 'berliter-liter' dan lidah mereka dengan sigap menadahi setiap tetes yang meleleh dari lubang penisku.

Aihhh..! Entah berapa lama aku merasa terbang di angkasa kenikmatan ini.
Perlahan aku mulai mengembalikan kesadaranku. Mataku kubuka pelan dan melirik ke bawah.
Mereka masih sibuk saling menjilati kepala penisku yang terlihat basah mengkilat.

Ketika mereka sudah yakin bahwa tidak ada lagi cairan yang keluar dari penisku barulah mereka beringsut dan berbaring telentang di sampingku.
Aku peluk mereka berdua. Masing-masing aku hadiahi kecupan mesra di kening dan pipi.

"Makasih Lin.. Ling.. kalian memang sungguh hebat.. aku belum pernah merasakan yang seperti tadi..”
"Mas Ben.. Lina seneng bisa membuat Mas puas.. Lina juga puas kok..”
"Iya Mas.. aku puas juga.. maninya Mas Ben banyak banget ya..”

Kupererat pelukanku ke mereka berdua. Dengan manja mereka menyandarkan kepala ke dadaku.
Bergantian kuciumi rambut di ubun-ubun mereka dengan lembut dan mesra..
Sejenak kami beristirahat dalam posisi seperti ini ambil berbincang menggambarkan kenikmatan yang baru kami alami bersama.

Beberapa saat berselang.. kali ini Mei Ling yang mengambil inisiatif lebih dahulu.
Tangan kanannya mulai menggerayangi selangkanganku.

Penisku yang masih lunglai sehabis memuntahkan lahar hangat sebegitu banyak mulai dibelainya.
Jari-jari yang lentik dan mungil mulai mempermainkan penisku yang masih lemas.

Dengan telaten dipijit-pijitnya lembut kepala penisku.. lalu dengan halus dibelit-belitnya batang kejantananku dengan telunjuknya.
Adik kecilku sedikit mulai bereaksi. Perlahan namun pasti dia mulai bangkit membesar lagi.

Lina lalu bangkit berdiri.. dia merangkak dengan posisi kepala mengarah ke selangkangan Mei Ling.
Perlahan dibukanya paha Mei Ling. Dia mulai menciumi vagina Mei Ling. Lidahnya mulai menjelajah di sekitar lubang kemaluan Mei Ling.

Aku belum pernah melihat adegan seperti ini secara langsung.
Apa yang biasa aku lihat di film-film porno.. sekarang bisa aku nikmati dengan mata kepalaku sendiri.

Argghhh.. Aku mulai terangsang dengan sangat.. lagi..!!

Mei Ling sepertinya juga mulai bangkit lagi birahinya. Tangannya sudah menyingkir dari kemaluanku.
Dia mulai meremas dan membelai buah dadanya dengan kedua tangannya. Sungguh pemandangan yang sangat sensasional.

Lina merangkak menjilati kemaluan Mei Ling sambil tangan kirinya bermain di sekitar vaginanya sendiri.. sementara Mei Ling merangsang buah dadanya sendiri.

Penisku kini sudah lembali berdiri tegak melihat live show mereka ini.
Segera aku berlutut di samping Mei Ling.. penisku kusodorkan.. dan aku sentuhkan ke bibir Mei Ling yang tampak begitu merangsang.

Tanpa perlu dikomando Mei Ling segera mengulum penisku. Lantas aku gerakkan pantatku perlahan maju-mundur.
Penisku menggesek lembut bagian dalam mulut Mei Ling. Uwoohhh.. sungguh nikmatnya.

Beberapa saat di posisi demikian.. aku mengganti posisi. Aku lantas tiduran miring dengan penis mengarah ke mulut Mei Ling.
Mei Ling segera mmbuka mulutnya dan mengisap penisku. Kugamit paha Lina dan mendekatkan selangkangannya ke mulutku.
Lina paham apa yang aku maui.. dia segera ikutan berbaring miring.. paha kanannya diangkat ke samping dengan selangkangannya tepat di mulutku.

Crupp.. slrupp.. Segera kuciumi bibir bawah Lina yang begitu menggiurkan.
Mei Ling juga mengikuti kami berbaring miring dengan vagina kembali di bibir Lina.
Dalam posisi ini kami menikmati oral seks bertiga.

Mei Ling mengulum penisku.. aku menjilati vagina Lina dan Lina melumat kemaluan Mei Ling.
Mungkin ini yang dimaksud dengan ‘cinta segitiga’ yang sesungguhnya. Haha..

Beberapa saat kami saling menikmati.. kemudian kami berganti posisi lagi.
Lina yang mengisap penisku.. aku melumat vagina Mei Ling.. dan Mei Ling menjilati liang kemaluan Lina.
Wow.. ini pengalaman yang aku ingat terus sampai sekarang.

Jilatan dan isapan kami semakin kuat. Sepertinya Lina sudah tak bisa menahan diri lagi. Tubuhnya mulai gemetaran liar.
Aku segera bangkit mengatur posisi kami. Mei Ling masih telentang mengangkang.

Lina merangkak dengan kepala tertunduk.. menjilati alat kewanitaan Mei Ling.
Lututnya bertumpu di pinggiran bawah kasur. Pahanya agak membuka.

Sambil berdiri kuarahkan kepala penisku yang sudah mengkilat itu ke liang kenikmatan Lina yang sangat mengundang syahwat.

Slebb..! Perlahan kutusukkan batang kelakianku membelah.. lalu menembus gua nikmat vagina Lina.

"Ergghhh.. masshhh.." Tubuh Lina bergetar sedikit saat menyambut sodokan batang kelelakianku di dalam tubuhnya.

Selangkanganku kutempelkan ke pantat semok Lina yang padat berisi itu.. Jlegg..! Otomatis seluruh batang penisku terbenam ke dalam vagina Lina.

Kemudian secara perlahan aku mulai memompa pantatku maju-mundur berirama.
Clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb..

Lina mengimbangi dengan jilatan yang semakin liar di klitoris Mei Ling.
"Ooohhhh.. iya ..iya Lin.. ohhhh nikmat sekali..” Mei Ling mulai naik birahi.

Tak lama.. kurasakan tubuh Lina semakin gemetar.. pantatnya bergoyang memutar tak beraturan.

Aku tahu Lina sudah hampir mencapai klimaksnya. Gerakanku semakin aku percepat dan perkuat.
Kedua tanganku memegang kedua sisi pinggulnya.. sehingga aku semakin leluasa menyodokkan batang penisku ke vaginanya.

Pantat Lina yang bulat berisi bergoyang seksi dan terasa memukul-mukul pangkal pahaku.
Bukit pantat Lina kutahan ke samping.. sehingga penetrasi batang penisku terasa semakin mentok dan dalam.

"Heghhh..!" Kutahan batang kemaluanku di dalam jepitan dinding vagina Lina.. sementara pantatku kugerakkan naik-turun.. sehingga kepala penisku menggesek-gesek ujung vagina Lina.

"Aahhhhh.. aahhhh..!" Srrr.. srrr.. srrr.. srrr.. kurasakan vagina Lina menyemburkan cairan hangatnya ke batang penisku.

Jleghh..! Maka kuhujamkan batang penisku sedalam-dalamnya dan semakin banyak cairan nikmat Lina yang meleleh keluar.

Lina sudah mengalami orgasmenya. Tubuhnya sekarang terdiam bagai patung. Napasnya tersengal-sengal.
"Aaahhh.. ahhhhh.. nik.. mat.. Mas.. ahhhh.." erangnya terputus-putus namun penuh kepuasan.

Slebb.. Perlahan kucabut batang penisku yang masih tegak menantang dari bekapan liang vagina Lina.
Lina sudah tertelentang lunglai.. dengan posisi terbalik di samping Mei Ling.
Kepalanya di tepi kasur di dekat kaki Mei Ling.. tepat di bawah penisku.

Aku segera menarik Mei Ling agar dia merangkak dengan posisi pantat mengarah ke arahku.
Mei Ling segera mengerti apa mauku. Dia lalu merangkak bertumpu pada kedua tangan dan lututnya.
Selangkangannya mengangkang tepat di atas wajah Lina sedangkan kepalanya tepat di selangkangan Lina.

Mei Ling segera menjilati vagina Lina yang masih basah berlendir sisa orgasmenya tadi.
Dengan kedua tanganku kubelai pantat telanjang Mei Ling yang terlihat sangat seksi itu.
Begitu putih dan mulus. Pantat terindah yang pernah aku lihat.

Perlahan tapi pasti kubuka kedua bukit pantat itu.. memperlihatkan liang vagina yang begitu sempit dan merangsang nafsuku.

Segera kuarahkan senapanku yang sudah terkokang basah oleh cairan cinta Lina ke belahan lubang kenikmatan Mei Ling.

Slebbh..! Dengan lembut kutusukkan kepala penisku sambil menekan perlahan hingga seluruh batang kelakianku amblas ditelan gua surga Mei Ling.
"Nghhh.. oohh.." Lirih terdengar desahan serak-serak basah meluncur dari mulut Mei Ling.

"Eghhh..!" Sungguh sempit vagina Mei Ling mengemut batang penisku..
Tak pelak.. mau tak mau aku harus melepas erangan penuh nikmat ketika merasakan betapa rapat dan seretnya batang penisku menelusup di belahan nikmat Mei Ling Itu.

Ughhh.. Wuenakkkeee..!
Batang penisku yang tak seberapa besar.. seperti dijepit oleh dinding vagina Mei Ling yang halus licin.. seolah tertahan-tahan untuk dapat meyodok lebih ke dalam lagi.

Ergghh.. Tubuhku merinding. Aku ingin menikmati vagina Mei Ling sedaritadi.. dan kini keinginanku terwujud sepenuhnya.
Dan sesuai bayanganku.. vaginanya sungguh hangat.. nikmat.. rapat dan menjepit erat batang penisku.

Dengan sangat perlahan aku mulai memompa pantatku maju-mundur dengan teratur.
Crebb.. clebb.. clobb.. clobb.. clebb.. clobb.. clebb.. clebb..! Mei Ling pun sepertinya sangat menikmatinya.
Terlihat kepalanya terangguk-angguk sambil lidahnya terjulur menjelajah selangkangan Lina yang sudah mengangkang lebar.

Mei Ling kemudian sedikit merendahkan pantatnya dengan membuka pahanya lebih lebar.. sehingga klitorisnya tepat di depan mulut Lina.
Lina tak membuang percuma kesempatan itu. Dengan lidahnya yang panjang dia mulai menjilati dan mengulum klitoris Mei Ling.
Kadang lidahnya menjilat-jilat kantung bijiku dan pangkal penisku yang sedang menusuk-nusuk liang senggama Mei Ling yang nikmat itu.
Erghhh.. jelas saja ini menambah kenikmatanku.

Jilatan Lina di klitoris Mei Ling semakin liar seirama dengan isapan dan jilatan Mei Ling di vaginanya.
Tubuh kami bertiga bergetar berirama.. seakan menyatu dalam kayuhan kenikmatan.

Aku tahu Mei Ling sudah mendekati puncaknya.. tak heran.. dengan sodokan penisku di vaginanya dan jilatan liar Lina di klitorisnya wanita mana yang bisa bertahan lama.
Lina.. yang memang gampang mencapai orgasme tentu juga sudah hampir jebol pertahanannya.

Aku semakin memperkuat goyangan pantatku. Clobb-crebb-clebb-clobb.-clobb.-clebb.-clobb.-clebb-clebb..!
Tanganku sudah aku arahkan meremas payudara Mei Ling dan jari-jariku memelintir putingnya yang mungil itu.

Jlebb..! Kusodokkan dan kubenamkan batang penisku seluruhnya ke dalam liang vagina Mei Ling.
Pantatku aku gerakkan memutar. Lina segera mencium dan menyedot lembut kantung bijiku.

Erghhh..! Aku sudah nggak tahan lagi. Dan kurasakan Mei Ling sepertinya juga sudah mendekati puncak pendakian nikmatnya.

Maka dengan segera makin kurapatkan selangkanganku ke belahan pantat Mei Ling. Kuputar pinggulku semakin cepat.
Tubuh Lina sudah kaku tak bergerak.. serangan bibir dan lidah Mei Ling di kemaluannya rupanya membuat dia segera menyerah.

"Aahhhhh.. aahhhhh.. ahhh.. hhhh..” Lina terkapar KO lebih dulu untuk keduakalinya.
Sementara Mei Ling telah pula berhenti melumat selangkangan Lina.

Erangan kenikmatan Lina menambah birahi kami dan beberapa detik kemudian giliran Mei Ling yang mencapai klimaksnya.
Pantatnya ditekan kuat ke selangkanganku. Vaginanya berdenyut-denyut seolah memeras batang penisku yang masih tertancap erat di dalam sana.

"Ohh-ohh-oohh-oohh-hhhh-hhhh-hhh.. Oohhhh..!" Srrr.. srrr.. srrr.. srrr.. cairan hangat membelasah batang penisku yang tengah terbekap di liang vagina Mei Ling.

Beberapa detik kemudian.. "Erggghh..!" Bentengku ikut ambrol juga. Drrtt.. drtt.. drrtt.. Badanku gemetar hebat.
Payudara Mei Ling kuremas kuat-kuat. Spermaku menyembur bercampur cairan hangat dari vagina Mei Ling.

"Shhhhhh shhhhh..” Crotts.. crotts.. crotts..
Seluruh tubuhku masih merinding ketika Lina setengah memaksa memundurkan selangkanganku.. sehingga.. Plopp..!
Penisku tercabut dari bekapan vagina Mei Ling yang masih berkedut-kedut.
Lendir orgasme Mei Ling bercampur spermaku meleleh keluar dan penisku masih meneteskan sisa-sisa kenikmatanku.

Kepala Lina sudah mendongak ke belakang.. tengkuknya bersandar pada pinggiran kasur.
Mulutnya yang sudah terbuka lebar segera mencaplok penisku yang masih tegar berdiri.
Lantas diisapnya kuat-kuat kepala penisku.. sehingga sisa sperma yang masih ada di saluran penisku tersedot habis ke mulut Lina.

Akhh..! Kurasakan kenikmatan secara beruntun.. belum habis aku menikmati vagina Mei Ling.. sekarang mulut Lina yang meneruskan orgasmeku.
Ohhh.. Sungguh tak terbayangkan dengan kata-kata.

Setelah Lina puas mengisap habis spermaku dia kemudian menjilati vagina Mei Ling yang masih melelehkan lendir birahinya.
Mei Ling nampaknya juga menikmati apa yang dilakukan oleh Lina. Dia pun semakin giat menyapu vagina Lina dengan usapan lidahnya.

Akhirnya kami bertiga kembali berbaring kelelahan. Aku ciumi Lina dan Mei Ling bergantian.
Mereka dengan suka cita menyambut ciumanku dengan mesra. Lalu mereka pun saling berciuman di dadaku.

"Mas Ben.. aku suka posisi kita tadi.. selama ini aku memang bayangin yang seperti itu..”
"Iya Mas.. Lina juga suka banget.. rasanya nikmat.. Ling gimana.. penis Mas Ben enak kan..? Lina nggak bohong kan..?” Celoteh Lina pada Mei Ling.

"Iya Lin.. bener kok.. Mas Ben.. Mas pinter banget deh nyenengin cewek.. pantesan Lina sering cerita soal Mas Ben..”
"Ah.. justru aku yang merasa enak banget.. kalian berdua memang hebat.. udah cantik pinter lagi..” Pujian ini memang tulus dari dalam hatiku.

Kami masih saling berbincang dan sesekali saling berciuman. Aihh.. Rasanya aku sungguh beruntung bisa mendapat dua orang dewi cinta seperti ini.

Sekitar setengah jam kami berbaring-baring kelelahan.. Kemudian dengan malas kami bertiga ke kamar mandi saling membersihkan diri.
Dengan masih bertelanjang bulat kami kembali ke kamar.

"Mas Ben.. aku laper nih.. mau pesen makan.. Mas pesen apa..? Kamu pesen apa Lin..?”
"Aku steak medium ama kentang aja deh Ling.. Mas Ben mau apa..?”
"Aku pengin yang seger-seger.. sop buntut aja deh.. pakai nasi ya..”

Mei Ling menekan tombol di telpon dan memesan makanan.. dia juga makan steak persis seperti Lina. Sekitar 20 menit kemudian bel pintu berbunyi.
Mei Ling berdiri.. mengenakan bathrobe. mengikatnya dengan rapi.. sehingga tubuh bugilnya tertutup rapat.
Dia mengambil dompet dari tas tangannya yang ada di meja.. berjalan ke pintu tembusan ke ruang tamu.. lalu menutup rapat pintunya.

Tak lama kemudian dia memanggil kami ke ruang tamu untuk makan. Tubuhnya sudah bugil.. Bathrobenya tersampir di sisi sofa.
Kami bertiga lantas makan sambil tetap telanjang bulat.
Baru kali ini aku makan sambil bugil ditemani dua orang wanita cantik yang sama-sama bugil.
Satu lagi kenangan yang tak pernah aku lupakan sampai hari ini.

Piring-piring kami segera licin tandas. Rupanya kami bertiga kelaparan karena kegiatan kami tadi. Jam di dinding menunjukkan pukul tujuh lebih sedikit.

Dengan saling berangkulan kami berjalan ke kamar lagi. Aku duduk di pinggir kasur bersandar ke kepala tempat tidur.
Kuambil remote dari atas meja kecil di samping tempat tidur. TV aku hidupkan.. aku segera menyimak berita yang sedang ditayangkan.
Lina dan Mei Ling berbaring di sisi kiriku.. mereka mencoba menikmati juga berita di TV.

Tapi rupanya mereka kurang suka. Mereka segera saling berpelukan dan mulai berciuman.
Tangan mereka mulai saling menggerayangi tubuh masing-masing. Kadang mereka saling bergantian saling mengisap puting satu sama lain.

Sejenak aku agak mengacuhkan mereka.. perhatianku masih terpaku pada TV. Desahan dan erangan mereka semakin mengacaukan perhatianku ke TV.
Tak lama kemudian aku jadi lebih memperhatikan apa yang sedang mereka lakukan daripada berita di TV.
Wajarlah.. hanya lelaki edan yang lebih memperhatikan TV daripada dua wanita cantik yang sedang telanjang saling merangsang satu sama lain.

Sekarang Lina sudah merangkak di atas tubuh mulus Mei Ling dalam posisi 69. Mereka saling mencumbu kemaluan satu sama lain.
Hanya desah kenikmatan dan napas terengah-engah yang terdengar dari kegiatan mereka.
Aku sangat menikmati pemandangan ini. TV segera aku matikan dan perhatianku penuh kepada mereka berdua.

Dalam posisi ini pantat Lina yang menungging sungguh seksi dan indah untuk dilihat.
Tak tahan.. tanganku segera mengelus dan meremas kedua bukit pantatnya yang mulus itu.
Bibirku pun mulai menciumi seluruh permukaan punggung Lina yang putih tak bercacat. Senjata pamungkasku mulai berdiri lagi.

Tangan kanan Mei Ling segera menggapai batang penisku dan mengocokya dengan pelan.
Kulit tangannya yang halus membelai seluruh permukaan penisku mulai dari kepala sampai ke pangkalnya.
Kepala penisku kadang diselipkan di antara jari-jari yang lentik dan halus itu. Lidahnya tak berhenti menari di seluruh permukaan kemaluan Lina.

Aku menciumi dan menjilati pantat Lina yang bulat seksi itu. Sementara Lina semakin agresif melumat vagina Mei Ling dengan bibirnya yang tebal sensual.
Kami sangat menikmati permainan ini untuk beberapa saat.

Kemudian Mei Ling berkata.. "Lin.. aku pengin liat kamu main ama Mas Ben.. mau kan..?”
Sebagai jawabannya Lina yang sudah mulai naik birahi itu hanya mengangguk pelan.

Kami segera berganti posisi. Aku telentang di tengah kasur. Lina segera mengambil posisi tengkurap dengan kepala mengarah ke kemaluanku.
Penisku segera dikulumnya dan dimainkan dengan lidahnya yang sekarang semakin lincah.
Mei Ling berdiri di sisi ranjang mengawasi kami berdua seperti seorang mandor sedang mengawasi anak buahnya bekerja.

"Ooohhh.. kalian seksi sekali.. terus Lin.. ohh aku jadi terangsang nih ..”

Sejalan dengan perkataannya.. Mei Ling mulai meremas-remas buah dadanya sendiri.
Lidahnya menjilati bibirnya yang tipis merangsang itu seakan ikut menikmati jilatan lidah Lina di kepala penisku.
Sungguh pemandangan yang langka nan indah yang tak bisa terlupakan.
Seorang wanita yang begitu cantik dengan tubuh yang putih mulus sedang merangsang dirinya sendiri tak sampai semeter jaraknya dariku.

"Lin sekarang ganti posisi ya.. kamu di bawah ya..”
Lina tak menanti duakali komandoku. Dia segera tiduran telentang dengan paha terbentang lebar.
Liang senggamanya yang begitu menggairahkan sudah mulai basah mengundang.

Aku pegang tumitnya.. kedua betisnya segera kunaikkan ke pundakku. Sambil berlutut kuarahkan penisku menuju liang kenikmatannya.
Sambil aku putar dengan tangan.. Clebb.. perlahan kutancapkan penisku di liang itu.

"Aaaahhh.. iya Mas.. ahhhh ayo Mas..”
"Oohhhhh merangsang sekali.. ohhhhhh.. terus Mas Ben.. tusuk Lina Mas..” Mei Ling menimpali erangan Lina.

Sekarang kulihat dia sudah mengangkat kaki kirinya di kasur.. sehingga selangkangannya terbuka lebar-lebar.
Kltorisnya yang mungil tampak menyembul keluar di antara bulu-bulunya yang pendek rapi itu.
Tangan kirinya mulai menggosok-gosok klitoris itu dan tangan kanannya masih meremas buah dada kirinya.

Slebb..! Penisku mulai terbenam ke dalam vagina Lina yang hangat dan membasah.
Mulai kupompa perlahan liang nikmatnya sambil mataku tak lepas dari aksi Mei Ling masturbasi di hadapanku.
Clebb.. crebb.. clebb.. clobb.. clobb.. clebb.. clobb.. clebb.. clebb..!

Sengaja aku bergerak lambat-lambat.. Aku tak ingin Lina terlalu cepat mencapai klimaksnya. Tak lupa aku juga ingin Mei Ling bisa menikmati lebih lama permainan kami.
Dan sepertinya Mei Ling bisa merasakan apa yang aku lakukan.. tubuhnya semakin bergoyang mengikuti gosokan jarinya di klitorisnya.

Ketika aku merasakan Lina sudah mendekati puncaknya.. aku menghentikan permainanku.
Plopp..! Kucabut penisku dari jepitan vaginanya.
Kayaknya Lina agak kecewa.. "Aaaahhhh Mas.. Mas Ben.. ayo masukin.. ahhhh Lina udah mau sampai nih.. ahh.."

"Sabar Lin.. tahan bentar.. kamu gantian di atas ya..”

Aku lantas berbaring telentang. Lina segera berjongkok di atasku dengan liang vaginanya sudah menyentuh kepala penisku.
Kedua tangannya bertumpu pada lututnya yang tertekuk.. dia mulai menurunkan pantatnya.. Slebb.. batang kemaluanku mulai amblas lagi ditelan gua kewanitaannya.

Kugamit paha Mei Ling yang masih berdiri di sisi ranjang. Kutarik pelan ke arahku.
Dia segera mengerti maksudku. Dia segera berjongkok berhadapan dengan Lina. Selangkangannya terbuka lebar tepat di atas wajahku.
Wow.. aku lihat pemandangan yang sangat indah tak lebih sejengkal dari mataku.

Jujur harus aku akui bahwa kemaluan Mei Ling adalah salahsatu yang terindah yang pernah aku lihat.
Warnanya begitu terang dan bentuknya begitu mungil. Lubang anusnya begitu rapat berwarna putih hanya sedikit lebih tua dari kulit pantatnya yang mulus itu.

Entah dorongan darimana aku segera menjilati tanpa rasa jijik sedikitpun area mulus antara lubang anus dan vaginanya.
Hanya terhadap Winda istriku aku pernah lakukan ini. Dengan wanita lain aku selalu ada rasa jijik sekalipun aku ingin melakukannya.

Mei Ling sangat suka dengan apa yang aku lakukan.. dia mengerang penuh kenikmatan.
"Oohhhhh iya.. Mas.. ohh nikmat sekali.."

Lina tentu saja tak tahu apa yang aku lakukan dengan anus Mei Ling.
Dia sudah tenggelam dalam dunia kenikmatan menunggangi batang penisku.. dia sama sekali tak perhatian apa yang dilakukan oleh lidahku.

Hanya desahan kenikmatan yang keluar dari mulutnya. "AAahhhhhhhh ahhhhhhhh.."
Dia memompa penisku semakin kuat dan cepat.

Puas menjilati sekitar anus Mei Ling aku mulai menggarap klitorisnya yang sedaritadi memanggil-manggilku.
Lidahku aku julurkan sepanjang mungkin dan ujungnya menyentuh klitoris yang sudah sangat sensitif itu.
Berbareng dengan Lina dia juga menggerakkan pantatnya naik-turun.. sehingga lidahku yang kaku menjulur menggesek-gesek klitorisnya.

Sekarang mereka saling berpelukan sambil berjongkok. Sepertinya bibir mereka saling berciuman karena aku tak mendengar lagi desahan Lina dan Mei Ling.
Gerakan mereka naik-turun semakin seragam dan simultan.

Lina sudah mulai limbung dan tubuhnya mulai bergetar. Gerakan pantatnya naik-turun semakin kuat.
Tiba-tiba .. Jlegghh.! Selangkangannya dihujamkan dalam-dalam ke selangkanganku.

Batang kemaluanku terhujam sedalam-dalamnya tandas di kedalaman liang senggamanya.
Huff..!! Terasa ada cairan hangat menyembur batang penisku. Tanpa sepatahpun keluar dari mulut Lina yang masih dilumat oleh mulut Mei Ling.

Tapi aku tahu Lina baru saja mencapai orgasmenya. Perlahan tubuhnya mulai melemas. Dia beranjak turun dari atas tubuhku.
"Gantian kamu ya Ling.. aku sudah puas banget.. makasih Mas Ben..”
Dia mengecup lembut pipiku. Mei Ling segera menggantikan posisi Lina.

Dia sudah berjongkok dan mulai mengarahkan penisku dengan tangannya ke liang kewanitaannya.
Blessebb..! Perlahan-lahan ditancapkannya senjata kejantananku ke lubang sempit di selangkangannya.
Dengan sangat lembut dia turunkan tubuhnya.. sehingga penisku mulai memasuki gua kenikmatannya.
Gaya Mei Ling agak berbeda dengan Lina. Mei Ling sangat lembut sedangkan Lina agak binal.. Jujur.. aku lebih suka gaya Mei Ling.

Dia mulai duduk di selangkanganku. Pahanya yang mulus dan padat menduduki kedua pangkal pahaku.
Lututnya setengah bertumpu di kasur. Lalu dengan sangat halus dia mulai memaju-mundurkan pantatnya.
slebb.. slebb.. slebb.. slebb.. slebb.. slebb.. slebb.. Perpaduan gesekan dua kelamin kami itu menimbulkan bunyi yang indah dan syahdu.
Semua ini dia lakukan dengan penuh perasaan.. seakan ingin menikmati setiap detik yang kami lalui bersama.

Aku mulai memperhatikan Mei Ling yang berada di atas tubuhku. Matanya terpejam rapat menghayati setiap gerakannya.
Kedua tangannya dia letakkan di belakang bukit pantatnya.. seakan membantu goyangannya. Buah dadanya yang sangat menggairahkan semakin membusung.
Betul-betul pemandangan yang sangat merangsang dan indah untuk dinikmati.

Tangan Lina mulai menggerayangi payudara kiri Mei Ling. Lidahnya mulai menjilati puting Mei Ling yang tegak menantang.
Tanpa kusadari tangan kiriku kini mulai ikut meremas buah dada Mei Ling yang kanan.

Gerakan pantat Mei Ling semakin teratur dan dengan perlahan dia mulai menaikkan tempo goyangannya.
Dari mulutnya yang terbuka sedikit mulai terdengar desah-desah birahi. "Oooooohhhh.. ooooohhhhhhh.. ooohhhhhh..”

Beberapa saat kemudian mulai dapat kurasakan gerakan pantat Mei Ling semakin menguat.
Batang penisku semakin 'tercekik' megap-megap nikmat di dalam liang vaginanya yang sempit itu.

Erghhh.. Aku mulai mendekati puncak kenikmatanku.

Dari getar tubuh dan lenguhan napasnya.. aku juga tahu bahwa keadaan Mei Ling sudah tak jauh berbeda dengan aku.
Puncak surga dunia sudah mulai terlihat di sana.

Tiba-tiba Mei Ling mengubah posisinya tanpa membuat penisku tercabut dari gua senggamanya.
Tubuhnya ditelungkupkan di atas tubuhku. Payudaranya yang padat kenyal menindih dadaku.
Kakinya sudah diluruskan menimpa kakiku. Selangkangannya yang halus menempel ketat ke selangkanganku.

Aku segera membuka lebar pahaku. Sekarang kedua pahanya yang halus mulus itu terletak di antara kedua pahaku.
Segera kujepit pahanya.. saat pahanya terjepit pahaku otomatis selangkangannya agak terangkat sedikit.
Pahaku aku kendorkan lagi.. sehingga selangkangannya kembali menempel. Demikian terus aku lakukan. Jepit kendor.. jepit kendor.
Dengan jarak terbatas penisku menusuk maju-mundur dinding vagina Mei Ling.

Kami berdua sudah tak ingat akan kehadiran Lina sama sekali. Tubuh kami seakan menyatu dan napas kami sudah saling memburu.
Tak lama kemudian tubuh Mei Ling terasa mulai bergetar.

Segera kuangkat pantatku setinggi mungkin.. sambil masih melakukan gerakan jepit kendor secara teratur.

"Oooohhhh.. ohhhhh.. ooohhhhh..” Desahan serak-serak basah Mei Ling di dekat telingaku membuat aku semakin cepat mendaki puncak khayangan nikmat birahi.

Dalam dua-tiga detik ke depannya aku tau kalo gawangku juga akan segera bobol.
Rupanya Mei Ling juga setali tiga uang kondisinya. Tubuhnya sudah bergetar menggelinjang seperti orang kena setrum.

Arghhh..! Aku sudah tak ingat apa-apa lagi ketika tiba-tiba.. srrr.. srrr.. srrr.. srrr.. srrr.. srrr..
Kurasakan cairan hangat meleleh di penisku.. dan pada detik itu juga spermaku meledak.. tak kuat lagi menahan kenikmatan jetipan dan perahan kontraksi dinding-dinding vagina Mei Ling.

"Oohhhh..!" Mei Ling melolong panjang.. melepas derita nikmatnya.

Crotts.. crooots.. crooots..! “Oohhhhh..!" Kurasa lolonganku tak kalah panjangnya.

Kami berdua sampai di puncak Himalaya secara bersamaan.
Tubuh kami masih menggigil.. menyatu dalam puncak asmara.. menikmati birahi yang baru kami reguk sepuasnya untuk beberapa saat.

Ciuman lembut Lina kemudian menyadarkanku kembali ke alam nyata. Kulihat tubuh Mei Ling yang masih menindihku sudah mulai lemas lagi.
Perlahan aku lihat Mei Ling mulai membuka kedua matanya yang selama episode nikmat tadi selalu terpejam rapat.

"Mas Ben.. makasih.. aku puas sekali Mas..” ujar Mei Ling berbisik sambil mendaratkan kecupan lembut di pipiku.
"Oh Ling.. aku juga nikmat sekali..” aku balas kecupannya.

Malam itu kami bertiga terus menikmati manisnya madu birahi sampai akhirnya kami tertidur kelelahan.. entah jam berapa.

Aku terbangun karena bunyi gemercik air dari kamar mandi. Kulihat Lina dan Mei Ling sudah tak ada di sisiku. Mereka rupanya sedang mandi berdua.
Kuambil arlojiku di meja kecil samping tempat tidur.. jam 9 kurang sedikit. Aku jadi ingat kalau jam 11 nanti aku sudah harus ada di kantor rekan bisnisku.

Segera aku bangkit dan bersamaan aku lihat Mei Ling dan Lina berjalan beriringan keluar dari kamar mandi hanya memakai pakaian dalam.
Wajah mereka sudah segar dan ceria.

"Pagi Mas Ben.. wah tidurnya nyenyak banget kayak bayi..” sapa Mei Ling sambil tersenyum manis.
"Iya Mas.. kayak bayi yang habis kerja lembur.. ha ha ha..” Lina tertawa renyah.

Aku belum sempat berkomentar apa-apa ketika mereka masing-masing mendaratkan kecupan mesra di kedua pipiku.
"Mas Ben mandi dulu ya.. katanya ada janji jam 11.. aku sudah pesan sarapan.. bubur ayam suka kan Mas..?” celetuk Mei Ling.

Aku mandi agak lama sambil berendam air hangat melepaskan kepenatan badanku.
Selesai mandi aku lihat mereka berdua sudah berpakaian lengkap sedang berdandan di depan cermin di meja rias yang besar itu.
Aku segera berpakaian dan kami menyantap sarapan yang sudah siap di meja ruang tamu.

Selesai makan Lina berpamitan.. "Lina jalan dulu ya Mas Ben.. udah ditungguin tante..”

"Lho kamu jadi pergi..? Ntar malem udah balik ke sini kan..?”
"Ya jadi dong Mas.. udah janji ama tante. Ntar malem ya nggak bisa balik.. kan Lina keluar kota.. 3 hari baru balik..”

"Wah gimana dong..?”
"Gimana apanya Mas..? Kan ada Mei Ling yang nemenin Mas ntar malem..” Lina berkata sambil melirik Mei Ling.

"Iya Mas.. aku bebas kok ntar malem.. aku temenin deh.. mau kan..?” Mei Ling menimpali.
"Eh iya deh.. selamat jalan ya Lin.. ati-ati. Makasih atas segalanya. Besok aku juga harus balik ke Jkt.. jadi nggak bisa ketemu deh..”

Aku segera memeluk dan menghadiahi Lina dengan ciuman yang mesra. Lina menyambutnya dengan tak kalah mesranya.

"Ok Mas.. Lina juga makasih.. jangan lupa call Lina kalau Mas ke sini lagi.. Ling.. aku duluan ya.. jaga Mas Ben baik-baik lho..” kata Lina sambil tersenyum menggoda.

"Nggak usah kuatir Lin.. aku pasti jagain Mas Ben.. salam buat tante Yenni ya..” ujar Mei Ling membalas senyum menggoda Lina dengan mengedipkan mata.

Mei Ling mengecup pipi Lina sambil mengantarnya ke pintu. Tinggal kami berdua di ruang tamu.
Kami berbincang sejenak sambil berpelukan. Aku lihat arloji.. tak terasa sudah jam 10 lewat.

Kami sempat berciuman beberapa saat dan keluar kamar berdua. Mei Ling mengantarku ke kantor rekan bisnisku.
Kami atur untuk saling kontak via HP nanti sore karena aku tidak tahu sampai jam berapa aku selesai dengan urusanku.

Di sepanjang perjalanan aku sudah membayangkan betapa indahnya semalam bersama Mei Ling. Ahh.. (. ) ( .)
===============================
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Sensasi cerita 3some emang beda.:adek:
kalo masih ada stock lanjut gan ceritanya.. :beer:
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd