Chapter 12. Kupinang Kau Dengan Bismillah
Cuplikan chapter sebelumnya...
Setelah Tasya membaca pesan WA terakhir dari Ferdy, kemudian mencoba ia menghubungi ponsel Adit, tetapi masih saja tidak bisa dihubungi nomor ponselnya.
"Tunggu saja, Dit! Aku tidak rela jika kau menikahi pelacur itu. Hanya aku yang pantas untukmu, kau hanya milikku bukan milik orang lain".
.
.
.
Pov 3rd
Jam 10.30, mereka sudah tiba Adit di sebuah butik. Butik yang menyediakan gaun pengantin, kebaya pengantin maupun jas pengantin.
Adit sengaja mengajak Cinta ke butik sahabatnya, ia ingin membahagiakan Cinta dengan membelikan sebuah kebaya dan kain batik untuk pernikahan mereka, pemuda itu ingin memberikan kesan terindah untuk momen spesial mereka walaupun nanti diadakan dengan sangat sederhana.
Saat mereka berdua masuk kedalam butik itu teriakan histeris seorang wanita yang mungkin seusia dengan Dewi kakak iparnya.
"Adit.....! Kangen", ucap wanita itu segera memeluk pemuda itu tanpa ia menyadari keberadaan Cinta.
Beberapa saat Adit dan Yessi berpelukan, melepas kangen. Hal itu sedikit menimbulkan kecemburuan di hati Cinta, wajahnya tiba-tiba cemberut dan menahan amarah melihat kejadian yang tidak ia duga-duga.
"Hmmmm", suara deheman Cinta keras dan lantang.
Seketika menyadarkan keduanya, Adit kikuk dan grogi sementara Yessi malu tetapi ia berusaha untuk tersenyum, ia tidak menyadari dan melihat Adit ternyata membawa seorang gadis cantik yang seketika membuat mata Yessi melotot dan terbelalak.
"Kamu....Kamu....", ucap Yessi tergagap-gagap seakan ingin mengatakan sesuatu tentang gadis yang saat ini dihadapannya.
Adit pun cepat tanggap akan keterkejutan Yessi, ia pun kemudian memperkenalkan Yessi pada Cinta supaya mereka bisa kenal dan terjadi keakraban diantara keduanya.
"Cinta kenalin ini sahabat mas, namanya Yessi. Sahabat mas dari SMA sampai sekarang. Dan ini Cinta, calon istri ku, Yess", ucap Adit memperkenalkan mereka berdua.
"Cinta mbak", ucap Cinta sambil mengulurkan tangan, dan sudah bisa tersenyum setelah mendengar penjelasan Adit.
"Ye....Yessi", kata wanita itu gugup dan terlihat masih kaget lalu menyambut uluran tangan Cinta.
"Dia adalah pemilik butik ini, Cin. Salut mas sama perjuangan dia, dari usahanya kecil-kecilan sekarang sudah maju dan berkembang loh", sambung Adit memuji Yessi atas usaha yang dijalaninya.
"Udah ah, Cin. Nggak usah dengerin gombalan dan dongeng ngaco calon laki mu, mending sekarang kita coba-coba dulu kebaya dan kain batiknya semoga saja ada yang pas dan cocok di tubuhmu", sanggah Yessi menanggapi omongan Adit.
"Ayo deh mbak! Cinta ngikut aja", sahut Cinta senang.
.
.
.
Cinta Rahayu Pramudya aka Cinta
Pov Cinta
Aku sempat melihat kegugupan mbak Yessi ketika pertama kali melihat ku, aku sempat berpikir,
"apakah mbak Yessi sedang melihatku seperti ia sedang melihat orang yang sudah lama ia kenal tetapi ah sudahlah mungkin itu hanya kebetulan saja".
Aku pun mengekor mengikuti mbak Yessi di belakang nya, dia mengajak ku ke sebuah ruangan, terlihat kebaya dan gaun pengantin tertata rapi dalam sebuah etalase sangat indah dan mempesona gaun dan kebaya-kebaya itu.
Mbak Yessi pun mulai membuka etalase yang terdapat patung monekin yang memajang kebaya cantik berwarna putih serta kain batik bawahannya berwarna coklat.
"Coba yang ini dulu, feeling ku ini sangat cocok dan pas sekali dengan ukuran tubuhmu, Cin", ujar nya sambil menyerahkan kebaya dan kain batik yang sudah ia lucuti dari patung monekin tersebut.
Aku menerima kebaya dan kain batik tersebut dengan senang hati, entah mengapa aku pun suka dengan pilihan dari mbak Yessi ini.
Setelah beberapa menit aku mengganti pakaian dan memakai kebaya dan kain batik tersebut ternyata ukurannya sangat pas dengan ukuran tubuhku.
Mbak Yessi yang melihat ku sempat terperanjat dan menutup mulutnya, entah apa sebabnya tiba-tiba air matanya turun dari kedua bola matanya yang indah itu.
"Eh mbak Yessi, kok mbak malah jadi nangis, maaf ya apa ada yang salah dengan Cinta mbak?", tanya ku bingung melihat perubahan mbak Yessi yang tiba-tiba sedih.
"Kamu mirip dengan nya Cin. Mirip sekali bahkan saat pertama kali melihatmu aku seakan melihat almarhumah sahabatku", jawab mbak Yessi dengan bibir bergetar.
Melihat air mata dan kesedihan mbak Yessi hatiku tiba-tiba terenyuh dan mendekatinya, ku peluk ia supaya bisa memberikan ketenangan.
"Ada apa mbak, kok tiba-tiba sedih, kalo boleh tau siapa yang mbak Yessi maksud", kataku bertanya sopan.
"Kebaya dan kain batik yang kamu pakai itu adalah kebaya yang pernah di pakai almarhumah Ayudia sahabatku, dan baju kebaya itu kami berdua bikin saat acara sekolah dulu. Hanya itu salah satu kenangan mbak dengan nya yang masih tersisa, Cin".
"Maksud mbak, baju kebaya dan kain batik ini peninggalan almarhumah sahabat mbak, duh Cinta nggak tau, Cinta minta maaf mbak", kata ku ikut terharu.
"Nggak perlu minta maaf, Cin. Malah mbak seakan melihat sosoknya di dirimu", sanggah Yessi.
"Dan perlu kau tau Cin. Almarhumah sahabatku itu adalah kekasihnya Adit calon suamimu".
Degh....
Aku terkejut mendengar cerita mbak Yessi seolah ikut merasakan kesedihan mereka, terutama Adit yang kehilangan orang yang ia cintai.
"Jujur sejak meninggalnya sahabatku, Adit seperti kehilangan semangat hidupnya, ia seakan tidak peduli dengan dirinya dan seperti hatinya tertutup untuk wanita manapun, tapi tadi mbak melihat jelas perubahan Adit, dia seperti Adit yang dulu, yang ceria, dan selalu peduli dengan sahabat-sahabatnya. Kamu tau sebabnya Cin. Itu karena ia melihat almarhumah kekasihnya di dirimu, kalian bak pinang di belah dua".
Air mata ku entah sejak kapan ikut menetes turun mendengarkan cerita mbak Yessi. Aku tidak menyangka akan dipertemukan dengan pemuda yang bernama Adit dengan masa lalu asmaranya yang begitu mengharukan.
"Mbak minta tolong sama kamu, Cin?!", kata mbak Yessi kalimatnya terpotong karena ia sedang mengatur nafasnya yang tak beraturan.
"Apa yang bisa aku lakukan mbak untuk menolong kamu?", potong ku bertanya padanya.
"Belajarlah untuk mencintai Adit, karena ia pria yang baik, Cin. Perlu kau ketahui selama ini dia tidak pernah serius mendekati perempuan sejak ia ditinggalkan sahabatku untuk selamanya. Dia itu sangat tulus jika sudah mencintai seseorang, bahkan ia rela mengorbankan nyawanya demi orang yang ia cintai".
"Iya mbak, Cinta akan berusaha mencintai Adit, walau mungkin pertemuan dan kedekatan kami sangatlah singkat dan tanpa disengaja sama sekali".
"Iya mbak sudah tau kok, Adit sudah menceritakan kepada mbak semuanya, karena hanya dengan mbak Adit menumpahkan semua permasalahan hidupnya setelah kepergian kekasihnya".
Aku mempererat pelukanku pada mbak Yessi, kami berdua sempat menangis beberapa saat saling menumpahkan kesedihan dan mungkin kerinduan mbak Yessi pada almarhumah sahabatnya.
.
.
.
Aditya Febriansyah aka Adit
Pov Adit
Aku duduk di sofa tamu ruang butik sambil memandangi ruangan ini, tempat ini sering ku kunjungi karena pemiliknya salah satu sahabat terbaik dari almarhumah yang juga menjadi sahabatku.
Yessi saat ini sudah menikah dengan kekasihnya sewaktu kami sama-sama di SMA di Surabaya, dan telah dikaruniai seorang putri berusia 2 tahun bernama Ayudia Larasati, nama yang ia ambil dari almarhumah sahabatnya yang juga almarhumah kekasihku.
Saat membayangkan itu air mataku tak tertahan untuk merembes dari kelopak mataku.
Bayangan kemesraan ku dengan Ayu seketika muncul ke permukaan, seakan semua itu hanyalah mimpi buruk, tetapi semua tidak bisa kembali karena sudah takdir-Nya.
Antara melamun dan tidak aku sempat melihat seseorang sepertinya sejak tadi mengawasi ku, mengenakan sweeter yang mempunyai mode seperti para rapper, bisa menutupi kepalanya.
Penampilan orang itu sangat mencurigakan, seolah ada niat terselubung untuk menyakiti aku atau Cinta.
Tiba-tiba....
"Gimana mas Adit, penampilan Cinta?", tanya Cinta padaku untuk menilai penampilannya.
Cinta datang menemui ku dengan pakaian kebaya dan kain batik yang sangat mempesona. Baju kebaya dan kain batik yang dulu pernah dipakai almarhumah Ayu pada saat acara pensi (pentas seni) sekarang dipakai oleh Cinta.
Aku tertegun lama memperhatikan Cinta, memperhatikan gadis itu dari ujung rambut hingga ujung kakinya.
Aku menggumam dalam batin mengakui kecantikan Cinta yang sangat natural, yang kembali mengingatkan ku kepada Ayu kekasihku yang telah pergi untuk selama-lamanya.
"Kamu mengingatkan aku padanya, Cin. Cinta sejatiku yang telah pergi meninggalkan dunia ini. Aku akan membuatmu selalu tersenyum, Cin. Karena senyummu itulah yang membangkitkan semangat hidupku yang hilang karena kepergiannya.
"Hei, mas Adit malah bengong. Gimana bagus nggak kebaya dan batiknya?", ulang Cinta bertanya.
Yessi yang melihatku tertegun, ikut tersenyum sambil memberikan acungan jempol.
"I...Iya... Bagus kok, kamu kelihatan makin cantik, Cin", jawab ku gugup dan kaget.
"Kalo gitu yang ini aja ya mas, Cinta juga suka kok kebaya dan batiknya, sederhana dan tidak glamour dan mewah", ucap Cinta memutuskan pilihannya pada kebaya dan kain batik itu.
"Siiip, eh iya Yess, kami ambil yang ini ya, nanti bayarnya pas saya gajian bulan depan ya", ucap ku sambil mengedipkan mata sebelah kiri.
Yessi yang mengerti arti kedipan itu menyahuti.
"Santai saja Dit! Ini Gratis buat pernikahan kalian berdua, aku berharap semoga kalian berdua bahagia ya, Dit", sahut Yessi cepat.
"Makasih kalo begitu, Yess! Kamu harus hadir nanti malam di akad nikah kami, nanti saya sms atau WA tempatnya", kataku pada Yessi.
"Iya mbak! Awas loh kalo nggak datang, Cinta bakalan kecewa sama mbak ", ucap Cinta menimpali.
Aku yang tadi sempat melupakan orang yang mencurigakan itu kini mulai melihat kembali ke tempat orang itu mengintai ternyata dia masih di situ.
"Kesempatan nih, aku akan ringkus orang itu, sekalian nanti kutanya apa maksud ia memata-matai kami", pikirku di hati.
Aku lalu merencanakan untuk meringkusnya, supaya pengintai tidak curiga, aku pura-pura mengatakan ke mereka kalau mau ke toilet.
"Yess! Numpang ke toilet bentar ya", ucap ku lantang sambil mengedipkan mata.
Aku sengaja mengeraskan suara supaya pengintai itu tidak curiga.
Aku lalu berjalan ke arah belakang, melalui pintu belakang, aku keluar dan perlahan-lahan mendekat ke arah pengintai itu.
Pengintai itu terus melihat ke arah Yessi dan Cinta saat aku sudah berada di depan nya dan tanpa ingin berlama-lama segera ku layangkan pukulan ku dengan telapak tangan ke tengkuk kepalanya dengan keras dan kencang.
"Bruuukkkk...."
Pengintai itu roboh mungkin pingsan saat itu, aku segera membopongnya ke dalam dan mendudukan nya di kursi serta mengikatnya dengan tali tambang dengan sekuat mungkin.
Lalu aku menjelaskan kepada Yessi dan Cinta kenapa aku meringkus orang ini, dan setelah memeriksa apa saja yang pengintai bawa saat itu, ku temukan ponselnya.
Setelah membuka ponselnya dan membaca histori terakhir baru aku sedikit banyak bisa menyimpulkan siapa otak dibalik pengintai ini.
"Sudah kuduga ini ada seseorang yang berniat menghalangi kebahagiaan kami ternyata itu ulah mu Tasya. Ini tidak bisa dibiarkan kamu punya rencana aku pun punya rencana, tapi jangan harap aku bisa tunduk kepadamu dan akan dengan mudah bertekuk lutut di kaki mu".
Tiba-tiba ponsel pengintai ini berbunyi, pesan WA masuk dan si pengirim 0812-xxxx-xxxx. mbak Tasya.
"Sudah cukup, kau kembali ke posisi aman, jangan sampai Adit mengetahuinya".
Nah kebetulan nih, panjang umur kamunTasya, sekarang gantian kamu masuk ke permainan ku.
"Iya mbak, saya sudah di posisi aman sekarang".
.
.
.
Pov Tasya
Aku seakan ingin berteriak mengungkapkan kekesalanku, belum hilang rasa kesal ku tiba-tiba satu jam kemudian Ferdy memberitahukan kembali informasinya ketika ia menshare foto gadis yang bersama Adit ketika memakai kebaya pengantin dan bawahannya kain batik.
"Saat ini mereka sedang berada di butik di Jalan xxx, ini foto gadis yang bersama Adit sedang mencoba kebaya pengantin mbak".
"Adit....! Kenapa kamu selalu menghindar dan menjauhi ku? Apa kekuranganku? Apa aku tidak pantas bersanding dengan mu? Setelah kemaren aku serahkan tubuhku apa itu tidak cukup untuk membuktikan cintaku padamu? Adit kamu jahat!", oceh ku pada diri sendiri.
Aku lalu melempar seluruh barang-barang yang ada di meja hias, tidak sedikit barang-barang itu ada yang pecah berantakan memenuhi ruangan kamar ku.
Aku seperti putus asa dan gila mendapatkan kenyataan pahit seperti ini, emosi ku semakin menjadi rasa ingin memiliki Adit dan rasa ingin menyingkirkan gadis itu semakin kuat.
Segera aku mengirim kembali pesan WA itu pada Ferdy.
"Sudah cukup, kau kembali ke posisi aman, jangan sampai Adit mengetahuinya".
Aku menunggu sebentar, apa yang ingin disampaikan Ferdy. Saat ini ia sedang mengetik pesan WA nya.
"Iya mbak, saya sudah di posisi aman sekarang".
Aku lalu keluar kamar memanggil pembantu untuk membersihkan kamar ku yang berantakan.
Saat turun ke ruang keluarga papa dan mama langsung menyapaku.
"Sya....! Kenapa kamu nak? Wajahmu kok kesal begitu, ribut lagi dengan Adit ya?", tegur mama ku.
"Nggak ma, lagi bete saja, masalah kerjaanTasya kok", sahut ku berbohong.
"Dah kamu sarapan dulu tuh, biar sedikit bisa menurunkan emosi kamu, Sya", sambung papa mencoba menenangkanku.
"Iya pa. Mau mandi dulu lah, baru nanti sarapan", jawab ku lalu berlalu kembali ke kamar ku untuk mandi.
.
.
.
Pov 3rd
Suasana di rumah Prima....
Siang berganti menjadi sore, sore pun berganti menjadi malam, setelah sholat magrib berjamaah, mereka bersiap pergi ke tempat acara akad nikah di pondok pesantren As-salam asuhan kyai Munawar yang sekaligus yang akan menikahkan Adit dan Cinta.
Cinta setelah selesai sholat magrib segera didandani oleh Dewi, sementara Adit sudah bersiap dengan memakai jas dan peci ia kemudian duduk berhadapan dengan Prima.
"Biar lancar kita latihan dulu di sini sambil nunggu Cinta siap", kata Prima membuka obrolan mereka.
"Boleh tuh mas, tapi gimana kalimatnya? Maklum ini pernikahan pertamaku", ucap Adit terus terang.
"Ini kalimat ku nanti Dit!
Aditya Febriansyah bin Rahadi Wahyu Gunawan. Engkau aku nikahkan dan kawinkan dengan adik kandungku bernama Cinta Rahayu Pramudya binti Pramudya Adi Pratama. Yang mana papa kandungku bernama Pramudya Adi Pratama telah menyerahkan hak perwalian kepadaku Prima Sukmawan Pramudya untuk menjadi wali nikahnya. Dengan Mas kawin 4 gram emas putih dibayar TUNAI.
Nah setelah aku menyelesaikan kalimat itu kamu harus menyambungnya dengan kalimat ini Dit! tanpa terputus ya.
Aku terima nikah dan kawinnya Cinta Rahayu Pramudya binti Pramudya Adi Pratama dengan mas kawin 4gram emas putih dibayar TUNAI.
Apa kamu faham Dit?", tanya Prima kembali.
"Sudah mas. Ayo mas kita mulai! Supaya nanti kita nggak grogi", jawab Adit yakin.
Lalu mereka mulai latihan untuk ijab qobul nya sambil menunggu Cinta selesai berdandan.
Adit sesekali tersenyum sumringah setelah dengan lancar ia mengucapkan kata demi kata dari ucapan ikrarnya.
Dalam hatinya ia berdoa, "semoga pernikahan ini selamanya untuk seumurchidupnya, ia seakan teringat judul film
Kupinang kau dengan Bismillah".
Bersambung.....