Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Wanita Yang Menutup Aurat

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kok bisa nyambung ama cerita suhu satria ya? Jangan jangan ........ Ceritanya dua sisi........ Namanya sama lagi ama bini pertama kang jalu
 
Kok bisa nyambung ama cerita suhu satria ya? Jangan jangan ........ Ceritanya dua sisi........ Namanya sama lagi ama bini pertama kang jalu
 
Chapter 7

Kokom benar benar shock, ternyata ke dua orang tuanya benar benar pelaku pesugihan. Bukan hanya sekedar isyu yang disebarkan oleh orang orang yang iri dengan kekayaan yang dimiliki orang tuanya. Bibirnya terkatup rapat berusaha menahan tangis yang hampir pecah.

Kokom tersadar ketika Ecih menggoyangkan tangannya, wajahnya terlihat pucat ketakutan. Kondisi Ecih membjat Kokom mendapatkan sedikit kekuatan untuk bertahan. Dia yang menyeret Ecih dalam situasi sekarang, situasi yang membuat sahabatnya itu ketakutan apa lagi ayahnya bekerja di penggilingin padi ayahku, bagaimana kalau ayahku marah besar karena kami mengikutinya hingga jauh ke sini dan memecat ayah Ecih yang tidak mempunyai sawah.

Kokom berusaha tersenyum untuk menenangkan Ecih, sekarang dia harus berpikir bagaimana caranya meninggalkan tempat ini tanpa di ketahui orang tuanya. Kokom mengambil hpnya, ternyata ada 10 pesan dari Teh Euis yang mengabarkan kepergok oleh ke dua orang tuaku dan untungnya Teh Euis tidak mengatakan ke sini denganku. Jadi sekarang aku tidak bisa bersama dengan Teh Euis lagi. Situasi yang membuatku ketakutan, bagaimana kami pulang nanti. Hampir saja aku menangis. Kembali sebuah pesan dari Teh Euis yang mengabarkan ayahku sedang keluar ke pasar, sedangkan ibuku dari tadi belum keluar kamar bersama pasangan ritualnya. Teh Euis menyuruhku pindah mencari penginapan yang terpisah.

Aku berbisk ke Ecih untuk pergi dari tempat ini sebelum kedua orang tuaku memergoki kami. Kami harus bergerak cepat pindah ke tempat lain. Kembali sebuah pesan dari Teh Euis menyuruh kami bergerak cepat pindah ke penginapan dan mengatakan situasi sudah aman untuk keluar kamar.

Aku keluar kamar dengan berdegup kencang, langkah kakiku seperti melayang. Aku tidak berani menoleh ke arah kamar tempat ibuku. Sementara Ecih memegang tanganku dengan keras membuatku meringis menahan sakit karena untuk kedua kalimya kuku Ecih yang panjang melukai kulitku. Di ujung deretan kamar Teh Euis berdiri dengan wajah tegang melihat ke arah kami yang tertutup masker. Setelah membayar sewa kamar, aku dan Ecih berjalan ke arah makam Pangeran Samudra, nanti Teh Euis menyusul kami.

Aku tidak tahu arah makam Pangeran Samudra yang aku tahu letaknya berada di atas bukit. Tinggal nyari jalan ke arah puncak bukit, pasti kami sampai tempat tujuan. Kami berjalan menaiki anak tangga yang cukup tinggi, untung masker yang kami pakai melindungi wajah kami dari tatapan mata cabul pria hidung belang.

Di puncak Kemukus ternyata makam Pangeran Samudra terdapat di sebuah bangunan besar, tidak mungkin aku masuk ke dalam bangunan itu dan berziarah, karena syaratnya yang menurutku tidak masuk akal. Melakukan zinah agar semua hajatnya terkabul. Aku melihat tembok panjang di bawah pohon rindang, aku mengajak Ecih untuk duduk duduk disana. Baru saja aku mau duduk, dua orang bapak bapak menghampiri kami.

"De, mau ritual ya? Belom punya pasangan, ya? Sama kami saja." kata si bapak tanpa basa basi membuat wajahku merah menahan marah.

"Jangan kurang ajajr, Pak. Saya gak mau ritual." kataku ketus. Begitu mudah orang ngomong tanpa dipikir. Mereka pikir kami cewek apa.

"Alah jangan jual mahal, De. Tarif kamu berapa? Tak bayar." kata si bapak semakin kurang ajar saja. Rasa rasanya aku pernah melihat bapak ini. Ya aku ingat, bapak ini yang duduk di warung dekat pangkalan ojek Barong.

"Iya, piro tarifmu, De?" kata bapak yang sarunya lagi sambil menowel pipiku dengan kurang ajarnya.

""Maaf Pak, tolong jangan ganggu ke dua gadis ini. Mereka jelas jelas tidak mau ritual dengan bapak." kata seorang pemuda yang tiba tiba sudah berada di sampingku. Aku merasa tertolong dengan kehadirannya, apa lagi wajahnya tampan.

"Kamu siapanya? Jangan ikut campur." kata salah satu dari dua pria itu dengan kasar.

"Mas ini pasangan ritual saya. Kami dateng berempat.!" kataku yang langsung memegang tangan pemuda tampan yang datang untuk menolong kami.

"Ech, maaf. Saya pikir belum punya pasangan.!" kata ke dua pria itu pergi begitu saja.

"Eh, maaf, Mas." kataku melepaskan tangan pemuda tampan yang baru saja menolongku. Pemuda tampan ini pasti menduga aku cewek murahan. Tapi ini aku lakukan agar bapak bapak itu pergi. "Terimakasih sudah menolong kami, Mas.!" kataku menunduk tidak berani menatap wajahnya yang tampan.

"Kalian ke sini mau ritual?" tanya pria tampan itu membuatku merasa malu dan sadar kenapa orang selalu beranggapan kami akan melakukan ritual. Tentu saja karena ini tempat orang melakukan ritual sex yang diyakini bisa memberikan kekayaan yang berlimpah bagi orang yang melakukannya.

"Iya, saya mau ritual..!" jawaban Ecih membuatku terkejut. Aku menoleh ke arah Ecih untuk melihat kesungguhan sahabatku ini. Dan Ecih memperlihatkan kesungguhannya dengan membuka masker yang dipakainya, sehingga wajahnya yang cantik dan imut terlihat. Pria mana yang tidak akan jatuh hati melihatnya. Aku melotot melihatnya.

"Kamu sudah punya pasangan?" tanya pemuda tampan ini antusias. Siapa juga yang tidak tergoda melihat kecantikan Ecih ditambah tubuhnya yang mungil has remaja berusia 16 tahun dan aku yakin Ecih masih perawan.

Ecih hanya menggeleng sebagai jawaban, wajahnya bersemu merah menahan malu. Gila, kenapa Ecih jadi begini, kupikir keinginannya untuk ritual cuma becanda, tapi sekarang aku melihat kesungguhan hatinya. Aku sangat mengenal sahabatku. Apa karena pemuda tampan ini yang membuat Ecih ingin melakukan ritual? Aku melihat pemuda tampan yang juga sedang melihat ke arahku.

"Nama kamu siapa?" tanyaku memecah kebuntuan. Bahkan aku belum mengenal nama pemuda yang telah menolong kami.

"Satria..!" kata pemuda ini mengulurkan tangannya. Nama yang bagus.

"Kokom..!" kataku menyambut uluran tangannya. Telapak tangannya terasa kasar ciri para pekerja kasar.

"Ecih..!" kata Ecih menyambut uluran tangan pemuda itu setelah aku. Wajah Ecih menunduk, kegelisahan terpancar dari wajahnya.

"Beneran kamu mau ritual?" tanya Satria tanpa melepaskan tangan Ecih yang menundukkan wajahnya. Ecih melihat ke arahku seperti minta ijin. Aku hanya mengangkat bahu menyerahkan semua keputusan ke Ecih. Perlahan Ecih mengangguk. Anggukan yang membuat jabtungku hampir copit. Bagaimana mungkin Ecih akan melepas perawannya ke penuda yang tidak dikenalnya.

"Mau gak ritual sama kau?" tqnya Satria, perkataannya terdengar ragu. Sekali lagi aku melihat Ecin menganggukan kepala sebagai jawaban. Hal ini membuatku semakin panik. Situasi menjadi tidak terkendali. Kenapa ini bisa terjadi? Bagaimana kalau Ecih hamil setelah ritual?

"Kita nyari penginapan, yuk...!" tanpa menunggu jawaban Satria menuntun Ecih ke sebuah warung yang terletak tidak jauh dari makam. Terpaksa aku membuntuti mereka.

Kokom, cepat berpikir sebelum semuanya terjadi. Sebelum nasi menjadi bubur. Aku harus mencegahnya kalau perlu menggantikan posisi Ecih agar tidak ternoda. Karena kaulah yang membawanya ke sini jadi aku yang harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Ecih. Ya, aku akan menggantikan posisi Ecih dan menanggung semua akibatnya. Aku harus mengulur waktu agar Ecih mengurungkan niatnya.

"Cih, aku mau bicara sebentar..!" kataku menarik tangan Ecih menjauh dari Satria yang melihat ke arah kami dengan perasaan bingung.

"Ada apa, Kom?" tanya Ecih dengan wajah tegang. Tangannya terasa dingin.

"Kamu serius mau ritual?" tanyaku untuk menyakinkan tekadnya.

"Ya, Ecih mau ritual...!" kata Ecih dengan suara tegas. Wajahnya menunduk menghindari tatapanku.

"Nanti kamu hamil...!" kataku berusaha memperingati resiko yang harus ditanggung akibat ritual.

"Biarin aja aku hamil dan punya anak dari cowok ganteng, jadi anakku bisa ganteng atau cantik. Dari pada aku punya anak dari cowok yang dijodohin ke aku, udah jelek, item. Nanti anakku sejelek dia." kata Ecih dan aku tahu keputusannya tidak akan berubah. Mungkin itu lasannya ingin melakukan ritual dengan Satria karena dia sudah dijodohkan oleh orang tuanya. Ahirnya aku menyerah.

Kami kembali menemui Satria yang berdiri menunggu. Kubiarkan Ecih berjalan di samping Satria masuk ke sebuah warung. Kami memesan dua kamar yang bersebelahan. Jantungku berdebar kencang membayangkan Ecih yang akan melakukan ritual melepas perawan. Kenapa sekujur tubuhku merinding dan nafasku tersengal sengal. Aku segera merebahkan tubuhku di ranjang yang sama kusamnya dengan ranjang yang kami tempati tadi.

"Buka bajunya, Cih...!" terdengar suara Satria seperti menarik jiwaku. Apa mereka sudah akan memulai ritual?

Mataku berusaha mencari celah yang bisa aku gunakan untuk mengintip. Ternyata tidak ada. Kenapa aku jadi keringatan begini? Kenapa aku menjadi sangat tegang?

"Ich...! Gede...!" Ecih berteriak kaget membuatku ikut terkejut. Apanya yang gede? Apa kontol Satria? Aku mendekap mulut ketika pikiranku mengucapkan kata kontol.

"Apanya yang gede?" tanya Satria santai. Iya, apanya yang gede? Pikirku. Mataku melihat ke atas, sepertinya aku bisa melihat kamar samping dari atas dengan naek meja. Tapi aku tidak berani melakukannya.

"Ituuunya...!" kata Ecih membuatku semakin yakin yang dimaksud adalah kontol Satria. Setealh itu aku tidak mendengar suara apa apa apa.

"Aduh, memek Ecih dijilat...enak babget..!" kata Ecih membuatku yang mendengarnya merinding. Mungkin seperti di film bf yang aku lihat, memek ceweknya dijilatin. Kenapa memekku berkedut halus dan menjadi basah.

Keasikanku terganggu saat hpku berbunyi nyaring, ternyata telpon dari Teh Euis, aku segera mengangkatnya.

"Ada apa, Teh?" tanyaku berbisik. Takut suaraku mengganggu keasikan dua insan yang berada di sebelah kamarku.

"Kamu di mana? Teteh di samping makam Pangeran Samudra." kata Teh Euis terdengar hawatir.

"Kokom lagi nganter Ecih buang air besar. Nanti kokom ke sana..!" kataku segera mematikan hp jangan sampai Teh Euis mendengar suara Ecih yang sedang berbuat mesum.

"Aku masukin, ya?" tanya Satria meminta ijin. Apa yang dimaksud Satria adalah memasukan kontolnya ke dalam memek Ecih? Aku tidak mendengar jawaban, Ecih.

"Aduh, sakittt..!" Ecih merintih pelan. Apa sesakit itu saat diperawani? Tanpa sadar aku memegang selangkanganku. Aku seperti merasakan sakit yang sama dengan yang dirasakan Ecih.

"Kamu masih perawan, ya? Tanya Satria.

" iya, masih perawan.!" tanpa sadar aku yang menjawab. Reflek tanganku menutup mulut, malu. Kenapa aku yang menjadi sangat tegang. Bukankah yang akan diperawani adalah Ecih...

Kembali Teh Euis menelponku bersamaan dengan jeritan Ecih kesakitan. Terpaksa aku mengangkatnya.

"Kom, Teteh sudah di warung tempat kamu...!" deg, jantungku serasa mau berhenti mendengar Teh Euis berada di warung tempatku. Pasti dia bertanya sama orang. Bagaimana ini kalau dia tahu Ecih sedang melakukan ritual.

Bersambung.
Selamat utk om Satria bs membuat 2 akun yg saling berkolaborasi......tp Wulan gimana???
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd