Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Wanita Yang Menutup Aurat

Status
Please reply by conversation.
Chapter 9

Belom sempat kekagetanku rwda, aku melihat Ecih memukuli Asep yang berada di atas tubuhku dengan sapu yang dari mana. Terus menerus tanpa ampun membuat Asep berteriak teriak meminta ampun.

"Ampun Cih, ampun..!" kata Asep bangkit dari atas tubuhku. Tangannya berusaha melindungi wajahnya dari sabetan gagang sapu yang bertubi tubi. Tidak percuma Ecih belajar tari jaipong yang mengandung unsur silat. Gerakannya gemulai tapi mematikan.

Kesadarnku pulih melihay Asep yang kelimpungan melindungi wajahnya. Ternyata Asep hampir memperkosaku. Kemarahanku memuncak, tanpa berkata apa apa aku menendang pantat Asep sekuat tenaga.

"Ada apa ni ribut ribut?"pemilik warung dan beberapa orang datang menghampiri kami.

Orang ini mau merkosa teman saya, Bu..?" kata Ecih dengan geram. Kemarahannya masih belum juga reda.

"Kita bawa ke rumah RT saja, Bu..!" kata pria tua yang sepertinya adalah suami dari ibu pemilik warung yang juga terlihat geram karena tempatnya dikotori oleh Asep yang berdiri ketakutan membelakangiku.

Kenapa Asep bisa masuk kamarku? Apa aku lupa menutup pintu? Aku meraba seluruh tubuhku terutama selangkangannku. Semuanya masih lengkap, celada dalamku masih berada pada tempatnya kecuali payudaraku yang keluar dari bhnya. Kurang ajar, berarti Asep sudah meraba raba payudaraku yang belum pernah terjamah. Kemarahanku memuncak, aku pukul kepala Asep sekuat tenaga dengan botol air mineral bertubi tubi.

"Sudah Dek, kita bawa saja ini orang ke pos keamanan.!" kata ibu pemilik warung berusaha menengahi keributan yang terjadi.

"Jangan, bu. Suruh orang ini pergi saja." kataku panik. Aku takut keributan ini sampai diketahui kedua orang tuaku karena seingatku pos keamanan letaknya tidak jauh dari tempat ibuku menginap. Bisa kiamat kalau ibuku tahu aku ada di sini.

"Loh kok?" tanya pemilik warung heran dengan keptusannku begitu juga Ecih yang melihat ke arahku dengan jengkel.

"Terimakasih, Kom..!" kata Asep yang langsung menerobos keluar, takut aku berubah pikiran.

"Kok si Asep disuruh pergi begitu saja, Kom?" tanya Wcih heran setelah tinggal kami berdua, eh bertiga karena aku melihat Satria yang masih berdiri di ambang pintu kamar. Apa Satria dan Ecih masih mau melakukan ritual? Wajahku langsung bersemu merah mengingat mimpiku yang agak aneh tadi. Mimpi bercumbu dengan Satria.

"Kalau si Asep dibawa ke pos keamanan bahaya, kan dekat debgan ibuku nginap, di sebelahnya kan rumah Pak RT." kataku mengingatkan Ecih. Tentu saja aku harus mengingat semuanya untuk melakukan sebuah pengintaian.

"Och, geuning Ecih gak inget..?" kata Ecih tertawa kecil. "Ecih masuk kamar lagi ya..!" kata Ecih beriri dan belum sempat Ecih pergi aku sudah menarik tangannha agar kembali duduk.

"Mau ke mana? Masih mau ritual? Apa maj ngewe lagi?" tanyaku jengkel. Rasa kagetku belom lagi hilang, Ecih malah mau meninggalkanku sendirian di kamar. Apa kontol lebih berharga dari pada persahabatan yang terjalin sejak kecil.

"Kan ritualnya harus 7 x begituan...!" kata Ecih brdalih. "Lagi pula kalau ada apa apa pasti kedenveran sama, Ecih." kata Ecih lagi.

"Apanya yang begituan?" kataku tak rela melepas Ecih pergi begitu saja.

"Ngewenya mesti 7 x.!"/kata Ecih berbisik agar Satria tidak mendengar ucapannya.

"Emang enak?" tanyaku penasaran, seenak apa rasanya bersetubuh sehingga Ecih mau meninggalkanku di kamar sendirian untuk bisa berduaan dengan Satria. "Sat, duduk dulu di dalam..!" kataku menyuruh Satria masuk. Tindakan yang membuat diriku malu sendiri dengan keganjenanku.

Satria masuk kamar dan duduk di samping Ecih, mana mungkin ada cowok yang menolak dipanggil oleh dua gadis cantik yang masih ranum. Aku yersipu malu dengan tindakan bodohku, tapi sudah terlanjur memanggilnya dan aku juga tahu apa yang mereka lakukan di kamar sebelah.

"A, emang benar kalau ritual harus 7 x begituan?" tanyaku tidak berani menatap wajah Satria. Tangannku mempermainkan baju daster.

"Yang aku dengar sich harus begitu biar ritualnya sempurna." kata Satria.

"Tapi memek Ecih masih sakit..?" kata Ecih pelan, takut suaranya didengar oleh orang lain.

"Tapi enakkan?" kata Satria menggoda Ecih yang menunduk malu.

"Iya, tapi masih sakit. Memek Ecih seperti ada yang ganjel. Kontol A Satria sich gede banget." perbicaraan antara Ecih dan Satria membuatku merinding dan entah kenapa nafasku menjadi tersengal sengal gelisah. Ada apa dengan diriku. Kenapa aku malah menikmati percakapan kotor mereka? Aku jadi teringat dengan mimpiku saat Satria menciumi bibirku dengan mesra terasa begitu nyata.

"Kokom kok diam saja?" tanya Satria untuk pertama kalinya mengajakku bicara. Hatiku berdesir mendengar suaranya yang begitu gagah, mungkin akan mampu merontokkan jantungku.

"Eh, enggak apa apa... Kokom cuma ingin pulang ke rumah..!" kataku merasa malu, auratku seperti ditelanjangi oleh Satria. Apa mungkin suatu saat kami akan bertemu lagi, atau mungkin ini adalah pertemuan pertama dan terahir kali. Entah kenapa aku menjadi kecewa karena tidak akan bertemu lagi dengannya.

"Kokom gak pengen ritual?" tanya Satria begitu berani dan entah kenapa aku tidak merasa tersinggung dengan pertanyaannya yang sangat melecehkan dan menginjak injak harga diriku yang selalu menutup aurat dari pandangan para ptia. Entah kenapa aku justru menikmatinya. Pertanyaan Satria seperti menelanjangi tubuhku, suaranya seperti sedang mencumbuku sehingga aku merasakan sensasi aneh yang membuatku terangsang.

"Eh, aku...aku takut...!" kataku gagap. Aku benar benar merasakan sensasi yang sangat aneh, sensasi yang terasa nikmat tanpa perlu bersentuhan dengannya.

"Gak usah takut, enak, kok. Sakitnya cuma sebentar. Iyakan, Cih?" tanya Satria kepada Ecih. Pertanyaaan yang nyaris membuatku orgasme kalau saja aku tidak bisa mengendalikan diri.

"Iya, sakit waktu pertama masuk, tapi lama lama malah jadi enak banget. Jadi nagih...!" kata Ecih sudah melupakan rasa malunya. Padahal ras malu adalah aurat yang bisa melindungi kita dari pelecehan.

"Kokom masih takut..!" kataku semakin gelisah, swnsasi yang kurasaakan semakin dahsyat sampai wajahku banjir oleh keringat dingin dan nafasku agak tersengal sengal. Apa yang kurasakan? Ini dosa dan tidak pastas untuk wanita yang selalu menutup auratnya seperti aku.

"Gak usah dimasukin, cobain dech memek kamu dijilatin, rasanyaaaaa.., tidak bisa diucapkan dengan kata kata.!" kata Ecih semakin memlerpanas suasana membuatku semakin gelisah. Selakangannku terasa semakin basah dan seperti ada cairan aneh yang keluar dari memekku rasanya nikmat.

"Mau gak..!" tanya Satria ikut memprokasi. Gila, aku semakin menikmati pelecehan ini. Aku ingin menampar wajahku sendiri. Aku sudah ternoda oleh pelecehan demi pelecehan yang dilakukan oleh Satria. Aku seperti pelacur yang sedang menjajakan diri di muka umum.

"Malu...!" kataku semakin gelisah. Tanpa sadar aku menarik dasterku sehingga pahaku yang putih mulus terespos liar di depan pria yang bukan muhrimku. Bahkan keluargaku sendiri tidak pernalh melihat pahaku yang selalu tertutup baju syar'i.

"Paha kamu mulus amat...!" kata Satria meraba pahaku. Sungguh kurang ajar. Tapi kenapa tubuhku berkontraksi seperti akan mengalami orgasme panjang. Aku lupa menepiskan tangan Satria dari atas pahaku. Bukan lupa, tapi aku menikmati tangan Satria yang menyentuh kulit pahaku. Tangannya yang kasar mampu menusuk hingga ke relung terdalam di hatiku. Apakah harus menyerah dan membiarkan Satria mengesploitasi seluruh tubuhku seperti yang dilakukannya ke Ecih.? Tidak, aku adalah wanita yang selalu menutup aurat.

"Kang Satria, Akang disuruh pulang oleh Teh Wulan dan Pak Jalu..!" kata seseorang dari balik pintu memulihkan kesadaranku. Aku tidak tahu, apa aku harus bersukur karana terhindar dari aib atau merasa menyesal kehilangan momen yang membuatku orgasme tanpa berhubungan badan.

"Iya, tunggu di luar..!" aku bisa mendengar nada kecewa dari jawaban Satria.

"Akh boleh minta nomer hp kalian, gak?" tanya Satria kepada kami.

"Bisa...!" aku dan Ecih menjawab berbarengan, aku sama sama menunduk malu. Hal yang tidak pantas kami lakukan.

Ahirnya kami saling bertukar nomer hp dan aku berharap suatu saat kami bisa bertemu lagi. Aku melepas kepergian Satria dengan perasaan aneh, karena premuda itu berhasil membawaku melayang ke dunia asing yang indah.

Bersambung...

Hanya apdet pendek, mungkin kalau waktu senggang cerita akan lebih panjang lagi.
 
Perawan pertama satria Ecih .. apa mungkin antrian berikutnya Adalah kokom .. ? .. Ayo satria jangan kalah sama Jalu .. Dulu dia dapet . Ningsih, Desi, Wina, Rini, Rani juga Ratna .. yaa minimal Lima lagi lah biar skornya imbang .. hahaha
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd