Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Wanita Yang Menutup Aurat

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
nice update hu :mantap::cendol:





smoga sll sukses dlm beraktifitas hu n dilancarkan berimajinasinya :beer:
 
Chapter 12


Sebulan setelah ayahku meninggal, tanpa ada petunjuk siapa yang telah melakukannya. Polisi belum berhasil menangkap orang yang sudah membunuhku. Diantara anak anaknya, mungkin aku dan A Agus yang paling terguncang dengan kematian ayahku. Aku berpikir untuk melakukan penyelidikan sendiri. Apa lagi aku sudah dinyatakan lulus SMA. Berarti aku mempunyai banyak waktu untuk menyelidiki kematian ayahku sambil menunggu dimulainya sekolah.

Tapi bagaimana caranya? Aku hanyalah seorang anak berusia 18 tahun yang baru lulus SMA masih terlalu hijau untuk melakukan sebuah penyelidikan yang biasanya dilakukan oleh para penegak hukum. Tapi rasa dendam dan kemarahan atas kematian ayahku yang tidak wajar membuatku menjadi buta dan lupa bahwa aku masih terlalu hijau dan pengetahuanku nol besar. Tapi satu hal yang aku tahu, aku cerdas dan akan aku gunakan kecerdasanku untuk melakukan penyelidikan apapun resikonya.

Hal pertama yang harus lakukan adalah membaca buku buku detektif Aghatha Cristy, Sherlock dan S Mara GD, sebuah novel tentang detektif. Aku mulai berhitung, berapa banyak uang untuk membeli buku buku tersebut, atau aku bisa menyewanya. Sekarang terpaksa aku harus bergerak sendiri karena Ecih akan segera menikah. Aku tidak mau mengajak Tina yang cengeng dan penakut, terlalu berisiko.

Tahap ke dua, mencari motif yang dimiliki oleh orang yang sudah membunuh ayahku. Hal yang ditanyakan pihak kepolisian puluhan kali sehingga aku hafal. Ada satu yang tidak mereka ketahui, Asep yang sebelum kejadian itu babak belur dihajar oleh ayahku. Ibtinya setiap orang yang mempunyai motif membunuh ayahku ada di sekitar kami, dia bersembunyi di tempat yang terang. Bahkan mungkin dia sedang mentertawakan pihak kepolisian yang tidak mampu menangkapnya.

"Kokom, emak mau ngomong..!" kata ibuku mengetuk pintu kamar.

"Sebentar, Mak.!" aku segera membereskan buku buku yang berserakan terutama buku agendaku yang memuat nama nama yang aku curigai. Setelah semuanya rapi, aku membuka pintu dan menyuruh ibuku masuk. Aku memilih duduk di atas ranjang besiku, begitu juga dengan ibuku. Ada yang berbeda dengan penampilan ibuku setelah ayahku meninggal. Dia tidak pernah lagi memakai gamis saat berada di rumah. Ibuku hanya memakai daster dengan belahan dada rendah sehingga payudaranya yang besar terlihat menggoda dan panjangnya sedengkul. Kulitnya yang kuning langsat menjadi terespos.

"Emak kenapa sekarang gak pernah pake gamis kalau di rumah?" tanyaku heran, kenapa ibuku mempertontonkan auratnya saat berada di rumah. Padahal banyak orang yang datang dan ibuku tidak berusaha menutupi auratnya.

"Kalau pergi Emak selalu pake gamis, di rumah gerah." kata ibuku. Tatapannya terasa aneh. Entah apa yang membuatnya menjadi aneh.

"Kan banyak orang yang datang ke rumah!" kataku. Harusnya ibuku tahu, tapi kenapa dia seperti tidak terganggu oleh tatapan mata para pria yang melihatnya. Ibuku usianya baru 42 tahun, tapi wajahnya terlihat lebih muda. Kalau saja orang tidak mengenalnya pasrti menganggap usia ibuku 30 tahun.

"Sebelum ayahmu meninggal, katanya kamu ke Gunung Kemukus ngikutin kami,apa benar?" tanyaku ibuku mengacuhkan pertanyaanku. Pertanyaan yang membuatku shoch, ternyata ayahku sempat memberitahukan hal ini kepada ibuku.

"Maafin Kokom, Mak. Soalnya Kokom dengar omongan orang katanya emak dan ayah melakukan pesugihan di Gunung Kemukus..!" kataku menunduk gelisah. Ibuku pasti marah dan kecewa karena aku mencurigainya, walaupun kecurigaanku benar.

"Kekayaan yang kita punya itu warisan dari almarhum kakekmu. Ayah Emak meninggalkan uang cukup banyak. Begitu menikah denga ayahmu, uang warisan buat beli sawah dan ternak. Itu asal muasal kekayaan milik kita, bukan hasil pesugihan." kata Emak. Aku ragu dengan apa yang ibuku katakan. Ibuku tidak pernah cerita orang tua kandungnya, justru yang sering kudengar adalah orang tua angkatnya seorang peternak bebek yang hidupnya pas pasan sehingga mereka tinggal dekat kandang bebek.

"Bohong, kalau Emak dan ayah gak pesugihan kenapa ritual di Gunung Kemukus?" tanyaku tidak percaya dengan pengakuan ibuku.

"Ayah kamu seorang Trollisme, itu sebabnya kami melakukan ritual di Gunung Kemukus." kata Ibuku menunduk. Entah apa yang dipikirkannya saat ini.

"Trollisme itu apa, Mak?" tanyaku heran. Sebuah kata asing yang baru aku dengar sekarang. Apa itu sebuah penyakit atau apa. Ibuku hanya terdiam menunduk, tangannya mempermainkan dasternya hingga tersingkap mendekati selangkangannya.

"Belom waktunya kamu tahu." kata ibuku sambip memalingkan wajahnya.

"Apa Kokom nyari tahu sendiri, Mak? Seperti saan Kokom ngikutin Emak sampe Gunung Kemukus?" tanyaku mulai mengancam. Jaman sekarang sangat mudah mencari sebuah kata. Mr Google akan membantu kita.

"Baiklah, Emak tahu kamu sulit dicegah. Ayahmu mengalami kelainan Sex yang dibilang Trollisme: Lelaki yang suka pacar atau istrinya disetubuhi orang lain, setelah itu dia akan terangsang." kata ibuku menunduk gelisah.

"Maksud emak, apa?" tanyaku bingung dengan apa yang dikatannya.

"Ayahmu paling suka liat Emak ngewe sama lelaki lain, serelah itu baru ayahmu terangsang dan bisa ngewein Emak." kaya ibuku, membuatku sangat terkejut dan shock dengan apa yang kudengar. Apa benar ada kelainan seperti itu.

"Emak gak bohong?" tanyaku lirih. Ternyata persoalanny sudah sampai serumit ini.

"Kapan Emak bohong? Kamu di Gunung Kemukus gak melakukan ritual sek, kan?" tanya ibuku menatap tajam wajahku. Sekarang aku yang tidak berani menatap wajahnya.

"Enggak, Mak. Kokom cuma ngikutin Emak." kataku jujur bahwa aku tidak melakukan ritual sex.

"Kamu benar benar masih perawankan?" tanya ibuku lagi.

"Sumpah, Kokom masih perawan.!" kataku.

"Sukurlah, Kom. Jangan ikuti jejak Emak yang kehilangan perawan saat umur 18 tahun. Dan sejak itu emak cuma jadi pemuas nafsu para lelaki. Karena emak tidak pernah bisa menolak kenikkatan yang ditawarkan para lelaki yang ingin mencicipi tubuh, Emak.!" kata ibuku, matanya menerawang jauh mengingat masa lalunya yang kelam.

"Ibu kehilangan perawan sama ayah?" tanyaku penuh harap bahwa pria yang beruntung mendapatkan perawan ibuku adalah ayahku.

"Bukan, pria yang mendapatkan perawan ibu adalah pria yang emak temui di Gunung Kemukus, dialah yang memperkenalkan kenikmatan ngewe sama Emak sehingga emak jadi sangat menyukai sex, itu sebabnya emak bersedia memenuhi permintaan ayahmu untuk ngewe dengan pria lain di hadapan ayahmu. Emak sangat menikmatinya." kata ibu membuatku terbelalak tidak mampu bicara.

"Apa ibu pernah ngewe dengan Mang Gandhi?" tanyaku dengan jantung berdebar karena Mang Gandhi pernah bilang payudaraku seperti payudara ibuku.

"Mang Gandhi biasanya seminggu sekali mencicipi tubuh, Emak." kata ibuku sambil berjalan keluar kamar meninggalkanku yang termangu mendapati kenyataan yang mengejutkan.

Mang Gandhi pernah mencicipi ibuku, mungkin juga Mang Gandhi yang paling sering mencicipi tubuh ibuku karena dia adalah orang kepercayaan ayahku. Berarti dia mempunyai motif membunuh ayahku. Bisa saja diam diam jatuh cinta ke ibuku dan ingin memiliki ibuku seutuhnya karena dia seorang duda. Berarti orang pertawa yang harus aku selidiki adalah Mang Gandhi. Atau bisa saja salah satu lelaki yang pernah menikmati tubuh ibuku. Lelaki yang beruntung bisa menikmati tubuh ibuku.

"Kom, Emak mau keluar ke rumahnya Neng Edah dulu, ya..!" kata ibuku yang tiba tiba kembali masuk kamarku lwngkap dengan baju gamis syar'inya yang berwarna hitam.

"Emang ada acara apak, mak?" tanyaku heran karena sangat mendadak.

"Neng Edah baru saja melahirkan dengan selamat, bayinya perempuan." kata ibuku.

"Sama siapa, Mak?" tanyaku. Tumben aku gak diajak.

"Sama Bi Limah, itu sudah nunggu di depan." kata ibuku lagi.

"Hati hati. mak." kataku sambil mencium tangan ibuku dan mengantarnya sampai pintu depan.

Sepeninggal ibuku, aku melihat Mang Gandhi lewat depan rumahku sambil menganggukkan kepalanya ke arahku. Kenapa tidak aku mulai dari sekarang aku menyelidiki Mang Gandhi mumpung ibuku tidak berada di rumah. Tanpa pikir panjang aku segera mengunci pintu dan berjalan ke rumah Mang Gandhi yang jaraknya cuma seratur meter dari rumahku.

"Mang Gandhi tahu siapa orang yang paling membenci ayahku?" tanyaku ke Mang Gandhi yang sedang asik duduk merokok di teras rumahnya.

"Neng Kokom dateng dateng bukannya assalam mu'alakum..!" kata Mang Gandhi tertawa menyambut kedatanganku yang tiba tiba.

"Iya, assalam mualaikum Mang Gandhi." kataku terpaksa. Kok malah terpaksa.

"Wa alaikum salam. Ada apa, neng?" tanya Mang Gandhi sambil menurunkan kakinya dari kursi panjang yang muat dipakai duduk dua orang.

Tidak ada kursi lain yang bisa aku duduki, terpaksa aku duduk di sampingnya. Bau tubuhnya yang berkeringat membuat jantungku berdegup kencang. Aku tidak berusaha menutup hidungku, karena bau tubuh Mang Gandhi justru membuatku bergairah. Gila, kenapa aku jadi begini, kedatanganku untuk melakukan penyelidikan bukan malah terhanyut oleh bau tubuhnya yang membuatku berkeringat dingin seperti sekarang.

"Mang Gandhi tahu siapa saja yang memusuhi ayahku?" tanyaku tidak berani menatap wajahnya. Bahkan saat tanganku bersentuhan dengan Mang Gandhi sudah membuatku sulit bernafas, padahal tidak bersentuhan langsung dengan kulitku. Entah apa jadinya bila bersentuhan langsung, mungkin keperawananku bisa hilang oleh Mang Gandhi. Sekujur tubuhku merinding membayangkannya.

"Kalau yang memusuhi ayahmu terang terangan, Mang Gandhi gak tahu. Tapi yang iri dan benci dengan keberuntungan ayahmu, utu banyak." kata Mang Gandhi sambil menghisap rokok kretek yang asapnya ikut tercium olehku.

"Mang Gandhi tahu siapa saja yang membenci ayahku? Atau mungkin Mang Gandhi tahu siapa saja lelaki yang pernah ngewe dengan ibuku?" gila, kenapa aku keceplosan menanyakan hal yang sangat rahasia ini. Aku hanya berpikir salah satu lelaki yang pernah berhubungan sex dengan ibuku adalah pelakunya. Tapi kenapa aku keceplosan menanyakan hal yang sangat rahasia itu ke Mang Gandhi. Bagaimana kalau Mang Gandhi tidak tahu hal itu.

"Kamu ngomong apa, Kom?" tanya Mang Gandhi sangat terkejut mendengar pertanyaanku yang sangat sangat mesum.

"Kokom tahu Mang Gandhi sering ewean dengan, Emak..!" kataku dengan suara pelan. Aku sudah terlanjur mengatakan hal yang sangat rahasia dan aku tidak bisa mundur lagi. Aku haru mencari orang yang sudah membunuh ayahku, apapun caranya.

"Kita ngobrol di dalam.?" kata Mang Gandhi bangun dari duxuknya dan membuka pintu rumah, mengajakku masuk.

Masuk ke dalam rumah berduan dengan Mang Gandhi membuatku bergidik, bukan karena takut. Gila kenapa pikiranku semakin lama semakin mesum. Kenapa gairahku selalu melonjak saat berdekatan dengan seorang pria. Ini dosa.

"Siapa yang bilang Mang Gandhi pernah ewean sama ibumu?" tanya Mang Gandhi dengan wajah ketakutan.

Aneh, kenapa Mang Gandhi seperti ketakutan karena aku mengetahui rahasianya dengan ibuku. Apa dia punya motif membunuh ayahku. Aku sudah selangkah lebih maju dalam penyelidikan ini.

"Dari Emak..!" kataku berusaha tetap tenang, padahal jantungku berdegup sangat kencang akibat gairah yang semakin membamar jiwaku. Pandanganku tentang Mang Gandhi sudah berubah setelah mengetahui dia pria paling sering menggauli tubuh ibuku. Pria yang sangat beruntung bisa menIkmati kemolekan tubuh ibuku.

"Och..!" hanya itu yang diucapkan Mang Gandhi, ucapan tanpa makna atau mungkin mengandung seribu makna yang tersembunyi.

"Mang Gandhi tahu siapa saja yang pernah ewean dengan, Emak?" tanyaku mengulang pertanyaan yang sama yang belum dijawab oleh Mang Gandhi.

"Tapj ada saratnya!" kata Mang Gandhi dengan seringai licik.

"Mang Gandhi mau uang berapa?" tanyaku. Pasti Mang Gandhi minta uang buat informasi yang akan diberikannya kepadaku. It adalah hal biasa.

"Bukan uang, Mang Gandhi pengen nyobain susu Neng Kokom.!" kata Mang Gandhi membuatku terkejut dan marah atas kekurang ajarannya.

"Jangan kurang ajar, Mang..!" bentakku marah dengan kekurang ajarannya yang sudah kelewat batas. Tapi gila, aku malah semakin bergairah membayangkam Mang Gandhi menyusu pada payudaraku. Payudara yang baru sekali disentuh seorang pria. Itupun saat aku sedang tidur.

"Kalau Neng Kokom gak mau, ya gak apa apa..!" kata Mang Gandhi tersenyum licik.

Aku tidak menyangka Mang Gandhi bisa memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Tidak cukupkah tubuh ibuku sehingga diapun ingin mencicipi tubuh anaknya. Kalau aku menolak, berarti aku harus mencari informasi dengan cara lain dan perlu waktu lebih lama, bahkan mungkin gagal. Kalau aku menuruti kemauan Mang Gandhi...! Kenapa tubuhku merinding dan memekku berdenyut nikmat, seperti ada yang keluar dari memekku.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Duuh .. jangan sampe kokom gunting pita sama mang gandi ..
Mending sama Satria ajah .
Dulu juga Kan si emak ijah alias Rini jebolnya juga sama Jalu .. hahaha
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd