Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG DETERMINATION

hari update lebih prefer hari apa?


  • Total voters
    30
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
cea363840536243.jpg

"tunggu apa lagi!!!"
pecut koko kang mas, sapa tau khilap apdet
 
apa:takut: ini cici yang pinta!!??​
cici belum di izinkin koko bikin id semprot, ntar keasikan baca cerita mamang, om rad, cintunks, sama iblis itam. tar adek sama kakak jadi terlantar, so pake id koko saja, cici boleh baca hari sabtu minggu aja:dansa::dansa:
 
Episode 2 Perjanjian


Aling sontak menjerit kecil, ketika ia menyadari. Apa yang telah menyenggol kepalanya, barusan?

Aku refleks menutup mulut Aling, agar tidak membangunkan teman-teman yang lain, yang masih terlelap.

"Jangan teriak-teriak, gue nggak sengaja Ling." ucapku memberitahu. "Lu mau, temen-temen yang lain bangun. Melihat posisi elu, lagi begini?"

Aling mulai tenang, dan ia lalu memperbaiki posisi duduknya.

"Jadi gimana tidurnya, Nona? tanyaku menggodanya.

Aku berusaha untuk menghilangkan kecangungan, yang ada di antara kami.

"Nggak enak, nggak nyaman." jawabnya ketus. "Susah tidur.

"Hmmm...!"

Aku mendehem sejenak, lalu melanjutkan perkataanku. "Nggak enak, nggak nyaman, ya? Tapi, ini apa, ya?

Aku menunjuk celanaku, tampak ada noda, berbentuk seperti Pulau Bali di pahaku.

Seketika, wajah Aling berubah merah padam. Ekspresinya terlihat malu, ketika melihat cetakan bekas iler di celanaku.

Seketika, jari jemarinya yang lentik. Langsung membuat, sebuah cubitan. Dan cubitannya suksesmenyambar perutku.

Aku terus mengoda Aling, tanpa memperdulikan rasa sakit di perutku.

"Apheng.. Stop!" omelnya sambil memonyongkan bibirnya. "Jangan ganggu, aku lagi! Sebel deh!"

Aku pun menghentikan godaanku pada Aling yang terlihat akan merajuk.

"Udah kaki, kebas-kebas dan dingin. Eh, pagi-pagi, udah kena cubitan maut lagi." omelku sambil menggerutu. Ya Tuhan. Apa salah dan dosaku ini?"

"Kalo nggak ikhlas, nggak usah laporan, ke Tuhan juga kali." celetuknya menyahuti.


"Gimana tidurmu, Ling? tanyaku dengan ekspresi serius.

"Ya gitu deh, Pheng! Lebih nyamanlah daripada sebelumnya." jawabnya datar.

Aling mulai memperbaiki rambutnya, dan mulai segala ritual wanita setiap paginya.

Aku berbisik padanya. "Ling...! Koko ke belakang dulu, ya! Mau merokok!"

Kemudian, aku berjalan menuju ke bagian belakang bus, dan mendapati Cintunks sahabatku dalam kondisi yang memprihatinkan.

Oiya, masih ingat dengan sahabat ku yang bernama Chen tian long(陈天龙) alias cinthunks panggilannya. Keturunan Tionghoa juga, sama sepertiku dan Aling.

Konon kabarnya, ia dipanggil Chintunks karena kepalanya kecil seperti microphone. Agak nggak nyambung sih, dengan julukannya namun demi menyamarkan nama aslinya dia pun tidak keberatan di panggil Chintunks. Anaknya lugu dan polos, sedikit bloon, serta gampang percaya sama orang lain.

Di kelasku, ia sering menjadi korban keusilan teman-teman. Bahkan, terkadang menjadi sasaran ejekan yang bersifat mem-bully. Sering aku membelanya, dari bully-an maupun kejahilanteman-temanku di kelas. Karena merasa tidak tega, melihatnya diperlakukan seperti itu.

Cintunks sedang tertidur pulas. Dan mulutnya terbuka dengan lebar seperti kuda nil.

Aku melihat ada sebungkus kacang kulit. Entah kenapa? Aku jadi iseng pengen ngerjainnya.

Kemudian, aku duduk sebelahnya, dan mulaimengupas kulit kacang.

Aku mulai memasukkan sebutir kacang yang sudah kukupas tadi, ke dalam mulutnya yang terbuka lebar.

Namun, tidak ada reaksi sama sekali darinya. Maka, aku terus memasukkan satu per satu kacang yang kukupas ke dalam mulutnya. Sehingga mulutnya sudah di penuhi biji kacang.

Melihat mulutnya mulai mengunyah kacang tersebut, sontak aku tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutku.

"Hahaha....."

Saking kencangnya tawaku.

Seketika membuat Cinthunks kaget dan terbangundari tidurnya. Dengan mulut yang penuh dengankacang Cintunks berusaha bicara.

"Habisin dulu, tuh kacang!" ucapku tersenyum lucu memberitahunya. "Baru ngomong."

Lantas, aku menyulut rokokku. Sambil menunggu Cintunks menyelesaikan sarapan kacang kulit, yang tadi sengaja kusediakan untuknya.

"Udah gila lu, Pheng. Banyak gini kacang, lu isi ke mulut gw! Gimana lu apain aja tuh, Aling? Sampe semalaman, nggak dateng ke sini! Enak banget ya,pelukan Aling? tanya Chen Tian Long alias Cinthunks nyerocos bak senapan mesin.

"Enak dong, Thunks." ucapku nyengir membohonginya. "Malah dapat blowjob lagi. Nih liat bekasnya, kalo tak percaya!"

Aku lalu menunjuk celanaku, di mana terdapat bercak iler Aling yang menyerupai Pulau Bali, hasil karya Aling tidur di pahaku semalam.

"Wah hebat nih, koko sekarang!" serunya. "Siapa yang ajarin, Ko? Ajarin adek juga dong, Ko!"

"Hmmmm....! Tapi, nggak gratis." jawabku bercanda. "Minta duit dulu 100 ribu, nanti koko ajarin!"

Aku sangat yakin candaanku akan di tolak Cinthunks. Karena aku tahu dia orangnya sangat pelit kalo berurusan dengan uang.

Namun, anehnya Cintunks malah setuju dengancandaanku yang dianggapnya serius.

Aku sontak kaget dan terkejut.

"Jiah...! ledekku. "Dasar perjaka laknat. (Padahalwaktu itu, aku juga masih perjaka) Kalo soal beginian aja, lu nggak pelit! Ntar malam, gw ceritain Tunks. Gw nggak mau duit elu. Yang jelas, ntar lu bantuin gw. Tolong, jangan gangu gw dulu beberapa hari ini. Gw ada rencana spektakuler, yang belum bisa gw ceritain ke lu. Tapi, ntar gw ceritain ke lu. Ya udah, gw balik dulu. Ntar malam ya, koko temuin kamu, lagi. Bye."

Kemudian, aku berjalan kembali ke tempat dudukku, dan hendak mengeksekusi rencanaku yang baru saja terlintas di otakku. Ketika menipu chen tian long alias Cinthunks tadi.

Aku ingin mengajak Aling, untuk berpura-purapacaran selama trip ini.

Tujuannya, agar aku bisa melihat reaksi Lily.Apakah dia ada perasaan dengan aku atau tidak?

Toh, ini adalah simbiosis mutualisme.

Aku dapat mengetahui, apakah Lily punya perasaan padaku atau tidak? Dan, apakah Lily terbakar api cemburu melihatku dekat dengan Aling.

Dan Aling. Tentunya, dia dapat teman selama perjalanan ini, yang selalu care dengan nya.

"Ah..! Tidak ada salahnya, untuk di coba!" pikirku dalam hati.

Aku mulai memberanikan diri untuk berbicara kembali pada Aling.

"Ling...! Bagus ya, danaunya! (Danau mulai nampak dari jendela mobil) Sayang banget, deh! Kalo dinikmati sendirian. Pasti lebih seru, kalo ada pasangan deh kayaknya."

"Pheng, mau gimana lagi? Pacar gw, nggak bisa ikut! Gw juga tau kali, Pheng. Kalo ada pasangan, bakalan lebih seru. Jangan ngungkit-ngungkit, deh! Ntar, mood gw jadi rusak." Ocehnya sedikit kesal padaku.

"Hmmmm..."

"Gimana ya, Ling? Gw punya ide nih!" ucapku menjelaskan. "Tapi, lu jangan marah ya! Kalo nggak setuju, juga nggak masalah, kok."

Aling menatapku serius.

"Ayo katakan saja, Pheng!" sahutnya menjawab. "Apa ide lu? Asalkan jangan yang aneh-aneh saja!"

"Gini ling, kan elu sendirian nih, gw juga sama!" ucapku menyampaikan ideku. "Gimana kalo kita berdua, acting pura-pura pacaran? Atau pacaran kontrak aja selama trip ini. Gimana menurut elu, Ling?"
.
.
.
Pov Aling


Semalam, aku sangat kedinginan. Untung saja, ada Apheng. Dialah yang duduk di sebelahku.

"Kenapa ya, dia begitu peduli dengan ku? Ah..! Dia pasti baik padaku, karena ingin aku membantunya. Agar dekat dengan Lily." batinku bertanya-tanya dalam hati.

Aku kembali merenungi semua perkataan Apheng, yang mengajakku untuk berpura-pura pacaran dengan dia.

"Hmmmm..." gumamku.

"Apa yang harus kukatakan padanya? Kalau dari tawaran dia, sih! Emang benar, sih! Aku bukan tipe orang yang bisa sendirian. Aku butuh perhatian. Karena aku sadar, aku seorang anak yang manja.Dan haus akan perhatian. Toh, Apheng juga orang nya sepengetahuanku, orangnya baik dan nggak pernah macam-macam. Apa sebaiknya, kuterima saja tawaran, Apheng? Toh, semalam Lily dan Vero pun menyarankan hal yang sama. Ya akan ku coba saja toh, i have nothing to lose.

"Hmm.....! Gimana ya, Pheng? Gw bukan nya gak mau. Tapi, kita beneran cuma sementara doang, kan. Cuma teman dekat, selama trip ini saja, kan? Nggak lebih dari itu. Nggak boleh ada kissing, atau yang lebih dari itu. Ingat, gw sudah punya pacar. Jadi gw nggak mau jadi pacar setting-an elu. Tapi, kalau hanya sebatas teman dekat,
i think its fine."ucapku menjelaskan pada Apheng.
.
.
.
Back to Apheng


Ini sebenarnya gw di tolak, atau apa tidak sih? Dasar wanita, MEMANG susah di mengerti. Penuh misteri. Kalau iya bilang iya. Kalau tidak, ya bilang tidak. Gitu aja repot!

"So? Jawabannya iya, nih Ling?" tanyaku sekali lagi padanya.

"TIDAK, Pheng! Aku nggak mau jadi pacar settingan. Tapi, kalau teman dekat selama trip,boleh lah!" jawab Aling padaku.

"Ya, sama aja. Aling Bego! Dasar wanita!" umpatkukesal dalam hati.

"Oh...! Temen deket, ya. Oke deh! Aku terima juga, dari pada tidak sama sekali." sahutku menjawab dengan lantang dan mantap.

"Ntar, kalau perlu apa-apa? Bilang aja ya, sama koko! Jangan sungkan-sungkan, ya cantik!" sambungku menggodanya.


Terdengar suara Bu Erah. Bu Erah adalah guru Bahasa Indonesia, yang ikut dalam bus kami.

Melalui, pengeras suara bus pariwisata ini. Beliau berkata. "Anak-anak, bangun! Persiapkan diri kalian masing-masing! Karena kita sudah berada di kawasan Danau Toba, dan sesaat lagi kita akan turun, dan menyeberang ke Pulau Samosir menggunakan Kapal."

Mendengar pengumuman Bu Erah, semua teman-temanku bangun dan mulai melakukan persiapan dan ritual paginya masing-masing.

Beberapa saat kemudian, bus pun tiba di pelabuhan Ajibata untuk menyeberang ke Pulau Samosir.

Kami semua berkumpul dan membentuk sebuah barisan. Untuk mendengar pengarahan sejenak,yang dipimpin oleh Ibu Gadis.

Terdengar suara Ibu Gadis melalui TOA andalannya.

"Selamat pagi anak anak, Selamat datang di Danau Toba. Saat ini, kita sedang berada di Pelabuhan Ajibata. Sementara, bus kita sedang menunggu giliran masuk. Ibu ingin menyampaikan beberapa hal, kepada kalian semua.
Pertama. Jaga kelakuan kalian di sini, karena kalian membawa nama baik sekolah.
Kedua. Ikuti semua acara, yang telah disusun olehpanitia. Dan, jika ada yang tidak bisa ikut, karena suatu alasan. Harap segera laporkan, pada guru masing-masing.
Dan yang terakhir. Selamat menikmati perjalanan ini.

Ibu Gadis mengakhiri semua arahannya.

Aku memperhatikan sekelilingku, yang kulihat hanyalah barisan mobil yang sedang berusaha untuk masuk ke dalam kapal.

Dan aku menemukan Aling, sedang duduk sendiritak ada yang menemani. Segera aku berjalan ke arahnya, dan langsung duduk di sebelah Aling.

"Baru ditinggal bentar aja, udah bete aja mukanya. sepertinya uda gak bisa ya, hidup tanpa diriku." ucapku dengan gombalan receh ala sinetron.

Aku menggodanya dan Aling hanya tersenyum tipis.

"Yuk, naik ke kapal! Udah mau penuh tuh, kapalnya!" ajaknya.

"Ayo, cantik! Jalan." seruku mengiyakan ajakannya, sambil mengulurkan tanganku. Memberi tanda ingin menggandengnya berjalan bersamaku.

"Nih, bawain ke dalam!"

Aling memberikan tasnya untuk kubawa ke dalam kapal.

Bukan tangan yang kudapat, untuk kugandeng.

Namun, hanya tasnya saja.

"Ya, cuma dianggap kuli angkut nih." gerutuku dalam hati.
.
.
.
Di atas kapal menuju Pulau Samosir


Penyeberangan dari pelabuhan Ajibata menuju Pulau Samosir memakan waktu lebih kurang satu jam perjalanan menggunakan kapal Fery.

Bus rombongan kami sudah memasuki kapal Fery. Mobil-mobil yang diangkut dalam kapal,cenderung memilih mematikan mesin.

Dan seluruh penumpangnya, turun dan menunggu di ruang tunggu yang telah di sediakan.

Di dalam ruang tunggu, semua orang sibuk bercerita, antara satu dengan yang lainnya.

Selain para penumpang, di dalam kapal ini. Ternyata, ada juga yang berjualan kacang rebus, jagung rebus, dan telur rebus.

Seperti bocah itu misalnya, seorang anak berumur 10 tahun. Terpaksa ikut membantu ibunya,berjualan kacang rebus di kapal penyeberangan.

"Kacang rebus..., kacangnya...! Abang, kakak-kakak, ayo beli kacang rebusnya, masih hangat dan enak." teriaknya lantang.

Anak itu berulang-ulang meneriakkan barang dagangannya, untuk menarik perhatian pembeli.

Aku melihat bocah itu, berjualan kacang rebus.

"Sepertinya, enak nih! Masih hangat lagi. Lagi pula aku juga lapar, boleh juga nih! Untuk ganjel perut dulu." gumamku membatin.

"Ling, kamu mau kacang, nggak? Aku lapar juga, nih!" tanyaku menawarkan untuk beli jajanan bocah itu pada aling.

"Boleh juga, Pheng! Aku juga agak lapar." jawab aling setuju.

"Dek... Dek! Kesini " seruku pada bocah itu untuk mendekat.

Bocah itu segera menghampiri kami.

"Mau beli bang?" tanya bocah itu sopan.

"Ada apa aja, jualanmu, Dek?" tanyaku sambi melihat-lihat isinya.

"Ada kacang rebus, telur rebus, jagung rebus, juga ada bang." sahut bocah itu menyebutkan semua dagangannya.

"Kok, banyak kali, jualanmu, Dek? Mana jagung rebusnya, kok nggak nampak?" ucapku mencari jagung rebusnya.

"Ada di sana, Bang! Sama mamakku!" sahutnya sambil menunjuk ke arah mamaknya.

"Ya udah, pesan jagung rebus, 2 ya Dek! Pilihkan yang manis, semanis kakak itu!" ujarku memesan sambil aku menunjuk Aling.

"Oke, Bang! Tunggu dulu, ya! Jangan kemana-mana!" ucapnya memintaku menunggu.

Bocah itu pun pergi, mengambil jagung rebus pesananku.

"Ini, Bang. Jagungnya! Udah dipilih mamakku yang manis, semanis kakak itu!" ucapnya sambil telunjuknya menunjuk Aling. Dan Aling pun tersenyum mendengar perkataan bocah itu.

"Siapa namamu, Dek?" tanyaku pada bocah itu.

"Namaku Budi Darsono, Bang. Biasa di panggil BD.

"Duh, keren namamu, Dek. Ada kopi?" sahutku menyanjungnya sambil memesan kopi untuk menghangatkan tubuhku.

"Bisa aku buatkan, Bang. Pokoknya, abang terima beres aja." sahutnya cepat.

"Ya udah, kopi satu, gulanya dikit aja." ucapku memberitahu."Sama, teh manis hangat, ya satu. Untuk kakak cantik itu!"

"Oke, Bang!" jawabnya cepat.

BD berlari lagi ke arah mamaknya dan beberapa saat kemudian ia kembali lagi sambil membawa pesanan kami.

"Nih, bang kopinya." serunya sembari menyerahkan pesanan kami. "Dan ini teh manis hangat buat kakak yang cantik itu."

Aku segera menyeruput kopi hitam tersebut.

" Gimana bang, kopinya?" tanyanya.

"Mantap nih kopinya, Dek. Memangnya kopi apa ini?" tanyaku penasaran dengan rasa dan aroma harumnya.

"Kata mamakku, kopi itu. Merknya kopi Sawaka. Gambarnya dua harimau lagi saling menindih, Bang. Kopi itu, buatan orang sini, Bang! Nanti abang, jalan-jalan lah ke kedai kopi di seberang sana! Mantili Cafe and Resto, namanya Bang. Yang punya namanya, Om Senja. Katanya sih, buka cafe di sini! Untuk istri ketiganya, Bang." ucap BD sangat antusias menceritakan kopi itu padaku.

"Kau nggak sekolah, Dek? Kok, bisa jualan pagi-pagi?" tanyaku penasaran.

"Aku sekolah siang, Bang. Pagi-pagi bantu mamak jualan dulu, habis ini aku juga turun!" ucap BD memberitahu. "Mau persiapan ke sekolah. Abang jalan-jalan ke sini?"

"Iya, Dek." jawabku memberitahu. "Kami sedang study tour ke sini!"

"Oh...! Nginap di mana, Bang?" tanya bocah itu lagi.

"Di hotel Kuciah." sahutku.

"Wah dekat sama rumahku tuh, Bang! Nanti abang, kalau mau sewa kereta (motor), bisa ke rumahku aja. aku kasih diskon sama abang. Kan, lumayan. Abang bisa boncengan, keliling pulau sama kakak itu!" ucapnya memberitahu sambil menunjuk Aling.

"Jadi, kau tau tempat-tempat yang bagus di sini, Dek?" tanyaku.

"Tau lah, Bang. Kan, aku tinggal di sini!" sahutnya.

"Ya udah, nanti kau ikut kami aja naik bus." ucapku mengajaknya ikut bus. "Kan, rumahmu dekat dari hotel Kuciah. Biar nanti, kau tunjukan! Mana rumahmu sekalian?"

"Aku mau lah, Bang. Biar nggak capek, aku jalan kaki. 30 menit, pulang ke rumah." sahutnya senang.

"Ya udah. Yuk, ikut abang jumpai, guru abang dulu!"

Aku dan BD berjalan mencari Ibu Gadis, selaku penangung jawab study tour ini.

"Selamat Pagi, Bu Gadis." sapaku santun.

"Pagi, ada apa? sahutnya tegas.

"Saya ingin minta izin, Bu. Saya ingin mengajak anak ini, ikut dalam rombongan bus saya! Kebetulan rumah anak ini! Dekat hotel Kuciah tempat penginapan kita nanti, hitung-hitung bantu penduduk lokal, Bu. Gimana, Bu?" ujarku menjelaskan pada Beliau.

"Ya sudah, kamu atur saja, ya." jawab Bu Gadis cepat.

"Terima kasih, Bu." teriak BD kepada Bu Gadis.

Aku dan BD kembali ke ruang tunggu. Tampak sekali, BD yang selalu semangat. Bocah itu seperti tidak terlihat lelah, terus saja berbicara tanpa henti.

"Bang...! Cantik kali, guru abang. Mukanya galak. Tapi, aku yakin, orangnya pasti baik. Siapa nama guru, abang tadi? Kayaknya, aku jatuh cinta, sama guru abang." cerocos bocah itu.

"Ah...! Kau anak kecil, sok tau cinta-cintaan. Kenal juga, baru lima menit." ocehku menggerutu. "Nama ibu guru tadi, adalah Gadis Soraya Yudianingsih."

"Gadissoyu lah, kalo gitu, Bang! Biar gampang kusebut, biar kayak aku BD." ucap bocah itu tersenyum sumringah.

"Ah...! Suka-suka kau aja lah, Dek. Berapa semua ini, Dek? Aku bayar dulu, biar kau bisa sekalian, pamit sama mamakmu."

"Semuanya, dua puluh ribu rupiah, Bang." jawab bocah itu memberitahu. "Cuma aku lagi jatuh cinta, lima belas ribu rupiah aja, buat abang."

"Ini dua puluh ribu rupiah! Nanti kau di tempeleng mamakmu, kasih diskon-diskon sembarangan. Nanti, kalo dah pamit ke mamakmu, kau langsung aja naik ke bus-nya. Bus berwarna merah, berlogo RWG Trans." ucapku memberitahu, sambil aku menunjuk bus kami.

"Oke, Bang!" jawab bocah itu senang.

bersambung lagi, khilaff nya sampai disini dulu
colek
@RSP27 @rad76 @kuciah @Cinthunks @gadissoyu @BL4CKDEV1L @merah_delima . semoga berkenan

sudah up ya ya doain koko khilaf
@mtroyes
@disast
dan the only one neng gadis

berhubung sudah mau bulan ramadan, koko ber rencana untuk cuti menulis dulu, sembari menikmati liburan di tanah air, di mohon pengertian para Good Reader tercinta, jangan tinggallkan cerita yang masih baru ini, koko tetap akan mencoba yang terbaik untuk reader tercinta

next episode
 
Terakhir diubah:
Episode 2 Perjanjian


Aling sontak menjerit kecil, ketika ia menyadari. Apa yang telah menyenggol kepalanya, barusan?

Aku refleks menutup mulut Aling, agar tidak membangunkan teman-teman yang lain, yang masih terlelap.

"Jangan teriak-teriak, gue nggak sengaja Ling." ucapku memberitahu. "Lu mau, temen-temen yang lain bangun. Melihat posisi elu, lagi begini?"

Aling mulai tenang, dan ia lalu memperbaiki posisi duduknya.

"Jadi gimana tidurnya, Nona? tanyaku menggodanya.

Aku berusaha untuk menghilangkan kecangungan, yang ada di antara kami.

"Nggak enak, nggak nyaman." jawabnya ketus. "Susah tidur.

"Hmmm...!"

Aku mendehem sejenak, lalu melanjutkan perkataanku. "Nggak enak, nggak nyaman, ya? Tapi, ini apa, ya?

Aku menunjuk celanaku, tampak ada noda, berbentuk seperti Pulau Bali di pahaku.

Seketika, wajah Aling berubah merah padam. Ekspresinya terlihat malu, ketika melihat cetakan bekas iler di celanaku.

Seketika, jari jemarinya yang lentik. Langsung membuat, sebuah cubitan. Dan cubitannya suksesmenyambar perutku.

Aku terus mengoda Aling, tanpa memperdulikan rasa sakit di perutku.

"Apheng.. Stop!" omelnya sambil memonyongkan bibirnya. "Jangan ganggu, aku lagi! Sebel deh!"

Aku pun menghentikan godaanku pada Aling yang terlihat akan merajuk.

"Udah kaki, kebas-kebas dan dingin. Eh, pagi-pagi, udah kena cubitan maut lagi." omelku sambil menggerutu. Ya Tuhan. Apa salah dan dosaku ini?"

"Kalo nggak ikhlas, nggak usah laporan, ke Tuhan juga kali." celetuknya menyahuti.


"Gimana tidurmu, Ling? tanyaku dengan ekspresi serius.

"Ya gitu deh, Pheng! Lebih nyamanlah daripada sebelumnya." jawabnya datar.

Aling mulai memperbaiki rambutnya, dan mulai segala ritual wanita setiap paginya.

Aku berbisik padanya. "Ling...! Koko ke belakang dulu, ya! Mau merokok!"

Kemudian, aku berjalan menuju ke bagian belakang bus, dan mendapati Cintunks sahabatku dalam kondisi yang memprihatinkan.

Oiya, masih ingat dengan sahabat ku yang bernama Chen tian long(陈天龙) alias cinthunks panggilannya. Keturunan Tionghoa juga, sama sepertiku dan Aling.

Konon kabarnya, ia dipanggil Chintunks karena kepalanya kecil seperti microphone. Agak nggak nyambung sih, dengan julukannya namun demi menyamarkan nama aslinya dia pun tidak keberatan di panggil Chintunks. Anaknya lugu dan polos, sedikit bloon, serta gampang percaya sama orang lain.

Di kelasku, ia sering menjadi korban keusilan teman-teman. Bahkan, terkadang menjadi sasaran ejekan yang bersifat mem-bully. Sering aku membelanya, dari bully-an maupun kejahilanteman-temanku di kelas. Karena merasa tidak tega, melihatnya diperlakukan seperti itu.

Cintunks sedang tertidur pulas. Dan mulutnya terbuka dengan lebar seperti kuda nil.

Aku melihat ada sebungkus kacang kulit. Entah kenapa? Aku jadi iseng pengen ngerjainnya.

Kemudian, aku duduk sebelahnya, dan mulaimengupas kulit kacang.

Aku mulai memasukkan sebutir kacang yang sudah kukupas tadi, ke dalam mulutnya yang terbuka lebar.

Namun, tidak ada reaksi sama sekali darinya. Maka, aku terus memasukkan satu per satu kacang yang kukupas ke dalam mulutnya. Sehingga mulutnya sudah di penuhi biji kacang.

Melihat mulutnya mulai mengunyah kacang tersebut, sontak aku tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutku.

"Hahaha....."

Saking kencangnya tawaku.

Seketika membuat Cinthunks kaget dan terbangundari tidurnya. Dengan mulut yang penuh dengankacang Cintunks berusaha bicara.

"Habisin dulu, tuh kacang!" ucapku tersenyum lucu memberitahunya. "Baru ngomong."

Lantas, aku menyulut rokokku. Sambil menunggu Cintunks menyelesaikan sarapan kacang kulit, yang tadi sengaja kusediakan untuknya.

"Udah gila lu, Pheng. Banyak gini kacang, lu isi ke mulut gw! Gimana lu apain aja tuh, Aling? Sampe semalaman, nggak dateng ke sini! Enak banget ya,pelukan Aling? tanya Chen Tian Long alias Cinthunks nyerocos bak senapan mesin.

"Enak dong, Thunks." ucapku nyengir membohonginya. "Malah dapat blowjob lagi. Nih liat bekasnya, kalo tak percaya!"

Aku lalu menunjuk celanaku, di mana terdapat bercak iler Aling yang menyerupai Pulau Bali, hasil karya Aling tidur di pahaku semalam.

"Wah hebat nih, koko sekarang!" serunya. "Siapa yang ajarin, Ko? Ajarin adek juga dong, Ko!"

"Hmmmm....! Tapi, nggak gratis." jawabku bercanda. "Minta duit dulu 100 ribu, nanti koko ajarin!"

Aku sangat yakin candaanku akan di tolak Cinthunks. Karena aku tahu dia orangnya sangat pelit kalo berurusan dengan uang.

Namun, anehnya Cintunks malah setuju dengancandaanku yang dianggapnya serius.

Aku sontak kaget dan terkejut.

"Jiah...! ledekku. "Dasar perjaka laknat. (Padahalwaktu itu, aku juga masih perjaka) Kalo soal beginian aja, lu nggak pelit! Ntar malam, gw ceritain Tunks. Gw nggak mau duit elu. Yang jelas, ntar lu bantuin gw. Tolong, jangan gangu gw dulu beberapa hari ini. Gw ada rencana spektakuler, yang belum bisa gw ceritain ke lu. Tapi, ntar gw ceritain ke lu. Ya udah, gw balik dulu. Ntar malam ya, koko temuin kamu, lagi. Bye."

Kemudian, aku berjalan kembali ke tempat dudukku, dan hendak mengeksekusi rencanaku yang baru saja terlintas di otakku. Ketika menipu chen tian long alias Cinthunks tadi.

Aku ingin mengajak Aling, untuk berpura-purapacaran selama trip ini.

Tujuannya, agar aku bisa melihat reaksi Lily.Apakah dia ada perasaan dengan aku atau tidak?

Toh, ini adalah simbiosis mutualisme.

Aku dapat mengetahui, apakah Lily punya perasaan padaku atau tidak? Dan, apakah Lily terbakar api cemburu melihatku dekat dengan Aling.

Dan Aling. Tentunya, dia dapat teman selama perjalanan ini, yang selalu care dengan nya.

"Ah..! Tidak ada salahnya, untuk di coba!" pikirku dalam hati.

Aku mulai memberanikan diri untuk berbicara kembali pada Aling.

"Ling...! Bagus ya, danaunya! (Danau mulai nampak dari jendela mobil) Sayang banget, deh! Kalo dinikmati sendirian. Pasti lebih seru, kalo ada pasangan deh kayaknya."

"Pheng, mau gimana lagi? Pacar gw, nggak bisa ikut! Gw juga tau kali, Pheng. Kalo ada pasangan, bakalan lebih seru. Jangan ngungkit-ngungkit, deh! Ntar, mood gw jadi rusak." Ocehnya sedikit kesal padaku.

"Hmmmm..."

"Gimana ya, Ling? Gw punya ide nih!" ucapku menjelaskan. "Tapi, lu jangan marah ya! Kalo nggak setuju, juga nggak masalah, kok."

Aling menatapku serius.

"Ayo katakan saja, Pheng!" sahutnya menjawab. "Apa ide lu? Asalkan jangan yang aneh-aneh saja!"

"Gini ling, kan elu sendirian nih, gw juga sama!" ucapku menyampaikan ideku. "Gimana kalo kita berdua, acting pura-pura pacaran? Atau pacaran kontrak aja selama trip ini. Gimana menurut elu, Ling?"
.
.
.
Pov Aling


Semalam, aku sangat kedinginan. Untung saja, ada Apheng. Dialah yang duduk di sebelahku.

"Kenapa ya, dia begitu peduli dengan ku? Ah..! Dia pasti baik padaku, karena ingin aku membantunya. Agar dekat dengan Lily." batinku bertanya-tanya dalam hati.

Aku kembali merenungi semua perkataan Apheng, yang mengajakku untuk berpura-pura pacaran dengan dia.

"Hmmmm..." gumamku.

"Apa yang harus kukatakan padanya? Kalau dari tawaran dia, sih! Emang benar, sih! Aku bukan tipe orang yang bisa sendirian. Aku butuh perhatian. Karena aku sadar, aku seorang anak yang manja.Dan haus akan perhatian. Toh, Apheng juga orang nya sepengetahuanku, orangnya baik dan nggak pernah macam-macam. Apa sebaiknya, kuterima saja tawaran, Apheng? Toh, semalam Lily dan Vero pun menyarankan hal yang sama. Ya akan ku coba saja toh, i have nothing to lose.

"Hmm.....! Gimana ya, Pheng? Gw bukan nya gak mau. Tapi, kita beneran cuma sementara doang, kan. Cuma teman dekat, selama trip ini saja, kan? Nggak lebih dari itu. Nggak boleh ada kissing, atau yang lebih dari itu. Ingat, gw sudah punya pacar. Jadi gw nggak mau jadi pacar setting-an elu. Tapi, kalau hanya sebatas teman dekat,
i think its fine."ucapku menjelaskan pada Apheng.
.
.
.
Back to Apheng


Ini sebenarnya gw di tolak, atau apa tidak sih? Dasar wanita, MEMANG susah di mengerti. Penuh misteri. Kalau iya bilang iya. Kalau tidak, ya bilang tidak. Gitu aja repot!

"So? Jawabannya iya, nih Ling?" tanyaku sekali lagi padanya.

"TIDAK, Pheng! Aku nggak mau jadi pacar settingan. Tapi, kalau teman dekat selama trip,boleh lah!" jawab Aling padaku.

"Ya, sama aja. Aling Bego! Dasar wanita!" umpatkukesal dalam hati.

"Oh...! Temen deket, ya. Oke deh! Aku terima juga, dari pada tidak sama sekali." sahutku menjawab dengan lantang dan mantap.

"Ntar, kalau perlu apa-apa? Bilang aja ya, sama koko! Jangan sungkan-sungkan, ya cantik!" sambungku menggodanya.


Terdengar suara Bu Erah. Bu Erah adalah guru Bahasa Indonesia, yang ikut dalam bus kami.

Melalui, pengeras suara bus pariwisata ini. Beliau berkata. "Anak-anak, bangun! Persiapkan diri kalian masing-masing! Karena kita sudah berada di kawasan Danau Toba, dan sesaat lagi kita akan turun, dan menyeberang ke Pulau Samosir menggunakan Kapal."

Mendengar pengumuman Bu Erah, semua teman-temanku bangun dan mulai melakukan persiapan dan ritual paginya masing-masing.

Beberapa saat kemudian, bus pun tiba di pelabuhan Ajibata untuk menyeberang ke Pulau Samosir.

Kami semua berkumpul dan membentuk sebuah barisan. Untuk mendengar pengarahan sejenak,yang dipimpin oleh Ibu Gadis.

Terdengar suara Ibu Gadis melalui TOA andalannya.

"Selamat pagi anak anak, Selamat datang di Danau Toba. Saat ini, kita sedang berada di Pelabuhan Ajibata. Sementara, bus kita sedang menunggu giliran masuk. Ibu ingin menyampaikan beberapa hal, kepada kalian semua.
Pertama. Jaga kelakuan kalian di sini, karena kalian membawa nama baik sekolah.
Kedua. Ikuti semua acara, yang telah disusun olehpanitia. Dan, jika ada yang tidak bisa ikut, karena suatu alasan. Harap segera laporkan, pada guru masing-masing.
Dan yang terakhir. Selamat menikmati perjalanan ini.

Ibu Gadis mengakhiri semua arahannya.

Aku memperhatikan sekelilingku, yang kulihat hanyalah barisan mobil yang sedang berusaha untuk masuk ke dalam kapal.

Dan aku menemukan Aling, sedang duduk sendiritak ada yang menemani. Segera aku berjalan ke arahnya, dan langsung duduk di sebelah Aling.

"Baru ditinggal bentar aja, udah bete aja mukanya. sepertinya uda gak bisa ya, hidup tanpa diriku." ucapku dengan gombalan receh ala sinetron.

Aku menggodanya dan Aling hanya tersenyum tipis.

"Yuk, naik ke kapal! Udah mau penuh tuh, kapalnya!" ajaknya.

"Ayo, cantik! Jalan." seruku mengiyakan ajakannya, sambil mengulurkan tanganku. Memberi tanda ingin menggandengnya berjalan bersamaku.

"Nih, bawain ke dalam!"

Aling memberikan tasnya untuk kubawa ke dalam kapal.

Bukan tangan yang kudapat, untuk kugandeng.

Namun, hanya tasnya saja.

"Ya, cuma dianggap kuli angkut nih." gerutuku dalam hati.
.
.
.
Di atas kapal menuju Pulau Samosir


Penyeberangan dari pelabuhan Ajibata menuju Pulau Samosir memakan waktu lebih kurang satu jam perjalanan menggunakan kapal Fery.

Bus rombongan kami sudah memasuki kapal Fery. Mobil-mobil yang diangkut dalam kapal,cenderung memilih mematikan mesin.

Dan seluruh penumpangnya, turun dan menunggu di ruang tunggu yang telah di sediakan.

Di dalam ruang tunggu, semua orang sibuk bercerita, antara satu dengan yang lainnya.

Selain para penumpang, di dalam kapal ini. Ternyata, ada juga yang berjualan kacang rebus, jagung rebus, dan telur rebus.

Seperti bocah itu misalnya, seorang anak berumur 10 tahun. Terpaksa ikut membantu ibunya,berjualan kacang rebus di kapal penyeberangan.

"Kacang rebus..., kacangnya...! Abang, kakak-kakak, ayo beli kacang rebusnya, masih hangat dan enak." teriaknya lantang.

Anak itu berulang-ulang meneriakkan barang dagangannya, untuk menarik perhatian pembeli.

Aku melihat bocah itu, berjualan kacang rebus.

"Sepertinya, enak nih! Masih hangat lagi. Lagi pula aku juga lapar, boleh juga nih! Untuk ganjel perut dulu." gumamku membatin.

"Ling, kamu mau kacang, nggak? Aku lapar juga, nih!" tanyaku menawarkan untuk beli jajanan bocah itu pada aling.

"Boleh juga, Pheng! Aku juga agak lapar." jawab aling setuju.

"Dek... Dek! Kesini " seruku pada bocah itu untuk mendekat.

Bocah itu segera menghampiri kami.

"Mau beli bang?" tanya bocah itu sopan.

"Ada apa aja, jualanmu, Dek?" tanyaku sambi melihat-lihat isinya.

"Ada kacang rebus, telur rebus, jagung rebus, juga ada bang." sahut bocah itu menyebutkan semua dagangannya.

"Kok, banyak kali, jualanmu, Dek? Mana jagung rebusnya, kok nggak nampak?" ucapku mencari jagung rebusnya.

"Ada di sana, Bang! Sama mamakku!" sahutnya sambil menunjuk ke arah mamaknya.

"Ya udah, pesan jagung rebus, 2 ya Dek! Pilihkan yang manis, semanis kakak itu!" ujarku memesan sambil aku menunjuk Aling.

"Oke, Bang! Tunggu dulu, ya! Jangan kemana-mana!" ucapnya memintaku menunggu.

Bocah itu pun pergi, mengambil jagung rebus pesananku.

"Ini, Bang. Jagungnya! Udah dipilih mamakku yang manis, semanis kakak itu!" ucapnya sambil telunjuknya menunjuk Aling. Dan Aling pun tersenyum mendengar perkataan bocah itu.

"Siapa namamu, Dek?" tanyaku pada bocah itu.

"Namaku Budi Darsono, Bang. Biasa di panggil BD.

"Duh, keren namamu, Dek. Ada kopi?" sahutku menyanjungnya sambil memesan kopi untuk menghangatkan tubuhku.

"Bisa aku buatkan, Bang. Pokoknya, abang terima beres aja." sahutnya cepat.

"Ya udah, kopi satu, gulanya dikit aja." ucapku memberitahu."Sama, teh manis hangat, ya satu. Untuk kakak cantik itu!"

"Oke, Bang!" jawabnya cepat.

BD berlari lagi ke arah mamaknya dan beberapa saat kemudian ia kembali lagi sambil membawa pesanan kami.

"Nih, bang kopinya." serunya sembari menyerahkan pesanan kami. "Dan ini teh manis hangat buat kakak yang cantik itu."

Aku segera menyeruput kopi hitam tersebut.

" Gimana bang, kopinya?" tanyanya.

"Mantap nih kopinya, Dek. Memangnya kopi apa ini?" tanyaku penasaran dengan rasa dan aroma harumnya.

"Kata mamakku, kopi itu. Merknya kopi Sawaka. Gambarnya dua harimau lagi saling menindih, Bang. Kopi itu, buatan orang sini, Bang! Nanti abang, jalan-jalan lah ke kedai kopi di seberang sana! Mantili Cafe and Resto, namanya Bang. Yang punya namanya, Om Senja. Katanya sih, buka cafe di sini! Untuk istri ketiganya, Bang." ucap BD sangat antusias menceritakan kopi itu padaku.

"Kau nggak sekolah, Dek? Kok, bisa jualan pagi-pagi?" tanyaku penasaran.

"Aku sekolah siang, Bang. Pagi-pagi bantu mamak jualan dulu, habis ini aku juga turun!" ucap BD memberitahu. "Mau persiapan ke sekolah. Abang jalan-jalan ke sini?"

"Iya, Dek." jawabku memberitahu. "Kami sedang study tour ke sini!"

"Oh...! Nginap di mana, Bang?" tanya bocah itu lagi.

"Di hotel Kuciah." sahutku.

"Wah dekat sama rumahku tuh, Bang! Nanti abang, kalau mau sewa kereta (motor), bisa ke rumahku aja. aku kasih diskon sama abang. Kan, lumayan. Abang bisa boncengan, keliling pulau sama kakak itu!" ucapnya memberitahu sambil menunjuk Aling.

"Jadi, kau tau tempat-tempat yang bagus di sini, Dek?" tanyaku.

"Tau lah, Bang. Kan, aku tinggal di sini!" sahutnya.

"Ya udah, nanti kau ikut kami aja naik bus." ucapku mengajaknya ikut bus. "Kan, rumahmu dekat dari hotel Kuciah. Biar nanti, kau tunjukan! Mana rumahmu sekalian?"

"Aku mau lah, Bang. Biar nggak capek, aku jalan kaki. 30 menit, pulang ke rumah." sahutnya senang.

"Ya udah. Yuk, ikut abang jumpai, guru abang dulu!"

Aku dan BD berjalan mencari Ibu Gadis, selaku penangung jawab study tour ini.

"Selamat Pagi, Bu Gadis." sapaku santun.

"Pagi, ada apa? sahutnya tegas.

"Saya ingin minta izin, Bu. Saya ingin mengajak anak ini, ikut dalam rombongan bus saya! Kebetulan rumah anak ini! Dekat hotel Kuciah tempat penginapan kita nanti, hitung-hitung bantu penduduk lokal, Bu. Gimana, Bu?" ujarku menjelaskan pada Beliau.

"Ya sudah, kamu atur saja, ya." jawab Bu Gadis cepat.

"Terima kasih, Bu." teriak BD kepada Bu Gadis.

Aku dan BD kembali ke ruang tunggu. Tampak sekali, BD yang selalu semangat. Bocah itu seperti tidak terlihat lelah, terus saja berbicara tanpa henti.

"Bang...! Cantik kali, guru abang. Mukanya galak. Tapi, aku yakin, orangnya pasti baik. Siapa nama guru, abang tadi? Kayaknya, aku jatuh cinta, sama guru abang." cerocos bocah itu.

"Ah...! Kau anak kecil, sok tau cinta-cintaan. Kenal juga, baru lima menit." ocehku menggerutu. "Nama ibu guru tadi, adalah Gadis Soraya Yudianingsih."

"Gadissoyu lah, kalo gitu, Bang! Biar gampang kusebut, biar kayak aku BD." ucap bocah itu tersenyum sumringah.

"Ah...! Suka-suka kau aja lah, Dek. Berapa semua ini, Dek? Aku bayar dulu, biar kau bisa sekalian, pamit sama mamakmu."

"Semuanya, dua puluh ribu rupiah, Bang." jawab bocah itu memberitahu. "Cuma aku lagi jatuh cinta, lima belas ribu rupiah aja, buat abang."

"Ini dua puluh ribu rupiah! Nanti kau di tempeleng mamakmu, kasih diskon-diskon sembarangan. Nanti, kalo dah pamit ke mamakmu, kau langsung aja naik ke bus-nya. Bus berwarna merah, berlogo RWG Trans." ucapku memberitahu, sambil aku menunjuk bus kami.

"Oke, Bang!" jawab bocah itu senang.

bersambung lagu,, khilaff nya sampai disini dulu
colek
@RSP27 @rad76 @kuciah @Cinthunks @gadissoyu @BL4CKDEV1L @merah_delima . semoga berkenan

sudah up ya ya doain koko khilaf
@mtroyes
@disast
dan the only one neng gadis

berhubung sudah mau bulan ramadan, koko ber rencana untuk cuti menulis dulu, sembari menikmati liburan di tanah air, di mohon pengertian para Good Reader tercinta, jangan tinggallkan cerita yang masih baru ini, koko tetap akan mencoba yang terbaik untuk reader tercinta

kamsia @tecoomz koko...nice update...

aduh aling bakal diapain tuh ko sampe begitu....jangan2 konspirasi ama si itu BD
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd