Mencoba memberanikan diri menghampirinya dan bermaksud mengetahui namanya. Ketika jarak antara kami sudah hampir berdekatan, aku sapa dia, ku ulurkan tanganku kepadanya, sambil berkata, "Panca" kataku.
"Siapa namamu ? Kalau aku boleh mengetahuinya" Tambahku lagi, sebelum dia menjawab.
"Ayu mas" katanya, sambil agak tersipu malu, terlihat dari pipinya yang agak sedikit memerah.
"Oh Ayu toh" jawabku. Nama yang pas dengan sang pemilik. Ayu, yang berarti cantik menurut Orang jawa. Sangat mewakilkan parasnya yang memang ayu. Dan cukup menyenangkan hati, ketika telah satu bulan lebih sejak pertama kali aku melihatnya, akhirnya aku tau siapa namanya.
Tak aku sia siakan waktu, bukan hanya berkenalan, aku mencoba berniat menawarkan waktu berdua di kantin kampus, agar bisa mengenalnya lebih dalam lagi. Dengan mencoba menanyakan keluangan waktunya, "Sibuk kah kamu yu ?" begitu kataku.
"Enggak mas, Kenapa ?" jawabnya.
"Tak apa, hanya ingin menawarkan sedikit ngobrol di kantin kampus" tanyaku lagi.
"Ohya ayo gapapa mas, ini ayu juga mau ke kantin" jawabnya dengan lembut.
Oh beruntung sekali hati ini, bisa berdua bersama orang yang senyumannya selama ini memupuk rindu teramat dalam di hati.
Di kantin, aku sempat terdiam dan terpanah. Gadis ini bukan hanya cantik, akan tetapi dia juga memiliki pengetahuan yang cukup luas, hingga sampai ke Revolusi Prancis segala. Sungguh bak bidadari dengan sejuta pengetahuan yang dijatuhkan Tuhan langsung ke bumi untuk menyebarkan kebaikan.
Sangat terkesan melihatnya berbicara, cara berbicaranya yang amat lembut penuh senyum itu, dengan sejuta pengetahuaanya, akan tetapi sama sekali tidak pernah dia membesarkan diri ketika kami sedang berbicara. Agak sedikit pemalu ketika aku harus terpaksa memandangi senyumnya nan indah itu.
"Bolehkah aku menulis sesuatu tentangmu", tanyaku kepadanya dalam hati.
Ketika senja sudah tenggelam, dan hari mulai gelap. Dia berpamitan untuk bergegas pulang, tak ada alasan yang keluar dari mulutnya, mungkin memang sudah waktunya dia pulang, pikirku. Sebelum dia pulang, dia mengulurkan tangannya, tak lupa senyum manis dari bibirnya itu. "Ayu pulang dulu ya mas" Katanya, sambil tersenyum.
"Iya yu, hati hati dijalan ya" jawabku.
"Iya mas, sampai ketemu lagi ya" jawabnya lagi, sambil berjalan perlahan meninggalkanku yang masih duduk di meja tempat kami berdua bicara tadi.
"Tak akan pernah aku menggodamu, tapi akan selalu aku tunggu senyum manismu itu" kataku berbisik dalam hati.
Malam hari aku belum pulang ke rumah, ketika selesai di kampus, aku melanjutkan rutinitas hari ini. Seperti biasa, dan seperti malam malam sebelumnya, malamku selalu habis di sebuah warung kopi, bersama kawan kawan, bercanda, dan berdialektika. Mengupas sebuah permasalahan apapun dan mencoba mendiskusikannya, diiringi secangkir kopi hitam, dan deurh kota metropolitan yang belum juga beristirahat. Seorang kawan pernah berbicara, "inilah culture ngopi yang sesungguhnya, tak mendekatkan yang jauh, dan tak menjauhkan yang dekat". Malam semakin larut, dan sebentar lagi pagi akan menjelang, sudah waktunya buat pulang, menutup hari dan beristirahat.
Di rumah, masih terniang di pikiranku tentang Ayu. Waktu yang sudah diluangkannya amat sangat berkesan menurutku, semoga berkesan juga buat ayu, ya walaupun tak lama kami berdua ngobrol, tapi waktu yang tak lama itu membuatku semakin terkesan, bukan hanya karena senyumannya. Tak lama, aku ambil selember kertas dan pena, aku tulis sebuah rangkaian kata yang aku susun rapi.
****