Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Bimabet
Chapter 44

Perlahan Desy memasukkan golok ke dalam sarungnya. Sekali lagi Desy memandang golok dan menciumnya seperti dia sedang mencium sosok ayahnya, sosok ayahnya tersenyum seolah mendengar janji yang diucapkan anak kesayangannya. Anak manja yang selalu berusaha menarik perhatian ayahnya dengan tingkahnya yang manja. Desy kembali menggantung goloknya di dinding yang akan selalu dipandanginya, golok yang menjaga dendamnya tetap membara.

Desy mengambil HP yang tergeletak di meja, dipencetnya sebuah kontak nomer seseorang yang tersimpan di HPnya. Seseorang yang berhasil dijadikannya sekutu untuk menghancurkan orang yang sudah membunuh ayahnya. Balas dendam sudah dimulainya.

*******

"Kamu bilang apa?" tanya Satria dengan wajah pucat, pendengarannya belum tuli sehingga dia bisa mendengar jelas apa yang baru saja dikatakan Dina. Mereka saudara seayah, itu mustahil. Hal yang jauh dari pikirannya.

"Kenapa?" Dina balik bertanya, senyumnya mengembag bahagia. Misi balas dendamnya satu persatu akan segera terwujud. Memberikan perawannya pada Satria sudah sangat tepat, pengorbanannya tidak sia sia.

"Kamu bilang aku adalah kakakmu, satu ayah...?" Satria berusaha memastikan apa yang dikatakan Dina adalah sebuah fakta. Pinggulnya berhenti mengocok memek Dina. Kenikmatan yang timbul saat kontolnya bergesekan dengan dinding memek Dina, tiba tiba hilang begitu saja.

"Ya, kamu anak ayahku..!" jawab Dina mengalungkan tangannya ke leher Satria menariknya mendekati wajahnya, sebuah ciuman panas dilancarkan Dina. Ciuman penuh birahi, ciuman untuk memancing Satria kembali memacu memeknya seperti tadi.

"Kalau aku adalah kakak satu ayahmu, kenapa kamu mengajakku berbuat seperti ini" tanya Satria yang masih bingung dengan situasi yang sedang dihadapinya. Situasi yang mustahil terjadi, tidak mungkin Jalu adalah ayahnya.

"Karena aku benci ayahku yang selalu memperlakukan ibuku sebagai nomer sekian, ayahku lebih mendahului kepentingan istri istrinya yang lain dari pada ibuku. Aku benci dengan Bu Lilis yang telah merebut semua perhatian ayahku, aku ingin membalas semua rasa sakit hatiku selama ini..!" jawab Dina menatap tajam Satria. Pria yang sebenarnya adalah saudara seayah, pria yang dijadikannya sekutu untuk membalas semua rasa sakit hatinya selama ini. Pria yang kini sedang menindih tubuhnya dan kontolnya tertancap di lobang memeknya.

"Kamu membenci ayahmu sendiri?" tanya Satria heran, bukankah Dina beruntung mempunyai seorang ayah dan mendapatkan kasih sayang yang utuh, tidak seperti dirinya yang tidak mengenal siapa ayahnya. Satria hanya bisa membayangkan sosok ayahnya dalam imajinasinya. Satria hanya bisa menatap iri saat anak anak seusianya dengan bangga bercerita tentang ayahnya dan pekerjaan mereka.

"Apa kamu pernah merasakan dilahirkan oleh seorang wanita yang menjadi istri ketiga? Apa kamu tau, anggapan masyarakat tentang ibuku? Ibuku dianggap PELAKOR...! Aku sebagai anaknya, dari kecil saat aku bermain dengan anak anak sebayaku, aku dengar gunjingan orang orang di sekelilingku yang menganggap rendah ibuku sebagai seorang PELAKOR, bagaimana rasanya teman bermainku dilarang oleh orang tuanya bermain denganku karena mereka takut anaknya terkontaminasi oleh ibuku yang seorang PELAKOR?" jawab Dina berapi api, kemarahan terpancar jelas di matanya yang indah. Kemarahan yang sudah sangat lama tersimpan rapat di hatinya.

Satria tertegun mendengar semua perkataan Dina, ternyata mereka di tempat yang sama hanya status mereka saja yang berbeda. Ternyata mereka menyimpan kebencian yang sama dengan alasan yang hampir sama namun dalam situasi yang jauh berbeda. Perlahan Satria mulai menemukan cara untuk membalaskan dendamnya, cara yang sudah diperlihatkan oleh Dina. Cara yang tidak terpikirkan olehny selama ini.

Satria menarik kontolnya perlahan dan kembali menghujamkannya hingga mentok ke dalam memek Dina. Ya, kalau cara ini sebagai salah satu cara membalaskan dendamnya, Satria akan melakulannya dengan sepenuh hati, terlebih Dina secara terang terangan mengajaknya bersekutu. Bersekutu dalam segala hal yermasuk bersekutu meraih kenikmatan dari tubuhnya.

Satria mulai memompa memek Dina dengan segenap perasaan dendamnya. Gerakkannya semakin cepat, kontolnya menusuk semakin dalam mencari kenikmatan di antara dendam dan lobang memek Dina yang sangat basah. Dendam yang membuat kontolnya semakin perkasa mengaduk aduk memek adik satu ayah. Satria merasakan sensasi yang teramat sangat melebihi yang selama ini dirasakannya.

"Terusssss entot adikmu, Sat....!" Dina mengerang menikmati sodokan demi sodokan kontol Satria di lpbang memeknya, rasa ngilu membaur dengan rasa nikmat yang fantastis. Rasa nikmat yang hanya didengar dari ceritakan teman temannya.

"Iya, aku entot kamu sampai puas...!" jawab Satria, pinggulnya bergerak kencang sementara mulutnya menghisap setiap permukaan payudara Dina meninggalkan bercak merah di payudara berkulit putih dan halus. Dihisapnya puting berwarna pink, mencari ASI yang belum diproduksi oleh payudara Dina. Satria melakukannya dengan sepenuh hati.

"Satttt, akku gakk kuattt...!"rintihan Dina membuat Satria semakin bersemangat memompa memeknya. Satria tidak perduli dengan keadaan Dina yang diambang orgasmenya. Gerakannya semakin cepat dan bertenaga sehingga ranjang terguncang keras.

"Akkkku kelllluar....!" jerit Dina, tangannya mencakar punggung Satria sehingga menimbulkan luka yang dangkal. Luka yang tidak mampu mengusik Satria untuk terus memompa memek adiknya. Luka cakaran Dina tidak ada artinya dibandingkan dengan penderitaannya selama ini.

"Kelllluarin aja....aku juga sudah mauuuuuu... Kelllluar....!" Satria menghujamkan kontolnya semakin cepat berusaha meraih orgasmenya. Hingga setelah berjuang keras, pejuhnya tertumpah membajiri memek Dina yang juga sedang meraih orgasmenya.

"Kellluarin, Sat. Hamilin akkkuu..!" jerit Dina bahagia, dirangkulnya pinggang Satria agar semua pejuh pemuda itu masuk ke dalam memeknya dan membuahi rahimnya yang sedang dalam masa subur. Ini adalah salah satu keinginannya, hamil oleh saudara seayah agar semua sakit hati dan dendamnya terbayar lunas.

Mereka berangkulan, semua dendam dan kenikmatan sudah tertumpahkan untuk saat ini, walau dendam tidak akan dengan mudah mereka hilangkan dalam sekejab, dendam yang sudah berkarat di dasar hati mereka. Dendam yang akan terus mengusik ketentraman hati mereka.

"Hamil? Kamu ingin aku msnghamili kamu?" tanya Satria heran. Kontolnya masih tetap tenggelam di dalam memek Dina yang terus memeluknya seakan tidak ingin kontol Satria terlepas.

"Ya, aku ingin kamu menghamiliku. Aku ingin tahu, apa reaksi ayah saat tahu kamu yang menghamiliku." jawab Dina tersenyum membayangkan reaksi ayahnya saat tahu anak bungsungnya dihamili kakaknga sendiri. Dina terseny membayangkannya.

"Dari mana kamu tahu kalau aku adalah anak ayahmu?" tanya Satria mulai berpikir jernih. Dia yang selama.ini berusaha mengetahui siapa ayahnya tidak menyangka, bahwa Jalu adalah ayahnya, sama sekali tidak pernah terbayangkan olehnya.

"Saat kamu di RS aku curiga Ayah memperlakukanmu begitu istimewa, terlebih saat ibumu datang aku semakin curiga. Aku tahu sifat ayah yang mata keranjang, masa lalu ayah yang sering diceritakan oleh ibu. Maka dari itu aku mulai melakukan penyelidikan dan ternyata benar." jawab Dina melepas pelukannya saat Satria berusaha bangkit dari atas tubuhnya. Dina mendesis lirih saat kontol Satria tercabut dari memeknya. Rasa ngilu berpadu dengan rasa nikmat yang membuat sekujur tubuhnya merinding.

"Tapi menurut ibuku, nama ayahku adalah Ujang...!" kata Satria. Satria duduk menghadap Dina sambil memeluk dengkul, dagunya menempel pada dengkulnya. Matanya menerawan berusaha mengingat awal pertemuannya dan berlanjut dengan pertemuan pertemuan lainnya. Bagaima perlakuan Jalu kepadanya.

"Ujang adalah panggilan ayahku dari kecil dan panggilan itu masih berlaku di kalangan terdekat, Bi Desy dan bibi bibiku yang lain selalu memanggil ayah dengan.panggilan Ujang, begitu juga dengan Bu Lilis dan Bu Ningsih hingga kini mereka selalu memanggil Ujang. Nama yang sangat disukai ayah, nama pemberian almarhum Aki Karta." jawab Dina menerangkan. Matanua terpaku menatap kontol saat Satria merubah posisi duduknya menjadi bersila. Kontol yang baru saja merobek selaput daranya. Kontol yang sudah membuatnya meraih orgasmenya beberapa kali.

"Tapi hal itu tidak menjamin bahwa aku benar benar anak ayah kamu, bisa saja ada sedikit kesamaan seperti kecurigaanmu." jawab Satria ragu dengan argumennya sendiri. Dia tidak tahu dan tidak mengerti dengan arah perkataannya. Satria hanya asal bicara, sekedar membantah apa yang dikatakan Dina.

"Aku diam diam melakukan tes DNA dari sampel darahmu dan darahku serta rambut ayahku, hasilnya positif. " jawab Dina sambil beranjak bangun mengambil tasnya yang terletak di meja seberang ranjang. Dia mengambil hasil uji tes DNA dan diserahkannya kepada Satria.

"Apa ini ?" tanya Satria heran. Diperhatikannya amplop yang berada di tangannya.

"Itu adalah hasil tes DNA yang aku lakukan, bukalah dan baca..!" jaqab Dina kembali merebahkan tubuh bugilnya, wajahnya mendekat ke arah kontol Satria yang masih tertidur setelah menunaikan tugasnya. "Kontol kamu sebesar ini?" tanya Dina sambil membelai kontol Satria, entah kenapa dia begitu menyukai bentuknya yang unik. Perlahan Dina mendekatkan wajahnya, diciumnya kepala kontol Satria yang berlumuran cairan memeknya yang sudah mengering.

Satria mengambil kertas dari dalam amplop dan membacanya, kosentrasinya tidak terganggu saat Dina mempermainkan kontolnya. Dia asik membaca hasil uji tes DNAnya, Satria sama sekali tidak mengerti dan satu satunya yang dia mengerti adalah tulisan positive titik. Tapi setidaknya Satria percaya bahwa apa yang dikatakan Dina benar.

"Dinaaaa...!" Satria menggelinjang nikmat, kontolnya perlahan menegang saat Dina menjilatinya dengan bernafsu. Satria kembali memasukkan kertas hasil tes lab ke dalam amplop dan melemparkannya begitu saja. Perlakuan Dina pada kontolnya lebih menarik hatinya dari pada harus membaca hasil tes DNA yang tidak dimengertinya.

Dina melahap kontol Satria yang sudah tegang sempurna, begitu cepat kontol Satria bangkit setelah menumpahkan pejuhnya benar benar membuat Dina takjub.

"Kontol kamu gede banget, seperti bintanh film porno barat...!" kata Dina kembali menjilati batang kontol Satria, mulutnya yang mungil tidak mampu melahap kontol Satria, membuat rahangnya terasa tidak nyaman.

"Wulan sangat suka dengan kontolku..!" jawab Satria bangga dengan kehebatan kontolnya.

"Wulan dari SMA udah gak perawan, anak itu doyan ngentot..?" jawab Dina cemburu, bahkan dalam keadaan bersamanya Satria masih msnyebut nama Wulan.

Satria tidak memberikan respon apapun saat Dina mengatakan hal itu, Wulan sudah menceritakan semuanya, tidak ada rahasia yang disembunyikannya. Dia lebih asik menikmati aksi liar Dina yang masih amatir dan terlihat kaku, tapi justru hal inilah yang memberinya kenikmatan yang berbeda. Kenikmatan yang membuat pria berkantung tebal rela merogoh koceknya dalam dalam.

Tiba tiba HP Dina berbunyi nyaring, membuat ke dua insan yang sedak di mabuk birahi menoleh ke arah tas Dina yang ditaruh di meja.

"Ada telpon, angkat dulu...!" kata Satria mengingatkan Dina yang kembali menjilati kontolnya dengan bernafsu, Dina seperti menemukan mainan baru dan tidak memperdulikan suara HPnya yang terus menerus berbunyi.

"Biarin...!" jawab Dina acuh, kontol Satria lebih menarik perhatiannya dari pada mengangkat telpone yang dia tidak tahu dari siapa. Kembali Dina berusaha melahap kontol Satria dengan bernafsu, rahangnya sudah tidak sepegal tadi.

*********

Jalu berusaha menenangkan hatinya, dia sudah berusaha memacu mobil nya secepat mungkin untuk sampai ke tempat yang ditujunya sebelum terlambat. Itu tidak boleh terjadi, dia harus segera mencegahnya jangan sampai terlambat. Sekali lagi Jalu menarik nafas saat mobilnya harus berhenti karena terjebak kemacetan. Bahkan jam segini jalan raya Bogor masih saja terjadi kemacetan di beberapa titik. Sekali kali Jalu memencet klakson untuk meredakan ketegangannya.

Beberapa kali Jalu melihat jam tangannya, dia sudah menempuh waktu hampir 30 menit, tempat yang ditujunya masih jauh. Bodoh, seharusnya dia tadi naik motor agar cepat sampai di tempat yang ditujunya. Apa dia harus meninggalkannya mobilnya dan beralih naik ojek onlime?

Jalu mengambil HPnya menelpon beberapa anak buahnya untuk ke tempat yang ditujunya, tapi Jalu membatalkan niatnya. Ini adalah urusannya. Dia tidak mau melibatkan orang lain. Biar dia mengadapinya sendiri. Klaksonnya kembali berbunyi nyaring saat sebuah angkot berhenti tanpa meminggirkan kendaraannya.

"Hei, ******, kalau berhenti di pinggir..!" teriak Jalu tidak digubris oleh supir Angkot yang sedang menaikkan penumpangnya.

Jalu langsung menyalip Angkot saat tidak ada kendaraan yang datang dari arah berlawanan. Tidak lupa dia meneriakkan caci maki ke arah supir Angkot yang tidak mau kalah balas memakinya.

Ahirnya Jalu sampai pada tempat yang ditujunya, jantungnya berdegup sangat kencang bahkan dengkulnya bergetar menahan beban tubuhnya, Jalu merasa seperti sedang menghadapi situasi antara hidup dan mati. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Ya Alllah, semoga belum terlambat, doa Jalu. Pada saat seperti ini dia ingat Tuhan.

Seorang Security segera membuka palang portal yang menghalangi mobilnya, Jalu segera menekan gas mobilnya memasuki pekarangan luas yang berada di bagian dalam, pekarangan yang dijadikan tempat parkir. Jalu menghentikkan mobilnya di depan sebuah pintu tepat di sampingnya terparkir dua buah motor.

Jalu turun dari mobilnya tanpa menutup pintu mobilnya. Dia berlari beberapa langkah ke depan pintu kamar yang tertutup dan terkunci dari dalam.

"Buka pintu. Sekali lagi aku peringatkan, buka pintu atau aku akan mendobrak pintunya...!" teriak Jalu sambil menggedor pintu dengan keras. Kembali Jalu menhhedor pintu dengan keras karena tidak ada jawaban dari dalam hingga ahirnya kesabarannya habis. Jalu melangkah mundur untuk mengambil ancang ancang mendobrak pintu. Setelah jaraknya pas, Jalu menendang pintu kamar hingga jebol bersama dengan engselnya yang tidak mampu menahan tenaga tendangan Jalu yang dahsyat.

Jalu melangkah masuk kamar, matanya terpaku tidak berkedip melihat dua sosok bugil sedang berpelukan tanpa merasa takut dengan kehadirannya. Jalu merasa lututnya lemas sehingga tidak mampu menahan beban berat tubuhnya.

Bersambung
 
Akhirnya Satria dan Dina memacu birahi dalam persekutuan membalas perlakuan Ujang. Satria dan Dina blm mendapatkan cerita yang sebenarnya tentang proses kehadiran merrka di dunia, sehingga inceslah mereka. TriimKasih updatenya Suhu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd