Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Gila luar binasa gan , apa dk mati berdiri si jalu, anak ny ngentot terus hamil, hancur lah mental ny. Tapi dina gila sih, padahal jalu sayang sama dia, tapi masih dk puas juga, di tunggu next ny gan..
 
Jangan bilang yg d grebek sama jalu itu Hani sama eko ya...
Secara kemaren kan eko dapat hadiah ena ena dari hani....
:):):)
 
Cara membalas dendam yg aneh.... Sangat menyedihkan siapa yg menang siapa yg kalah... Tidak jelas lagi.... #sedih
 
Terkadang ketika marah kita tanpa sadar kita membenarkan apa yang ada di pikiran kita dan melakukannya... yang ada cuman satu kata ego yaitu puas, .... sadarlah Dina penyesalan tetap ada di akhir... karena ego taakan pernah cukup walaupun seluruh dunia engkau taklukan..
 
Chapter 45


Satu jam sebelumnya..:

Jalu mendapat pesan WA dari.Desy, pesan singkat yang membuat jantungnya nyaris berhenti berdetak.

"Aku melihat Dina dengan seorang Pemuda yang aku yakin adalah Satria masuk Hotel XXX. Cegahlah sebelum terlambat." Jalu kembali membaca chat itu berulang ulang untuk memastikan dia tidak salah baca.

"Maksudmu Satria dan Dina mempunyai hubungan spesial?" tanya Jalu untuk membalas chat Desy untuk memaatikan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Ya, mereka sekarang berada di hotel, cegah sebelum terlambat atau kamu akan menyesalinya seumur hidup."

********

Jalu terpaku melihat Satria dan Dina berpelukan memandangnya tanpa rasa takut, hal yang ditakutinya terjadi dua anaknya melakukan hubungan terlarang dan dia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Karma yang muncul dari masa lalunya sudah terjadi. Tidak ada yang bisa dilakukannya lagi sekarang selain menerima semua Karma Masa Lalu, Karma dari perbuatannya sendiri.

"Pakai baju kalian..!" perintah Jalu dengan suara lirih. Wajahnya berpaling ke luar tidak mampu melihat tubuh bugil ke dua anaknya yang sedang berpelukan. Beberapa orang security berlari ke arahnya karena suara gaduh yang membuat heboh para pengunjung penginapan yang mengintip dari tirai jendela dan ada beberapa orang yang keluar dari kamar untuk memastikan apa yang sedang terjadi.

Dua orang security datang lebih dahulu dan mereka langsung mengangguk hormat ke arah Jalu, si pemilik penginapan. Ke dua security itu berbalik mendatangi para pengunjung penginapan yang datang untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.

Jalu menoleh ke Satria yang sibuk memakai celana jeansnya, dia berusaha untuk tidak melihat ke arah Dina. Satu satunya hal yang bisa membuat dirinya tetap tegap saat ini adalah pengalamannya, masa lalunya saat melihat orang orang terkasihnya mati di hadapannya.

"Tidak bisakah kalian berpakaian lebih cepat, sebelum orang masuk ke tempat ini untuk melihat apa yang sedang terjadi..!" suaranya tetap lemah, suaranya yang lantang saat ini hilang di balik keterpurukan melihat ke dua anaknya melakulan hubungan terlarang. Mereka tidak salah, kesalahan ada padanya, dia yang harus menanggung semuanya, bukan ke dua anaknya yang tidak tahu apa apa.

"Ayah, tidak marah?" tanya Dina heran melihat tidak ada bentakan apa lagi makian yang diucapkan Jalu, ini sangat di luar dugaannya. Semuanya sudah sesuai dengan rencana yang disusunnya dengan Desy yang akan melaporkan melihatnya dengan Satria di hotel dan tepat seperti dugaan Desy, ayahnya akan datang untuk mencegah perbuatannya dengan Satria. Tapi, kenapa ayahnya tidak terlihat marah.

"Kamu sudah berpakaian?" tanya Jalu mengabaikan pertanyaan Dina, dia belum berani melihat tubuh bugil anak gadisnya sebelum memastikan anaknya sudah berpakaian sempurna.

"Sudah..!" seru Dima sambip menyisir rambutnya yang kusut. Matanya melihat wajah ayahnya mencari tahu apa yang sedang dipikirkannya, wajah ayahnya terlihat dingin. Tidak ada senyum yang selalu terlihat saat mereka berhadapan.

"Kamu Satria, kenapa menghianati Wulan dengan perbuatan bodohmu?" tanya Jalu menatap wajah Satria denvan perasaan yang berkecemuk, satu satunya yang bisa dilatakan hanyalah itu.

"Sama sepertimu, yang menghianati istri istrimu sehingga lahirlah aku..!" jawab Satria sinis, dia sudah mengetahui siapa pria yang berdiri di hadapannya.

"Apppa maksudmu?" tanya Jalu kaget. Dia mengerti apa maksud Satria, yang tidak dia tahu dari mana Satria mengetahui hal itu? Dari Lastri kah atau dari orang lain. Tapi sepertinya tidak ada yang tahu hal itu.

"Menyingkirlah dari hadappanku, aku harus pulang..!" jawa Satria mengacuhkan pertanyaan Jalu, matanya berapi api oleh kebencian yang sudah merasuk ke sumsumnya.

Jalu terkesima, kakinya melangkah ke sampimg tanpa disadarinya memberi jalan Satria yang melewatinya tanpa menoleh. Pandanganny mengikuti Satria yang mulai menyalakan mesin motor kesayangannya. Jalu ingin memanggilnya, namun mulutnya tidak mampu digerakkannya.

"Ayah, kenapa tidak marah?" tanya Dina menyadarkan Jalu yang terus menatap kepergian Satria dengan motor kesayangannya.

"Kita pulang, biar motormu diambil anak buah ayah." jawab Jalu dengan suara lemah. Beban yang harus ditanggungnya yeramat sangat berat, Karma Masa Lalu sudah menunjukkan kuasanya, Karma yang tidak mampu dihindarinya.

*********

Satria bangun dengan pikiran lebih tenang, jam dinding menunjukkan angka 9:30. Berarti dia bangun kesiangan, kenapa Wulan tidak membangunkannya. Satria bergerak cepat mengambil handuk yang tergantung di tembok, dia harus secepatnya mandi dan turun ke Toko. Tidak mungkin dia membiarkan Wulan bekerja sendirian sedangkan dia asik bermalas malasan di kamar.

"Ngopi dulu Sat, biar seger..!" kata Ibunya melihat Satria sudah mandi dan berganti pakaian.

"Iya, Bu. Kenapa tadi Wulan gak bangunin aku?" tanya Satria, pertanyaan yang rasanya tidak akan bisa dijawab oleh ibunya.

"Ibu gak tahu, cuma Wulan bilang kamu jangan dibangunin." jawab Ibunya tersenyum melihat wajah Satria yang kusut.

"Kenapa Ibu tidak pernah mengatakan siapa Jalu sebenarnya, Ibu seperti berusaha menutupinya dariku.." kata Satria, semua perkataan dan penjelasan Dina kembali terdengar olehnya. Sudah waktunya dia bertanya pada Ibunya selagi Wulan berada di Toko.

"Apa maksudmu?" tanya Lastri dengan suara bergetar.

"Kalau Jalu adalah, ayahku..?" jawab Satria menatap ibunya, berusaha mencari kebenaran dari sorot matanya yang lembut. Mata yang selama ini memberinya kekuatan dari ejekan teman temannya. Mata yang selalu menemani dan mendengar keluh kesahnya.

"Pak Jalu, yang mengatakannya padamu?" tanya Lastri tenang, dia sudah menduga cepat atau lambat Satria akan mengetahui rahasia terbesar dalam hidupnya. Rahasia yang tidak akan pernah tersimpan selamanya.

"Bukan, Dina yang mengatakannya padaku." jawab Satria, dia tidak berani menyalahkan ibunya karena menyembjnyikan rahasia terbesar dalam hidupnya. Ibunya pasti punya alasan kuat sehingga berusaha menutupi ini darinya, alasan yang dia tidak mengerti. Alasan yang ingin didengarnya.

"Nanti kita bicarakan lagi, ya..!" kata Lastri mendengar suara langkah kaki di tangga, hal ini harus dibicarakan dari hati ke hati tanpa kehadiran pihak ke tiga, walaupun itu adalah Wulan. Langkah kaki semakin mendekat hingga ahirnya Wulan datang dengan senyum hasnya. Senyum bahagia.

"Bu, Wulan mau ngajak Satria jalan jalan. Jenuh di rumah mulu." kata Wulan sambil menoleh ke arah Satria yang menatapnya heran dengan penampilaan Wulan yang terlihat lain dari pada biasanya saat sedang berada di rumah. Terlihat Wulan sudah memakai make up membuat wajah terlihat semakin cantik.

"Kok, minta ijin sama Ibu? Dia kan suami kamu, tentu saja kamu bebas membawanya pergi." kata Ibu tersenyum geli mendengar permintaan Wulan.

"Eh iya, Wulan cuma pamitan doang..!" jawab Wulan tertawa geli, dipeluknya Satria yang terus menatapnya heran. "Kamu kok ngeliatin Wulan seperti itu ? Naksir, ya..!" goda Wulan, diciumnya pipi Satria dengan mesra.

"Mau ke mana?" tanya Satria heran, biasanya Wulan sudah membicarakannya sejak semalam saat mereka akan berpergian.

"Aku punya kejutan buat kamu..!" bisik Wulan.

"Kejutan, apa?" tanya Satria penasaran. Hidungnya mencium wangi parfum yang dikenakan Wupan, parfum yang lembut dan menuegarkan paru parunya.

"Bukan kejutan namanya, kalau aku kasih tahu sekarang. " jawab Wulan sambil meminum air putih dalam gelas milikku.

"Kamu bikin aku makin penasaran aja..!" kata Satria sambil memeluk pinggangnya yang ramping, tangannya yang bebas mengusap perut Wulan yang agak buncit. Ada anakknya di dalam rahim Wulan. Aku akan menjagamu, Nak dan tidak akan pernah meninggalkanmu. Janji Satria, dia tidak akan mengulangi kesalahan Jalu yang sudah meninggalkannya.

*********

"Percuma A Ujang terus memikirkannya, semuanya sudah terjadi tanpa dapat dicegah. Ini bukanlah masalah besar." kata Lilis sambil duduk di pangkuan Jalu yang bersandar di sofa empuk, sofa yang dulunya hanya ada dalam hayalannya saja.

"Ya, memang sudah terjadi dan aku gagal mencegahnya." jawab Jalu sambil memeluk Lilis yang duduk di pangkuannya. Kecantikan Lilis seperti tidak memudar di usianya yang lebih dari 50 tahun. Orang yang baru pertama kali melihatnya, pasti akan menyangka usianya sekitar 35 tahun.

"Berhentilah menyalahkan diri sendiri, A. Masih banyak yang bisa kita lakulan untuk memperbaiki semuanya dari dari pada kita terus menerus menyesalinya." kata Lilis sambil melumat bibir Jalu dengan mesra. Cintanya tidak memudar oleh waktu.

Jalu membalas ciuman Lilis dengan penuh perasaan, tangannya hinggap di payudara Lilis dan meremasnya pelan, seolah dia ingin merasakan kelembutan payudara istrinya.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Jalu, otaknya tiba tiba buntu, dan selalu saja menjadi buntu setiap kali dia harua berpikir di hadapan Lilis, dia terbiasa menjalankan buah pikiran Lilis yang terlanjur dianggapnya cemerlang. Andai Lilis tiada, entah apa yang akan terjadi padanya.

Hal itu yang membuat Jalu mati matian membuat benteng perlindungan di tempat ini untuk melindungi Lilis setelah kejadian mobilnya yang terperosok ke jurang. Dia pula yang membujuk Lilis memalsukan kematiannya agar dia bisa lebih leluasa melindungi Lilis. Ya, benteng ini adalah tempat teraman untuk Lilis.

"Nanti malam Satria akan datang ke sini, aku audah mengaturnya." jawab Lilis tanpa menerangkan rencana yang sedang disusunnya. Pengalaman mengajarkannya untuk tidak terlalu terbuka dengan semua rencananya, itu membuat Jalu sangat bergantung padanya.

Jadi, tidak ada salahnya memainkan teka teki agar Jalu terbiasa berpikir. Dan terbukti, kemampuan berpikir Jalu dalam situasi terdesak sangatlah brilian, hal yang nyaris luput dari pikiran Jalu sendiri.

********

"Kok, ke sini?" tanya Satria heran saat Wulan menyuruhnya masuk ke sebuah hotel yang cukup terkenal.

"Iya, ada kejutan buatmu..!" kata Wulan sambil memeluk perut Satria, sebuah kejutan yang mungkin akan membuat Satria shock saat mengetahuinya nanti.

"Kejutan apa?" tanya Satria memarkirkan motornya di tempat khusus motor. Ditbiarkannya Wulan turun lebih dahulu, setelah itu baru Satria turun. Satria menatap Wulan dengan heran, Wulan terlihat begitu bersemangat mengajaknya ke tempat ini. Tempat pertama kali dia berhubungan sex dengan Syifa dan mendapatkan keperawanannya.

"Aku ingin memberimu kejutan untukmu dan juga aku juga sedang mengidamkan seseuatu yang harus kamu turuti." jawab Wulan menggandeng tangan Satria mmemasuki lobi hotel, menuju meja resepsionis yang langsung tersenyum menyambut kedatangan mereka.

"Kamar no xxx atas nama Wulan..!" kata Wulan kepada resepsionis yang langsung memberikan mereka kunci, rupanya Wulan sudah lebih dahulu memesan kamar. Kejutan seperti apa yang sudah dipersiapkannya dan ngidam seperti apa yang diinginkan Wulan darinya, semuanya menjasi teka teki yang tidak perlu dijawab, sebentar lagi akan terjawab dengan sendirinya.

"Kamu tahukan aku sedang ngidam, dan biasanya menginginkan hal hal yang aneh dan tidak wajar." kata Wulan sepanjang koridor hotel yang menuju kamar yang sudah dipesan oleh Wulan.

"Iya, kamu pengen apa? Aku usahakan mencarinya." tanya Satria sambil merangkul pundak Wulan yang lebih pendek darinya.

"Aku ingin mwlihatmu ngentot dengan wanita yang aku pilih." jawaban Wulan mwmbuat Satria sangat terkejut, hal yang sangat tidak masuk akal. Satria berhenti dan menatap wajah istrinya berusaha mencari kebenaran ucapannya yang terasa mustahil, bagaimman seorang istri ingin melihat suaminya berhubungan sex. Ini hanya ada di cerita Forum Semprot yang sering Satria baca sebelum menikah sambil beronani.

"Aku serius, kamu maukan melakukannya untukku, untuk anak kita?" tanya Wulan dengan pandangan mata penuh harap. Pandangan mata yang begitu jujur membuat jantung Satria seperti tertusuk sembilu, dia sudah beberapa kali selingkuh di belakang Wulan dan kini Wulan menginginkannya berhubungan sex di depannya, swbuah pukulan hook yang tepat mengenai ulu hatinya.

Perlahan Satria menganggukkan kepalanya tanpa berani menatap wajah Wulan, dia sudah kalah oleh satu pukulan. Sekilas Satria melihat Satria tersenyum, senyum yang membuat Satria melihat wajah istrinya yang cantik dan semakin cantik saat tersenyum. Apa lagi yang kurang dari istrinya. Semuanya sudah dimiliki oleh Wulan, kecantikan, kecerdasan dan bahkan materi.

Wulan segera membuka pintu kamar yang sudah dipesannya. Kami masih harus menunggu wanita yang sudah dipesan Wulan untuk melakukan hubungan sex denganku, apa mungkin dia seorang pelacur.

"Kamu booking seorang, PSK?" tanya Satria sambil rebahan di atas spring bed empuk di sampimg Wulan yang memeluknya.

"Tentu saja bukan, aku gak mau tertular penyakit kelamin karena kamu berhubungan sex dengan seorang PSK." jawab Wulan sambil mencium pipi Satria dengan mesra.

Suara ketukan di pintu membuat pembicaraan mereka terhenti, Wulan menahan tubuh Satria yang akan bangun membuka pintu.

"Iya, tunggu sebentar. Biar Wulan yang buka pintu, inikan surprise untukmu." cegah Wulan, berjalan meninggalkan Satria yang menatapnya penuh tanda tanya di kepalanya.

Pintu dibuka oleh Wulan, Satria memandangnya dengan jantung berdegup kencang, lebih kencang dari pada biasanya. Siapakah wanita yang akan melayaninnya sehingga Wulan menjadikannya sebagai surprise. Wulan menoleh ke arahnya, menggoda Satria yang terus menatap ke arah pintu. Jantung Satria nyaris berhenti saat melihat wanita yang sangat dikenalnya, Satria baru ingat, di kamar inilah dia memerawani gadis yang melangkah masuk kamar dengan wajah tertunduk malu.

"Syifa...!" panggil Satria pelan, suaranya nyaris tidak terdengar, tertutup oleh suara langkah kaki Syifa yang mendekatinya.

"Surprise....!" seru Wulan setelah pintu tertutup rapat sehingga tidak akan ada yang mendengar suaranya yang teredam oleh dinding kamar yang kedap suara.

"Kita mulai sekarang..!" kata Syifa, membuka jipbab yang melindungi rambutnya yang indah dari pandangan penuh syahwat dari lelaki hidung belang. Satria terpaku, matanya tidak mampu berkedip memandang Syifa yang menjadi surprise untuknya.

"Kamu gak perlu membuka jilbabmu, aku ingin kamu tetap memakai jilbab itu..!" seru Wulan mencegah Syifa yang akan membuka jilbab, tangannya memegang pergelangan tangan Syifa. Satria menarih nafas panjang melihat Wulan yang mencegah Syifa membuka jilbabnya.

"Apa maksud kalian?" tanya Satria perlahan, permaianan apa yang sedang diperankan oleh ke dua wanita yang mengisi relung hatinya.

"Wulan ingin melihat kalian berhubungan sex.... Please...!" jawab Wulan menatap Satria dengan wajah sendu. Ada gairah yang terpancar dari kedua bola matanya yang jernih.

"Ya, anggap saja ini untuk menebus dosaku karena sudah menggodamu untuk melakukan perbuatan tidak senonoh.." kata Syifa menghampiri Satria yang masih duduk di ranjang, shock melihat kehadiran Syifa yang tidak pernah disangkanya akan menjadi surprise yang diberikan Wulan.

Satria tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang, selain menunggu apa yang akan dilakukan ke dua wanita yang sama sama mencintainya. Tubuhnya jatung terlentang oleh dorongan lembut jemari Syifa yang halus, seolah semua tenaga yang dimilikinya hilang tidak tersisa.

"Sat, tubuh kamu kok jadi dingin begini? Aku hangatin, ya..!" seru Syifa, keberaniannya telah kembali. Kenangan saat dia melepaskan keperawanannya di kamar ini membakar gairahnya. Persetan dengan kehadiran Wulan, dia tidak perlu lagi sembunyi sembunyi menikmati buah terlarang yang belum waktunya dinikmati oleh gadis yang selalu menutup auratnya. Tanpa merasa perlu membuka bajunya Syifa menindih Satria yang menyambutnya.

Satria menyambut bibir Syifa dengan bergairah, toh semua ini seperti yang diinginkan oleh Wulan yang sedang mengidam. Lagi pula wanita yang akan dinikmati tubuhnya adalah Syifa, wanita yang mengisi hatinya dan dia tidak perlu lagi sembunyi sembunyi untuk bisa menikmati tubuh Syifa, dia bebas sebebas bebasnya menikmati tubuh Syifa di hadapan Wulan.

*******

"Bagaimana reaksi ayahmu saat melihat kalian berhungan sex?" tanya Desy pelan agar suaranya tidak terdengar oleh pengunjung rumah makan. Matanya berbinar senang rencananya berjalan baik, Jalu melihat dengan dua mata kepalanya sendiri kedua anaknya berhubungan intim.

"Ayah sama sekali tidak marah. Bahkan sepanjang perjalanan pulang, dia tidak banyak bicara." jawab Dina menyuapkan nasi ke dalam mulutnya yang mungil. Dia sama sekali tidak tertarik makan spagheti yang menjadi andalan rumah makan di tempat ini.

"Diamnya ayahmu adalah diamnya orang yang menyimpan rasa sakit yang mendapam. Rasa sakit yang tidak akan hilang seumur hidupnya." jawab Desy tenang. Rasa sakit yang sama yang harus dipendamnya selama puluhan tahun karena tidak bisa memiliki pria yang dicintainya dan melihat orang yang dicintainya hidup bahagia dengan wanita lain. Pengorbanannya selama ini menjadi sia sia. Dia hanyalah gundik yang dinikmati tubuhnya saat butuh.

"Bagaimana reaksi Satria saat dia tahu bahya kalian adalah saudara seayah?" tanya Desy menatap Dina yang begitu lahap menyantap makanan yang ada di hadapannya.

"Seperti dia sangat membenci ayah..!" jawab Dina menatap balik wajah Desy. Mereka saling bertatapan berusaha menebak pikiran mereka masing masing.

Desy memalingkan wajahnya tidak tahan dengan tatapan Dina yang menusuk relung hatinya, mengusik rasa sakit hati yang berusaha ditutupinya. Sakit hati yang yerus menerus mengusiknya. Desy menarik nafas berusaha mengendalikan dirinya dan rasa bersalah karena telah melibatkan Dina dalam urusannya, tidak seharusnya gadis ini terlibat dalam perang urat syaraf untuk menghancurkan mental lawannya, dan usahanya hampir berhasil. Kalau saja tidak ada wanita itu yang membuat Jalu kuat, sulit dijatuhkan.

Sebuah pesan chat masuk, Desy segera membacanya dengan cepat.

"Bibi harus pergi, ada panggilan dari markas."

Bersambung.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd