Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Hanya Untuk Dirimu

Wah asyiikk nuh. . . Kalo mau sama mama nya bisa beli satu bonus satu nih. . .
 
Tiga

Elvan menyipitkan mata saat mendongak menatap tingginya gedung yang akan ia masuki. Hari ini dia akan melakukan presentasi terhadap desain yang sudah dia buat selama beberapa minggu terakhir. Sebenarnya ia tak pandai untuk memakai baju resmi. Jarang dia memakai kemeja putih berdasi plus jas. Namun, kalau tidak seperti ini bisa-bisa ia tak dapat hasil dari pekerjaannya. Mau tak mau ini harus dilakukan.

Tak berapa lama kemudian, Elvan sudah sampai di atas. Dia harus ke lantai 10, tempat dimana acara presentasinya berada. Tak kesulitan bagi dia untuk menemukan ruangan itu. Saat dia masuk ke ruangan tersebut, belasan pasang mata sudah menyambutnya.

“Selamat pagi, apa saya terlambat?” sapa Elvan saat masuk ruangan.

“Bahkan, kami belum mulai,” jawab seorang wanita yang berada di ujung meja. Dia sepertinya pemimpin rapat pada acara ini.

“Syukurlah kalau begitu,” kata Elvan.

Elvan segera menempati tempat duduk yang kosong. Ia lalu meletakkan kopernya di atas meja. Dia cukup grogi, bukan karena tidak pernah ikut rapat seperti ini, tetapi ia merasa kenal dengan perempuan yang berada di ujung meja itu. Sesekali ia melirik ke arah wanita itu.

“Langsung saja dimulai!” ucap si perempuan.

Akhirnya dimulailah acara presentasi tersebut. Klien Elvan ternyata adalah Marketing Manager dari perusahaan otomotif. Langsung saja Elvan memanggil Pak Budiman Tantowi sebagai orang yang boleh dibilang berjasa mengajak dia untuk mendesain. Presentasi berlangsung lancar, orang-orang pun terkesan dengan desain yang dipersembahkan oleh Elvan. Setelah tanya jawab akhirnya Elvan ingat perempuan yang ternyata seorang CEO itu. Namanya Eriana Sukma. Hanya saja, di dalam memorinya, Eriana Sukma ini bukan perempuan yang baik. Dia satu-satunya wanita yang suka merundung dia di sekolah.

Elvan berusaha untuk tetap santai dan tidak terpecah fokusnya, meskipun tahu ia sangat tidak suka dengan Eriana. Tetapi, ini adalah pekerjaan dan ia harus profesional.

“Baiklah, Pak Elvan. Ternyata sungguh desainnya luar biasa bagus. Kami sangat terkesima. Mungkin, setelah ini perusahaan kami akan menghasilkan produk yang lebih bagus lagi,” ucap Pak Budiman.

“Baiklah kalau begitu, saya sangat berterima kasih karena telah diberi kesempatan untuk mengerjakan desainnya,” ujar Elvan.

“Pak Elvan, setelah ini silakan tunggu di luar. Saya ingin bicara empat mata dengan Anda,” ucap Eriana.

Jantung Elvan serasa berhenti. Buat apa wanita itu mau bicara dengannya? Elvan hanya bisa mengangguk untuk setuju.

Ah, sebaiknya tidak berburuk sangka terlebih dulu. Mungkin saja dia sudah berubah. Lagipula sudah belasan tahun lamanya semenjak terakhir kali mereka lulus SMA. Apa dia masih memiliki sifat yang sama seperti dulu? Suka merundung?

Elvan kemudian keluar dari ruangan rapat. Dia duduk di sofa yang disediakan di luar ruangan. Di dalam masih ada rapat selama kurang lebih 15 menit. Setelah itu orang-orang mulai keluar dari ruangan termasuk Eriana.

“Ikut ke ruanganku, Elvan,” ajak Eriana.

Mau tak mau, pria ini pun mengikuti Eriana. Mereka naik lift untuk pergi ke lantai paling atas di gedung ini. Di dalam lift, Elvan merasa canggung. Masih terbayang bagaimana perlakuan Eriana saat dia masih SMA dulu.

Hampir setiap hari Eriana selalu mengejeknya, mengolok-oloknya, bahkan sketsa hasil karya Elvan pun pernah dirampas dan dirobeknya. Elvan sendiri bingung ap salahnya. Kenapa ia harus diperlakukan seperti itu olehnya. Meskipun begitu, Elvan tak pernah membalasnya. Dia diam saja, bahkan ketika sudah lulus SMA, dia tak pernah berharap untuk bisa bertemu lagi dengan Eriana.

“Kau berubah,” ucap Eriana memulai pembicaraan.

“Kau juga,” kata Elvan.

Eriana tersenyum. “Aku tak pernah menyangka kita bisa bertemu lagi dalam keadaan seperti ini.”

“Hidup itu misteri,” kata Elvan. “Aku juga tak pernah menyangka akan bertemu denganmu dengan keadaan seperti ini pula.”

“Kau sudah berkeluarga?”

“Istriku sudah meninggal.”

“Oh, maaf. Aku turut berduka.”

Lift kemudian berhenti. Pintu terbuka, Eriana lalu keluar diikuti oleh Elvan. Seorang resepsionis perempuan tampak sedang duduk sambil memperhatikan layar laptopnya. Melihat Eriana datang ia langsung berdiri.

Cancel semua janji hari ini. Aku ingin istirahat,” ucap Eriana.

“Baik, Bu,” ucap si resepsionis.

Setelah itu keduanya masuk ke ruangan tempat Eriana bekerja. Elvan cukup takjub dengan isi ruangan. Sangat megah. Ada meja tempat Eriana bekerja, kemudian pula ada ruangan lain. Entah itu ruangan apa. Ada pula dapur kecil terlihat tak jauh dari meja Eriana. Di meja tersebut ada papan nama terbuat dari marmer dengan tulisan Eriana Sukma Purnomo, CEO.

“Duduklah!” pinta Eriana. Dia duduk di sofa, setelah itu menyilangkan kakinya. Terlihat sedikit pahanya yang mulus tanpa bulu. Perempuan ini menyandarkan punggungnya sambil memperhatikan Elvan.

“Ada keperluan apa sampai kau menyuruhku kemari?” tanya Elvan. Dia kemudian juga duduk di sofa yang menghadap ke Eriana.

“Ayolah, Elvan. Aku ingin menyapa teman lama. Aku tak tahu kalau kau ada di Jakarta selama ini.”

“Kalau tak ada yang penting, sebaiknya aku pulang,” ucap Elvan sambil melempar pandangannya. Ia sangat benci dengan Eriana. Meskipun, boleh dibilang Eriana cantik, bahkan dengan usianya yang sekarang sudah matang, perempuan ini bisa menaklukkan siapa saja. Tetapi tetap saja Elvan tak tertarik.

Eriana menghela napas. “Kau dendam kepadaku ya?”

Elvan menatap Eriana.

“Aku tahu. Perlakuanku kepadamu saat kita masih SMA dulu sangat buruk. Aku minta maaf. Dan hei, kita sekarang bertemu lagi. Aku ingin kita berteman secara normal,” ujar Eriana.

Elvan menghela napas. Dia masih tak suka. “Kau sendiri, sudah berkeluarga?”

Eriana menggeleng. “Tak ada yang cocok denganku. Setiap laki-laki yang mendekatiku hanya melihatku sebagai anak orang kaya keluarga Purnomo. Kau tahu sendiri kakekku orang konglomerat, pemilik dari Purnomo Group. Wajar kalau hanya lelaki brengsek yang mau mendekatiku. Semua hanya ingin hartaku.”

Elvan tersenyum sinis. “Karma itu ada bukan?”

“Iya, aku akui itu.”

“Trus, aku di sini buat apa? Mau mendengarkan segala keluh kesahmu? Sudahlah. Aku pulang saja.” Elvan kesal, dia lalu beranjak dari tempat duduknya.

“Jangan pergi! Aku ingin menawarkan sesuatu kepadamu,” ujar Eriana.

Elvan hendak melangkah pergi, tetapi dia mengurungkan niatnya. Ia penasaran dengan tawaran Eriana.

Eriana lalu berdiri menghampirinya. Tinggi Eriana hany setelinga Elvan, membuatnya sedikit mendongak untuk bisa melihat Elvan dari dekat. Eriana tersenyum kepada Elvan.

“Apa maumu?” tanya Elvan.

“Aku ingin minta maaf. Aku tahu di masa lalu aku banyak salah kepadamu, tapi kau tahu kenapa alasan aku melakukan itu kepadamu?”

Elvan mengangkat bahunya.”Yang aku tahu, kau itu perempuan paling jahat yang pernah ku kenal. Aku masih ingat bagaimana kau merampas hasil karyaku, lalu merobeknya. Kau juga selalu menghinaku, merendahkanku. Memang aku anak orang yang tidak berada, tetapi aku masih punya harga diri. Aku masih bisa berjuang dengan cara yang halal, makan dengan cara halal dan tidak pernah mengemis.”

“Ya. Aku memang seperti itu. Apalagi yang kau ingat tentang diriku?”

“Kau selalu memaksaku untuk mengerjakan PR. Kau tak pernah puas menyiksaku setiap hari.”

Mata Eriana berkaca-kaca. Dia sepertinya tersentuh dengan ucapan Elvan. Elvan yang menyaksikannya tambah bingung.

“Ya, aku akui. Aku memang jahat kepadamu. Tapi, itu dulu. Aku sudah menyesal. Kau tahu alasanku melakukan itu semua?”

Elvan menggeleng.

“Aku iri kepadamu.”

Elvan terkejut dengan jawaban Eriana. “Iri? Maksudmu?”

Eriana mendesah. Dia lalu berjalan menuju ke jendela kaca. Dia menatap daratan yang terlihat dari lantai tempat mereka berada. Kota Jakarta dengan kesibukannya ada di bawah sana. Di atas ini, Eriana selalu melihat bagaimana keadaan ibu kota dari atas. Dia merasa kesepian berada di sini.

“Semenjak kecil aku selalu makan dengan sendok emas. Semuanya disuapi. Mau apapun aku pasti dipenuhi. Aku tak pernah tahu tentang bagaimana seseorang berusaha dari nol, memungut sampah, setelah itu menjualnya hanya untuk sekedar menyambung hidup. Dengan uang aku bisa membeli segalanya. Aku akui itu. Lalu aku melihatmu. Sosok seorang pelajar dari kalangan biasa, tetapi mampu menghasilkan prestasi yang tidak biasa. Aku sangat iri dengan keadaanmu yang seperti itu. Kau pintar segala, meskipun tak pernah ikut les dan kursus. Gambaranmu juga bagus, jujur aku suka. Dan sifatmu yang selalu ramah kepada setiap orang membuatku iri. Kau bisa dekat dengan guru-guru tanpa perlu menunjukkan status sosialmu, kau juga dekat dengan teman-teman. Sementara aku, harus melemparkan uang kepada mereka baru mereka mau dekat denganku. Aku sangat iri kepadamu. Maka dari itulah aku selalu merundungmu, aku akui aku salah.

“Puncaknya adalah setelah kelulusan itu. Aku kesepian. Aku selama ini terobsesi kepadamu, Van. Aku kehilangan Elvan yang tak pernah membalas perlakuanku meskipun betapa kejamnya aku memperlakukanmu. Dari situ aku sadar uang bukan segalanya. Aku jadi dituntut untuk belajar lebih giat, kuliah dengan tekun, hingga kemudian ayahku memberikanku posisi seperti sekarang ini.” Eriana menceritakan pengalamannya.

Elvan merasa tak percaya dengan apa yang didengarnya. “Mustahil. Aku tak percaya.”

“Terserah kau mau percaya atau tidak. Aku tidak memaksamu. Aku tahu aku sudah banyak melakukan kesalahan. Setelah lulus kuliah, sebenarnya aku berusaha untuk mencarimu. Namun, tidak menemukan hasil. Aku ingin minta maaf. Hingga akhirnya hari ini kita bertemu.”

Elvan tak percaya. Dia kemudian melangkah pergi. “Aku pergi.”

Eriana lalu berbalik. Segera ia berlari lalu memeluk Elvan dari belakang. “Jangan pergi! Kumohon!”

“Lepaskan aku, Eri. Tak tahukah kau betapa aku sangat membencimu?”

“Aku tahu. Aku akan melakukan apapun agar kau memaafkanku. Kau mau memukuliku sekarang, sebagaimana yang pernah aku lakukan. Silakan. Aku akan pasrah. Aku akan menerimanya. Elvan, kumohon!”

“Sudahlah! Biarkan aku pergi!” ucap Elvan yang berusaha melepaskan tangan Eriana.

Eriana melepaskan pelukannya. Setelah Elvan terbebas dia lalu melangkah ke pintu.

“Aku menyukaimu,” kata Eriana tiba-tiba.

Langkah Elvan terhenti. Dia berbalik, menoleh ke Eriana. “Apa maksudmu?”

“Aku menyukaimu. Aku akui. Aku munafik, tetapi aku tak bisa menahannya lagi. Selama ini aku menyukaimu.”

“Lelucon apa ini, Eri?”

Eriana melangkah mendekati Elvan. Matanya menatap Elvan dengan tatapan sayu. Elvan jadi merinding dengan tingkah Eriana. Tiba-tiba Eriana memegang tangan Elvan. Lelaki ini jadi kebingungan dengan tingkah Eriana. Ia mengangkat jari telunjuk Elvan, setelah itu dengan mengejutkan, Eriana memasukkan jari telunjuk Elvan ke dalam mulutnya. Dia menghisap jari itu.

Elvan terkejut bukan main. Dia melihat bagaimana Eriana begitu menikmati jari telunjuknya yang sekarang sedang diemut. Tak hanya itu, lidah Eriana menari-nari di jari telunjuknya. Mata Eriana terpejam, memberikan sensasi erotis. Elvan menelan ludah.

Apa Eriana benar-benar suka kepadanya? pikir Elvan. Berbagai pikiran mesum pun hinggap di kepalanya saat itu juga. Melihat tingkah Eriana membuat kejantanannya yang sedari tadi tidur mulai teraliri darah, hingga membuatnya sedikit mengeras.

“Kalau kau mau, siksa aku sekarang!” bisik Eriana.

“Maksudmu?”

Eriana perlahan-lahan menurunkan blazer yang dipakainya, setelah itu diikuti dia membuka kancing kemejanya satu per satu. Dalam gerakan perlahan itu, Elvan masih melihat bagaimana mata Eriana melihatnya sayu, sambil buah dada Eriana terekspos dalam balutan bra berwarna hitam berenda. Elvan masih normal, biarpun dia sangat benci kepada Eriana, tapi sebagai laki-laki ia pun tergoda.

Elvan masih berjaga-jaga kalau-kalau Eriana cuma menggoda lalu menjebaknya sebagaimana yang dulu pernah terjadi kepadanya. Ia ingin mengetahui apakah Eriana benar-benar mengucapkan dari hatinya ataukah sekedar main-main.

Elvan menarik tangannya. Eriana terkejut. Kemeja Eriana sudah terbuka menampakkan payudara yang membusung. Kulitnya putih bersih tanpa cela. Elvan kemudian mengancingkan kembali kemeja Eriana.

“Kau tak perlu melakukan ini,” ucap Elvan.

“Kau tak suka?”

“Bukan begitu. Kau punya tubuh yang bagus, akan banyak laki-laki yang suka kepadamu. Aku tak pantas buatmu.”

Eriana mengalihkan pandangannya. Ia tak berani menatap wajah Elvan, pipinya bersemu merah. “Itu bukan kamu yang memutuskan.”

Elvan mengernyit. “Kau tak lihat kondisiku?”

Eriana kemudian menatapnya lagi. Kini dengan sedikit kasar dia menarik tangan Elvan. Perempuan itu menariknya lalu mendorongnya hingga Elvan terjatuh di sofa. Dengan cepat Eriana langsung naik ke atas perut lelaki ini, menindih Elvan yang tak siap diperlakukan seperti itu.

“Sekali lagi, bukan kau yang memutuskan apakah pantas atau tidak anak Edward Purnomo mencintaimu,” ucap Eriana.

“Eriana, jangan lakukan ini!” pinta Elvan.

“Kau sudah punya kekasih lagi setelah kematian istrimu?”

Elvan menggeleng. “Tidak. Belum ada.”

“Maka, aku ingin jadi kekasihmu.”

Elvan berusaha mendorong, tubuh Eriana, yang terjadi malah ia memegang kedua payudara Eriana yang kenyal itu. Eriana terkekeh melihat kelakuan Elvan. Terkejut, segera Elvan melepaskannya.

“Kau gila, Eri!” gerutu Elvan.

“Kau sudah keras nih,” ucap Eriana sambil mengelus-elus bagian pribadi dari tubuh Elvan. “Kau terangsang?”

“B-bukan begitu!” protesnya.

“Jadi aku menarik buatmu?”

“Eri, jangan lakukan ini.”

Eriana turun dari perut Elvan, tetapi dengan cepat ia melepaskan ikat pinggang lelaki itu, setelah itu diturunkan resletingnya. Elvan hendak pergi, tetapi kedua tangan Eriana sudah meloloskan celananya dan menggenggam batang berurat kebanggaannya. Elvan menelan ludah.

“K-kau…,” Elvan tak sanggup berkata-kata. Dia sendiri bingung kenapa tak bisa melawan perempuan ini.

Eriana mengendus benda itu. Ia seperti mengendus bau masakan terenak yang pernah ia rasakan. Batang Elvan makin mengeras saat tangan Eriana dengan lembut mengelus, lalu mengocoknya.

“Aku punya rahasia. Kau mau tahu?” tanya Eriana.

“Persetan dengan rahasiamu,” jawab Elvan.

“Ini pertama kali aku menyentuh kejantanan pria,” jawab Eriana.

Elvan terkejut. Jangan bilang kalau Eriana masih perawan. Dia tak percaya begitu saja dengan ucapan perempuan jalang ini.

“Aku setiap hari berdoa dan berharap agar bisa bertemu denganmu lagi. Kini aku bertemu dan aku ingin menghapus segala dosa yang aku lakukan kepadamu. Aku… benar-benar mencintaimu, Van. HAP!” ucap Eriana dan sekaligus membuat Elvan gemetar. Batangnya sudah berada di dalam mulut Eriana.

Elvan menelan ludah. Hari ini akan jadi hari terpanjang. Dia melihat bagaimana mata Eriana menatap wajahnya dengan mulut yang dijejali penuh dengan batang kejantanannya. Elvan mulai mengeluarkan keringat dingin. Di bawah sana ia sangat terangsang dan benar-benar tak kuasa merasakan remasan dan gelitikan lembut pada penisnya.

“K-kau bohong, bagaimana kau bisa melakukan ini? Kau bilang belum pernah menyentuh barang pria sama sekali,” ucap Elvan.

“Aku tak bohong, tapi bukan berarti aku tak tahu cara memuaskan pria. Aku belajar banyak lewat video bokep,” kata Eriana. “Semuanya demi hari ini, Van. Sluurrrp!”

Elvan makin melayang. Kocokan lembut Eriana membuatnya lemas. Perempuan ini dulu yang sering merundungnya, sekarang seolah-olah takluk kepadanya begitu saja. Pasrah di antar selakangannya. Dia sangat ingin sekali memperlakukan Eriana seperti ini.

Eriana memutar-mutar lidahnya di ujung kepala batang itu. Stimulusnya membuat Elvan bergelinjang setiap kali gerakan memutar lidah itu bermain. Selain itu pula hisapan Eriana sangat kuat seperti vacum. Gerakan naik turun kepalanya membuat Elvan mau tak mau ingin menyentuh kepala perempuan yang paling dibencinya ini.

“Aku tak percaya kau belum disentuh pria lain,” ucap Elvan.

Eriana membuka kancing kemejanya yang tadi dikancing oleh Elvan. Ia melepaskan kemejanya, lalu tak cuma itu. Bra warna hitam pun dilepaskannya. Semua dilakukan tanpa melepaskan batang Elvan dari mulutnya. Ia tak ingin batang itu tiba-tiba pergi begitu saja, padahal tentunya tak akan bisa kemana-mana.

Sekali lagi pemandangan di depan Elvan membuatnya sukar untuk percaya. Bagian atas tubuh perempuan ini sudah tak tertutup apapun. Buah dadanya benar-benar menggoda dengan puting berwarna merah muda dan kulit yang mulus berurat. Membuat Elvan ingin sekali meremasnya. Tangannya pun reflek untuk menyentuhnya.

“Sentuh aku, Van!” pinta Eriana.

Lelaki itu pun mulai menyentuhnya. Tentunya ini hal tergila yang pernah dia lakukan seumur hidupnya. Kalau misalnya Eriana ingin berbuat sesuatu yang buruk kepadanya, mungkin sudah dari tadi, akhirnya Elvan pun larut dalam godaan itu. Dia mulai memulai operasi peremasan. Percaya atau tidak, dia sekarang meremasnya dengan sedikit kasar, tetapi Eriana terlihat menyukai perlakuannya itu. Elvan tak cukup meremas, terkadang ia juga memilin dua ujungnya yang sekarang mulai mengeras.

Napas Eriana mulai memburu. Dia merinding saat Elvan melakukannya. Matanya sayunya masih menatap Elvan, wajahnya sekarang lebih terlihat seperti perempuan yang minta disentuh.

Eriana menggelinjang lagi. “Jangan seperti itu terus, aku tak kuat, Van!”

Mustahil, pikir Elvan. Eriana melengkungkan tubuhnya lalu ambruk di atas tubuh Elvan. Ia menciumi wajah Elvan, hingga kemudian kedua bibir mereka bertemu dan saling mengisap satu sama lain. Mencium, melumat dan memagut. Lidah mereka bertemu seperti orang kesurupan. Elvan juga sudah lupa dengan siapa ia sekarang.

Kedua telapak tangannya sudah berada di bongkahan pantat san CEO. Dia mulai menaikkan rok yang dipakai Eriana hingga ke pinggang. Dia mengelus-elus sebentar hingga kemudian secara perlahan Eriana membantu Elvan dengan mengarahkan tangan Elvan ke daerah yang lebih sensitif. Daerah yang lembab yang mana sekarang bagian tersebut sudah basah. Celana dalam warna hitam yang dikenakan Eriana sangat basah dan becek.

“K-kau.. sudah basah,” kata Elvan.

Eriana malu-malu untuk menjawabnya. Hanya mengangguk. “Kau sekarang percaya?”

“Tapi, kenapa kau dulu begitu kasar kepadaku, kalau kenyataannya sekarang kau menyukaiku?” tanya Elvan.

Eriana mengangkat bahunya. “Mungkin, sekarang ini aku sudah sadar.”

Elvan menghela napas. Ia tak percaya dengan ini semua. Perempuan yang dulu sangat ia benci, sekarang nyaris telanjang di atas tubuhnya. Ia bisa saja melanjutkan lagi apa yang dilakukannya ini ke arah yang lebih jauh.

“Aku ingin kau kasar kepadaku, Van,” ucap Eriana.

“Maksudnya?”

“Kau tahu apa maksudku. Hari ini, tolong kau perawani aku.”

Elvan menelan ludah. Ini sudah diluar kendalinya. Ia bingung apakah mengikuti permainan Eriana ataukah segera saja pergi dari tempat itu. Tetapi dorongan nafsunya makin meledak-ledak.

Belum sempat berpikir lama tiba-tiba Eriana sudah melepaskan celana dalam hitamnya. Ia perlihatkan kepada Elvan, lalu dilemparkannya begitu saja.

“Aku siap.”

Elvan yang sekarang jadi tak siap. Ini terlalu cepat. Ia seharusnya tak meladeni Eriana dengan godaannya ini. Dia masih punya banyak waktu untuk bisa mengenal Eriana lebih jauh. Sekali lagi, godaannya begitu besar. Kucing pun kalau dikasih ikan juga bakal mengeong. Eriana benar-benar memiliki tubuh yang ideal, mungkin ia sering olahraga sehingga badannya bisa sebagus ini.

“Kalau kau tak bergerak, aku yang akan bergerak,” ucap Eriana. Belum sempat Elvan menjawab, tiba-tiba ujung batang kejantanannya sudah bersinggungan langsung dengan belahan vagina Eriana yang cukup becek.

Elvan melenguh. Eriana tersenyum bahagia. Ia bisa melihat bagaimana Elvan sangat terangsang. Tetapi ini juga baru baginya. Selama ini belum pernah ada benda asing masuk ke dalam tempat pribadinya ini. Dia sebenarnya juga tak berharap banyak Elvan bisa hadir di dalam hidupnya, bertemu lagi, kini impiannya menjadi nyata.

“Kau siap?” tanya Eriana.

Elvan hanya melirik ke bawah. Batangnya dipegang oleh tangan lembut Eriana, diarahkan ke tempat peranakan perempuan itu. Lalu satu hentakan ke bawah membuat Eriana melenguh hebat. Batang itu meluncur ke dalam rongga kewanitaannya, melesak dengan perkasa, ditambah lagi dorongan dari Elvan ke atas. Eriana terbelalak saat ia merasakan rasa perih yang hebat.

“Aduh….ehmmm!!!” erang Eriana. Dia mengaduh perih, perih sekali.

“Kau, masih perawan?!!!” tanya Elvan terkejut.

“Kau sekarang percaya bukan?”

“Eri, aku tak tahu harus berkata apa-apa lagi,” kata Elvan yang masih takjub. “Kau menyerahkannya untukku.”

Eriana tersenyum. Dia kemudian sedikit-demi-sedikit melepaskan kancing baju Elvan. Dalam hitungan detik, Elvan sudah tak memakai baju lagi. Tubuh atletisnya terekspos dan kini dipeluk Eriana.

“Aku mencintaimu, Van. Sungguh. Ah, akhirnya aku bisa merasakan batangmu. Ahhh….goyang, Van. Lakukan agar aku tahu kalau bercinta itu memang enak!” ujar Eriana.

Pinggul Elvan pun merespon. Pinggul Eriana juga, keduanya mengayun lembut. Rasa geli, perih dan nikmat menyatu. Eriana memeluk dengan erat tubuh pria yang sangat diidamkannya ini. Kedua payudaranya menekan, membuat Elvan mau tak mau harus merasakan sensasi bercinta lagi.

Kedua bibir mereka kembali bertaut untuk bisa saling memberikan stimulus ke syaraf masing-masing. Mereka kini sedang larut dalam surga dunia.

Elvan kemudian mengganti posisi. Dia merebahkan Eriana di atas sofa. Sekarang perempuan itu ada di bawahnya. Kedua payudara sekal itu menjadi pemandangan indah saat tubuh seksi Eriana berayun-ayun ketika pinggulnya menghentak-hentak. Sudah lama Elvan tak bercinta, ia juga tak punya firasat apapun hari ini. Mendapatkan kesempatan bercinta yang jarang seperti ini juga tidak biasa.

“Van, aku tak kuat lagi. Mau keluar,” ucap Eriana.

Elvan sebenarnya tak mau bilang kalau ia juga sama. Rasa pijatan dan remasan otot vagina Eriana benar-benar nikmat. Mungkin ia bakal ketagihan melakukan ini dengan Eriana. Dia makin cepat menggoyang pinggulnya, lalu dia memeluk Eriana dengan erat.

“Kau juga mau keluar ya?” tanya Eriana.

“Aku keluar….ahhhkk!!”

Eriana juga sama-sama sampai pada puncaknya. Kedua alat kelamin mereka berkedut-kedut. Yang satu menyemburkan calon anak, yang satu lagi mengeluarkan cairan orgasme. Terasa penuh sekali liang senggama Eriana, sepertinya Elvan keluar sangat banyak. Keduanya terengah-engah sambil menatap satu sama lain.

“Makasih, Van,” ujar Eriana.

Elvan sekarang bingung. Apa yang akan terjadi setelah ini. Jelas ini pertanda yang tidak baik. Eriana punya sifat buruk yang ia ketahui. Dan sifat buruk Eriana ini cukup mengerikan.

***​
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Elvan sekarang bingung. Apa yang akan terjadi setelah ini. Jelas ini pertanda yang tidak baik. Eriana punya sifat buruk yang ia ketahui. Dan sifat buruk Eriana ini cukup mengerikan.

bingung karena dapat enak enak yg tiada terduga sebelumnya
 
untung.....v nya dijaga untuk elvan :adek:

namun apakah..sifat buruk yang ditakuti elvan? cewek yg dominan/cemburu? :p
 
Bimabet
Menunggu kisah seru selanjutnya..
Lanjut Gan..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd