Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT CGU College Anthology (eps. 10, updated 27/2/12)

Mana cerita favorit anda di CGU College Anthology?


  • Total voters
    198

caligula1979

Semprot Addict
Daftar
24 Jun 2012
Post
486
Like diterima
2.818
Bimabet
Halo mupengers sekalian!
Jumpa lagi di Caligula Universe (CGU). Sebelumnya saya sempat diban sebulan gara-gara tidak sengaja mengucapkan nama website yg ternyata adalah pelanggaran aturan forum. Positifnya adalah saya bisa menyempurnakan tulisan ini selama sebulan masa ban sehingga lebih baik dan semoga memuaskan mupengers sekalian.

Mupengers yang pembaca setia serial CGU pastilah mengikuti cerita-cerita saya yang tak terasa hingga kini karakter mahasiswa/i dalam CGU sudah cukup banyak, baik yang major character maupun yang baru tampil selewat sebagai minor character. College Anthology yang menjadi debut awal CGU di tahun 2021 ini akan memaparkan petualangan para karakter CGU dari kalangan kampus. Tanpa buang waktu lagi, marilah kita nikmati serial sepuluh episode ini yang akan diupdate setiap 2-3 hari sekali.

Selamat menikmati!


Cerita CGU lainnya:


ASISTEN (KESAYANGAN) DOSEN

Jumat, pukul 16. 05


Wandi (22 tahun) tiba di depan sebuah rumah minimalis berlantai dua, di halamannya sudah terparkir sebuah Yaris hitam yang sudah tidak asing baginya. Ia turun dari motornya dan membuka pagar yang tidak dikunci lalu memarkirkan kendaraannya di sebelah mobil itu. Dari tindakannya, nampak ia bukan pertama kalinya ke tempat itu.
“Udah hujan yah?” sahut sebuah suara wanita dari pintu depan ketika ia sedang melepas jas hujannya.
“Eehh... iya!” jawab pemuda itu menoleh melihat seorang wanita cantik sudah berdiri di ambang pintu, “di Dago bawah udah gede banget, di sini kayanya bentar lagi, udah mendung gini” katanya sambil melihat ke langit yang sudah berawan hitam.
“Ya udah ayo masuk!” sahut wanita berambut sebahu itu.
Wandi pun mengikuti wanita yang adalah dosennya itu ke dalam. Wanita berdarah Sunda-Bugis itu bernama Melinda (40 tahun), ibu beranak dua, yang paling besar sudah remaja. Tubuhnya berpostur sedang dan langsing, di usianya ia masih nampak seperti masih tiga puluhan awal dengan rambut hitam sebahu yang biasa disanggul ketika mengajar.
“Lho! Disini juga bu?” sapa pemuda itu melihat Nina (32 tahun), dosen lainnya yang pernah mengajarnya di satu mata kuliah, di ruang tengah.
“Ya, kita lagi ada pembicaraan aja, sekalian pulangnya numpang” jawab wanita berkacamata itu.
“Ayo, kita bicarain urusan buat nanti dulu!” ajak Melinda ke dalam.
Rumah itu nampak lenggang, semi furnished, karena rumah ini bukan rumah wanita itu yang sesungguhnya, hanya untuk investasi, pada tembok depan rumah pun terpasang spanduk DISEWAKAN. Kadang Melinda ke sini untuk beristirahat sejenak di sela pekerjaan karena letaknya dekat dengan kampus.
“Nah ini!” sahut wanita itu seraya menyerahkan fotokopian berisi materi kuliah serta sebuah USB, “file power pointnya udah ada disini, cukup waktu buat kamu pelajari sampai Senin nanti”
Terlepas dari profesi terselubung sebagai gigolo kampus dengan klien tante-tante tajir, Wandi memiliki otak yang encer sehingga IPK-nya termasuk menengah ke atas. Dari situlah ia menerima tawaran dosennya ketika untuk menjadi asisten dosen, gajinya memang tidak seberapa apalagi dibandingkan bayarannya untuk memuaskan para kliennya itu, tapi cukup lumayan untuk menambah pengalaman dan memperluas pergaulannya, terlebih sifat Wandi memang easy going dan mudah bergaul sehingga ia tidak bermasalah bila harus menggantikan dosen mengajar angkatan bawah atau praktikum. Saat itu Melinda memanggilnya untuk menggantikannya pada Senin karena ia sendiri harus menghadiri seminar di Jakarta dan baru pulang keesokan harinya.
“Apa ada yang perlu ditanya?” tanya wanita itu melipat tangan setelah melihat Wandi membaca sekilas fotokopian yang diberikan tadi.
Wandi menggeleng, “so far nggak, kalau ada nanti lewat WA aja” katanya enteng.
“Kalau gitu, mungkin kita bisa masuk pembahasan berikutnya... “ kata Melinda mendekati wanita itu lalu tangannya meraih selangkangannya, “yang lebih privat” suaranya lirih disertai desahan.
“Sshh... sshh.... bu!” Wandi beringsut dan menepis tangan dosennya itu, “bukannya kita udah sepakat kalau ini cuma jadi rahasia kita berdua aja? Di luar sana kan....”


Reaksi Wandi membuat dosennya itu menyeringai, “well... sekarang jadi rahasia kita bertiga, kamu keberatan?” ia kembali mendekatkan tubuhnya pada mahasiswanya itu, memepetnya hingga ke meja.
“Kamu tau Di? Nina ke sini mau apain?” tanyanya dengan suara dan tatapan menggoda.
“Ikut numpang mobil ibu kan katanya” jawab Wandi pelan.
“Itu jawaban belum lengkap, itu karena dia mau ikutan kita” jawab Melinda kembali mengelus selangkangan pemuda itu.
“Serius bu? Tapi apa gak riskan?” tanya Wandi mulai merasa keenakan dengan remasan dosennya.
“Kita ini saudara dan sudah akrab, riskan apanya?”
“Saudara? Baru tau saya”
“Sepupu jauh.... jadi bapak saya... aaahh... udahlah, that’s not our point. Jadi gini, Nina sama suaminya lagi pisah ranjang udah sebulan ini, gara-gara suaminya ketahuan selingkuh sama staff di kantornya dan... dia butuh dihibur, jadi saya ajak dia ikut permainan kita” tangan wanita itu membuka kancing celana panjang Wandi dan menyusupkan tangannya ke dalam, “dan saya udah kangen sama ini kamu!” tangan Melinda menggenggam penis Wandi di balik celana dalamnya yang sudah setengah terbangun.
“Uuuhh... jadi, kita bakal threesome?” tanya Wandi mendesah.
“Yup, kamu harusnya merasa beruntung kan” jawab Melinda mengocok lebih cepat penis pemuda itu.
Melinda dan mahasiswanya itu sudah hampir dua tahun terlibat affair. Hubungannya yang dingin dengan sang suami yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah membuatnya dengan mudah terpesona dan takluk pada pemuda itu. Mereka pertama kali berhubungan badan di ruangan dosen setelah kuliah terakhir pada sore hari ketika suasana sudah sepi, namun selanjutnya kebanyakan terjadi di rumah ini demi keamanan. Melinda menawari Wandi pekerjaan sebagai asisten juga sebagai alibi agar lebih dekat dengan pemuda itu namun terlihat wajar di depan umum. Keduanya memang mahir menjaga sikap di kampus, Melinda akan menyuruhnya datang ke rumah ini bila ia menginginkan kepuasan seks.
“Kamu udah jelas kan?” tanya wanita itu, wajahnya hanya beberapa centi dari wajah si pemuda sampai nafasnya yang mulai memburu terasa, Wandi hanya mengangguk, “bagus, sekarang kita panggil dia! Na!!! Ayo sini!!” sahutnya.
Sebentar kemudian, Nina sudah muncul di ambang pintu dan tersenyum melihat kakak sepupunya itu sedang memepet Wandi di meja dan tangannya masuk ke celana pemuda tersebut.
“Hehe... saya gak nyangka, ibu bisa nakal juga ya ternyata” sahut Wandi membuat wajah wanita berkacamata itu memerah.
“Emangnya dosen ga boleh nakal? Lagian kita kan bukan di kampus ini, di sini kita pria dan wanita yang saling butuh” balas Nina mendekati mereka, mata wanita itu nampak terpaku memandang penis Wandi yang sudah ereksi maksimal.
Melinda bergeser sedikit memberi tempat bagi sepupunya itu bergabung. Wandi langsung menarik lengan Nina yang ragu dan tegang ketika sudah dekat. Pemuda itu segera melumat habis bibir wanita itu.
”Mmph... mmppf... aah...” Nina mendesah tapi tidak nampak penolakan, ia hanya tegang karena ini perselingkuhan pertamanya seumur hidup, belum pernah ada pria lain menyentuh tubuhnya apalagi mencium dan menggerayanginya seperti ini.

Melinda menyeringai berhasil mengajak sepupunya dalam petualangan gila ini.
“Saya tinggal sebentar, mau nelepon dulu” kata wanita itu,”kalian enjoy aja, disini aman kok!” ia lalu keluar dari kamar meninggalkan keduanya.
Wandi menaikkan pantat Nina hingga duduk di pinggir meja, jemarinya dengan lincah mempreteli kancing kemeja wanita itu hingga terbuka seluruhnya, kemudian disingkapnya ke atas cup bra warna hitamnya hingga payudara berputing coklat itu terekspos. Dari bibir, mulut Wandi merambat turun ke leher jenjang Nina, tak lupa ia juga menjilati telinganya yang membuat wanita itu merinding dan tersengal-sengal geli sehingga semakin terhanyut dalam birahi.
”Ohh... Wan... sshh... aah...” Nina merintih-rintih sambil meremas rambut Wandi saat bibir pemuda itu mulai menjilati payudaranya.
Wandi menciumi payudara C-cup itu, juga menjilati putingnya sambil tangannya yang satu menyingkap rok span wanita itu dan mengelusi pahanya ke dalam hingga menyentuh celana dalamnya. Wanita itu makin menggelinjang saat tangan pemuda itu menyentuh selangkangannya dari luar celana dalam.
“Eeenngghh... ooohh!!” Nina mendesah memejamkan mata menikmati hisapan Wandi pada payudaranya, secara refleks ia juga menggerakkan kaki ketika pemuda itu menarik lepas celana dalamnya dan menjatuhkannya di lantai.
Saat Wandi kembali memagut bibirnya, Nina meresponnya dengan penuh gairah, lidahnya saling belit dengan lidah pemuda itu. Ia juga meraih penisnya dan menggenggamnya.
“Boleh juga nih!” katanya dalam hati merasakan kerasnya batang itu, tidak kalah dari milik sang suami.
“Kita ke ranjang yuk bu!” kata Wandi setelah melepas kemeja dan bra dosennya itu hingga tinggal tersisa rok span yang sudah tersingkap.
Nina mengangguk dan secara refleks ia melingkarkan lengan ke leher pemuda itu membiarkannya mengangkat tubuhnya dalam posisi berpelukan. Dengan hati-hati Wandi menurunkan tubuh wanita itu ke tengah ranjang, kemudian ia membuka kaosnya hingga telanjang bulat sebelum ikut naik ranjang. Dilepaskannya kacamata wanita itu dan diletakkan di buffet sebelah, kemudian ia lepaskan juga rok spannya sehingga kini keduanya telah telanjang bulat di ranjang. Wandi memandang kagum kecantikan dan keindahan tubuh dosennya itu sambil meremas payudara kirinya. Diciumnya sejenak bibir sang dosen lalu ia balikkan tubuhnya hingga menungging. Lutut wanita itu bertumpu pada ranjang dengan punggung meliuk memperjelas lekuk tubuhnya yang indah dengan pantat membulat padat serta bibir vagina merekah merah dan basah oleh cairan birahinya. Wandi langsung membenamkan wajahnya ke sana, dengan rakus ia menjilati klitoris dan jemarinya mengaduk-aduk liang yang semakin basah itu. Wanita itu dibuatnya mendesah-desah dengan nafas tersengal, matanya tertutup rapat menikmati segala perlakuan pemuda itu pada liang vaginanya. Wandi terus menjilat dan menghisap untuk beberapa lama. Setelah dirasakan lendirnya mengalir semakin banyak, barulah ia menghentikan aksinya dan cepat menggantikan dengan batang penisnya. Ia arahkan penisnya ke liang senggama sang dosen
”Ughh... aaghhh... pelan-pelan!!” pantat Nina sedikit tersentak menerima hunjaman yang keras.
Nina merasakan vaginanya begitu penuh dan berdenyut. Sebentar kemudian, Wandi mulai memompa vaginanya sehingga Nina pun mendesah-desah nikmat tanpa tertahankan. Saat itu di luar hujan sudah sangat deras, kadang disertai kilat dan petir.

“Aah, udah sejauh ini ternyata” kata Melinda yang muncul di ambang pintu membuat keduanya menoleh ke sana.
Wandi tersenyum ke arah dosennya itu tanpa menghentikan genjotannya pada Nina sehingga membuat wanita itu terus mendesah-desah. Melinda melucuti pakaiannya sendiri satu-persatu hingga tak tersisa apapun di tubuhnya yang mulus dan langsing itu, dengan payudara montok yang membusung tegak dan selangkangan ditumbuhi bulu yang dicukur rapi memanjang.
“Kamu gak lupa saya kan?” kata Melinda dengan suara lirih meraih tangan mahasiswanya dan meletakkan di payudara kanannya.
Wandi menjawab dengan memagut mesra bibir dosennya itu sambil meremas lembut payudaranya dan memilin-milin putingnya. Mereka saling melumat bibir dan beradu lidah untuk beberapa saat sebelum mulut pemuda itu turun mengenyoti payudara dosennya. Selain menyusu, tangan Wandi juga merambahi selangkangan Melinda, jemarinya mengais-ngais ke dalam hingga menggeseki klitorisnya sehingga membuat wanita itu pun mendesah-desah nikmat. Di saat yang sama, genjotannya terhadap vagina Nina tetap mantap dengan frekuensi sedang. Wandi merasakan perbedaan sensasi Nina dari Melinda. Meskipun sama-sama becek dan mampu berdenyut kencang, milik Nina lebih legit dan menggigit karena belum pernah melahirkan. Lendir birahi Nina terasa hangat di batang penisnya, makin membuatnya bergairah. Tak lama kemudian, kedutan dinding vagina wanita itu terasa semakin kencang.
“Ayo Wan... lebih cepet... udah mau dapet nih!!” pinta Nina, ia menoleh melihat Wandi yang sedang menyusu dari payudara sepupunya.
“Oke bu… oughh… nihh lebih cepat!!” sahut Wandi menambah kecepatannya, tangan yang satunya mengusap-usap bongkahan pantat Nina yang putih bulat untuk makin menambah rasa nikmat, hingga tak lama kemudian...
“Aaaarrhhh!!” Nina berteriak keras dengan tubuh menggelinjang dahsyat bersamaan dengan suara guntur di luar.
Wandi merasakan otot-otot vagina dosen cantik itu meremas-remas batang penisnya dan ia pun menekan lebih dalam dan membiarkan penisnya terbenam di dalam liang senggama Nina yang banjir.
Pinggul wanita itu masih mengejang-ngejang seirama dengan semburan cairan kenikmatannya yang masih mengucur. Wandi menunggu dengan sabar sambil terus mengenyot payudara Melinda. Setelah gelombang kenikmatan Nina mereda, barulah ia menggenjot lagi. Kali ini lebih cepat dan kencang, juga lebih dalam, ia ingin menyusul wanita itu ke puncak.
“Di dalam aja boleh!” sahut Nina memberi semangat pada Wandi yang sudah di ambang orgasme.
“Oke buu... terima ini!” geram Wandi dengan tubuh mengejang dan menekan penisnya dalam-dalam.
Crooott... crooott... sperma pemuda itu menyemprot memenuhi rahim Nina hingga semakin terasa basah dan lengket karena cairan mereka saling bercampur. Wandi terdiam sejenak menikmati sisa-sisa orgasmenya. Setelah semburan spermanya berhenti dan nafasnya mulai sedikit teratur, barulah ia mencabut penisnya dari jepitan vagina sang dosen dan menjatuhkan diri di sebelah Nina.

“Tugas kamu belum selesai loh!” kata Melinda mendaratkan bibirnya ke bibir Wandi sambil menggesekkan payudaranya ke lengan mahasiswanya itu.
Wandi yang berpengalaman memuaskan wanita mengerti yang harus ia lakukan. Ia tetap melayani french kiss wanita itu sambil mengelusi punggung hingga pantatnya secara lembut sambil menunggu recovery. Kemudian ia merasakan tangannya diraih dan dieluskan ke payudara lain, pemuda itu pun membuka matanya dan melirik ke samping melihat Nina yang sudah mulai bernafsu lagi. Didekapnya tubuh wanita itu hingga kini pemuda itu mendekap dua wanita cantik yang adalah dosennya. Tanpa canggung, Wandi melayani dua bibir yang begitu kelaparan itu serta menyesuaikan ritmenya, dilumatnya dua bibir indah itu secara bergantian, terutama milik Nina yang terasa hangat dan lembut itu. Sebentar kemudian mulut Melinda mulai turun menjilati puting Wandi dan tangannya meraih penisnya yang mulai bangun lagi. Wanita itu menjilati benda itu dan memasukkanya ke mulut.
“Na! Bantuin dong, biar keras lagi nih! Tadi kan lu udah dapet enaknya” panggil Melinda setelah mengulum selama beberapa detik sambil menepuk pantat sepupunya.
“Eerrr... oke!” kata Nina lalu menggeser tubuhnya ke bawah.
“Sambil jilain yah Di!” pinta Melinda seraya memposisikan selangkangannya ke wajah mahasiswanya.
Melinda mulai menjilat kepala penis Wandi yang tak bersunat, sementara Nina tak kalah ganas menjilat dan mengenyot habis buah zakar pemuda itu. Kini Melinda memasukkan penis itu ke mulutnya disertai kocokan lembut dengan jemarinya yang lentik. Bagi Wandi, pelayanan oral Melinda lebih mantap dibanding Nina yang baru merasakan berselingkuh dan agak canggung bercinta ramai-ramai itu. Merespon kenikmatan yang diberikan sang dosen, Wandi pun memainkan lidahnya menyapu-nyapu bibir vagina hingga dindingnya. Dosen cantik itu nampak sangat menikmati apa yang diperbuat mahasiswanya itu pada liang senggamanya, ia mendesah di tengah kulumannya terhadap penis pemuda itu.
“Eeenngghh!!” desah Melinda tertahan ketika Wandi menghisapi klitorisnya, hisapannya terhadap penis mahasiswanya pun semakin bersemangat.
Ketika penis itu terlepas dari mulutnya karena tidak tahan untuk tidak mendesah, Nina segera meraih benda itu dan gantian mengulumnya. Sepuluh menitan lewat penis Wandi diservis dua dosennya yang cantik hingga akhirnya kembali ereksi maksimal. Vagina Melinda juga semakin basah oleh lendirnya dan liur pemuda itu.
“Udah... udah... “ Melinda menggeser selangkangannya dari wajah Wandi sebelum orgasme duluan, “sekarang aja mulainya!”
Melinda langsung naik ke selangkangan Wandi, diarahkannya penis mahasiswanya itu dan diselipkan ke bibir vaginanya. Pelan-pelan wanita itu menurunkan pantatnya sehingga batang itu melesak masuk ke vaginanya diiringi desahan nikmat mereka. Dinding kewanitaannya yang bergerinjal-gerinjal dan basah menjepit penis Wandi dengan kencang. Sekitar setengah menit kemudian, wanita itu mulai menaik-turunkan pinggulnya.

Wandi merasakan kenikmatan yang amat sangat, goyangan dosennya itu begitu liar mengempot-empot penisnya. Nina yang berbaring di sebelahnya ikut membantu dengan menyodorkan payudaranya ke wajah Wandi, mempersilakan pemuda itu menyusu di sana.
“Aahh... mmhhh.... aaahh!” Nina mendesah-desah merasakan hisapan-hisapan pemuda itu pada payudaranya disertai elusan pada punggung hingga tangan itu meremas pantatnya.
Melinda semakin berisik dan goyangannya makin liar saja, rangsangan yang sejak tadi didapatnya membuatnya semakin dekat dengan orgasme sebelum sepuluh menit ber-woman on top. Desahan kedua wanita itu sahut menyahut seolah beradu dengan suara hujan deras di luar yang disertai angin dan guntur. Memang bercinta di saat hujan dan dingin seperti ini membuat suasana semakin menggairahkan.
“Oughh… gila keluar niihh aaarrrhhh!!” Melinda akhirnya mencapai puncak kenikmatan dengan berteriak kencang, tubuh sintalnya mengejang dan otot-otot di vaginanya mencengkeram kuat batang penis Wandi.
Melinda memicu pinggulnya semakin cepat dan liar, sesekali dengan gerakan memutar, dari vaginanya mengucur banyak sekali cairan kewanitaan yang menimbulkan bunyi berdecak-decak. Setelah kedutan otot vaginanya berhenti barulah wanita itu ambruk ke samping Wandi dan mengecup pipinya dengan sebuah senyuman lemas.
“Gih sana! Masih keras tuh! Puas-puasin deh!” kata Melinda pada Nina.
Nina tersenyum, “duduk nyandar sana!” suruhnya pada Wandi.
“Siap bu!” gigolo kampus itu segera mengikuti yang diperintahkan padanya.
Nina pun langsung naik ke pangkuan Wandi sambil mengarahkan penis pemuda itu ke vaginanya. Bleeess... wanita itu menurunkan tubuhnya hingga penis tersebut melesak ke vaginanya disertai erangan seksi. Tanpa buang waktu lagi, Nina mulai menggoyang pinggulnya, sementara Wandi mengenyot dan meremasi payudaranya yang tepat di depan wajahnya itu. Sepasang gunung kembar itu sudah penuh bekas cupangan, air liur dan keringat karena sejak tadi terus menjadi bulan-bulanan pemuda itu.
”Ahhh...” lenguh Nina menekan kepala Wandi ke payudaranya lebih dalam saat pemuda itu menghisap kuat-kuat putingnya yang sudah mengeras.
Meski hujan masih terus mengguyur, kamar itu makin terasa hangat akibat suhu tubuh dari pergumulan mereka, tubuh ketiganya sudah bercucuran keringat. Dengan hidungnya Wandi dapat merasakan aroma tubuh kedua dosen cantik itu, begitu harum dan menggairahkan. Dari dada, mulut pemuda itu merambat ke atas hingga bertemu dengan bibir dosennya yang ia pagut dengan lembut. Nina menyambutnya dengan menghisap dalam-dalam bibir mahasiswanya tersebut, disedotnya pula lidah pemuda itu. Di bawah, tangan Wandi bergerak mengelusi paha mulus dan tangan satunya meremas pantat dosennya.
“Mau ganti posisi bu?” tanya Wandi dengan terengah-endah.
“Ssshh... aaahh.... oke terserahhh!!” jawab wanita itu memelankan gerakannya.
Dengan lembut Wandi mendorong tubuh dosennya itu hingga telentang tanpa melepas kelamin mereka yang masih bersatu lalu ia sendiri bangkit berlutut di antara kedua belah paha sang dosen. Kini ia memegang kendali dengan menggenjoti vagina wanita itu dengan cepat, kedua tangannya meraih sepasang payudara wanita itu dan meremas-remasnya. Cairan dalam vagina Nina menyebabkan keluar masuknya penis Wandi diiringi oleh suara berdecak-decak. Mulut Nina tak henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan.

Melinda yang terkapar setelah mencapai orgasmenya kini sudah mulai bernafsu lagi. Ia bangkit berdiri di ranjang dan menyodorkan vaginanya ke wajah Wandi. Hanya dengan mengeluskan paha mulusnya ke lengan, pemuda itu sudah mengerti apa yang dimintanya. Tanpa menghentikan genjotannya terhadap Nina, Wandi merangkul pinggang ramping dosennya itu dan membenamkan wajahnya ke selangkangannya. Segera dilahapnya vagina dosennya itu, lidahnya bergerak liar menjilati vagina sang dosen yang sudah basah kuyup oleh cairan orgasme, ia juga menjilati paha dalamnya yang belepotan cairan itu sambil tangannya meremas bongkahan pantat wanita itu.
”Auhh, Di!!” desah Melinda menikmati jilatan dan hisapan mahasiswanya pada selangkangannya.
“Oughh... terus... oughh... lebih keras...” Nina semakin menceracau menerima sodokan penis Wandi.
Wandi melakukan sesuai permintaan dosennya, ia menekan penisnya lebih dalam sampai ia merasakan kepala penisnya menyentuh dinding rahim wanita itu. Remasan dinding vagina yang luar biasa kuat, hangat, dan enak terus memanjakan penis pemuda itu hingga mulai berdenyut-denyut. Ia mempertahankan kecepatannya tetap stabil sambil terus melumat vagina Melinda, menjilati serta menghisap cairan orgasme yang tersisa hingga bersih. Ia lepaskan sejenak Melinda ketika tiba-tiba rasa nikmat menyelubungi segenap penjuru penisnya. Pemuda itu melenguh merasakan nikmat dan gatal yang luar biasa. Pada saat yang sama dinding vagina Nina juga meremas penis itu kuat sekali sehingga Wandi tidak mampu lagi menahan muntahnya lahar kenikmatan dalam saluran kelaminnya. Seerr... serr... cairan itu muncrat bersamaan dengan pekikan Nina, tubuh wanita itu mengejang dengan mata membeliak-beliak. Keduanya mencapai orgasme dahsyat secara berbarengan, mereka saling peluk dan saling cium melampiaskan sensasi luar biasa itu hingga akhirnya tubuh mereka lemas dalam kepuasan luar biasa. Beberapa saat lamanya keduanya terdiam dalam keadaan berpelukan erat, Nina menindih tubuh Wandi, tubuh mereka yang sudah bermandi keringat melekat erat sehingga masing-masing bisa merasakan denyutan jantung pasangan yang berpicu cepat. Penis Wandi yang masih menancap di vagina dosennya itu menyemprotkan sperma yang masih tersisa dengan lemah. Melinda tak berkedip menyaksikan keduanya mencapai puncak kenikmatan yang begitu dahsyat.
”Gimana Na? puas kan?” tanya Melinda setelah sepupunya itu mulai dapat bernafas teratur lagi.
”Pake banget!” angguk Nina ”gila yah, gak pernah kebayang bisa main tigaan gini sesama penghuni kampus, kalau ketahuan bisa dipecat kita tigaan”
”Tapi sekarang di luar kampus sama jam kuliah bu, jadi kita ini pria dan wanita yang saling butuh” timpal Wandi sambil mengelus rambut wanita itu yang kusut.
Ketiganya bercengkrama dan bercanda sejenak sekedar untuk melepaskan lelah, sambil tetap bertelanjang. Wandi melirik jam, sudah 17.50, langit mulai gelap, hujan masih turun walau sudah mengecil.
“Awet bener hujannya dari tadi!” kata pemuda itu.
“Biar kamu gak pulang dulu, saya masih belum puas soalnya” kata Melinda dengan senyuman nakal, “sambil mandi aja yuk, abis itu pasti udah ga hujan!”
Akhirnya mereka mandi bersama sambil menuntaskan gairah di bawah guyuran air hangat dari shower.

#######
Lima bulan kemudian....

“Oowwhh, jadi gitu” Wandi mengangkat alis dan mengangguk-anggukkan kepala.
Ia agak kaget tapi berusaha tidak menunjukkannya setelah Nina menceritakan kenyataan bahwa bayi yang sedang dikandungnya itu adalah hasil perbuatan mereka dulu. Wanita itu memintanya agar menyimpan rahasia ini sekaligus berterima kasih karena sejak mengetahui dirinya hamil, sang suami yang sebelumnya sudah baikan dengannya semakin menyayangi dan perhatian padanya.
“Hari ini... yang terakhir yah!” Nina bangkit dari sofa tunggal lalu menjatuhkan pantatnya perlahan di sebelah Davin yang memegangi lengannya karena wanita itu sedang berbadan dua, “jadi saya harap kamu ngasih kesan terbaik” ia menggenggam tangan pemuda itu.
“Kita ke kamar aja gabung sama mereka yuk!”
Sejak tadi di kamar yang terbuka itu sudah terdengar suara desahan Melinda dan Arvin, sobat Wandi sesama gigolo kampus, yang sudah mulai bertempur sekitar setengah jam sebelumnya.
Melinda menggeleng, “saya mau fokus ke kamu dulu, oke!” tangannya membelai wajah pemuda itu seraya mendekatkan wajah ke arahnya.
Semenit kemudian, pakaian mereka sudah berserakan dan keduanya sudah telanjang di sofa. Sambil beradu lidah dengan Nina, tangan Wandi meremas dan memilin-milin puting dosennya itu. Wanita itu juga tidak hanya pasif, tangannya mengocok lembut penis pemuda yang menghamilinya itu. Sepuluh menit kemudian mereka pun sudah mulai ronde pertama...
“Aaahh... aahh... lebih keras!!” desah Nina berbaring menyamping di sofa menerima sodokan-sodokan penis Wandi pada vaginanya, nampak perutnya sudah sangat membesar sehingga pemuda itu mengaturnya dengan posisi demikian agar nyaman.
Setengah jam berikutnya mereka sudah bergabung dengan Melinda dan Arvin di kamar. Mereka bertukar pasangan, kini Arvin menggenjoti Nina dalam gaya doggie sambil meremas-remas payudaranya yang membesar, di samping mereka Wandi menindih Melinda, berpagutan sambil merojok-rojokkan penisnya ke vagina sang dosen. Nina berkomitmen bahwa ini adalah perselingkuhan terakhirnya sebelum menjadi ibu sebentar lagi sehingga ia ingin menikmatinya seliar mungkin.
 
Terakhir diubah:
HIKMAH DBD


Arvin (20 tahun), junior dari Wandi si gigolo kampus, yang mulai menapaki jalan yang sama, terpapar DBD yang saat itu sedang mewabah. Diawali rasa pusing ketika bangun tidur, berlanjut ke suhu tubuh naik dan pegal-pegal di sekujur tubuh. Gejala itu belum juga membaik hingga keesokan harinya. Khawatir penyakitnya semakin serius, Arvin pun memeriksakan diri ke dokter. Pemeriksaan darah menunjukkan trombositnya turun drastis yang artinya dirinya positif DBD. Orang tuanya menyuruh agar diopname sehingga ia akhirnya masuk ke sebuah rumah sakit ternama di Bandung dan dirawat di kamar kelas satu karena saat itu rumah sakit penuh. Tanpa terasa, pemuda itu sudah menghabiskan empat hari di rumah sakit, sekamar dengan seorang pria setengah baya yang gejala typhus selama dua hari pertama hingga akhirnya pria itu diijinkan keluar hari kedua. Sifat Arvin yang mudah bergaul dan menyenangkan membuatnya cepat akrab dengan orang sekitar. Si pria bekas teman sekamar menawarkan magang di pabriknya bila berminat, ia juga suka bercanda menggoda suster yang rutin mengecek dan dokter yang memeriksanya. Saudara dan beberapa teman sudah menengoknya sehingga ia tidak merasa sendirian, termasuk Wandi yang sudah dua kali datang. Hari keempat di rumah sakit, setelah mamanya pulang pada jam tujuhan membawakan makanan, suasana terasa sepi sekali, sedikit suara saja di kamar menimbulkan bayangan seram apalagi ranjang sebelah sudah tidak ada siapa-siapa lagi. Untuk membunuh kebosanan sambil menunggu ngantuk, Arvin menyalakan televisi menonton film di channel HBO. Tidak ada siapapun yang masuk ke kamar hingga film berakhir, waktu sudah menunjukkan setengah sepuluh lebih saat itu. Ia mematikan televisi dan mulai memejamkan mata untuk tidur. Baru saja setengah terlelap, ia terkejut saat tiba-tiba tirai dibuka dan sesosok tubuh muncul.
“Haduh, dok, kaget saya muncul mendadak gitu, kaya film horror aja!” kata Arvin yang matanya terang lagi melihat yang muncul adalah Dr. Riska (30 tahun), dokter yang memeriksanya.
“Jadi ceritanya saya dokter ngesot nih?” canda dokter cantik itu tersenyum.
“Kalau dokter ngesotnya kaya dokter sih saya senang-senang aja hehehe” balas Arvin, “kok baru keliatan lagi dok?”
“Iyah, kemaren ke Jakarta, seminar, baru pulang kemarin malam, kata Dr. Petrus trombosit udah naik yah?”
Arvin mengangguk, “kapan kira-kira boleh pulang saya?”
“Ya makanya saya mau periksa sekarang, ini lagi jadwal jaga juga” jawabnya, “buka piyamanya!” perintah wanita itu sambil memasang stetoskop ke telinganya.
Arvin membuka seluruh kancing piyamanya dan dokter cantik itu mulai memeriksa tubuhnya, menyuruhnya tarik nafas dan hembuskan beberapa kali. Saat tangan lembut dan stetoskopnya yang dingin itu menyentuh dada, Arvin merasakan suatu aliran aneh menjalar di tubuhnya.
“Sejauh ini, udah feel better?” tanyanya.
“Belum fit bener, tapi badan udah ga pegal-pegal parah kaya hari pertama”
“Pusingnya?”
Arvin menggeleng, ia merasakan penisnya menegang, sudah biasa perasaan seperti ini dialaminya apalagi bersama wanita cantik seperti Dr. Riska.
“Kelihatanya kamu gak pernah kesepian yah?” kata Dr. Riska melihat paket makanan di buffet samping ranjang, di meja tamu juga nampak beberapa paket dari pembesuk.
“Saudara banyak yang di Bandung, teman-teman juga”
“Pacar juga?”
“Lagi single, udah dua tahun lebih” jawab Arvin menggeleng.
“Oohh... gitu” dokter cantik itu mengangguk-angguk, “jadi perempuan cantik yang tadi siang itu bukan pacar kamu?”


Kata-kata terakhir Dr. Riska membuat Arvin terkesiap, ia teringat lagi peristiwa tadi siang ketika Dinda (33 tahun), seorang kliennya, membesuk dan sempat terlibat quickie di kamar ini.
“Uugghh.. Mbak Dinda!” desah Arvin sambil meremas payudara montok Dinda yang sedang melakukan handjob.
Wanita beranak tiga itu tersenyum nakal lalu mengeluarkan penisnya yang sudah menegang dari celana piyamanya. Ia menunduk dan memasukkan penis itu ke mulutnya.
“Aahh..” pemuda itu mendesah dan menggeliat ketika mulut Dinda mulai mengulum batangnya.
Lalu dengan lidahnya yang mahir digelitiknya ujung penis brondong favoritnya itu, membuatnya menggelinjang nikmat. Seluruh batang penis Arvin terbenam ke dalam mulut wanita berparas cantik itu. Saat itulah mereka tidak menyadari kehadiran Dr. Riska yang membuka pintu tanpa suara.
“Astaghfirullah!” sahut Dr. Riska dalam hati menyaksikan Dinda sedang menaik-turunkan kepala mengoral penis pasiennya melalui tirai yang tersibak sepertiganya.
Dengan perlahan dan menahan nafas, ia mundur tanpa suara tanpa sepengetahuan mereka yang sedang berasyik-masyuk lalu menutup kembali pintu kamar pelan-pelan. Dinda menyedot-nyedot penis Arvin dengan kuat memberi kenikmatan tak tertahankan. Gesekan-gesekan yang terjadi antara permukaan penis Arvin dengan dinding mulut Dinda membuat pemuda itu hampir orgasme.

“Mbak!! Udah dulu!” katanya menarik kepala Dinda, “bahaya sebenernya jam segini, takutnya ada yang masuk” ia memandang ke arah tirai yang terbuka.
“Jadi mbak udah sempatin besuk, kamu malah gitu yah?” kata Dinda cemberut.
“Gini aja mbak!” Arvin turun dari ranjang dan meraih lengan wanita itu, “sini! Sini!”
Ia menarik wanita itu ke toilet dan menutup pintunya. Begitu pintu tertutup keduanya langsung berciuman penuh nafsu. Dinda menggerakkan kaki jenjangnya ketika pemuda itu melucuti rok celana pendek yang dipakainya berikut celana dalamnya. Dihimpitnya tubuh wanita itu ke dinding lalu ia peloroti celana piyamanya hingga lutut sehingga penisnya yang masih basah oleh ludah wanita itu mengacung. Dengan satu tangan mengangkat paha kiri Dinda, tangan lainnya mengarahkan penisnya ke vagina wanita itu yang melingkarkan lengan memeluk lehernya.
“Aaahhh!!” erang Dinda sambil menggigit bibir bawah agar suaranya tidak terlalu keras merasakan penis pemuda itu melesak masuk ke vaginanya.
Tanpa buang waktu lagi, Arvin segera menggenjot vagina Dinda dalam posisi berdiri. Sesekali ia memagut bibir wanita itu untuk meredam suara desahan. Penisnya semakin keras menyodok liang senggama Dinda yang semakin becek. Tak sampai sepuluh menit, Dinda merasa semakin dekat dengan orgasmenya, tubuhnya serasa melayang, matanya membeliak menahan nikmat yang amat sangat. Sodokan Arvin semakin keras sambil terus berciuman hingga akhirnya pemuda itu menarik bibirnya dan tubuhnya mengejang.
“Arghh... saya keluar mbak!!" erang Arvin, penisnya yang terjepit erat dalam liang senggama Dinda menyemprotkan cairan kental hangat di vaginanya.
Tubuh pemuda itu berkejat-kejat liar dan tangannya semakin keras mencengkeram pantat Dinda yang mulai menyusulnya ke puncak kenikmatan. Dinda pun mengejang dan mendesah panjang namun segera diredam oleh pagutan Arvin. Keduanya berpelukan menikmati indahnya orgasme bersama hingga gelombang nikmat itu surut. Dinda yang sudah seminggu lebih ditinggal suaminya yang pilot itu tidak tahan berlama-lama tanpa bercinta sehingga sebelum menjemput anaknya di sekolah ia sengaja membesuk Arvin sekalian minta dipuaskan.

“Jantung kamu jadi berdebar-debar, pasti ada sesuatu kan?” pancing Dr. Riska mengeluskan tangan lembut dan stetoskopnya ke dada pemuda itu.
“Eeerr... itu Mbak Dinda, kenalan besuk saya” jawab Arvin yang tidak bohong juga.
“Cuma kenalan? Atau lebih dari itu?” pancing dokter cantik itu, kali ini dengan tatapan mengintimidasi sambil melepas stetoskop dari telinganya.
“Ya... itu sih...”
“Ga perlu ngeleslah, saya pernah jadi mahasiswa dan tahu kehidupan kampus termasuk sisi gelapnya, tapi kamu gak pernah jadi wanita dewasa seperti saya” kata Dr. Riska membuat Arvin terdiam, “cuma, lain kali kira-kira dong, masa di siang bolong, pintunya gak dikunci lagi”
Wajah Arvin semakin memerah mendengarnya, sebaliknya dokter cantik itu malah tersenyum puas melihat pemuda itu seperti maling tertangkap basah.
“Jadi... tadi itu, dokter liat?”
Wanita itu mengangguk dan tetap tersenyum, “dan Mbak Dinda kamu itu kayanya puas, keliatan dari mukanya waktu saya liat lagi tunggu lift”
“Eeeh... dok!” Arvin salah tingkah ketika dokter itu meletakkan tangannya di selangkangannya.
“Kenapa? Mbak Dinda boleh pegang, saya gak boleh? Lagian saya kan dokter kamu” senyumnya makin lebar, “hhmm... udah keras nih, besok atau lusa kamu udah bisa pulang kelihatannya”
“Bukan gak boleh dok, tapi nanti ada orang lain masuk gimana?”
“Saya udah kunci kok, masih keberatan?”
Arvin tersenyum dengan lampu hijau dari dokter cantik itu, apalagi tanganya terus bergerak menyusup masuk ke celana piyamanya, menggenggam batang penisnya yang sudah tegang. Ia pun menggerakkan tangannya meraih payudara kiri Dr. Riska, meremasnya lembut membuat wanita itu mendesis. Birahi dokter cantik itu sudah terusik sejak memergoki pasiennya itu dioral wanita yang mngunjunginya, ia juga terpikat dengan daya tarik Arvin lewat obrolan selama dua hari pertama sejak pemuda itu dirawat di rumah sakit itu. Dr. Riska Mulyani, seorang wanita Sunda dengan kecantikan khasnya, berpostur sedang dengan kulit kuning langsat yang mulus. Ia sudah pernah menikah di usia 26 tahun, namun pernikahannya hanya bertahan dua tahun kurang tanpa anak, sehingga kini sudah hampir dua tahun menjanda dan selama itu pula belum pernah bercinta lagi. Dengan menyibukkan diri dalam profesinya, ia berusaha melupakan hasrat biologisnya, terkadang paling masturbasi ketika mandi.
“Kamu bersedia perlakukan saya kaya Mbak Dinda?” tanyanya lirih dengan menundukkan badan ke arah pasiennya itu.
Arvin menjawabnya dengan meraih belakang kepala dokter itu dan menariknya ke wajahnya. Bibir mereka bertemu dan langsung beradu lidah dengan penuh gairah. Dr. Riska menggerakkan tangannya mengocok batang penis pemuda itu sambil terus memainkan lidahnya, nafasnya pun semakin memburu seiring birahi yang makin membara.

Dr. Riska menarik celana piyama Arvin sehingga penisnya menjulang tegak. Ludah mereka bertautan ketika dokter cantik itu melepaskan pagutannya.
“Saya liat pas kamu lagi disepongin sama Mbak Dinda tadi, kamu terlalu asyik sampai ga nyadar ada yang datang” katanya dekat wajah Arvin.
“Hehe... Mbak Dinda emang nafsu gede dok, saya udah bilang jangan dia tetap minta”
Dr. Riska menggeser tubuhnya lalu melahap batang penis pemuda itu, dihisap dan dikulumnya penis Arvin membuat pemuda itu serasa terbang merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Hisapannya penuh nafsu dibanding Dinda yang cenderung lembut, mungkin sebagai pelampiasan hasratnya yang jarang terpenuhi. Dokter itu mulai menaik-turunkan kepalanya seperti yang dilakukan Dinda tadi siang, membuat penis Arvin hampir keluar setengahnya dari mulutnya saking buru-burunya. Arvin mendesah-desah sambil meremasi rambut dokter cantik itu. Sesekali Dr. Riska berhenti sambil tersenyum melihat reaksi pemuda itu.
“Enak mana servis saya sama Mbak Dinda kamu itu?” tanyanya.
“Dua-duanya enak dok, masing-masing ada sensasi sendiri” jawab Arvin sedikit terengah.
Dr. Riska melanjutkan permainannya lagi, kali ini lidahnya menggelitik lubang kencing Arvin sehingga pemuda itu semakin menggeliat keenakan, jemari lentiknya juga memijati buah zakarnya.
“Auuh.. .. ddook!!” akhirnya Arvin tak tahan lagi, penisnya menyemprotkan sperma kental ke mulut Dr. Riska yang langsung melahap cairan itu seperti kehausan.
“Aaahh... udah lama gak ngerasain ini” katanya sambil menyeka cairan putih yang menetes sebagian di pinggir bibirnya.
Ia melepaskan stetoskop, meletakkannya di buffet sebelah, lalu naik ke tempat tidur selagi Arvin masih ngos-ngosan, diraihnya kepala pemuda itu dan dipagutnya bibirnya dengan penuh gairah. Tanpa canggung, ia melampiaskan hasrat yang terpendam sejak perceraiannya dua tahun lalu. Setelah dapat mengimbangi pagutan Dr. Riska, Arvin mulai memeluk tubuh dokter cantik itu. Tangannya mengelus punggung hingga pinggul, lalu menyingkap rok span hitam yang dipakainya serta mengelus kulit pahanya yang mulus, naik ke pinggulnya yang montok dan meremasnya. Dr. Riska sendiri mempreteli kancing piyama Arvin dan melepaskannya. Dokter itu menegakkan badannya sejenak membiarkan pemuda itu melucuti jas dokternya yang lalu ia sampirkan pada sandaran kursi di sebelah, disusul kancing-kancing kemejanya yang mereka buka bersama. Kemeja itu juga dilempar ke arah kursi sehingga terlihatlah dadanya yang membusung indah yang masih tertutup bra pink itu dengan perut yang rata. Mata Arvin memandang nanar wilayah itu dan tangannya langsung ke punggung dokter itu melepaskan kait bra-nya, mata pemuda itu tak berkedip ketika wanita itu mencopot bra-nya, payudara B-cup yang bulat indah dengan puting coklat. Dr. Riska mencondongkan dadanya ke arah wajah Arvin yang langsung meremas yang kiri dan melumat yang kanan.
“Eeenngghh!!” lenguh Dr. Riska ketika lidah Arvin menjilati ujung putingnya.
Sesekali pemuda itu menggigit puting yang semakin keras, jemarinya memuntir-muntir serta mencubit-cubit puting yang lainnya sehingga dokter cantik itu menggelinjang dan meringis.

Sambil mengenyot payudara Dr. Riska kanan dan kiri secara bergantian hingga meninggalkan bekas ludah dan cupangan, tangan Arvin merayap ke bawah melepaskan resleting rok span dokter itu lalu menurunkannya. Dr. Riska menggerakkan sepasang kaki indahnya membantu melepaskan rok dan celana dalamnya. Arvin merasakan bulu-bulu lebat pada selangkangan wanita itu menggesek pahanya. Kini keduanya telah telanjang di atas ranjang rumah sakit, saling cumbu dan saling raba tubuh masing-masing. Dr. Riska mengarahkan batang penis pemuda itu ke vaginanya yang sudah basah.
“Kita mulai sekarang aja” katanya dengan suara lirih dekat wajah Arvin, “kalau saya kelamaan di sini takutnya ada yang curiga”
Arvin mengangguk lalu memberi kecupan ringan di bibir dokter itu. Setelah kepala penis pemuda itu pas di liang senggamanya, Dr. Riska menekan tubuhnya sehingga batang penis pemuda itu amblas ke liang itu. Mula-mula sedikit tersendat-sendat karena liang itu cukup sempit dan lama tidak berhubungan seks, tapi seiring dengan cairan bening yang semakin membasahi dinding vaginanya, penis Arvin pun masuk semakin dalam hingga mentok. Dibarengi dengan gerakan memutar, Dr. Riska menaik-turunkan pantatnya yang montok di atas selangkangan Arvin. Tubuh Arvin meregang merasakan nikmat yang tiada tara sambil tangannya meremasi payudara dokter wanita itu, tangannya yang lain mengelus tubuhnya hingga berhenti di pantat dan meremasnya. Batang penisnya nyaris menyemprotkan isinya lagi. Namun ia mencoba menahannya sekuat tenaga dan mencoba mengimbangi permainan liar wanita yang sudah lama tidak bercinta itu. Dr. Riska menunggangi Arvin yang terus merangsangnya dengan remasan pada payudara dan tubuhnya selama lebih dari sepuluh menit hingga akhirnya....
“Aaahh.. Ouuhh..” keduanya mendesah panjang bersamaan ketika sama-sama mencapai puncak, dengan sigap Arvin segera memagut bibir dokter cantik itu agar suara mereka teredam.
Dr. Riska merasakan semprotan-semprotan hangat di vaginanya yang masih berdenyut-denyut menjepit batang penis pemuda itu. Sungguh sensasi yang ia rindukan itu telah terpenuhi, lebih nikmat daripada yang ia rasakan bersama mantan suami maupun mantan pacarnya jaman kuliah yang mengambil keperawanannya dulu. Tubuhnya akhirnya ambruk menindih Arvin setelah mengejang selama beberapa saat.
“Dok... tadi itu di dalam loh!” kata Arvin lemas sambil membelai rambut hitam Dr. Riska.
“Ini jadwal aman saya, tenang aja saya dokter, tahu persis soal ginian kok!” katanya, “kamu tahu... ini pertama kalinya saya ngelakuin sama cowok Chinese”
“O yah... terus gimana kesan-kesannya dok?” tanya Arvin menatap wajah Dr. Riska yang makin seksi dengan pipi bersemu merah dan dahi berkeringat.
“Well... saya kecewa.... kalau kamu gak kuat ngasih lagi!” jawabnya mengembangkan senyum.
“Jadi dokter nantang nih?” Arvin menyeringai mendengar kalimat terakhir lalu berguling ke samping menindih wanita itu.
Dr. Riska membuka lebar kakinya siap menyambut penis pemuda itu lagi. Arvin menekan penisnya yang sudah ereksi lagi diiringi desahan keduanya, tanpa buang waktu lagi penisnya bergerak maju mundur di dalam vagina dokter itu yang semakin basah. Wajah wanita itu semakin merona merah, bibirnya digigit disertai erangan tertahan menahan gelora kenikmatan yang menyerang sekitar kemaluannya, sementara pantatku terus bergerak menekan bagian atas vagina membuat penis Arvin menyentuh bagian klitorisnya yang sensitif.

Dr. Riska melingkarkan tangan memeluk Arvin, meremas rambutnya, kadang mencakar punggungnya. Mereka berciuman dan bermain lidah agar tidak terlalu gaduh. Hentakan pinggul menekan dan menarik perlahan menimbulkan sensasi kenikmatan bagi keduanya, nafas mereka terdengar saling memburu. Gairah mereka semakin menggebu, gesekan tubuh menjadi-jadi, Arvin menekuk badan dan dan kepalanyamenggapai payudara Dr. Riska yang berputing coklat mungil itu. Mulutnya segera menghisap, menjilat, dan menggigit liar payudaranya. Gerakanku Arvin semakin cepat saja dan dokter cantik itu mengimbanginya.Gelora nafsu semakin bercampur dalam deru kenikmatan, hentakan liar dan desahan nafas yang memburu bersahutan. Keringat semakin bercucuran membasahi tubuh dokter dan pasiennya itu. Aliran darah berpacu kencang menelusuri pembuluh darah tubuh sampai ke ujungnya. Tak lama kemudian, Dr. Riska mendesah keras dengan tubuh mengejang, kakinya terangkat dan menjepit kuat pinggul Arvin yang merespon dengan mempercepat sodokan. Raut wajah pemuda itu menegang disetai deru nafas memburu merasakan orgasme juga sudah mendekat.
"Ngngghh.. aahh.. auuhh..", Dr. Riska mendesah panjang, sekujur tubuhnya menggelinjang hebat, vaginanya berkedut-kedut menyambut gelombang orgasme yang menerpa tubuhnya dengan dahsyat.
Jantung Arvin seperti terhenti sesaat ketika kedutan vagina dokter cantik itu mengurut penisnya yang berpacu cepat menambah kenikmatan menjadi berlipat ganda. Aliran-aliran kenikmatan yang mengalir di sekujur tubuh pemuda itu akhirnya meledakkan sperma yang sudah tertampung membengkak di saluran penisnya. Cairan putih kental itu pun menyembur di ujung kepala penisnya berulang-ulang mengisi relung-relung vagina sang dokter.
”Dook... enak bangethh!” lenguh Arvin dengan gerakan mulai melemah.
Keduanya akhirnya terkulai lemas penuh kepuasan, saling peluk dan saling cumbu, jantung mereka berdegup kencang memompa darah mengalirkan gairah ke seluruh syaraf tubuh. Arvin merasakan penisnya masih terbenam di dalam vaginanya mulai mengecil dan terlepas dengan sendirinya.
Terpapar DBD hingga diopname memberikan berkah tersendiri bagi Arvin. Sejak bercinta di rumah sakit itu, satu atau dua minggu sekali Dr. Riska sering memakai jasanya untuk memuaskannya, wanita itu juga cukup generous soal bayaran. Namun hubungan mereka berakhir sembilan bulan kemudian ketika Dr. Riska menerima lamaran seorang ekspatriat bule Amerika. Mereka menikah dan tiga bulan setelahnya, dokter cantik itu mengikuti suaminya ke negaranya setelah masa tugasnya di Indonesia berakhir.
 
Terakhir diubah:
AFTER WORK

Catatan: para karakter di episode ini adalah minor character di cerita ini dan ini

Perth, Australia
Pukul 16. 39


Kania (20 tahun) sedang bertugas part time sebagai merchandiser untuk sebuah produk minuman di supermarket. Kania memang berasal dari keluarga pejabat daerah di Makassar, uang tidak masalah baginya, namun selama di sela waktu luang kuliah di Australia, ia mengisinya dengan kerja part time, gaji yang tidak seberapa memang bukan tujuannya, namun menambah pengalaman dan memperluas pergaulan, itu manfaat positif yang didapatnya. Selain itu, mengisi waktu dengan pekerjaan dapat mengurangi keliarannya mengingat dirinya memiliki nafsu seks yang tinggi dan berjiwa petualang. Bekerja sebagai merchandiser tidak terlalu sulit, mirip dengan SPG, tugasnya menjaga stand, menawarkan tester minuman serta membujuk orang untuk membeli produknya. Hari itu Kania bekerja dengan dua gadis lainnya yang juga mahasiswa part time, masing-masing ditempatkan di sudut berbeda di supermarket itu. Beberapa kali, Kania bertemu teman kuliah dan kenalan karena memang supermarket itu terletak di kawasan antara dua universitas dan flat mahasiswa asing.
“Kania!” seseorang memanggil namanya sehingga ia menengok ke samping.
“Hai girls!” sapa Kania tersenyum dan melambai pada Noinar dan Ploy, dua gadis Thai temannya, lebih tepat pacar atau TTM dari teman dari teman cowoknya, keduanya mendorong troley berisi kantong belanjaan.
“So you are working” kata Noinar
“Yah... want some tester?” Kania menyodorkan nampan berisi gelas kertas berisi kopi yang dipromosikannya
Dua gadis Thai itu mengambilnya segelas lalu meneguknya.
“How? Is it tasty?” tanya Kania
Mereka mengangguk, “good I like it” sahut Ploy.
“So... would you buy it? Come on, we are friends right? Help me a little!” pintanya penuh harap.
Ploy dan Noinar bertukar pandang, tidak enak juga karena sudah diberikan tester, teman pula walau tidak dekat-dekat amat.
“Eerr... okay, we take the medium pack” kata Noinar.
“Aahh... that’s good, but why not the large one? So you can share with Boby and Darren, I’m sure they will be happy”
“Cewek ini bener-bener lihai!” kata Noinar pada Ploy dalam bahasa mereka.
“Boleh deh, yang besar aja, enak juga” kata Ploy
“Aahh... lu pasti buat cowok itu kan, tapi lu yang bayar yah!” kata Noinar yang diiyakan temannya.
“Fine, we want... large pack!” kata Ploy dengan logat Thai yang sangat medok.
“That’s my good friends!” kata Kania girang dan menepuk lengan gadis itu, lalu mengambil faktur untuk menuliskan barang yang dibeli.
Setelah menerima pembayaran, Noinar juga bertanya-tanya mengenai part time menjadi merchandiser seperti Kania. Gadis itu menjelaskan sekilas seluk-beluknya dengan bahasa Inggris yang cukup fasih.
“I’ll recommend you to my bos, you have my number, don’t you?”
Noinar mengecek smartphonenya dan mengangguk.
“Give my regard to your guys!” kata Kania sebelum berpisah.

Kania memang luwes dalam komunikasi dan pintar merayu sehingga sudah berhasil menjual cukup banyak produk hari itu. Sekitar dua puluh menit setelah dua gadis Thai itu pergi, seorang pemuda berdarah Asia Selatan mengambil tester yang ditawarkannya. Ia meminum kopi itu sambil mengingat-ingat sesuatu karena sepertinya familiar dengan wajah dara Makassar itu.
“You were... at Gary’s new year party right?” tanya pria itu.
Kania terkesiap dan terbengong dua detikan, ternyata pemuda ini salah satu undangan yang ikut orgy party gila-gilaan di villa Gary dua bulan lalu.
“Eerr... yess” jawab Kania berusaha tidak gugup.
“You had billiards match that time?”
“I did, but... I didn’t notice you” Kania tidak ingat pemuda ini ada di pesta.
“Yah, I understand, many people, you can’t recognize all” kata pemuda itu, “I’m Ramzi”
“Kania” kata gadis itu balas memperkenalkan diri, “Pakistani?” tebaknya dari nama dan penampilan fisik.
“I am!” jawabnya, “well I take one, the medium one, how much?”
Kania menyebutkan harga dan mereka pun melakukan transaksi.
“Kania, eerrr... this is weekend, if you don’t mind, shall we have dinner? My place only less than ten minutes walking from here” ajak Ramzi.
Gadis itu tersenyum, berpikir sejenak sebelum menjawab. Ia tahu undangan ini pasti akan berujung ke hubungan seks apalagi keduanya sama-sama pernah menghadiri pesta seks akhir tahun kemarin. Setelah kerja tidak ada kegiatan atau janji apapun lagi, pemuda ini juga sikapnya sopan dan fisiknya bagus, tinggi besar walau tidak terlalu ganteng. Agaknya boleh juga, icip-icip main gila dengan orang Pakistan satu ini.
“Okay, but I’m still here until six pm”
“I’ll pick you then” kata Ramzi menerima barang yang sudah dikantongi, “see you later”
“See you and thanks!” balas gadis itu
Deg-degan juga menanti sejam lagi hingga akhirnya selesai juga jam kerjanya. Setelah menyerahkan bon pembelian dan pembukuan hari itu pada supervisornya, Kania pun keluar dari supermarket sambil menenteng tasnya.
“Hello there!” sapa Ramzi yang bersandar pada pilar di depan pintu supermarket memanggil gadis itu.
“Oh, hi... already long?”
“No, about ten minutes”
“So...where are we going?”
Ramzi mengajaknya makan di sebuah restoran steak dekat situ. Jalan sebentar mereka sudah tiba dan duduk berhadapan.


Keduanya banyak berbincang, Ramzi melontarkan beberapa joke segar. Kalau mengena, Kania tertawa sambil mencubit lengan berbulu pria itu. Bersamaan dengan datangnya makanan pesanan mereka, Ramzi melambai ke seseorang. Pemuda yang juga sebangsa dengannya itu mendatangi meja mereka.
“My friend, Hamid!” Ramzi memperkenalkannya pada Kania, “he was also in new year party”
Kania menjabat tangan Hamid dan saling memperkenalkan diri, lalu pemuda berkumis itu duduk di sebelah Ramzi. Seperti temannya, Hamid juga pandai membawa suasana, sambil menikmati makanan, ketiganya bicara tentang diri masing-masing, Hamid dari keluarga pejabat, sedangkan Ramzi keluarga kontraktor. Pembicaraan mereka lalu masuk ke masalah kuliah di negeri ini, lalu mulai lebih vulgar tentang pesta orgy tahun baru kemarin. Mereka saling cerita bagaimana bisa terlibat pesta liar itu, lalu dengan siapa-siapa saja bercinta serta kesan-kesannya yang mulai membuat birahi mereka naik.
“Where are you going after this?” tanya Ramzi pada Kania setelah semua selesai makan.
“Go home, or you have something interesting?”
“Something interesting? Hhhmm... I have some weed in my place, high quality one, wanna taste it?”
“Weed... wow, sounds fun, long time haven’t had it” kata Kania.
Setelah Ramzi membayar semua pesanan mereka, ketiganya pun berjalan kaki ke apartemen pemuda Pakistan itu. Tak lama mereka pun sampai di gedung apartemen itu, Ramzi menekan tombol lantai lima di lift.
“Welcome!” pemuda itu membukakan pintu dan mempersilakan Kania masuk.
Apartemen Ramzi terbilang menengah ke atas, cukup rapi untuk ukuran pria yang tinggal sendirian. Ia mempersilakan gadis itu dan Hamid duduk di sofa, lalu mengambil lintingan ***** di laci meja di kamarnya.
“Aaahh... here we are! Prepare for heaven!” katanya sambil menyalakan lighter menyulut benda itu, “lady first!” ia menyodorkannya pada Kania.
“Thanks!” gadis itu menerima dan menghisapnya, lalu menghembuskan asap dari mulutnya.
“How its feel?” tanya Ramzi duduk di sebelah gadis itu.
“Hard enough” jawab Kania lalu mengopernya pada Hamid yang langsung menghisapnya.
Ketiganya menghisap lintingan ***** itu secara bergantian hingga mulai fly dan mengoceh tak karuan. Posisi duduk Kania yang bertumpang kaki cukup mengundang birahi kedua pemuda Pakistan itu.
“Ready for the next level?” tanya Ramzi meletakkan tangannya di lutut gadis itu yang terbuka.
“Anytime!” jawab Kania tersenyum fly membiarkan tangan Ramzi mengelus pahanya.
“So what are we waiting for?” sahut Hamid di sebelahnya sambil menjamah dada gadis itu.
Ketiganya sama-sama tahu, semua akan berujung keliaran seperti di pesta tahun baru itu.

Kania menyalurkan pengaruh ***** yang membuatnya fly dalam sikap dan perilaku yang binal. Ia membalas gerayangan mereka pada tubuhnya dengan meraih selangkangan Ramzi yang sudah terasa keras dari luar. Dibukanya juga resleting celana panjang pemuda itu, lalu tangannya menyusup tanganku ke balik celana dalam meraih penisnya yang sudah tegang.
“Uuuhh... gede banget!” kata gadis itu dalam hati merasakan benda itu begitu panjang dan keras.
Saat itu tangan Ramzi mulai masuk ke dalam rok Kania, mengelusi paha dalam hingga menyentuh selangkangannya. Kania mendesis dan menggeliat ketika tangan si Pakistan itu mulai mengelusi wilayah kewanitaannya dari luar celana dalam. Baru saja ia menengok ke kiri, bibirnya sudah dipagut oleh Hamid yang tangannya mulai mempreteli kancing bajunya. Kania menyambut dengan lumatan penuh gairah, sementara tangannya terus meremas batang penis Ramzi. Setelah seluruh kancing pakaiannya terbuka, gadis itu merasakan dua tangan meyusup ke balik bra-nya dan meremas kedua payudaranya. Dua pemuda itu meremas payudaranya bersamaan. Hamid dan Kania terus berciuman selama lima menitan sambil menggerayangi tubuh gadis itu hingga akhirnya gadis itu melepas pagutan.
“Lets get naked first!” kata gadis itu seraya melepas seluruh pakaiannya hingga tak tersisa apapun di tubuhnya yang langsing dan mulus.
Kania merasa seksi melihat dua pemuda Pakistan itu terpana menatap tubuh indahnya dengan payudara sedang berputing coklat dan vagina gundul karena baru dicukurnya dua hari lalu. Ramzi lalu mengajak pindah ke kamarnya. Kania naik ke ranjang ukuran dua orang itu, dan membaringkan diri di tengah menyaksikan Ramzi dan Hamid melepaskan pakaian mereka. Mata sayu Kania tak berkedip memandang kedua pemuda yang sudah telanjang itu, dada mereka ditumbuhi bulu seperti lengan dan kaki mereka, Ramzi bertubuh atletis sementara Hamid agak gempal. Namun yang paling membuat darah berdesir adalah penis di selangkangan mereka yang ukurannya lebih besar dari milik orang Indonesia rata-rata dengan kepala bersunat dan ditumbuhi bulu yang lebat. ***** itu memang kualitas prima seperti yang dikatakan Ramzi karena selain fly, ketiganya merasakan gairah meluap-luap yang butuh pelampiasan secara liar pula. Kania langsung memeluk tubuh Ramzi begitu pemuda itu naik ke ranjang dan langsung memagut bibirnya, Hamid berbaring di sisi yang lain dan tangannya segera aktif menjamahi tubuh mulus itu. Nampak kontras Kania yang berkulit putih diapit dua pemuda Pakistan berkulit gelap itu. Kania merasakan indahnya dicumbu dan dibuai kedua pemuda itu, membuatnya terlena, seolah melayang tinggi menembus awan-awan. Ramzi semakin bergairah menciuminya hingga tak lama kepalanya turun ke dada dan melumat yang sebelah kanan.
“Aaahhh!!” desah Kania meremas rambut Ramzi karena di saat yang sama tangan Hamid menjamah vaginanya yang tak berbulu dan mengelus-elusnya.
Hamid baru menarik tangannya ketika jilatan Ramzi mulai turun ke bawah. Kania merenggangkan sepasang pahanya agar Ramzi leluasa menjilati vaginanya. Tubuhnya bergetar ketika lidah pemuda itu menyapu bibir vaginanya sambil mencucuk-cucukkan jarinya ke sana.

Sementara Hamid bangkit dan berlutut di sebelah kepala gadis itu. Kania meraih penis itu dan mulai menjilati batangnya, ia membuka mulut dan memasukkan benda itu ke dalamnya sambil tangan satunya mengocoki penis Ramzi.
“Slurp… clap… slurp... mmmmhh…” lidah dan mulut Kania yang mempermainkan penis Hamid membuat suara-suara seksi yang membuat suasana semakin panas.
Sebagai seorang gadis petualang seks, Kania sudah tidak canggung melakukan ini dengan lebih dari satu pria.
“You really know how to treat it baby, uugghh!!” sahut Hamid di tengah lenguhannya.
Kania meneruskan aksinya setelah melirik ke arah Ramzi sejenak, tatapannya sungguh seksi sehingga membuat pemuda itu makin bernafsu, apalagi dengan jilatan gadis itu di lubang kencingnya. Di bawah sana, Ramzi tak hanya menjilati dan menghisap vagina Kania, tangannya pun senantiasa meremas-remas di sana-sini, terkadang meremas payudara, terkadang meremas pantat, dan terkadang jemarinya mengais-ngais liang kewanitaan gadis itu. Agar Hamid tidak buru-buru orgasme, Kania kini pindah mengulum penis Ramzi yang berbaring menyamping terbalik di sisi lainnya. Setelah lima menitan dioral, Ramzi bangkit dan beranjak berlutut di antara kedua belah paha gadis itu.
"Shall we start?” tanyanya yang dijawab gadis itu dengan anggukan, memang ia sudah menginginkannya sejak tadi, ia mungkin sudah orgasme bila Ramzi menjilati vaginanya lebih lama lagi.
Tak sulit bagi Ramzi untuk melakukan penetrasi karena vagina gadis itu sudah basah oleh air liur dan lendirnya. Dengan sekali dorong saja, penis si Pakistan itu melesak ke dalam liang senggama Kania langsung merojok dasar rahimnya.
“Ooooooh...” gadis itu terbeliak dan mendesah dalam kenikmatan, benda itu begitu panjang dan menyesakkan rasanya sehingga membuatnya terpejam-pejam dalam nikmat.
Ramzi mulai menggerak-gerakkan pinggulnya menggenjot. Gesekan batang penisnya dengan liang kewanitaan Kania memberi sensasi geli-geli enak. Ketika pemuda itu semakin lancar menggenjot, Kania kembali mengoral penis Hamid.
“Doggie style?” tanya Ramzi mengajak ganti posisi setelah sepuluh menitan menggenjot dengan kecepatan stabil.
“Sure" jawab Kania sehingga pemuda itu berhenti lalu menarik lepas penisnya
Gadis itu merangkak sambil memegang kaki Hamid yang kini duduk selonjoran bersandar ke kepala ranjang, lalu menoleh ke arah Ramzi memberi isyarat agar memasukkan lagi penisnya dari belakang.
“Oohh... yesshh!!” erang Kania ketika liang vaginanya kembali disodok penis Ramzi.
Ia lalu mulai mengulum dan menyelomoti penis Hamid lagi. Pria berkumis itu keenakan dengan perlakuan Kania sehingga meraih kepalanya dan meremas-remas rambut gadis itu. Ramzi tak hanya mengenjot dari belakang, kedua lengannya memeluk pinggang Kania, tangan satunya merogoh ke selangkangan menyentuh klitorisnya yang lalu dielus-elusnya dengan lembut. Kania merasakan nikmat yang luar biasa, pengaruh ***** dan deraan erotis ini. Darah gadis itu berdesir-desir naik turun, terkadang naik sampai ke kepala, lalu berdesir turun sampai lutut, bahkan jari kakinya sering terkejang-kejang dibuatnya, sungguh perasaan yang tak terlukiskan. Kulumannya pada batang penis Hamid yang semakin intens membuat pemuda itu semakin merem-melek dan melenguh nikmat. Tangan pemuda itu meraih payudaranya, meremas dan memilin-milin putingnya yang memberikan gadis itu sensasi lebih panas.

Lumayan lama ketiganya bertahan dalam posisi itu dan belum mencapai orgasme, karena mereka sama-sama memiliki jam terbang tinggi di dunia seks sehingga tidak mudah keluar begitu saja. Ramzi sejak tadi menggenjot dalam tempo sedang yang stabil. Kania dan Ramzi sudah bercucuran keringat hingga menetes-netes ke kain sprei.
“Ssshhhh… ooooohhh…. Goooddd... ooogghh!!” akhirnya Kania merintih panjang dengan tubuh mengejang, vaginanya pun mengucurkan banyak lendir yang membasahi selangkangan mereka.
Ramzi mendengus-dengus merasakan dirinya sudah di ambang orgasme karena penisnya semakin diremas oleh dinding vagina gadis Makassar itu hingga akhirnya ia mencabut batang penisnya dari vagina gadis itu.
“Aaaarrrrrgghhhhh... ccoominngg!!” Ramzi mengerang mencapai orgasmenya
Ccreeeettt…. ccreeeetttt… Kania merasakan punggung dan bongkahan pantatnya hangat terkena semprotan sperma Ramzi.
Hamid yang melihat temannya telah tuntas menuntaskan hajatnya segera berpindah tempat. Diangkatnya pinggul Kania lalu ia hujamkan penisnya ke liang senggama gadis itu, dengan mudah penisnya melesak ke liang yang sudah banjir itu. Hamid mulai menggenjotkan penisnya maju-mundur di liang tersebut membuat gadis itu mendesah-desah lemas. Setiap kedutan urat penis Hamid di dinding vaginanya begitu terasa. Birahi Kania mulai naik lagi dan menikmati setiap genjotan penis Hamid, matanya terpejam dan mulutnya mengeluarkan desahan. Hamid semakin memacu tubuhnya dengan sepenuh tenaga, pemuda gempal itu mendengus setiap kali penisnya menghujam vagina gadis itu, otot-otot wajah dan tubuhnya menegang. Kania ingin kenikmatan ini terus berlanjut, rasa berputar di kepalanya efek *****, bercampur kenikmatan dari vagina yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sejak SMA ia pertama kali merasakan nikmatnya hubungan seks, sisi liarnya semakin tersalurkan ketika kuliah di Australia ini, ML dengan berbagai variasi dan berbagai macam partner seks pernah dirasakannya, berbagai ras dari putih sampai hitam, masing-masing petualangan memiliki kesan-kesan tersendiri baginya. Tak lama kemudian, Kania merasakan ada sesuatu yang berkedut dari penis Hamid. Ia tahu bahwa sebentar lagi pemuda Pakistan itu akan mencapai puncak kenikmatannya. Ia pun menggerakkan pinggulnya kadang diselingi gerakan memutar sehingga membuat Hamid semakin kelojotan hingga akhirnya tubuhnya mengejang disertai geraman. Namun tiba-tiba Kania menarik tubuhnya hingga kelamin mereka terlepas, segera didorongnya dada Hamid agar segera berbaring di ranjang.
“Cum in my mouth!” kata gadis itu lirih.
Ia segera melahap penis Hamid yang sudah belepotan cairan kewanitaannya juga. Tidak sampai lima menit....
“Ooohh... baby yeeaahh!!” erang pemuda gempal itu, penisnya yang sedang berada di dalam mulut Kania menyemprot-nyemprotkan cairan kental dan hangat.
Kania menelan cairan itu dengan kemampuan menghisapnya, nampak cairan itu sedikit meleleh di pinggir bibirnya karena muncratnya cukup banyak. Gadis itu tidak melepaskan benda itu dari mulutnya selama beberapa saat hingga semprotannya berhenti dan ukurannya menyusut. Saat itu barulah ia melepaskannya dan mengambil udara segar.

Kania menoleh ke ambang pintu dimana Ramzi berjalan masuk sambil membawa segelas air. Ia menyodorkan gelas itu pada gadis itu.
“Thank you!” kata Kania meraih gelas itu dan langsung meneguk habis isinya.
Pemuda Pakistan itu kemudian naik ke ranjang, duduk di samping kiri Kania. Ia baru menyeka keringat di tubuhnya di kamar mandi sehingga nampak lebih segar.
“Next round?” tanya Ramzi sambil merangkul tubuh Kania.
“Why not?” balas gadis itu meraih penis perkasa Ramzi yang sudah ereksi lagi.
Kania menaiki selangkangan pemuda itu dan mengarahkan kepala penisnya memasuki liang senggamanya. Matanya mengerjit sesaat, batang penis itu terasa sesak walaupun vaginanya sudah becek. Setelah penis itu membenam seluruhnya di vaginanya, gadis itu menyambut dengan pelukan hangat dan ciuman mesra di bibirnya. Sambil menikmati genjotan naik-turun Kania, Ramzi meraih dua bongkahan pantatnya yang montok. Gerakan Kania teratur dan stabil, tumbukan kelamin mereka menimbulkan bunyi kecipak, ditambah suara desahan mereka. Setelah melepas ciuman, Kania menggerakkan tubuhnya lebih cepat sampai dadanya membusung. Ramzi langsung melumat payudara yang tepat di depan wajahnya itu, dikenyotnya penuh nafsu sampai gundukan daging itu basah oleh liur dan meninggalkan jejak cupangan memerah. Sambil terus bergoyang, tangan Kania meraih penis Hamid yang sedang istirahat, dikocoknya benda itu masih setengah bangun itu.
“Come on! Do me again!” ajak gadis itu.
“As you wish baby!” sahut Hamid bangkit berlutut di ranjang dan memagut bibir gadis itu.
Kania terus menaik-turunkan tubuhnya di atas penis Ramzi sambil beradu lidah dengan Hamid yang memilin-milin putingnya. Dari jendela nampak langit di luar sudah gelap, Kania semakin larut dalam kenikmatan dekapan dua pemuda Pakistan itu, belum lagi pengaruh ***** itu masih terasa dan membuatnya serasa berada di surga.
"I’ll almost... aahh... aaahhh..." erang Kania suatu ketika
Ia mempercepat gerakannya hingga akhirnya tubuhnya menegang dan vaginanya semakin meremas penis Ramzi. Dengan sebuah desahan panjang ia mencapai orgasmenya, gerak naik-turunnya mulai melemah hingga akhirnya berhenti di dekapan Ramzi. Kania lalu berbaring di tengah ranjang dan meminta keduanya berlutut di kanan dan kiri kepalanya. Ramzi dan Hamid berlutut saling berhadapan, menikmati penis mereka dikulum dan dikocok bergantian oleh gadis itu. Keduanya melenguh-lenguh keenakan sambil menggerayangi tubuh gadis itu. Ramzi akhirnya tidak bisa bertahan lagi, ia melenguh dengan tubuh mengejang, penisnya menyemprotkan sperma yang membasahi wajah Kania dan sebagian masuk ke mulutnya. Begitu juga dengan Hamid, ia menyusul ke puncak sekitar semenit kemudian saat Kania masih menghisap penis temannya.
"Oouuchh... take this!!" lenguhnya saat penisnya menyemburkan sperma yang mengenai wajah gadis itu, ia membelokkannya sedikit sehingga semburan berikut berceceran di payudara gadis itu.
Kania mengusapkan semua cairan putih kental itu ke seluruh wajah dan dadanya. Ketiganya terbaring lemas hingga tak terasa akhirnya tertidur, Kania di tengah diapit dua pemuda tersebut.

Besoknya, sekitar jam sembilan pagi mereka bangun dan mandi bertiga. Sambil mandi mereka mengulangi permainan seks seperti semalam lagi, tapi sekarang lebih cepat. Dengan perasaan puas, mereka pun berpisah setelah sebelumnya bertukar nomor kontak.
 
Terakhir diubah:
VIP MEMBER

Caligula Retreat adalah klub seks eksekutif yang bersifat semi underground (untuk lebih lengkapnya baca Caligula Retreat). Dua tempat beroperasinya di sebuah kompleks mewah pinggiran ibukota dan sebuah private beach dan private island di Bali tidak pernah sepi dari event klub. Anggotanya adalah kelas menengah atas dan elite, termasuk ekspatriat dari berbagai negara, karena biaya keanggotaannya yang mahal. Beberapa dari mereka bahkan adalah public figure yang meliputi pejabat dan selebritis yang membutuhkan privacy extra sehingga masuk dalam anggota VVIP. Anggota baru masuk berdasarkan rekomendasi anggota sebelumnya. Klub ini memanjakan anggotanya dengan berbagai fantasi erotis bukan saja dengan swinger dan orgy antar sesama anggotanya, tapi juga dengan kehadiran aktor-aktor yang turut meramaikan wisata birahi ini dengan berbagai skenario dan permainan. Banyak anggota mengaku puas dengan pelayanan klub ini, beberapa pasangan yang sudah jenuh merasakan gairah kembali setelah bergabung, mereka mengaku Caligula Retreat memberi warna baru dalam kehidupan seks mereka serta memperluas wawasan seksual. Mereka juga tidak segan-segan mengeluarkan uang tips yang lumayan besar untuk aktor-aktor yang memuaskan mereka. Selain kepuasan seks, klub ini bermanfaat memperluas jaringan para anggotanyan sehingga tidak heran, dari hari ke hari keanggotaannya semakin bertambah dan event-event klub semakin ramai, terutama di hari-hari libur. Demikian pula bagi aktor yang meramaikan acara, ini adalah penghasilan tambahan yang terkadang lebih besar daripada penghasilan utama mereka. Aktor retreat berasal dari berbagai kalangan setelah diseleksi secara ketat, mereka menjalani profesi sebagai aktor dengan sistem seperti ojek online yang terhubung lewat aplikasi khusus, bila ada tawaran masing-masing bisa menerima atau menolak sesuai waktu yang tersedia. Kisah ini menceritakan Erlin, seorang mahasiswi perguruan tinggi swasta berusia 21 tahun yang juga adalah salah satu aktor Caligula Retreat.

#########
Resort Caligula Retreat
Pukul 15. 20


Erlin memarkirkan mobilnya di tempat parkir lalu turun dari mobil. Jantungnya berdebar-debar setiap melangkahkan kaki ke kompleks di dalam. Pemberitahuan dari admin Caligula Retreat, hari ini ia harus melayani tamu VIP untuk seks BDSM dengan bayaran tinggi. Lebih dari setengah aktor retreat yang dimiliki perusahaan tidak bersedia mengambil orderan seperti ini. Erlin sendiri sebenarnya kurang menyukainya, namun karena tawaran ini belum ada yang mengambil hingga tiga jam setelahnya, ia pun mengambilnya dengan pertimbangan bayaran yang tinggi dan hari itu jadwalnya sedang kosong. Sesampainya di depan pondok yang dimaksud, ia menghela nafas panjang sebelum menekan knop bel. Pintu membuka dari dalam dan muncul sesosok pria tampan yang wajahnya tak asing lagi, faktor pria ini yang juga membuat Erlin memutuskan mengambil order tersebut.
“Ehh... siang Ko Sam, saya Erlin!” sapa gadis itu, “sori telat, agak macet”
“Gak apa, kita juga belum lama mulai kok, ayo masuk!”
Erlin terperangah begitu masuk melihat seorang wanita sedang digangbang di sofabed oleh tiga pria bertubuh kekar. Seorang yang berambut cepak berlutut di antara kedua belah paha sang wanita menyodok-nyodokkan penisnya, seorang yang berwajah Chinese sedang merunduk mengenyoti payudara si wanita secara bergantian sambil menggerayangi tubuh indahnya. Wanita itu sendiri sedang mengulum penis pria yang satunya yang berkulit gelap.
“Ci Franda!” Erlin menyapa dengan suara sedikit bergetar.
“Hai!” wanita itu melepas sejenak penis di mulutnya menyapa Erlin.
Wanita yang dipanggil Ci Franda itu tidak lain adalah Efranda Stefanus (32 tahun), aktris cantik berdarah Chinese yang mengawali karir sebagai VJ MTV dan model itu. Pria yang tadi membuka pintu adalah suaminya, Samuel Zwyglyn, yang telah memberinya seorang anak.
“Gimana? Mau minum dulu? Atau langsung mulai aja?” tanya Samuel meletakkan tangannya di pundak Erlin.
“Eerr... kita langsung aja ko”
“Kamu yakin siap? Soalnya saya mau main... hard” kata Samuel
“Saya siap ko, asal gak dimutilasi aja” Erlin tersenyum mencoba agar tidak tegang.
“Bener kamu siap?” tanya Samuel lagi sambil memandang wajah cantik gadis itu.
Erlin menganggukkan kepala lalu... plak!! Sebuah tamparan tiba-tiba mendarat di pipinya, lumayan keras sampai ia kaget dan terhuyung.
“Sakit?” tanya pria itu, Erlin menggeleng.
Plak! Tamparan kedua mengenai pipi yang sebelahnya hingga ambruk ke sofa. Samuel segera menindih tubuhnya. Brrett.... brreettt...
“Aaawww!!!” jerit Erlin ketika pria itu dengan kasar merenggut pakaiannya hingga robek, bra pink di baliknya juga ditarik hingga putus.
Tangan Samuel langsung meremas payudara Erlin yang hanya pasrah menikmati remasan kasar itu. Dengan beringas, Samuel menarik puting gadis itu serta mencubitnya.
“Ahhh … ” Erlin mendesis saat pria itu mulai menghisap putingnya
Samuel mengulum sambil menggigit puting itu membuat Erlin berteriak sakit campur nikmat. Tangan pria itu masuk ke balik celana pendek yang dipakai Erlin dan mengobok-obok selangkangannya membuat gadis itu semakin menggeliat-geliat.


“Aaarrgghhh!!” si pria cepak yang menggenjot vagina Franda mencapai klimaks
Tubuhnya mengejang dan penisnya menyemburkan sperma di dalam rahim aktris cantik itu. Penis pria itu menyusut di antara himpitan dinding vagina Franda.
“Ayo, kamu gantiin! Berbaring sana!” perintah Franda pada si pemuda berkulit gelap yang sedang ia oral penisnya.
Segera pemuda itu berbaring telentang dan Franda menaiki selangkangannya, jemari lentiknya menggenggam penis tegang yang kepalanya tidak bersunat itu, ia arahkan benda itu ke vaginanya. Setelah pas, Franda menurunkan pinggulnya sehingga penis pemuda itu pun melesak masuk diiringi desahan mereka.
“Oohhh... mantap ci... terus goyang!” erang pemuda itu sambil meremasi payudara Franda, sesekali dipelintirnya putingnya.
Si pemuda Chinese berdiri di sebelah kirinya menyodorkan penisnya yang langsung digenggam oleh sang aktris dan dijilati batang hingga pelirnya. Pemuda itu pun mengerang nikmat.
“Kamu sini! Siapa suruh istirahat!” panggil Franda pada si pemuda cepak yang masih berbaring ngos-ngosan setelah orgasme barusan.
“Siap ci!” pemuda itu bangkit dan berdiri di sebelah kanan Franda.
Sambil menaik-turunkan tubuhnya, tangan kiri Franda mengocok penis si pemuda Chinese dan tangan kanannya meraih penis si cepak yang sudah loyo. Dijilati lalu dikulumnya penis yang berlumuran sperma dan cairan vaginanya sendiri itu. Tubuh si cepak bergetar merasakan sapuan lidah Franda pada kepala penis dan lubang kencingnya. Sebentar saja penisnya sudah mengeras lagi di mulut wanita itu.
“Nah gitu dong, keras lagi!” sahut Franda lalu gantian mengulum penis si pemuda Chinese dan mengocok lembut penis si cepak.
Si pemuda berkulit gelap sesekali menyentak pinggulnya ke atas sehingga penisnya semakin menyeruak masuk ke dalam vagina Franda. Penisnya keluar masuk dengan berirama menggelitiki dinding kewanitaan aktris berwajah oriental itu. Franda menggerakkan bola matanya ke arah sofa di seberangnya, dilihatnya Samuel telah membuka koper hitamnya yang berisi alat-alat BDSM. Aktor retreat bernama Erlin itu telah telanjang dan telungkup di atas meja ruang tamu berbahan fiber dengan kedua kaki menjuntai dan bertumpu pada lututnya. Jantungnya makin berdebar-debar membayangkan apa yang akan dilakukan pria itu selanjutnya, tidak disangka pasutri selebritis yang nampak seperti perfect couple ini ternyata memilik selera seks yang nyeleneh. Samuel mengambil sebuah dildo silikon berwarna pink dan kepala bergerigi. Dinyalakannya tombol on di bawah benda itu sehingga menyala bergetar dan bergerak seperti ular. Ia menyeringai memandang ke arah sang istri yang sedang digangbang lalu...
“Aaahhh!!” jerit Erlin merasakan benda itu menembus vaginanya, getaran dan gerak meliuk-liuknya segera menimbulkan sensasi aneh yang nikmat sehingga membuat tubuhnya menggeliat-geliat.
Selanjutnya Samuel mengambil sebuah pecut kecil dari koper itu lalu... ctar!!
“Aaawwwhh!!” Erlin menjerit lebih keras merasakan sabetan pecut itu pada bongkahan pantatnya, disusul punggung beberapa kali, lalu pindah ke pantat lagi.
Sensasi nikmat dildo yang mengaduk-aduk vaginanya bercampur baur dengan sensasi rasa nyeri akibat sabetan-sabetan pecut. Samuel melampiaskan kecemburuan yang bercampur nafsu menggebu menyaksikan adegan istrinya dengan cara menyiksa Erlin, ada kenikmatan tersendiri yang diperolehnya dengan cara demikian. Franda sendiri juga merasakan yang sama dengan menyaksikan sang suami mengerjai wanita lain, efeknya adalah ia semakin bersemangat mengoral penis di mulutnya.

Pecutan-pecutan Samuel meninggalkan bekas memar memanjang pada sekujur kulit punggung dan pantat Erlin, air mata gadis itu sampai keluar menahan rasa nyeri itu, dildo di vaginanya terus bergetar memberinya sensasi nikmat. Samuel menyeringai sambil membuka pakaiannya sendiri, setelahnya ia menjambak rambut panjang Erlin hingga gadis itu berlutut di depannya. Tanpa menunggu disuruh, Erlin meraih penis pria itu yang tidak bersunat dan mulai dijilatinya.
“Aahhh!!” Samuel mendesis nikmat merasakan sapuan lidah Erlin dari buah zakar, batang hingga kepala penisnya.
Tangannya meraih payudaranya dan meremasinya serta memilin-milin putingnya yang sesekali ia tarik dan cubit dengan keras. Erlin meringis namun tidak menghentikan sepongannya terhadap penis pria itu. Sementara di sofabed, Franda yang sudah di ambang klimaks, menaik-turunkan tubuhnya makin cepat, vaginanya sudah sangat basah sampai menimbulkan bunyi decakan. Si pemuda Chinese yang sedang dioral penisnya mendesah-desah karena hisapan Franda terhadap penisnya makin dahsyat.
“Duh... enak ci... terus hisap kaya gitu!” erang si pemuda sambil meremasi rambut Franda.
Sementara si pemuda cepak kini sibuk mengenyoti payudara Franda sambil menggerayangi tubuhnya.
“Mau keluar saya ci!! Uuhh... uuuhh!!” erang si pemuda berkulit gelap yang sedang ditunggangi Franda.
“Bagusshh... aahh... aaahh... kita bareng yah!!” kata Franda lirih, ia menaik-turunkan tubuhnya lebih cepat.
“Oookhh!!” lenguh si pemuda di bawahnya dengan mata membeliak-beliak
Merasakan semburan-semburan hangat di dalam vaginanya, Franda tersenyum. Sambil terus mengocok penis si pemuda Chinese ia terus memacu tubuhnya hingga tak sampai semenit kemudian...
“Aaarrhhh.... yeesshhh!!” Franda histeris, mulutnya meracau tak karuan, terlontar kalimat-kalimat kotor yang tidak pernah terdengar dalam keseharian maupun penampilan publiknya.
Aktris cantik itu squirt hebat, cairannya mengucur deras sekali membasahi selangkangan mereka hingga meleleh ke lapisan kulit sofabed di bawahnya. Beberapa detik setelahnya si pemuda Chinese juga melenguh panjang, penisnya dalam genggaman Franda menyemburkan cairan putih kental mengenai wajah aktris itu. Franda membuka mulutnya sehingga cipratan berikutnya masuk ke mulut, lalu ia masukkan penis itu ke mulutnya dan dihisap. Sejak tadi si pemuda cepak masih saja sibuk menjilati dan mencium sekujur tubuh Franda terutama sepasang payudaranya. Nampak bekas-bekas cupangan memerah di permukaan kulit yang putih mulus yang sudah bersimbah keringat itu. Melihat istrinya mencapai orgasme dahsyat dan disemprot sperma pada wajah cantiknya, Samuel semakin bernafsu, ia beberapa kali menekan penisnya dalam-dalam sampai Erlin kepayahan sebelum akhirnya menarik lepas penisnya.
“Ayo sini kamu lonte!”
“Aaawwhh!!” masih belum selesai mengambil udara, Erlin menjerit ketika Samuel menarik rambutnya dan menyeret tubuhnya ke sofa.
Pria itu membentangkan kedua belah paha Erlin lalu menarik lepas dildo yang masih bergetar di vagina gadis itu. Nampak cairan bening berleleran pada benda itu setelah ditarik keluar. Samuel menempelkan kepala penisnya pada vagina sang gadis dan....
“Aaahhh!!” desah Erlin merasakan benda tumpul menyeruak masuk ke vaginanya.
Dengan perkasa Samuel menggenjotnya, membuat gadis itu mendesah-desah lagi dalam nikmat yang luar biasa.

Samuel menindih tubuh Erlin sambil terus menggenjoti vaginanya. Dilumatnya bibir gadis itu hingga lidah keduanya saling bertautan.
“Eeenngghh!!” desah Erlin merasakan remasan keras pada payudaranya.
Samuel melepas pagutannya, mulutnya merambat turun ke dada dan mengenyoti payudara Erlin dengan brutal disertai gigitan dan hisapan yang meninggalkan bekas di kulitnya yang putih. Belum sepuluh menit, Erlin sudah merasakan tubuhnya menggelinjang hebat, dildo bergerigi tadi sudah membuatnya naik ke tengah pendakian dan kini Samuel menyelesaikan sisanya.
“Aaawww... aahhh!!” Erlin mendesah, matanya membeliak-beliak dan tangannya meremas kepala Samuel yang tengah mengenyoti payudaranya.
Vaginanya mengucurkan banyak cairan orgasme sehingga membuat penis pria itu semakin cepat merojok-rojok vaginanya disertai bunyi decakan. Franda yang menikmati sisa-sisa orgasmenya dalam dekapan tiga pria itu, melirik suaminya yang sedang menggarap Erlin. Rasa cemburu membuat gairahnya mulai naik lagi.
“Kamu!” ia menarik kepala si pemuda cepak yang masih mengenyoti payudara dan menggerayangi tubuhnya, “ayo berbaring, udah keras lagi kan!”
“Siap ci!” pemuda itu mengikuti apa yang disuruh
Franda meraih penisnya yang paling panjang di antara ketiga aktor tersebut, lalu menaiki selangkangan dan mengarahkan benda itu ke vaginanya.
“Nngghhh!!” lenguhnya ketika menurunkan tubuh sehingga penis itu melesak masuk dengan mudah karena vaginanya yang sudah sangat basah.
“Kamu ke belakang!” suruhnya pada si pemuda Chinese
“Wah mau dobel ci, oke... okeh!” ia segera menuju belakang dan mengarahkan penisnya ke liang anal Franda yang menunggingkan pinggulnya.
Desahan keduanya mengiringi penetrasi anal tersebut hingga penis si pemuda Chinese pun melesak masuk. Setelah adaptasi sebentar, mereka pun mulai menggoyangkan tubuh dan menyelaraskan ritme. Kedua penis itu menghujam-hujam kedua liang Franda memberi sebuah sensasi yang luar biasa. Aktris cantik itu menceracau tidak karuan membuat sang suami semakin cemburu dan bernafsu sehingga sodokan-sodokan penisnya terhadap vagina Erlin semakin bertenaga. Dibaliknya tubuh gadis itu dan disuruh menungging, kemudian kembali ia masukkan penisnya meneruskan persetubuhan dalam gaya doggie. Kedua payudara Erlin sejak tadi tidak pernah lepas dari remasan yang terkadang brutal serta pencetan dan plintiran pada kedua putingnya. Kini ditambah lagi tamparan pada pantatnya yang membuatnya menjerit. Tak lama kemudian, Samuel pun tidak bisa lagi menahan ejakulasinya, ia menggeram sambil meremas kuat-kuat sepasang payudara gadis itu, ia tekan penisnya dalam-dalam dan menyemprotkan isinya di vagina Erlin. Sodokan-sodokannya makin lemah hingga penisnya menyusut dan tubuhnya ambruk menindih gadis itu. Dipagutnya pundak dan leher gadis itu, Erlin menengokkan wajahnya ke samping lalu keduanya berpagutan menikmati gelombang orgasme yang menyurut.
“Kamu masih kuat?” tanya Samuel terengah-engah
Erlin hanya mengangguk lemas, sebenarnya gaya seks pria ini seram juga, tapi ia selalu berprinsip memuaskan klien selama tenaga masih ada.

"Ohh... ciii... sempit banget bagian sini, tapi ueenakk!!” si pemuda Chinese bergumam tidak karuan sambil terus menyodomi Franda, sesekali ditepuknya pinggul aktris itu dengan keras sehingga membuatnya tersentak.
Si pemuda cepak merem-melek di bawah sana menikmati vagina Franda mengempoti penisnya, tangannya meremas payudara kanannya dan memilin-milin putingnya, sementara tangan satunya meremasi bokong dan pahanya. Tidak ada kata lain memang yang dapat mewakili perasaan yang mereka alami selain nikmat yang tiada tara, kenikmatan yang makin tabu dan melenceng dari norma-norma umum justru menambah sensasinya. Franda sangat menikmati perannya menjadi ‘ratu’ yang dilayani tiga pria sambil menyaksikan suaminya sendiri berhubungan seks dengan wanita lain.
"Ci... saya... mau keluar... oohh yeah!" erang si pemuda Chinese yang semakin liar menyodoki dubur Franda
Franda terus berusaha mengimbangi keduanya, ia tidak mau kalah menunjukkan kebinalannya pada ketiga pemuda itu di depan sang suami. Mereka semakin hanyut dalam birahi, hingga akhirnya si pemuda Chinese mencapai orgasmenya. Ia melenguh nikmat, spermanya tertumpah di dubur dan sebagian lagi bercipratan di bongkahan pantat wanita itu ketika si pemuda mecabut penisnya.
“Niko!” panggil Samuel pada si pemuda kulit gelap yang tengah istirahat.
“Ya koh!” sahutnya turun dari sofabed.
“Sini! Kamu bantu saya kerjain dia!” perintah pria itu.
Pria bernama Niko itu langsung menghampiri mereka dan mengambil posisi di antara kedua belah paha Erlin.
“Hai, saya Niko!” pemuda itu memperkenalkan diri pada Erlin.
“Erlin” balas gadis itu lemah.
“Kalian sama-sama aktor, ga kenal?” tanya Samuel.
“Iyah, baru ketemu sekarang, aktor kan banyak ko, ga semua saling kenal!” kata Niko, “oke, kita mulai sekarang aja Lin?”
Erlin mengangguk, ia masih merasa tanggung belum orgasme lagi. Niko kini mengarahkan penisnya ke vagina gadis itu. Penisnya pun melesak masuk diiringi desahan lirih sang gadis. Samuel mengambil sesuatu dari kopernya, kali ini sebuah lilin berwarna merah. Dengan menyeringai ia menyalakan lilin itu dan kembali mendekati Erlin yang sedang disetubuhi Niko.
“Hehehe... pegangin tangannya Nik!” perintah Samuel.
Pemuda itu segera memegangi kedua lengan Erlin tanpa berhenti menggenjot.
“Santai sayang! Jangan tegang, nanti lilinnya jatuh, kebakaran deh!” kata Samuel membelai rambut gadis itu, tangannya yang memegang lilin memiringkan benda itu.
“Aaahh!!” jerit Erlin merasakan tetesan lilin pada payudara kanannya yang memberi sensasi panas.
Tetesan demi tetesan jatuh ke wilayah payudara Erlin membuat gadis itu terus menjerit, rasanya sungguh sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sensasi panas yang nikmat, terutama ketika mengenai putingnya. Sebentar saja dada gadis itu sudah penuh tetesan lilin merah. Siksa birahi itu mempercepat gadis itu mencapai puncak kenikmatannya. Tubuhnya berkelejotan sambil menjerit menyambut terpaan gelombang nikmat itu hingga akhirnya kembali lemas.

Tak lama kemudian, Franda juga menyelesaikan pergumulannya dengan si pemuda cepak. Ia mencapai orgasme lebih dulu, tubuhnya menegang di atas tubuh si pemuda yang lalu mengganti posisi dengan membaringkan tubuh Franda lalu meneruskan genjotannya sambil berpegangan pada kedua belah pahanya yang terangkat ke atas. Sekitar lima menit kemudian barulah ia mencapai orgasmenya dengan menyemburkan spermanya di dada dan perut aktris cantik itu. Franda lalu meraih penisnya untuk dibersihkan dengan jilatan dan hisapannya. Keenam orang itu akhirnya terkapar lemas di ruang tamu, terutama Erlin yang harus merasakan seks BDSM.
“Kamu bener gak apa-apa?” tanya Franda mengamati punggung Erlin yang memar-memar ketika mereka mandi bersama.
“Nyeri sih iya ci, tapi gak apa-apa kok” jawab Erlin
“Laki gua emang suka main siksa-siksa gitu, gua aja jadi kebawa-bawa nakalnya, sampe akhirnya ada yang ngenalin kita masuk klub ini” tutur Franda.
Sebagai sesama wanita mereka banyak berbagi sambil berendam di bathtub. Franda orangnya ramah dan enak diajak ngomong, tapi bila diorder lagi untuk seks dengan penyiksaan seperti tadi Erlin berpikir tidak akan mengambilnya lagi. Sambil berbincang, mereka juga saling menyabuni. Ketika Erlin menyabuni payudara aktris cantik itu, Franda memegang tangannya. Mereka bertatapan lalu wajah mereka saling mendekat. Mereka pun berpagutan lembut, bermain lidah dan berpelukan di bathtub. Erlin mulai memilin-milin puting Franda dan dibalas aktris beranak satu itu dengan cara yang sama.
“Eemmhhh!!” desah Franda tanpa melepas pagutan merasakan tangan gadis itu merambahi vaginanya.
Franda merenggangkan pahanya sehingga jemari Erlin leluasa menggerayangi vaginanya. Matanya terpejam saat bibir Erlin merambat turun menyusuri leher putihnya. Erlin memainkan lidahnya di sekujur leher aktris itu sambil sesekali memberikan cupangan erotis. Franda yang ingin mengejar kenikmatan lebih, mengangkat tubuhnya hingga keluar dari air dan duduk di bibir bathtub. Erlin langsung membenamkan wajahnya ke vagina Franda.
“Uuuuhh.... enakk!!” desah aktris cantik itu merasakan lidah hangat Erlin menyapu-nyapu bibir vaginanya disertai hisapan.
Dengan gerakan yang teratur lidah gadis itu menyapu lipatan bagian dalam bibir kewanitaan sang aktris, hal itu dilakukan berkali-kali sebelum lidahnya bergerak naik, menyentil daging kecil sensitif di dalamnya. Lidah itu bergerak melingkari klitoris Franda, menyentil-nyentilnya dengan gerakan yang makin lama makin cepat. Perlakuan Erlin menghantarkan sebuah kenikmatan ke seluruh tubuh Franda yang membuatnya melenguh-lenguh nikmat, kedua paha mulusnya menjepit kepala gadis itu. Ia mendesah dan menggelinjang, kedua tangannya meremas-remas payudaranya sendiri, memutar dan memilin putingnya yang mengeras.
“Ahhhh!!!” Franda akhirnya menjerit dan mengejang.
Erlin memejamkan matanya saat merasa cairan kewanitaan aktris itu menyembur hingga membasahi mulutnya. Hisapan-hisapan Erlin pada vaginanya mendatangkan kenikmatan yang luar biasa bagi Franda, tubuhnya terus mengejang selama beberapa saat ke depan sambil meremasi rambut basah gadis itu sebelum akhirnya melemas kembali.

“Sekarang giliran saya yah!!” kata Franda kembali turun ke dalam air.
Ia memeluk tubuh Erlin dan memagut bibirnya. Keduanya kembali larut dalam percumbuan sejenis yang panas, lidah keduanya bertemu, saling menyapu dan saling membelit saat tubuh keduanya menempel erat.
“Sssshhhh!!” desis Erlin menggeliat ketika tangan aktris itu merambahi payudara kanannya dan memelintir putingnya.
Setelah itu, dengan lembut Franda menghentikan ciumannya, keduanya bertemu pandang dan saling tersenyum. Detik berikutnya, aktris itu menunduk dan melumat payudara Erlin yang setengah terendam air dan tangannya bergerak di dalam air menggerayangi vaginanya.
“Ouhh… ci…” Erlin melenguh saat merasakan jemari lentik si aktris mengais-ngais vaginanya.
Mulut Franda mengenyot-ngeyot payudara Erlin, kadang disertai gigitan-gigitan kecil. Jemarinya yang sedang mencucuk-cucuk vagina gadis itu menemukan klitorisnya yang lalu sengaja ia elus-elus dengan jarinya. Alhasil, Erlin pun semakin menggeliat dan mendesah.
“Ayo kamu, duduk sana!” pinta Franda melihat gadis itu kian terangsang dan wajahnya memerah.
Erlin pun mengangkat tubuhnya dan duduk di bibir bathtub seperti aktris itu tadi dengan membentangkan kedua belah pahanya. Terasa betapa mahirnya aktris itu melakukan oral seks yang memberi kenikmatan bagi Erlin. Ujung lidahnya begitu gesit menyapu-nyapu bibir vaginanya dari bawah ke atas hingga akhirnya ia memusatkan jilatannya di klitoris. Erlin pun terkejang-kejang sambil mengelus-elus rambut Franda yang semakin intensif menjilati dan mengisap-isap klitorisnya, tak kuasa lagi ia menahan reaksi spontan, berupa desahan tak karuan yang memenuhi kamar mandi ini. Erlin sudah tenggelam dalam samudra birahi kenikmatan sesama jenis hingga akhirnya ia tak tahan lagi dan akhirnya mencapai orgasme. Gadis itu terkejang-kejang lagi menikmati gelombang orgasme menerpanya. Franda melahap cairan itu sampai terdengar suara menyeruputnya, ia lakukan itu hingga orgasme Erlin mereda. Setelah itu mereka menyelesaikan mandi bersama dan menemui Samuel yang sedang merokok di serambi depan.
“Ci Olga sebentar lagi dateng” kata pria itu pada istrinya.
“Oh, sama suaminya?” tanya Franda.
Samuel mengangguk sambil menghembuskan asap dari mulutnya. Setelah itu pasutri selebritis itu menyuruh Erlin pulang saja karena tugasnya sudah selesai. Di tempat parkir sebuah mobil baru saja datang dan mematikan lampunya. Seorang pria dan wanita keluar dari dalam.
“Oohh... ternyata dia VIP member juga” kata Erlin dalam hati melihat wanita yang turun dari mobil tak lain adalah aktris dan model senior, Olga Lydia dan pria itu adalah suaminya.
Olga tersenyum ramah terlebih dahulu ketika mereka berpapasan, Erlin membalas tersenyum dan melihat cincin platinum biru di jari wanita itu tanda keanggotaan retreat. Gadis itu masuk ke mobilnya, sebenarnya menyandarkan punggung ke sofa mobil saja masih terasa agak perih, namun ia menahan diri. Malam harinya sebelum tidur masuk pemberitahuan transfer di smartphonenya, telah masuk bayaran untuk hari ini sebesar yang dijanjikan masih ditambah pula tips yang terbilang generous, selain itu ia mendapat bintang lima di aplikasi Caligula Retreat atas service hari ini.
“Yah sebandinglah sama pengorbanannya!” kata gadis itu dalam hati lalu mematikan lampu kamar untuk tidur.
 
Terakhir diubah:
MOM AND SON DEAL

“Ma… saya mau ngerasain salah satu teman mama, boleh ga?” tanya Kevin suatu siang sehabis bercinta dengan Reni, mama kandungnya sendiri.
Reni tertegun lalu tersenyum mendengar permintaan anak keduanya itu. Sejak kehilangan keperjakaan dan mengenal seks, putranya ini semakin liar saja dan tidak malu-malu lagi meminta jatah seks padanya, tentunya bila anak ketiganya yang masih di bawah umur sedang tidak di rumah. Berbagai variasi seks sudah mereka coba, threesome bersama sang suami dan sang anak, juga bersama putri dan putranya itu. Kevin yang bawaannya terlihat alim dan nerd itu ternyata sangat liar dalam bercinta.
“Hhhmm... kamu yah, tambah berani aja” kata Reni tersenyum nakal seraya membelai rambut sang anak yang menyandarkan kepala di dadanya.
“Hehehe kan keluarga ini yang ngajarin gini” jawab Kevin meremas lembut payudara kiri mamanya.
“Teman mama yang mana maksud kamu? kan teman mama banyak, dan tergantung juga yah, kalau yang bisa ya mama ajak”
“Itu ma... tante Rachel, kira-kira bisa gak?”
“Hhhmm... Rachel yah, nafsunya emang tinggi, nanti mama omongin dulu ke orangnya” kata Reni, “tapi mama juga mau minta sesuatu”
“Apa tuh ma?”
“Mama juga minta sama teman kamu, yang bisa dipercaya untuk jaga rahasia, itu kamu yang lebih tahu, kalau bisa sih yang cakep, hihihi”
“Iihh mama ke anak sendiri juga hitungan yah ternyata!” kata Kevin memencet puting kiri mamanya.
“Aaawwhh...” desah wanita itu menggeliat, “ya iya dong, biar imbang satu lawan satu”
“Mama emang gatelan, saya jadi tambah nafsu aja hiiihh!!” habis berkata Kevin kembali memagut bibir mamanya dan menindih tubuhnya.
Reni hanya bisa meronta kecil namun lidahnya membalas permainan lidah Kevin, lalu ia merasakan penis sang anak yang sudah keras lagi mulai menekan ke vaginanya yang becek dan melesak masuk dengan lancar. Ibu dan anak itu pun kembali bersetubuh lagi.

###
Besok lusanya....

“Vin, good news!” kata Reni tersenyum penuh arti pada Kevin yang baru pulang dan mencari makanan di meja makan.
“Good news apa nih ma?” tanya Kevin sambil meraih pisang molen dari dalam kotak.
“Tante Rachel udah mau, Sabtu siang ini di apartemen, sekarang dari kamu gimana?”
Kevin langsung girang mendengar itu sekaligus deg-degan, “wah beneran nih ma?”
“Ngapain juga boong? Sekarang gimana yang kamu?”
“Hehehe.... saya juga udah ma.... setelah saya seleksi, kayanya yang paling bisa dipercaya si Erick”
“Wait.... Erick yang agak endut itu?” Reni mengernyitkan dahi.
“Iya ma, saya udah omong, dan dia langsung iya aja, katanya emang dia diam-diam naksir ke mama”
“Yeehh... yang cakep dikit napa? Masa yang kaya encek-encek gitu?”
“Yah, mama kan tau sendiri teman saya dikit, Erick udah kenal lama terus bisa dipercaya lah, dia perjaka ma, belum pernah gituan, cuma suka ngebokep doang”
“Hhmm... boleh juga, selama ini jatah perjaka selalu disabot tante kamu, semoga gak ngecewain tuh teman kamu” kata Reni.
“Ya itung-itung mama ajarin dia ngentot juga” kata Kevin lalu meraih pinggang ramping ibunya.
Mereka berciuman dua menitan hingga Reni mendorong dada putranya.
“Mending simpan tenaga buat tiga hari nanti, lagian ada si dede di atas loh!” kata Reni memelankan suara mengingatkan putra ketiganya yang masih di bawah umur ada di rumah.

#####
Tiga hari kemudian
Pukul 10. 20



Sesuai rencana, Kevin dan Erick datang ke apartemen milik keluarga Kevin yang masih belum disewa setelah hampir setahun ditinggal penyewa terakhir.
“Hai, ayo masuk!” sapa Reni membukakan pintu menyambut putra dan temannya itu.
Erick diam-diam memandang nanar dan ereksi melihat mama temannya itu yang hanya memakai kaos longgar dan hotpants pendek yang memamerkan kedua paha indahnya. Empat tahun ia mengenal Kevin setiap kali ke rumahnya selalu curi-curi pandang ke arah wanita yang masih nampak muda dan segar itu, baru kali ini ia melihat wanita itu tampil seseksi ini. Erick (18 tahun), berdarah Chinese, merupakan teman Kevin di fakultas ilmu komputer, keduanya sudah berteman sejak SMA, sama-sama penggemar gadget, game, dan komputer, mereka juga suka saling sharing bokep. Erick terbengong nyaris tidak percaya ketika Kevin mengutarakan niatnya dan ternyata ada hubungan incest dengan mamanya sendiri, namun akhirnya pemuda tambun itu mengiyakan ajakannya, antara senang, tegang dan tidak percaya.
“Hai... ayo duduk aja!” sapa Rachel yang telah menunggu di ruang tengah sambil mempersiapkan snack dan minuman.
Saldi memperkenalkan temannya itu pada teman mamanya sambil memandang kagum pada wanita itu yang memakai gaun terusan krem berpotongan dada rendah sehingga memamerkan sedikit belahan dada serta keindahan kakinya. Rachel (36 tahun) adalah ibu beranak dua yang suaminya sibuk, dalam seminggu paling cuma 1-2 hari di rumah bersama keluarga sehingga suka cari brondong untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.Sama seperti Reni, Rachel juga memiliki fisik yang menawan dengan wajah oriental dan tubuh langsing sehingga tidak heran sejak dulu Kevin mengaguminya dan akhirnya memillih wanita itu.
“Ayo duduk sini!” Reni menarik lengan Erick menyuruhnya duduk di sofa lalu ia sendiri duduk di sebelahnya.
Otomatis Kevin dan Rachel harus duduk di sofa satu lagi yang posisinya saling menyamping. Mereka mulai ngobrol berbagai hal sambil menikmati kue-kue yang telah disediakan di meja ruang tamu. Reni juga membuka sebotol red wine untuk membuat obrolan lebih lepas. Erick yang tidak biasa bergaul dengan wanita itu nampak grogi, apalagi Reni kadang mencubit lengan atau pahanya, namun seiring alkohol yang masuk dan mempengaruhinya, pemuda gempal itu mulai terbawa suasana. Rachel juga wanita yang talkactive sehingga mereka dengan cepat membangun keakraban. Bisa dikatakan kedua wanita dewasa itulah yang sebenarnya lebih mendominasi pembicaraan daripada kedua pemuda yang cenderung nerd itu. Obrolan semakin seru dan vulgar akibat pengaruh alkohol.
“Kamu dari dulu pasti sering berfantasi ngga-ngga tentang tante yah Vin?” tanya Rachel dengan senyum nakal.
Kevin tertegun sejenak dan memandang wajah teman mamanya yang mulai merah itu, “hehehe... ya jujur aja, kadang begitu tante, normal dong, soalnya tante cantik dan seksi, pasti banyak yang suka”
“Anak lu pinter ngerayu juga Ren! Darah nakal mamanya emang kental yah, hihiih!” goda Rachel.

“Ah! Kaya lu gak nakal aja!” balas Reni.
“Ya makanya Ren, gua mau bikin lu cemburu nih!” habis berkata Rachel langsung meraih kepala Kevin dan memagut bibirnya dengan penuh gairah.
Kevin awalnya agak kaget karena sergapan mendadak itu, namun karena nafsunya yang sejak tadi sudah naik, ia segera membalas pagutan wanita itu dan memeluk tubuh sintalnya. Adegan itu membuat Erick terbengong.
“Udah keras nih hihihi!” kata Reni meraba selangkangan pemuda itu.
“Ehh... tante... ini...” ia tergagap sekaligus terangsang.
Kevin mulai menikmati beradu lidah dengan Rachel, tangannya mengelusi paha putih mulusnya hingga menyingkap gaunnya. Rachel pun merespon dengan mengelus selangkangan pemuda berkacamata itu. Pagutan mereka berhenti sejenak saat Rachel melepaskan kaos berkerah yang dipakai putra temannya itu. Saat itu Kevin melihat mamanya di sofa sebelah sedang menunduk mengulum penis Erick yang telah ia keluarkan dari celananya.
“Uuugghh tantee” lenguh Erick bersandar ke sofa merasakan pertama kalinya penisnya dioral.
Lidah Reni bergerak liar menjilati kepala penis pemuda itu yang tidak disunat. Erick merem-melek dan mendesah-desah merasakan hisapan dan jilatan Reni pada penisnya. Ia memberanikan diri meraih payudara kanan wanita itu, begitu montok dan kenyal, pertama kalinya ia meremas payudara wanita hingga tangannya sedikit bergetar. Berikutnya ia menyingkap kaos Reni dan menyusup lewat bawah cup bra-nya hingga menyentuh daging kenyal dengan puting yang sudah mengeras itu.
“Oohh, gini toh rasanya remas toket!” kata Erick dalam hati.
Erick menyaksikan Kevin tengah lanjut beradu lidah dengan Rachel. Tubuh wanita itu yang tinggal memakai bra dan celana dalam pink bersandar pada sofa. Sepasang paha indahnya mekangkang dengan satu kaki tertekuk naik ke sofa, sementara tangan Kevin mengelus-elus daerah selangkangannya dari luar.
“Eeemmhh!!” Rachel mendesah tertahan dan menggeliat ketika tangan Kevin menyusup masuk lewat atas celana dalamnya dan mulai mengelusi vaginanya yang berbulu lebat.
Ciuman Kevin merambat ke telinga, leher, dan pundak Rachel. Sebelum sampai ke dada, wanita itu meraih kait bra-nya di punggung dan membukanya sehingga Kevin tinggal menarik lepas penutup dada itu. Kini terpampanglah payudara D-cup Rachel yang membusung tegak dengan puting coklat mungil itu.
“Oughhhh… ssssshhh.... ” desah Rachel dengan nikmat ketika mulut Kevin melumat payudara kirinya dan tangannya meremas yang lain.
Kevin menghisap bagian puting itu hingga makin mengeras di mulutnya, tubuh wanita itu bergetar panas. Tangannya meraih resleting celana panjang Kevin dan menurunkannya. Sambil terus menetek, Kevin menggerakkan kakinya untuk membantu teman mamanya itu melucuti celana panjang dan dalamannya itu. Kini pemuda itu sudah telanjang, penisnya langsung digenggam dan dikocok lembut oleh wanita yang sudah terbakar birahi itu.

Di sofa satunya, Reni, yang tinggal memakai bra krem dan hotpantsnya, tengah menindih tubuh Erick, mengajari pemuda tambun itu french kiss sambil tangannya mengocoki penisnya yang sudah dikeluarkan. Meskipun baru pertama, Erick tidak perlu terlalu diinstruksikan, ia mempraktekkan semua yang pernah ia tonton di film bokep dan hentai ditambah pengaruh alkohol yang membuatnya semakin bergairah dan lebih berani. Tangannya yang mengelus punggung sampai di kait bra Reni, beberapa kali ia mencoba akhirnya berhasil juga membuka kait bra itu. Reni melepas sejenak pagutan mereka untuk melepas branya, payudara sedang yang montok itu membuat Erick memandang nanar dan menelan ludah.
“Hihihi... baru pernah liat toket yah?” goda Reni melihat reaksi pemula teman anaknya itu.
“Yang asli sih baru pernah kali ini tante” jawab Erick bergetar.
“Boong, emangnya kamu gak pernah ditetekin mama kamu!” wanita itu meraih tangan Erick dan meletakkannya ke payudara kiri
“Ehehe... ya itu lain dong tante” pemuda itu meremasnya gemas.
“Ayo dibuka dulu, jangan malu-malu!” Reni menarik kaos Erick hingga lepas, lalu disusul celananya.
Kalau tidak dipicu alkohol mungkin pemuda itu akan salah tingkah telanjang di depan wanita itu, apalagi ada temannya dan wanita lain juga.
“Ayo! Puasin tante! Kamu pasti bisa!” Reni memberi semangat seraya memberi kecupan ringan di bibir pemuda itu.
Kini keduanya bertukar posisi, Reni membaringkan tubuhnya membiarkan pemuda itu menjilatinya untuk pemanasan. Ia mendesah dan meremas rambut Erick merasakan sapuan lidah dan hisapan di sekujur tubuhnya, terutama payudaranya yang dihisap dan diremas bergantian dengan agak terburu-buru dan bernafsu, reaksi pemula. Perlahan-lahan Erick semakin turun menjilati perut Reni yang rata karena rajin berolahraga, dibukanya resleting hotpants wanita itu lalu ia peloroti berikut celana dalamnya. Sekali lagi pemuda itu memandang nanar vagina yang ditumbuhi bulu-bulu lebat itu.
“Jila... aaahh!!” belum selesai dengan kata-katanya, Reni sudah dibuat mendesah dan menggeliat karena Erick sudah membenamkan kepala di selangkangannya, menjilat serta mencucukkan jarinya ke liang senggama wanita itu. Kepala Erick terjepit di antara kedua mulus Reni yang menahan nikmat saat pemuda itu menjulurkan lidahku sepanjang-panjangnya ke dalam liang senggamanya sambil meliuk-liuk di dalamnya.
“Uuhh... gini ternyata rasanya jilat memek, asli sedap” kata Erick dalam hati merasakan aroma harum vagina Reni yang rutin dirawat itu hingga membangkitkan nafsunya.
Sambil terus menjilat dan menghisap, tangan pemuda tambun itu tidak henti-hentinya mengelusi paha mulus serta bongkahan pantat mama temannya itu. Apa yang dilihat dan dipraktekkan Erick dari film bokep ternyata cukup mampu membuat Reni mendesah-desah tak karuan merasakan jilatan pada vaginanya, terlebih ketika lidah itu menyentil-nyentil klitorisnya.

Pada saat yang sama, Kevin dan Rachel sedang melakukan gaya 69. Wanita itu berada di atas mengulum penis Kevin yang telah mengacung tegak, sementara Kevin tengah asyik melumat vagina teman mamanya itu. Lidah pemuda itu menjilati seluruhnya pelosok selangkangan itu,
“Aaakhh…di situ enak Vin… ehhh.” desah Rachel saat lidah Kevin menyentil-nyentil klitorisnya.
Wanita beranak dua itu merespon dengan menghisap penis Kevin lebih keras. Jemari lentiknya mengusap kantung zakarnya sehingga pemuda itu benar-benar dibuat merem-melek dengan perlakuan yang spesial tersebut. Sebentar saja batang penis Kevin sudah basah oleh air liur Rachel bercampur dengan cairan pre-cum yang keluar dari penis pemuda tersebut. Kevin terus melumat vagina teman mamanya itu sambil meremas-remas payudaranya yang menggelantung.
“Sekarang aja Vin! Udah gak tahan!” Rachel melepaskan penis itu dari mulutnya setelah hampir sepuluh menit saling jilat kelamin.
“Sama saya juga tante!” sahut Kevin menghentikan hisapannya kemudian menggeser tubuhnya hingga berada di belakang Rachel yang kini menungging di sofa.
Kevin mengarahkan penisnya yang sudah basah ke liang senggama Rachel. Setelah pas, ia pun menekannya diiringi erangan wanita itu.
“Ssss ... aaghhhh .... uuh enakkhh... kerass… !!” desah Rachel.
Kevin menekan penisnya hingga mentok, mendiamkan sejenak, lalu menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Jepitannya masih cukup kencang untuk wanita yang pernah melahirkan. Sebentar kemudian ia sudah memaju-mundurkan pinggulnya menggenjot Rachel. Sodokan Kevin yang frekuensinya makin naik membuat Rachel mendesah-desah tak karuan apalagi ditambah remasan pada payudara dan pantatnya. Ia juga ikut menggerakkan pinggulnya mengikuti irama sodokan Kevin seolah menyiratkan kalau ia ingin lebih.
“Vin… terus… tusuk yang dalam!!”erang Rachel.
“Okeh tante, kalau gitu kita ganti posisi aja!” sahut Kevin
Rachel pasrah saja tubuhnya dibaringkan telentang oleh putra temannya itu, lalu kembali pemuda itu menusukkan penisnya. Kevin menaikkan kedua tungkai wanita itu ke atas bahunya sehingga berat tubuhnya ia tumpukan ke paha bawahnya. Dengan sekali tusukan Kevin bisa melesakkan batang penisnya lebih dalam ke liang senggama Rachel.
“Akhhh…” pekik Rachel ketika dinding rahimnya tersentuh oleh ujung penis Kevin.
Mereka mulai bergoyang mengejar kenikmatan lagi. Kedua tangan Rachel memegangi pantat Kevin dan menariknya seolah-olah menginginkan sodokan yang lebih pada vaginanya. Pemuda itu menyodok cepat dan keras sedalam-dalamnya sehingga wanita itu semakin menceracau tak karuan menahan nikmat.

Adegan panas mereka tentu membuat Reni dan Erick turut terpicu gairahnya, apalagi Reni merasa cemburu putranya itu bercinta dengan temannya.
“Udah Rick!” kata Reni mendorong kepala Erick yang asyik melumat vaginanya,”kamu rebahan sekarang!” perintahnya.
Erick menuruti apa yang diminta, lalu Reni meraih penis pemuda itu dan mengarahkan ke vaginanya. Wanita itu menurunkan tubuhnya hingga penis itu tertekan masuk ke dalam liang senggamanya.
“Ahhh... kerass juga punya kamu!!” lenguh Reni menerima penis Erick, “kamu udah pria dewasa sekarang” katanya membelai pipi bulat pemuda itu.
“Iyah tante... makasih ajaran tante, gak percaya saya rasanya!” sahut Erick
Tanpa buang waktu lagi, Reni pun mulai menaik-turunkan tubuhnya, semakin lama goyangannya semakin liar saja hingga menciptakan suara kecipak basah yang terdengan seperti suara tepukan. Batang penis Erick benar-benar mendapat rangsangan luar biasa, apalagi ketika wanita itu menghentak-hentakkan pinggulnya dengan cepat, rasanya ngilu-ngilu nikmat. Keduanya berpagutan dengan penuh nafsu sementara tangan pemuda itu bergerilya menggerayangi payudara wanita itu. Mereka melenguh dan mendesah, sesekali mejerit, begitu ramai bersahut-sahutan dengan Rachel dan Kevin di sofa sebelah.
“Kamu juga... aahh... ikut sodok ke atasshh... sshhh!!” Reni memberi instruksi.
“Ssshhh... aaahh.... gini tante!!” Erick menuruti permintaannya.
“Aaaahh.... yyaahhh... gitu!!” desah Reni lebih keras.
Puncak kenikmatan yang kian mendekat membuat Reni mempercepat goyangannya sehingga klitorisnya tergesek-gesek hingga menyembul keluar dari labia mayoranya. Lapisan dalam bibir vaginanya-pun terkadang ikut keluar karena cukup kuat menjepit penis pemuda itu.
“Tanntteeehh... kayanya mau crottt nih!!” desah Erick sambil terus meremas payudara wanita itu.
“Barenngg yaahh!!” sahut wanita itu
Akhirnya Erick tidak bisa lagi menahan perasaan nikmat itu, tubuhnya menegang dan dari ujung batang penisku menyemprot keluar cairan putih kental dengan jumlah yang sangat banyak membanjiri liang senggama wanita beranak tiga itu.
“Akh… saya keluar… tantteee!!” racau Erick.
“Aaaaakhhhh…” Reni mendesah panjang sambil memeluk erat teman anaknya itu dan memperlambat gerakan pompaannya yang lalu berhenti sama sekali.
Erick merasakan dinding dalam vagina wanita itu mengencang dan berkedut-kedut lalu disusul cairan hangat menyelubungi penisnya.
“Uuuhh... gini yang namanya orgasme... mantap!” kata pemuda tambun itu dalam hati penuh kepuasan.
Reni pun akhirnya telungkup menindih tubuh Erick dengan nafas tersenggal-senggal, kelamin mereka masih bersatu. Erick begitu menikmati orgasme pertama bersama wanita itu, diresapinya tiap denyut vagina yang seolah memijat batang penisnya.

“Aaahhh... yah dikit lagi.... anak lu ngentotnya hebat Reennn!!” erang Rachel yang tengah menerima gempuran Kevin.
Reni tersenyum lemas ke arah putra dan temannya itu kemudian melirik ke arah Erick yang menyeka keringat di dahinya. Kevin menghujam penisnya sedalam mungkin sampai terasa moncong penisnya menyundul dasar liang kewanitaan Rachel sehingga membuatnya makin menceracau nikmat. Tak lama kemudian, Rachel mendesah panjang dan menggelinjang. Dinding vaginanya berkontraksi cepat disusul dengan membanjirnya lendir di dalamnya. Kevin tak mau habis-habisan di ronde pertama, ia mempertahankan frekuensi genjotan namun tidak sepenuh tenaga. Tidak sampai lima menit akhirnya ia mencapai ejakulasi dengan menyemburkan spermanya di dalam liang senggama teman mamanya. Ia berani melepaskannya di dalam, karena tadi wanita itu bilang bahwa ia sudah steril sejak kelahiran yang kedua. Kevin pun akhirnya ambruk menindih wanita itu, mereka berciuman ringan lalu bertatapan dan tersenyum lemas.
"Tante puas banget barusan!" puji Rachel membelai pipi pemuda itu.
“Sama tante saya juga” sahut Kevin mengecup dahi wanita itu.
Keempatnya bercengkrama menikmati momen pasca orgasme hingga Reni mengajak pindah ke kamar.
"Tukar pasangan yuk!!" ajak Erick di kamar.
"Boleh," Kevin mengangguk sambil memandang mamanya seolah minta izin.
Reni dan Rachel berpandangan sambil tersenyum lalu mengangguk pada putranya itu. Merekapun naik ke ranjang dan mulai bergumul dengan pasangan masing-masing. Erick dan Rachel berpagutan sambil saling menggerayangi, kemudian pemuda itu menyusu dari payudara wanita itu bergantian. Hisapan dan jilatannya begitu bernafsu dan membuat wanita itu mendesah tak karuan sambil meremasi rambut pemuda itu. Sementara di sebelah, Kevin membaringkan tubuh mamanya menyamping kemudian dari belakang ia menempelkan kepala penis ke liang tempat dulu ia dilahirkan. Reni mengangkat kakinya sedikit agar memberi ruang bagi putranya untuk penetrasi. Liang tersebut masih becek sehingga tak sulit bagi Kevin untuk memasukkan batang penisnya. Sesaat kemudian Kevin mulai mengenjot mamanya, sementara Rachel dan Erick pun sudah siap memulai ronde berikutnya. Erick memiringkan tubuh wanita itu berhadapan dengan Reni dan mengangkat satu kakinya serta mengarahkan penisnya ke vaginanya. Rachel mendesah lirih saat benda itu menerobos liang senggamanya, Erick mulai menghujam-hujam batang penisnya secara berirama. Manakala Rachel dan Reni saling pandang, keduanya tersenyum malu-malu karena melihat ekspresi aneh masing-masing. Dua pemuda itu semakin gencar menggenjot pasangan masing-masing. Kevin hampir mencapai puncak, tangannya meremasi payudara mamanya lebih keras, juga terasa vagina Reni semakin intens memijat penis putranya.
“Oohh... maaa.... mmmaa!!” erang Kevin mempercepat genjotannya.
Akhirnya rasa nikmat itu menjalari sekujur tubuh hingga alat kelaminnya membuat tubuh Kevin bergetar dan menyemprot-nyemprotkan spermanya ke vagina mamanya. Reni pun ikut tersentak, matanya terpejam merasakan sensasi hangat di organ intimnya.

“Oouughhh… terusss…. mau kellluuaaarr… aachh terus entot tante!! Aaahhh!!” Rachel mendesah keras ketika orgasme menerpa dirinya.
Ssssrrrrr…sssrrrrr... liang senggama wanita itu menyemburkan lahar kenikmatan. Erick merasakan batangnya seolah-olah dipijati oleh dinding senggama Rachel yang berkontraksi bersamaan sensasi basah yang hangat dari cairan orgasme wanita itu. Sekitar lima menit kemudian, Erick akhirnya mencabut penisnya dari vagina Rachel.
“Sini sayang, tante pengen minum peju kamu!” kata Rachel membaringkan tubuh Erick hingga terduduk bersandar di kepala ranjang.
Rachel meraih penis yang berlumuran cairan orgasmenya itu lalu menjilatinya hingga bersih, ia kulum sejenak buah zakarnya sebelum ia masukkan batang itu ke mulutnya.
“Tante... uuuhh... enakkkhh.... ga tahan tanteee....!!” erang Erick semakin tidak tahan dengan kuluman Rachel pada penisnya.
Pemuda itu merasakan aliran sperma mengalir deras di batangnya, lalu seperti disemburkan, spermanya meledak berhamburan di rongga mulut Rachel. Wanita itu langsung menghisap penisnya membuat Erick semakin menggelinjang nikmat. Dilahapnya sperma perjaka itu dengan rakus tanpa meleleh sedikitpun keluar dari mulutnya. Kevin dan Reni tersenyum melihat reaksi Erick yang baru pertama kali mengalami kenikmatan itu. Gelombang orgasme menerpa Erick selama beberapa saat hingga akhirnya mereda. Ada perasaan kosong saat kenikmatan itu berlalu, lalu batangnya perlahan-lahan melemas dan Erick merasa energi meninggalkan tubuhnya.
“Gak mengecewakan buat pemula!” kata Rachel tersenyum puas lalu mencium pipi pemuda itu.
“Tante, mandi yuk! Biar seger” ajak Kevin.
“Yuk!” Rachel mengiyakan.
Keduanya pun mandi bersama dan melanjutkan pergumulan di bawah siraman shower, demikian pula Erick dan Reni juga kembali bergumul di ranjang setelah nafsu mereka mulai naik lagi. Pergumulan mereka baru berakhir jam satuan, keempatnya begitu lemas dan puas. Setelah itu mereka makan siang bersama di restoran dekat apartemen sambil mengobrol kesan-kesan pesta seks barusan.

##########
Seminggu setelahnya

Jam sebelas siang itu Kevin baru selesai kuliah. Ia menuju ke parkiran motor hendak pulang karena tidak ada kelas lagi. Sambil berjalan ia mengecek smartphonenya,
“Gua gak ada kuliah, lagi nunggu di rumahlu” pesan dari Erick, sobatnya.
“Hah, di rumah, jangan-jangan.... “ pikiran Kevin langsung menduga-duga yang bakal terjadi di rumah, apalagi Kenzo, adiknya yang masih SMP masih di sekolah.
Kevin memicu motornya agak ngebut, ingin segera tiba di rumah mengecek situasi. Kurang dari dua puluh menit ia pun sampai di depan rumahnya, motor Erick dan mobil mamanya terparkir di pekarangan.
“Hhhmm.. .pasti deh!” dugaannya semakin kuat.
Dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara, ia membuka gembok dan menggeser gerbang pelan-pelan lalu mendorong masuk motornya. Pintu depan terkunci, segera ia memutar ke pintu di taman samping dan membuka dengan kuncinya. Suara-suara desahan sudah tertangkap di telinganya begitu masuk sekitar sepuluh langkah dari pintu samping, suara itu dari lantai atas. Ia melepas sepatu dan menaiki tangga perlahan, suara itu makin terdengar, satu pria, satu... bukan, ada dua suara wanita... suara itu dari ruang nonton di atas. Lima anak tangga dari atas ia sudah bisa melihat di atas sofabed mamanya yang sedang duduk di atas wajah Erick sedang mendesah-desah merasakan vaginanya dijilati pemuda gemuk itu. Wanita satunya yang sedang memicu tubuhnya naik-turun di atas penis Erick tidak lain adalah Tyas, tantenya yang dulu merengut keperjakaannya dan juga guru seksnya.
“Hah, tante Tyas lagi dateng toh!” kata Kevin dalam hati, “pasti kewalahan tuh si gendut hehehe” tawanya dalam hati.
“Kevin!” tiba-tiba Tyas melihat kehadiran Kevin di tangga dan memanggilnya membuat pemuda itu agak kaget ketika pandangan mereka bertemu, “eeehh.... datang kok diem-diem gitu, kaya maling aja!” kata tantenya itu.
Reni juga menengok ke arah tangga, Erick menarik kepalanya dari bawah selangkangan mama temannya itu.
“Tante! Kapan dateng?” sapa Kevin tanpa sungkan naik ke atas dan mendekati mereka.
“Jam delapan tadi” jawab Tyas turun dari selangkangan Erick, “kamu gak kangen tante?”
“Hehehe... kangen lah, tante tambah cantik aja” puji Kevin memandangi tubuh telanjang sang tante yang berkeringat dan tetap indah seperti ketika pertama mereka bercinta dulu.
“Ayo Vin bantu tante kamu, abis ini kita makan! Sambil jembut Kenzo” kata mamanya.
Sebentar kemudian Kevin pun sudah telanjang dan keempatnya bergumul di atas sofabed itu, dua wanita dewasa dan dua mahasiswa. Kevin menggenjoti Tyas dalam posisi menyamping sambil menciumi leher dan telinga tantenya itu, sementara Erick mendoggy Reni sambil meremasi payudaranya.
 
Terakhir diubah:
JAM SIANG DI KAMPUS

Pukul 14.05


Siang itu, Sherlin tengah kuliah ekonomi mikro dengan dosen Pak Edward, si dosen tua yang ngomongnya pelan seperti mensesneg jaman Suharto itu. Penjelasannya yang membosankan itu membuat gadis itu mengantuk apalagi jam-jam siang seperti ini, hal yang sama juga dirasakan sebagian besar mahasiswa lain.
“Lin! Lin!” panggil seseorang setengah suara sehingga gadis itu menengok ke samping belakang.
“Itu tuh!” kata Denis, teman kuliahnya yang pintar tapi anime freak dan agak anti sosial, sambil menunjuk ke bawah, “jatuh!”
“Oooh... thank you!” sahut gadis itu memberikan senyum yang termanis, lalu membungkuk memungut sisirnya yang terjatuh ketika ia mengeluarkan diktat kuliah.
“Welcome!” balas pemuda itu dengan hati berbunga-bunga.
Rasa kantuk Denis mengikuti kuliah membosankan ini sedikit terobati dengan mencuri-curi pandang ke arah gadis itu yang duduk di samping depannya, terutama bila kaosnya sedikit terangkat kalau bergerak. Sementara Sherlin sendiri diam-diam iseng melihat smartphonenya, beberapa pesan WA masuk, salah satunya dari sang pacar, Hendri,
“Dimana say?” isi pesan tersebut.
“Kuliah lah, ngantuk nih! Dosennya obat tidur” balasnya
“Sini aja gua di senat teknik!”
Ajakan itu langsung membuat gadis itu bersemangat seketika.
“Sure baby! Wait for me!” balasnya.
Setelah Pak Edward jeda menerangkan materi, Sherlin ijin kepada dosen itu untuk ke toilet. Segera ia berlari kecil ke gedung fakultas teknik dan naik ke lantai dua dimana ruang senat berada. Diketuknya pintu ruangan yang lampu di dalamnya menyala itu.
“Hi” sapa Sherlin pada Hendri, “belum pulang lu?”
“Ya nongkrong-nongkrong bentar! Ayo masuk!”
“Ehh... Di!” sapanya melihat Saldi di dalam.
“Haii... sini aja kalau boring di kelas!” sapa teman pacarnya itu yang sedang duduk di kursi dan menaikkan kedua kaki ke meja.
Hendri menutup pintu dan menguncinya lalu tanpa berbasa-basi ia langsung memeluk Sherlin dari belakang.
“Hei... heii... masa mau threesome jam segini? Tar ada yang datang gimana?” protes Sherlin meronta setengah tenaga.
“Tenang udah mulai sepi kok, kita main cepet aja!” kata Hendri yang mulai meremas-remas dada sang pacar dan mencium telinganya.
Saldi bangkit dan menyeringai lalu menghampiri mereka membuat Sherlin berdebar-debar. Bukan pertama kalinya ia bercinta di ruang senat dengan sang pacar yang merupakan anggota senat fakultas teknik, tapi threesome belum pernah ia melakukannya karena terlalu riskan. Saldi langsung menyosor bibir tipisnya, sebentar saja lipgloss yang dipakai Sherlin sudah hilang akibat lumatannya. Saldi merasakan rasa jeruk dari bibir gadis itu yang memakai lipgloss. Ia juga merasakan nafas gadis itu yang sudah memburu mengenai pipinya. Sejak orgy di rumah Saldi dulu, gairah liar dalam diri Sherlin semakin menggebu-gebu dan wawasan seksnya semakin bertambah. Ia tidak sungkan lagi bercinta dengan teman pacarnya ini. Tangan Hendri mulai menyusup lewat bawah kaosnya, terus masuk ke balik bra-nya.
“Nngghh!!” desah Sherlin tertahan di sela percumbuan dengan Saldi ketika merasakan putingnya dipencet oleh jemari Hendri.
Bibir sang pacar mulai menjelajahi leher jenjangnya, mulai dari telinga dan bergerak ke bawah. Darah di sekujur tubuhnya berdesir nikmat sehingga membuatnya menggelinjang pelan di antara dekapan kedua pemuda tersebut.

Sambil terus berpagutan, Saldi mengangkat kaos hitam yang dipakai Sherlin dan meremas payudara yang satunya. Sherlin hanya mendesah menerima perlakuan mereka, ia merasakan vaginanya sudah lembab padahal baru saja pemanasan. Tangan Hendri melepaskan sabuk pacarnya itu, lanjut membuka kancing celana dan resletingnya.
“Ssshhh... eennggghh.” desah gadis itu ketika tangan sang pacar menyusup masuk lewat atas celana dalamnya mengelusi vaginanya yang berbulu lebat.
Birahi gadis itu sudah meluap-luap, vaginanya sudah basah dan ingin dimasuki batang yang keras. Saldi sudah melepaskan pagutan bibirnya, lalu dibukanya kait bra yang terletak di depan hingga payudara berukuran sedangnya langsung terekspos. Saldi pun langsung melumat putingnya yang sudah tegak maksimal.
“Demen gue sama toket lu Lin, kenyal padat” ucap Saldi lalu mulutnya kembali sibuk menghisap puting gadis itu.
Tubuh Sherlin bergetar ketika lidah Saldi menstimulasi putingnya ditambah tangan Hendri mengobok-obok vaginanya di balik celana dalamnya, jemarinya mengusap lembut klitorisnya yang sudah becek.
“Lu udah konak juga yah? Baru di grepe-grepe bentar udah banjir gini.” kata Hendri sambil terus mencucuk-cucukkan jari ke vagina pacarnya itu.
“Ssshhh udah ahhh... tancap langsuung ajaaa..” desah Sherlin “gguuahh... kuliah tau... lagian bahaya di sini!.... ssshh..”
“Ya udah... lepasin aja dulu, biar ga kusut!” kata Hendri mengeluarkan tangannya dari celana Sherlin, nampak jarinya basah karena cairan gadis itu.
Segera kedua pemuda itu melucuti pakaian Sherlin hingga telanjang bulat, Saldi kemudian menyingkirkan barang-barang di atas meja agar gadis itu dapat berbaring. Dengan hati berdebar-debar ia membaringkan tubuhnya di atas meja kayu dengan sepasang kaki jenjangnya terjuntai. Hendri segera menarik bangku dan duduk menghadap selangkangan Sherlin. Dihirupnya vagina gadis itu kemudian lidahnya mulai menyapu bibir vaginanya. Rasa asin dari cairan vagina Sherlin memenuhi mulut pacarnya. Sementara Saldi membuka celana mengeluarkan penisnya yang sudah menegang. Sherlin meraih benda itu, tanpa diminta ia langsung mengulum serta mengocoknya dengan perlahan
“Uuuhh... yesss.. sedotan lu emang… paten... ohhh” lenguh Saldi
Bibir vagina Sherlin semakin basah karena sapuan lidah dan permainan jari Hendri. Sementara Saldi meremas-remas payudara dan memainkan putingnya sambil menikmati sepongan gadis itu terhadap penisnya. Jilatan dan hisapan Hendri pada vagina Sherlin membuat gadis itu tidak tahan lagi...
“Akhhh….” desah gadis itu mencapai orgasme pertamanya.
Hendri segera menyeruput cairan vagina pacarnya yang mengucur deras itu hingga membasahi mulutnya.

Kedua pemuda itu tersenyum menyaksikan gadis itu berkelejotan diterpa gelombang orgasme hingga melemas kembali dengan nafas terengah-engah. Hendri lalu membuka celananya mengeluarkan penisnya yang sudah ereksi. Digesek-gesekkan batang dan kepala penisnya pada bibir vagina Sherlin yang sudah basah. Gadis itu mengangguk lemas padanya sebagai isyarat agar sang pacar segera memasukkan benda itu ke vaginanya. Hendri mulai memasukkan penisnya diiringi desahan keduanya hingga penis itu menancap hingga pangkalnya.
“Liin.. memek lu masih peret ajaa..” sahut Hendri ditanggapi gadis itu tersenyum lemas.
Tanpa buang waktu, Hendri menggerakan pinggulnya hingga penisnya keluar-masuk dengan pelan, menggesek dinding vagina sang pacar. Sherlin kembali mengulum penis Saldi
“Uuuhhh.. Lin” erang Saldi sambil meremas payudara gadis itu.
Lima menit kemudian Saldi menarik lepas penisnya dari mulut Sherlin karena tidak ingin keluar duluan. Kini ia melumat payudara gadis itu sambil meremas dan memilin puting yang satunya. Perbuatannya membuat gadis itu semakin menggeliat dan mendesah.
“Uhhh.. Liin, mau keluar nih.... memek lu ngegrip banget!!” lenguh Hendri seraya menggerakan pinggulnya lebih cepat.
“Jangan di dalam... lu ga pake kondom kan!! Uuuhh... uuhh!!” Sherlin memperingatkan di tengah desahannya.
Hendri mulai mendaki mencapai puncak kenikmatannya, ia terus menghela pinggulnya sambil memegangi kedua paha indah sang pacar hingga akhirnya....
“Aaaarrgghh!!” pemuda itu melenguh panjang dan mencabut penisnya hingga spermanya menyembur-nyembur menciprati permukaan vagina Sherlin yang berbulu dan perutnya.
“Ayo Di! terusin!” kata Sherlin yang merasa nanggung, “ganti gaya ah! Lu duduk situ!” perintahnya memandang ke arah kursi.
“Sip! Ayo sini!” kata Saldi meletakkan pantatnya ke kursi tersebut.
Gadis itu segera turun dari meja dan naik ke pangkuan teman pacarnya itu dalam posisi membelakangi. Tangannya meraih penis Saldi yang sudah ereksi dan ia arahkan ke vaginanya yang sudah becek.
“Ouuh fuckk it Linn...” racau Saldi merasakan penisnya dijepit vagina Sherlin yang ketat dan becek, “mantap abis!!”
Saldi tidak hanya pasif menikmati Sherlin yang naik-turun di pangkuannya, tangannya menggerayangi dada gadis itu sambil menciumi leher dan pundaknya. Puting Sherlin sudah tegak maksimal akibat sejak tadi dirangsang. Rangsangan demi rangsangan di vagina, payudara, dan sekujur tubuhnya semakin membawa Sherlin mendekati puncak kenikmatannya. Goyangan gadis itu semakin liar sambil mulutnya tak henti mendesah, sesekali Saldi menengokkan wajah gadis itu dan memagut bibirnya untuk meredam suara desahan itu.

Gairah Hendri mulai bangkit lagi menyaksikan pacarnya digarap temannya, ia pun mendekati mereka dan menyodorkan penisnya yang setengah ereksi pada Sherlin. Gadis itu sudah berpengalaman dalam bercinta, sehingga tanpa disuruh pun ia segera menjilati batang penis itu hingga zakarnya, kemudian ia masukkan ke mulut.
"Ah....hmmmm..." desah Hendri merasakan hisapan sang pacar.
Sherlin mendesah-desah tertahan tanpa menghentikan gerak naik-turun tubuhnya yang semakin cepat. Seperti mesin yang terkoordinasi, Saldi juga sesekali menyentak pinggulnya ke atas menyesuaikan dengan irama goyangan Sherlin.
“Hmmmmfff...." Sherlin mendesah tertahan di sela oral seksnya.
Hisapannya yang makin bersemangat membuat penis Hendri di mulutnya kembali mengeras. Di puncak kenikmatannya, gerakan Sherlin semakin menggila, berputar hingga membuat Saldi melenguh keenakan penisnya seperti diperas. Cairan orgasme gadis itu mengucur deras membasahi bangku dan selangkangan mereka. Selama beberapa saat tubuh Sherlin mengejang di pangkuan Saldi hingga akhirnya ia turun dan berlutut meraih penis dua pemuda itu yang lalu ia kulum dan kocok secara bergantian. Saldi yang sudah sejak tadi mau keluar, sudah tak sanggup bertahan lagi. Dengan sebuah lenguhan panjang, ia pun melepaskan semua beban di ujung kepala penisnya, sperma kental pun muncrat di dalam mulut Sherlin. Gadis itu kini berkonsentrasi menghisap penis Saldi yang tengah menyemburkan isinya agar tidak meleleh atau terciprat ke wajah mengingat setelah ini masih harus kembali ke ruang kuliah. Tubuh Saldi mengejang merasakan orgasme di mulut gadis itu, penisnya seperti dihisap habis olehnya.
“Gua balik dulu yah!” kata Sherlin mulai memakai kembali pakaiannya, “kelamaan ntar mencurigakan, ada si stalker freak itu lagi duduk dekat gua” merujuk pada Denis.
Setelah berbenah diri, gadis itu segera kembali lagi ke kelas.
“Dari mana aja Lin?” tanya Jeane, teman di bangku sebelah ketika ia duduk di kursinya.
“Mules tadi, mana toilet di lantai sini lagi rusak, jadi ke toilet atas deh!” jawab Sherlin berbohong.
Di samping belakang, Denis diam-diam memperhatikan gadis itu sambil membayangkan hal-hal erotis, apalagi dahi gadis itu masih sedikit berkeringat dan rambutnya nampak lebih rapi dari sebelum keluar kelas tadi.

###########
Ruang senat fakultas teknik

Saldi dan Hendri sudah memakai kembali pakaiannya setelah memulihkan tenaga.
“Mau apain lagi abis ini bro? Balik?” tanya Hendri
“Yo’i, udah jam tiga lebih nih” sahut Saldi menyelempangkan tas kuliahnya, “lu apain?”
“Balik juga ah! Pengen tidur!”
Keduanya pun keluar dari ruang senat dan berpisah di lift karena Hendri menuju ke basement tempat mobilnya diparkir dan Saldi ke tempat parkir motor di samping kampus. Saldi berjalan sambil mengecek smartphonenya, tiba-tiba ia berhenti sebentar melihat sebuah pesan WA kemudian membalasnya dengan sebuah senyum di wajah. Tujuannya berubah, bukan lagi ke tempat parkir motor tapi ke gedung fakultas sastra. Suasana di sana juga sudah lenggang, Saldi naik lift ke lantai tiga menuju ke sebuah lab. audio visual di pojok yang lampunya masih menyala. Diketuknya pintu ruangan itu dan beberapa detik kemudian seorang wanita cantik dengan kemeja dan rok span membukakan pintu.
“Ayo masuk!” katanya tersenyum, “masih ada kuliah ya?”
“Ngga sih, udah mau pulang tadinya” jawab Saldi melangkah masuk.
“Berarti ada waktu sebentar kan?” wanita itu menutup pintu dan menguncinya
Keduanya langsung berpelukan dan berpagutan bibir setelah pintu terkunci. Saldi menghimpit tubuh wanita itu pada tembok, tangannya mengelusi pantat lalu turun dan menyingkap rok spannya sekalian membelai paha mulusnya. Wanita itu bernama Astri (29 tahun), status menikah tapi belum punya anak, dosen di sastra Inggris yang adalah salah satu wanita di kampus ini yang berhasil ditaklukkan oleh keplayboy-an Saldi. Astri tadi mengeluhkan sedang suntuk memeriksa koreksian mata kuliah hari itu lewat WA dan Saldi yang mengerti keinginan wanita itu segera mendatanginya. Dengan bergairah Saldi melumat bibir wanita itu, kecupan-kecupan kecil terdengar semakin intens. Bibir Astri yang terasa hangat dan lembut berulang kali memagut bibir bawah Saldi dan pemuda itu membalasnya dengan memagut bibir atasnya. Dengusan nafas mereka saling beradu dan berulang kali pula hidung mereka bergesekan. Tangan Astri mengelusi selangkangan Saldi merasakan batang kejantanannya semakin besar dan mendesak liar di dalam celananya. Sejenak kemudian ia lepaskan pagutan bibirnya pada bibir dosen cantik itu lalu berjongkok di depannya. Astri pasrah membiarkan Saldi melucuti rok span dan celana dalamnya. Kini dengan jelas Saldi dapat melihat jelas vagina Astri yang hanya lima centi dari wajahnya dengan bulu-bulu yang jarang dan labia mayora yang tebal dan rapat. Aromanya yang terawat sangat menggairahkan, hidung Saldi kembung-kempis menarik nafas panjang menghirupnya. Tiba-tiba, tangan Astri menekan kepala Saldi ke kewanitaannya hingga wajah pemuda itu terbenam ke selangkangannya. Lidah Saldi langsung menyapu-nyapu dan menembus bibir vaginanya, lalu bergerak seperti ular memasuki liang senggama wanita itu yang mulai basah. Mulut pemuda itu mengecap nikmat berulang kali cairan kewanitaannya. Astri menggeliat hebat dan mendesah menikmati cumbuan pemuda itu di vaginanya. Sambil berpegangan pada dua bongkahan pantat Astri yang montok, Saldi menggoyang-goyangkan mukanya mengusap ke seluruh permukaan bukit vagina dosen itu yang hangat dan empuk. Hidungnya mengambil nafas sebentar lalu dengan gairah tinggi kembali ia selipkan di antara bibir vaginanya menyentil-nyentil bulatan mungil klitorisnya dengan ujung hidungnya, sementara bibir dan lidahnya kembali menggelitik lembut mulut liang vagina wanita itu sembari terus menyedot cairannya. Astri memang tergila-gila dengan jilatan pemuda ini yang lebih mahir daripada suaminya dan Saldi, yang berpengalaman dalam memuaskan wanita, sangat mengerti hal itu. Wajah cantik Astri semakin berkeringat, dan bibirnya yang basah merekah indah. Kedua bola matanya sedikit redup dan memandang ke bawah dengan pasrah. Ketika Saldi melihat ke atas, ia membaca ekspresi wanita itu pasti tak tahan lagi untuk segera masuk dalam lautan cinta yang penuh kenikmatan.
“Ayo Di! masukin sekarang aja!” pintanya lirih.
Saldi tersenyum dugaannya tepat, ia lalu berdiri dan membuka celananya. Astri terpana melihat penis pemuda itu yang sudah ereksi.


“Dibuka dulu yah bu, supaya gak kusut!” kata Saldi mempreteli kancing kemeja wanita itu.
Astri bernafas terengah-engah karena nafsunya sudah tinggi membiarkan pemuda itu menelanjanginya dengan lembut, ia sungguh merasa seksi diperlakukan demikian. Akhirnya tidak ada lagi yang tersisa di tubuhnya selain seuntai kalung di leher dan cincin kawin di jari manisnya. Tubuh telanjangnya dengan payudara B-cup berputing merah dan perut yang rata bersandar pada dinding. Astri meraih penis Saldi dan menggesekkannya ke celah vaginanya.
“Now!” katanya dengan tatapan memohon.
“Okay mam!” jawab Saldi sambil mendorong penisnya ke liang itu.
Keduanya mengerang nikmat saat kelamin mereka menyatu. Saldi memagut bibir Astri saat penisnya sudah mentok di luang senggama wanita itu sambil beradaptasi sejenak. Astri memeluk erat tubuh pemuda itu sampai payudaranya menekan dadanya.
"Mm.., aahh.., mm", Astri mendesah dan merintih kecil saat Saldi mulai menggenjotnya sambil mengangkat paha kirinya, mata wanita itu merem-melek keenakan merasakan gesekan alat kelamin mereka.
Tak lama, Saldi mengangkat kaki Astri yang satu lagi sehingga kedua kakinya terangkat. Dengan posisi demikian, pemuda itu memegang kendali, sodokannya makin dalam dan mantap sambil terus berpagutan, dari mulut wanita itu hanya keluar desah tertahan. Saldi terus menggerakkan pinggulnya naik-turun dan sesekali memutar. Tangannya merangkul kuat pinggul wanita itu dengan jari-jari meremasnya. Akhirnya, Saldi merasa tak sanggup lagi berlama-lama dalam posisi menahan berat tubuh wanita itu. Perlahan ia turunkan kedua kaki sang dosen.
“Berbaring!” kata wanita itu mendorong pelan dadanya.
Saldi membaringkan tubuhnya di lantai lab. bahasa yang dilapisi karpet abu-abu itu. Astri naik ke selangkangannya dan mengarahkan penis pemuda itu ke vaginanya.
“Oooohhhh...” desah dosen cantik itu menurunkan tubuhnya hingga penis Saldi kembali memasuki vaginanya.
Segera Astri mulai menggoyangkan pinggulnya naik-turun sehingga daging liang vaginanya bergesekkan dengan batang penis Saldi.
"Uuhh.. uhh.. uhh..", Astri berusaha menahan agar volume suaranya tidak terlalu besar setiap kali pinggulnya bergerak.
Kedua mata wanita itu terpejam seolah sedang meresapi dan menikmati persenggamaan terlarang itu. Sepasang payudaranya terguncang-guncang begitu indah sehingga membuat Saldi tidak bisa tidak menangkupkan kedua telapak tangan pada dua bongkahan itu dan meremasnya. Semakin lama vaginanya terasa semakin licin. Kedua mata Saldi merem-melek secara menikmati gesekan kulit penisnya dengan dinding vaginanya. Setiap kali pinggul dosen cantik itu bergerak ke atas Saldi merasa batang penisnya seakan disedot kuat, dan ketika bergerak turun batang penisnya seakan diremas dan dilumat. Pemuda itu melihat jelas wajah cantik sang dosen ketika birahi, matanya memicing penuh gairah dan bibirnya basah merekah mendesah. Semakin mendekati puncak, Astri semakin cepat bergerak naik-turun memicu tubuhnya, sampai akhirnya...
"Aaaahh..", Astri mengerang panjang dan tubuhnya mengejang
Saldi merasakan cairan hangat mengucur deras sampai membasahi selangkangan mereka. Astri terus memicu tubuhnya hingga melemah lalu berhenti dan ambruk di dekapan pemuda itu.
“Uuuhh... kamu belum keluar juga yah!!” katanya lemas merasakan penis Saldi yang menancap di vaginanya masih keras, “di mulut aja ayo!”
Astri bergeser hingga kelamin mereka terlepas lalu berlutut, Saldi berdiri dan menyodorkan penisnya ke wajah wanita itu yang langsung menjilatinya hingga bersih lalu mengulumnya. Tidak sampai semenit, Saldi melenguh dan memuncratkan spermanya di mulut wanita itu yang melahap habis cairan tersebut. Astri menjadi wanita kedua yang menerima orgasme Saldi di mulutnya pada hari itu setelah Sherlin.

########
Pukul 15. 40

“Aaahh... akhirnya bisa pulang, pengen bobo banget!” Sherlin merasa lega setelah Pak Edward mengakhiri kuliah hari itu.
Para mahasiswa pun keluar dari kelas, Denis nampak terus memperhatikan Sherlin yang ngobrol dengan Jeane sambil berfantasi erotis.
“Oke Lin, dadah ya!” kata Jeane berpisah sekeluar dari lift.
“Iya bye!” Sherlin menuju ke mobilnya di parkiran basement.
Sebelum menstart mobil, gadis itu menghubungi sobatnya, Liany, untuk menanyakan soal bisnis online yang mereka jalani bersama, namun tidak bisa dihubungi. Kemudian Maria, terhubung tapi tidak diangkat....

##########
Rumah Liany


Dua gadis cantik telah telanjang di atas ranjang, berpelukan dan berciuman. Di meja rias sebuah smartphone tengah dicharge dan smartphone lain di atas meja hanya bergetar sehingga pemiliknya yang tengah bermesraan tidak mengetahuinya.
“Oh... Maarrr...”, desah Liany pelan ketika Maria menciumi lehernya sambil tangannya meremas payudara kanannya.
Bibir Maria merambat hingga bertemu dengan bibir temannya itu. Keduanya berpagutan mesra sekali, masing-masing hanyut dalam percumbuan sejenis itu. Liany mengelus punggung Maria, sepasang paha mulus mereka bergesekan. Maria melepas pagutan dan menjilati leher Liany, lalu menjilati telinga, lanjut ke ketiak temannya yang bersih memberikan sensasi geli nikmat, hingga akhirnya melumat payudaranya. Liany menahan nafas... lalu mendesah... demikian sambil meremas-remas rambut dan bahu Maria merasakan kenikmatan percintaan sesama jenis itu. Sambil menghisapi puting Liany, tangan Maria menjamah selangkangan temannya itu, jemari lentiknya mengelus-ngelus bibir vaginanya yang semakin basah. Selama beberapa saat, gadis berambut sebahu itu melumat payudara Liany bergantian kiri dan kanan meninggalkan bekas liur dan cupangan memerah hingga akhirnya turun menjilati pusar hingga ke vaginanya. Maria menyibakkan bulu-bulu kewanitaan Liany, lalu mendekatkan wajahnya ke vaginanya yang sudah dingangakan oleh kedua jari.
“Ooohh.... Mar.... enak gila..... yah jilat terus!!” Liany menceracau dalam nikmat yang tak terperikan,
Maria menjilati klioris temannya itu, mula-mula lembut saja tapi makin lama makin liar sehingga Liany semakin menceracau dan terkejang-kejang. Maria menjulurkan tangan kanannya ke atas meraih payudara temannya dan meremasinya. Setelah belasan menit Maria melakukan cunnilingus, Liany merintih lirih,
“Oooh... dah mau ke...keluaaaar....”
Maria menghentikan cunnilingusnya, mulutnya nampak belepotan cairan kewanitaan Liany.
“Enak kan dijilatin gitu?” Maria tersenyum nakal
“Tapi kok malah stop sih?” tanya Liany terengah-engah.
“Jangan cepet-cepet dong, gua aja belum” kata Maria
Maria lalu memiringkan tubuh Liany hingga berbaring menyamping kemudian diangkatnya satu kakinya ke bahu hingga vagina mereka saling menempel. Gadis berambut sebahu itu mulai menggesek-gesek vaginanya menimbulkan sensasi nikmat. Liany yang terbuai akibat gesekan itu juga ikut menggoyang pinggulnya merespon goyangan Maria. Keduanya pun melenguh-lenguh sambil saling menggesekkan vagina tanpa mempedulikan panggilan masuk ke smartphone. Sherlin geleng-geleng kepala dan kembali meletakkan smartphonenya di sebelah jok kemudi lalu mulai menjalankan mobilnya meninggalkan kampus.

#############

Jeane mengeluarkan smartphone dari tasnya sambil berjalan pulang ke kostnya. Langkahnya terhenti di halaman depan kampus melihat pesan WA yang masuk.
“Soal kuis teori ekonomi mikro udah ada neng, kalau mau datang aja”
Pesan itu masuk dua puluh menit lalu, ia melihat jam sekarang, agaknya masih keburu. Alih-alih keluar dari kampus, gadis berusia 21 tahun itu pun menuju ke tempat fotokopi kampus yang terletak di tengah antara gedung fakultas kedokteran dan gedung administrasi baru. Sambil melihat menyapukan pandangan ke sekitarnya yang nyaris tidak ada siapa-siapa lagi, gadis itu mendekati tempat fotokopi itu, pintunya masih setengah terbuka karena sudah mau tutup.
“Aahh... si neng Jeane, dateng juga, udah mau tutup saya!” sapa seorang pria berkulit gelap bertubuh gempal.
“Langsung aja lah pak, pengen pulang istirahat soalnya!” kata Jeane sambil menutup pintu ruangan itu.
“Hehehe.... siap neng! Siap!!” pria gempal itu menurunkan blind folder menutupi jendela, lalu dua menit kemudian....
“Mmmhhh.... eeennggghh!!” desah Jeane yang duduk di pinggir meja panjang di sebelah komputer tanpa memakai bawahan lagi, celana jeans selutut dan celana dalamnya tergeletak di etalase tempat memajang buku dan alat tulis.
Pria itu duduk di kursi di hadapannya dan membenamkan wajahnya di selangkangan gadis itu yang ditumbuhi bulu-bulu lebat. Lidahnya menjilati bibir vagina gadis itu, dua jarinya membuka bibir yang sudah basah itu, menyapu-nyapu permukaan dalam hingga menemukan klitorisnya. Jeane semakin menggelinjang dan menceracau namun ia berusaha mengendalikan volume suaranya agar tidak terdengar ke luar. Adapun pria yang sedang melahap vaginanya itu bernama Zainal (39 tahun), yang membuka usaha fotocopy, printing dan jualan alat tulis di kampus lewat pamannya di bagian administrasi kampus yang sekarang sudah pensiun. Ia dipercaya para dosen untuk memfotocopy soal-soal kuis atau ujian agar tidak bocor ke mahasiswa. Selama dua tiga tahun pertama ia memang menjaga dengan baik kepercayaan itu, namun setiap hari melihat mahasiswi dan dosen cantik berseliweran sungguh sangat menggodanya, apalagi ia telah menduda dua kali, istri pertamanya dan istri keduanya bertemperamen buruk dan suka menghinanya karena miskin sehingga meninggalkannya bersama anak tunggal mereka. Beberapa kali ia menolak dibayar oleh mahasiswa untuk memberikan bocoran soal, juga ada mahasiswi nakal yang mencoba menyuap dengan tubuhnya. Di awal-awal ia menolaknya hingga akhirnya ia melihat celah untuk menikmati tubuh para mahasiswi cantik itu dengan kewenangannya memegang soal-soal ujian. Setelah pertama kalinya menerima tawaran seorang mahasiswi, ia mulai ketagihan menikmati tubuh mahasiswi lainnya. Ia masih menolak bila diberi bayaran uang untuk menjaga citranya, namun tawaran kenikmatan dari mahasiswi cantik selalu diterimanya. Ia hanya meminta agar rahasia ini antara mereka saja demi keamanan masing-masing. Lewat mulut ke mulut antar mereka secara sembunyi-sembunyi, Zainal mulai mencicipi lebih banyak lagi mahasiswi yang ditukar dengan bocoran soal. Toh tidak ada pihak yang dirugikan, tidak ada yang memaksa atau dipaksa, keduanya sama-sama untung, begitu prinsipnya sehingga ia tidak pernah melakukan pemaksaan untuk melayaninya yang sangat berisiko bukan saja dipecat, tapi juga masuk bui. Ia bermain sangat cantik dan hingga kini sudah lima tahun melenggang dengan aman. Kemampuan mendekati wanitanya pun berkembang, selain mahasiswi ia juga berhasil menikmati staff administrasi dan dua dosen. Sementara Jeane adalah seorang mahasiswi yang cukup berprestasi dengan IPK selalu di atas tiga, namun ia terlalu perfeksionis dan selalu resah bila ada mata kuliah sulit yang menurunkan IPK-nya terutama dua semester sebelumnya IPK-nya turun hingga 3,08 nyaris mendekati kepala dua. Dari seorang teman kost yang menjadi ‘korban’ Zainal, ia pun memutuskan untuk menawarkan diri pada pria itu demi mendapat bocoran soal mata kuliah tertentu seperti ekonomi mikro yang cukup ditakuti mahasiswa/i.


Nafas Jeane semakin memburu merasakan klitorisnya dihisap-hisap si tukang fotocopy, tubuhnya juga semakin menggelinjang-gelinjang di atas meja. Sambil terus melumat vagina Jeane, tangan Zainal menjulur ke atas menyusup ke bawah kaos gadis itu terus masuk ke cup bra-nya dan meremas-remas payudaranya yang lembut dan montok. Ketika jilatan Zainal semakin intens, Jeane pun merenggangkan sepasang pahanya selebar-lebarnya agar pria itu puas menjelajahi lekuk-lekuk vagina dan paha dalamnya. Mulut Zainal tak ubahnya moncong belalai gajah yang bisa menyapu dan menyedot-nyedot vaginanya sedemikian rupa sampai membuat gadis itu terkejang-kejang dalam arus nikmat yang luar biasa. Apalagi waktu ia menyedot klitorisnya, rasanya daging sensitif itu tersedot ke luar dan berada di dalam kepitan bibir tebalnya. Jemari pria itu pun aktif menggesek-gesek liang vaginanya. Tangannya yang lain memilin dan memencet putingnya hingga semakin mengeras. Akhirnya pertahanan Jeane runtuh setelah belasan menitan vaginanya dilumat oleh si tukang fotocopy.
"Oooooooh.... eenngghhh" desahnya sambil menggigit telapak tangan menahan suaranya agar tidak terlalu keras.
Vagina Jeane mengucurkan banyak sekali cairan sampai membasahi permukaan meja itu. Zainal segera menyeruput cairan itu dengan rakus sampai berbunyi, srrruupphh... sssluurrpp!! Gadis itu serasa melayang ke langit ketika orgasme dan vaginanya dihisap seperti itu hingga akhirnya melemas kembali. Zainal menarik wajahnya dari selangkangan Jeane lalu berdiri dan menyeringai mesum dengan mulut belepotan cairan. Jeane yang masih lemas setelah orgasme hanya pasrah ketika bibirnya dilumat pria itu, ia sudah tidak terlalu jijik lagi dengan wajah Zainal yang buruk itu setelah beberapa kali terlibat percintaan dengannya. Ia juga dapat merasakan cairan orgasmenya sendiri ketika lidah Zainal menyapu-nyapu rongga mulutnya sehingga lidahnya juga secara refleks menyambut lidah pria itu.
“Hehehe... ayo neng, sekarang!” kata Zainal setelah puas melumat bibir gadis itu dan menurunkannya dari meja, kemudian diposisikannya berdiri menungging dengan berpegangan pada meja.
Si tukang fotocopy membuka celana dan mengeluarkan penisnya yang sudah ereksi. Dibukanya laci meja dan mengeluarkan sesatchet kondom. Setelah memasang kondom pada penisnya yang bersunat dan lumayan besar itu, ia arahkan senjatanya itu ke vagina si gadis.
“Uuuhhh!!” lenguh Jeane merasakan batang keras itu melesak masuk hingga membenam ke dalam liang senggamanya yang sudah basah.
Zainal pun melenguh nikmat merasakan penisnya dijepit dinding vagina mahasiswi cantik itu yang legit, hangat, dan basah. Tanpa menunggu lama, kelamin mereka sudah saling bergesekkan, makin lama makin mantap, memberi kenikmatan bagi keduanya. Zainal menyingkap kaos lengan pendek dan bra gadis itu ke atas agar lebih leluasa menggerayangi payudaranya.

Jeane aktif menggoyang pinggulnya menyambut hujaman-hujaman penis pria, ia bahkan terus bergoyang mencari kenikmatan ketika sesekali Zainal berhenti menggenjot. Setelah sepuluh menitan, Jeane merasakan dirinya seperti melesat ke angkasa yang membuatku terkejang-kejang sambil menahan nafas dalam nikmat yang tiada taranya
"Ooooh... oooohhh, Pak" ia mendesah dengan suara ditahan agar tidak keras.
Cairan orgasmenya mengucur deras untuk kedua kalinya hingga membasahi paha dalam dan selangkangan pria itu. Suara genjotan penis Zainal dan benturan paha pria itu dengan pantat sang gadis memenuhi ruang berukuran 5x3m tersebut. Jeane merasakan sensasi itu meledak-ledak dalam tubuhnya dan rasanya nikmat walau bukan dengan pria yang disukai ataupun sesuai standarnya itu. Di tengah gelombang orgasme yang melanda tubuh gadis itu, Zainal tidak mengendorkan gempurannya, ia tetap menggenjotku dengan kecepatan maksimal yang bisa ia lakukan karena kontraksi dinding vagina gadis itu membantunya menyusul ke puncak. Suara genjotan itu menimbulkan suara berkecipak-kecipuk karena memang vagina gadis itu sudah banjir.
“Ooohh nengg... muncrat nih.... aahhh!!” lenguh Zainal mengejang dan membenamkan penisnya hingga mentok.
Semprotan demi semprotan hangat keluar memenuhi karet kondom, sensasi hangatnya terasa oleh gadis itu di dalam vaginanya. Zainal mendiamkan penisnya di dalam vagina Jeane, tangannya mengelus punggungnya yang terbuka dan berkeringat. Berangsur-angsur penis itu mengecil dan sebagian kecil spermanya meleleh membasahi bibir vagina si gadis.
“Huuuhh, puas banget neng” kata Zainal menarik lepas penisnya sambil terkekeh.
“Oke, sekarang soalnya!” tagih Jeane menurunkan kembali cup bra dan kaosnya.
“Hehehe.... siplah, kapan saya pernah langgar janji” Zainal mencabut kondom dan membuangnya ke tong sampah, kemudian menuju rak tempat menaruh hasil fotokopian.
“Ini dia!” ia meletakkan fotokopian soal yang dijanjikan di meja etalase di depan Jeane yang sedang mengelap vagina dan paha dalamnya yang basah dengan tissue.
Setelah memakai kembali celananya dan mengelap keringat di dahi, gadis itu mengamati sekilas soal bocoran itu, senyum kecil tergurat di bibir tipisnya lalu ia masukkan ke tas.
“Makasih ya Pak, saya pulang dulu!” pamit Jeane membuka slot pintu.
“Hehehe... sama-sama neng, lain kali kabarin aja kalau ada yang perlu!” balas pria itu tersenyum puas.
Jeane pulang dengan perasaan campur aduk, puas baik secara seksual dan berhasil mendapatkan bocoran untuk mata kuliah yang sulit, tapi juga ada kekesalan dimanfaatkan pria itu untuk mencicipi tubuhnya. Demikianlah kampus di waktu siang menjelang sore, ketika suasana mulai lenggang, penghuni yang tersisa mulai bosan dan ngantuk, saat itulah di sudut-sudut tertentu kegiatan esek-esek yang menggairahkan berlangsung.
 
Terakhir diubah:
MY PASTOR’S WIFE

Pukul 14.15


“Deniiiisss!!” panggil suara wanita dari lantai bawah.
“Iya maaa!! Bentar... bentarrr!!” sahut Denis mengeluarkan tangannya yang sedang mengelus penisnya dari celana.
Ia sedang asyik stalking Instagram Sherlin, teman kuliahnya yang termasuk bunga kampus itu. Setiap pose mengundang gadis itu selalu disave dan menjadi bahan coli dan fantasi mesumnya. Denis (21 tahun) adalah mahasiswa sefakultas Sherlin, seorang yang pendiam dan nerd, bertampang culun dengan kacamata minusnya. Prestasi akademis termasuk menengah atas, maniak anime, tokusatsu dan tentunya tidak ketinggalan hentai dan JAV. Seperti kebanyakan orang dengan karakter demikian, Denis type mahasiswa yang kuliah lalu pulang, hanya punya sedikit teman, serta sulit bergaul dengan lawan jenis. Ia hanya bisa mengaggumi wanita secara diam-diam, mencari identitas mereka lalu menelusuri akun medsosnya. Bukan hanya teman-teman mahasiswinya, teman mamanya yang tergolong MILF pun menjadi objek stalking medsos dan fantasi liarnya. Selama di bangku kuliah, gadis yang membuatnya kesengsem berat adalah Sherlin, teman seangkatan dan sering sekelas dengannya, sayangnya gadis itu sudah ada yang punya, demikian juga dua sobatnya, Maria dan Liany yang juga menjadi objek stalking medsosnya.
“Iya ma!! Ada apa?” sahut Denis menuruni tangga setelah mematikan komputernya
“Itu kamu tolong kirim ke bu pendeta!” perintah mamanya menunjuk pada sekotak kue di atas meja.
“Yee... si mama kok ga suruh tokonya kirim langsung aja atau pake Go-send?”
“Soalnya ada titipan buat mama juga, jadi harus kamu yang ambil, lagian kamu juga lagi nganggur kan”
“Bu pendeta yang mana ma emang?”
“Ya itu kamu liat aja namanya!” kata mamanya
“Imelda Korompis” nama yang tertera pada kartu yang menempel di kemasan kue, tiba-tiba membuat pemuda itu bersemangat, “wah lagi ulang tahun toh dia, 38 tahun!” katanya dalam hati.
“Oke ma! Ganti baju dulu yah!” langsung ia kembali ke kamarnya yang berhiaskan poster-poster karakter wanita dari game dan anime, berbagai mainan dan action figure memenuhi rak dan lemari kaca. Ia memilih baju terbaik dan sisiran rapi.
Imelda, istri pendeta gerejanya yang dekat dengan mamanya karena sering persekutuan, adalah salah satu objek stalking dan fantasinya. Tidak jarang di gereja ketika bertemu pun ia membayangkan hal-hal erotis tentang wanita itu.
“Ma! Pergi dulu yah!” sahut Denis pamit pada mamanya sambil mengambil kunci mobil, “mbak!! Tolong pintunya!!” ia berteriak memanggil pembantu untuk membuka pintu garasi
“Ya... hati-hati jangan lewat jalan jelek, ntar kuenya cacat!” sahut mamanya yang sedang menonton di ruang tengah.
Sebentar kemudian, ia pun sudah keluar dari rumah dan menyusuri jalan menuju ke alamat wanita itu. Ia sudah beberapa kali mengirim barang titipan mamanya ke sana sehingga tidak sulit mencari alamatnya. Setengah jam saja mobilnya sudah memasuki gerbang kompleks dan akhirnya tiba di depan rumah yang dituju.


Setelah memarkirkan mobilnya di sebelah pagar, Denis turun dan menjulurkan tangan ke dalam pagar untuk menekan knop bel. Pada saat yang sama sebuah gerobak motor pengangkut air galonan juga berhenti di depan pagar.
“Ehh... Denis.... Pak Afif!” sapa Imelda membukakan pintu bagi mereka, “ayo masuk!”
Pria itu memarkirkan gerobak motornya di pekarangan lalu menurunkan muatan.
“Tiga yah bu?” tanya pria itu.
“Iya” jawab wanita itu, “waduh bawa apa nih kamu?” sapanya dengan senyum manis pada putra jemaatnya itu.
“Ini kue ulang tahun dari mama!” jawab Denis menyodorkan kantong besar itu.
“Waduh makasih ya, gak usah repot-repot harusnya” Imelda menerimanya, “ayo masuk dulu, ada titipan buat mama kamu!”
Saat itu Imelda memakai gaun rumah warna coklat yang menggantung sejengkal di atas lutut dan tanpa lengan, penampilannya lebih menggairahkan daripada ketika di gereja yang biasa berpakaian lebih tertutup. Itulah mengapa Denis bersemangat bila disuruh mengantar barang ke sini.
“Duduk dulu aja!” wanita itu mempersilakannya duduk di ruang tamu lalu ke minibar dekat situ.
“Banyak yang kirim kue, sekarang nambah lagi, ini bantu habisin yah!” wanita itu meletakkan piring kecil berisi potongan rainbow cake yang lumayan besar dan aqua gelas, “dimakan sambil nunggu”
“Iya makasih bu!” kata Denis, “happy birthday juga dari saya!”
“Makasih, aahh... bentar yah mau bayar tukang air dulu!”
Imelda meninggalkan pemuda itu sejenak untuk membayar air galon pada Afif. Denis memotong kue yang disajikan dengan sendok dan memasukkan ke mulutnya, hhmm.... enak, apalagi diberikan oleh wanita secantik bu pendeta favoritnya itu. Sesuap demi sesuap, tak terasa kue itu habis juga, namun kenapa Imelda belum kembali juga, apakah selama itu membayar air galon? Denis semakin terusik ketika telinganya sekonyong-konyong menangkap suara desahan. Ia pun bangkit dari sofa dan berjalan pelan ke belakang ke sumber suara. Suara itu makin terdengar jelas mendekati dapur, suara desahan wanita dan pria. Apakah.... Denis memepetkan tubuh ke tembok sebelah pintu dapur dan mengintip ke dalam...
"Ohhh... aaahhh... aduh pakkk!!"desah Imelda berpegangan pada meja dapur dengan pantat menungging ke belakang.
"Uuugghh... seret banget memeknya bu pendeta" lenguh Afif yang sedang menggenjot wanita itu dari belakang
Denis hampir tak percaya dengan matanya sendiri, istri pendeta di gerejanya sedang bersetubuh dengan si tukang air itu. Gaun yang dikenakan Imelda sudah tersingkap hingga pinggang, kancing atasannya sudah terbuka semua, demikian cup bra nya sudah tersingkap. Kedua payudara montoknya diremasi oleh si tukang air.


Imelda terlihat sangat menikmati hujaman penis Afif ke vaginanya. Melihat adegan itu perasaan Denis campur-aduk, antara terangsang, tidak percaya dan kecewa. Bagaimana mungkin wanita yang menjadi panutan jemaatnya itu berbuat demikian. Tanpa tertahankan, penisnya di balik celana pun menegang. Afif semakin cepat menggenjot Imelda sehingga tubuh wanita itu semakin terguncang-guncang. Tanpa sadar, Denis memasukkan tangannya ke balik celana mengocok penisnya, saat itu Imelda menengok ke arahnya, pandangan mereka bertemu....
“Denis! Deniss!!” panggil Imelda membuyarkan fantasi erotis pemuda itu, “kok ngelamun?”
“Makasih ya bu!” kata Afif berjalan ke pintu keluar sambil menenteng galon kosong.
“Ya, sama-sama Pak!” balas Imelda, “nah, ini DVD paduan suara yang diminta mama kamu, sama ini lirik lagu untuk bulan ini!” katanya menyodorkan sebuah kotak hitam DVD dan folder mika berisi beberapa lembar lirik lagu.
“Ah, iya, makasih bu!” kata pemuda itu menerimanya.
“Gimana kamu kuliahnya? Udah mau lulus?” tanya Imelda duduk di sofa tunggal sebelahnya.
“Ya lancar, tahun depan mungkin lah selesai” jawab Denis lalu menyedot air mineralnya.
“Puji Tuhan kalau gitu, udah lulus rencana kerja atau terusin S2?”
“Papa kasih pilihan ke Singapore atau Australia sih, tapi saya sendiri masih belum pastiin, cenderungnya ke Singapore sementara ini”
Di sela-sela obrolan basa-basi, mata Denis tak henti-hentinya memandangi tubuh dan wajah Imelda yang duduk menyamping dengannya itu. Betah rasanya berlama-lama di situ sampai tak terasa air di gelas plastik itu akhirnya habis juga.
“Sendirian di rumah bu?” tanya Denis.
“Iya anak lagi les, nanti bentar lagi jemput” jawab Imelda
“Ooohh... gitu” Denis mengangguk-angguk, “ya udah kalau gitu saya pulang dulu ya bu!” ia bangkit dari sofa.
“Oke deh, makasih ya, sampai jumpa Minggu di gereja yah!” Imelda ikut berdiri.
“Eerr... sebenarnya saya ada hadiah buat ibu juga” kata Denis
“O yah, apa?”
Denis menatap sebentar wajah wanita itu dan tiba-tiba maju ke depan mendekap tubuhnya dan mencium bibirnya. Imelda langsung membelakak kaget meronta dan mendorong dada pemuda itu.
“Kamu gila yah?” serunya sambil melepaskan diri.
“Maaf, tapi saya emang udah suka sama ibu dari dulu” Denis kembali mendekap Imelda, kali ini didorongnya wanita itu hingga terhempas ke sofa panjang lalu ditindihnya.
Imelda tidak mengira, anak jemaatnya yang pendiam dan kelihatan alim itu berani berbuat seperti itu. Ia terus meronta dan menggeliat menjaga wibawanya
“Denis!! Sadar! Ini dosa!!” ia mengeraskan suaranya sambil memalingkan wajahnya dari Denis yang mencoba memagut bibirnya.
“Ibu cantik sekali, saya gak tahan, kita berdoa minta ampunan setelah ini!!” ucap pemuda itu yang tangannya kini menyingkap gaun yang dikenakan wanita itu hingga tersingkap dan paha indahnya terbuka.
Lidah Denis menjilati leher Imelda membuatnya menggeliat-geliat, sementara tangannya mengelusi paha mulus itu semakin ke dalam.
“Jangan! Stop Denis... kamu keterlaluan!” Imelda meronta lagi saat tangan pemuda itu mengelus bongkahan pantatnya, “jangan... mmmhh!!” Denis berhasil memagut bibir wanita itu dan memotong protesnya.

Elusan dan remasan Denis pada pinggulnya mulai pindah ke depan, mengelusi selangkangannya dari luar celana dalam.
“MMmm... mhhh!!” Imelda mendesah tertahan dan berusaha agar bibirnya tetap terkatup.
Istri pendeta itu terus berontak dengan sisa-sisa tenaganya, tangan dan kakinya bergerak liar, berusaha mempertahankan harga diri dan kesuciannya. Namun tidak sulit bagi Denis yang berbadan jangkung dan berisi untuk menahan Imelda yang tubuhnya berpostur sedang. Dari pinggul, pemuda itu mengalihkan tangannya ke atas dan merenggut kasar gaun atasnya sehingga beberapa kancingnya terlepas dan dadanya yang tertutup bra pink terlihat jelas. Diangkatnya kedua tangan wanita itu ke atas kepalanya lalu dipegangi dengan satu tangan.
“Ooohh... jangan!!” tolak Imelda ketika tangan Denis yang satunya menyingkap cup branya sehingga memperlihatkan sepasang gunung kembar dengan putingnya yang mungil.
Denis yang sudah kalap oleh nafsu setan tidak mempedulikan permohonan teman mamanya itu. Ia mengarahkan mulutnya ke dada dan melumat payudaranya. Pemuda itu mengawali dengan jilatan-jilatan kecil dengan ujung lidah, diikuti sesekali dengan gerakan memutar di sekitar areolanya, membuat wanita itu semakin panik sekaligus birahinya naik tanpa terbendung. Erangan Imelda yang menolak perlakuan Denis justru semakin membuat pemuda itu makin bernafsu. Ia membuka mulut lebar-lebar dan melahap seluruh payudara kanan. Dihisapnya payudara itu berulang-ulang sambil sesekali memainkan ujung lidahnya untuk merangsang putingnya hingga benda itu makin keras.
"Denis! Demi Tuhan... tolong hentikan!" Imelda memelas dengan suara bergetar seperti menahan tangis.
Sambil terus melumat payudaranya, Denis melirik wajahnya dari ujung matanya. Wajah wanita itu merah padam karena marah dan menahan malu, matanya pun merah dan berkaca-kaca karena menahan tangis. Nafasnya terengah-engah, karena lelah berontak bercampur birahi yang semakin menguasainya. Denis melanjutkan lagi permainan lidahnya pada putingnya, kembali membuat wanita itu menggeliat dan meronta namun tenaganya mulai melemah. Puas bermain dengan payudara sang istri pendeta, Denis mulai bergerak ke bawah. Tidak mudah untuk memposisikan kepala di depan selangkangannya. Imelda yang panik dan terus meronta membuat pemuda itu agak kesulitan, namun dengan susah payah, akhirnya ia berhasil meletakkan kepala di antara kedua belah paha wanita itu, tepat di hadapan vaginanya yang masih tertutup celana dalam pink. Brett!! Sekali hentakan kasar robeklah kain penutup organ intim wanita itu diiringi jeritan kecilnya. Denis mulai mencium dan menjilat bibir vagina yang sangat menggairahkan itu. Imelda semakin panik, meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Kedua kakinya bergerak liar, berusaha merapatkan kedua belah pahanya, namun percuma karena kepala pemuda itu sudah berada tepat di depan vaginanya sedang melumat wilayah sensitif itu.
“Hmmphhh... Denis, saya mohon... stop!!" rintihnya dengan suara parau dan bergetar sambil mendorong-dorong kepala pemuda itu dengan tenaganya yang mulai lemah.
Tanpa mempedulikannya, Denis terus menjilati vagina milik wanita yang selama ini menjadi fantasi seksualnya. Lidahnya menyapu-nyapui bibir vaginanya, sesekali ujung lidah itu menusuk ke dalam liang senggamanya dan bergerak memutar. Lidahnya masuk semakin dalam menemukan klitorisnya, lalu memainkannya dengan lembut, membuat Imelda terpekik lemah dan semakin pasrah.

Serangan lidah Denis yang begitu gencar membuat vagina Imelda basah kuyup. Meskipun secara emosional istri pendeta itu terus memberikan perlawanan, tapi memang tubuhnya tidak bisa melawan rangsangan yang terus menerus, sedikit demi sedikit pertahanannya mulai roboh.
“Oohh... ampun ya Tuhan! Maaf Theo!” ucapnya dalam hati meminta ampunan pada Tuhan dan suaminya atas ketidakberdayaannya.
Lumayan lama Denis menghabiskan waktu melahap dan mencucuk-cucukkan jari ke liang senggama Imelda hingga wanita itu merasakan sebuah dorongan dahsyat dari dalam vaginanya.
“Aaahhh!!!” ia pun mengerang dengan tubuh menggelinjang tanpa bisa ditahan-tahan lagi.
Denis merasakan lidahnya dijepit oleh vagina wanita itu, disusul mengucurnya cairan bening yang langsung diseruput olehnya meniru yang sering ia saksikan di film-film bokep. Setelah cairan itu tidak mengucur lagi, Denis mengangkat wajahnya, menatap Imelda yang baru saja mendapatkan orgasmenya. Wanita itu memalingkan wajah tak berani menatap mata pemuda itu yang sedang memandangnya puas karena berhasil menaklukannya, ada rasa malu dan kehilangan harga dirinya sebagai pelayan Tuhan yang harus jatuh dalam lembah nista seperti ini. Selagi Imelda termenung menikmati sisa orgasmenya, Denis membuka pakaiannya hingga telanjang bulat, memamerkan penisnya yang sudah ereksi maksimal dan tidak bersunat. Imelda terhenyak memandang benda di selangkangan pemuda itu, ia sadar perkosaan atas dirinya baru akan dimulai, namun tenaganya sudah sangat terkuras sehingga tidak sulit bagi Denis untuk melumpuhkan perlawanannya. Ditindihnya kembali tubuh wanita itu lalu memposisikan penisnya ke vaginanya yang sudah becek. Ditekannya hingga perlahan penisnya memasuki liang yang sempit, hangat dan basah.
"Oooohhh!!" erang Imelda dengan putus asa membiarkan benda itu memasuki liang senggamanya menodai kesucian pernikahannya.
Secara naluriah, ia memang menginginkannya setelah seminggu lebih belum bercinta dengan suaminya yang agak sibuk belakangan, tapi harga dirinya sebagai seorang istri pendeta menuntut dirinya terus menolak sehingga menimbulkan pergumulan dalam dirinya. Penis Denis masuk semakin dalam hingga Imelda dapat merasakan kepala penisnya mengenai rahimnya. Denis menghentikan gerakannya sejenak untuk merasakan kehangatan dinding vaginayang menjepit penisnya, sambil menikmati keberhasilannya melepas keperjakaan dengan sang wanita pujaan. Sebentar kemudian ia pun mulai memompa vaginanya sembari menatap wajah Imelda yang memerah dan bernafas terengah-engah akibat terbakar birahi. Denis menggenjot perlahan karena ingin membuat istri pendeta itu merasakan nikmatnya bersetubuh dengannya meskipun bertentangan dengan harga diri dan keinginan hatinya.
"Sshh... kita nikmati aja bu, sudah telanjur, saya pasti muasin ibu!” kata pemuda itu sambil terus bergerak maju-mundur, menusukkan penisnya secara perlahan

Imelda hanya bisa terbaring pasrah dan mendesah-desah, tidak mampu melawan lagi ketika kedua tangan Denis meremas payudara dan memainkan putingnya. Ketika mata mereka bertemu, batinnya yang terluka tergambar di wajahnya yang cantik. Ekspresi wajah sayunya membuat pemuda itu semakin bernafsu. Ia kembali mendekatkan wajahnya dengan wajah wanita itu, dikecupnya pipinya sambil sesekali menjilatinya.
"Mmpphh... nggak... jangan!" lirih Imelda lemah sambil bergerak memalingkan wajah menghindari bibirnya dipagut.
Sambil terus menggenjot Denis memegang wajahnya, memaksanya berhadapan dengan wajahnya. Lantas ia melumat bibir tipis itu dengan penuh nafsu. Imelda terus melawan, berusaha melepas bibir mereka karena baginya ciuman bibir hanya untuk pria yang dicintai. Dengan gigih Denis terus melumat bibirnya meskipun ia berusaha menutup rapat-rapat. Ia mempercepat genjotannya sehingga wanita itu tak bisa menahan desahannya dan akibatnya bibirnya pun mulai terbuka. Begitu terbuka sedikit, pemuda itu langsung menyeruakkan lidahnya ke dalam hingga bertemu dengan lidahnya. Imelda tidak bisa menolak lagi ketika pemuda itu mengulum habis lidahnya, bahkan lidahnya ikut bergerak menyambut lidah putra jemaatnya itu. Ia melumat mulut pemuda itu sebagaimana melumati mulut suaminya ketika bercinta. Denis semakin mempercepat genjotannya sambil terus melumat bibir wanita itu. Setelah lima menitan lebih barulah ia melepas pagutannya, ditatapnya wajah istri pendeta itu yang nampak sudah putus asa untuk melawan lebih jauh. Wajahnya merah padam, nafasnya terengah-engah, matanya sembab, tidak terdengar lagi penolakan dari mulutnya selain desahan-desahan nikmat. Denis tertawa dalam hati, akhirnya berhasil juga apa yang menjadi fantasinya selama ini, ia berhasil menguasai wanita yang tergolong alim dan menjadi panutan banyak orang di gereja. Imelda tak dapat menyangkal bahwa dirinya pun semakin terseret arus menikmati semua ini. Secara refleks ia mengimbangi genjotan Denis dengan bergairah hingga akhirnya tubuhnya kembali mengejang dan sambil memeluk erat tubuh pemuda itu, Imelda kembali menyemprotkan cairan yang meledak dalam vagina, ia orgasme untuk yang kedua kalinya bersama pemuda itu. Untuk beberapa saat Denis menghentikan gerakannya dan memeluk erat tubuh wanita itu sambil melumat bibirnya. Secara naluriah, Imelda harus mengakui dirinya benar-benar menikmati orgasme yang kedua ini, matanya terpejam sambil kulingkarkan kedua kakinya ke pinggang pemuda itu. Ketika Denis mencabut penisnya yang masih mengacung kokoh dari dalam vaginanya, ia merasakan ada sesuatu yang hilang. Denis melucuti pakaian wanita itu yang sudah tersingkap sana-sini hingga telanjang bulat menyisakan kalung salib yang menggantung di lehernya. Imelda yang masih lemas hanya pasrah dan menurut saja. Wajahnya memerah dan secara refleks menyilangkan tangan menutupi dada dan selangkangan menahan malu pertama kalinya telanjang di depan pria lain selain suaminya.
“Ibu cantik dan seksi sekali, saya dari dulu udah pengen ginian sama ibu!” kata Denis menyingkirkan tangan wanita itu dari dadanya lalu meremas payudaranya.
“Kamu tahu ini dosa besar” kata Imelda lirih.
“Tahu bu, saya rela dihukum asal bisa ngerasain sama ibu!” kata Denis sambil membuka paha wanita itu dan menempelkan kepala penisnya.

Ronde berikutnya dimulai, Denis menekan penisnya hingga melesak masuk, cairan yang sudah membasahi vagina Imelda mempermudah proses penetrasi. Pemuda itu menaikkan kedua betis sang istri pendeta ke bahunya lalu mulai bergerak sambil kedua tangannya meremas payudaranya. Gesekan demi gesekan semakin memberi kenikmatan bagi keduanya.
Denis benar-benar melepaskan seluruh hasratnya yang selama ini terpendam. Ia semakin gencar menyodok vagina Imelda, nafasnya mendengus-dengus merasakan rasa nikmat semakin terfokus di penisnya hingga akhirnya dengan sebuah erangan panjang, penisnya menyemburkan cairan kental hangat yang mengisi rahim wanita itu. Ia tekan penisnya hingga mentok ke vagina Imelda meresapi orgasme yang luar biasa itu.
“Denis!” panggil Imelda membuyarkan lamunan erotis Denis, “nah, ini DVD paduan suara yang diminta mama kamu, sama ini lirik lagu untuk bulan ini!” katanya menyodorkan sebuah kotak hitam DVD dan folder mika berisi beberapa lembar lirik lagu.
“Ah, iya, makasih bu!” kata pemuda itu menerimanya, baru sebentar saja di sini ia sudah dua kali berfantasi mesum dengan wanita itu.
Segera setelah menghabiskan minumnya, ia pun pamit pulang.

-------
Sementara di tempat lain....

“Aaaah... ohhh.... enakk... sepongannya Bu!” ceracau Afif, si tukang air galon ketika Tiara yang duduk di sofa, memasukkan batang penis pria itu ke dalam mulutnya sampai membuat pipinya menggelembung ketika kepala penisnya menyentuh dinding rongga mulut ibu beranak satu itu.
“Cep... cep... suuurp... ssluurrpp!” demikian suara Tiara mengoral penis Afif yang telah belepotan cairan kewanitaannya sendiri setelah mengantarnya orgasme tadi.
Afif meremasi rambut hitam Tiara yang sedang sibuk mengoral penisnya sambil membayangkan yang melakukannya adalah Imelda, si istri pendeta yang rumahnya ia sambangi sekitar setengah jam sebelumnya. Ia masih penasaran dengan wanita alim itu yang masih belum nampak sinyal untuk dapat dinikmati walau pakaian di rumah kadang menonjolkan lekuk tubuh indahnya. Ia masih bersabar menanti kesempatan yang tepat untuk dapat menikmati wanita itu. Tiara melakukan blowjob penuh kelembutan kepada Afif selama hampir lima menit hingga pria itu melenguh dan memaju-mundurkan pinggulnya seolah menyetubuhi mulut wanita itu sambil memegangi kepalanya semakin erat. Sambil melenguh panjang, ia hujamkan penisnya dalam-dalam hingga mencapai kerongkongan Tiara yang membuat mata wanita itu membeliak menerima sperma yang menyembur banyak sekali, cairan itu langsung ditelan dan dihisapnya. Tak lama, Afif menarik penisnya dari mulut Tiara sehingga cipratan berikutnya membasahi wajah cantiknya. Tiara tidak lupa menjilati sisa-sisa sperma yang masih menempel di penis pria itu sampai kembali bersih mengkilat.
“Hari ini nafsu banget Pak” kata Tiara sambil menyeka cipratan sperma di wajahnya, “pasti belum gituan berapa hari yah?”
“Hehehe... soalnya ibu juga seksi hari ini, saya jadi gak tahan!” jawabnya memuji wanita itu sambil memakai kembali celananya.

##########
Rumah Imelda
Pukul 18.03


“Aaahh.... aahhh!! Terusshh paakk!!” erang istri pendeta itu menerima hujaman-hujaman penis Afif pada vaginanya.
Air hangat berbusa di bathtub itu beriak dahsyat hingga sebagian tumpah karena goncangan tubuh mereka. Imelda sendiri bersandar pada tubuh Denis yang memeluknya dari belakang sambil menciumi leher dan pundaknya, sesekali juga memagut bibirnya bila ia menengok ke belakang. Semakin lama Afif semakin cepat menyodok vagina wanita itu, bunyi kecipak air bercampur baur dengan desahan mereka. Lima menit kemudian tubuh keduanya bergetar hebat, menandakan gelombang orgasme segera datang
"Paaaak... saya keluaaar...." desah Imelda, “mmhhh” Denis memagut bibirnya dari belakang meredam erangan orgasme wanita itu.
"Saya jugaaa buuu!!!" erang Afif mempercepat genjotannya
Keduanya mencapai puncak kenikmatan bersamaan, cairan kelamin mereka muncrat bersama dan saling bercampur di vagina wanita itu.
Suara ketukan di pintu disertai suara anak sulungnya memanggil membangunkannya, tak terasa ia tertidur di bathtub menikmati berendam air hangat dan bermimpi threesome dengan dua pria yang tadi siang mengunjungi rumahnya.
“Ya Tuhan, kok mimpi kaya gitu sih?” omelnya dalam hati membasahi wajahnya dengan air, “ya sayang! Apa?” sahutnya membalas panggilan sang anak.
“Papa nelepon ma!” sahut anak itu dari luar.
“Ya bentar mama keluar!” sahutnya lagi sambil bangkit dari bathtub, tubuh telanjangnya yang basah oleh air dan busa sabun nampak begitu seksi.
“Gak usah ma! Cuma bilang pulangnya malam, makan aja dulu!” kata anak itu.
“Oohh... ini mama udah mau beres kok!” Imelda menyalakan shower dan membilas tubuhnya dengan air hangat.
Ia merenung dan berdoa dalam hati, karena fantasi liar sering datang tanpa disadarinya sejak mengintip tetangga dan juga jemaat gerejanya berpesta seks dengan Afif, si tukang air galonan itu.
 
Terakhir diubah:
AQUAMAN WINS A LOT

Pukul 16. 05


Tiga gadis itu sedang menatap layar televisi menyaksikan serial drama Mandarin sambil menikmati snack dan sesekali mengomentari film dan tertawa-tawa.
“Udah gua kebiri tuh cowok kalau gua istrinya!” kata Melina (21 tahun), yang adalah nona rumah itu, mengomentari adegan di film dengan gemas.
“Gua bantu Na kalau terjadi” timpal Stevani (21 tahun) setuju dengan komentar temannya itu.
“Kayanya gua harus bilang Rendi hati-hati bisa dikebiri” Eshter (20 tahun) menimpali sambil memasukkan snack ke mulutnya.
Ketiganya pun tertawa-tawa dan terus menyaksikan film yang semakin menarik ditonton itu. Hari itu Melina hanya di rumah sendirian karena papa mamanya sedang ke Australia, liburan sekalian mengunjungi putri sulung mereka, Melisa, yang sekarang sudah kerja di sana. Gara-gara nonton film horror beberapa hari sebelumnya, bayang-bayang seram masih belum terhapus dari memori sehingga ia mengajak dua teman dekatnya itu menginap di rumahnya. Di tengah keasyikan menonton, bel rumah berbunyi.
“Ntar yah!” sahut Melina bangkit dan menuju ke pintu depan.
“Sore non!” sapa Afif, si tukang air galonan.
“Eh, galon yah, ayo masuk aja Pak!” ujar Melina kepada Afif, si tukang air galonan itu sambil membukakan gembok pagar.
“Lagi sendiri di rumah non?” tanya Afif memasukkan gerobak motornya ke halaman.
“Nggak lagi ada temen” jawab Melina, ia mengerti benar pertanyaan pancingan pria itu.
“Pacarnya?”
“Nggak, temen cewek kok” jawab gadis itu sambil melengos masuk ke rumah.
Melina kembali menjatuhkan diri di sofa sementara Afif mulai mengganti galon-galon kosong dengan yang baru. Ketika hendak menuju ke dapur melewati mereka di ruang tengah, pria setengah baya itu terpesona dengan Stevani dan Eshter yang tidak kalah cantik dengan Melina, paha putih mulus mereka terpamer bebas karena Stevani memakai celana pendek dan Eshter hotpants. Pikiran mesumnya pun berjalan seiring libidonya yang mulai naik, apalagi ia belum melakukan hubungan seks sejak dua hari terakhir karena pelanggan yang didatangi sedang tidak memungkinkan kondisinya atau sedang tidak ingin. Siang tadi sebenarnya ia sudah hampir menikmati Ambar, tapi baru saja berciuman dan mulai menelanjangi, tiba-tiba saja bel berbunyi dan ada tamu datang yang membuyarkan acara ena-ena itu.
“Ini udah terakhir non!” kata Afif lewat di depan mereka.
“Oh, oke pak!” sahut Melina
Gadis itu beranjak mengambil uang dari buffet lalu ke belakang, sementara dua temannya tetap cuek menonton.
“Ini pak, ambil aja kembalinya!” sahut gadis itu menyodorkan uang pembayarannya.
“Makasih non!” Afif menerima uang itu,”temennya cantik-cantik yah, bisa gak diajak gituan?”
“Ih,si bapak! Jangan aneh-aneh ah” balas Melina yang sudah terbiasa bermain gila dengan pria itu, hampir setiap kali ia mengantar air galon.


“Kan dulu sama kakak non bisa, kita main bertiga itu, yang ini boleh gak? Ngarep tapi ga maksa juga sih hehehehe” kata Afif terkekeh-kekeh.
“Ya beda pak, itu dulu kita udah sama-sama saling setuju”
“Emangnya mereka belum pernah gini yah?” tanya Afif menyelipkan jempol di antara telunjuk dan jari tengahnya.
“Eeerr... pernah sih, dua-duanya juga pernah, tapi masa langsung ajak gitu?”
“Hehehe... kalau gitu bisa dong, kita pancing mereka gimana non?” Afif terus membujuk seraya meraih lengan kanan gadis itu dan mengelusnya.
Melina terdiam, ada rasa ingin juga melakukannya, blak-blakan soal seks dengan mereka memang sudah biasa, tapi untuk melakukan bareng apalagi dengan pria ini, ia masih ragu, di saat yang sama ia juga merasakan darahnya berdesir seiring elusan pria itu pada lengannya.
“Hhhmm... pancing gimana maksud bapak?”
“Pokoknya non ikutin aja!” habis berkata Afif langsung mendekap tubuh gadis itu dan memagut bibirnya.
Melina meronta dan berusaha mendorong pria itu, “pak jangan... nanti keliatan!” protes gadis itu.
“Justru itu tujuannya non!” Afif kembali memagut bibirnya.
Tangan kirinya meremas payudara Melina dari luar kaosnya sementara tangan kanannya meraba ke bawah meremasi pinggulnya.
Lidah kasap si tukang air galon mendorong bibir tipis Melina hingga akhirnya mulut gadis itu terkuak. Pagutannya berlanjut, lidahnya langsung menyapu langit-langit mulut Melina dan begitu pula tangannya masuk ke bawah kaos gadis itu mengelusi punggung hingga melepas kaitan bra-nya
"Pak, jangan... udah!" Melina kembali melepas pagutan dan protes, ia sangat berdebar-debar bagaimana kalau temannya memergoki dalam keadaan seperti ini.
“Tenang non, nikmatin aja hehehe!” kata pria itu sambil mendorong tubuh gadis itu ke arah meja dapur dan menaikkan pantatnya ke bibir meja.
Walau tegang, Melina pasrah saja mengangkat kedua tangannya saat pria itu melepaskan kaos longgar beserta bra yang sudah terlepas kaitannya itu. Afif seperti serigala lapar yang siap menerkam mangsanya memandangi tubuh atas Melina yang sudah terbuka.
“Wah, wah... tambah montok aja toketnya non, bikin bapak gak nahan” kagum pria itu sambil mulai memilin-milin puting Melina.
“Shhhh... aahhhh... paakk!!” desah Melina pelan.
Setelah kedua putingnya mengeras, barulah Afif melumat payudara gadis itu.
“Aaahhh... sshhh... aaahhhhh...” Melina semakin menceracau saat Afif menghisap kuat-kuat putingnya
Sambil menyusu, tangan kasar pria itu menyusup lewat atas celana pendek Melina, masuk ke celana dalamnya dan mengelusi vaginanya yang berbulu lebat. Jari si tukang air galon menusuk-nusuk vagina gadis itu, menyebabkan tubuh molek itu menggelinjang. Pergerakan badan Melina menyebabkan putingnya yang sedang digigit Afif tertarik sendiri sehingga menimbulkan sensasi nyeri yang bercampur nikmat.

“Si Melina mana? Lama amat” tanya Eshter yang baru sadar Melina sudah lumayan lama meninggalkan mereka.
“Di belakang kan sama tukang air, benerin apa kali” jawab Stevani terus menonton dan memasukkan snack ke mulutnya.
“Gua cek dulu, sekalian ambil air” kata Eshter bangkit berdiri.
Gadis itu berjalan ke belakang, tiba-tiba terdengar suara desahan dari arah dapur.
“Apaan nih?” tanya gadis itu dalam hati sambil mengernyitkan dahi.
Penasaran, ia pun mendekati ambang pintu dapur perlahan-lahan lalu mengintip ke dalam. Terkejut, Esther membelalakkan mata melihat pemandangan di sana. Melina sudah telanjang duduk di bibir meja marmer, payudaranya sedang dilumat oleh si tukang air galon, sementara tangan pria itu mencucuk-cucukkan jemarinya ke vaginanya. Esther terpaku menyaksikan adegan itu, tangannya yang memegang gelas bergetar.
“Ayo non! Sekarang kerasin yang bapak!” pria itu melepaskan payudara Melina dan menarik jarinya yang belepotan lendir dari vagina gadis itu.
Melina yang wajahnya sudah memerah akibat birahi tinggi mengikuti apa yang diminta si tukang air galon. Ia turun dari meja dan berlutut di depan pria itu, membuka ikat pinggang, resleting hingga akhirnya memeloroti celana beserta dalamannya. Penis bersunatnya yang besar dan sudah tegang mengacung dengan gagahnya ke wajah manis Melina. Eshter di persembunyiannya juga terhenyak melihat benda itu, begitu besar dan gagah, walau risih, ia tidak bisa menyangkal birahi yang mulai menggelitik dirinya. Melina memulai oral seks dengan jilatan dari zakar, batang, hingga kepala penis yang mirip jamur itu. Setelah basah semuanya, mulailah ia mengulum dan memaju-mundurkan kepalanya.
“Mantapphh non!! Uhh... yahhh!!” desah Afif menikmatinya.
Gesekan mulut Melina dengan penis pria itu menimbulkan suara erotis. Sesekali gadis itu melepas penis tersebut dari mulutnya untuk menjilat-jilat kepalanya seperti es krim lalu memasukan kembali untuk dikulum. Tadinya Eshter mengira temannya itu diperkosa, tapi ternyata tidak, Melina nampak begitu menikmatinya dan sama sekali tidak ada perlawanan apapun.
”Gila! Kok bisa kaya gini sih?” Eshter masih belum percaya apa yang dilihatnya.
Perlahan-lahan ia melangkah mundur lalu menghembuskan nafas, kemudian segera berlari kecil ke arah ruang tengah. Diambilnya remote TV dan menekan tombol off.
“Hei!” protes Stevani yang sedang nonton.
“Sssshh!!” Esther menempelkan telunjuk di depan bibir, “sini deh, liat dulu!” ajaknya.
“Apa sih? Kok serius amat kayanya” Stevani penasaran dan bangkit dari sofa.
Eshter segera meraih pergelangan temannya itu dan menariknya, “diem, jangan ribut, pokoknya liat aja!”
Stevani mengikuti saja digiring temannya itu ke belakang menuju dapur.
“Hah!” Stevani juga kaget menutup mulutnya dengan telapak tangan ketika melongokkan kepalanya lewat kusen pintu.
Melina berlutut mengulum penis si tukang air galon itu, sesekali ia keluarkan benda itu dari mulutnya untuk dijilati hingga dieluskan ke wajahnya seolah begitu merindukannya setelah seminggu lebih tidak merasakannya.

“Gimana ini?” tanya Stevani berbisik.
Esther tidak menjawab, matanya tak berkedip menyaksikan adegan di dapur itu, tangannya semakin erat menggenggam tangan temannya itu. Tak dapat disangkal, kedua gadis itu juga terangsang, terlebih melihat penis perkasa Afif yang lebih besar dari milik pacar mereka.
“Ah, gede gitu, gak kebayang kalau digituin pake itu!” Esther membatin dan merasakan vaginanya mulai lembab.
“Si Melina kok kaya enak banget yah?” batin Stevani menggigit bibir bawah tanpa mata berkedip.
“Mari non! Gak usah ngintip-ngintip gitu!” panggil Afif tiba-tiba menoleh ke arah mereka membuat keduanya kaget.
“Eeehh... hai girls!”sapa Melina melepas sejenak penis Afif, wajahnya sudah memerah dengan mata sayu karena dilanda birahi.
“Eeeerrr... Na, kita pulang aja dulu yah!” kata Stevani
“Jangan... tunggu aja, nanggung nih!” kata Melina sambil tangannya mengocok penis Afif, “tunggu di sini aja”
“Na! Lu gila juga yah!” kata Eshter melihat temannya kembali memasukkan penis Afif ke mulutnya dan mengulumnya dengan nikmat.
“Hehehehe.... kita emang kadang ena-ena gini non!” kata Afif, “kalau non pengen ikut, saya siap!”
Walau merasa risih dengan perbuatan mesum mereka dan jijik dengan ajakan Afif, anehnya keduanya tetap menyaksikan mereka. Sambil merem-melek keenakan, Afif meraih payudara Melina dan meremasinya, memamerkan aksinya pada dua gadis yang menonton mereka dan semakin terangsang itu.
“Nonton doang non? Gak mau ikutan? Uuuhh... enak nih!” pancing Afif.
Wajah keduanya semakin memerah, mereka menggeleng walau ada dorongan ingin bergabung dan merasakan penis pria itu. Stevani yang melipat tangan diam-diam meremas payudaranya sendiri.
“Ayo, gak usah malu! Cuma have fun aja kok!” kata Melina terengah-engah lalu kembali memasukkan penis pria itu ke mulutnya.
“Udah dulu non!” pria itu memegang kepala Melina dan menarik lepas penisnya agar tidak buru-buru muncrat.
“Hehehe... non berdua gak mau ngerasain ini emang?” Afif berjalan ke arah mereka memamerkan penis perkasanya yang basah oleh ludah Melina.
Dua gadis itu walaupun risih, namun seperti ada kekuatan yang membuat mereka tak bergerak, mata keduanya tertumbuk pada benda di selangkangan pria itu dan nafas mereka semakin memburu. Tahu mereka sudah terangsang tapi masih jaim, Afif segera mendekap tubuh Eshter.
“Aaahhh!!” gadis itu menjerit lirih tapi tidak menolak saat bibir tebal Afif mulai menyusuri pipi dan lehernya, bahkan ia mengimbangi ketika bibir itu melumat dan mencium bibirnya dengan rakus. Bibir tipisnya membuka membiarkan lidah si tukang air galon membelit lidahnya.
“Hmmhh,” Afif mendesah tertahan saat merasakan jemari lentik Eshter memegang dan mengelus-elus penisnya.
“Keras banget” kata Eshter dalam hati, gadis itu membiarkan dirinya semakin terseret arus birahi.

Stevani yang masih terbengong merasakan lengannya diraih, ia menengok, ternyata Melina.
“Na... ini.... “ suara Stevani bergetar.
“Yah, keliatannya kita perlu hiburan yang gak gitu-gitu aja” kata Melina tersenyum dan meletakkan tangan temannya itu pada payudara kirinya.
Ia lalu memepet Stevani ke tembok sebelah pintu dapur.
“Na... kamu apaan.... eemmhh!!” protes Stevani terhenti karena bibirnya dipagut oleh Melina.
Tangan Afif merayap ke dada Eshter dan meremas-remasnya dengan gemas.
Stevani yang sudah horny itu dengan cepat terbawa suasana, bibirnya membuka dan lidahnya langsung beradu dengan temannya itu. Melina menggerayangi tubuh Stevani sambil menggesek-gesekkan paha mulusnya ke paha temannya. Stevani pun mulai balas memeluk tubuh telanjang temannya itu, mengelusi punggung hingga bongkahan pantatnya. Ia juga mengangkat kedua lengan ketika Melina menyingkap kaosnya hingga terlepas. Keduanya kembali berpagutan bibir, kali ini Melina meraih kait bra Stevani di punggung dan melepasnya.
“Mmmpphh” erang Melina sambil terus berciuman merasakan tangan Stevani menggerayangi selangkangannya, jemarinya mulai mengelusi bibir vaginanya yang sudah lembab.
Ia menarik lepas bra kuning Stevani dan membalas perlakukannya dengan meremas payudaranya yang lebih besar dari miliknya. Stevani merasakan darahnya semakin berdesir karena perlakuan temannya itu. Keduanya pada dasarnya gadis straight, namun dalam situasi tertentu seperti sekarang mereka dapat melakukannya sesama jenis untuk variasi.
“Eenngghh... Na... kita bakal ngelakuin sama orang itu?” tanya Stevani lirih melepas ciuman.
Melina menganggukkan kepala, “why not? Lu juga pernah sama cowok lain kan?” mengingatkannya pada affair-affair Stevani dengan beberapa pria sementara pacarnya kuliah di Singapura.
“Uuuhhh” Stevani kembali mendesah karena tangan Melina menyusup lewat atas celana pendek ke balik celana dalamnya.
Melina kembali memagutnya sejenak sebelum bibirnya turun mencium leher, pundak dan berakhir di payudara kanannya. Diremasnya rambut Melina yang sedang mengenyot payudaranya dan mengaduk-aduk vaginanya. Matanya memandang sayu ke arah Eshter yang dinaikkan si tukang air galon ke meja dapur lalu dilepaskan hotpants beserta celana dalamnya.
“Ooohh... Pak!!” desah Eshter menggeliat ketika pria itu langsung membenamkan wajahnya ke selangkangannya.
Melina meremas dan mengenyot payudara Stevani bergantian kiri dan kanan hingga meninggalkan bekas cupangan memerah dan jejak air liur. Setelah beberapa saat ia berlutut di depan Stevani dan memeloroti celana pendek dan dalamnya sehingga mereka sama-sama bugil. Wajahnya mendekati selangkangan Stevani yang ditumbuhi bulu lebat yang tercukur rapi memanjang
“Mmmhh…”, Stevani hanya bisa mendesah ketika Melina menjilati bibir vaginanya sambil jarinya mulai mengobok-obok liangnya
Gadis itu menegang menikmati semua sensasi yang menjalari sekujur tubuhnya.

Sementara di atas meja dapur, Esher menggeliat-geliat, tubuhnya tinggal memakai tanktop ungu, kedua betisnya melejang-lejang tak karuan, dan cairan cintanya mulai membanjir. Getaran nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya makin menghebat ketika Afif yang asyik melumat vaginanya juga mencucuk-cucukkan jarinya ke liang senggamanya. Gadis itu benar-benar tak berdaya digempur si tukang air galon apalagi tidak jauh darinya, dua temannya kini sedang lesbian. Vaginanya sudah sangat basah berlendir, Afif yang melihat gadis itu sudah siap disetubuhi menghentikan jilatannya dan mengarahkan penisnya tepat ke bibir vagina Eshter.
“Bapak joss sekarang yah!” kata Afif menyeringai
“Eenngghh” Eshter terbeliak melihat penis besar dengan kepala seperti cendawan merah itu di gerbang kewanitaannya, ia masih sungkan dan tegang namun sudah tidak bisa menghindar lagi.
SLEPP!!! dengan sekali hentak, penis Afif menerobos masuk ke vagina Eshter yang sudah becek itu dengan mudah.
“Akkhhh...!!” pekik Eshter saat tiba-tiba dirasakannya vaginanya penuh sesak oleh penis pria itu.
“Huehehe.... seret non memeknya, enak!!” sahut Afif mendiamkan sejenak penisnya.
“Akkhhh... pak... aangghhhh…” belum sempat melanjutkan ucapannya, Eshter kembali mendesah hebat saat pria itu mulai memompa liang vaginanya.
Afif menggenjot vagina gadisitu dengan tempo pelan, membiarkan vaginanya terbiasa dengan penisnya. Tangan kasarnya menyingkap tank top gadis itu hingga ke atas dadanya dan disusul cup bra-nya. Payudara montok berputing pink itu segera jadi bulan-bulanan tangan Afif yang sudah sangat bernafsu.
“Tahan ya non, bapak cepetin nihh… aaaahhhh...” sahut Afif mempercepat genjotannya di vagina gadis itu.
Eshter yang sudah larut dalam pusaran nafsu hanya bisa mendesah nikmat mengikuti irama genjotan si tukang air galon. Plok...plok...plok, begitu bunyi beradunya kelamin mereka seiring semakin cepatnya Afif menggenjot. Jemari pria itu aktif memencet dan memilin-milin puting Eshter memberinya sensasi lebih nikmat. Si tukang air galon terus menusukkan penisnya dalam-dalam dan menariknya lagi, kemudian menusukkannya lagi lebih dalam, hingga membuat gadis itu memekik dan menjerit keenakan. Stevani menyaksikan semua adegan itu dengan matanya yang merem-melek menikmati jilatan Melina pada vaginanya, dalam hati kecilnya ia juga ingin merasakan penis perkasa yang membuat temannya menjerit-jerit itu. Tak lama kemudian, Eshter mengejang dengan mata terpejam rapat. Dengan sebuah erangan panjang,vaginanya menyembur cairan bening yang memberi kehangatan pada penis Afif yang terus mengaduk-aduk liang senggamanya hingga menimbulkan bunyi berdecak.
“Ahh...ahhh..” Eshter menghela nafas terengah-engah, orgasme tadi itu begitu dahsyat sampai membuat tubuhnya luluh lantak bermandi keringat.
Plop!! bunyi saat penis Afif terlepas dari vagina Eshter. Benda itu masih mengacung dengan perkasa berlumuran cairan kewanitaan gadis itu yang menetes-netes.

Afif meninggalkan Eshter agar gadis itu bisa istirahat dan beralih ke Stevani yang sedang bersandar pada tembok dan meremas payudaranya sendiri menikmati vaginanya dijilat dan digerayangi oleh Melina. Gadis itu berdebar-debar melihat pria itu mendekatinya.
“Mari, non, saya bantu!” kata Afif tersenyum lebar meraih payudara gadis itu yang satunya dan meremasnya lembut
Stevani yang sudah birahi tinggi itu pasrah saat Afif menyambar bibir mungilnya dan melumatnya dengan rakus. Lidah mereka beradu, saling menghisap dan mencampur air liur. Tanpa dapat menolak, Stevani tampak sangat menikmati sekali meski bibir pria itu begitu tebal.
“Hei... !” Melina berdiri dan menepuk lengan Stevani dan Afif, “kita pindah aja yuk, mana enak disini!” usulnya.
“Gitu dong non, di ranjang kan lebih afdol!” kata Afif.
“Ter... ayo!!” panggil Melina pada Eshter yang masih lemas di atas meja dapur.
“Duluan aja, ntar gua nyusul” katanya lemas dan masih terengah-engah.
Sebentar kemudian, mereka pun sudah di kamar tamu lantai dua...
“Aaahh.... aaahhh... aahhh!!” Stevani menceracau tidak karuan dalam posisi doggie merasakan urat urat menggerinjal pada penis Afif menerobos keluar masuk, membuat setiap gesekan pada dinding liang vaginanya terasa begitu nikmat
“Oooh.. seret banget noon!!”, erang Afif
Sambil tetap menggenjot Stevani dari belakang, pria itu merangkul Melina lalu memagut bibirnya habis-habisan. Melina sendiri larut dalam cumbuan itu dan tangan pria itu yang menggerayangi tubuhnya. Keduanya beradu lidah cukup lama, Stevani kini sudah menggoyang sendiri pinggulnya mencari kenikmatannya. Setelah puas berciuman, Afif menyuruh Melina memposisikan dirinya menungging seperti Stevani di sebelah gadis itu.
“Aaauuhhh!!” desah Melina dengan tubuh tersentak beberapa kali karena tangan pria itu sedang mengaduk-aduk vaginanya.
“Aaaah…”, Stevani mengerang merasakan penis Afif menyentak kasar dan dalam ke vaginanya.
Desahan ketiganya sahut-menyahut di kamar itu menciptakan suasana yang sangat erotis. Melina tiba-tiba meraih tangan kanan Stevani dan dilingkarkan ke lehernya, ia juga melingkarkan tangan kirinya pada leher temannya itu lalu menolehkan wajahnya dan dipagutnya bibirnya dengan penuh gairah. Stevani membalas ciuman tersebut, lidah mereka saling bertautan. Kenikmatan yang melanda kedua gadis itu semakin berlipat ganda. sampai akhirnya kami saling melepaskan diri setelah sama sama kehabisan nafas. Stevani sendiri mulai merasakan orgasme kian mendekat.
“Ngghh… ooooh… aduuuh…”, gadis itu melenguh dan tubuhnya bergetar.
Sebuah hentakan keras dari si tukang air galon akhirnya mengantar gadis itu melayang ke awang-awang, tubuhnya tersentak-sentak dilanda orgasme dahsyat. Afif juga mengerang-ngerang ketika otot vagina gadis itu berkontraksi meremas-remas penisnya di dalam sana. Pria itu menurunkan tempo genjotan agar tidak buru-buru orgasme hingga akhirnya Stevani melemas dan ambruk, penisnya pun terlepas dari vaginanya, masih nampak keras dan basah oleh cairan orgasme gadis itu.

“Ayo non, sekarang non yang goyang!” kata Afif berbaring di tengah ranjang.
Melina yang sudah terangsang berat segera meraih penis yang masih perkasa itu dan menaikinya. Dengan mudah kelamin mereka yang sudah sama-sama basah itu menyatu, lalu gadis itu mulai menggoyangkan pinggulnya. Baru dua menitan bergoyang, Eshter muncul di ambang pintu sudah tidak memakai apapun, rambutnya sudah tergerai sebahu lebih.
“Wuih ribut banget, sampe kedengeran ke bawah” katanya sambil berjalan ke ranjang.
“Ayo non! Sini! Biar rame!” panggil Afif.
Pria itu segera mendekap tubuh Eshter begitu gadis itu naik ke ranjang lalu memagut bibirnya. Sebentar kemudian ciuman Afif merambat turun ke leher, pundak hingga akhirnya melumat payudara gadis itu sambil mengelus punggungnya. Eshter menggeser tubuhnya hingga naik ke wajah si tukang air galon, ia pepetkan bibir bawahnya ke mulut pria itu sambil meremas-remas payudaranya sendiri. Afif segera merespon dengan mencucukkan jari-jarinya kumasukkan ke liang vagina Eshter yang masih basah oleh air, rupanya setelah memulihkan tenaga ia sempat membasuh organ intimnya itu di kamar mandi sebelum memulai ronde berikutnya. Lidah pria itu bergerak liar, mencucup dan menghisap klitoris Eshter dengan gemas, membuat gadis itu yang sudah birahi semakin merintih-rintih tak karuan. Di bawah sana, Melina memicu tubuhnya naik-turun dengan gencar, payudaranya yang putih montok itu tergoncang-goncang mengikuti gerakan tubuhnya. Vaginanya membesot-besot dan memilin-milin penis perkasa Afif yang mendobrak-dobrak liang senggamanya, menyundul-nyundul dasar rahimnya, sehingga Melina berkali-kali harus memejamkan mata menghayati nikmatnya sodoka tongkat urat yang masih begitu perkasa setelah menaklukkan dua temannya. Frekuensi gerak naik-turun Melina terus bertambah hingga akhirnya ia pun berkelojotan di puncak kenikmatannya. Cairan orgasmenya meluber membasahi dan menghangatkan penis pria itu hingga meluber ke perutnya. Tubuh gadis itu mengejang dahsyat selama beberapa saat sebelum akhirnya terkulai lemas.
“Mmhhh... aaaaahhh...” desahan nikmat keluar dari mulut Eshter saat Afif menjilati klitorisnya.
Bibir tebal pria itu mengemut-emut daging sensitif itu sementara lidahnya mengais-ngais liang becek itu. Aroma khas vagina gadis itu yang terawat membuat Afif makin bernafsu mengerjai wilayah kewanitaannya, sesekali jari kasarnya ikut masuk ke dalam liang tersebut.
“Aaahhh... paakkk... emmhh... terus aaahh!!” erang Eshter sambil meremasi payudaranya sendiri.
Vagina gadis itu berputar-putar tak terkendali mengulek mulut Afif.
“Berenti dulu non!” Afif menahan pinggul Eshter, “goyang di sana aja! Udah nganggur kontol saya tuh!”
Tanpa disuruh lagi, Eshter segera menggeser tubuhnya ke selangkangan pria itu, meraih batang penisnya yang masih keras dan ia arahkan ke vaginanya yang sudah becek. Gadis itu menurunkan pantatnya sehingga batang penis Afif menerobos liang senggamanya. Eshter mendesah sejenak kemudian mulai menaik-turunkan pinggulnya dengan penuh semangat, sesekali ia memutar pinggul seperti mengulek-ulek penis pria itu.

Sambil menikmati genjotan Eshter, Afif mendekap tubuh Stevani yang masih terbaring di sebelahnya lalu memagut bibirnya. Stevani mulai naik lagi nafsunya dan menyodorkan dadanya pada pria itu, mempersilakannya menjilat dan mengenyot payudaranya. Gerakan naik turun pantat Eshter semakin lama menjadi semakin cepat.
“Arghh… gila nih kontol... gede, keras lagi!” kata gadis itu dalam hati dengan mendesah-desah sambil terus memutar pinggulnya.
Melina mulai merasakan tubuhnya bertenaga lagi, ia mengapit tubuh Afif dari sisi yang lain bersama Stevani lalu menyodorkan payudaranya pada si tukang air galon yang langsung melumatnya dengan ganas. Afif membanding-bandingkan dua pasang payudara di depan wajahnya, dua-duanya berntuknya membusung indah, tapi milik Stevani lebih besar dan montok dari milik Melina. Kontrasnya tubuh Afif yang berkulit gelap dan kasar dikerubuti tiga gadis high class berparas cantik dan berkulit putih mulus itu sungguh memberi keindahan erotis tersendiri.
“Oughh… arghhh… aahh mau keluar aahhh!!” Eshter berteriak kencang, tubuh sintalnya mengejang, sementara otot-otot vaginanya mencengkeram kuat batang penis Afif di puncak kenikmatannya
Seeerr... seeerr... cairan orgasme gadisitu membasahi batang penis Afif.
“Gila masih keras aja!” kata Eshter dalam hati mengaggumi keperkasaan penis si tukang air galon.
“Dikit lagi keluar nih!” kata Afif, “sekarang non bertiga tolong bantu jilat supaya keluar yah!” pintanya.
Ketiganya sudah cukup mengerti harus bagaimana dan segera secara bersamaan mereka menjilat, mengulum batang serta zakarnya. Afif sungguh merasakan dirinya seperti raja dilayani tiga selir cantiknya. Ia sendiri juga melumat vagina Stevani yang tubuhnya berposisi 69 dengannya, jemarinya membuka bibir vagina gadis itu dan lidahnya mengais-ngais hingga menyentuh klitorisnya. Diservis tiga dara sekaligus, akhirnya Afif yang sejak tadi bertahan pun bobol juga.
”Arghhh...” dengan satu lenguhan panjang, si tukang air galon orgasme.
Seluruh tubuhnya bergetar hebat saat penisnya menyemprot-nyemprotkan sperma mengenai wajah tiga gadis itu. Eshter langsung melahap batang itu merasakan cairan kental beraroma tajam itu mengisi mulutnya. Stevani langsung merebutnya begitu Eshter mengeluarkan benda itu dan langsung mengulumnya, semprotannya mulai melemah di mulut gadis itu. Melina giliran terakhir, menghisap penis pria itu hingga tidak menyemprotkan isinya lagi dan menyusut di mulutnya. Afif terbaring ngos-ngosan di antara tiga gadis cantik itu, semuanya menikmati sisa-sisa orgasme. Setelah memulihkan tenaga, ia pun memakai kembali pakaiannya dan berpamitan pada tiga gadis yang telah memberinya kenikmatan itu. Ketika mengemudikan gerobak motornya pulang ke depot, ia melihat Pauline, salah satu dari tiga mahasiswi yang mengontrak rumah di kompleks empat bulan lalu. Gadis berambut pendek itu sedang berbicara dengan smartphone sambil membuka pagar kontrakannya sehingga tidak melihat pria itu.
“Kapan yah bertiga sama mereka?” tanya Afif dalam hati berharap bisa ena-ena dengan tiga mahasiswi kontrakan itu seperti yang baru dialaminya.
Hingga kini memang belum ada sinyal-sinyal untuk itu, namun sejauh ini hubungannya dengan tiga mahasiswi itu lancar-lancar saja sebagai langganan air galonnya. Sebagai seorang yang sangat berpengalaman mengerjai banyak wanita, Afif tahu benar bagaimana bermain cantik dan menunggu momen yang tepat untuk itu.
 
Terakhir diubah:
HOT VACATION


Beban pekerjaan dan dan pikiran yang sumpek membuat Albert (34 tahun), yang menjabat sebagai kepala bagian di sebuah pabrik, memutuskan untuk mengambil cuti dan mengajak tunangannya, Liany (22 tahun), yang saat itu sedang libur akhir semester berlibur ke daerah wisata di Sulawesi selama lima hari. Mereka menginap di hotel tepi pantai membuat mereka melupakan sejenak hiruk-pikuk kota. Saat itu memang sedang low season sehingga suasana hotel maupun sekitarnya lenggang.
Hotel itu juga jauh dari pemukiman penduduk, tempat yang sangat pas dan nyaman untuk berlibur menghilangkan suntuk, dengan rindang pepohonan di sekitar hotel dan panorama pantai yang berpasir putih. Di sana sepasang muda-mudi itu menghabiskan waktu bersama, berenang, diving, berfoto serta membuat video mengabadikan momen liburan itu lalu mengupdatenya ke medsos, dan satu lagi yang tak ketinggalan tentunya, seks. Mereka melakukannya bukan hanya di kamar dan kamar mandi, tapi juga di kolam renang hotel waktu malam, di sudut sepi pantai di antara karang, dan kamar mandi umum. Hari ketiga, selepas makan siang, Liany dan Albert bergandengan tangan menyusuri pantai sambil berfoto-foto dan syuting di spot yang indah. Liany memakai swimsuit one pice dengan punggung terbuka dan bawahannya memakai kain samping yang memamerkan keindahan pahanya melalui belahannya.
“Kita mau jalan sampai mana nih?” tanya Liany.
“Ikut aja, gua tau tempat rahasia bagus pokoknya” jawab Albert menggenggam erat tangan sang kekasih.
“Emang lu tau darimana?”
“Dulu sama sodara-sodara kan pernah kesini, waktu kuliah”
“Ooohh.... baru tau jadi lu pernah ke sini juga”
“Ya lu ga nanya juga, pernah tapi kurang puas, di sininya dua hari udah gitu lanjut ke Manado”
“Yakin lu jalannya apa ga salah?” Liany memandang sekitar hanya ada mereka berdua saja, mereka sudah memasuki hutan dengan pepohonan lebat.
“Itu di sana dikit lagi!” Albert menunjuk sebuah bukit berukuran sedang.
Mereka pun akhirnya tiba di tempat itu, terdapat celah sebesar lemari pakaian di bukit tersebut.
“Ayo masuk!” Albert menarik tangan sang kekasih.
Liany mengikuti saja ajakan tunangannya itu karena ia juga suka bertualang di alam bebas seperti ini. Albert memakai smartphone untuk menerangi jalan sambil menggandengan tangan gadis itu memasuki gua tersebut.
“Awas kepala hati-hati!” katanya memperingatkan.
“Lu tau tempat ini darimana emang?”
“Dulu kita ada tour guide, tukang perahu kita juga, dia yang ajak ke sini”
Mereka menyusuri gua dengan hati-hati sambil sesekali melihat atas agar kepala tidak kejeduk karena tinggi gua hanya sekitar 1,8 meter dan kadang ada batu yang menonjol. Suasana di dalam lebih sejuk dan adem daripada cuaca pantai di luar pada jam sekarang. Sekali mereka berhenti sejenak karena Liany ingin minum, setelahnya mereka selfie di gua sempit itu. Albert lalu memagut bibir sang kekasih, keduanya ber-french kiss sejenak, tangan Liany meraba selangkangan sang kekasih lalu mulai menyusup masuk ke atas celana namun Albert menghentikannya karena sudah hampir tiba.

Di depan sana mulai nampak cahaya setelah mereka memasuki gua itu sekitar empat puluh meter lebih disertai beberapa jalan menurun.
“Nah... welcome to the secret paradise!” kata Albert memperlihatkan keindahan tempat yang dikunjunginya kedua kali itu.
Liany memandang kagum tempat itu, sebuah sungai di dalam gua dengan air yang sangat jernih, stalagtit bergantungan di atas langit-langit gua yang terdapat lubang yang tidak terlalu besar sehingga sinar matahari masuk memberi penerangan di tempat itu.
“Wow, what a beauty of nature!” gadis itu terkagum-kagum sambil berjalan mendekati sungai lalu menciduk air dengan telapak tangannya, terasa dingin dan menyegarkan.
Jiwa narsis Liany bergolak melihat tempat-tempat indah, ia langsung meminta kekasihnya itu mengambil fotonya di spot-spot yang pas juga selfie dan foto bareng sambil tak henti-hentinya mengagumi keindahan alam itu. Ketika Albert tengah mengganti memory card kameranya karena sudah penuh, di belakangnya Liany diam-diam membuka kain samping lalu swimsuitnya hingga tak memakai apa-apa lagi.
“Oke sekarang di....” kata-kata Albert terhenti menyaksikan tubuh sang kekasih yang sudah polos dengan payudara sedang dan vagina licin tak berbulu karena baru dicukur sebelum berangkat liburan, yang tersisa di tubuh gadis itu hanya sandal crocs dan cincin pertunangan saja
“Wow... great, sekarang masuk ke air!” suruhnya.
“Sure dear!” kata Liany lalu mengecup pipi sang tunangan lalu masuk ke sungai hingga air merendam selutut.
Albert mahir mencari angle yang pas untuk mengabadikan pose tanpa busana sang kekasih hingga terlihat artistik dan elegan dengan latar belakang sungai di gua itu.
“Sekarang pindah ke sebelah sana!” instruksinya.
Liany keluar dari sungai dengan tubuh dan rambut basah kuyup karena merendam tubuh di air ketika berpose.
“Gua dingin nih, angetin dulu dong!” katanya tersenyum nakal seraya meraih tangan sang tunangan dan meletakkan di payudara kirinya.
Albert balas tersenyum, ia tahu tunangannya ini memiliki nafsu seks yang tinggi dan sudah sejak tadi mengajaknya. Maka ia meletakkan kamera itu di kotaknya lalu dipeluknya tubuh gadis itu dan dipagutnya bibirnya dengan penuh gairah, tangannya mengelusi punggung turun hingga meremas pantatnya. Tangan Liany menyusup ke dalam celana pantai tunangannya, menggenggam penisnya yang sudah ereksi dibarengi remasan-remasan lembut. Tak lama kemudian, gadis itu melorot hingga berlutut di depan tunangannya sambil memeloroti celananya. Ia mendekatkan wajah ke penis tak bersunat yang sudah tegang itu, tanpa ragu diemutnya batang itu sambil mengurut-urut dengan jemari lentiknya.
“Uuuhh... mantap as usual!!” Albert menikmati servis oral tunangannya itu sambil membelai rambut basahnya.
Liany begitu mahir memainkan lidahnya menyapu-nyapu kepala penis dan lubang kencing sampai tubuh Albert bergetar-getar. Bukan hanya dia, setiap pria yang pernah merasakan oral seksnya pasti mengakui kemahiran servisnya yang satu ini.

Liany sendiri merasakan vaginanya semakin basah dan ingin segera merasakan nikmatnya gesekan penis pria itu dengan dinding vaginanya.
“Udah... masukin sekarang!” pinta gadis itu berdiri lalu menyandarkan tangannya ke dinding gua yang lembab dan menunggingkan pinggulnya
Albert mengerti tunangannya ini sudah berada di puncak nafsunya. Ia segera menempelkan penisnya yang sudah basah dan keras ke bibir vagina Liany. Dan... ooooh.... keduanya mengerang bersamaan dengan kelamin mereka yang menyatu. Liany mulai ribut mendesah-desah menikmati enaknya ayunan penis sang tunangan yang bermaju-mundur di dalam liang senggamanya. Albert yang tinggal memakai kaos oblong saja, menggenjot sambil berpegangan di kedua sisi pinggul Liany. Terkadang ia meremas-remas bongkahan pantat gadis itu, terkadang juga meremasi sepasang payudaranya. Liany yang petualang seks itu sangat menikmati bercinta di tempat eksotis seperti ini. Namun ia membayangkan betapa akan lebih fantastis lagi kalau ada orang lain yang meramaikan persetubuhan ini baik pria maupun wanita, kalau saja dua sobatnya, Sherlin dan Maria ada, mungkin mereka bisa ber-foursome. Sementara Albert semakin garang menggenjotnya, gerakan penisnya semakin kencang dan dalam sehingga Liany pun semakin menceracau dan membeliak-beliak dibuatnya. Gadis itu merengkuh kepala Albert yang maju hendak menciumnya, lalu melumat bibirnya dengan kehangatan dan segenap perasaan. Ia juga aku aktif menggoyang-goyang pinggulnya dengan sepenuh gairah dan keterlenaan batinnya. Tanpa sadar, karena keasyikan bercinta, ada dua pasang mata mengintip mereka dari mulut gua tempat mereka masuk tadi.
“Wow, this is indeed a perfect place to make love” kata Sunil (27 tahun) menyaksikan pasangan itu bercinta.
“What should we do now?” tanya Malika (22 tahun) antara bingung dan terangsang melihat adegan mereka.
Sunil, seorang pialang saham, dan Malika, mahasiswi yang sedang mengambil gelar master, adalah sepasang turis dari Australia keturunan India. Keduanya secara tidak sengaja mengintip Albert dan Liany ketika menyusuri secret heaven ini.
“I’m thinking we join them, but just let them finish first!” usul Sunil dengan suara dipelankan.
“What? Are you crazy?” Malika mengernyitkan dahi.
“Come on! We’ve been going this far, moreover what we did in Gary’s place was even crazier” bujuk Sunil memegang erat-erat tangan gadis itu.
“But that one... different”
“Plese... you actually want it, don’t you?” Sunil terus membujuk sambil mendekap dari belakang tubuh langsing Malika.
“Sunil stop it!” Malika meronta ketika Sunil meremas buah dadanya dari luar tank top hitam yang dipakainya, namun hanya setengah hati, ia juga merasakan pacarnya itu menggesekkan penisnya yang sudah keras ke belahan pantatnya yang memakai hot pants putih.
Malika mendesis merasakan remasan pada payudaranya, ia tidak dapat menahan birahi yang mulai naik menyaksikan persetubuhan sepasang kekasih itu di bawah sana. Kembali terbayang ketika mengikuti pesta orgy di malam pergantian tahun di villa milik Gary, teman kampusnya, beberapa bulan lalu, dalam hati kecilnya ia ingin merasakan lagi permainan seks liar itu (baca cerita ini dan ini)


“Uuhh... uuhh... mau keluar nih!!” desah Liany terus menggoyang-goyang pinggulnya.
“Okeh... barengan yah” sahut Albert tersengal tanpa berhenti menggenjot
Albert mempercepat genjotan sampai akhirnya ia benamkan penisnya sedalam-dalamnya. Keduanya melenguh panjang bersamaan mencapai puncak kenikmatan. Liany dapat merasakan kedutan-kedutan penis sang kekasih yang memuntahkan air maninya berbarengan dengan kontraksi dinding vaginanya. Inilah surga dunia bagi mereka, mencapai kenikmatan di tempat eksotis. Sementara di mulut gua, Sunil mencium dan menjilati leher jenjang Malika sambil tangannya terus meremas-remas dadanya dari luar. Malika sendiri mendesis nikmat dan tangannya meraih selangkangan sang kekasih, dirasakannya penis pria itu sudah mengeras di balik celana pantainya. Kumis dan jambang Sunil memberikan sensasi geli ketika menciumi leher hingga ke telinga gadis itu. Ketika Malika menengokkan wajahnya, pria itu memagut bibirnya hingga mereka pun berpagutan. Di bawah sana, kedua pasangan itu juga berpelukan dan berpagutan mesra pasca orgasme. Liany yang masih belum puas berharap penis sang tunangan segera mengeras lagi, sambil memainkan lidahnya dengan liar, tangannya mengocok-ngocok penis pria itu yang sudah setengah loyo. Ciuman Albert mulai merambat ke telinga, leher, lalu menunduk sedikit memagut payudara kanan gadis itu.
“Hhhmm.... mmmhhh.... “ desah Liany dengan mata terpejam menikmati kenyotan pada payudara dan jemari sang tunangan mengais-ngais vaginanya.
“Eeerr... excuse me.... “ sebuah suara pria membuat Liany tersentak, begitu membuka mata ia mendapati seorang pria bertampang India diikuti seorang gadis di belakangnya
Buru-buru ia mendorong kepala Albert yang sedang menetek darinya. Albert yang juga sadar ada yang datang juga kaget, ia berbalik badan mendapati pasangan itu lalu buru-buru menutupi selangkangannya sambil tetap menutupi ketelanjangan Liany dengan tubuhnya.
“Sorry... sorry guys, we don’t mean to disturb you” Sunil berusaha menenangkan sambil mengangkat kedua tangan, “we are also tourist, only four of us here, nobody else, calm down”
“Aahh.... hi... I’m Albert, we tought this is perfect place to do it” Albert agak gugup karena masih kaget dan wajahnya memerah karena tidak bercelana di depan Malika.
“Yeah... yeah I’m really understand, we are as young as you” kata Sunil sambil matanya memandang sekitar dengan kagum, “we’ll do the same also if we were you, by the way, I’m Sunil”
Albert menjabat lengan kekar pria itu, ia mulai menguasai diri lagi.
“and this is my girlfriend, Malika” Sunil memperkenalkan gadis yang bersamanya itu, “we are from Australia, and you are froomm.... Japan?” tebaknya
“No, we are Indonesian, Chinese Indonesian, this is my fiancee, Liany” Albert juga memperkenalkan tunangannya yang menyenmbunyikan tubuhnya di belakangnya, “I tought you are from India”
“My parents are” jawab pria itu, “so guys, do you mind if we sharing place to have fun here?”
“Eeeerr... thiss... “ Albert menengok ke belakang meminta pendapat tunangannya.

“Sure!” jawab Liany mantap, gadis itu bersemangat ketika Sunil mengusulkan hal itu, akhirnya ada variasi lain setelah tiga hari ini ngeseks satu lawan satu terus, darahnya berdesir membayangkan bercinta dengan Sunil yang macho dan berbulu dada itu, benda di balik celananya itu juga pastilah perkasa, “this will more exciting with more people”
Albert mengernyitkan dahi dengan jawaban sang tunangan, ia tahu gadis ini punya nafsu berlebih, ketika pertama kali melakukannya dulu pun ia sudah tidak perawan. Selama setahun lebih berpacaran dilanjutkan setahun lebih tunangan, yang banyak meminta duluan ataupun memancing-mancing lebih banyak Liany.
“Kalau sampai gua ML sama cowok lain karena lagi butuh, lu gak keberatan?”
Albert menggeleng, “selama kita saling sayang, karena gua juga pernah selain sama lu”
Kata-kata itu yang pernah ia ucapkan ketika Liany menanyakan hal itu waktu hendak melamarnya dulu. Ia tahu gadis itu bahkan pernah lesbian dengan teman-temannya yang sama-sama gila seks juga, cerita-cerita petualangan seks gadis itu membuat hubungan mereka semakin panas ketika sedang bernafsu, tapi baru kali ini gadis itu terang-terangan menunjukkan sisi liarnya di depannya.
“Ayolah, emang gak bosen dari kemarin kita mainnya duaan aja?” Liany maju ke depan sehingga tubuh telanjangnya kini dapat dilihat pasangan India Australia itu, “lu ga mau coba sama tuh cewek emang?” ia mengedipkan sebelah mata tersenyum nakal.
Jujur, penampilan Malika dengan tank top hitam dan hot pants putih itu sungguh menggoda Albert, apalagi dadanya yang lebih montok dari milik Liany, tubuh yang ideal seperti aktris-aktris Bollywood.
“We can also switch partner if you don’t mind” kata Sunil mengagumi kecantikan dan keindahan tubuh Liany yang khas oriental, mengingatkannya pada Iris, si gadis Chinese Australia yang menjadi pasangan bercintanya waktu malam pergantian tahun itu.
“So what are we waiting for?” tanya Liany maju mendekati Sunil.
Ia memandang kagum tubuh pria itu yang berisi, dielusnya dada berbulu pria itu lalu tangannya turun ke bawah mengelus selangkangannya. Sunil tersenyum lalu merengkuh tubuh polos Liany dengan lengannya yang kokoh dan berbulu, keduanya berpagutan panas. Namun sebentar kemudian, Liany menurunkan tubuhnya berlutut di depan pria itu sambil membuka celananya.
“Wuih... gedenya!!” kata Liany dalam hati terhenyak memandang penis Sunil yang lebih panjang dari milik tunangannya, juga terasa sangat keras ketika digenggamnya.
Gadis itu mulai menjilatinya sehingga Sunil melenguh nikmat, setelah semua basah oleh liurnya, gadis itu membuka mulutnya melahap benda itu. Albert dan Malika saling pandang dan terbengong melihat pasangan masing-masing sudah mulai asyik.
“Eeerr... hello there... Malika!!” Albert mulai menyapa gadis berdarah India itu.
“Aaahh... yesss!”
“Wanna try the water? It’s cool and fresh” ia mendekati gadis itu dan meraih pergelangan tangannya.
“Eeerr... okay!” Malika masih agak canggung walau sudah sangat terangsang.

Albert menuntun gadis itu ke sungai, mereka melepas sandal dan masuk ke air.
“Wwwhhoww.... it’s cold!” kata Malika merasakan air itu.
“Come here... it’s safe, no crocodile here!” Albert mengajaknya lebih ke tengah lagi.
“You are the crocodile!” canda gadis itu sesekali ia mencuri pandang ke arah selangkangan pria itu yang penisnya sudah ereksi lagi..
“So here! I bite you!” Albert menerjang memeluk tubuh gadis itu.
“Aaawwhhh.... hihihi!!”Malika meronta hingga air bercipratan di sekeliling mereka.
“Wait... wait... why don’t take off clothes first, so it won’t get wet!” Albert melepas pelukannya lalu melepas kaosnya yang tersisa, lalu ia lemparkan ke sebuah batu besar di pinggir sungai.
Malika merasa tertantang serta cemburu melihat pacarnya sedang menikmati servis oral Liany membuka tank topnya, kemudian bra-nya. Albert tertegun menelan ludah melihat payudara gadis India itu terekspos begitu penutup dadanya terlepas. Payudara C-cup dengan puting coklat itu begitu menggugah selera, lebih besar dari milik tunangannya, sehingga ia meraih yang kanan dan meremasnya.
“Hold a moment... “ Malika menepis tangan Albert, “let me take of this first” ia membuka kancing dan resleting hotpantsnya, kemudian keluar dari air sejenak untuk membukanya dan meletakkan semua pakaiannya di batu besar.
Albert terpana memandangi keindahan tubuh telanjang Malika yang kembali turun ke air menghampirinya, langsing, berdada montok dan bulu-bulu tercukur rapi memanjang di selangkangannya. Ia langsung mendekap pinggang ramping gadis itu yang juga melingkarkan lengannya ke lehernya.
“Let’s make them jealous!” kata Malika melirik sebentar ke arah Sunil dan Liany yang masih asyik beroral seks.
“With pleasure!” jawab Albert lalu memagut bibir gadis itu.
Keduanyanya berciuman beradu lidah dengan bernafsu, tangan Albert mengelusi pantat dan payudara gadis India itu. Sementara Malika juga menggenggam penis pria itu dan mengocoknya lembut. Mereka melampiaskan rasa cemburu dengan saling menghisap lidah dan memeluk pasangan sehangat mungkin di tengah air yang merendam hingga sejengkal di atas lutut. Ketika membuka mata tanpa melepas cumbuan, ia melihat Liany yang tengah mengulum penis besar Sunil sedang memandang ke arahnya, memberi suatu sensasi aneh dimana cemburu bercampur libido. Albert mendorong tubuh Malika ke tepi lalu dengan perlahan direbahkannya gadis itu dengan satu lengan menahan punggungnya. Malika langsung merinding merasakan air merendam tubuhnya yang setengah berbaring dengan siku menahan tubuhnya.
“Let me lick it first!” sahut Albert sambil mendekatkan wajahnya ke selangkangan gadis India itu, tangannya mengangkat pantatnya dan menahannya karena setengah terendam di air.
Malika pun merenggangkan kedua pahanya selebar mungkin supaya pria itu leluasa menjilati vaginanya. Ia mendesah dan mengejang-ngejang nikmat merasakan lidah Albert menjilati bagian tersensitif di vaginanya, air sungai yang segar dan dingin itu juga terasa di mulutnya.

Di dekat mereka, Liany mulai pegal mulut mengulum penis Sunil yang besar itu sehingga ia pun mengajak pemuda India itu agar memulai pergumulan.
“You sit here please!” pintanya menarik lengan berbulu itu dan menyuruhnya duduk di sebuah batu pipih besar di sebelah barang-barang mereka.
Sunil melakukan apa yang diminta, kemudian Liany naik ke pangkuannya dengan posisi membelakangi, tangannya meraih penis besar itu dan mengarahkan ke vaginanya. Jantungnya berdebar-debar ketika kepala penis Sunil menempel di mulut vaginanya, terbayang enaknya penis perkasa itu menyodok-nyodok vaginanya.
“Please be gentle to me” sahut Liany lirih sebelum membenamkan benda itu.
“Sure baby, I always” kata Sunil sambil memegangi badan gadis itu membantu kelamin mereka bersatu.
Liany pun menurunkan pinggulnya dan ooohh... penis dahsyat itu mulai membenam sedikit, terasa sesak, sehingga ia harus membuka pahanya lebih lebar. Ia mencoba lagi beberapa kali naik-turun, tarik-dorong, hinngga blesss... benda itu melesak seluruhnya hingga menyentuh dinding rahim. Benar-benar terasa penuh di liang vagina gadis itu. Liany mendiamkan sejenak untuk beradaptasi, sementara Sunil mencium leher dan meremasi payudaranya memberi sentuhan erotis. Sebentar kemudian, ia mulai memicu tubuhnya naik-turun, gesekan penis itu dengan dinding vaginanya benar-benar terasa menghantarkan rasa nikmat ke sekujur tubuh. Demikian pula Sunil merasakan cengkraman vagina gadis itu begitu kuat dan basah.
“Your pussy is so tight, so amazing!” kata Sunil dekat telinga gadis itu, lalu ia gigit lembut daun telinganya dan dijilatinya membuat darah gadis itu semakin berdesir-desir.
“Yours too, big and hard, aahh... aahhh!!” sahut Liany terlontar begitu saja sambil terus memacu tubuhnya.
Persetubuhan beda ras ini membuat keduanya melayang-layang di alam kenikmatan yang teramat indah, yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Liany menengokkan wajah ke samping belakang berpagutan dengan pemuda India itu, dalam dan lama, lidah mereka saling hisap dan saling belit. Sesekali Sunil juga menyentak-nyentak pinggulnya ke atas sehingga penisnya menghantam vagina gadis itu hingga mentok, membuatnya menggeliat dan makin menceracau. Tangan pemuda itu bukan saja menggerayangi payudara, tangannya yang satu aktif di bawah mengelus-elus klitoris Liany yang menonjol keluar. Gadis itu pun semakin liar menggoyang tubuhnya, penis pemuda itu yang begitu panjang membuat moncongnya terus-terusan menyundul dasar rahimnya memberikan kenikmatan yang luar biasa.
“Oohh... can’t hold anymore... oohh!!” erang Liany.
Gadis itu akhirnya menggelinjang di pangkuan Sunil karena tak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan yang menerjangnya, vaginanya berkontraksi dan mengucurkan cairannya yang memberi kenikmatan bagi si India karena batang penisnya serasa dibesot-besot. Goyangan Liany perlahan melemah hingga akhirnya ia pun lunglai dalam dekapan pemuda itu.

“Oohh... oohh yessshh!” desah Malika ketika Albert menciumi vaginanya dengan bergairah.
Jemari Albert menyibakkan bulu-bulunya, mengangakan bibirnya dan menjilati lebih dalam dengan gerakan dari bawah ke atas.
“More... lick me more... aah... !” gadis itu menceracau tak menentu, terutama ketika Albert mengarahkan jilatannya di klitorisnya, terkadang menghisap-hisapnya sambil menggerak-gerakkan ujung lidah.
Albert sangat bersemangat pertama kalinya menikmati onderdil made in India itu, apalagi Malika sangat memperhatikan perawatan organ intimnya sehingga tidak ada aroma tidak sedap sedikitpun.
“Now... do it noww... please!!” pinta Malika tersengal-sengal berusaha menahan agar tidak orgasme duluan.
Maka Albert membaringkan tubuh gadis itu menyamping menghadap pasangan mereka yang sedang pangku-pangkuan di atas batu. Diangkatnya satu kaki gadis itu sambil mengarahkan penisnya ke vaginanya. Tak sulit bagi penisnya menerobos liang senggama yang sudah becek itu diiringi desahan keduanya. Mulailah Albert menyetubuhi gadis berdarah India itu, ia merasakan vaginanya lebih dalam daripada milik Liany. Dipompanya vagina Malika dengan hujaman lembut namun sangat terasa, membuat gadis itu menjerit nikmat di setiap hentakannya. Tubuhnya dengan sigap mengikuti irama penetrasi yang dilakukan oleh Albert. Persetubuhan mereka menghasilkan bunyi alat kelamin beradu dan decakan air yang merendam sebagian tubuh mereka, kira-kira semata kaki. Albert mencondongkan tubuh ke depan memagut bibir Malika. Dilumatnya bibir yang terasa lembut itu dengan hisapan dan jilatan penuh nafsu. Malika membalas pagutan pria itu dengan tak kalah liar. Albert juga meremas payudara gadis itu, terasa sangat padat dan empuk.
“Harder... harder..!!” rintih Malika yang nafsunya semakin memuncak menyaksikan Sunil dan Liany berciuman dengan penuh nafsu.
Albert pun merasakan kecemburuan yang sama dengan Malika sehingga ia semakin mempercepat hujaman penisnya ke vagina gadis itu. Mereka lalu ganti posisi menjadi doggie sehingga Malika juga dapat aktif menggoyang pinggulnya menyambut genjotan Albert. Libido mereka berdua sudah memuncak, ditandai dengan suara desahan mereka yang sahut-menyahut memenuhi gua. Albert meremas dan menjepit puting Malika dengan dua jari, lalu memilinnya cepat sehingga mengakibatkan gadis India itu semakin menceracau tak karuan. Lima menit kemudian, Malika menggelinjang hebat, seperti kesetrum, matanya terpejam rapat, vaginanya berkontraksi cepat, mulutnya mendesah panjang. Albert dapat merasakan cairan hangat dari liang senggama gadis itu menyiram batang penisnya, begitu banyaknya sampai meluap keluar membasahi paha dalamnya.
“Ohh... it feels like heaven” desah Malika dengan tubuh lunglai dalam dekapan Albert.
Albert yang juga hampir mencapai puncak, setelah mencium bibir gadis itu, kembali menggenjotnya perlahan, payudara gadis itu juga kembali ia gerayangi. Tak lama kemudian, akhirnya Albert melenguh panjang dan menekan penisnya dalam-dalam. Crot... crott... berkali-kali sperma kentalnya berhamburan mengisi liang rahim gadis itu.
”Ahhh…” Albert menggeram nikmat dan mulai melemas, otot-ototnya kembali relaks seiring cairannya yang sudah berhenti mengalir.

“By the way, how do you know this place?” tanya Albert
“I read it from blog, and then a souvenir vendor gave us direction, and... then we met here” Sunil bercerita bagaimana mereka bisa sampai sini sambil berendam di tengah sungai yang merendam tubuh hingga sedada itu.
Mereka ngobrol-ngobrol memulihkan tenaga dan segera menjadi akrab. Pasangan India Australia itu ternyata menginap di hotel yang sama dengan mereka, hanya beda lantai, dan mereka baru tiba kemarin pagi.
“I’ve been in Bali four times, so this year we travel to the other part of Indonesia” kata Sunil
“You should try Bandung, good enough for travel, and we can accompany you there” Albert mempromosikan tempat asalnya.
“Sure... we love traveling, don’t we, Malika?” Sunil menoleh ke samping, namun Malika sudah tidak di situ, “hei, looks like our partners have turned on again” ia memandang sekitar lima meter dari mereka pacarnya dan Liany tengah berpelukan dan berpagutan mesra.
“Wow!” Albert menoleh ke arah pandangan Sunil, baru menyadari selama mereka ngobrol-ngobrol sekitar seperempat jam, para gadis itu sudah mulai lagi, “next round?” ajaknya pada si pemuda India.
“Sure, let’s rock!” kata Sunil bersemangat
Mereka pun lalu berenang ke arah pasangan mereka yang tengah bergumul sesama jenis itu. Lidah Liany dan Malika saling belit, Liany meremas payudara gadis India itu dan memilin-milin payudaranya, Malika pun melakukan hal yang sama terhadap teman barunya itu.
“Ready for the next baby?” tanya Sunil memeluk Liany dari belakang, bulu dadanya terasa menggesek punggung gadis itu.
Albert memeluk tubuh Malika lalu menyorongkan wajahnya ke tengah dua gadis yang sedang berciuman itu. Mereka pun berpagutan tiga pihak, dua gadis itu memundurkan sedikit wajahnya memberi tempat bagi Albert sehingga kini tiga lidah saling beradu. Tangan Albert di bawah air meraih selangkangan Malika dan mengelus-elus vaginanya. Sunil menciumi leher dan pundak Liany sambil meremas payudaranya. Liany sendiri sambil terus berpagutan, menggerakkan tangannya di bawah air meraih penis Sunil yang sudah ereksi lagi. Sebentar kemudian, Liany menarik wajahnya dan mengambil udara segar, ketika menoleh ke samping, Sunil langsung memagut bibirnya.
“Put it inside me!” pinta Liany lirih, vaginanya sudah gatal ingin ditusuk lagi.
Sunil mendorong masuk penisnya dan mulai menyetubuhi Liany dalam posisi berdiri di air. Pemuda India itu melakukannya dengan baik seolah hendak meluluh-lantakkan tubuh putih Liany yang menggeliat-geliat nikmat. Otot bahu dan lengannya menegang, ketika ia mengerahkan tenaganya menggenjot Liany lebih ganas sampai air di sekeliling mereka semakin beriak. Di dekat mereka, Albert dan Malika melepas pagutan dengan nafas memburu. Malika melingkarkan lengan ke leher Albert ketika pria itu menusukkan penisnya ke vaginanya di bawah air sana.
"Aaghh", mata gadis India itu terpejam sambil menggigit bibir bawah merasakan penetrasi itu.
Albert mulai mendorong-dorongkan penisnya dengan kedua tangan menyangga paha gadis itu. Malika sendiri aktif menggoyang-goyang pinggulnya sambil berpelukan pada leher Albert.

Sudah lebih dari lima belas menit Sunil menyetubuhi Liany dalam posisi berdiri hingga wajah Liany semakin memerah karena akan orgasme lagi.
”Ehh... aaaahhh... aaahh...” desah Liany dengan tubuh mengejang bersamaan dengan mengalirnya cairan orgasmenya.
Sunil merasakan sensasi hangat dari cairan yang keluar dari vagina gadis itu yang kontras dengan air yang dingin, sungguh menciptakan rasa nikmat tersendiri. Ia meneruskan genjotannya berusaha menyusul Liany ke puncak.
“In my mouth please!” ucap Liany tersengal-sengal
“Got it!” sahut Sunil.
Tiga menit kemudian ia menarik Liany ke tepi yang lebih dangkal. Gadis itu mengerti si India itu sudah hampir sampai, segera ia berlutut di tepi sungai dan mengulum penisnya. Di mulutnya ia merasakan penis itu berkedut kencang, hingga akhirnya aliran sperma yang sudah sejak tadi ditahan dan diselingi istirahat sebentar, kini menyembur dengan keras di mulut Liany. Karena agak kaget dan gelagapan, penis itu terlepas dari mulutnya sehingga sisanya bercipratan membasahi wajah cantiknya. Liany kembali memasukkan benda itu ke mulutnya dan mempraktekkan hisapannya membuat Sunil mendesah nikmat tak karuan sambil meremas-remas rambut gadis itu.
“Banyak bener!” kata Liany dalam hati menelan cairan kental beraroma tajam yang keluar sangat banyak itu.
Walau meleleh-leleh di pinggir bibirnya, Liany terus menghisap hingga akhirnya penis itu mulai lemas dan semprotannya semakin melemah. Sementara di air, Malika dan Albert masih berlomba-lomba mencapai puncak, masing-masing memicu tubuhnya sebinal-binalnya. Sepasang kaki gadis itu terkadang melingkari pinggang Albert, terkadang telapak kakinya menekan kuat, kadang pantatnya terangkat agak tinggi, sehingga pria itu bisa mengamblaskan batang penisnya sedalam mungkin. Malika sudah di ambang orgasmenya, ia menggoyang pinggulnya semakin cepat sehingga klitorisnya berkali-kali menggesek batang penis Albert. Dan akhirnya mereka seperti kesurupan, Malika mencapai orgasmenya duluan, sekujur tubuhnya mengejang diiringi desahan, lalu Albert menyusul sekitar tiga menit kemudian. Mereka seperti mau saling meremukkan dengan berpelukan makin erat dan saling remas sekuat-kuatnya. Siraman cairan hangat dari vagina gadis India itu disusul oleh semprotan-semprotan sperma Albert dalam jepitan liang vagina gadis itu yang tengah berkontraksi dalam orgasmenya. Setelah bersama mengarungi gelombang orgasme yang indah itu, keduanya akhirnya melemas saling berpelukan dan terengah-engah, sesekali saling berciuman ringan. Albert menurunkan tubuh gadis itu dari gendongannya. Dua pasangan beda bangsa itu sudah sama-sama lemas dalam kepuasan. Setelah membersihkan sisa-sisa persetubuhan dan berpakaian kembali mereka pun kembali ke hotel, hari sudah menjelang sore saat itu. Keempatnya menghabiskan sepanjang sisa liburan bersama dan tentunya tak lepas dari hubungan seks, bertukar pasangan dan melakukannya berempat. Albert dan Liany pulang duluan, sementara pasangan India itu masih menghabiskan dua hari lagi di sana. Sebelum berpisah, mereka bertukar kontak, berharap ada kesempatan bertemu kembali setelah liburan panas yang penuh warna-warni yang mereka lalui bersama ini.
 
Terakhir diubah:
KEHANGATAN DI TENGAH KABUT


Seperti yang terjadi pada setiap perguruan tinggi yaitu acara malam keakraban/ makrab menyambut para mahasiswa baru sebagai sarana untuk para mahasiswa baru agar dapat bersosialisasi mengakrabkan diri dengan mahasiswa lainnya dan senior. Tahun ini, Maria menjadi anggota panitia untuk menambah pengalaman. Malam keakraban berlangsung selama 4 hari 3 malam di sebuah bumi perkemahan di lereng gunung Jawa Barat. Pemandangannya sangat indah, udara segara jauh dari hiruk-pikuk kota. Di bagian utara sebuah gunung berdiri dengan hutan yang sangat lebat dan sebelah timurnya merupakan lereng yang di dasarnya terdapat sungai yang berair jernih, mungkin karena tidak adanya pemukiman penduduk di dekatnya. Pemukiman penduduk terdekat kurang lebih satu kilometer selatan dari tempat makrab mereka. Acara berlangsung lancar hingga hari ke-3 ketika para mahasiswa baru dibagi atas beberapa regu untuk hiking dengan dua senior sebagai pendamping. Jam satuan, setelah makan siang dan pengarahan teknis, satu-persatu regu berangkat. Maria bersama Rio, senior satu angkatan di atasnya yang juga koordinator perlengkapan mendapat giliran paling akhir berangkat bersama empat mahasiswa baru, Ricky, Tedi, Yanuar, dan Meisya. Ricky ditugaskan memimpin tiga temannya dan memegang peta. Dua regu pertama sudah kembali ke perkemahan saat mereka baru akan berangkat, semua tampak kusut dan berkeringat.
“Tetap bersama, jangan sampai terpencar, oke!” Rio yang sudah dua kali menjadi panitia acara ini memberi pengarahan terakhir sebelum berangkat.
Mereka pun menyusuri jalan sesuai arahan peta dengan dipimpin Ricky di depan yang agak sok tahu. Rio dan Maria berjalan di belakang, memberi tahu apa yang harus dilakukan bila mereka perlu petunjuk. Semakin berjalan jauh, medan yang mereka lalui semakin berat, ada tanjakan tajam dengan jalan yang sempit. Ricky kalah cepat dari Yanuar menarik tangan Meisya untuk membantunya naik. Dua mahasiswa baru itu nampak berlomba merebut perhatian Meisya yang berwajah manis itu, mahasiswa perantauan dari Sumatra Utara dengan kulit kuning langsat khas Melayu. Sementara Tedi memang nampak kalem dan cuek, namun ia pun diam-diam mengagumi kecantikan Meisya dan juga panitia pembimbingnya, Maria
“Keliatannya ada satu kembang direbutin dua kumbang” kata Rio pada Maria di baris belakang mengamati gerak-gerik mereka.
“Lu ga ikutan jadi kumbangnya?” goda Maria tersenyum nakal.
“Kan udah ada di sebelah gua satu” seloroh pemuda jangkung itu.
“Ciiee... maunya!!” Maria menyikut pelan lengan Rio.
Obrolan ringan dan senda gurau mewarnai pendakian mereka sehingga mulai dekat satu sama lain, selain Tedi yang hanya bicara seperlunya saja. Yanuar menyuruh Tedi jalan di depan membantu Ricky membaca peta yang sebenarnya hanya modus agar dirinya bisa lebih dekat dengan Meisya. Gadis itu sendiri seorang yang gampang bergaul walau di awal terlihat jaim. Sebentar saja ia sudah ngobrol akrab dengan Yanuar yang berdarah Ambon-Jawa itu.
“Ngehe bener tuh orang!” umpat Ricky dalam hati melihat kedekatan mereka.


Tak terasa mereka sudah mencapai tengah gunung dan kabut turun,
“Oi! Stop! Stop dulu!” seru Rio di belakang, “kalian ngerasa ga? ini kabutnya tambah tebal loh!”
Mereka memandang sekeliling lebih seksama dan memang benar, kabut itu semakin tebal sampai jalan turun yang mereka lalui pun sudah tertutup.
“Tenang! Jangan panik!” Rio maju menenangkan mereka, “ini kita gak bisa lanjut dulu, bahaya, apalagi udah di tempat tinggi”
“Biasa lama gak kabut gini?” tanya Maria.
“Udah jam segini biasa lama, mungkin sampe pagi” jawab Rio seraya mengeluarkan handy talkie yang terselip di ransel bagian samping, “sekarang duduk aja dulu, sekalian istirahat!”
Rio mengontak basecamp di kaki gunung, untungnya ada sinyal, memberitahukan kondisi mereka yang terjebak kabut sehingga tertahan di tengah gunung dan langkah apa yang dilakukan selanjutnya. Ricky dan Tedi duduk di sebuah dahan kayu besar dan meminum air dari botol air mineral. Yanuar dengan gentle menyuruh Meisya duduk di sebuah batu besar lalu menawarkan roti sobek yang dibawanya.
“Thanks ya!” ucap gadis itu mengoyak sebagian roti itu.
Maria mengeluarkan senter mengecek kondisi sekitar sambil berusaha tetap tenang. Ia juga mengecek ponsel, tidak ada sinyal.
“Gimana ko?” tanya Ricky setelah Rio selesai bicara dengan orang di basecamp
“Oke dengar! Perhatian!” kata Rio sehingga semua mata tertuju padanya, “bad newsnya, ini kabut udah tebal dan kita harus menunggu, gak bisa maju atau mundur, tapi good newsnya, di dekat sini ada pondok buat pendaki, kita bisa berteduh dulu di sana! Stay close each other, ikuti saya, dan hati-hati!”
“Emang gak ada yang bisa jemput kita?” tanya Yanuar.
Rio menggeleng, “mereka juga ga bisa naik kalau kabutnya kaya gini”
Rio sendiri sebenarnya agak gugup karena baru pertama kali menghadapi situasi terjebak kabut seperti ini, namun ia menutupinya dengan pura-pura bersikap tenang di depan mereka dan berusaha mengikuti pelajaran yang diingatnya bila menghadapi situasi demikian. Kini Rio ganti memimpin di depan sambil mengarahkan senter, jarak pandangnya paling hanya dua meteran. Kecemasan mulai menyelubungi mereka, tak terkecuali Maria yang juga baru pernah menghadapi situasi ini. Meisya memegang tangan Yanuar erat-erat, semua berjalan beriringan saling berdekatan.
“Lu yakin jalannya bener?” tanya Maria pada Rio.
“Iya, dekat sini, gua masih ingat dikit-dikit, kata orang di bawah juga kok”
Mereka akhirnya bisa bernafas lega setelah akhirnya menemukan pos persinggahan tersebut setelah sepuluh menitan berjalan menembus kabut dengan jantung berdebar-debar. Yanuar curi-curi kesempatan mengelus lengan Meisya dan mendekapnya melampiaskan rasa syukur sudah tertolong sementara.

“Puji Tuhan! Akhirnya...!” kata Maria tersenyum pada Rio yang telah mengarahkan mereka ke sana.
Pos persinggahan itu berupa sebuah pondok kayu sederhana berukuran 5x5 meter, di dalam hanya terdapat sebuah tempat tidur dari semen yang bisa digunakan buat tidur, duduk ataupun bersantai sambil menaruh bawaan. Mereka masuk dan menurunkan semua bawaan di lantai. Keenam muda-mudi itu telah terjebak di tengah gunung berkabut, mereka mau tidak mau menunggu. Rio memperingatkan agar tidak jauh-jauh dari situ agar tidak tersesat atau terpeleset ke jurang. Yanuar dan Meisya nampak semakin dekat, mereka ngobrol dan tertawa-tawa sambil duduk di sebuah bangku panjang dari semen di luar pondok. Tedi dan Ricky mulai banyak berbincang karena mereka sama-sama kolektor mainan Gundam dan penggemar robot. Beberapa saat sekali Rio menghubungi basecamp dengan handy talkie mengkonfirmasikan keadaan mereka. Langit semakin gelap dan kabut semakin tebal saja. Semua sudah memakai jaket masing-masing karena udara semakin dingin, mereka masuk ke pondok dan menutup pintu.
“Anjrit, dinginnya amit-amit!” umpat Ricky sambil menggosok-gosok telapak tangannya.
Ia mengeluarkan rokok dari tasnya dan menawarkan pada yang lain. Selain Maria dan Tedi, semua mengambil satu termasuk Meisya.
“Tampang kalem, ternyata rokokan juga tuh cewek” kata Tedi dalam hati memperhatikan Meisya menghembuskan asap dari mulutnya.
Yang lain mengeluarkan snack yang dibawa dan mengedarkannya, saling berbagi bekal. Mereka mulai makan sambil ngobrol mengenai diri masing-masing. Rio menjelaskan bahwa cuaca yang sedang mereka alami masih belum dingin-dingin amat hingga dapat menyebabkan hypotermia, pos persinggahan ini juga untungnya memiliki pintu sehingga meminimalisir angin yang masuk dan patut disyukuri mereka sampai di tempat ini. Hikmah dari peristiwa ini adalah mereka semakin dekat, jarak antara keempat mahasiswa baru itu dengan Maria dan Rio yang senior kini seolah hilang, mereka ngobrol dan tertawa seperti teman berbagi cerita. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam, sebentar lagi malam, matahari semakin redup, kabut tetap tebal dan udara makin dingin. Rio keluar sebentar untuk menangkap sinyal handy talkie.
“So how now?” tanya Yanuar.
“Sepertinya positif kita harus nginap di sini” jawab Rio, “mereka udah minta petunjuk ke penduduk sini, katanya kalau kabut tebal seperti sekarang mending tunggu di sini, pendaki lain juga katanya mau ga mau nginep di sini kalau kaya gini, aman kok”
Semua saling pandang, sudah pasrah harus melewati malam di tempat ini.
“Gak sia-sia bawa ini!” Rio lalu merogoh ranselnya mengeluarkan botol minum motif army, “pas buat diminum dingin-dingin gini! Lady first!” ia menyodorkan botol itu pada Maria di sampingnya.
“Apa emangnya?” tanya Maria menerimanya, lalu membuka tutup dan mengendus dalamnya
“Minum aja, tapi jangan banyak-banyak, buat hangatin badan aja!”
Maria pun meneguknya dan langsung mengernyitkan wajah, “vodka yah?” tebaknya
“Nope” jawab Rio.

Tedi menerima botol itu dari Maria, meminum secukupnya lalu mengoper pada Ricky.
“Hhhmm... Jack D!” kata pemuda itu.
“Hehehe... pinter, suka minum juga yah?” tanya Rio.
“Lumayan lah, papa juga suka minum jadi lumayan tau soal minuman”
Rio meminum paling akhir setelah semua kebagian minum. Kehangatan mulai menyelubungi tubuh mereka, minuman itu sangat berguna di udara dingin seperti ini. Mereka kembali mengobrol menghabiskan waktu dan semakin lepas akibat pengaruh alkohol. Mereka mulai membuka lebih dalam mengenai diri masing-masing.
“Kamu datang jauh-jauh kuliah di Bandung sendiri? Atau ada teman?” tanya Ricky pada Meisya.
“Sendiri, tapi saya ada paman dari mama, yang bantu-bantu di sini” jawab Meisya
Obrolan mengarah ke vulgar membuat suasana di dalam pondok kayu nan dingin dan semakin gelap itu hangat dan sedikit hidup. Mereka duduk mengelilingi senter Maria yang juga berfungsi sebagai lampu duduk sambil menikmati snack dan Jack Daniels secara estafet serta menyimak penuturan Rio tentang pengalaman threesome dengan temannya dan pacar sang teman, berikutnya Ricky menceritakan ML pertama dengan mantannya. Dari obrolan itu diketahui ternyata Tedi dan Yanuar adalah yang masih perjaka di antara mereka. Setelahnya giliran Meisya, para pria antusias mendengar penuturannya tentang gadis itu kehilangan keperawanan yaitu waktu kelas dua SMA bersama mantannya. Maria juga dengan lepas menceritakan pengalaman seksnya yang membuat mereka terpukau ternyata ia pernah melakukan orgy. Pengaruh alkohol menghilangkan kecanggungan dua gadis itu menceritakan pengalaman mereka.
“Beneran ci? Atau udah mabok nih jadi asal omong?” tanya Ricky.
“Ini emang udah rada muter, tapi saya masih bisa nyeritain yang pernah saya lakuin”
Maria merasakan sekujur tubuh memanas akibat pengaruh minuman itu dan birahi yang menggelitik sehingga membuatnya salah tingkah.
“Kenapa Mar? Jadi horny ya?” tanya Rio di sebelahnya melihat kegelisahan gadis itu.
“Nggak lah, biasa aja” sanggah Maria
“Kalau horny bilang aja ci... hehehe, kan ada kita-kita,” Ricky menimpali.
Rio yang cukup berpengalaman soal seks tahu persis apa yang dirasakan gadis itu. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia pun memeluk bahu Maria dan meremasnya lembut.
“Santai, nggak usah malu... kita semua udah dewasa, ya kan gaes?” kata Rio sambil memandang kepada yang lain, tiga pemuda itu senyum-senyum, sementara Meisya menahan senyum dengan wajah yang sudah memerah.
“Dingin-dingin gini Mar, kita perlu kerjasama buat cari hangat” lanjut Rio menggenggam tangannya.
Maria tersenyum kecut dengan wajah tertunduk, jujur ia memang menginginkannya, teringat Daniel, sang kekasih, kalau ada pemuda itu pasti ia sudah melakukannya. Tapi apa bedanya, toh hanya cari kepuasan, ia sudah sering melakukannya dengan berbagai pria.Ia membiarkan Rio meremas pundaknya. Remasan dan terpaan nafas pemuda itu, perlahan membuat bulu-bulu halus di tubuhnya meremang, mulutnya mengeluarkan desisan halus. Di tengah udara dingin dan pengaruh alkohol, hasrat itu membesar, bukan hanya dirasakan Maria dan Rio, tapi juga empat mahasiswa baru itu. Nampak Yanuar menggenggam tangan Meisya yang balas menggenggamnya merasakan kehangatan menjalari tubuh.

“Uggh... what the hell lah, I need it anyway” kata Maria dalam hati sambil meletakkan tangannya di gundukan selangkangan Rio dan mulai meremasnya gemas.
“Nah, gitu dong Mar!” merasa mendapat angin, Rio meremas dada Maria dan membuat gadis itu merinding dan mendesis.
“Iih... apaan sih?” protes Meisya pada Yanuar yang membelai punggungnya lalu tangannya menyusup masuk lewat bawah kaos yang dipakainya.
“Nggak usah malu Mei, kita emang perlu kerjasama tim sekarang!” dukung Maria melihat gadis itu nampak gelisah dan terangsang.
“Ci saya ikutan juga yah!” sahut Tedy setelah meminum Jack Daniels yang tersisa hingga habis.
“Ayo sini! Hihihi!” panggil Maria.
Pemuda berkacamata itu langsung pindah ke sebelah kiri Maria dan meremas dadanya yang satu. Terasa empuk dan kenyal, tangan Tedy bergetar baru pertama kalinya meremas payudara wanita. Melihat situasi makin panas, Ricky pindah ke sisi Meisya sehingga mengapit gadis itu bersama Yanuar. Pemuda Chinese itu meletakkan tangannya di paha Meisya dan mengelusnya dari luar celana jeans selututnya.
“Hei... kalian ini!” meskipun protes, Meisya tidak berusaha menghindar ataupun menepis tangan-tangan mereka yang semakin nakal menggerayanginya.
Malah ia merasakan sensasi geli-geli nikmat yang membuatnya menggelinjang pelan. Mata gadis itu melotot kaget ketika Yanuar memagut bibirnya, namun segera terpejam menikmatinya, bibirnya membuka membiarkan lidah pemuda itu menyapu-nyapu rongga mulutnya.Ricky membuka resleting jaket Meisya dan menyingkap kaosnya hingga terlihat bra pink yang menutupi gunung kembar gadis itu.
“Boleh yah Mei?” kata Ricky menyusupkan tangannya ke dalam cup bra itu merasakan payudara lembut dengan puting yang mulai mengeras.
Meisya yang sudah terbuai oleh birahi dan alkohol hanya pasrah menikmatinya sambil lidahnya saling belit dengan Yanuar. Tangannya meraih selangkangan Yanuar dan merasakan batang penisnya yang sudah ereksi. Ricky menyingkap bra Meisya sehingga terlihatlah payudaranya yang berukuran sedang dengan puting coklat, kemudian dikecupnya gundukan daging kenyal di dada gadis itu.
“HHhmmhh... “ desah Meisya tertahan sambil terus beradu lidah dengan Yanuar yang kini meraih payudara satunya dan meremasnya.
Sambil mengenyot payudara Meisya, tangan Ricky menyusup masuk ke balik celana gadis itu. Ia hanya meronta sedikit merasakan tangan itu mulai masuk ke balik celana dalam dan mengelusi vaginanya. Gadis itu sudah tak mampu lagi menahan sentuhan erotis yang melanda tubuhnya. Sudah lama tidak dirasakannya kenikmatan seperti ini dan ia sendiri memang merasa membutuhkannya di tengah udara dingin ini. Alkohol membuatnya melupakan kerisihan melakukannya beramai-ramai seperti sekarang ini.

Di dekat mereka, Maria dan Rio sedang beradu lidah dengan penuh gairah. Tanpa melihat, gadis itu mengeluarkan penis Rio dari celananya dan mengocoknya lembut. Maria menggerakkan kaki ketika Tedy melucuti celana selutut beserta celana dalam yang dipakainya. Mata pemuda berkacamata itu memandang nanar pertama kalinya melihat vagina wanita yang ditumbuhi bulu-bulu lebat dengan paha ramping dan pinggul yang membulat montok. Tanpa banyak bicara lagi, Tedy langsung mencium dan menjilati paha indah itu, tangannya merambahi selangkangan dan mengelusi bibir vaginanya.
“Hhhmmh!!” desah Maria tertahan sambil menggelinjang ketika jemari Tedy menyeruak masuk ke vaginanya.
Sambil terus berpagutan, Maria dan Rio saling melucuti jaket masing-masing. Setelah jaket keduanya terlepas, Maria melepas pagutan dan mendorong Rio hingga punggungnya bersandar ke tembok kayu. Gadis itu menundukkan badan dan....
“Aaahh.... Marrr... sedap banget” desah Rio keenakan ketika lidah Maria dengan lembut menjilati batangnya yang sudah ereksi maksimal, “sepong semuanya dong, uuhh!!”
Dengan senang hati Maria menuruti permintaan itu, karena ia sendiri juga menginginkannya. Dilahapnya batang penis Rio, lidahnya berputar-putar di kepala penisnya yang tak bersunat, terkadang menyentuh lubang kencingnya, membuat pemuda itu mendesis-desis dan menggeliat.
“Ssshh... anjrit, seponganlu mantap Marr... aahhhh” lenguh Rio meremasi rambut Maria, ikat rambut gadis itu tertarik lepas hingga rambut sebahunya tergerai.
Reaksi Rio yang begitu menikmati oral seksnya, membuat Maria pun turut larut dalam kenikmatan. Apalagi saat itu Tedy mengangkat satu pahanya dan mendekatkan wajahnya ke selangkangannya. Pertama kali bagi Tedy menatap vagina wanita dari dekat dan menghirup aromanya. Segera dipraktekannya yang biasa ia saksikan di film bokep, dilumatnya vagina Maria, dihisap dan djilat-jilat dengan penuh nafsu. Akibatnya Maria pun merasa bak terbang di awang-awang, terlena oleh lidah Tedy yang menggelitik vaginanya. Perasaan itu ia lampiaskan dengan semakin intens mengulum penis Rio yang semakin memberi kenikmatan bagi pemuda itu. Tedy menjilat vagina Maria dalam-dalam, lebih dari itu ia juga menghisapnya dengan bernafsu sampai wilayah kewanitaan seniornya itu basah dan licin oleh liurnya. Rio menggigit bibir saat kepala penisnya menyentuh langit-langit mulut Maria, tangannya semakin liar menggerayangi tubuh gadis itu. Disingkapnya kaos Maria beserta bra-nya sehingga tangannya dengan bebas menggerayangi payudara dan memilin-milin putingnya yang menegang. Di bawah sana, Tedy dengan lahap melumat vaginanya yang semakin becek sambil tangannya menjulur ke atas meremas-remas payudara Maria yang satunya sehingga melengkapi kenikmatan yang dirasakan gadis itu. Kedua jari Tedy membuka bibir vagina Maria lebih lebar sehingga lidahnya menjelajah makin dalam hingga akhirnya menjilati klitorisnya yang sensitif. Maria merasakan seperti kesetrum bercampur geli-geli nikmat. Pemuda itu semakin menjilati daging kecil itu sehingga cairan yang keluar pun semakin banyak. Desahan-desahan tertahan terdengar dari mulutnya yang tengah mengulum penis Rio.

“Aaahh... oohhh.... !!” desah Meisya duduk bersandar pada dinding kayu menikmati kedua payudaranya sedang dilumat oleh Ricky dan Yanuar, seperti sedang menyusui dua bayi besar saja rasanya.
Celana panjang gadis itu sudah terlepas dan tergeletak di dekatnya, menyisakan celana dalam pink yang tampak menggelembung karena tangan Ricky mengobok-obok di dalamnya. Udara gunung yang dingin membelai-belai pahanya yang mulus namun gejolak birahi dalam dirinya memberinya kehangatan.
“Geli, Ky” desah gadis itu menggelinjang ketika mulut Ricky naik menjilati leher jenjangnya.
“Tapi enak kan?” goda Ricky menjilat daun telinga gadis itu.
Mulut Ricky merambat hingga bertemu bibir gadis itu yang membalas ciumannya. Meisya memang sudah terangsang berat oleh tingkah laku dua temannya itu ditambah adegan Maria bersama Rio dan Tedy di dekatnya. Berpagutan bukan hal baru baginya, namun ini adalah pertama kali sejak putus dengan mantannya setengah tahun lalu. Permainan lidahnya benar-benar membuat Ricky semakin bernafsu. Sembari berpagutan dengan Meisya, Ricky memilin-milin puting gadis itu. Yanuar masih terus mengenyot payudara yang satunya, tangannya masuk ke celana dalam gadis itu merogoh-rogoh selangkangannya menggantikan Ricky. Meisya yang sudah sangat birahi dan tipsy pengaruh alkohol sudah tidak peduli lagi dengan sekitarnya. Tangan gadis itu meremas-remas penis Ricky dari luar celana jeansnya hingga semakin keras.
“Berdiri!” pinta Meisya lirih dan memandang sayu pada Ricky.
Pemuda itu segera melakukan yang diminta. Meisya dengan lincah melucuti celana Ricky dan celana dalamnya hingga melorot di bawah kakinya. Jemari lentiknya menggenggam penis Ricky dan mulai menjilatinya.
“Uuugghh!!” desah Ricky merasakan nikmat sapuan lidah Meisya di kepala penisnya yang berkulup, “Mei... enakk gillaa!!” ketika penisnya masuk menyentuh langit-langit mulut gadis itu.
Yanuar merasa cemburu melihat Meisya begitu bernafsu mengoral penis Ricky, tapi di balik cemburu itu, gairahnya menggelegak. Sambil menciumi pundak dan leher gadis itu, tangannya meremasi payudaranya, dan tangan yang satu lagi menggerayangi selangkangan. Elusan-elusan dan ciuman Yanuar kontan membuat birahi Meisya semakin menggelegak.
“Agghh... mmmhhh... sshh...” desahnya sambil mengulum penis Ricky.
Ricky merespon kenikmatan itu dengan menggerakkan pinggulnya menyetubuhi mulut Meisya yang merasakan penis itu semakin berdenyut-denyut di mulutnya.
“Aahhhh... enak Mei, ngecrot nih guaa!!” desah Ricky tak sanggup lagi menahan kenikmatan itu sehingga spermanya menyembur deras di dalam mulut Meisya
Semburan itu lumayan banyak sampai membuat gadis itu tersedak, sebagian meluncur ke tenggorokannya, sementara sisanya tercecer keluar di sudut mulut dan dagu. Namun ia masih terus menghisap penis itu hingga semburannya berhenti dan ukurannya menyusut.

Pada saat yang sama, Rio juga mendesah nikmat sambil meremas payudara Maria lebih keras. Ia juga orgasme dan menyemburkan spermanya di mulut gadis itu. Maria yang sudah pengalaman soal ini melahap semua sperma yang tertumpah di mulutnya tanpa menetes sedikitpun keluar mulutnya. Di bawahnya, jilatan dan cucukan jari Tedy juga akhirnya mengantarnya ke puncak kenikmatan.
“Emmhh... aahh... ohh... “ Maria mengerang nikmat dengan tubuh menggelinjang dalam pusaran kenikmatan.
Tedy menyedot-nyedot vagina Maria sepuasnya, pertama kali melahap cairan kewanitaan membuatnya langsung ketagihan.
"Kaya gini ci yang namanya orgasme??" tanya Tedy menarik kepalanya dari selangkangan Maria setelah melahap habis semua cairan kewanitaannya.
"Iyeehh," sahut Maria dengan terengah-engah
“First time ya?” tanya Rio
“Iyah ko, enak gila, akhirnya bisa rasain juga” kata Tedy menyeka dagunya yang belepotan cairan kewanitaan Maria.
Kemudian Rio membentangkan jaket mereka dan menyuruh Maria yang tinggal memakai kaos dan bra yang sudah tersingkap untuk berbaring dengan ranselnya sebagai bantal. Pemuda itu berlutut di antara kedua paha Maria dan menggesek-gesekkan penisnya yang mulai bangkit lagi ke bibir vagina gadis itu.
“Kamu! buka celananya!” perintah Maria pada Tedy yang masih berpakaian lengkap.
“Iya ci!” pemuda berkacamata itu membuka celananya dan segeralah batang penisnya mengacung tegak seolah menantang dinginnya malam berkabut itu.
Tedi berlutut di samping Maria yang segera meraih penisnya dan mengocoknya lemubut.
“Slow aja kalau pertama kali, cepet-cepet keluar malah gak berkesan” kata Maria
“Lagian kita perlu anget-anget sekarang ini” timpal Rio.
“Aaughh... oohh goddd!!” desah Maria lirih saat Rio menekan kepala peninya hingga melesak masuk ke dalam rongga kemaluannya.
“Uuuhhh.... mantap Mar!” kata Rio mendiamkan sejenak penisnya dalam kehangatan liang senggama Maria.
Saat itu Tedy sudah asyik meremas-remas payudara seniorya itu sambil mengenyot yang satunya. Tangan Maria terus mengocok penis Tedy memberinya kenikmatan. Rio mulai memaju-mundurkan pinggulnya perlahan. Sensasi geli dan nikmat menjalari tubuh keduanya dari gesekan alat kelamin mereka. Pinggul Maria mengeliat-geliat mengikuti irama sodokan Rio.
“Oohh... Rio... sshh... enak!” desah Maria yang sudah tenggelam dalam kenikmatan yang luar biasa, “kamu sini dong!” ia menarik penis Tedy.
“Ah iya ci, iya ci!” Tedy mendekatkan diri ke kepala seniornya dan membiarkan gadis itu menjilati dan mengulum penisnya.
“Ooooohhh... mantap!!” erang Tedy merasakan oral seks pertamanya.

Meisya mengulum penis Yanuar sementara Ricky yang menunggu penisnya bangkit memeluknya dari belakang, kepalanya menyusup lewat ketiak /dan menciumi payudaranya. Ia gesek-gesekkan penisnya yang sudah setengah lemas ke belahan pantat gadis itu. Yanuar yang merasakan oral seks pertamanya juga mengerang-ngerang nikmat sambil meremas rambut gadis itu. Tak lama Meisya melepaskan penis Yanuar dari mulutnya dan meminta pemuda itu berbaring. Yanuar mengikuti yang diminta gadis pujaannya itu dengan membaringkan tubuh di atas jaket dan pakaian yang tercecer sebagai alas. Ia menanti berdebar-debar momen kehilangan keperjakaannya. Dengan senyum nakal dan wajah bersemu merah pengaruh alkohol, Meisya menaiki selangkangan pemudaitu, meraih batang penisnya, dan mengarahkan ke liang senggamanya.
“Sshhh... ooohh!!” Meisya mendesah merasakan kepala penis Yanuar memasuki vaginanya.
Yanuar merasakan perasaan yang luar biasa, penisnya dihimpit dinding vagina gadis itu yang becek dan bergerinjal-gerinjal, ternyata seperti inilah nikmatnya kehilangan keperjakaan. Ia meraih kedua payudara Meisya dan meremasnya. Sebelum mulai, Meisya melepas kaos dan bra-nya sehingga telanjang bulat, lalu ia mulai menaik-turunkan tubuhnya di atas selangkangan pemuda itu, kenikmatan melanda keduanya. Darah mereka berdesir memberi kehangatan yang melawan dinginnya udara gunung. Ricky menyalakan lampu led yang dibawanya dan mematikan milik Maria yang mulai redup agar tetap ada penerangan di pondok. Setelahnya ia kembali mendekati Meisya yang sedang memicu tubuhnya di atas selangkangan Yanuar, berlutut di sebelah gadis itu lalu melumat payudaranya.
“Ooohh... oohhh!!” Meisya makin menceracau sambil memeluk kepala Ricky yang menghisap kuat-kuat bongkahan kenyal itu, lidahnya menyentil-nyentil putingnya di dalam mulutnya.
Gadis itu menggoyang tubuhnya sebinal mungkin karena liang senggamanya sudah basah kuyup. Goyangan itu membuat Yanuar merintih-rintih nikmat sambil terus meremas satu payudaranya dan menggerayangi tubuh gadis itu. Setelah seperempat jam naik-turun, akhirnya Meisya merasakan gejala-gejala orgasme, saat itu ia sedang mengulum penis Ricky. Gerakan tubuhnya semakin liar hingga tibalah detik-detik yang teramat indah itu, vagina gadis itu berkontraksi hebat dan menyemburkan banyak sekali cairan hingga terdengar bunyi berdecak setiap kali kelamin mereka bertumbukkan. Kedutan-kedutan vagina Meisya juga memberi efek nikmat pada Yanuar yang merasakan penisnya seperti diremas-remas.
“Wwwaahh... gila eenaakkhh!!” desah Yanuar menembak-nembakkan spermanya di dalam liang vagina Meisya.
Di puncak kenikmatan yang indah itu tubuh kedua muda-mudi itu mengejang, bergetar-getar dalam nikmat yang tak terlukiskan. Meisya akhirnya ambruk menindih Yanuar dan menghembuskan napas panjang.
“Oh... tadi itu enak banget Mei” kata Yanuar terengah-engah.
Meisya tersenyum lemas dan mencium bibir pemuda itu dengan mesra. Ricky membiarkan keduanya melepas lelah sejenak sebelum gilirannya.

Sementara itu di dekat situ, Maria mendesah-desah sambil mengulum penis Tedy menerima sodokan penis Rio pada vaginanya. Rio menaikkan paha kiri Maria ke pundaknya sehingga ia menggenjot sambil memeluk paha mulus gadis itu. Tangan kiri Maria meremas-remas batang penis Tedy dan mengulumnya, namun mulai kurang konsen ke arah penis juniornya itu karena genjotan penis Rio makin lama makin terasa nikmat. Tusukan Rio semakin tetap cepat dan mantap, setiap menyentuh dinding terdalam, erangan nikmat tak tertahankan. Pijatan dinding vagina Maria memberi sensasi seperti listrik ribuan kilowatt pada Rio yang makin lama semakin hebat hingga tak terbendung lagi.
“Maaarr… oohh…” lenguh Rio panjang sambil meremas payudara kanan gadis itu lebih keras.
Rio mengejang dan penisnya menyemprot-nyemprotkan cairan kental dan hangatnya di dalam liang senggama Maria. Beberapa saat lamanya Rio menikmati orgasme hingga penisnya menyusut di vagina gadis itu dan ditariknya lepas. Merasa tanggung di tengah pendakian, Maria segera meminta Tedy meneruskan sambil melepas semua pakaiannya yang sudah terbuka dan mulai basah karena keringat.
“Ayo sekarang kamu!” ia menunggingkan pantatnya, “tau kan gimana caranya?”
“Tau dong ci!”
Tedy yang juga tipsy mengarahkan kepala penisnya ke vagina Maria yang sudah becek dan berlumuran sperma Rio itu. Maria meraih penis juniornya yang sudah keras maksimal itu membantu mengarahkan ke vaginanya.
"Iya... dorong!" katanya setelah tepat di bibir vagina.
Tedy mendorong pinggulnya hingga penisnya melesak masuk ke vagina Maria, tidak terlalu sulit karena dibantu oleh lendir kewanitaan bercampur dengan sperma Rio tadi. Pemuda berkacamata itu merasakan nikmatnya penisnya dihimpit dinding kewanitaan Maria, ia telah melepaskan keperjakaannya dengan cara yang nikmat. Tanpa menunggu instruksi berikutnya, Tedy mulai memaju-mundurkan batang penisnya. Sebentar saja ia sudah pandai menggenjot seniornya itu.
"Duuh... enak banget ciii!!" lenguh Tedy sambil meremas-remas payudara Maria.
Maria merespon dengan goyang pinggulnya sebinal mungkin, sehingga Tedy merasa batang penisnya bergesekan dengan klitoris gadis itu. Rio yang sudah mulai bertenaga lagi mendekati Maria dan duduk berselonjor di depan gadis itu. Tangan Maria segera meraih penisnya yang setengah bangun, menunjukkan kepala dan menjilati batang hingga kantung zakarnya.
“Uuuhh.... “ desah Rio menikmati kuluman Maria pada penisnya, “gimana rasanya bro pertama kali?” tanyanya pada Tedy
“Mantap banget ko! Bikin nagih ini mah!” jawab Tedy terus menggenjot.
Semakin lama gerakan Tedy menyetubuhi Maria semakin sempurnya hingga akhirnya pemuda itu tidak mampu lagi menahan gelombang orgasme yang kian mendekat.
"Ccciii.... oooo.... ooooooh..." Tedy melenguh nikmat dan mengejang.
Penis pemuda itu menyemprot-nyemprotkan cairan kental dan hangatnya di dalam liang senggama Maria. Begitu banyak sampai meluap keluar dan membasahi paha dalam gadis itu.
“Dasar pemula, mainnya grusa-grusu, gua belum dapet, dia udah lemes!” omel Maria dalam hati karena masih belum puas.

Perhatian Maria beralih ke Ricky yang sedang duduk selonjoran bersandar di tembok dan di dekatnya Meisya dan Yanuar baru saja mencapai orgasme. Ricky terpana melihat Maria dengan sorot mata liar merangkak mendekatinya, ia begitu berbeda dari keadaan normal yang kalem dan keibuan.
“Eerrr... cii...”
Pemuda itu pasrah ketika Maria naik ke pangkuannya, memeluk lalu memagut bibirnya. Tangan gadis itu meraih penisnya yang ia arahkan ke vaginanya.
“Uuuhhh... mantap ci!!” lenguh Ricky ketika Maria mengangkat sedikit tubuhnya lalu menurunkan lagi hingga penisnya melesak masuk ke vagina sampai mentok.
Ricky yang merasakan nikmat luar biasa kembali memagut bibir seniornya. Maria juga merespon permainan lidah juniornya itu tak kalah bergairah sambil menggoyang-goyang pinggulnya. Tangan pemuda itu aktif meremasi payudara dan membelai punggungnya yang basah berkeringat. Rio yang nafsunya mulai bangkit lagi mendekati Meisya yang sudah birahi lagi. Gadis itu tahu harus apa ketika seniornya itu menghampirinya, maka ia pun turun dari tubuh Yanuar. Tanpa diminta, ia berlutut di depan Rio, meraih batang penisnya dan menjilatinya.
“Kamu juga!” panggilnya pada Yanuar yang masih lemas, “ayo disini!”
Yanuar bangkit dan berdiri di sebelah Rio, sementara Meisya mengoral dan mengocok penis mereka bergantian. Seperti halnya Maria, sisi terpendam Meisya telah mendominasi akibat alkohol dan nafsu yang menggelegak.
“Aaah... aahh.... ooohh!!” Maria mendesah-desah nyaring sambil menaik-turunkan tubuhnya.
Bibir, leher dan telinganya menjadi sasaran pagutan Ricky, membuat gadis itu semakin sulit menahan desahan-desahan kenikmatan yang begitu saja meluncur keluar dari mulutnya. Mulut Ricky merambat turun menyasar payudaranya, dengan rakus ia melahap kedua gunung kembar itu. Satu dihisap-hisap, sementara yang satunya lagi dipilin-pilin dengan jari-jarinya. Bagaikan penunggang kuda yang kesetanan Maria memacu tubuhnya dengan irama cepat, mulutnya menceracau tak karuan membuat gaduh pondok kecil tersebut, untungnya tak ada orang lain lagi di sekitar situ, binatang-binatang liar di sekitar dapat mendengar jelas suara itu. Batang kejantanan Ricky menyodok-nyodok terus di dalam jepitan liang vaginanya. Dalam situasi tertentu Maria merasakan dirinya seperti wanita hyperseks yang menginginkan tubuhnya disetubuhi selama mungkin dan selalu haus kenikmatan. Di tengah gelombang kenikmatan itu terbayang Daniel, sang kekasih. Bagaimana bila ia menyaksikan dirinya sedang melakukan orgy seperti ini, tapi bukankah mereka masing-masing juga memiliki affair sendiri dan sudah sepakat agar tidak baperan bila melakukannya bukan dengan pasangan, teman-temannya pun melakukan seperti itu, lagipula memang dalam kondisi ini memang mereka sedang membutuhkannya untuk mencari kehangatan, Maria berusaha mencari justifikasi atas kegilaan ini. Semakin kelamin mereka beradu, Maria semakin melayang-layang, hingga akhirnya ia tiba di puncak kenikmatannya. Tubuhnya berkelojotan dengan mata terpejam, sambil meremas-remas bahu Ricky.
“Aaaaaaa..... aaaaaahhh....” erangnya mencapai orgasme
Kontraksi dinding vaginanya yang semakin cepat juga memberi Ricky kenikmatan. Pemuda itu juga ikut menyentak-nyentak pinggulnya ke atas. Ia segera mengambil alih kendali ketika goyangan Maria mulai melemah, dibaringkannya tubuh seniornya itu di lantai kayu lalu ia gerakkan pinggulnya maju mundur sampai dua menit kemudian....
“Ohh... mmppff... ngghh... ” desah Ricky tak tertahan lagi, spermanya sudah mengumpul di ujung penisnya.
Ia segera mencabut penisnya dan pindah ke sebelah kepala Maria. Crreeett... creett... cairan putih kental bercipratan membasahi wajah, leher, dan rambut seniornya itu. Maria membuka mulutnya membiarkan cipratan putih itu masuk ke mulutnya.

“Uuuhh... mantap... terus goyang!!!” erang Rio berbaring di atas jaket-jaket yang ditebar menikmati Meisya yang naik-turun di atas penisnya dalam posisi membelakangi.
Sambil memicu tubuhnya, gadis itu sedang mengulum dan mengocok penis Tedy dan Yanuar secara bergantian. Pipi Meisya nampak mengempot saat menghisap penis Tedy dengan kuat sehingga membuat pemuda itu mengerang nikmat dan penisnya ereksi maksimal lagi, kedua tangannya memegangi kepala Meisya. Yanuar yang penisnya sedang dikocok meraih payudara kiri gadis itu dan meremas-remasnya. Kulumannya pada Tedy berhenti lalu berganti ke Yanuar. Meisya begitu bergairah dan semakin terbakar nafsu, sesekali ia dekatkan dua batang penis itu ke mulutnya hingga bersentuhan satu sama lain seakan berebut memasuki rongga mulut yang hanya cukup untuk satu penis. Inilah sensasi terbaru bagi gadis itu dan para pemuda teman seangkatannya, belum pernah mereka alami sebelumnya bercinta ramai-ramai seperti ini. Sensasi foursome mengantar gadis itu lebih cepat ke puncak kenikmatan dan tak terbendung lagi ketika dorongan emosi yang begitu kuat meledak dari dalam, menimbulkan suatu sensasi kenikmatan yang tinggi, tubuh sintalnya menegang, otot vaginanya berdenyut hebat, hingga ia pun menjerit dalam nikmat orgasme. Sejenak ia menghentikan gerakannya tapi Rio yang merasa nikmat oleh semburan cairan hangat dan remasan dinding vaginanya justru menyentak-nyentak pinggulnya ke atas sehingga penisnya menghujam vagina Meisya yang tengah dilanda orgasme. Setelah gelombang nikmat itu surut, tubuh Meisya melemas seiring dengan hilangnya denyutan vaginanya.
"My turn, guys!" kata Tedy sambil meminta gadis itu turun dari selangkangan Rio.
Rio menyingkir dari tumpukan jaket untuk memberi tempat berbaring pada Meisya yang telentang pasrah membuka lebar kedua belah pahanya. Tedy segera mengusap penisnya pada vaginanya yang sudah banjir dan menekuk lutut gadis itu ke atas. Setelah pas mulailah ia mendorong masuk menguak celah vagina tersebut.
“Ooohh!!” desah Meisya merasakan penis ke-empat yang mengisi vaginanya hari ini
Penis Tedy menggenjot liang vaginanya yang sudah basah kuyup. Cairan itu memperlancar penis tersebut menyundul-nyundul dasar liang senggamanya. Hanya beberapa detik Meisya terdiam lesu setelah dilanda orgasme, namun gairahnya mulai bangkit lagi karena penis Tedy semakin ganas menggenjot liang senggamanya. Meisya merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit, merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Lalu ia merasakan sesuatu yang hangat berada di bibirnya... ternyata penis Rio yang basah oleh cairan orgasmenya. Ia meraih penis itu dan menjilatinya hingga bersih lalu dimasukkan ke mulut dan dikulum-kulum. Rio pun melenguh nikmat sambil meremas payudara gadis itu. Sementara Yanuar kini beralih ke Maria sedang mendoggy style seniornya itu, setiap sodokan demi sodokan penisnya membuat kedua payudara gadis itu berguncang hebat. Wajah Maria masih nampak belepotan sperma. Pondok kayu itu terisi desahan erotis sahut menyahut bagaikan sebuah simfoni dan aura mesum yang kental. Akhirnya mereka pun bergelimpangan dengan perasaan lelah dan puas. Setelah membersihkan diri dengan tissue basah dan kembali berpakaian mereka pun terlelap karena lelahnya. Meisya tiduran dalam pelukan Yanuar dan Maria diapit Rio dan Tedy.

Setelah jam limaan pagi, kabut mulai hilang dan mereka akhirnya bersiap untuk turun.
“Oke dengar yah semua!” kata Rio sebelum berangkat, “yang kemarin malam itu biar jadi rahasia kita enam orang aja, ngerti kan?”
Semua mengangguk sepakat. Mereka pun meninggalkan pondok yang penuh kenangan erotis itu setelah membereskan semua barang. Semua yang dibawah menyambut bersyukur keenamnya yang kembali tanpa kekurangan sesuatu apapun.
 
Terakhir diubah:
BONUS STORY

Bang H### dengan hati berbunga-bunga menerima undangan untuk manggung di acara campus night sebuah universitas. Kini ia sedang dalam proses negosiasi di sebuah kafe bersama dua pemuda berpenampilan necis yang adalah panitia acara.
“Alhamdulilah, saya senang ternyata masih ada anak muda jaman sekarang yang mengundang saya untuk mengisi acara” katanya dengan suara beratnya yang khas.
“Iya bener bang!” kata pemuda yang berkemeja pink sambil melambai, “banyak yang ingin melihat abang tampil di panggung, makanya kita hubungi bang H###”
“Nah ini kontraknya Bang!” kata temannya yang kekar mengeluarkan sebuah kontrak dari foldernya, “mungkin mau dibaca dulu, siapa tau ada pertanyaan”
Mata Bang H### terbelakak ketika sedang membaca sekilas surat kontrak itu,
“Maaf, ini apa maksudnya? Campus boyz night”
“Iyah, itu maksudnya acara khusus mahasiswa saja!” jawab yang kekar
“Mahasiswa saja?” Bang H### mulai was-was apalagi melihat gesture dua pemuda yang menjadi panitia itu, “jangan-jangan, penyuka sesama jenis?”
“Betul sekali bang, banyak dari kita yang ngefans sama Bang H### sebenarnya, makanya kita berharap banget Bang H### bersedia tampil mengisi acara” sahut si baju pink dengan gaya kemayu.
“Maaf, saya haramkan acara ini dan saya tidak bersedia tampil, itu dooosaaa.... dooosaaa...” kata Bang H### menyodorkan kembali dokumen kontrak itu pada mereka.
“Bang ayolah bang, kita ini juga kan fans abang!” kata si baju pink.
“Tidak, ini maksiat, sungguh ter... la... lu!” tolaknya sambil bangkit berdiri.
“Bang, ayolah bang! Kita saling bantu, kita perlu abang buat tampil, abang juga butuh bantuan kita!” sahut si kekar menahan lengan Bang H### agar ia duduk lagi, “ini bang! Coba abang liat dulu!” lanjutnya membuka smartphonenya.
“Hah... ini.... “ Bang H### terperangah melihat adegan di layar smartphone, dimana anaknya yang beberapa kali tertangkap polisi karena narkoba sedang melakukan transaksi.
“Ini baru terjadi dua minggu lalu, rekan kami ga sengaja memergoki, kayanya anak abang masih pengen jadi kurus dengan cara itu” si kekar menjelaskan, “tenang bang, rekaman ini belum ada orang lain lagi yang tahu, kita akan jaga rahasia ini baik-baik, ya tentunya kita juga butuh bantuan abang!”
“Bang H### gak usah khawatir, kami memberi honor yang cukup untuk kehadiran abang kok, abang cuma perlu tampil sesuai arahan kami saja, bisa ya bang, tolong pengertiannya” si baju pink membujuk penuh harap menyodorkan surat kontrak ke arah Bang H###
“Hhhuuhh... anak itu!! ter... la...luuu!” geram Bang H### dalam hati.
Ia tidak ada pilihan lain dan mengerti apa yang harus dilakukan, tangannya terasa berat ketika digerakkan untuk membubuhkan tanda tangan di bawah surat kontrak itu. Kedua panitia itu menyeringai senang setelah tujuannya tercapai.
“Selamat bang!” si kekar mengulurkan tangan dan Bang H### dengan ogah membalasnya, “kami tunggu kehadiran abang, dan tidak perlu repot bawa apa-apa, semua sudah kami atur dan sediakan, abang tinggal datang bawa badan saja!”
‘Bawa badan saja’ Bang H### memiliki firasat buruk tentang kata-kata itu.

#########
Hari H


Acara ‘campus boyz night’ itu diadakan di sebuah villa besar di pinggiran kota bagi kalangan terbatas. Lusinan tamu, ada yang kemayu, ada yang macho tapi suka sejenis, juga ada transgender, telah memenuhi ruang utama dengan panggung di tengahnya. Mereka begitu antusias dan pandangannya terpaku pada Bang H### yang sedang tampil di panggung ala Flea dari band punk rock, Red Hot Chilli Pepper, yaitu dengan hanya memakai kaos kaki menutupi penisnya serta gitar yang disandangnya agar selangkangannya tidak terlalu terlihat, ditambah memakai stocking jaring hitam yang membuatnya nampak seksi di mata para undangan. Tubuhnya berkeringat dingin lihat tatapan nanar para kaum pasangan sesama jenis itu ke arahnya, tapi mau tidak mau ia harus berusaha tampil prima sebagaimana arahan panitia dan kesepakatan di kontrak, juga demi melindungi skandal anaknya agar tidak sampai bocor.

“Duh Bang H###, bulu dadanya seksi deh, minta dikit dong!” seru seorang pria kemayu.
“Gitarnya geser dikit bang! Kita kan mau liat itunya bo!” sahut yang lain.
Ia terus bernyanyi tanpa menghiraukan celotehan nakal mereka yang sebenarnya membuat bulu dada... eh bulu kuduk merinding itu dan berharap acara cepat berakhir.


Begadang jangan begadang
Kalau tiada artinya
Begadang boleh saja
Kalau ada perlunya

Kalau terlalu banyak begadang
Muka pucat karena darah berkurang
Bila sering kena angin malam
Segala penyakit akan mudah datang
Darilah itu sayangi badan
Jangan begadang setiap malam

“Ya, gays! Sekarang kita sambut bintang tamu kita berikutnya yang akan meramaikan malam ini bersama Bang H###.... “ sahut suara pembawa acara terdengar dari speaker, “seorang legenda juga sama seperti Bang H### ini, yang begitu seksi dan menggoda, siapakah dia? Kami persilakan A########## D######### !!!”
Para tamu riuh menyambut gegap-gempita ketika nama itu disebut, apalagi ketika sesosok tubuh muncul dari tirai belakang panggung. Seorang pria berkepala plontos dengan jenggot kambing di dagunya, juga tampil ala Flea, hanya memakai kaos kaki di penisnya dengan gitar sambil menyanyikan salah satu lagu andalannya sambil berusaha keras menahan malu, bedanya dengan Bang H###, ia memakai stocking jaring merah.

Aih, senangnya dalam hati
Kalau beristri dua
Oh seperti dunia
Ana yang punya

Kepada istri tua
Kanda sayang padamu
Oh kepada istri muda
I say, “I love you”

Istri tua merajuk
Balik ke rumah istri muda
Kalau dua-duanya merajuk
Ana kawin tiga.

“Yyyuuhhhuuu.... Mas D####! I love you full!!” sahut seorang pria dengan gaya feminim.
“Mas D#### kok itunya masih ada? Katanya mau dipotong???” sahut seorang lainnnya.
“Nasib... nasib dapet bini gatelan, sial tenan!” umpat pria botak berjenggot itu dalam hati meratapi nasibnya harus mengisi acara ini demi menutupi skandal istrinya yang tertangkap kamera panitia memasuki kamar hotel lalu disusul empat pria lain yang diduga kolega wanita itu di DPR. Ia juga harus menerima kenyataan bahwa profesi baru sang istri sebagai anggota dewan hanya berfungsi sebagai ‘alat lobby’.
Suasana pesta semakin ramai dengan hadirnya dua bintang tamu dengan penampilan khusus itu. Para pecinta sesama jenis itu mulai horny, beberapa di antara mereka tidak malu-malu berciuman dan saling raba dengan pasangan masing-masing. Sementara bagi Bang H### dan Mas D#### malam itu adalah malam neraka dimana mereka mau tidak mau harus tampil di antara para penyuka sesama jenis. Dan neraka itu mencapai puncaknya ketika door prize untuk mendapat kesempatan private meet and greet dengan dua bintang tamu khusus itu. Undian untuk bersama Bang H### jatuh pada seorang pria tampan berotot namun kemayu, sementara yang beruntung mendapat kesempatan meet and greet dengan Mas D#### adalah seorang transgender yang bulu-bulu kakinya belum cukur.
“Duh!! Asyik boo!! Gak nyangka bisa dapet Mas D####!” sahut bencong itu kesenangan sampai kelepasan suaranya nge-bas.
Sebentar saja kedua idola itu sudah diboyong ke kamar oleh pemenang.
“Teganya... teganya.... teganya... teganyaaaa!!” terdengar dari kamar Bang H###
“Idiioootttt!!” terdengar dari kamar Mas D#### di sebelahnya.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd