Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

College Tales (updated 11 October 2019, at page 1)

caligula1979

Semprot Addict
Daftar
24 Jun 2012
Post
486
Like diterima
2.808
Bimabet
Untuk pembaca pemula, saya sarankan sebelum membaca cerita ini baca dulu:
Karena walaupun ceritanya berdiri sendiri, masih ada keterkaitan dengan cerita tersebut, dengan kata lain, masih dalam universe yang sama, yaitu Caligula Universe

Cerita-cerita lain dalam Caligula Universe:


Selamat membaca, met mupeng!! Met crot!!




Pukul 14.16

Di ruang belajar rumah mewah itu, seorang anak berusia sembilan tahun sedang mengerjakan soal matematika, beberapa soal yang tidak bisa ia kerjakan ia lompat untuk mengerjakan soal lain yang lebih mudah, sesekali matanya juga melihat ke arah jam. Sementara itu di sebuah kamar, di lantai bawah....
Seorang gadis rebahan di ranjang dengan hanya memakai kaos dan bra kuningnya yang telah tersingkap hingga ke atas dada. Seorang pria Chinese berusia 39 tahun mengangkat wajahnya dari selangkangan gadis itu lalu membentangkan paha mulusnya lebih lebar menyajikan pemandangan menggairahkan dimana vagina si gadis yang ditumbuhi bulu-bulu tidak terlalu lebat itu sudah sangat basah oleh air liur dan cairannya sendiri.
“Masukin sekarang aja om, waktunya tinggal dikit lagi!” pinta gadis itu lirih.
“Oke Mar, om juga udah kepengen kok!” kata pria itu menempelkan kepala penisnya yang tak bersunat ke bibir vagina si gadis.
Sleeeep.... perlahan-lahan penis itu melesak masuuk ke vaginanya
"Aaahhh" keduanya mendesah nikmat bersamaan saat kelamin mereka bersatu
Pria itu menciumi bibir si gadis dengan mesra sambil mulai menaik turunkan pantatnya menggenjot penisnya di vagina si gadis. Gadis itu membalas ciuman si pria dengan ganas sambil merasakan penisnya mengobok-ngobok vaginanya. Pria itu menaikkan temponya bertahap sambil sesekali melihat ke arah jam.
"Mar, tukeran kamu di atas ya!" pintanya agar mengubah posisi WOT.
Tanpa banyak bicara, si gadis segera menaiki tubuh pria itu dan langsung menunggangi penisnya. Ia mainkan ritmenya dengan cepat, tidak lupa variasi memutar pinggulnya seperti sedang ngebor memberi sensasi nikmat pada pria itu terasa seperti berada di langit ke tujuh. Tangan si pria meremasi sepasang payudara 36B si gadis dan memilin-milin puting coklatnya. Gadis itu mempercepat gerak naik-turun tubuhnya karena sudah di ambang orgasme. Si pria yang sepertinya paham dengan keadaannya ikut menghentakan penisnya ke vaginanya dengan cepat.
"Aaaaaahhh..aaah... " si gadis mendesah panjang saat gelombang orgasme menerpanya, tubuhnya menggelinjang.
Ia lalu melepaskan vaginanya dari selangkangan pria dan beringsut ke bawah sambil tangannya menggenggam batang penisnya.
“Uuugghh... Mar, sebentar lagi keluar Mar!!” erang si pria sambil mengelus rambut gadis itu.
Gadis itu menyapu-nyapukan lidahnya pada kepala penis si pria disertai hisapan yang membuai hingga akhirnya terasa penis itu makin berdenyut-denyut lalu, crreettt.... creett... creett... semburan sperma pria itu memenuhi mulut si gadis yang berkonsentrasi melahap cairan kental beraroma tajam itu. Sementara si pria mengejang dan mendesah merasakan hisapan dahsyat si gadis terhadap penisnya.
“Aaww.... !” jeritnya kecil ketika melepas penis itu ternyata masih menyemprotkan isinya dan mengena sebagian pada daerah mulut dan lehernya, “kirain udah berenti” kembali gadis itu memasukkan penis itu ke mulutnya.

Setelah beristirahat lima menitan, gadis itu buru-buru membenahi dirinya.
“Saya kembali duluan yah om, sebelum si Kenneth nyariin!” katanya
“Makasih yah Mar, hisapan kamu emang mantap” sahut si pria.
Gadis itu tersenyum dan memakai kembali celana selututnya lalu ke kamar mandi di kamar itu untuk membersihkan mulutnya dari cipratan sperma.
“Gimana Ken? Sudah selesai?” tanya gadis itu muncul di ruang belajar Kenneth lalu duduk di kursi sebelahnya.
“Ci Maria! Ini nih... yang nomer lima sama sembilan! Saya ga ngerti dah bener!” kata Kenneth
Maria memperhatikan hasil pekerjaan murid lesnya itu dan mengangguk-angguk.
“Oke... good, kemajuan banget!” puji gadis itu setelah mengecek yang telah dikerjakan sang murid, “nomer lima sama sembilan yah, oke gini yah.... “ ia mulai menjelaskan soal itu secara sistematis namun dengan bahasa yang dimengerti anak seusia Kenneth.
Gadis itu bernama Maria (20 tahun), seorang mahasiswi akutansi yang cemerlang, juga salah satu bunga kampus karena kecantikannya. Citra ‘nice girl’ melekat padanya karena selain cantik dan pintar, ia juga mandiri lewat les privat yang muridnya lumayan banyak dan jualan online bersama temannya. Maria bukanlah type gadis yang mudah didekati, sejak putus dengan pacarnya lebih dari dua tahun yang lalu, banyak pria yang sudah mencoba PDKT namun semua ditolaknya dengan halus. Satu hal yang hanya diketahui orang-orang dekatnya adalah, di balik citra ‘nice girl’ itu, Maria diam-diam menikmati petualangan seks liar sebagai hiburannya, atau bisa dibilang sebagai pelampiasannya setelah putus akibat perselingkuhan sang mantan. Pria yang barusan bercinta dengannya tidak lain adalah papa Kenneth, murid lesnya itu, bernama Jeffry, seorang arsitek yang banyak menghabiskan waktunya di ruang kerja di rumahnya. Setelah percintaan mereka, les masih berlanjut selama setengah jam ke depan.
“Nah, gitu... tuh Kenneth bisa kan akhirnya!” puji Maria melihat muridnya akhirnya mampu mengerjakan soal yang tadi tidak bisa dikerjakannya, “jadi sekarang udah ngerti?”
Anak itu mengangguk dengan bangga setelah mampu mengerjakannya.
“Nah ini buat Kenneth karena udah mau usaha terus bisa!” Maria mengeluarkan sebuah sticker imut dari tasnya dan memberikannya pada muridnya itu yang menerimanya dengan senang, “jadi buat ujian lusa tetap harus belajar yah! kalau kamu nilainya di atas delapan cici kasih hadiah lebih bagus!”
“Apa Ci hadiahnya?” tanya anak itu antusias.
“Ada deh... pokoknya Kenneth belajar yang bener aja supaya nilainya bagus, sekarang udah dulu yah!” Maria lalu membuka tutup gelasnya dan meminumnya.
“Om, pulang dulu yah!” pamit Maria menemui Jeffry di ruang tengah yang sibuk dengan laptopnya, “Kenneth hari ini bagus belajarnya, cuma tetap harus belajar buat ujian, dia kan gampang lupa soalnya!”
“Ooh gitu yah... tuh Ken dengar kata cici Maria kan?” kata pria itu
“Pa, Ken dapet sticker dari cici!” anak itu dengan bangga memperlihatkan sticker itu pada papanya.
“Nah gitu dong, kalau belajar bagus, pasti ada hadiah, nanti cerita ke mama yah!”
Setelah basa-basi sejenak, Maria pun meninggalkan rumah itu. Ini adalah jadwal terakhir hari ini, selanjutnya ia ingin pulang dan istirahat sebentar sebelum janji nanti malam.

###################
Pukul 17.25


Maria keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk sambil mengelap rambut basahnya. Dicabutnya smartphone dari chargernya setelah mengecek baterainya telah terisi seratus persen, kemudian ia menyalakan gadget itu dan mengecek pesan-pesan WA yang masuk. Yang pertama ia buka adalah pesan dari Daniel, pesan itu mengatakan bahwa ia akan tiba sejam lagi, dikirim sepuluh menit lalu, senyum dikulum terlukis di wajahnya setelah membacanya. Daniel, setiap kali mengingatnya jantungnya terasa berdebar. Walau pemuda gempal berdarah Batak itu secara fisik biasa-biasa saja, apalagi dibanding pacar terakhirnya, tetapi sejak pertemuan pertama ketika dikenalkan oleh sobatnya, Sherlin, ia sudah merasa nyaman di dekatnya. Daniel selalu perhatian padanya dan memperlakukannya seolah dirinya adalah yang paling berharga baginya. Selama tiga bulan jalan bareng, Daniel belum pernah mengarah ke seks, paling banter sesekali mencuri-curi pandang ke arahnya, pegangan tangan atau mengelus punggung. Sesekali mereka saling berbantahan bila bersilang pendapat, namun itu dapat diatasi dan tidak menjadi masalah utama. Jam 18.05, terdengar misscall dari Daniel, gadis itu melihat ke jendela mobil Honda Jazz di depan gerbangnya. Maria pamitan pada mamanya dan keluar dari rumah.
“Hai georgeous!” sapa Daniel melihat sang pujaan hati membuka pintu depan dan duduk di sebelahnya.
“Hai!” balas Maria memberikan senyumnya yang termanis
Maria tampil cantik dengan rambut diikat ke belakang dan mengenakan blouse berwarna hijau muda dan low cut di kanan.
"Kita ke mana?" tanya Maria setelah mobil keluar dari kompleksnya.
"Ke Atmosphere aja, enak, terus lagi ada band bagus”
“Tapi suka penuh kan kalau pas ada yang manggung?”
“Tenang gua udah reservation kok”
"Eeemm... boleh, boleh... " Maria mengangguk dengan senyuman, ia selalu senang dengan Daniel yang penuh persiapan dan tepat waktu ini.
Setibanya di kafe tersebut, pelayan mengantar mereka ke sebuah sudut yang romantis, agak terpisah sedikit dari meja-meja lain. Tempatnya memang cocok untuk pasangan kekasih yang datang bukan hendak makan saja tetapi hendak bercengkerama memadu kasih. Lagu jazz mengalun dari panggung oleh band yang mengisi acara hari itu. Muda mudi itu menikmati makanan mereka sambil bercengkrama mesra. Semakin banyak yang mengenal pasangann masing-masing, semakin membuat keduanya jatuh hati padanya. Maria sedikit trauma setelah diselingkuhi mantannya, namun dalam diri Daniel ia seperti menemukan orang yang tepat, sementara di pihak Daniel yang belum pernah pacaran ini adalah malam paling berbunga-bunga dan menegangkan, ia berusaha memilih kata agar tidak salah omong namun juga tidak menunjukkan kegugupan, ini semua berkat ‘bimbingan’ mama tirinya, Tiara, yang juga adalah partner curhat dan seksnya. Perbincangan mereka tanpa disengaja sesekali menyerempet ke arah sensitif tentang seks.

“Niel... lu sendiri apa udah ngelakuin?” tanya Maria dengan nada serius.
Pemuda gempal berkacamata itu terdiam dua detikan sebelum akhirnya mengangguk, “gua jujur aja, emang pernah, kalau lu sendiri?”
Jawaban ini memberi nilai plus di mata Maria, ia tahu pemuda itu sudah pernah melakukannya bahkan dengan sobatnya yang memperkenalkan mereka, Sherlin, yang pernah bercerita soal itu. Ia ingin tersenyum senang, namun berlagak jaim. Untuk pertanyaan Daniel itu ia menganggukkan kepala sambil menatap pemuda itu untuk melihat reaksinya. Ia mulai menceritakan dengan santai pengalaman seksnya dengan dua orang mantan pacarnya dulu, pria-pria lain, juga dengan sesama wanita terutama sobatnya, Sherlin dan Liani, beserta pandangannya tentang seks dan cinta setelah putus dengan pacarnya yang terakhir. Ia berpandangan bahwa seks dan cinta adalah dua hal berbeda.
“Wow... gua gak nyangka ternyata lu liberal gitu soal satu ini Mar” komentar Daniel setelah menyimak penuturan gadis itu.
Selanjutnya gantian Daniel yang menuturkan bagaimana ia kehilangan keperjakaannya bersama mama temannya, Tante Tyas, hingga mereka terlibat orgy. Maria tertawa setelah Daniel menceritakan semuanya.
“Eeee... kok ketawa Mar?”
“Hihihi... iya berarti kita sama yah, sama-sama pernah ngelakuin kegilaan”
Daniel ikut tersenyum dan meraih tangan gadis itu.
“Tahu apa yang gua suka dari lu Niel?” tanya Maria menatap pemuda itu, Daniel menggeleng.
“Lu jujur, termasuk soal satu itu, terus-terang aja, sebelum kenal sama lu, Sherlin udah cerita ke gua, kalau lu gak cerita soal itu, justru gua gak akan mau nemuin lu lagi, tapi lu begitu jujur... “
Daniel terdiam menyusun kata-kata dulu sambil tetap menatap mata gadis di hadapannya, “Mar, gua mana mungkin berbohong ke orang yang gua sayangi, gua pasti cerita apa adanya tentang gua” tangannya menggenggam lebih erat tangan Maria, “gua gak mau orang itu satu hari nanti kaget terus kecewa waktu nemuin apa yang gak sesuai harapan, gua juga....”
“Cukup... cukuppp!” Maria melepas tangan pemuda itu, “gua harus ke toilet dulu, permisi!” ia lalu bangkit dan meninggalkan Daniel yang terbengong-bengong.
Maria masuk ke sebuah bilik dan duduk di kloset tertutup sambil menangis tersedu-sedu. Ia tumpahkan semua perasaannya, ketulusan dan kejujuran pemuda itu sungguh membuatnya senang dan terharu. Setelah cukup melampiaskan yang dirasakannya selama lima menitan, barulah ia keluar dari bilik toilet dan mencuci mukanya, lalu kembali ke meja.

“Mar.... kamu gak apa-apa?” tanya Daniel begitu gadis itu muncul.
“Udah yuk, udah habis kan makannya, kita pergi yuk!” kata Maria.
“Eeeerr... oke, ayo!” katanya, “mas!! Mas!!” ia memanggil pelayan untuk meminta tagihannya.
Setelah membayar tagihan, keduanya pun berjalan ke arah mobil.
“Mar... kamu marah ya?” tanya pemuda itu sambil berjalan.
Gadis itu tidak menjawab dan mempercepat langkahnya sehingga Daniel semakin bingung.
“Bisa anter ke Dago atas?” tanya Maria.
“Bisa... tapi mau kemana kita nih?”
“Dont talk... kesana aja dulu!”
Daniel walau masih diliputi kebingungan segera menstarter mobilnya dan menuju ke tempat yang diminta wanita itu. Sepanjang jalan hening, Maria sesekali membuka smartphone dan membalas pesan yang masuk, sementara Daniel berkonsentrasi mengemudi sambil terus bertanya-tanya dalam hati mengapa gadis ini mendadak jadi begini. Memasuki daerah yang dituju, Daniel mengikuti arahan Maria hingga tiba di sebuah gedung apartemen, gadis itu menyuruhnya masuk ke parkir basement setelah menscan sebuah kartu dari tasnya ke mesin parkir.
“Wuih, kita mau ketemu siapa di sini?”
Maria tidak menjawab tapi menggandeng tangan Daniel dan menekan tombol password untuk membuka pintu kaca. Mereka naik lift hingga ke lantai enam, di sana Maria membuka sebuah pintu dengan kartu tap tadi.
“Ini punya kamu Mar? Keren banget” melihat interior apartemen berukuran sedang dengan satu kamar tidur, kamar mandi dan dapur itu.
Maria menggeleng, “ini punya si Sherlin, kebetulan kuncinya belum gua kembaliin, kadang kita ngumpul di sini atau sekedar santai aja” gadis itu membuka kancing gaun terusannya ketika Daniel memandangi pemandangan malam lewat jendela dan membelakanginya.
“Si Sherlin keren juga ya, masih kuliah udah bisa beli apartemen” puji Daniel
“Bisnis online, investasi... temen gua satu itu emang lihai soal bisnis, belum lagi keluarganya juga tajir” Maria meloloskan gaun itu dari tubuhnya dan menggantungnya pada sandaran kursi di dekatnya, selanjutnya ia juga membuka branya.
Daniel yang sedang berdiri di depan jendela tiba-tiba merasakan tubuhnya dipeluk dari belakang, membuatnya terhenyak. Digenggamnya tangan gadis itu yang melingkar di dadanya. Ia lalu berbalik badan dan terpana melihat gadis itu hanya tinggal mengenakan celana dalam.
“Mar...” hanya itu yang dapat keluar dari mulut Daniel memandangi tubuh gadis itu yang tingginya sedagu dirinya, tubuh yang mungil namun padat berisi dengan kulit putih mulus dan payudara 36B. Suasana romantis yang sepi, ditambah hati keduanya yang sudah berpadu tanpa sadar membuat mereka berpelukan. Aroma tubuh dan rambut Maria yang harum membuat darah Daniel bergolak.
“Love you so much!” ucap Daniel sambil membelai rambutnya
Pipi gadis itu memerah malu, “so do I” balasnya.

Daniel mengecup lembut kening gadis itu dan kedua matanya, ia tengadahkan dagunya yang lancip, bibir tipisnya yang memakai lipstik pink terbuka sedikit seakan menanti kecupan bibir pemuda itu. Dengan penuh perasaan Daniel mengulum bibir gadis pujaannya itu. Bibir mereka terlepas sebentar saat Maria mengangkat kaos berkerah yang dipakai pemuda itu lalu kembali berpelukan dan berpagutan, nampak kontras perbedaan kulit keduanya, Maria begitu putih mulus sementara Daniel agak gelap. Diplintirnya puting gadis itu dengan jariku menyebabkan pemiliknya mendesah mengekspesikan rasa nikmat. Cumbuan mereka semakin panas bergelora, ciuman dan rabaan tidak cukup meredam gejolak darah muda mereka. Jemari Maria dengan lincah membuka sabuk Daniel dan resleting celananya.
“Ke kamar yuk! Di sana!” ajak Maria memandang ke sebuah pintu tertutup.
Daniel mengangguk lalu mengikuti langkah gadis itu. Maria membukakan pintu dan menyalakan lampu, kamar itu berisi perabotan minimalis berupa ranjang yang bisa memuat dua orang, lemari baju dan cermin di dinding. Maria naik ke ranjang dan menelentangkan diri tersenyum ke arah pemuda yang baru mengatakan cinta padanya itu. Setelah membuka celana dalamnya, Daniel menyusul ke ranjang merayap di atas perut rata gadis itu, mennghimpit dadanya sambil memeluk lehernya. Diciumnya gadis itu dengan mesra, lalu mulutnya turun menjilati lehernya.
“Aaahh... eenngghh!!” lenguh Maria saat pemuda itu menyedot-nyedot putingnya sambil mengelus rambut pemuda itu, ia menikmati jilatan dan hisapan Daniel dengan mata terpejam-pejam. Mulut Daniel terus turun ke perut, menjilati pusarnya yang menimbulkan sensai geli-geli nikmat. Tangannya memegang karet celana dalamnya lalu menurunkannya ke bawah, diikuti mulutnya yang mulai menyentuh vagina gadis itu
“Ooooh… “ Daniel menciumi vagina Maria membuat gadis itu mendesah dan menggeliat, sementara celana dalamnya sudah lepas dari kaki jenjangnya.
Aroma yang dikenalnya terasa langsung menyergap lubang hidung pemuda itu. Secara bergantian, dengan gentle, dikulumnya kedua bibir luar vagina itu. Juga dijulurkannya lidah untuk menjilat celah sempit di antara ke dua bibir itu. Setelah puas menjilati bibir vagina Maria, jari pemuda itu membuka lebih lebar vagina yang sudah becek itu, sasarannya adalah klitorisnya. Dan ketika Daniel mulai menjilati bagian sensitih itu secara intensif, pinggul Maria pun terangkat-angkat ke atas, seakan terkena tarikan magnetis dari lidah dan bibir pemuda itu. Kala lidah dan mulut Daniel menyelimuti klitorisnya dan melumatnya lembut, Maria semakin blingsatan. Tak ingin buru-buru orgasme, tiba-tiba saja gadis itu mendorong tubuh Daniel sehingga membuatnya gantian telentang. Kemudian dengan binalnya Maria menelusuri permukaan tubuh gempal Daniel dengan lidahnya yang hangat. Aliran kenikmatan yang datang dari perlakuannya terasa begitu membuai.
“Uhhh... mantap Mar!!” desah Daniel saat gadis itu menghisap putingnya sambil tangannya mengocok lembut penisnya.
Daniel mengelus punggung dan pantat gadis yang baru menerima cintanya itu dengan lembut, kadang memelintir putingnya saat lidah gadis itu menyapu-nyapu putingnya dan menggigitnya pelan. Sungguh permainan gadis itu membuatnya terlena.

Setelah penis Daniel cukup basah dan mengeras maksimal, Maria menelentangkan tubuh di samping dan menarik lengan pemuda itu.
“Ayo sekarang… masukin aja!” pintanya
Daniel menangguk lalu bangkit dan memposisikan diri di antara kedua paha mulus Maria yang ia bentangkan. Maria meraih batang itu dan mengarahkannya ke bibir vaginanya yang mulai berlendir.
"Make love to me, please!" bisik gadis itu sambil mengusap-usapkan kepala penis tak bersunat itu ke bibir vaginanya.
Daniel menarik nafas panjang merasakan kelembutan dan kehangatan di ujung batang penisnya, lendir kewanitaan Maria mengolesi ujungnya. Di usia ke-20 tahun, Daniel akhirnya merasakan ‘make love’, bukan sekedar ‘fuck’ seperti yang terjadi sebelumnya dengan Tante Tyas, Sherlin dan mama tirinya. Ia sedikit menekan pinggulnya agar kepala penisnya terselip di bibir vagina yang berwarna merah itu. Ditatapnya wajah gadis itu ketika merasakan pinggulnya menggeliat. Dengan tambahan tekanan yang lebih keras, penisnya tertanam seperempatnya. Ditekannya lebih dalam, bblleess... hingga mentok diiringi erangan gadis itu.
“Sakit?” tanya Daniel melihat wajah gadis itu meringis, khawatir kalau ia menyakiti gadis yang disayanginya itu, selain itu tubuhnya bergetar merasakan sempitnya liang senggama itu
Maria menggeleng, “gapapa... enak kok! Jangan bengong, ayo gerak dong!”
Daniel pun mulai menggenjot vagina gadis itu. Tak ada lagi pedih yang tersisa, hanya ada nikmat yang menjalar dari vaginanya. Maria menceracau nikmat merasakan kenikmatan yang mengalir dari klitorisnya yang tergesek batang penis pemuda itu yang menghujam-hujam. Desahannya berpadu dengan desahan Daniel yang semakin ganas menggenjotnya. Moncong penisnya terus-terusan menyundul-nyundul liang senggama gadis itu sehingga membuatnya terbelalak dan ternganga sambil merintih lebih keras dalam nikmat yang luar biasa. Selain menggenjot, tangan pemuda itu juga meremas-remas payudara Maria dengan lembut, semuanya itu membuat gadis itu semakin menggelinjang nikmat. Karena itu ia pun mulai menggoyang pinggulnya sebinal mungkin, meliuk-liuk dan menghempas-hempas, sehingga klitorisnya jadi terus bergesekan dengan penis pemuda itu.
"Aarrgghh... Maarr, gua.... udah mau!!"
Daniel merasakan gelombang orgasme akan menerpanya sebentar lagi. Ia berusaha bertahan, tapi semakin lama vagina Maria terasa meremas semakin kuat, remasan yang berdenyut-denyut, seolah ingin menghisap batang penisnya, hingga akhirnya....
“Uuugghh....!!” lenguh Daniel merasakan spermanya menyemprot deras di dalam vagina Maria.
Ia menghunjamkan pinggulnya sedalam-dalamnya sehingga kepala penisnya mentok di dasar rahim gadis itu.

"Niel.... aarrgghh.. aarrgghh.. gua juga.. sodoknya terusin dong!" rintih gadis itu ketika merasakan dirinya segera menyusul pemuda itu ke puncak kenikmatan.
Dua sejoli itu sama-sama seperti kerasukan, saling cengkram dengan kuatnya, seolah ingin saling meremukkan. Sodokan-sodokan Daniel akhirnya berhasil menarik sang kekasih ke puncak. Dinding vagina gadis itu berkontraksi cepat dan mengucurkan banyak sekali lendir. Daniel pun terkapar di atas tubuh kekasihnya, dalam dekapan hangatnya.
“Niel…” ucap Maria setengah berbisik, “gua puas banget, love you badly”
“Sama, gua juga...” sahut Daniel mengelus rambut gadis itu, “sayang banget ke kamu Mar!”
Pasangan yang tengah dimabuk asmara itu bercumbu beberapa saat menikmati sisa-sisa orgasme sebelum Daniel turun dari ranjang.
“Mau minum?” tanyanya
“Yes please, dispensernya di dapur yah!”
Sebentar kemudian pemuda itu kembali ke kamar dengan segelas air.
“Thanks!” kata Maria menerima gelas itu dan langsung meneguknya.
“Sini!” Maria meraih tangan pemuda itu dan menyuruhnya telentang.
Mereka kembali bergumul mesra, saling kecup, saling remas dan saling elus. Maria berusaha membangkitkan penis yang masih lemas itu, dengan remasan dan elusan lembut. Digenggamnya batang yang masih lemas itu lalu tanpa ragu, ia jilati moncongnya hingga terasa mulai menegang di dalam genggamannya, dilanjutkan kuluman dan sapuan lidah di dalam mulutnya sambil sesekali dihisap-hisap perlahan. Sebentar saja penis pemuda itu sudah keras kembali di dalam mulutnya. Daniel cuma terlentang sambil memejamkan matanya sambil mengelusi rambut Maria, mungkin ia sedang menikmati kemahiran gadis itu mengoral penisnya. Setelah dirasa penis itu cukup tegak, Maria menaiki selangkangan Daniel sambil memegang batang penis itu dan ia arahkan ke mulut vaginanya.
“Sekarang gua aja yang goyang!” katanya
Penis pemuda itu mulai melesak ke dalam liang senggamanya
“Ooooh...” desah Maria yang nafsu birahinya makin menggila
Ia mulai menaik-turunkan tubuhnya, terasa sekali gesekan kelamin mereka menimbulkan aliran nikmat yang membuatnya terpejam-pejam, membuatnya semakin erat memeluk leher Daniel. Terlebih setelah pemuda itu melengkapi kenikmatan itu dengan ciumannya yang merambah leher, puting dan bahkan menjilati ketiaknya yang sudah harum dan tercukur bersih. Terkadang Daniel juga melumat bibirnya dengan hangat, sehingga gadis itu terpejam dalam nikmat yang tiada bandingannya. Maria memicu tubuhnya dengan liar, meliuk-liuk dan menghempas-hempas sehingga gesekan-gesekan kelamin makin terasa, makin menimbulkan denyut-denyut nikmat yang begitu membuai. Semuanya itu membuat desahan Maria semakin menjadi-jadi dan histeris.
“Emut lagi pentil toked gua…. iyaaaa… iyaa gitu… enak….”
Maria merasa makin melayang-layang di langit ketujuh, sebuah kondisi nikmat yang membuatnya kadang melotot kadang terpejam, keringat dari tubuhnya bercucuran di permukaan kulit Daniel. Ketika pemuda itu melumat bibirnya, dihisapnya lidah itu hingga air liur saling bertukar, terkadang ia juga sengaja menjulurkan lidahnya untuk ganti dihisap pemuda itu. Sungguh pergumulan ini terasa semakin panas dan nikmat.
“Gua udah mau dapet… gilaaaa… enak!!” rintih Maria mempercepat gerakannya
Tubuh gadis itu akhirnya berkelojotan di puncak kenikmatan sambil mencengkram kedua bahu Daniel, liang vaginanya berkedut-kedut dan mengucurkan cairan kewanitaanya.

Tahu sang pacar telah mencapai orgasme, Daniel segera mengubah posisi berguling dan menindihnya. Ia segera mengambil alih kendali dengan menggenjot vagina gadis itu. Sebentar saja, gairah Maria bangkit lagi dan ikut menggoyang pinggulnya. Keduanya semakin gila-gilaan menggerakkan alat kelamin masing-masing, genjotan Daniel semakin cepat, sementara Maria pun semakin liar menggoyangkan pinggulnya. Liang senggamanya membesot-besot dan memilin-milin penis Daniel yang masih perkasa. Kepala penis pemuda itu menghantam-hantam dasar liang kewanitaannya, sehingga Maria berkali-kali harus memejamkan mata menghayati nikmatnya disetubuhi tongkat urat yang perkasa itu. Cukup lama Daniel menggarapnya di ronde ini karena ia mengatur tempo sedang agar tidak buru-buru keluar.
“Niel… bareng-bareng yuk… biar enak… ” bisik Maria.
“Okeh” hanya itu yang terlontar dari mulut Daniel, lalu ia mempercepat gerakan penisnya.
Beberapa menit kemudian akhirnya mereka berhasil mencapai puncak surgawi dalam waktu bersamaan. Tubuh Daniel yang sudah bersimbah keringat itu mengejut-ngejut, moncong penisnya pun menembak-nembakkan spermanya di dalam liang vagina Maria yang sedang berkedut-kedut juga dalam orgasmenya. Lalu pemuda gempalitu terkulai di dalam dekapan sang gadis, sambil berkata dengan suara lemas,
“Luar biasa Mar... ini adalah ML yang paling fantastis… ML dengan sama yang gua cintai!”
“Lu yakin Niel kalau lu cinta sama gua?”
“Seratus persen… gua yakin banget kalau gua itu sayang ke lu Mar…” katanya sambil meremas tangan gadis itu dengan lembut dan hangat.
Terharu Maria mendengar pernyataan Daniel itu dan ia percaya bahwa pernyataan itu muncul dari hati nurani pemuda itu. Sebagai jawaban, dikecupnya bibir Daniel, lalu berkata dengan suara lirih, “I love you too”
“Thanks Mar… gua happy banget hari ini,bener-bener happy!”
“Sama” balas Maria, “besok kuliah jam berapa?”
“Sembilan, lu?”
“Gua sih siang, makanya gua ajak ke sini juga”
“Maksudnya... supaya kita bisa bobo bareng?”
Maria mengangguk dan tersenyum membuat hati Daniel semakin berbunga-bunga.
“Ntar yah, gua WA mama gua dulu, bilang tidur di rumah temen hari ini” pemuda itu meraih smartphonenya dan segera mengabari rumah.
Setelahnya ia menarik selimut menutupi tubuh telanjang mereka. Keduanya tersenyum saling tatap, pancaran mereka tersirat binar-binar cinta dan birahi. Mereka berangkulan disertai obrolan mesra pasca bercinta hingga akhirnya terlelap.

###############
Keesokan paginya
Pukul 7.12


Daniel bangun menemukan dirinya di ranjang tanpa busana, cahaya matahari masuk ke kamar lewat jendela yang telah dibuka tirainya. Ia merasa dirinya seperti pengantin baru, tapi... Maria sudah tidak di sebelahnya.
“Mar!” panggilnya.
Ia turun dari ranjang dan melangkahkan kaki keluar kamar yang pintunya sudah terbuka. Telinganya menangkap suara air mengucur di kamar mandi sehingga ia pun berjalan ke arah sana.
“Hai!” sapa Maria yang sedang berdiri di bawah shower yang mengguyur tubuh telanjangnya, “ayo sini! Kita masih ada waktu kan?” panggilnya.
Daniel menghampiri kekasihnya, matanya memandang kagum pada gadis itu yang nampak makin seksi dan menggairahkan dalam keadaan basah seperti itu. Dipeluknya tubuh sang kekasih dan mereka kembali berpagutan bibir.
“Pagi-pagi udah keras lagi” kata Maria ketika menggenggam penis pemuda itu.
“Ada kamu mana bisa itu gua lemes Mar”
“Biar gua sabunin Mar, gua pengen ngerasain mandiin cewek” Daniel menuangkan sabun cair ke telapak tangannya, lalu mengecilkan kran shower dan mulai mengusap-usap sekujur tubuh sang kekasih, dari telapak kaki sampai ke leher hingga sekujur tubuh gadis itu licin berbusa. Darah Maria berdesir-desir merasakan usapan kekasihnya itu.
“Mmmhhh!” gumamnya saat pemuda gempal itu menyabuni selangkangannya, bahkan tak ragu enyelipkan jemarinya ke celah kewanitaannya.
“Udah, sekarang gantian!” kata Maria menuangkan sabun.
Ia mulai menyabuni tubuh gempal Daniel sehingga licin berbusa seperti dirinya. Digenggamnya penis yang sudah menegang itu dan berlutut di depannya. Penis itu semakin tegang dalam genggamannya. Dengan telaten Maria menyabuni penis hingga buah zakar pemuda yang kemarin menyatakan cinta padanya itu, lalu dibilasnya bersih. Mata Daniel merem-melek menikmati sensasi nikmat itu, terlebih ketika lidah gadis itu menyapu batangnya. Disedot dan dijilatinya penis yang sudah ereksi maksimal itu, sementara jemari lentiknya mengurut-urut bagian batang yang tak masuk ke dalam mulutnya. Daniel menyeringai dan mendengus beberapa kali hingga akhirnya tak lama kemudian moncong penisnya menyemprot-nyemprotkan cairan kental dan hangat di dalam mulut Maria. Gadis itu menelan semuanya. Bahkan setelah penis itu berhenti menyemburkan isinya, ia terus menghisap seolah masih kurang kenyang dengan sperma yang sudah ia telan habis ini. Setelah mencabut penis yang menyusut itu dari mulut, Daniel membelai rambutnya dengan lembut. Lalu menciumi pipinya seraya berkata,
“Luar biasa buat memulai hari ini!”
Maria tersenyum sambil memperbesar kran shower.
“Udah yuk, bilas! abis itu ke kampus!” katanya
Setelah membilas busa-busa sabun dan shampoo, mereka saling menghanduki pasangan masing-masing. Selesai berpakaian keduanya pun meninggalkan apartemen dan meluncur ke kampus dengan mobil. Senyum sumringah nampak pada kedua pasangan yang sedang dimabuk asmara itu.



Empat hari kemudian
Pukul 10. 20



Daniel tengah mencari beberapa buku di perpustakaan untuk tugas kuliah. Sudah setengah jam lebih ia berkutat dengan buku di rak perpustakaan yang jumlahnya banyak itu.
“Yang baru jadian nih yee!” terdengar suara merdu dari lorong saat ia berjalan menyusuri lorong rak buku.
Daniel pun melangkah mundur dan melihat asal suara itu.
“Sherlin! Ngapain lu di perpus teknik?” tanyanya heran melihat gadis itu melihat-lihat buku di rak.
“Tadinya nyari si Hendri, sapa tau di sini, eh... malah ketemu orang yang wikk-wikk di apartemen gua” jawabnya tersenyum nakal, “ahhh... sebelumnya gua harus bilang congratulations dulu yah” sambil mengulurkan tangannya.
“Ehehe... thanks juga Lin buat tempatnya!” kata Daniel menjabat tangan lembut pacar temannya itu.
“Gua udah ngenalin si Maria, udah minjemin tempat gua... masa thanksnya masa cuma gitu aja?” kata Sherlin sedikit sinis.
“Gitu aja... maksud lu Lin?” Daniel jadi berkeringat dingin mencoba membaca maksud gadis itu.
Setelah menyapukan pandangan ke sekitarnya, Sherlin menarik tangan pemuda itu masuk lebih dalam ke dalam lorong rak.
“Gua lagi jam nanggung, lu mau ngehibur gua kan?” tanyanya setengah suara sambil tangannya meremas selangkangan Daniel dari luar celana jeansnya.
Kontan, Daniel pun terkesiap tapi dapat segera mengendalikan diri. Wajah manis Sherlin berjarak kurang sejengkal dari wajahnya, setelah menengok ke luar lorong sejenak, akhirnya ia mendaratkan ciumannya di bibir tipisnya itu. Sherlin membalasnya dengan penuh gairah, keduanya pun berciuman panas di lorong rak. Gadis ini mulai menunjukkan sisi liarnya setelah pesta seks di rumah Saldi dulu.
“Hmmm, belum setengah tahun lepas perjaka udah pinter cipokan, belajar dari siapa? Maria? Tante Tyas? Atau siapa?” komentar Sherlin atas ciuman teman pacarnya itu.
“Semua Lin... gua belajar dari mereka semua, termasuk lu hehehe” lalu kembali Daniel mencium gadis itu.
Mereka berciuman dan saling meraba tanpa menghiraukan bahwa tempat itu adalah sebuah perpustakaan. Walaupun ruangannya besar dan ditutupi dengan puluhan rak tinggi dan panjang, situasi saat itu pun agak lenggang, namun sewaktu-waktu orang bisa lewat karena bukan ruangan yang tertutup sempurna. Namun itu semua justru memicu adrenalin yang menambah sensasi nikmat.
“Lu perhatiin situasi, kalau ada yang dateng kasih tanda!” kata Sherlin setelah melepas pagutan.
“Lin... emang lu mau...!”
Sebelum Daniel menyelesaikan kata-katanya, sejurus kemudian Sherlin membuka resleting celana jeansnya dan memelorotkannya bersama dengan celana dalamnya.
“Jangan Lin, gawat kalau ketahuan!” pemuda itu memegangi celananya.
“So watch carefully!” tegas gadis itu lalu berjongkok dan mulai mengoral penis Daniel dengan lahapnya.
Batang penis Daniel yang dari tadi setengah tiang langsung menegang penuh dalam hitungan detik. Di saat yang sama jantungnya kembali berdebar-debar. Public sex, ini sungguh merupakan tantangan nakal yang baru pernah dihadapinya, ia menarik nafas panjang dan berusaha menenangkan diri. Sekilas, ia kembali memandang sekeliling berjaga kalau-kalau ada orang mendekat.

Sherlin mempercepat kocokannya pada penis Daniel, jilatan-jilatan pada batang dan buah zakarnya pun semakin liar. Ia sudah menyukai teknik oral gadis ini sejak pertama kali bercinta dengannya di rumah Saldi dulu.
“Oooh, Lin…!!!” sekuat apapun, Daniel akhirnya harus mendesah nikmat juga.
Kepala Sherlin maju-mundur mengulum penis pemuda itu, lalu ia berusaha memasukkan penis itu sedalam mungkin ke mulutnya sampai pemuda itu merasakan kepala penisnya bersentuhan dengan anak tekaknya. Daniel menggigit bibir agar desahannya teredam, yang jelas ia menikmati kuluman dan jilatan yang dilakukan Sherlin. Kenikmatan ini berlangsung selama lima menitan ke depan hingga Sherlin mulai merasakan kepala penis pemuda itu berdenyut-denyut di dalam mulutnya. Gadis berambut panjang itu menghentikan oral seksnya dan bangkit berdiri sambil tersenyum.
“Lanjutannya gua tunggu di toilet cewek di dekat teater, gua ke sana duluan” katanya, “tunggu sampe gua WA lu!”
Daniel buru-buru menaikkan kembali celananya.
“Eehh... Lin! Lin!” panggilnya sambil membenahi celananya.
Saat ia selesai, gadis itu sudah menghilang di balik rak buku. Daniel kembali ke mejanya bersama buku-buku yang akan dipinjam untuk mengambil tasnya. Setelah mendaftarkan buku yang dipinjam pada petugas perpustakaan, ia keluar dari situ. Baru beberapa langkah dari pintu perpustakaan, smartphonenya berbunyi dan ada pesan WA dari Sherlin.
“Aman, gua tunggu di sini yah!” tulis gadis itu.
Dengan girang ia mempercepat langkahnya ke gedung administrasi sampai hampir bertabrakan di belokan.
“Eh... Di, sori bro, buru-buru!” maafnya pada orang yang hampir ditabrak yang ternyata adalah Saldi, sobatnya.
“Apaan sih Niel rusuh gitu?” tanya Saldi, “wwoiii... mau ketemu doi ya!” panggilnya pada Daniel yang berlalu begitu saja.
“Dasar, mentang-mentang baru jadian, temen dilupain deh!” kata Saldi dalam hati sambil geleng-geleng kepala.
Ia tiba di gedung administrasi lalu menuju ke lift dan menekan tombol empat. Teater berada di gedung yang sama, dan pada hari biasa seperti ini biasanya sepi, hanya sesekali dipakai anak teater atau fakultas sastra. Setibanya di sana, Daniel tidak melihat ada orang lain lagi, ia pun melangkahkan kakinya ke toilet, malah ada sedikit kesan seram. Ia memandang sekeliling memastikan situasi aman sebelum membuka handle pintu toilet wanita.

Di dalam terdapat enam bilik yang empat pintunya tertutup tapi tidak rapat.
“Lin!” panggilnya pelan setelah masuk, “Lin!” panggilnya lagi
“Sini!” terdengar suara gadis itu dari bilik paling ujung yang pintunya membuka sedikit.
Sherlin menarik tangan Daniel masuk ke bilik itu dan langsung mengunci pintunya. Pemuda itu mendapati Sherlin tinggal memakai bra dan celana dalam pink, rambutnya diikat ke belakang agar tidak terlalu kusut setelah bergumul nanti. Ia langsung memeluk dan mencium leher jenjangnya. Sherlin menggeliat manja, ia merasakan tangan pemuda itu bergerak ke punggung melepaskan kait bra-nya, dibalasnya dengan mengangkat kaos pemuda itu. Setelah melucuti bra, Daniel melanjutkan dengan memeloroti celana dalam gadis itu.. Wow...tubuh langsing putih terpampang di hadapannya, Daniel yang memang sedang on langsung melepas celanaunya juga. Didekapnya tubuh mulus Sherlin, hangat... dadanya berhimpit menekan payudara montok Sherlin yang balas memeluk erat tubuh gempalnya. Bibir keduanya kembali menyatu, saling memberikan energi dan sensasi yang membumbung tinggi. Penis Daniel yang menggesek perut gadis itu memberi efek geli. Sherlin menggenggam batang itu kemudian dijepit di antara kedua belah pahanya, ke selangkangannya. Pemuda gempal itu memaju-mundurkan pinggulnya berirama seakan-akan sedang melakukan hubungan kelamin. Sherlin melenguh, tampak wajahnya merah menahan gejolak nafsu.
"Lu bawa kondom kan?" tanya Sherlin lirih
"Bawa Lin...” ia mengeluarkan dompet dari celananya dan menarik sesatchet kondom dari dalamnya, “ini dia hehehe"
Saran Hendri dan Saldi agar ‘sedia kondom sebelum mupeng’ ternyata berguna juga, teman memang selayaknya saling menasehati. Di ruangan toilet yang sempit itu, mereka benar-benar memanfaatkan situasi yang sempit pula. Tidak ingin buang waktu, setelah memasang karet pengaman itu pada penisnya, Daniel menarik tangan gadis itu agar duduk di pangkuannya. Dia sendiri duduk di atas toilet duduk. Sherlin mengangkat kakinya sedikit melebar, dituntunnya penis pemuda itu menerobos liang senggamanya yang terasa licin dan basah.
"Aahhh..." desahan lirih keluar dari mulut Sherlin saat penis Daniel melesak masuk
Tanpa menunggu lama, Sherlin mulai memacu tubuhnya naik-turun di pangkuan Daniel. Vaginanya terasa mengempoti penis pemuda itu, cairan kewanitaannya yang licin sangat membantu persenggaman mereka. Refleks keduanya berpelukan makin erat. Daniel mencium dan menjilati kedua payudara Sherlin yang tepat di depan wajahnya dengan penuh nafsu membuat gadis itu menggeliat erotis. Sherlin meracau pelan berusaha agar suaranya tidak terlalu keras, sesekali bibir mereka berpagutan agar dapat meredam suara. Daniel merasakan penisnya semakin mengeras dan berdenyut, terasa semakin kuat dorongan hawa nafsu dari penisnya, ia sudah di ambang orgasme. Ia ikut menyentak pinggulnya ke atas untuk menjemput sensasi nikmat itu. Sherlin juga mempercepat gerakannya.

"Lin... gue mau keluar..." kata Daniel terputus putus.
"Sama-sama yah... gua juga mau nih!!”
Mendapat persetujuan Sherlin, Daniel tidak ragu mengerahkan kemampuannya menggoyang tubuh gadis itu.
“Terusshh... iya teruss... dikit lagi... “ erang Sherlin setengah suara, “aaahh... yyaahh!!” akhirnya gadis itu tidak bisa lagi menahannya, orgasme datang menerpanya sehingga tubuhnya bergetar seperti kesetanan, matanya membeliak-beliak menatap ke langit-langit.
“Aarrrggghh” geram Daniel merasakan penisnya makin berdenyut dan diremas dinding vagina pacar temannya ini hingga akhirnya menyemburkan sperma di dalamnya
Sperma Daniel menyembur memenuhi kondom, dipeluknya erat tubuh Sherlin sambil merasakan kedutan nikmat dari penisnya. Sherlin juga memeluk erat tubuh pemuda itu. Seiring waktu, gelombang nikmat itu mereda, mereka pun mengedorkan pelukan. Keduanya saling pandang melihat wajah pasangan masing-masing tersenyum lemas bersemu kemerahan dan berkeringat. Mereka berciuman lama meresapi kenikmatan yang tersisa. Setelah membenahi diri, mereka bergantian keluar dari toilet dan keluar dari gedung itu dengan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Sungguh seks mendebarkan yang memicu adrenalin, tepat untuk mengisi jam tanggung di tengah jadwal kuliah di kampus.

TO BE CONTINUED....
To be continued....
 
Suatu pagi
09. 25


Daniel terbangun oleh suara panggilan di smartphonenya, dengan malas diraihnya gadget itu.
“Hah... Maria!” begitu melihat layar, dengan segera ia terbangun dan menerima panggilan itu.
“Eh iya say!” sapanya, “ada apa?”
“Ada apa... ada apa... baru bangun kan? Ketahuan tuh dari suaranya”
“Hehehe... yah maklum dong, gua kan kuliahnya ntar siang, mau kumpul tenaga dulu nih!”
“Gua baru selesai kuliah, ntar siang juga baru kuliah nih”
“Oooh jadi pengen gua jemput yah?”
“Nggak”
“Nggak? Jadi?”
“Gua kan udah di depan rumahlu sekarang”
“What?” sontak pemuda gempal itu menegakkan badan dan turun dari ranjangnya, disibaknya tirai jendela dan dari jendela dilihatnya gadis itu melambai ke arahnya di depan gerbang, “tunggu... tunggu... gua ganti baju dulu Mar!”
Buru-buru ia turun dari ranjang, mengganti baju dan mencuci mukanya, lalu berlari kecil ke bawah membukakan pintu.
“Kok ke sini gak bilang-bilang dulu?” tanya Daniel sambil membukakan gerbang.
“Gak suka ya gua dateng? Kalau gitu gua pergi deh!” kata gadis itu pura-pura berbalik badan.
“Eeee... bukan gitu!” Daniel menarik lengan pacarnya itu, “kalo bilang dulu kan gua bisa siap-siap dulu, sekarang kan masih kusut baru bangun”
Maria tampil cantik hari itu dengan kaos lengan pendek dan rok celana yang memamerkan kaki indahnya, rambut hitam sebahunya dibiarkan tergerai.
“Masa sih gua gak senang ada lu” Daniel mendekap pinggang ramping gadis itu dan memagut bibirnya.
“Iiihh apaan sih! Ada yang liat ntar!” tolaknya melepaskan diri dari dekapan pemuda itu.
“Nggak kok sepi gini juga, yuk masuk!” ajaknya.
“Gak ada siapa-siapa Niel? Gua tadi bel dua kali loh” tanya Maria melihat sekeliling.
“O yah? kok gua ga denger yah?”
“Yeee... tidur kaya babi sih” goda gadis itu berjalan masuk bersamanya.
“Kok mobilnya masih ada ya?” tanya Daniel dalam hati melihat mobil yang dipakai mama tirinya itu masih terparkir di halaman, “kayanya ikut mobil papa deh”
“Udah makan Mar?” tanya Daniel setelah berada di dalam.
“Udah, lu kali yang belum, oh iya....gua ada ini!” gadis itu merogoh sesuatu dari tasnya, “dari anak les kemarin, buat lu aja” ia mengeluarkan sebuah roti dan menyodorkannya pada sang pacar.
“Thank you... thank you, yuk duduk dulu! Lu mau minum apa?” tanyanya berjalan ke arah mini bar.
“Apa aja lah, air aja deh!” jawab gadis itu, “jam berapa emang lu kuliah?”
“Dua belas, satu aja tapi dosennya garing, makanya gua bangun siangan” jawab Daniel sambil meletakkan gelas air di meja, “lu kapan?”
“Gua jam satu, ntar bareng yah!”
“Oke, with pleasure!”

Keduanya ngobrol-ngobrol sambil Daniel menikmati sarapannya. Duduk mereka semakin merapat, Daniel meremas-remas jari pacarnya itu. Maria tentu tidak menolak, namun ia kaget ketika tiba-tiba pemuda itu meraih kepala belakangnya dan melumat bibirnya.
“Jangan... tar ada yang datang” Maria memalingkan wajahnya.
“Gak kok, mama gua kalau anter dede gua biasa pulang jam sebelasan atau satu” kata Daniel mempererat pelukannya.
Ia kembali melumat bibir Maria, gadis itu mau menolak, tapi badannya justru menginginkan lebih jauh sehingga ia pun pasrah membiarkan Daniel mencium dan menggerayangi tubuhnya, malah ia mulai membalas ciumannya yang semakin bernafsu. Maria merasakan rabaan di pahanya disusul remasan halus di dada. Dibiarkannya pacarnya itu main-main sebentar di sana sambil terus beradu lidah. Birahi Daniel makin tinggi, diangkatnya bagian bawah kaos Maria, namun ketika hendak mengangkatnya, gadis itu menahan tangannya.
“Gak di sini dong!” katanya lirih.
“Ke kamar gua aja di atas gimana?” usul Daniel memandangi wajah manis pacarnya yang sudah memerah karena nafsu itu.
Maria mengangguk dan membiarkan pemuda gempal itu menarik tangannya ke kamarnya di atas. Begitu sampai di kamar keduanya langsung berpelukan dan berpagutan bibir. Mereka saling melucuti pakaian pasangan masing-masing hingga tak tersisa apapun lagi di tubuh keduanya. Daniel membaringkan tubuh telanjang pacarnya di ranjangnya lalu ia ciumi sepasang buah dadanya yang menantang. Dikukulumnya puting kirinya sambil memainkan yang kanan sehingga nafas gadis itu mulai naik turun. Tangan pemuda itu merayap turun merambahi selangkangan pacarnya, dibelainya permukaannya yang berbulu lebat lalu jarinya mulai masuk mengaduk-aduk bagian dalamnya. Maria pun memeluk pemuda itu erat-erat sambil mengelus-elus rambutnya.
“Gua juga pengen jilat yang lu dong!” pinta Maria yang meraih penis Daniel dan mulai mengocoknya.
Tanpa pikir panjang lagi, Daniel mengajak berposisi 69, ia jilati klitoris Maria dan sesekali ia masukkan lidahnya ke dalam liang senggama gadis itu. Maria tak mau kalah, ia pun menjilati dan mengulum batang penis sang pacar sambil meremas payudaranya sendiri. Sepuluh menit berlalu, paha Maria menegang, tanda-tanda akan orgasme telah muncul. Daniel menambah ritme jilatan dan hisapannya membuat Maria mulai mengejang dan kuku-kukunya mencengkeram pinggang pemuda itu. Tak lama kemudian....
“Aaaahhh!!” Maria mendesah nikmat, banjir sudah vaginanya yang langsung diseruput dengan lahap oleh Daniel.
Setelah melahap cairan kewanitaan pacarnya itu, Daniel memulai serangan berikutnya. Diciuminya leher dan payudara Maria yang menantang. Serangan erotis itu membuat gadis itu naik lagi birahinya.
“Niel... masukin dong, gua udah siap kok!” pintanya sambil menungging
Pemuda itu pun mengarahkan batang penisnya ke liang vagina Maria yang sudah becek. Perlahan ia tekan hingga penisnya melesak masuk diiringi desahan gadis itu. Dibiarkannya beberapa saat penisnya menancap di vagina pacarnya, lalu ia memulai dengan menghela pinggulnya menyodoki vagina gadis itu dengan gaya doggie. Sambil menggenjot tangan Daniel meremasi payudara sang pacar yang menggelantung bebas, jemarinya mencubit dan memilin-milin putingnya.

Sementara itu, di luar rumah....

“Oke di sini, makasih yah Mas!” kata Tiara pada tukang Gojek yang mengantarnya, motor itu menepi lalu wanita itu turun dan membayarnya.
Hari itu Tiara memang mengantar putranya ke sekolah dengan ojek online untuk menghindari kemacetan karena beberapa ruas jalan ke sekolah sedang ditutup akibat demo. Wanita itu baru saja memasuki pekarangan rumahnya beberapa langkah, tiba-tiba...
“Eh Bu Tiara!” panggil sebuah suara pria membuat wanita itu menengok.
“Siang Bang!” sapa wanita itu melihat si tukang antar galon air
“Kebetulan Bu, saya baru anter galon! Perlu air gak? Ada lebih nih di belakang”
“Hhhmmm... boleh deh, dua aja!” sahut Tiara lalu membukakan gerbang agar pria itu bisa memarkirkan gerobak motornya.
“Siap Bu!!” pria itu masuk ke pekarangan, “lagi gak ada siapa-siapa?”
“Nnggg... ada anak saya!” jawab Tiara berdasarkan mobil anak tirinya itu yang masih ada, “hari ini air aja lah!” ia sudah tahu benar kode dari pria itu.
Tiara masuk duluan ke rumah, di ruang depan dilihatnya sepatu wanita yang tidak dikenalnya
“Hhhmmm... jangan-jangan tuh anak...” dilihatnya pula lantai bawah tidak ada siapa-siapa sehingga ia merasa ada sesuatu sedang terjadi di kamar atas sana, apalagi setelah dilihatnya tas Maria di sofa.
Dengan penasaran, Tiara pun menaiki tangga ke lantai atas. Semakin dekat ke kamar anak tirinya itu semakin terdengar suara-suara desahan. Tidak salah lagi, mereka pasti sedang melakukannya. Ditekannya pelan-pelan handle pintu itu, tidak dikunci, didorongnya perlahan pintu tersebut untuk mengintip ke dalam.
"Goyang terus Niel... iyah... terusin kaya gitu ahhh... aahh" desah Maria
Daniel terus menggenjot vagina pacarnya itu sambil mendesah-desah kenikmatan.
Saking seru dan berisiknya mereka bergumul sampai tidak menyadari Tiara sudah pulang dan kini sedang mengintipnya dari celah pintu. Wanita itu terperangah melihat aksi anak tiri dan pacarnya itu di ranjang. Matanya tidak berkedip melihat putra tirinya itu mendoggy style pacarnya sambil meremasi kedua payudaranya.
“Hah” wanita itu refleks menutup mulutnya dengan telapak tangan agar tidak menjerit ketika tiba-tiba pundaknya ditepuk, “si abang, bikin kaget aja! Ngapain kok ke atas?” protesnya dengan suara berbisik
“Anu bu... airnya udah, mau minta bayaran, eh si ibu malah naik ke sini” jawab Afif pelan, “wuih... ada siapa tuh bu yang lagi asoy?’
“Ssshhh” Tiara menempelkan telunjuk di bibir, “anak tiri saya, sama pacarnya”
“Oowwhh... anak Bu Tia toh hehehe.... “ Afif mengintip ke celah pintu menyaksikan dua sejoli yang dimabuk asmara itu, “wah pacarnya cantik juga, anak Bu Tia beruntung tuh”

Maria melenguh sejadi--jadinya merasakan sodokan penis Daniel yang semakin menggila. Pemuda itu merasakan desakan spermanya sudah menggelegak di ujung kepala penisnya.
“Aaarrrgghh!!” geram Daniel dengan tubuh bergetar saat mencapai orgasme, ia mencabut penisnya dan...
Crroottt... ccrott... cairan putih kental bercipratan di punggung dan bongkahan pantat Maria.
“Uhhh... jadi kepengen juga nih saya!” ucap Afif memeluk tubuh Tiara dari belakang karena terangsang menyaksikan persetubuhan muda-mudi di dalam kamar itu.
“Hei Bang... jangan... lepasin!!” Tiara meronta namun hanya setengah hati karena ia birahinya pun mulai naik.
Wanita itu membiarkan tangan Afif masuk ke bawah roknya dan mengelusi pahanya hingga memegang selangkangannya yang masih tertutup celana dalam.
“Jangan bang!! Ssshhh!!” desah Tiara agar pria itu menghentikannya.
“Siapa tau kita bisa main berempat kan bu, hehehe...” pria itu menciumi leher jenjang Tiara dan meremas payudaranya dari luar membuat wanita itu kian terangsang.
Maria dan Daniel berpelukan sambil berpagutan mesra pasca Daniel mencapai orgasmenya. Mereka berguling ke samping hingga Maria menindih tubuh gempalnya. Tiba-tiba Maria melepas ciuman...
“Wait... wait... coba denger!” kata Maria sambil menajamkan pendengaran.
Ia menoleh pandangannya tertuju ke pintu yang sedikit terbuka.
“Ssstt... siapa itu?” tanyanya mendengar suara desahan dari luar pintu sana, “pintunya belum dikunci ya tadi?”
“Jangan-jangan... mama gua....” tebak Daniel
Ia mengambil celana dalam dan memakainya kemudian mengendap-endap ke pintu yang sedikit terbuka.
“Mama Tia!” sahutnya melihat mama tirinya itu sedang digerayangi di depan pintu oleh Afif, kancing gaun Tiara sudah terbuka semua sehingga tangan si pengantar air bebas meremasi payudaranya di balik cup bra, tangannya yang satu juga sudah menyusup masuk ke celana dalam mengobok-obok di dalamnya.
“Mama kok kaya gitu di depan kamar?” tanya Daniel.
“Ya kamu lah yang mulai, pagi-pagi udah mupeng, mana suaranya kedengeran lagi!” kata Tiara.
“Lho terus kok Bang Afif di sini?”
“Ya pas abang mau ngaterin air, pas ibu pulang juga hehehe.... “ jawab Afif cengengesan.


Tiara langsung melepaskan diri dari dekapan Afif dan menutupi pakaiannya yang sudah tersingkap. Rasa malu dan kaget itu masih ada walau ia dan anak tirinya itu sudah ada affair dan hubungan dengan si pengantar air ini pun sudah diketahui.
“Santai aja kali ma... kita kan udah tau sama tau” kata Daniel sambil menghampiri dan memeluk mama tirinya, “eee... Bang, jangan pergi dulu.... saya nggak marah kok... hubungan abang sama mama saya juga udah tau, udah pernah ngintip malah” panggil pemuda itu ke Afif yang pura-pura hendak beranjak dari situ.
“Wah jadi adek pernah ngeliat?” tanya Afif
“Hehehe... iya, main di mini bar bawah kan?”
“Ssshh!!” Tiara mencubit lengan anak tirinya itu.
“Gini aja, berhubung kita semua udah saling tau, udah sama-sama horny, kita ke dalam aja yuk!” ajak Daniel.
Daniel yang dulu sebelum terlibat orgy di rumah temannya, Saldi, dan mendapat pandangan baru tentang seks, tidak akan seberani itu mengajak ML bareng. Maria di dalam kamar yang mendengar percakapan mereka pun kaget mendengarnya, buru-buru ia ke ranjang dan menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut.
“Eeerrr... pagi tante!” sapa Maria pada mama tiri pacarnya itu, ia agak risih karena ada Afif
Ini adalah ketiga kalinya mereka bertemu. Sejak pertama kali Daniel membawa gadis itu ke rumah dan memperkenalkannya, Tiara sudah mendapat kesan positif dan merestui hubungan mereka. Demikian pula ketika putra tirinya itu curhat saat menyatakan cinta dan akhirnya berujung hubungan intim. Sebagai orang tua, Tiara hanya menasehati agar berhati-hati jangan sampai kebablasan dan hamil duluan, serta jadilah kekasih yang baik.
“Sudah gak usah kaku gitu, kita sama-sama udah dewasa dan saya juga udah tau kalian udah ML pertama kali di apartemen punya teman kan?” kata Tiara membuat wajah Maria memerah malu, “ayo kita duduk sama-sama di sini”
Selain Afif yang menanti di ambang pintu, mereka semua duduk di pinggir tempat tidur, Daniel mengambil tempat di sebelah pacarnya itu dan menggenggam erat tangannya.
“Mama maklum semua ini, tapi mama udah telanjur horny ngeliat kalian nih gimana dong?”
“Maksud mama... ” Daniel menebak-nebak
“Maksud mama, kenapa kita gak pakai kesempatan ini untuk lebih mendekatkan antara kita aja? Mumpung ada Bang Afif di sini bisa ikut meramaikan” kata Tiara menggenggam tangan anak tirinya, “kita udah dua mingguan belum gituan lagi kan?’ tangan wanita itu merambat ke selangkangan Daniel yang hanya memakai celana dalam.
“Eee... ma, masa kita ML di depan Maria?” tanya Daniel terbata-bata.
“Emang kenapa sayang? Kan supaya kita makin dekat, salah kamu juga bikin mama horny” tangan Tiara masuk ke celana dalam anak tirinya itu dan meraih batang penisnya.
“Uuuhh... mama Tia!!” desah pemuda tambun itu.
Maria terperangah melihat adegan itu, ia memang tidak asing dengan variasi seks tapi ia hubungan pacar dan mama tirinya itu ternyata sudah sejauh itu.
“Ayo Mar, jangan bengong tuh ada Bang Afif!” kata Tiara dengan suara menggoda, “Bang sini bantu puasin pacarnya anak saya ini!”
“Ma... tapi ma... eeemmhh” Tiara memagut bibir anak tirinya itu menghentikan protersnya serta didorongnya tubuh tambun itu yang lalu ia tindih.

Melihat adegan itu dan diberi lampu hijau oleh Tiara, Afif pun mendekat ke ranjang sambil cengengesan senang.
“Wah asyik... nambah satu lagi koleksi gua nih!” girang pria itu dalam hati.
“Eehh... nggak mau Pak!” Maria berusaha berkelit ketika pria itu mendekapnya namun kalah cepat.
Afif menarik selimut yang menutupi tubuh telanjang gadis itu, tangan kanannya mendekap sambil tangan kirinya meraba-raba.
“Jangan.... eemmhhh!!” Afif memagut bibir Maria, terus merangsang gadis itu agar takluk
Tangannya meremasi payudara dan memilin-milin putingnya, membuat birahi Maria naik dengan cepat. Afif terus menekan-nekan lidahnya hingga akhirnya bibir gadis itu membuka dan lidahnya langsung menyeruak masuk menjilati rongga mulutnya. Rontaan Maria makin lemas, arus birahi semakin menghanyutkannya sedemikian rupa hingga ia mulai membalas permaianan lidah pria itu. Maria menggerakkan bola matanya ke samping melihat Tiara mengeluarkan penis pacarnya itu dan mengocoknya lembut. Mama dan anak tiri itu nampak begitu bergairah beradu lidah membuat Maria mulai terbakar api cemburu sehingga ia membiarkan dirinya terhanyut dalam rangsangan yang diberikan si pengantar air galon itu. Ciuman pria itu mulai turun ke leher, bahu hingga mengenyot payudara kirinya.
“Aaahh!” desah Maria sambil meremas rambut pria itu merasakan putingnya digigit-gigit kecil dan jamahan tangan pria itu di sekujur tubuhnya.
Tubuh gadis itu makin bergetar saat tangan Afif mulai merambahi selangkangannya, jemari kasar pria itu mengais-ngais vaginanya yang sudah becek, terdengar bunyi berkecipak saat jari tengah Afif bergerak keluar masuk. Maria pun semakin menceracau nikmat karenanya. Seringai mesum tergurat di wajah Afif menikmati ekspresi terangsang Maria yang wajahnya bersemu merah dan matanya sayu itu. Kembali ia memagut bibir gadis itu, kali ini Maria lebih semangat membalas permainan lidahnya.
Afif menghentikan kocokannya saat dirasakannya ada cairan hangat mengucur dari vagina gadis itu. Pria itu menjilati jarinya, setelah itu ia menyodorkan jari yang belepotan cairan cinta kepada pemiliknya. Maria segera menjilati jari pria itu yang belepotan cairan kewanitaannya sendiri.
“Sekarang kenalan dulu sama kontol abang yah!” ,” pinta Afif turun dari ranjang dan menarik lengan gadis itu hingga duduk di pinggir.
Afif membuka celana dan mengeluarkan penis perkasanya di depan Maria, membuat gadis itu menelan ludah dan pandangannya tertumbuk pada penis dengan kepala bersunat dan batang berurat itu. Tanpa disuruh, tangannya sedikit bergetar meraih batang yang mengacung ke wajahnya itu.
“Keras banget!” kata gadis itu dalam hati.
“Ini udah muasin banyak perempuan loh!” kata Afif dengan bangga.
Maria menjulurkan lidahnya menjilati batang itu sambil mengocoknya lembut.
“Ooohh... gitu mantap!” desah Afif saat lidah gadis itu menyapu-nyapu kepala penisnya.
Maria lalu membuka mulutnya lebar-lebar untuk melahap penis itu. Hangatnya mulut Maria memberi kenikmatan lebih pada Afif, ia tak menyangka gadis itu mahir dalam oral seks. Sambil menikmati kuluman Maria, Afif melepas kaos lusuhnya hingga telanjang, nampak kontras kulitnya yang gelap dengan kulit Maria yang putih mulus. Tangan pria itu menangkup payudara montok gadis itu, meremas dan memainkan putingnya.
“Uhmmm... mmmm... mmmhh,” desah tertahan Maria yang tengah mengulum penis Afif.

Sambil berpagutan dengan Tiara, tangan Daniel bergerak ke punggung membuka resleting pakaian mama tirinya itu. Tiara melepas pagutannya dan menegakkan badan untuk melepaskan gaunnya, lalu ia melepas kait bra-nya di punggung dan melepaskannya.
“Kita 69 yah!” katanya sambil menarik lepas celana dalam anak tirinya
Tiara turun dari ranjang untuk melepas celana dalamnya, lalu kembali naik ke ranjang dengan selangkangan disorongkan ke wajah sang putra tiri.
“Ooowwhh!!” desahnya merasakan jemari Daniel menguak dan mencucuk-cucuk vaginanya.
Sambil menjilati bibir vaginanya, jari Daniel mengocoki liang vagina mama tirinya yang sudah mulai basah. Terdengar bunyi berkecipak saat jemari pemuda gempal itu mengorek-ngorek lorong gelap tersebut. Sementara Tiara pun menggenggam penis Daniel dan mulai menjilatinya dari buah zakar hingga kepalanya. Mama dan anak tiri itu pun saling jilat kelamin dengan penuh nafsu. Lidah Daniel menjelajah semakin dalam hingga menyentuh klitoris Tiara dan menyentil-nyentilnya membuat tubuh wanita itu bergetar menahan nikmat. Tiara pun merespon dengan mengintensifkan jilatan dan hisapannya terhadap penis putra tirinya, lidahnya menyapu-nyapu kepala penis yang tidak bersunat itu, terutama lubang kencingnya. Keduanya saling rangsang dan mendesah dalam nikmat. Sepuluh menit kemudian, Tiara merasakan vaginanya makin berkedut-kedut dan ia turun dari wajah Daniel sebelum orgasme duluan lalu menaiki selangkangan putra tirinya itu sambil tangannya meraih penisnya.
“Oohhh... Niel!!” desah wanita itu ketika menurunkan tubuhnya hingga penis itu melesak masuk ke vaginanya.
Daniel juga melenguh merasakan jepitan dinding vagina mama tirinya yang tidak kalah nikmat dari gadis muda. Tangan kirinya meremas payudara wanita itu, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus paha luarnya. Sambil menghembuskan nafas berat, Tiara mendorong tubuhnya ke bawah hingga ujung cendawan Daniel menyentuh dinding rahimnya. Daniel mengamati raut wajah mama tirinya yang cantik ketika penetrasi, mata wanita itu setengah terpejam dan wajahnya memerah menahan gairah. Kemudian ia juga menengok ke sebelahnya dimana kekasihnya sedang sibuk mengoral penis si tukang air galon. Ia terpejam merasakan remasan lembut di batang penisnya ketika vagina mama tirinya berdenyut.
"Aarrgghh... ooh!" rintih Tiara ketika seluruh batang penis anak tirinya terbenam di dalam lubang vaginanya.
Wanita itu mulai menaik-turunkan tubuhnya di selangkangan anak tirinya. Nafasnya mendengus-dengus, kelopak matanya membeliak-beliak. Daniel meremasi kedua payudara mama tirinya yang sedang bergerak naik-turun. Gerakannya teratur dan stabil, kedua kelamin yang saling bertumbukan itu menimbulkan bunyi kecipak, ditambah suara desahan juga keluar dari mulut Tiara setiap kali vaginanya beradu dengan penis Daniel. Desahan nikmat Tiara berlontaran dari mulutnya.
“Ooooh… Niel… kamu juga sodok... jangan aahh... jangan diam aja!”

“Keluarin ranjang di bawah aja biar ga sempit-sempitan!” kata Maria setelah melepas kulumannya terhadap penis Afif.
“Sip non!” Afif menarik ranjang bawah dan menarik lengan Maria hingga duduk di sana. Pemandangan sang kekasih sedang menikmati goyangan WOT dengan mama tirinya itu menimbulkan sensasi cemburu dalam diri Maria yang membuatnya ingin melakukan sesuatu yang nakal untuk menandingi sang kekasih. Maka ia begitu pasrah ketika Afif menindih tubuhnya dan memagut bibirnya. Setelah lima menitan beradu lidah hingga nafas memburu, Afif memiringkan tubuh gadis itu hingga berbaring menyamping lalu ia naikkan kaki kirinya ke bahu. Darah Maria semakin menggelegak melihat penis bersunat itu mulai mengarah masuk ke vaginanya hingga...
“Aahhh!” desahnya saat penis Afif menekan masuk
Mata Maria mengerjit sesaat, penis itu dirasakannya terlalu besar untuk masuk ke dalam liang senggamanya. Lendir yang dihasilkan vaginanya mempermudah masuknya batang penis itu. Setelah beradaptasi sebentar mulailah Afif menggenjot vaginanya. Kamar itu jadi gaduh oleh suara desahan dan kadang jeritan yang keluar dari mulut Tiara, Maria dan kedua pejantan mereka yang menikmati penisnya diremasi dinding vagina para betinanya. Afif semakin cepat dan bertenaga menggenjot vagina Maria yang posisinya tidur menyamping dengan kepala menyandar pada dua bantal ditumpuk. Mata mahasiswi cantik itu menatap sayu ke arah ranjang di mana kekasihnya sedang meremasi payudara Tiara yang tengah memicu tubuhnya.
“Akh... aaah... aaahh...” , desahan keluar dari mulut gadis itu seiring gerakan penis Afif yang keluar masuk di liang vaginanya.
Suara-suara erotis yang sahut-menyahut semakin memacu gairah Afif untuk mempercepat gerakannya, pria berjenggot itu nampak sangat bernafsu, tangannya meremasi payudara Maria dengan gemas. Suatu kebanggaan tersendiri bagi Afif bisa menyetubuhi wanita dari kalangan atas tanpa harus memaksanya. Ia merasa telah menang terhadap mantan istrinya yang dulu selingkuh lalu meninggalkannya dengan penghinaan menyakitkan. Penisnya yang perkasa itu memang mampu menggasak liang senggama kebanyakan wanita, termasuk Maria, dengan sempurna, membuat Maria merasa liang senggamanya seolah digaruk-garuk di segala bagian. Gadis itu memeluk guling erat-erat melampiaskan kenikmatan yang menerpa dirinya.
“Pak.... ooh… enak Pak… terus sodok yang kencang!” desah Maria membuat telinga Daniel yang mendengarnya jadi panas, namun di waktu yang sama ia sangat terangsang.
Tak lama kemudian, mereka berhasil mencapai titik yang dituju, ketika liang vagina gadis itu berkedut-kedut nikmat bersamaan dengan penis si pria yang menyemburkan begitu banyak sperma sampai meluber membasahi selangkangan dan paha dalam si gadis. Gelombang orgasme dahsyat menguasai seluruh syaraf tubuh mereka hingga terkejang-kejang.
“Ahhh, Non... nikmat kaleee...” Afif terpejam-pejam menikmati remasan otot vagina Maria
Selama dua tiga menitan mereka menikmati orgasme hingga akhirnya melemas dan ambruk saling berpelukan.

Adegan erotis kekasihnya dengan si pengantar air galonan di kasur bawah melecut kecemburuan Daniel yang bercampur horny. Kecemburuan itu ia lampiaskan pada mama tirinya. Pemuda gempal itu kini menindih tubuh sang mama tiri sehingga dapat lebih mengintensifkan sodokan penisnya untuk melebihi keliaran kekasihnya di bawah sana. Tiara merasakan seperti sengatan listrik kenikmatan di seluruh relung kewanitannya, di mana penis anak tirinya merojok-rojok dengan liar, memberi kenikmatan berlebih baginya.
“Auuuuhhhh….” lolongan Tiara membahana ketika penis Daniel menyodok keras ditambah remasan-remasan pada payudaranya, “uh.... kamu nafsuan banget hari ini Niel?”
Daniel menjawab dengan memagut dan melumat bibir mama tirinya itu lama sekali. Sehingga tanpa canggung-canggung lagi, Tiara pun kurengkuh leher pemuda itu ke dalam pelukannya, serta membalas pagutannya dengan tak kalah panas. Bahkan terkadang ia julurkan lidahnya yang lalu dihisap oleh Daniel di dalam mulutnya. Bagi mereka luar biasa indahnya persetubuhan terlarang ini.
“Ma… lepasin di… di mana?” tanya Daniel dengan nafas terengah-engah.
“Di dalam aja... aman. Kamu udah mau keluar emang?” tanya Tiara tersengal.
“Iii…iya Ma… ”
“Ya kalau gitu barengan dong! Ayoh terus sodok!”
Desah nikmat mama dan anak tiri itu pun bersahutan, tambah ramai dengan desahan Maria dan Afif. Vagina Maria yang meregang terlalu nikmat dihunjam penis Daniel ketika ia telah berada di tepi jurang klimaksnya.
“Ahhhh…. Mama Tia... keluar nih…. ” Daniel terkejat-kejat di atas Tiara, penisnya menumpahkan spermanya di liang senggama mama tirinya itu.
“Aaaaaaakkhh….” Tiara juga menceracau tak karuan, tubuhnya menggelepar di bawah tubuh anak tirinya.
Mereka pun berkelejotan dengan saling berpagutan bibir menikmati sisa-sisa kenikmatan, tubuh keduanya benar-benar bermandikan keringat. Daniel mencabut penisnya memperlihatkan betapa basahnya hasil percintaan barusan. Ronde berikutnya mereka sepakat mendoggie pasangan masing-masing hingga ejakulasi semua. Serempak mereka pun bergaya doggie, Daniel masih dengan Tiara di ranjang atas, Maria dan Afif di bawah. Kedua pejantan itu mengayun pinggulnya hingga penis mereka menghujam-hujam vagina pasangan masing-masing. Sambil menggenjot, Afif menyusupkan tangannya ke bawah dada Tiara di ranjang atas dan meremas payudara kanannya. Mereka berpacu menyetubuhi pasangan masing-masing. Menyaksikan kekasihnya disetubuhi di bawah sana, Daniel semakin bersemangat mengayun penisnya di dalam liang senggama mama tirinya. Baik Tiara mampun Maria pun tidak diam saja seperti gedebok pisang. Kedua wanita cantik itu turut menggoyang pinggul dengan binalnya.
Pagi itu, keempatnya bercinta selama kurang lebih 1,5 jam. Baik Tiara maupun Maria telah setidaknya mencapai orgasme dua hingga empat kali karena variasi permainan mereka. Sperma para pejantan berceceran membasahi vagina kedua wanita itu juga di wajah Maria ketika pada saat terakhir Afif memintanya untuk melakukan oral hingga spermanya menyembur ke wajah cantiknya.

============
Pukul 15. 36


“Udah non, dua galon yah!” kata Afif pada Melina (21 tahun) yang sedang duduk di sofa memainkan gadgetnya
“Ohh iya” gadis itu berdiri dan meraih uang lima puluh ribuan di meja ruang tamu.
“Lagi gak ada siapa-siapa kan?” tanya pria itu tersenyum dan menatap penuh arti, “mungkin masih perlu yang lain?”
Melina tersenyum dengan wajah merona merah, “tuh kan si bapak pasti minta yang lain... dasar mesum ah!”
“Hehehe... ya siapa tau butuh kan non, seperti biasa, tapi kalau lagi gak mau ya udah, bapak gak suka maksa kok”
“Tapi... emangnya lagi butuh sih hihihi” kata Melina ketika pria itu hendak berlalu, sehingga ia menengok.
Tidak sampai semenit kemudian, Melina sudah duduk di sofa dengan kedua belah paha mekangkang, celana pendek dan dalamnya sudah tergeletak di meja. Afif berjongkok di antara kedua belah paha mulus itu melahap vaginanya dengan rakus, jemarinya mengorek-ngorek liang kenikmatan itu memberi kenikmatan lebih bagi mahasiswi cantik itu. Lidahnya menyapu-nyapu bibir vagina yang berbulu lebat itu, jarinya menguak liang itu hingga lidahnya menjelajah makin dalam dan menemukan daging sensitifnya.
“Ooohh... Pak!” desah Melina dengan mata terpejam dan meremas rambut Afif saat pria itu mengintensifkan jilatannya di klitorisnya.
Tak lama kemudian Melina terkejang-kejang histeris dalam nikmat yang tiada tara. Lendirnya mengucur deras dan langsung diseruput oleh pria itu dengan rakusnya. Gelombang itu berlangsung beberapa saat hingga tubuh Melina kembali melemas dengan nafas memburu. Afif bangkit dan duduk di sebelah kanan gadis itu lalu melucuti kaos dan branya hingga telanjang.
“Eeit... eitt... tunggu dulu Pak, sebelumnya saya ada berita bagus” Melina menahan wajah Afif yang hendak melumat bibirnya.
“Bapak suka berita bagus, ada apa nih emangnya?” tanya Afif dengan tangan meremas payudara kiri gadis itu.
“Ada yang mau kenalan sama bapak loh” kata Melina.
“Kenalan? Maksudnya minta ngentot? Huehehehe...” kelakar pria itu, tangannya yang satu mengelusi tubuh indah Melina.
“Dasar si bapak pikirannya selangkangan melulu”
“Ya habis cewek gedongan kaya non gitu kenal sama saya buat apa? Omong-omong siapa tuh non?”
“Cici saya” itu tuh seraya menunjuk foto keluarga yang tergantung di dinding, “yang kuliah di Australia”
“Oohh jadi cici non itu di Australia, pantes bapak gak pernah liat, kirain udah nikah, mau pulang liburan yah non bentar lagi? Kapan tuh?” tanya Afif antusias melihat gadis yang mukanya mirip dengan Melina itu.
“Udah ada di sini kok dari tadi juga” jawab Melina, “Ci Lisa! Keluar sini! Katanya mau coba”
Beberapa detik kemudian terdengar suara langkah menuruni tangga. Pria itu menoleh ke arah tangga dan terpesona melihat mahluk cantik yang muncul.


Melisa (25 tahun), sama-sama cantik dengan adiknya, dengan postur sedikit lebih tinggi dan rambut sebahu dihighlight coklat. Penampilannya yang modis memperlihatkan ia sudah lama di luar negeri. Dengan tersenyum malu-malu ia menghampiri keduanya.
“Kenalin... Afif Syamsudin!” kata Afif berdiri dan mengulurkan tangannya.
“Melisa” balas gadis itu menjabat tangan si tukang air galonan.
“Sini ci!” sahut Melina menggeser badannya dan menepuk sofa di sebelahnya.
Sedikit canggung, Melisa pun duduk di sana, diapit adiknya dan sedikit menjaga jarak dari Afif. Dengan lihai, Afif berbicara dengan obrolan ringan sehari-hari namun matanya tidak bisa lepas dari paha indah Melisa yang saat itu memakai kaos longgar dan celana pendek (belum lagi ditambah Melina yang sudah telanjang) sehingga suasana tegang mencair
“Non udah lama gitu di sana pasti bahasa Inggris lancar yah”
“Ya lumayan lah, tapi kalau nonton film barat tetap harus liat teks kok”
“Loh kok gitu?”
“Di film kadang bahasanya ada yang susah, jadi kudu liat teks”
“Udah lulus gak balik ke Australi lagi non?” tanya Afif
“Akhir bulan ini, dua minggu lagi balik kok, kan saya dapet kerja di sana” jawab Melisa.
“Wah udah enak yah, kerja di sana, gajinya pasti gede”
“Ya tapi biaya hidupnya juga gede Pak! Jadi sebanding lah”
“Okay... saya tinggal mandi dulu yah, supaya kalian lebih dekat” kata Melina bangkit berdiri dan pamit mandi sebentar sambil mengerling ke arah cicinya.
Melisa melotot pada adiknya, bagaimanapun duduk dengan orang asing dalam keadaan seperti ini rasa canggung itu masih ada saja. Namun Melina malah tersenyum nakal dan berlari kecil ke atas untuk mandi.
“Gak papa non, kita berdua aja, hehehe.... bapak gak gigit kok” kata Afif meraih pergelangan tangan gadis itu, sejenak kemudian mereka tinggal berdua di ruang tengah.
“Supaya gak buang waktu, langsung aja... katanya non juga mau ngerasain kaya adik non kan?” tanya Afif memastikan sambil menatap dalam-dalam gadis itu.
Melisa menggigit bibir bawah, tidak berani membalas tatapan pria itu sambil mengangguk pelan.
“Kalau udah pasti kan sama-sama enak, mau langsung aja non? Soalnya bapak masih harus anterin air abis ini, kalau kelamaan di sini gak enak, takutnya keburu ada yang datang”
Darah gadis itu semakin berdesir dan jantungnya semakin berdebar-debar, terutama saat tangan kasar Afif mulai mengelusi paha indahnya. Pria itu merapatkan duduknya pada si gadis dan melingkarkan tangan kiri mendekap tubuhnya. Dilihatnya gadis itu tegang namun tidak menunjukkan penolakan, maka dipagutnya bibir tipis itu dengan mesra. Dan ketika tangan Afif terasa menyelusup ke balik kaos Melisa, mengelusi tubuhnya hingga menangkup payudaranya yang masih tertutup bra, tanpa keraguan lagi Melisa membuka bibirnya membiarkan lidah pria itu menyapu rongga mulutnya. Gadis itu juga menggerakkan tangannya mengelus selangkangan Afif dari luar dan dirasakannya penis yang sudah mengeras di balik celananya. Ia mulai menikmati cumbuan dan belaian pria yang baru saja dikenalnya itu. Cerita adiknya bahwa betapa pria ini mampu membuatnya berkelejotan membuat vaginanya makin basah dan ingin membuktikan kata-kata sang adik.
"Mmphhh...." desah Melisa saat Afif meremas payudaranya.
Tangan pria itu bergerak menyingkap kaos Melisa yang dengan pasrah mengangkat kedua lengannya membiarkan pakaiannya dilucuti. Terlihat bukit kembar yang sangat indah yang tertutup bra kuning berenda. Melisa menggerakkan tangan ke belakang melepas kait branya yang serta-merta dilepas oleh Afif. Wajah gadis itu memerah saat pria itu memegangi kedua lengannya dan memandang nanar pada payudaranya yang sudah tidak tertutup apapun lagi, putingnya yang merah dadu itu sungguh menggugah selera.

Afif membaringkan tubuh Melisa di sofa lalu mulai menciumi dan menjilati payudara indahnya, dari bawah, melingkar sampai mendekati puting susunya, bergantian sebelah kiri dan kanan.
"Oughhh... Pak!" Melisa terus meracau nikmat.
Sambil mengenyoti payudara kiri, tangan Afif membuka kancing celana pendek gadis itu dan menariknya turun. Gadis itu pun berhasil ditelanjangi, berbeda dengan adiknya yang kewanitaannya berbulu lebat, milik Melisa justru licin tanpa bulu dengan bibir vagina yang rapat.
“Hehehe.... memeknya botak non!” kata Afif sambil mengelus wilayah sensitif itu, “bapak suka yang botak gini!”
Sebelum lanjut, Afif buru-buru membuka pakaiannya sendiri. Melisa dibuatnya terkesima ketika ia menurunkan celana dalamnya memperlihatkan penisnya yang sudah ereksi maksimal dengan ujung bersunat menyerupai cendawan itu. Inilah senjata yang sering membuat adiknya berkelejotan dalam nikmat itu. Pria itu membentangkan paha Melisa lebar-lebar dan mendekatkan wajahnya ke sana, aromanya terasa sedap menunjukkan organ intim itu rutin mendapat perawatan berkelas. Si tukang antar galon itu menjilati vaginanya memberi kenikmatan yang luar biasa hingga gadis itu terkejang-kejang dan mendesah. Melisa pun tak bisa lagi mengendalikan mulutnya yang mulai ribut.
"Oh pak... enak bangethh.... ssshhh... terus jilat yang situ... aahhh.... yahh terus pakk!!”
Namun gilanya, Afif malah memperganas jilatan dan sedotannya pada klitoris gadis itu, membuatnya seperti melesat jauh ke langit sana hingga terpekik tanpa malu. Tangan gadis itu meremasi rambut Afif dan matanya membeliak-beliak menikmati setiap sapuan lidah pria itu pada vaginanya.
“Mau keluar paakk.... masukin sekarang aja!!” pintanya lirih.
Sesuai permintaan Melisa, Afif bangkit berlutut di sofa dan meletakkan moncong penis bersunatnya di mulut vagina gadis itu, lalu sekali dorong terbenamlah seluruh batang itu ke dalam liang senggama Melisa diiringi erangannya. Setelah memberi waktu sejenak bagi Melisa untuk beradaptasi, Afif pun mulai menggenjot penisnya keluar masuk dalam jepitan vagina gadis itu sambil meremasi kedua buah dadanya. Setiap gesekan alat kelamin mereka membuat batin Melisa bergetar-getar, sungguh sensasinya serasa mendesir-desir sampai ke tulang sumsumku, tidak salah apa yang dituturkan adiknya selama ini, pria ini memang terlalu mahir memuaskan wanita.
"Uuuhh... neng... memekmu enak banget... seret!!" sahut Afif terengah-engah tanpa berhenti menggenjot.
Penis perkasa Afif bergerak maju-mundur semakin cepat menghujam-hujam vagina Melisa. Walaupun sudah sangat basah tetapi tetap saja menerima penis sebesar dan sekeras Afif, tetap saja membuat bibir vagina gadis itu seolah robek. Gelambir di bagian dalam labia minora gadis itu ikut keluar-masuk sebagian setiap kali memaju-mundurkan penisnya. Desahan demi desahan keluar dari mulut Melisa, bersahutan dengan lenguhan Afif. Saking serunya mereka bergumul, sampai tidak menyadari Melina yang telah selesai mandi menghampiri keduanya dengan handuk merah melilit tubuhnya dan handuk yang lebih kecil tergulung di kepalanya.

“Ouh... Non Melina, kirain siapa” Afif baru menyadari ketika gadis itu sudah semeter dari mereka dan mengamati persetubuhan itu, “ikut dong non, main bertiga kan rame!”
Melisa mendongakkan wajahnya ke atas samping melihat kehadiran sang adik.
“Gimana ci? Asyik ga?” tanya Melina tersenyum nakal.
“Yah, as you can see... aahhh.... !” Melisa menjerit kecil karena saat itu Afif memberi sodokan kencang.
“Sofanya dibuka aja biar lega!” usul Melina sambil mengelap rambutnya.
“Kalau udah lega non ikut yah, kita bertiga!” kata Afif
Afif dan Melisa pun berhenti sejenak untuk membuka lipatan sofa tersebut hingga berfungsi sebagai ranjang yang areanya lebih luas. Melina membuka lipatan handuk yang melilit tubuhnya sehingga nampaklah tubuh telanjangnya yang mulus. Ia naik ke sofabed itu bergabung dengan cicinya dan si pengantar air galon. Afif yang belum puas menikmati Melisa mengarahkan gadis itu menungging dengan bertumpu pada lutut dan tangannya. Setelahnya ia membenamkan kembali penisnya ke vagina Melisa yang sudah sangat becek. Mereka kembali merasakan gesekan alat kelamin yang memberi sensasi nikmat dan berdesah-desah karenanya. Melina berlutut di samping Afif yang tengah mendoggie cicinya. Lengan kokoh Afif mendekap gadis itu dan memagut bibir tipisnya. Gairah Afif makin terpicu oleh tubuh Melina terasa harum dan rambutnya masih agak basah karena baru saja mandi. Ciuman mereka membuat air ludah saling bertukar, tangan pria itu merambah selangkangan Melina.
“Hhhmmhh!!” dengus gadis itu di sela percumbuan mereka ketika merasakan jari-jari kasar pria itu mengelusi bibir vaginanya dan lalu masuk dan mulai mengaduk-aduk bagian dalam.
Mulut Afif merambat turun ke leher, pundak, hingga dadanya. Dikenyotnya payudara Melina sambil memainkan lidahnya menyentil-nyentil putingnya hingga makin mengeras. Sementara itu, Melisa mendesah semakin keras, ia juga menggoyangkan pinggulnya dengan liar menyambut hujaman-hujaman penis pria itu. Dinding vagina gadis itu berkontraksi makin cepat sehingga tusukan-tusukan penis Afif menimbulkan bunyi berdecak.
“Aaaahhh!!” Melisa mendesah panjang mencapai orgasme dahsyat.
Vagina gadis itu banjir dan mengucurkan banyak sekali cairan kewanitaan yang mambasahi selangkangan dan paha dalamnya. Afif mendiamkan sejenak penisnya dalam liang senggama Melisa untuk memberi kesempatan kepada gadis itu menikmati puncak kenikmatan yang diraihnya sambil terus mengenyoti payudara adiknya dan menggerayangi tubuhnya. Penis pria itu merasakan vagina Melisa berkedut-kedut seiring dengan menyemburnya cairan kewanitaannya. Kedutan itu berangsur melemah hinga akhirnya gadis itu ambruk dan kelamin mereka terlepas. Nafas Melisa terengah-engah, matanya terpejam, dan mulutnya tersungging senyum kepuasan.

Afif beralih ke Melina yang kini nafsunya sudah mulai naik. Gadis itu menarik payudaranya dari mulut si tukang antar galon, nampak bekas liur dan cupangan memerah pada kulit putihnya. Didorongnya pria itu hingga rebahan dan diraihnya penisnya yang masih tegak dan berlumuran cairan hasil persetubuhan ronde pertama tadi.
“Si cici udah lemes, ini masih tegak gini!” kata Melina dalam hati mengagumi keperkasaan si pengantar galon.
Dijilatinya penis yang berlumuran cairan cicinya itu serta dikulum lembut membuat pria itu melenguh keenakan. Setelah bersih, Melina naik ke selangkangan Afif dan meraih batang penis yang gagah itu. Dibimbingnya benda itu memasuki vaginanya. Mata Melina mengerjit sesaat, penis besar Afif terasa sesak pada liang kewanitaannya. Gadis itu beradaptasi sejenak merasakan vaginanya penuh oleh batang penis Afif. Melihat hal itu, Afif yang masih tanggung, berlaku jahil, ia sentakkan pinggulnya ke atas hingga membuat Melina tercekat dan menjerit.
“Auuuwwww!!”
“Hehehe.... enak kan non? Ayo dong goyangnya!” kata pria itu sambil meraih payudara kanan si gadis.
Melina pun mulai menggoyang-goyangkan tubuhnya di atas penis pria itu. Tangan Afif yang satunya mendekap Melisa yang masih terbaring lemas di sebelahnya. Diciumnya gadis itu lalu mulutnya merambat turun menjilati payudara dan menghisapi putingnya, membuat Melisa menggelinjang merasakan birahinya mulai naik lagi.
“Sini non, naik ke muka bapak, biar bapak bersihin memeknya!” ajak Afif.
Tanpa disuruh lagi, Melisa segera naik ke wajah pria itu berhadapan dengan adiknya yang sedang WOT. Afif pun segera melumat vagina tak berbulu itu dengan rakusnya.
“Sssluurrpp... ssssrrrppp!!” diseruputnya cairan cinta yang masih banyak membanjiri selangkangan gadis itu.
Lidahnya menari-nari menjilati bibir vagina Melisa, kemudian menyeruak masuk ke liang yang ia kuak dengan jarinya dan menyentuh klitorisnya. Afif menyentil-nyentil daging itu dengan lidahnya hingga gadis itu menceracau tak karuan.
“Puas gak tadi.... aahh... ciihh?” tanya Melina pada cicinya.
Melisa mengangguk, “bangetthh...”
Kakak beradik itu lalu berpagutan bibir dan saling meremas payudara, melampiaskan segala kenikmatan yang menjalar dari vagina mereka.
“Ooohh... yah enak Lin!!” desah Melisa saat mulut adiknya sampai pada payudaranya dan mulai mengenyotnya.
Melisa membusungkan dadanya agar adiknya lebih leluasa menghisap payudaranya, memberi kenikmatan berbarengan lidah Afif yang mengais-ngais vaginanya. Setelah kurang lebih sepuluh menit, Melina memicu tubuhnya di atas selangkangan Afif...
"Ah... aaaah... cciii... gua mau keluarrr!!” desah Melina meremas lengan cicinya.
“Di sini juga enak bangetthh... jilatannya!!” balas Melisa merasakan bukan hanya lidah, tetapi juga jari pria itu mengais-ngais vaginanya.
Tubuh Melina mulai menegang pertanda orgasmenya akan segera tiba, mulutnya pun makin ribut menceracau hingga akhirnya....
"Argghhh!" bobol juga pertahanan Melina, tubuhnya menggelinjang disertai cairan orgasme mengucur deras dari vaginanya.
Melisa menyusul tidak sampai dua menit setelahnya, lidah dan jari Afif berhasil mengantarnya ke puncak. Cairan kewanitaanya muncrat membasahi daerah mulut dan leher Afif yang langsung dengan rakus menyeruputnya.

Bukan Afif namanya kalau tidak piawai dalam bercinta, ia mengerti betul bagaimana mengatur tempo dan merangsang titik-titik sensitif bila bercinta dengan lebih dari satu wanita sehingga mampu memuaskan semuanya sebelum dirinya sendiri ejakulasi. Seperti halnya sekarang, dua gadis kakak beradik itu dibuatnya berdecak kagum melihat penisnya yang masih berdiri tegak setelah membuat mereka lemas dalam kepuasan.
“Ayo non, dua-duanya sini, yang punya bapak belum crot nih!!” Afif berdiri dan mengacungkan penis perkasanya pada kedua gadis itu.
Seperti terhipnotis, kakak beradik itu merangkak dan berlutut di depan pria itu dan meraih penisnya. Melina menjilati batangnya yang berurat, kepalanya yang bersunat hingga lubang kencingnya juga tak luput dari lidah gadis itu, sementara cicinya, Melisa, mengulum buah zakarnya lalu naik ikut menjilat batangnya. Afif pun merem-melek merasakan sensasi kenikmatan oral kakak beradik cantik itu.
“Ouggghhh... yah, terus! Terus, cantik!” racau Afif.
Pria itu merasakan penisnya akan segera meledak dan crott... crottt.... cairan putih kental berbau tajam itu pun bercipratan mengenai tangan dan wajah cantik kakak beradik itu. Melisa memeras penis itu menghisap cairan itu hingga berhenti muncrat, sementara Melina menjilati penis itu hingga bersih, akibatnya Afif pun melenguh dalam nikmat yang tiada tara. Keduanya seperti berebutan cipratan putih susu itu, mereka saling menjilat sperma pada wajah masing-masing. Sungguh hari ini adalah hari keberuntungan bagi Afif, bagaimana tidak, dalam sehari ia mendapat dua ‘mainan’ baru yang masih muda dan segar.

#############
Tidak jauh dari situ

“Baru keluar sekarang? Apa dia ada main juga sama orang di sana?” Imelda melihat dari jendela kamar di lantai dua ke rumah di seberangnya, di mana Afif, si pengantar air galonan itu baru seja keluar bersama gerobak motornya, berarti sudah hampir sejam dia di sana sejak istri pendeta yang cantik itu kebetulan melihatnya ketika memasukkan mobil.
Tidak pernah hilang dari benak Imelda ketika ia memergoki Afif sedang berpesta birahi memuaskan tetangga dan juga salah satu jemaat di gerejanya, Christine bersama tiga temannya. Bayangan dan fantasi liar kerap melintas menggodanya. Selama ini ia selalu lebih banyak berdoa untuk menangkal segala godaan mesum itu, namun terus-terang sulit, apalagi bila sedang sendirian. Diamatinya pria itu mengendarai motor gerobaknya hingga tak nampak lagi, kemudian dengan perasaan galau dan penasaran ia berjalan ke arah pintu kamar dan membukanya.
“Hah!!” jeritnya terkejut melihat Afif sudah berdiri di ambang pintu, telanjang dengan penis berdiri tegak dan perkasa, “kenapa... kenapa bapak bisa di sini??”
“Hehehe.... ibu pendeta pengen kontol saya ini kan?’ Afif menyeringai mesum sambil memegangi senjata kebanggaannya.
“Pergi! Pergi! Atau saya teriak!!” ancam Imelda sambil menunding pada pria itu.
Namun Afif malah dengan santai berjalan masuk dan menutup pintu serta menguncinya.
“Toloongg!!” jerit wanita itu sambil berlari berusaha menghindari.
“Huahahaha... mau kemana Bu? Kan pengen icip-icip kontol saya ini!” Afif dengan sigap menerkamnya hingga terjembab ke ranjang.
Brreettt... breettt... dengan kasar pria itu menarik gaun terusan yang dikenakan wanita itu hingga robek dan menampakkan bra di baliknya. Imelda terus menjerit dan meronta, namun tidak ada yang datang, malah pria itu bertambah ganas dan melucuti pakaiannya terus dengan paksa.
“AAAwww!!” jeritnya saat celana dalamnya dibetot hingga robek.
Tangan kasar pria itu menggerayangi tubuhnya sementara ia semakin lelah memberontak.
“Uuhuhuhu... sslluuurrpp... mantappphh!!” kata Imron mengenyot payudaranya, “nih sekarang rasain kontol saya, pasti ketagihan dah!!”
Dibentangkannya paha Imelda lebar lebar dan ia tempelkan kepala penisnya ke vaginanya.
“Jangan... jangann!!” Imelda masih berusaha lepas dengan sisa-sisa tenaganya, “Aaaahhh!!” jeritnya merasakan nyeri ketika penis itu melesak masuk ke vaginanya
“Maaa... Mama!!” panggil suara anak kecil membuyarkan fantasi liarnya.
“Aahh... Kezia, udah mandinya sayang?” ia menengok ke samping melihat putri kecilnya keluar dari kamar mandi dengan kimono.
“Mama sakit? Kok dipanggilin diem aja?” tanya anak itu penuh perhatian
“Oohh... tadi ada masalah dikit, mama cuma kepikiran aja” jawabnya, “ayo pakai bajunya, udah gitu kita jemput si koko di robotic”
Imelda keluar dari kamar anaknya dan turun ke bawah.
“Tuhan, kenapa saya sampai berpikiran kotor seperti ini? Tolong Tuhan kuatkan iman hamba-Mu ini” doanya dalam hati.

To be continued....
 
Terakhir diubah:
EPILOG

Melbourne, Australia
Di sebuah apartemen
17. 20

POV Melina

"I love your cunt... Lin!" bisik Julio dari belakang ke telingaku sambil menggenjotku dalam gaya doggie, kedua tangannya meremas-remas payudaraku yang menggantung.
Dari cermin di sebelah ranjang aku dapat menyaksikan diriku sedang disetubuhi pria bule latin itu.
"Julio....aaaaahh.... I... I’m... coming.... " kata-kata itu keluar dari mulutku dengan lirih dan terengah-engah.
Julio yang merasakan aku akan segera mencapai puncak, semakin menambah frekuensi genjotannya terhadap vaginaku.
"Ooo... yeahh! More... moree... aaah...!" aku sedikit berteriak ketika orgasme datang menerpaku.
Tangan Julio mengarahkan wajahku menengok ke belakang lalu wajahnya mendekati wajahku serta mencium bibirku. Penisnya terus dikocok di dalam vaginaku membuatku semakin melayang saat menikmati klimaks. Tusukan penisnya terasa semakin dalam di vaginaku. Aku tahu ini pertanda oria ini pun akan segera ejakulasi. Maka kugunakan sisa tenagaku untuk menjepit penis Julio di dalam vaginaku.
"Oohh... thats feel good baby! Uuuggh!" desah Julio terpatah-patah.
Lalu aku merasa sentakan terakhir yang dalam sekali di vaginaku sebelum Julio mengeluarkan penisnya dan crooot...croooot... ia ejakulasi di punggung dan belahan pantatku. Pria itu ambruk telentang di sebelahku yang masih telungkup sambil mencoba mengumpulkan nafasku kembali.
"Awesome Lina!" pujinya mengelus rambutku.
“Lemme clean yours” kataku meraih penisnya yang basah lalu mulai menjilatinya.
Tanpa ragu lagi kuselomoti batang penis bule itu sambil mengurut-urutnya dengan jemariku. Tampaknya Julio pun menikmati oral seksku ini. Dibiarkannya aku terus mengoral penisnya yang makin tegang sambil membelai rambutku dan meremas payudaraku. Pelan-pelan aku mulai terangsang lagi, ingin segera ditusuk lagi oleh penis bule ini, maka aku makin liar mengoral penis itu agar mengeras dan siap tempur lagi. Saat itu, terdengar suara pintu depan terbuka
“I’m home!!” suara Ci Melisa terdengar meredakan rasa kaget kami.
Suara langkahnya mendekati kamar kami dan membuka pintu...
“Hi Lisa honey!” sapa Julio pada Ci, “I miss you badly”
“Wow! Have fun all day long?” balas Ci Melisa melihat kami yang telanjang di ranjang dan aku menggenggam penis pria itu.
Pria asal Argentina yang sedang bercinta denganku ini tidak lain adalah pacar dari Ci Melisa. Mereka sekampus, Julio satu angkatan di atas ciciku itu. Awalnya, orang tua kami tidak setuju hubungan mereka, namun dua tahun lalu Julio menunjukkan keseriusannya dengan berkunjung ke Indonesia dan bertemu orang tua kami. Dari situ, mama mulai merestui hubungan mereka dan belakangan papa juga akhirnya mengiyakan. Hubunganku dengan ciciku sangat dekat sehingga ketika Julio berkunjung ke Indonesia itu kami sempat melakukan swinger bersama pacarku, Rendy.


Ci Melisa dan pacar bulenya itu bekerja di tempat yang sama, hanya saja pada hari itu Julio baru pulang tugas dari luar kota tadi siang. Pria itu turun dari ranjang menyambut ciciku. Rindu empat hari tidak bertemu, mereka berpelukan lalu berciuman penuh gairah. Satu persatu seragam kerja Ci Melisa berjatuhan. Aku hanya tersenyum kecil melihat pasangan yang tengah dimabuk rindu asmara itu sambil turun dari ranjang dan keluar dari kamar. Kuambil air dari dispenser di dapur untuk melegakan tenggorokanku setelah mendesah-desah dalam persetubuhan dengan pacar ciciku tadi. Kuambil beberapa kue di meja dan memakannya sebelum kembali lagi ke kamar. Mereka sedang bergaya 69 dengan ciciku di atas. Aku pun naik ke ranjang ikut bergabung, berdua kami mengoral penis Julio yang saat itu sedang melumat vagina ciciku. Lidah kami menyapu-nyapu batang penis dan kepalanya selama lima menit lebih hingga Ci Melisa mengajak untuk mulai karena sudah tidak tahan. Ia pun berbaring telentang dan Julio berlutut di antara kedua belah pahanya mengarahkan penisnya ke vagina ciciku yang tak mulus tak berbulu itu.
“Aaaahhh!” desah Ci Melisa
Ci Melisa merespon dengan merenggangkan kedua pahanya selebar mungkin. Julio mulai menggeser-geserkan batang penisnya maju mundur hingga tertancap sepenuhnya ke vagina ciciku. Pria bule itu menaikkan kedua paha Ci Melisa ke pundaknya, lalu dengan bertumpu pada lutut mulailah ia menggenjot vaginanya. Wajah ciciku semakin merona merah, bibirnya digigit melipat disertai erangan tertahan menahan gelora kenikmatan yang menyerang selangkangannya. Aku naik ke wajah Ci Melisa berhadapan dengan Julio.
“MMmhhhh....” aku mendesah merasakan jari ciciku menguak bibir vaginaku disusul lidahnya menyapu-nyapu di sana.
Julio mendekapku dengan tangan kanannya dan memagut bibirku, kami pun beradu lidah. Kurasakan payudaraku diremasi dan dipilin-pilin putingnya sehingga menambah nikmat sensasi ini. Lidahku menjelajah liar ke seluruh rongga mulut Julio, lidah kami saling memagut memelintir diselingi lenguhan nikmat.
"Ngngghh.. ngngghh.."
Gelora nafsu semakin panas menyatu dalam deru kenikmatan, hentakan liar dan desahan nafas kami yang memburu bersahutan. Genjotan Julio mulai bertambah cepat dan Ci Melisa pun mengimbanginya, jilatannya terhadap vaginaku semakin liar. Kenikmatan birahi semakin membara membuat keringat membanjiri sekujur tubuh kami, aliran darah berpacu kencang menelusuri pembuluh darah tubuh sampai ke ujungnya. Julio melepas ciuman, mulutnya merambat turun dan melumat payudara kiriku.
"Aaahh... auuhh.. ", tubuhku menggelinjang hebat kemudian menegang, kurasakan vaginaku berkedut-kedut disertai erangan lirih menahan kenikmatan puncak orgasme yang sungguh luar biasa.
Cairanku tertumpah di wajah ciciku yang langsung diseruput olehnya. Aku sungguh tidak bisa menahan gelinjang tubuhku saat mulut Ci Melisa menghisap vaginaku yang orgasme itu, ditambah pula Julio yang terus melumat payudaraku. Akhirnya aku lunglai di sebelah mereka dengan nafas memburu.

Julio kini berkonsentrasi memuaskan Ci Melisa. Hentakan pinggulnya dengan mantap menekan dan menarik menimbulkan sensasi kenikmatan tersendiri membuat ciciku itu menceracau makin tak karuan.
"Harder baby... harder!!" desahnya
Kedua paha Ci Melisa turun dari pundak Julio menjepit pinggang pacar bulenya itu dan pantatnya diangkat sehingga membuat penis itu leluasa bergerak keluar-masuk. Gairah mereka semakin menggebu, Julio membungkuk dan kepalanya merendah menggapai payudara Ci Melisa, dijilatnya liar, dihisap dan digigit gemas. Nampaknya Ci Melisa akan segera mencapai puncaknya
menggenjot menghujam-hujamkan kejantanannya. Tak lama kemudian, tubuh Ci Melisa menggeliat dan desahannya makin keras. Kedua kakinya makin erat menjepit pinggang Julio, matanya membeliak-beliak. Sebuah desahan panjang keluar dari mulut ciciku, pastinya vaginanya mengucurkan banyak sekali cairan, karena bunyi decakan makin nyaring setiap kelamin mereka bertumbukan. Julio sendiri mempercepat hujaman-hujaman penisnya hingga tak sampai lima menit setelahnya, dengan lenguhan nikmat yang panjang, Julio akhirnya melepaskan salvo-salvo birahinya, menumpahkan banyak sekali cairan putih pekat yang kulihat meleleh sebagian di sela-sela bibir vagina ciciku. Pria bule itu terkulai menindih tubuh ciciku, hening... hanya terdengar suara nafas yang naik-turun. Ci Melisa menepuk punggung Julio setelah terkumpul cukup tenaga.
“I’m hungry” katanya lemas.
“So am I, honey” balas Julio, “shall we go out for dinner? How about you Lin?” tanyanya menoleh padaku.
“Sure, I’m waiting for it, where?”
“Hhhmm... I suggest the new Thai resto near junction there” usul ciciku.
Setelah berbenah kami bertiga keluar untuk makan malam di restoran Thai dekat apartemen ciciku.




Di sebuah kafe, Sherlin, Maria dan Liani, tiga mahasiswi cantik dan berprestasi itu, sedang duduk bercengkrama sambil menikmati snack dan minuman yang dipesan. Awalnya mereka membahas bisnis online yang mereka kelola bersama, baik mengenai pemasukan minggu ini, lalu-lintas barang dan apa saja yang perlu ditambah dan dilakukan. Setelah topik serius itu, obrolan mereka pun mulai santai bahkan semakin vulgar.
“Ei yang baru jadian nih, gimana aja ceritanya?” tanya Liani, “gua belum ketemu cowok lu loh sampe sekarang”
“Ya lu juga, jarang keliatan di kampus” jawab Maria lalu menyeruput minumannya.
“Gak cakep-cakep amat, tapi asyik orangnya” timpal Sherlin, “I’ve tried him” ia memelankan suaranya.
Maria yang di sebelahnya menyikut lengannya dan mereka pun tertawa-tawa.
“Lu dulu ah! Ada apa yang rame selama ini? Masa udah ampir seminggu gak ketemu gak cerita-cerita?” kata Maria ke Liani.
“Well...” Liani memasukkan potongan red velvet ke mulutnya dan mengunyah sejenak, “ada sih nakal-nakalan dikit, weekend kemaren waktu ada undangan....”




POV Liani

Hari itu, malam minggu, aku bersama tunanganku, Albert (34 tahun) menghadiri resepsi pernikahan salah seorang klien Albert yang dilangsungkan di sebuah hotel di wilayah Dago Pakar. Meskipun berangkat lebih awal, daerah itu sudah macet, itu sudah biasa terjadi saat weekend seperti ini.
“Hhhmmm... yeessshh mantap Ni!” desah Albert saat kuhisapi penisnya agar tidak boring ketika mobil kami berhenti karena macet.
Sesekali tangan tunanganku itu menyusup ke dadaku meremasi payudaraku. Hhhmm... macetnya lumayan lama juga nih karena Albert belum memberi tanda untuk berhenti sehingga aku terus mengulum dan menyapu-nyapu kepala penisnya dengan lidahku.
“Uuuggh... mau keluar gua.... “ Albert mengerang dan kurasakan penisnya makin berdenyut-denyut.
Aku semakin meningkatkan intensitas hisapanku hingga akhirnya, creett... creet... kepala penisnya menembakkan sperma memenuhi rongga mulutku. Aku pun berkonsentrasi menelan cairan putih itu agar tidak keluar apalagi menciprat ke wajah sehingga merusak make-upku. Kurasakan tubuhnya mengejang-ngejang menikmati orgasmenya. Saat itu mobil sudah berjalan, ia pelan-pelan menjalankan gas sehingga mobil melaju perlahan. Ini adalah momen menegangkan sekaligus seru. Penis itu akhirnya menyusut di mulutku, aku berhasil melahap semua cairannya tanpa meleleh keluar sedikitpun dari mulutku. Aku pelan-pelan mengangkat kepalaku menegakkan tubuh, Albert menghela nafas puas setelah berhasil kuantar ke puncak kenikmatan.
“Lho... baru sampe sini?’ aku melihat ke jalan yang ternyata belum maju terlalu dari titik awal ketika aku mengoralnya tadi.
“Ya you know lah, malam minggu pasti gini, makanya kita berangkat pagian juga” kata tunanganku itu, “abis lewat depan sana biasa lebih lancar kok”
“Oke... oke... gua kan udah muasin lu, terus gua dapet apa?” pancingku.
“Emangnya lu pengen apa nih? Gua kan masih nyetir”
Aku menyapukan pandanganku ke sekitar, langit mulai gelap dan kaca mobil kami juga gelap. Setelah kupastikan situasi aman, aku memasukkan tanganku ke dalam rok dan menarik lepas celana dalamku. Kuletakkan celana dalam hitamku di dekat gigi. Albert tersenyum menatapku
“Lu ini yah” ia letakkan tangannya di lututku dan menyingkap gaun terusanku hingga menyentuh selangkanganku.
“Eeemmhh” desahku dengan mata terpejam saat kurasakan jemarinya mulai mengelusi bibir vaginaku.
Kujepit tangan Albert dengan paha mulusku, tubuhku menggeliat-geliat merasakan jarinya yang masuk ke dalam dan menemukan klitorisku. Ia mengobok-obok selangkanganku sambil pandangannya terus ke depan dan sekitarnya berkonsentrasi menyetir sambil mengawasi situasi. Aku menggigit bibir menahan nikmat saat jemarinya menusuk-nusuk liang kenikmatanku. Semoga saja orang di sekitar kami tidak melihat ekspresi nikmatku, serem juga tapi membuat deg-degan dan memicu adrenalin.

Sayangnya kenikmatan itu harus berhenti saat daerah macet sudah lewat sehingga Albert tidak bisa menyetir perlahan lagi. Tak lama kemudian, kami pun tiba hotel tempat diselenggarakannya resepsi. Kami mendapat parkir agak jauh karena sudah banyak tamu berdatangan, selain itu menurut Albert yang diundang pun banyak termasuk beberapa public figure. Aku sebenarnya bermaksud meneruskan yang tadi tertunda, namun kuurungkan niatku melihat di sekitar kami banyak tamu yang turun dari mobil mereka. Dengan mengenakan gaun terusan sutra ungu berpotongan dada rendah dengan tali lembut ke bahu dipadu dengan kalung emas putih hadiah pertunangan kami dan parfum berkelas yang mengharumkan tubuhku, aku dengan penuh percaya diri menggandeng tangan Albert. Setelah ia mengisi daftar tamu dan menerima souvenir, kami memasuki ruang pesta. Aku pun terperangah melihat suasananya, sungguh mewah didominasi warna biru langit, tidak heran sih karena klien tunanganku itu adalah anak bos besar. Acara makan sudah dibuka ketika itu dan para tamu berseliweran dalam busana pesta yang indah. Beberapa pria memperhatikan diriku, itu sudah kurasakan sejak di parkiran tadi. Aku sih sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu sehingga acuh saja melewati mereka. Sambil ngantri dan menikmati makanan, beberapa kali Albert memperkenalkan diriku pada rekan kerja, atasan, dan temannya. Sementara aku sendiri hampir tidak mengenal siapapun di sini, lama-lama aku mulai bosan juga karena Albert banyak mengobrol dengan kolega-koleganya. Setelah menghabiskan baso tahu dan meletakkan piringnya aku merogoh tas hendak mengeluarkan smartphoneku, baru aku teringat benda itu tertinggal di mobil. Maka kubisikkan kepada Albert tentang hal itu.
“Duh gimana sih, kok bisa lupa? Udah lu tunggu gua ambilin aja!” katanya.
Aku menahannya, “gak... gua aja, sekalian jalan-jalan nurunin makanan, gak enak ada boslu ditinggal gitu aja”
Dia pun merogoh celananya dan memberikan kunci mobilnya padaku. Aku beranjak dari ruang pesta ke parkiran, langit sudah gelap saat itu, waktu menunjkkan pukul 18.10. Kulihat mobil Albert sudah dipepet berdesak oleh mobil lain.
“Mau keluar neng?” tanya seorang pria yang sedang berbaring di Toyota Rush putih yang parkir di belakang mobil kami, agaknya ia sopir yang sedang menunggu majikannya.
“Oh nggak Pak, cuma ngambil barang aja” jawabku
Kubuka pintu mobil dan mencari smartphoneku. Ahh... ketemu di laci mobil, kumasukkan benda itu ke tasku dan kututup kembali pintu mobil. Kutekan tombol lock untuk mengunci, namun karena cepat-cepat, ketika hendak memasukkan kunci itu ke tas, tak sengaja tanganku belum masuk ke tas, akibatnya kunci itu jatuh ke tanah yang berumput lebat.
“Sialan!” umpatku dalam hati, terpaksa aku harus berjongkok meraba-raba di rumput setinggi mata kaki lebih, bagaimana kalau ada ular atau serangga menjijikkan lain? Hhyy... aku jadi ngeri membayangkannya karena aku paling phobia dengan binatang-binatang seperti itu.


“Kenapa neng?” tanya si sopir itu melihatku mengais-ngais di antara rerumputan.
“Kuncinya jatuh Pak!” kataku.
Pria itu segera turun dari mobil dan menyalakan senter, “nih coba! Keliatan gak?” diarahkannya cahaya senter itu ke bawah.
Dengan bantuan senter itu aku kembali menyibak rerumputan dengan ranting dan aahh... itu dia! Benda itu ada di antara rerumputan, aku pun berjongkok dengan lutut kiri menekuk ke bawah sehingga tanpa kusadari paha mulusku jadi tersingkap kemana-mana. Saat mengangkat wajah kulihat pria itu gugup dengan mata terus tertumbuk ke bagian bawahku yang tersingkap karena posisi jongkokku. Diam-diam aku tersenyum dalam hati, pasti pria itu merasa sesak pada selangkangannya.
"Maaf neng, gak sengaja, pahanya bagus soalnya" pujinya cengengesan.
"Dasar si bapak, pasti mupengan yah!" balasku disertai tawa kami berdua.
Setelah itu hening dan kami sama-sama terdiam, suasana jadi canggung. Sebenarnya aku menunggu apakah pria itu berani mengambil langkah duluan. Sopir itu berjalan mendekat, aku hanya terdiam berdebar. Dia terus mendekat memepetku ke mobilku, tidak ada suara yg keluar dari mulut kami berdua, kami melihat sekeliling, tidak ada orang lain selain kami. Ia menyingkap gaunku yang pendek dan kurasakan tangan kasarnya mengelusi kulit pahaku yang halus. Aku membiarkannya, aku ingin sedikit membalas budi atas bantuannya sekaligus menuntaskan birahiku yang tadi nanggung.
"Aaaaah.." mulutku menganga sambil mendesah saat tangannya masuk ke dalam menyentuh selangkanganku yang masih tertutup celana dalam.
Sopir itu lalu menyambut bibirku dengan mulutnya yang berasa aroma rokok keretek. Lidah kami saling bersatu, sesekali lidahku dihisap dan bibir bawahku digigit kecil. Aku merespon dengan meraih selangkangannya dan meremas penisnya dari luar. Aku merasakan jari-jarinya membelai selangkanganku dari luar celana dalam.
“Uuhh... di mobil saya aja yuk!” ajaknya menarik lenganku.
Kami masuk ke jok belakang, ia kembali memeluk tubuhku, tali bahuku ia turunkan disusul cup bra tanpa taliku sehingga dadaku sudah tidak terhalang apa-apa lagi. Dengan bernafsu dilumatnya payudaraku, lidahnya bermain di kedua putingku bergantian. Aku sudah sangat horny, vaginaku sudah lembab di bawah sana karena tanggung waktu sama tunanganku tadi. Sambil menyusu, tangan pria itu menyusup ke bawah rokku dan mulai menarik celana dalamku. Aku pun menggerakkan kakiku membiarkannya lepas. Darahku semakin berdesir merasakan tangannya kini merambahi kewanitaanku tanpa penghalang, jemari kasar itu mulai mengorek liang senggamaku.
“Aaahh!!” aku mendesah nikmat, tanganku meraih selangkangannya yang sudah sesak itu, membuka sabuk serta resletingnya.
Tanganku masuk ke celana dalamnya meraih benda panjang di balik sana.
“Hehehe.... gede yah neng?” tanyanya bangga saat tanganku menggenggam erat batang itu.
Harus kuakui diameternya sedikit lebih besar dari milik Albert, panjangnya sih kurang lebih tidak beda jauh, tapi bisa memuaskan atau tidaknya kita lihat saja setelahnya.

“Boleh minta isep neng?” tanyanya
Kujawab dengan mencondongkan badanku menyamping ke arahnya, kujilati batangnya yang kugenggam terutama kepalanya yang bersunat itu.
“Uuugghh, mantap neng sepongannya!” desahnya dengan tubuh bergetar saat lidahku menggelitik lubang kencingnya.
Lidahku terus menyapu batang itu hingga buah zakarnya lalu naik lagi ke atas. Setelahnya kubuka mulutku dan menelan benda itu, membuatnya semakin mendesah nikmat.
"Hhmmmm.... slrrpp" suara dari mulutku ketika mengulum benda itu
"Ahhh... enak neng.... nyepongnya hebat kaya nyonya sayah" ucapnya.
Wah dia sudah mengembat nyonya majikannya ternyata.
"Sama nyonya?" tanyaku penasaran.
"Iya neng, hehehe" tawanya bangga, "suaminya sibuk melulu sih, jadi istrinya gatelan, ketagihan kontol saya ini nih!”
Aku terus mengoral penisnya selama lima menit kemudian.
“Sekarang aja pak, saya ga bisa lama!” kataku seraya naik ke pangkuan pria itu dengan tangan meraih batang penisnya yang sudah keras.
Kemudian perlahan kuturunkan tubuhku hingga penisnya melesak masuk ke vaginaku tanpa hambatan.
“Aahhh!” desahku merasakan tusukan nikmat itu.
Penis itu menembusi kewanitaanku hingga menyentuh dinding rahimku. Dinding-dindingnya yang dipenuhi saraf-saraf peka terus melumat dan meremas-remas penis pria itu. Aku mulai menggoyang-goyangkan badan naik-turun di pangkuannya. Mulut pria itu mengenyoti payudaraku bergantian, serta tangannya meremasi bongkahan pantatku, sungguh pria itu sedang memberikan kenikmatan yang tak terhingga padaku. Ketika penisnya terasa makin sesak keluar masuk dalam vaginaku, aku tahu bahwa sebentar lagi dia akan orgasme. Aku bersiap menerima terpaan gelombang nikmat yang juga sudah mulai kurasakan.
“Uuuhh... muncrat neng!” lenguhnya bersamaan dengan semprotan yang kuat dan panas dalam vaginaku.
Aku menyusulnya beberapa detik kemudian, tubuhku menggelinjang dalam pelukannya, vaginaku mengucurkan cairan kenikmatan yang membuat selangkangan kami makin basah. Saat itu aku tak lagi ingat bagaimana kegaduhan yang terjadi dalam mobil yang juga ikut terguncang-guncang ini. Gelombang itu mulai surut, kurasakan penisnya menyusut di vaginaku. Aku turun dari pangkuannya dan mengambil tissue untung menyeka keringat di leher dan dahiku dan selembar lagi untuk membersihkan selangkanganku yang basah kuyup.

“Udah ya Pak, saya harus balik” pamitku setelah memakai kembali pakaianku
“Yah, makasih neng, puas banget rasanya” katanya tersenyum lemas dengan nafas masih terengah-engah.
Aku membuka pintu mobil dan keluar dari situ, situasi masih sepi, semoga saja tadi tidak ada yang memergoki kami bermobil goyang. Kulangkahkan kakiku kembali ke gedung pesta, namun sebelum masuk ke ruang pesta, aku ke toilet terlebih dulu untuk merapikan kembali make-up dan rambutku. Albert masih sibuk berbicara dengan beberapa undangan pria, sepertinya tidak terlalu peduli aku pergi agak lama. Aku pun mengantri makanan, rasanya lapar juga setelah bercinta tadi.




“What a bitch” kata Sherlin setelah mendengar penuturan temannya, “Albert dah tau belum?”
“Hihihi... gak lah” kata Liani, “dirty little secret aja, lu sendiri masih hot sama si Hendri gak?”
Liani mengambil kotak rokok dari tasnya lalu mengambilnya sebatang dan menyulutnya. Diletakkannya kotak itu di meja dengan bungkus terbuka, Sherlin mengambilnya sebatang.
“Yup... tapi dia juga belakangan ini sibuk, lagi ambil banyak SKS sekarang, terus dapet proyek nyalurin hasil bumi ke restoran juga” jawab Sherlin sambil menyalakan lighter menyulut rokoknya.
“Waaa... bagus dong!” kata Maria.
“Ada cheating lagi gak?” tanya Liani.
“Adalah, for fun only, Rabu kemaren waktu berenang.....”




POV Sherlin

Aku Sherlin Veronica, seorang mahasiswi fakultas ekonomi di sebuah perguruan tinggi swasta ternama di Bandung. Usiaku 21 tahun, memiliki keluarga yang bahagia dan pacar bernama Hendri yang sudah dua tahunan jalan denganku. Aku mengenal seks belum lama, sekitar satu setengah tahun yang lalu ketika ulang tahun Hendri dan aku mempersembahkan keperawananku padanya. Sejak itu aku merasakan gairahku meningkat drastis, tidak jarang aku yang memintanya pada Hendri sampai di awal-awal ia begitu kelabakan menghadapi nafsuku. Pengaruh lingkungan pergaulan dan informasi dari internet mendorongku melakukan perselingkuhan dengan beberapa pria lain. Awalnya aku merasa bersalah, namun belakangan aku malah mulai menikmatinya juga. Aku menganggap hubunganku dengan pria lain hanyalah sebatas fun saja, aku tetap mencintai Hendri yang berhasil mengambil hatiku yang keras, jujur saja aku baru pernah pacaran kelas tiga SMA, itupun hanya cinta monyet yang berlangsung singkat. Di bangku kuliah aku banyak menolak secara halus pria-pria yang mendekatiku hingga akhirnya tak sanggup menolak Hendri. Kami makin terbuka soal seks sejak terlibat orgy secara tidak sengaja di rumah teman pacarku itu, Saldi. Pagi itu jam delapanan, tidak ada jadwal kuliah pagi, maka aku memanfaatkan waktu itu untuk berenang di sebuah hotel dengan voucher online. Kukenakan bikini two pieces bermotif floral, lalu kututupi tubuhku dengan handuk dan kuikat rambutku sebelum menuju ke kolam. Hari itu adalah hari kerja sehingga suasana di kolam sangat sepi sekali, ketika tiba di sana hanya ada dua anak kecil bersama mama mereka yang sepertinya adalah penghuni hotel. Setelah pemanasan sedikit, aku pun meluncur ke dalam air. Setelah berenang dua putaran, wanita itu memanggil anak-anaknya untuk beres-beres. Maka kini tinggallah aku sendiri di kolam renang di tingkat atas hotel ini. Kemolekan tubuhku dalam balutan bikini membuat petugas kebersihan dan pegawai hotel yang melintas mencuri-curi pandang ke arahku terutama si pegawai hotel yang mengantarkan makanan. Aku menikmati nasi goreng itu sambil bersandar di kursi panjang di pinggir kolam. Saat itu seorang pria bertubuh tegap masuk dan menceburkan diri ke kolam. Sambil makan dan membalas pesan di smartphone, diam-diam kuperhatikan pria itu, mukanya Chinese tapi kulitnya tidak terlalu putih, tubuhnya pun berisi dengan perut nyaris six pack. Aku tahu pria itu sambil berenang curi-curi pandang ke arahku, namun aku pura-pura cuek saja. Ia berenang bolak-balik beberapa kali lalu keluar dari kolam dan menghampiriku yang saat itu sudah hampir menghabiskan makananku.
“Hai... tamu di sini?’ sapanya tersenyum ramah.
Aku menggeleng, “gak, berenang pake voucher sambil nunggu kuliah nanti” jawabku
“Saya Viktor, kalau perlu bantuan panggil saya aja, saya kerja di sini!” katanya memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya.
Sikapnya simpatik juga dan juga good looking sehingga aku menjabat tangannya dan memperkenalkan diriku juga, “Sherlin, kamu... kerja disini?”
“Iyah... instruktur fitness, jam segini lagi sepi, lagi ga ada kerja jadi ya berenang aja dulu hehehe....”


Kami malah ngobrol dan orang ini cukup menyenangkan juga, matanya tidak jelalatan tak karuan walau terkadang ia memandangi tubuhku, sama halnya aku pun melihat celana renangnya agak menggelembung, pasti ukurannya lumayan. Selain instruktur fitness, ia juga agen property yang levelnya sudah cukup lumayan. Aku memang mulai tertarik dengan investasi properti sehingga obrolan kami pun mulai nyambung soal ini. Dari obrolan juga kuketahui ia berdarah Menado, pantas wajahnya oriental, selain itu, ia masih single di usianya yang awal kepala tiga.
“Udah mau udahan yah?” tanyanya melihatku menyeruput lemon tea hingga habis dan meletakkan gelasnya.
“Berenangnya udah sih, sekarang pengen sauna dulu” kataku dengan senyuman menggoda, “gua duluan yah!”
Aku bangkit dan membawa barang-barangku menuju kamar bilas yang terdapat ruang sauna di dalamnya. Kurasakan darahku berdesir membayangkan pria macho itu bercinta denganku, kalau Viktor pria yang pintar ia pasti tanggap atas kode yang kuberikan tadi. Setelah kunyalakan pemanas, aku pun memasuki ruang sauna, duduk dan menikmati suhu yang makin naik. Sekitar lima menit tubuhku mulai berkeringat, lalu kulepaskan penutup dadaku. Ohh... aku semakin horny sehingga meremas payudaraku sendiri. Selang beberapa menit aku mendengar pintu depan dibuka... Viktorkah itu? Akhirnya dia menyusulku.
‘Eeehh!!” aku pura-pura kaget menyilangkan tangan menutupi dadaku ketika pintu sauna terbuka.
Persis dugaanku, instruktur fitness tampan dan macho itu kini berdiri di ambang pintu memandangiku yang sudah setengah telanjang ini.
“Kamu ngapain?”
“Tadinya mau ngecek aja, kamu bisa nggak nyalain sauna, mungkin perlu dibantu”
“Eeerrr... bisa kok, berani amat kamu ke sini, ini kan kamar mandi cewek”
“Lagi sepi tenang aja, wah kamu keliatan seksi banget waktu keringatan gitu!" katanya.
Sadar tidak ada penolakan dariku, pria itu mendekatiku dan duduk di sebelahku
"Kamu ngerayu terus ah, gua udah ada yang punya loh"
"Oohh... kalau kamu keberatan saya keluar aja kalau gitu"
“Emang di luar sana gak ada siapa-siapa?” tanyaku
“Hari biasa jam segini mah sepi, gua udah ampir dua tahun di sini”
“And then?” pancingku menatapnya dan tersenyum
“Maksudnya and then?”
Aku mengangguk dan membiarkannya menyentuhku, ia meraih lenganku yang menutupi dada sehingga payudaraku terlihat olehnya. Viktor memelukku dan memagut bibirku yang kubalas dengan penuh gairah.
“Mmmhh... mmmmhh..” kami terus berciuman hingga nafas kami memburu.
Ciumannya merambat turun menyusuri leher dan pundakku hingga akhirnya melahap payudara kananku.
“Uuuuh…” desahku saat pria itu menjilati putingku dan meremas payudara yang sebelah, kurasakan putingku ranum semakin mengeras akibat rangsangan ini.

Aku merespon rangsangannya dengan meraih selangkangannya yang masih tertutup celana renang. Kurasakan penisnya sudah mengeras. Tanganku terus bergerak menyusup ke bagian atas celana renang itu dan menggenggam penisnya yang sudah mengeras di balik celana tersebut. Aku merasakan vaginaku semakin gatal dan becek, apalagi setelah menggenggam penisnya yang sudah ereksi itu, kuingin benda itu mengaduk-aduk vaginaku setelah seminggu lebih tidak ML dengan Hendri. Tangan Viktor merambat turun meraih karet pinggang bikiniku, kuangkat sedikit pinggulku dan kugerakkan kakiku untuk membiarkan penutup tubuh terakhirku lepas. Tidak mau kalah, aku juga membuka celana renang dan dalamnya. Kini kami telah telanjang di ruang sauna dan saling memandang tubuh masing-masing. Tubuhnya yang berisi itu nampak makin seksi dengan butir-butir keringat membasahinya, kurasa ia pun berpikir demikian saat memandangi tubuh telanjangku.
“Kamu keringetan gitu keliatan tambah seksi Lin” komentarnya
“Udah ah ngerayu terus... gua lebih suka actionnya” kataku dengan wajah memerah.
“Mau action, hayo!” ia menyuruhku berdiri memunggunginya di dekat pintu, “awasin dari jendela, kalau ada yang dateng bilang yah!”
Agaknya ia sudah berpengalaman soal ini sampai tahu situasi dan antisipasinya seperti ini. Ia jongkok di belakangku lalu kurasakan sapuan lidah hangatnya pada vaginaku.
“Aaahh!” aku tak bisa menahan desahanku.
Viktor terus menjulurkan lidah dan menjilati vaginaku dari belakang, ditambah remasan pada pantat membuat vaginaku makin basah saja. Bukan cuma menjilati, jarinya juga mencucuk-cucuk dan mengorek liang kewanitaanku.
“Nah sekarang yah, kita gak punya banyak waktu!” tiba-tiba Viktor berdiri dan memegang pinggulku.
Ia mengarahkan penisnya ke liang senggamaku, tanganku juga meraih batang penisnya menuntunnya ke mulut vaginaku.
"Ayo masukin" kataku lirih ketika kepala penisnya tepat di sasaran
Bless... kurasakan penisnya memasuki liang vaginaku, bibir vaginaku menjepit batang tersebut dari ujung hingga pangkalnya. Lalu dengan ganasnya digoyangkan pinggulnya maju mundur merojoki vaginaku dan kedua tangannya meraih payudaraku meremasinya dengan gemas. Hawa panas di ruang sauna ditambah darah yang menggelegak memberi kenikmatan yang tiada taranya. Tubuhku benar-benar serasa mandi keringat, butiran keringat itu meleleh-leleh membelai kulitku dan berjatuhan di lantai kayu.
"Ohh... ohh... enak banget!!” ceracauku.
"Ahh... meki kamu seret banget" erangnya terus menyetubuhiku.
“Jangan di dalam... ssshh.... mulut ajaahh!! Lagi subur nih!” desahku.
Kurasakan badanku semakin bergetar dan vaginaku makin berkonraksi akhirnya...
"Aaaah... yeah...." aku mendesah lebih keras menikmati orgasme dahsyat ini.
Cairan vaginaku serasa tertumpah semua membasahi paha dalam dan penis pria itu. Viktor terus menggenjot dan menggerayangi tubuhku hingga tiga menit ke depan.

“Uuuhh... udah mau! As your wish, di mulut kan?” katanya sambil menarik lepas penisnya.
Aku duduk di bangku kayu meraih batang penis itu dan langsung mengulumnya. Ukurannya kurang lebih mirip dengan milik Hendri, sama-sama tidak disunat. Tidak terlalu sulit bagiku memasukkan seluruh batang itu ke mulutku. Kumainkan lidahku menyapu-nyapu kepala penisnya sambil kugerakkan mataku ke atas melihat reaksinya.
“Uuuhhh... mantap, sepongannya sedap banget!!” lenguh Viktor merem-melek sambil meremasi rambutku.
Tak sampai lima menitan, kurasakan penisnya mengejut-ngejut di dalam mulutku.
“Aaarrrhhh!!” geram pria itu menyemprot-nyemprotkan cairan kental hangatnya di mulutku.
Pada saat itulah kuhisap dan kulahap cairan putih susu itu, banyak juga yang keluar. Saat kukeluarkan penisnya dari mulutku, benda itu masih menyemprotkan sisa spermanya yang mengenai wajahku. Kukocok-kocok benda itu hingga semprotannya berhenti dan menyusut di tanganku. Pria itu mengejang-ngejang nikmat akibat aksiku itu. Akhirnya ia menjatuhkan dirinya duduk di sebelahku dengan nafas ngos-ngosan.
“Tadi gak ada yang masuk kan?” tanyanya lemas.
Aku hanya menggeleng, “yang ada gua udah mateng, udah ah, pengen mandi!” kataku sambil menyeka keringat yang bercucuran di leher, “kamu keluar duluan aja”
Ia mengangguk dan bangkit berdiri memakai kembali celana renangnya
“Nice to meet you” katanya mengecup ringan bibirku sebelum membuka pintu.
Sebentar kemudian aku pun keluar dan membilas tubuhku di bilik shower. Setelah mandi dan berpakaian aku keluar dan melihat Viktor masih berenang di kolam. Sebelum pamitan kami sempat tukaran nomor WA untuk tambah kenalan terutama yang berhubungan dengan property.




‘Wow, Victor yah... lu udah pernah kontak lagi?” tanya Maria setelah menyeruput minuman.
“Cuma nge-WA aja nawarin rumah harganya bagus katanya” jawab Sherlin
“Yakin lu ga main ati sama dia tuh? Katanya kan cakep hihihi” kata Liani.
“Gak ah, cakep sih cakep tapi bukan type gua” jawab Sherlin dengan cuek lalu memasukkan kentang goreng ke mulut.
“Ciiee... setia ke si Hendri nih ceritanya!” Maria menepuk pundak temannya itu.
“Nah sekarang giliran yang baru jadian” kata Liani, “masih main ama yang lain ga seudah jadian?”
“Eeehh... ya dikit-dikitlah” jawab Maria, “selingkuh badan aja, bukan selingkuh ati, kaya lu lu ini loh!”
Mereka tertawa cekikikan, lalu Maria memulai ceritanya....




POV Maria

Aku, Maria, seorang mahasiswi akuntansi berumur 20 tahun dari keluarga menengah. Orang tuaku mendidikku untuk menjadi gadis yang mandiri, untuk itu sejak masuk kuliah, mereka sudah mendorongku mencari penghasilan untuk membiayai sendiri kuliahku. Dengan bantuan ciciku yang sudah menikah dan berprofesi guru, aku mendapat murid les sehingga memberi penghasilan bagiku. Memang ada darah guru di keluargaku, mamaku guru sebelum menikah dulu, menurun ke ciciku, tapi terus-terang aku tidak tertarik menjadi guru, namun dengan kelebihan yang kumiliki yaitu nilai akademis yang cukup tinggi, terutama matematika dan Bahasa Inggris, serta kemampuan komunikasi yang baik, aku pun mencobanya. Seiring berjalannya waktu, pengalamanku dalam memberi les privat pun bertambah, muridku pun bertambah banyak baik dari mulut ke mulut ataupun melalui ciciku, yang berarti penghasilan pun meningkat. Aku mulai menikmati kerja part timeku yang hasilnya dapat kupakai untuk membayar kuliah dan jajan ini. Bisnisku bertambah setelah joinan dengan dua teman kuliahku Sherlin dan Liani mendirikan toko online yang menjual pakaian wanita dan make-up. Di antara kami tiga sahabat, bisa dibilang aku yang paling ‘kere’, modal yang kutanam paling kecil, namun aku bertanggung jawab atas pembukuan dan lalu lintas barang, Sherlin paling tajir di antara kita, ia yang bertanggung jawab atas ketersediaan barang bersama Liani. Liani sendiri cenderung kurang mengurus bisnis bersama ini, bisa dimaklumi sebenarnya karena dia juga mengambil kuliah D3 Mandarin ditambah lagi kesibukannya di perusahaan keluarganya. Dengan IPK di atas tiga, mandiri dan menjadi kesayangan dosen, otomatis imej ‘nice girls’ melekat pada kami bertiga. Terus-terang, kami bertiga tidaklah sebaik itu, mungkin awal-awal kuliah waktu masih polos ya, tapi kami pun memiliki sisi gelap dalam kehidupan seks kami yang tidak banyak diketahui orang termasuk keluarga kami sendiri. Di tengah kesibukan kuliah dan wirausaha, kami diam-diam menikmati petualangan seks dengan orang selain kekasih masing-masing atau bahkan kami juga menikmati hubungan sesama jenis antar kami bertiga. Prinsip kami adalah hubungan dengan mereka selain kekasih kami tidak lebih hanya have fun, selingkuh badan, bukan selingkuh hati.


Hari itu sekitar jam satu siang, aku tiba di rumah salah satu anak lesku. Kutekan bel pintu di sebelah pagar rumah itu. Tidak sampai tiga menit, gerbang terali rumah itu terbuka secara otomatis, penghuni rumah sudah mengenal dan melihat kedatanganku lewat CCTV di pilar gerbang. Aku pun segera masuk ke dalam memarkirkan Yaris biruku di halaman yang lumayan luas itu. Pintu depan terbuka dan keluarlah seorang wanita berparas cantik, usianya sekitar 30an menyambutku.
“Halo Mar! Udah makan?” sapanya ramah
“Udah ci”
“Yuk ke dalam!” ujarnya mempersilahkanku masuk.
Wanita ini tidak lain adalah mamanya anak lesku, namanya Yulia, biasanya kupanggil Ci Yuli. Suaminya adalah pebisnis sukses yang memiliki banyak usaha. Interior rumahnya dengan pajangan dan lukisan indah yang menghiasi rumah ini membuatku terkesima. Mungkin satu dari benda seni ini saja sudah cukup membiayai uang kuliah satu atau dua semester.
“Mar, ini coba deh, kue dari Jepang, enak deh!” lamunanku buyar oleh suara Ci Yuli yang menyajikan snack dan segelas minuman segar untukku.
“Eh... iyah makasih Ci!”
Wanita itu duduk di sebelahku. Aku menikmati snack yang disajikannya sambil berbincang. Ci Yuli memang enak diajak ngobrol, walau usia kami terpaut lebih dari sepuluh tahun, ia tahu banyak topik-topik terkini sehingga pembicaraan kami nyambung. Kami bahkan sering saling curhat masalah pribadi. Dari sinilah aku tahu ia kurang mendapat nafkah batin dari suaminya dan ia juga tahu aku sudah jadian belum lama ini dengan Daniel.
“Omong-omong Mar, hari ini Audrey field trip ke Taman Safari Bogor sama sekolah, jam enam nanti baru dijemput”
“Lho kok ngomongnya baru sekarang ci?’ protesku
“Kalau ngga, kamu gak bakal dateng dong, padahal cici kangen sama kamu nih” Ci Yuli meraih tanganku dan menggenggamnya, “masa kamu nggak? Terakhir kita main udah ampir sebulan lalu, cici tau kamu ada waktu, ya kan?” ia memandangku sambil membelai rambutku.
“Dasar, cici ini yah” aku tersenyum dan balas membelai rambutnya
Kami berpandangan dengan wajah makin mendekat hingga akhirnya bibir kami bertemu, lidah kami saling belit dan bertukar ludah. Ci Yuli mengelusi payudaraku yang membuatku blingsatan. Kubalas dengan menyusupkan tanganku ke bawah kaos belakangnya membelai punggungnya hingga meraih kait bra dan membukanya. Karena permainan semakin panas, Ci Yuli menggandeng tanganku mengajak ke kamarnya agar tidak kepergok oleh pembantu.

Di dalam kamar, kami berpagutan bibir sambil saling menelanjangi. Pakaian kami berceceran hingga tak tersisa apapun lagi di tubuh kami. Ci Yuli menindihku di ranjang dan mendaratkan serangan bibirnya ke leher, tepat di bawah telingaku yang membuatku begitu terangsang. Mulutnya merambat turun mencium payudara kiriku, dikulumnya putingku hingga mengeras lalu pindah ke sebelah kanan. Aku hanya mendesah pasrah sambil mengelus rambut dan punggungnya. Kemudian ia meremas bagian atas payudara kiriku dan mengarahkannya ke liang kewanitaannya tepat di atas payudaraku. mencoba memasukkan puting dan segumpal kecil dari bagian atas payudaraku. Setelah putingku berada tepat di antara bibir vaginanya, dia mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya sambil mulutnya menceracau nikmat, tanganku meraih sepasang payudaranya dan kuremasi. Sekitar satu menit lamanya Ci Yuli menggesek-gesek payudaraku dengan bibir vaginanya lalu ia menjatuhkan tubuhnya di sampingku dan membisikkan,
"Main 69 yuk!"
Aku mengangguk dan bergegas mengambil posisi di atasnya. Begitu wajahku menghadap ke liang kewanitaannya, langsung kugesek-gesekkan hidungku di antara bibir vaginanya, terasa aroma vaginanya yang harum terawat. Ci Yuli sendiri menjalankan tugasnya dengan baik, kurasakan lidahnya menyapu-nyapu liang kewanitaanku hingga menyentuh klitorisku, membuatku mendesah dalam kenikmatan. Aku pun memainkan lidahku ke dalam liang kewanitaannya lalu mempermainkan klitorisnya. Kuselingi beberapa kali memasukkan jari telunjukku dan mengocoknya, kulanjutkan dengan memasukkan kedua jariku dan kukocok lebih cepat hingga membuat Ci Yuli mendesah dan menggeliat. Tak lama kemudian ia mencapai klimaks oleh kocokan dan jilatanku, cairan hangat mengucur membasahi liang senggamanya. Langsung kusedot dan kujilati cairan itu hingga sampai bersih tak tersisa. Setelahnya, aku memutar badan dan menindihnya, payudara kami saling berhimpit, kulumat bibirnya dan berbagi cairan kewanitaan yang masih tersisa di mulutku dengannya. Kami akhirnya saling berpelukan merasakan kulit lembut kami saling bergesekkan.
“Tunggu bentar!” Ci Yuli melepaskan pelukan dan turun dari ranjang, “kamu belum coba ini kan?” ia berjalan ke lemari dan mencari sesuatu.
“Ini dia” ia mengeluarkan sebuah dildo dari lemari dan kembali ke ranjang.
Kuperhatikan dildo bermata dua dengan fitur getar dengan bahan karet silikon berwarna biru bening. Dengan dua mata, dildo itu panjang totalnya sekitar 40 cm lebih.
“Hihihi.... cici suka main ginian, bentuknya aneh ci, ada dua kepala gitu”
“Ya maklum lah, lakinya cici kan banyak di luar, dia juga bilang boleh kok”
Ci Yuli menyalakan tombol on sehingga bernda itu bergetar, lalu ditekannya tombol itu sekali lagi, kali ini getarannya disertai gerak meliuk-liuk.
“Ih geli, kok kaya ular gitu ci”

“Kamu coba deh nih!” ia menempelkan dildo yang bergetar itu ke payudaraku.
Darahku berdesir merasakan sensasi getaran yang menggelitik, ia mengeluskan benda itu turun ke bawah hingga ke bibir vaginaku. Digesekkannya lembut pada bibir vaginaku untuk melumasi benda itu.
“Ooohh... ciii... “ desahku sambil menggeliat, “pelan-pelan ci.... mmmhhh!!” kurasakan ujungnya mulai melesak masuk ke liang vaginaku.
Ci Yuli tersenyum nakal menekan benda itu hingga masuk ke vaginaku dan kembali menyalakan tombol on.
“Aahhhh!!” getaran itu sungguh membuatku kelejotan.
Wanita itu memagut bibirku, kami bermain lidah dengan lebih bernafsu. Tangannya meremasi payudaraku dan memilin-milin putingnya. Aku juga mengelusi punggung, pantat hingga payudaranya. Ia menggeser tubuhnya hingga payudaranya tepat di atas wajahku yang langsung kulumat. Sementara tanganku bergerak ke vaginanya, mengelusi bibir vagina itu, lalu mencucuck-cucuknya. Desahan kami sahut-menyahut di kamar ini. Setelah sepuluh menitan, ia menarik lepas dildo itu dari vaginaku. Benda itu sudah berlumuran cairan kewanitaanku pada satu ujungnya. Didekatkannya benda itu ke wajahku lalu dijilatinya, aku juga ikut menjilati dildo yang sudah berlumuran cairanku sendiri.
“Sekarang kita pake berdua yah!” katanya, “kamu nungging gih!”
Aku menunggingkan pinggulku seperti yang dimintanya lalu ia kembali memasukkan benda itu ke vaginaku diiringi desahanku. Kemudian ia sendiri menungging dengan posisi berlawanan sambil memasukkan ujung dildo yang satu lagi ke vaginanya. Ia menggumam lirih hingga akhirnya kedua ujung benda itu tertancap di vagina kami menyisakan bagian tengahnya yang ada tombol pengatur.Ci Yuli meraih tombol dan menekannya hingga benda itu bergetar. Kini mulailah dildo bermata dua itu mengerjai kami, aku sungguh merasakan kenikmatannya terutama setelah Ci Yuli menaikkan tempo getarannya ditambah gerak meliuk benda tersebut. Kami saling menggoyang pantat masing-masing, terasa sekali benda itu seperti mengaduk vaginaku. Aku meremasi payudaraku sendiri saking nikmatnya.
“Cii... ohh gila ci!!” erangku
“Sekarang... ahhh... yang maksimal Mar!” tangan Ci Yuli meraih bagian tengah dildo dan menekan tombolnya sekali lagi.
Kali ini getarannya makin keras, aku semakin tidak tahan, vaginaku akan segera banjir. Tak lama kemudian aku pun mencapai klimaks, tubuhku bergetar dan cairan vaginaku keluar banyak sekali membasahi paha dalamku. Ci Yuli melepaskan dildo itu dari vaginaku namun ujung yang satunya masih tetap menancap dan mengaduk-aduk vaginanya. Ia langsung membenamkan wajahnya ke selangkanganku dan menjilati cairan kewanitaanku. Setelah cairan vaginaku ia bersihkan, kubaringkan tubuh mama anak lesku ini. Aku merasa wajib mengantarnya ke puncak kenikmatan, maka kukenyoti payudaranya sambil tanganku meraih dildo itu dan menusuk-nusukkan ke vaginanya. Ci Yuli semakin menceracau tak karuan, tusukan dildo ditambah gerak mengaduk—aduknya memberi kenikmatan berlipat ganda. Tak sampai sepuluh menit, ia pun menyusulku ke puncak kenikmatan. Sama seperti yang ia lakukan tadi, aku pun menyeruput cairan kewanitaannya hingga bersih, kemudian kami berciuman mesra. Tidak lupa kami juga menjilati dildo yang telah berlumuran cairan kenikmatan kami itu.




“Play safe aja nih belakangan ini?” tanya Liani selesai mendengar penuturan temannya.
“Yup, sisanya paling sama si dia” jawab Maria.
“Hhhmm... bikin horny aja nih, kita ke tempat gua dulu yuk!” ajak Sherlin
“Eeemmm... bolehlah” jawab Liani setelah melihat waktu, sementara Maria menganggukkan kepala
Mereka berjalan kaki ke apartemen Sherlin yang letaknya hanya beberapa bangunan di sebelah kafe itu. Tidak sampai sepuluh menit, ketiganya sudah di apartemen, tepatnya di kamar. Pakaian mereka sudah berserakkan di lantai, meja dan ranjang. Sherlin mengenyoti payudara Liani yang berbaring di ranjang sementara jemarinya mengais-ngais vagina temannya itu, membuatnya semakin becek. Pada saat yang sama, Liani berpagutan bibir dengan Maria, lidah mereka beradu hingga nafasnya memburu, tidak ketinggalan tangan mereka pun saling menggerayangi tubuh mulus masing-masing. Mulut Sherlin merambat turun hingga berhenti di selangkangan Liani.
“Aaahh!!” desah Liani saat lidah temannya itu menyapu-nyapu bibir vaginanya dan mulai menyusup masuk menjilati dinding dalamnya.
Maria melepaskan pagutan bibirnya dengan Liani dan menyodorkan payudaranya tepat di atas wajah temannya. Tanpa disuruh, Liani langsung melumat payudara Maria sambil memeluk erat tubuhnya. Elusan tangan Liani kini merambah selangkangan Maria. Di antara bulu-bulunya, jemari lembutnya menyentuh bibir vagina Maria yang mulai becek.
“Mmmmhhh!!” lenguh Maria merasakan hisapan Liani pada payudaranya yang diiringi permainan jarinya pada vagina.
Demikian ketiga gadis cantik itu menghabiskan waktu sejenak untuk bersenang-senang dengan threesome sesama jenisnya.


THE END??
................................
................................
................................
................................
................................
................................
................................
................................
................................
................................
................................

Tunggu... tunggu jangan ditutup dulu, masih ada yang mau lewat di thread bawah......
 
Terakhir diubah:
Tidak jauh dari meja ketiga gadis cantik itu, seseorang pria berkupluk sudah mengamati mereka sejak tadi sambil menikmati hidangannya, sesekali ia membetulkan posisi penisnya karena tidak tahan melihat lekuk tubuh ketiganya.
“Heehh... anak muda sekarang, sungguh ter... la... lu! Pakaiannya mengumbar aurat melulu!” kata pria itu dalam hati, “pake gandeng-gandeng tangan lagi, jangan-jangan mereka itu lebanese” (maksudnya ‘lesbian’, tapi karena kudet dan kapasitas otaknya cuma sebesar kwaci, ya jadinya gitu deh)
Penis pria berjanggut dan berbulu dada itu sedikit mengendor setelah tiga gadis itu pergi. Setelah membayar pesanannya, ia ke toilet dulu untuk mencuci tangan. Ketika keluar dari toilet pria...duk...
“Ehh... maaf... maaf, saya tidak lihat” katanya dengan suara khasnya yang berat karena hampir menabrak seorang wanita yang baru saja keluar dari toilet wanita.
“Eeehh... iya gak apa-apa kok!” kata wanita berparas cantik itu.
Baru saja lima langkah tiba-tiba....
“Eehh... Pak tunggu bentar.... “ panggil wanita itu menyusulnya, lalu mengamat-amati wajah si pria yang agak tersamar oleh kacamata hitam dan kupluk, “lohh... bapak ini kan Bang... Bang H### (disensor demi melindungi privasi yang bersangkutan, maaf tokoh (sok) penting)”
“Eerrrr... ini, tolong jangan keras-keras nanti yang lain dengar!!” kata pria itu kelabakan lihat kiri-kanan.
‘Wah... jadi bener nih Bang H###, saya beruntung banget bisa ketemu langsung!” kata wanita itu riang.
“Iya... iya tapi biasa aja mbak, jangan terlalu men... co... lok!:”
“Aahh... iya nih, mumpung ketemu, saya bisa minta tolong gak bang?”
“Minta tolong apa tuh mbak? Sebagai orang beriman kita memang wajib saling me.... no... long!” kata pria itu sambil matanya mencuri-curi pandang ke dada si wanita yang berpotongan rendah itu.
“Ini bang.... bapak saya tuh penggemar berat Bang H###, semua kaset abang dia punya, nah tapi sekarang beliau lagi sakit, mau gak abang ngunjungin bapak saya? Dekat kok, saya di apartemen sebelah!” wanita itu memohon sambil memasang wajah memelas.
“Eeenngg... saya sebenarnya mau rapat partai saya, tapi kalau dekat, baik saya akan menemui bapak mbak!” katanya
“Wah makasih banget yah bang! Bang H### emang baik banget!” wanita itu tampak senang.
Pria itu mengikuti si wanita ke apartemennya tidak jauh dari kafe itu. Dari belakang ia memandangi tubuh sintal si wanita yang dibungkus gaun terusan yang menggantung sedikit di atas lutut itu.
“Nama saya Farah, saya biasa jadi model, udah main beberapa sinetron juga sih” kata wanita itu memperkenalkan diri di dalam lift.
“Oohh iya, mbak Farah memang cantik dan anak berbakti, tapi akan lebih cantik bila mbak pakaiannya tertutup, maaf, sekedar me... ngi... ngat... kan saja!” kata pria itu dengan sikap sok suci seperti biasanya tapi di balik celananya penisnya justru menegang memandangi Farah.
Farah tidak terlalu menghiraukan ‘diingatkan’ oleh pria itu karena saat itu lift telah tiba di tingkat tujuh dan pintunya membuka.
“Nah saya tinggal di sini bang sama orang tua saya!” katanya.
Wanita itu membukakan pintu kamarnya dan mempersilakannya masuk.
“Asalamu’alaikum!” pria itu memberi salam sambil melepas kupluknya memperlihatkan rambut kriting khasnya.
“Hhhm... kayanya bapak lagi tidur, bang tunggu sebentar ya biar saya bangunin bapak dulu!” gadis itu menuju mini bar dan menyiapkan minuman dingin dari kulkas untuk pria itu.
“Silakan Bang, duduk dulu sama diminum, biar segar! saya mau liat bapak dulu, beliau pasti senang banget Bang H### datang ke sini!” setelah menyuguhkan minuman, wanita itu menuju ke sebuah kamar yang pintunya ditutup dan menghilang di baliknya.

Pria itu meneguk minumannya dan memandangi ruangan apartemen ini. Belum lima menit, tiba-tiba saja ia merasakan matanya dan kepalanya berat. Pandangannya semakin kabur hingga akhirnya gelap sama sekali. Entah sudah berapa lama tak sadarkan diri, tiba ia terbangun dan menemukan dirinya sudah telanjang dengan kedua tangan dan kaki diikat pada setiap sudut ranjang.
“Tolong!!” sahutnya sambil berusaha melepaskan tangannya yang terikat, “Farah!! Tolong! Sungguh ter... la... lu!!”
Tiga menit kemudian, pintu kamar terbuka, Farah muncul sambil tersenyum ke arah pria itu.
“Ahh.... Bang H###, udah bangun ya” katanya dengan nada menggoda.
“Eehh, Farah, apa maksudnya ini? Eeehh.... jangan begitu, dosa... dosaaaa!!” ronta pria itu saat wanita itu mulai mengelusi dadanya yang berbulu.
“Hihihi... orang tua saya gak disini Bang, maaf saya berbohong, tapi saya juga penggemar abang loh, seksi bulu dadanya iihh!” jari lentiknya menarik sehelai bulu dada pria itu.
Walau ada rasa ketakutan, penis pria itu ereksi juga apalagi ketika wanita itu menggesekkan dadanya ke dadanya yang berbulu dan memperlihatkan belahannya yang menggiurkan. Terlebih setelah tangan Farah menggenggam penisnya dan mengocoknya lembut.
“Iihh... Bang H### ternyata kontolnya imut yah!” kata Farah mengomentari penis pria itu yang sudah ereksi maksimal tapi ukurannya hanya sebesar crayon, “tapi gak apalah, yang penting muasin yah hihihi”
“Kamu mau apa sebenarnya? Kamu suka main ikat-ikat gini yah?” tanya pria itu.
“Pokoknya saya punya kejutan buat Bang H###, pasti abang suka deh!” kata wanita itu genit sambil mengecup pipi pria itu, “pokoknya ga bakal ada yang tau kok, aman bang disini, gak ada CCTV”
“Tapi ini belum dihalalkan Far, dosa... dosaaa!!”
“Aaahh... Bang H### juga bininya segudang, gak usah omong dosa dulu ah, yang penting enjoy aja dulu!”
Farah berdiri di ranjang dan mulai melepas gaunnya dengan gerakan erotis, disusul bra-nya yang ia lempar ke wajah pria itu. Pria itu langsung ereksi maksimal begitu melihat ‘susu tumpah’ wanita itu yang begitu montok dengan puting kecoklatan.
“Siap untuk kejutannya Bang?” tanya Farah tersenyum nakal
“Hehehe... buat yang kaya Mbak ini sih, abang siap kapan aja, tapi abis ini lepasin ikatannya yah” muka pria itu mulai mesum
Farah meraih karet celana dalamnya dan menurunkannya. Pria itu tiba-tiba terhenyak dan wajahnya memucat seperti melihat hantu menatap selangkangan Farah yang ternyata... ada batangnya.
“Hhhuuaa... tolong lepasin saya! Saya ga suka yang palsu... tuluunngg!” ia meronta-ronta berusaha lepas.
“Hihihi... kenalin Bang nama ekeh sebenarnya Fadli, keluarga saya tuh fans berat Bang H### tau, sampe tiap kali ekeh ngocok sambil liatin foto atau filmnya abang, akhirnya kesampean juga ketemu abang!” suara Farah tiba-tiba nge-bas membuat pria itu makin bergidik ngeri.
“Lepasin! Ini sungguh ter... la... lu!! Ogah sama yang palsu! Tuluunngg!” belum lagi hilang traumanya dulu pernah disodomi oleh negro homo, sekarang sudah berurusan dengan bencong bertitit.
‘Aaihh... Bang H### tenang aja kaleee... pokoknya Fadli bakal ngelayanin abang sampe puass!” kata Farah, eeehhh... Fadli meraih kembali penis pria itu, “sini.... sini... kontol imutnya Bang ekeh servis dulu!!”
“Jangan!! Ampunn!!!”
“HAP!”

THE (TWISTED) END
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Hu Maria nya dianal.
Khan Daniel nya engga dpt prewi vegi nya..., jd prewi anal nya jg blh...
Trs gangbang ama Sherlin sekalian, pas gangbang diperawanin anal nya dua2x nya.
Pas Maria di jos analnya Sherlin ngerangsang Maria, begitu pula gantian...
 
Mantap suhuku... Jadi ga sabaran selanjutnya di caligula universe ini :semangat::beer:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd