Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mom, Friends, and Friend's GF

Siapa karakter pembantu wanita terfavorit di cerita ini?

  • Tiara

    Votes: 30 18,4%
  • Maria

    Votes: 10 6,1%
  • Liani

    Votes: 3 1,8%
  • Lusi

    Votes: 3 1,8%
  • Ambar

    Votes: 9 5,5%
  • Maya

    Votes: 4 2,5%
  • Yuni

    Votes: 6 3,7%
  • Nurul

    Votes: 6 3,7%
  • Vivi

    Votes: 9 5,5%
  • Cynthia

    Votes: 19 11,7%
  • Melina

    Votes: 11 6,7%
  • Arlene

    Votes: 17 10,4%
  • Christine

    Votes: 10 6,1%
  • Lisa

    Votes: 26 16,0%

  • Total voters
    163

caligula1979

Semprot Addict
Daftar
24 Jun 2012
Post
487
Like diterima
2.825
Bimabet
Cerita ini merupakan side story dari cerita RITUAL KELUARGA, jadi untuk dapat lebih mengerti tentang background, karakter, dan hubungan antar karakter sebaiknya baca dulu cerita tersebut. Karena cuma terdiri dari 2 eps jadi gw masukin sini aja, gak ke subforum cerita bersambung. Enjoy, met mupeng.

Cerita lain yang berhubungan:
- College Tales

ga usah koment sampah nagih2 lanjutannya, karena udah ada & akan dirilis minggu depan. Jadi jangan salahkan gw kalau gw report krn nyampah di sini!
sangat dinantikan masukan & apresiasinya, bukan cuma sekedar pertamax, lanjut, atau blablabla rubish lainnya.



Pagi jam 11. 05, di ruang nonton lantai dua rumah yang megah itu tiga pemuda dan seorang pemudi nampak ngobrol ngalor-ngidul sambil menikmati snack dan minuman yang tersaji serta menonton film dari TV plasma yang sedang menayangkan film dari DVD player. Mereka adalah
==========

Saldian Husein (Saldi)
Usia: 20 tahun
Tinggi: 170cm
Berat: 70kg
Keterangan: mahasiswa, ganteng, jago karate dan olah raga lain


Hendri Tanjaya
Usia: 20 tahun
Tinggi: 166cm
Berat: 65kg
Keterangan: mahasiswa, Chinese, teman fakultas Saldi, anggota tim basket di kampus


Sherlin Veronika
Usia: 21 tahun
Tinggi: 163cm
Berat: 54kg
Keterangan: mahasiswi, Chinese, pacar Hendri dari fakultas yang berbeda, sudah jadian dua tahunan, sifatnya kalem namun mudah dekat dengan orang.


Daniel Simanjuntak
Usia: 21 tahun
Tinggi: 169cm
Berat: 80kg
Keterangan: mahasiswa, berdarah Batak-Sunda, teman fakultas Saldi. Bertubuh gempal. Orangnya paling ramai dan suaranya keras, teman nongkrong Saldi dan Hendri


---------------------
Hari itu, Saldi hanya ada kuliah pagi. Sementara Hendri dan Daniel yang tadi pagi kuliah menghabiskan ‘waktu nanggung’ hingga jam dua nanti di rumah teman mereka yang tidak jauh dari kampus ini. Sherlin yang juga hanya ada kuliah pagi menemani sang pacar, Hendri. Lagi asyik-asyik ngerumpi sambil nonton dan menikmati snack, Saldi mendengar gerbang otomatis rumahnya bergeser tanda ada yang datang. Dilihatnya dari jendela, mobil Audi silver mamanya masuk ke pekarangan. Saldi pun kembali ke sofa, namun tak sampai tiga menit.... blam!! Terdengar suara pintu dibanting membuat keempat muda-mudi itu kaget, mereka hening sejenak dan saling pandang satu sama lain.
“Mama kenapa lagi nih?” tanya Saldi dalam hati yang mengerti adat mamanya bila sedang uring-uringan ada masalah.
“Kenapa Di?” tanya Hendri dengan suara pelan.
“Mama gua... lagi ada masalah biasanya”
“Kayanya kita pulang aja kalau gini” kata Daniel
“No... no.... “ cegah Saldi, “lu orang santai aja di sini dulu, biar gua ke bawah omong dulu, oke!”

---------------------

Ayuningtyas Heryawan (Tyas)
Usia: 42 tahun
Tinggi: 173cm
Berat: 52 kg
Keterangan: wanita berkulit kuning langsat dan berambut panjang ini adalah wiraswastawati sukses, usahanya meliputi kuliner hingga fashion, memiliki seorang putra (Saldi) dan putri (Selina) yang telah dewasa namun tetap terlihat segar dan awet muda karena rutin menjalani perawatan berkelas.

------------------------

Saldi turun ke bawah mencari mamanya dan menemukan wanita itu di taman belakang sedang duduk di sofa sambil mengisap sebatang rokok. Wajahnya yang muram namun tetap cantik itu menunjukkan ia sedang kesal. Tyas tampil cantik hari itu dengan gaun terusan berpotongan dada rendah dan bawahan sedikit di atas lulut.
“Di... masih di rumah kamu?” sapa Tyas melihat duluan putranya itu mengendap-endap ke arahnya.
“Iya ma, hehehe.... hari ini kan cuma sampe jam sepuluh aja” jawab Saldi berjalan lebih cepat lalu menjatuhkan pantatnya di sebelah mamanya.
“Si Nur sama Nining mana? Sepi amat?”
“Kan ke rumah si emak ma, sejam lalu baru kesana pake grab” Saldi mengingatkan mamanya bahwa di rumah emaknya sedang perlu pembantu karena pembantu di sana sedang pulang kampung melayat orang tuanya meninggal.
“Ahhh... iya... iya.... “ kata Tyas baru ingat lagi sambil mengisap rokoknya.
“Ma” Saldi melingkarkan tangannya mendekap tubuh mamanya, “kenapa? Ada masalah ya”
Tyas menghela nafas sehingga asap mengepul dari mulutnya, “masalah di butik, si pegawai yang megang uangnya ternyata berani nilep selama ini, baru ketahuan waktu periksa pembukuan bulan lalu... mama interogasi akhirnya ngaku juga”
Tyas curhat masalah yang baru terjadi di butik tempat usahanya mengenai keuangan yang bocor dengan gaya wanita dewasa, bukan gaya gadis alay yang sambil nangis-nangis, pada putranya itu. Saldi mendengarkan sambil memeluk mamanya dan mengangguk-angguk.
“Jadi sekarang orangnya udah mama pecat?” tanya pemuda itu.
Tyas menganggguk, “emang sekarang ini cari orang yang bisa dipercaya gak gampang lah Di” kata Tyas kembali menghembuskan asap rokok.
“Ya udahlah ma, nanti saya coba bantu cariin dari kenalan-kenalan saya, siapa tau ada” kata Saldi mengelus-elus punggung mamanya, “mama jangan ngerokok terus dong yah!” tangan yang satunya mengambil rokok Tyas dari tangannya.
“Kamu mau hibur mama emang?” Tyas mulai bisa tersenyum dan meraba paha anaknya merambat ke selangkangan.
“Uuhh... ma, masih pagi udah gatel, tapi ada temen-temen di atas ma!”
“So what? Mereka juga boleh ikutan kalau mau” kata Tyas santai, tangannya sudah menyusup ke balik celana putranya dan menggenggam penisnya yang setengah ereksi, “ada Hendri yah? Mama tau mobilnya di depan, ada siapa lagi emang?”
“Ada pacarnya terus ada si Daniel juga... uhhh maaa!!” Saldi merem-melek karena kocokan lembut mamanya
“Ooow... kalau gitu kita bisa main rame-rame berlima dong!” Tyas mengocok penis putranya lebih cepat membuat pemuda itu menggeliat-geliat, “lagi stress gini kan enaknya hiburan yang agak ekstrim”
“Tapi ma... uhh... mereka termasuk temen saya yang golongan baik-baik”
“Baik-baik? Si Hendri? Hihihi.... “ tawa Tyas, “mama rasa nggak tuh?”
“Hah! Jangan-jangan mama sama Hendri.... “ kaget Saldi mendengar perkataan mamanya tadi disertai tatapan nakal yang penuh arti.



Tiga bulan sebelumnya

Hendri sedang berada di rumah Saldi menunggu temannya itu untuk mengerjakan tugas kelompok. Saldi saat itu masih di jalan terjebak macet sehingga di rumah hanya tinggal dirinya bersama mama temannya yang diam-diam ia kagumi kecantikan dan keseksiannya itu. Setelah beberapa saat lamanya internetan dengan smartphonenya, Hendri ingin ke toilet untuk kencing. Setelah selesai dari toilet, suara musik R&B yang sayup-sayup terdengar tidak jauh dari situ memancing rasa penasarannya. Suara musik tersebut ternyata berasal dari ruang fitness yang pintunya setengah terbuka, Ia pun pelan-pelan berjalan ke ruangan. Di balik pintu, Hendri melihat ke dalam sana mama temannya itu sedang mengayuh sepeda statis.
“Wuihh... emang yahud bodi nyokapnya si Saldi!” katanya dalam hati sambil memandangi tubuh Tyas yang terbungkus pakaian fitness yang seksi, sebuah atasan biru ketat yang tidak menutupi perutnya yang rata serta celana pendek yang satu stel.
Hendri tidak bisa menahan penisnya menggeliat menyaksikan tubuh Tyas yang nampak semakin seksi dan menggairahkan dengan keringat yang membasahinya. Saat sedang mengintip itu, tiba-tiba smartphone Tyas yang di atas meja yang terletak sejajar dengan pintu berbunyi. Refleks Tyas menoleh ke sana dan otomatis pandangannya juga menangkap Hendri yang tidak sempat menyembunyikan diri.
“Hei kamu!” hardik Tyas pada Hendri yang terkejut, “mau apain kamu! tunggu disitu sampai saya selesai bicara!”
Bagaikan terpidana dijatuhi vonis mati, Hendri terpaku di tempatnya dengan jantung berdebar-debar. Tyas mengangkat smartphonenya dan berbicara tidak sampai lima menit. Ia meletakkan kembali gadgetnya di meja dan menatap Hendri dengan pandangan judes.
“Sini!” perintahnya
Pemuda itu melangkah masuk dengan tampang penuh dosa.
“Maaf tante.... maaf, saya baru dari WC, denger ada musik dari sini saya datengin!” katanya terbata-bata.
“Terus kamu berani ngintip tante!” Tyas menatap tajam ke arahnya
Hendri semakint tertunduk tidak berani menatap mama temannya yang marah itu.
“Iya tante, tapi gak sengaja, beneran.... maaf banget!”
“Gak sengaja tapi ngeliatin terus” kata Tyas sinis
“Eeenngg... itu, soalnya tante can... cantik banget, seksi lagi, eh... aduh jadi ngawur nih, pokoknya maaf tante, gak ada maksud kurang ajar kok” Hendri menjelaskan dengan gelagapan tak karuan.
Diam-diam Tyas tersenyum melihat reaksi teman anaknya ini.
“Jadi gitu, oke... tante gak marah, tapi harus ada konsekuensinya” tandas Tyas.
“Maksud tante....”
Tyas mendekati pemuda itu lalu dengan cepat memeluk dan mencium bibirnya. Kontan Hendri pun kaget namun ia pun membalas ciuman wanita itu.

Tangan Tyas merabai selangkangan Hendri dari luar celananya, lalu dengan lincah jarinya melucuti ikat pinggang dan resleting celana pemuda itu.
“Kamu harus puasin tante sebelum Saldi pulang! Kamu keberatan hah?” tantang Tyas melepas pagutannya
“Kalau gitu sih... ya ngga, malah pengen tante hehehe....”
“Tante harap kamu gak ngecewain....” kata wanita itu yang tangannya masuk ke balik celana pemuda itu dan menggenggam penisnya, “atau tante laporin ke suami tante kalau kamu berbuat gak senonoh!”
Tangan Tyas masuk ke dalam celana dalam Hendri dan mengocok penisnya yang sudah tegang.
“Oohh... tante!!” erang Hendri merasaka nikmat karena kocokan tangan lembut mama temannya itu.
Wanita itu berlutut di depannya dan memeloroti celana panjang dan dalamnya. Ditatapnya penis tak bersunat itu di depan wajahnya, diendusnya aromanya yang sudah tidak asing baginya.
“Kamu masih perjaka?” tanyanya
“Nggak tante, saya udah pernah!” jawab Hendri terengah.
“Sayang... tante paling suka yang masih perjaka, tapi gak apalah, asal bisa muasin” lalu Tyas membuka mulutnya dan memasukkan penis Hendri ke sana
“Dahsyat tante... ohhh... gilaaa!!” erang pemuda itu merasakan sepongan Tyas.
Tangannya mulai meremas rambut Tyas dan kakinya mulai menjinjit karena menahan kenikmatan yang dahsyat. Ia tidak menyangka kelancangannya itu berbuah nikmat seperti ini. Kurang lebih sepuluh menitan, Hendri merasakan ada yang mendesak keluar dari penisnya.
"Aduh, tante... saya mau crot nih, uh.. uhh.. uuhh.."
Tyas mempercepat permainannya dan akhirnya pemuda itu memuncratkan spermanya di mulut wanita itu. Tubuh Hendri bergetar hebat kala wanita itu menghisap habis penisnya, melahap sperma yang tercurah hingga tetes terakhir. Dalam sisa-sisa kenikmatan, Hendri melihat Tyas bangkit dan mencium bibirnya.
“Hhhoosshh....hosshh... mantap isepnya tante, baru bentar langsung crot saya!” puji Hendri terengah-engah.
"Tante, bajunya boleh saya buka gak?"
"Tante gak mau tau, pokoknya kamu harus muasin tante, kalau sampe Saldi pulang, awas kamu!" jawab Tyas agak kesal
"Eee... ii... iya tante..." jawab Hendri terbata-bata sambil melucuti pakaian fitness Tyas hingga akhirnya telanjang bulat.
Hendri terhenyak menelan ludah memandangi sepasang bukit kembar Tyas yang montok, tubuh wanita itu masih demikian indah padahal umurnya sudah kepala empat dan sudah beranak dua. Dengan tangan agak bergetar Hendri meremas dan mencium payudara Tyas.
"Uuhh.. ahh..." desah Tyas yang mulai merasakan kenikmatan
Dengan gemas Hendri mulai menghisap payudara kanan Tyas, sedangkan tangannya meremas dengan keras payudara yang kiri, tangan satunya ke bawah meremas bongkahan pantat wanita itu. Dihisapinya terus puting Tyas selama kurang lebih lima menit hingga akhirnya ia lepaskan dan nampak payudara itu basah oleh liur serta cupangan memerah membekas di kulit putihnya. Dibaringkannya mama temannya itu pada matras yoga dan memposisikan diri di antara kedua belah pahanya.
"Oke tante, saya masukin sekarang yah!" sahut Hendri yang sudah sangat terangsang.
Dengan pelan dan hati-hati ia mengarahkan kepala penisnya ke liang senggama Tyas. Kepala penisnya menyentuh bibir vaginanya, lalu ia menekannya sehingga benda itu melesak masuk ke dalam liang sorgawi itu.
“Ooohh... yah, enak Hen!” erang Tyas dengan tubuh menggeliat, "duh keras juga yah... biarin dulu sebentar, biar kerasa dulu"

Setelah terdiam hampir lima menit, Hendri mulai mengoyang pinggulnya secara berirama dan Tyas pun mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya. Tyas menggeliat penuh kenikmatan saat pemuda itu menghela pinggulnya.
“Ouhh…” leguh ibu cantik beranak dua itu, ia menggigil, seluruh aliran darahnya sudah dipenuhi sensasi kenikmatan.
Hendri memvariasikan genjotannya dengan tusukan dalam dan gerakan berputar mengaduk-aduk vagina Tyas sehingga menyebabkan klitoris wanita itu tergesek-gesek.
“Hen… oh… enak, terusshh!!” mulutnya menceracau tak karuan.
Keduanya mengarungi lautan kenikmatan tiada tara. Tyas memang seorang petualang seks sejati, kesukaannya terutama bercinta dengan pria-pria muda. Hendri sendiri semakin bersemangat menghujam-hujamkan batang kerasnya ke dalam liang senggama mama temannya yang semakin becek. Bunyi kecipak saat batangnya menghujam liang senggama Tyas bercampur baur dengan desah nikmat mereka suara musik R&B yang masih mengalun. Hendri menurunkan tubuhnya memeluk tubuh Tyas yang makin bermandikan peluh itu. Tyas pun menyambutnya penuh gairah, keduanya saling berpagutan lagi. Lidah mereka saling membelit, sementara di bawah sana pinggul Hendri terus memompa vagina wanita itu. Tyas semakin menceracau, gelombang kenikmatan melanda di setiap inci tubuhnya. Tak lama kemudian akhirnya, Hendri merasakan denyutan dan jepitan keras di batangnya, sebuah sodokan kerasnya membuat tubuh Tyas melenting dan mengejang.
“Hend... tante keluar… ehmm… enak banget…” Tyas meraih pipi pemuda itu dan mengelusnya lembut.
Tubuhnya terus berguncang karena Hendri terus mengenjotnya bahkan semakin bertenaga. Tyas mencapai puncak kenikmatannya, orgasme ini sungguh dahsyat melambungkannya tinggi-tinggi dan vaginanya mengucurkan cairan kewanitaan yang cukup banyak sehingga bunyi berdecak semakin nyaring. Hendri memperlambat sodokannya, sesuai dengan gerakan tubuh Tyas yang terengah-engah. Menurut pengalamannya, saat wanita mencapai orgasme sebaiknya sodokan jangan dipercepat tapi diperlambat tapi tetap intens, sampai wanita tersebut mencapai lagi keseimbangannya, barulah boleh mempercepat lagi sodokan di liangnya. Dapat dipastikan wanita akan semakin tak tahan untuk disodok lagi. Setelah lima menitan barulah ia kembali meningkatkan frekuensi genjotannya.
“Ooohh... keluar nih tante.... aaaahh.... aaahh!!” lenguh Hendri sambil terus menghujam batangnya yang semakin membesar akibat aliran darah semakin banyak yang memenuhi otot penisnya.
“Iya Hen... di dalam boleh kok.... yah terusshh!!” sahut Tyas menggigit bibir bawahnya sambil mendesis.
“Enak juga nih anak ngentotnya…” kata wanita itu dalam hati merasa puas dengan permainan teman putranya ini
Keduanya terbaring bersebelahan sambil merasakan sisa kenikmatan yang telah mereka capai. Fitnes ditambah bercinta membuat tubuh mulus Tyas basah kuyup oleh keringat seperti habis sauna, membuatnya terlihat makin seksi di mata Hendri. Tyas baru saja hendak memulai ronde berikutnya dengan naik ke selangkangan Hendri yang berbaring telentang dan mengarahkan penisnya ke vaginanya ketika terdengar suara gerbang depan terbuka.
“Saldi pulang tuh, cepet pake baju!” suruh Tyas batal memulai persetubuhan berikut.
“Iya... iya tante!” pemuda itu segera memunguti pakaiannya, “sialan, lagi enak-enak padahal!” omelnya dalam hati.
“Tante mau langsung mandi, kamu pura-pura keluar dari toilet aja!”
Buru-buru Hendri berpakaian kembali dan merapikan rambutnya di toilet. Demikian awal hubungan gelap Hendri dengan Tyas yang merupakan mama dari temannya itu. Sejak itu Hendri menjadi salah satu mainan Tyas.




“Mama ini ya, kok gak bilang-bilang ada main sama si Hendri?”
“Hihihi... kamu cemburu yah Di?”
“Kan dalam keluarga kita terbuka soal seks, kok mama main rahasia-rahasiaan sih?”
“Ga rahasia-rahasiaan, kan mama barusan omong juga ke kamu, cuma masalah ngomongnya belakangan aja, hidup ini kan jadi kurang bergairah kalau ga ada kejutannya ya kan?’ katanya dengan nada genit sambil meremas penis putranya.
“Aghhh... mama ini yah!” Saldi yang sudah nafsu mendengar penuturan mamanya itu tanpa basa-basi memeluk tubuhnya dan memagut bibirnya.
Tyas tentu saja kaget, tetapi tidak sedikitpun memperlihatkan tanda-tanda perlawanan, malah balas membelit lidah anaknya. Tangan Saldi menyingkap gaun mamanya hingga paha indahnya terekspos, tangan itu merambat ke arah selangkangan mamanya. Tubuh Tyas bergetar saat tangan putranya itu meremas vaginanya yang masih tertutup celana dalam krem. Tangan Saldi yang satunya bergerak ke punggung membuka resleting gaun yang dipakai mamanya itu.
“Temen-temen kamu udah liat kita?” tanyanya melepas pagutan.
“Belum ma, tapi pasti ntar bakal liat deh!” jawab Saldi melirik ke arah tangga, lalu memeloroti gaun Tyas yang sudah terbuka resletingnya.
Kini di tubuh Tyas tinggal tersisa pakaian bra dan celana dalam krem yang satu stel.
“Kalau disini kayanya kurang nyolok ke mereka” kata Tyas bangkit berdiri, “kita ke ruang tamu aja, dijamin gak lama pasti mereka ikutan!”
“Hehehe... terserah mama aja!” Saldi meremas pantat mamanya itu lalu ikutan berdiri dan mengikutinya ke ruang tengah.
Di ruang tengah dengan permadani bulu domba di tengahnya itu, Saldi membuka sofabed itu sehingga berfungsi sebagai ranjang sementara Tyas melepas pakaian dalam yang masih tersisa hingga tubuhnya polos. Ia mendekati putranya itu lalu melucuti seluruh pakaiannya hingga sama-sama bugil. Didorongnya tubuh Saldi hingga berbaring di sofabed tersebut, lalu naik menindihnya, ia gesekkan payudaranya yang bulat sempurna itu ke dada anaknya. Ia membuat gerakan-gerakan menggoda birahi sambil tangannya menggenggam penis sang putra. Saldi menarik kepala mamanya itu dan memagut bibirnya, keduanya beradu lidah dengan penuh gairah, tangan pemuda itu mengelusi punggung dan pantat mamanya.
“Teman kamu udah liat kita Di?” tanya Tyas berbisik.
Pandangan Saldi yang ke atas menyapu teralis lantai dua, “belum ma, belum tau kayanya”
“Berarti kita kurang seru!” kata Tyas mempercepat kocokannya terhadap penis anaknya.
“Ooohh maaa.... !” erang Saldi menahan nikmat.
Kembali ia memagut bibir mamanya dan beradu lidah lebih panas. Tak lama kemudian ia berguling ke samping menindih tubuh sang mama.
“Yess... itu baru anak mama... pejantan mama!” kata Tyas menyeringai berhasil membangkitkan nafsu anak kandungnya ini.
Pemuda itu menjilati leher jenjang mamanya merambat turun hingga mencaplok payudara kirinya. Tyas mendesah ketika putranya itu mulai menggigiti kecil putingnya dan tangan pemuda itu yang satunya merambat turun ke selangkangannya membelai wilayah kewanitaannya yang berbulu itu.

Sementara itu di atas, sambil menonton Sherlin mendengar sesuatu dari lantai bawah
“Ada apa?” tanya Hendri melihat pacarnya itu bangkit dari sofa.
“Kaya ada suara apa gitu, tar gua liat dulu!” jawabnya.
Sherlin langsung terhenyak dan menutup mulutnya dengan tangan saat melihat dari teralis adegan di ruang bawah. Ia tidak percaya pengelihatannya sendiri menyaksikan di bawah sana Saldi tengah menindih tubuh telanjang mamanya, mengenyoti payudara sambil menggerayangi vaginanya.
“Ooohh... Saldi my boy!!” desah Tyas seakan sengaja memancing mereka yang di atas.
“Apaan Lin?” tanya Hendri melihat reaksi pacarnya itu.
Sherlin melangkah mundur agar tidak ketahuan ngintip, “Saldi... di bawah sana... sama mamanya!” jawabnya dengan setengah suara.
Dua pemuda itu langsung beranjak karena didorong rasa penasaran apa yang dilihat gadis itu. Mereka juga ikut terhenyak menyaksikan adegan di bawah sana.
“Anjrit si Saldi....” kata Hendri dengan suara pelan.
“Gila, incest ini sih” kata Daniel, “gak nyangka mamanya Saldi bodynya oke banget tuh!”
Dengan penuh nafsu Saldi melumat payudara mamanya hingga air liurnya membasahi kedua buah gunung kembar yang putih mulus tersebut. Mereka sepertinya sudah terbiasa melakukan seperti itu. Ketiga muda-mudi itu mengintip dari atas, perasaan kaget bercampur birahi mulai melanda ketiganya. Sherlin merasakan belaian pacarnya pada pantatnya, ia membiarkan tangan pemuda itu beraksi menggerayanginya.
“Gua jadi pengen kaya gitu Lin” bisik Hendri sambil terus menggerayangi pacarnya itu.
Saldi dan mamanya semakin hot, jilatan pemuda itu merambat turun dan kini menjilati dan mencucuk-cucukkan jarinya ke vagina mamanya. Gairah ketiga teman Saldi di atas semakin melonjak-lonjak menyaksikannya, terutama Sherlin, tanpa sadar tangannya meremas payudara kanannya sendiri.
“Wah, gua juga pengen dong Lin, boleh ikutan sama lu ga Lin, gua ga ada pasangan nih!” kata Daniel melihat dua temannya juga mulai hanyut terangsang.
Hendri mengangguk pada Daniel tanda persetujuannya. Dengan sedikit malu-malu karena masih perjaka, Daniel pun meraih tangan kiri Sherlin dan menggenggamnya.
“Iiihh apaan sih Nil?” protes Sherlin namun tidak menarik tangannya.
“Ayo dong Lin, mereka aja cuek gitu, gua udah kepengen nih“ ucap Hendri lalu mengulum telinga pacarnya itu, di saat yang sama Daniel mulai berani memegang payudara kirinya dan meremasnya dari luar pakaiannya
“Uuuhh… jangan ah!” desah gadis itu memelankan suara, ia meronta tapi tidak berusaha menghindar, gairahnya makin tidak keruan melihat adegan incest di bawah sana.
Sebenarnya ia tidak terlalu terkejut menyaksikannya sebab dirinya pun diam-diam memiliki sisi liar yang hingga kini belum ia ungkap pada pacarnya. Teringat lagi pengalamannya dua bulan sebelumnya....



Dua bulan sebelumnya
Sebuah resort di Bali
Pukul 19.15


“Iya... iya kita udah pada makan kok, lu di sana gimana?” Sherlin berbicara pada Hendri lewat smartphonenya.
Gadis itu sedang duduk di sebuah kursi anyaman di serambi depan cottage. Suasana malam itu bulan penuh dengan ombak di laut yang sesekali menerpa serta udara laut yang segar benar-benar romantis dan indah. Semilir angin sepoi-sepoi membawa kesejukan dalam cuaca Bali yang panas membelai tubuh indah Sherlin yang malam itu terbalut temben dan celana pendek hitam.
“Baik kok, gua lagi makan bareng keluarga di kafe, lagi nunggu makanannya nih” jawab Hendri di seberang sana.
Sherlin berbicara mesra sekitar seperempat jam dengan sang pacar di depan cottage yang pemandangannya indah itu.
“Oke deh... cu later, i miss you!” pamit Sherlin hendak menutup pembicaraan
“Sama miss you too! I love you!” kata Hendri dengan mesra.
“Love you too” balas gadis itu, “oke... bye-bye yah!”
“Bye... cepet pulang yah!”
Sherlin pun menutup pembicaraan dengan senyum berseri di wajahnya. Kemudian ia berjalan ke dalam cottage. Begitu membuka pintu langsung terlihat adegan yang membuat darah berdesir, dua temannya Maria (20 tahun) dan Liani (21 tahun) telah memulai orgy dengan tiga anak pantai yang mereka sewa. Liani terbaring di sofa tanpa selembar benang pun di tubuhnya, pakaiannya sudah berserakan di sekitarnya. Tubuhnya ditindih oleh Djaja (29 tahun), pria gondrong yang berkulit gelap dan berotot. Pria itu mengenyoti payudara Liani sambil tangannya sibuk mengocoki vaginanya. Liani menggeliat dan mendesah menikmati pelayanan pria itu. Sementara Maria tengah berlutut di antara dua anak pantai, yang diketahui bernama Awang (26 tahun) dan Marto (28 tahun), ia mengocok dan mengoral penis keduanya secara bergantian.
“Gimana, udah selesai nelepon pacarnya?” tanya Awang, anak pantai gondrong yang paling muda di antara ketiganya.
Sherlin mengangguk sambil tersenyum, darahnya menggelegak menyaksikan mereka telah berasyik-masyuk mendahuluinya ketika sedang menelepon. Awang melepaskan penisnya yang sedang dikocok oleh Maria dan mendekati Sherlin. Ia sudah tidak memakai celana, hanya memakai kaos buntung yang sudah agak lusuh. Pandangan gadis itu tertumbuk pada penis pria itu yang menggantung dan sudah menegang. Ia balas memeluknya ketika pria itu mendekap tubuhnya, mereka berpagutan dengan penuh gairah. Sambil berciuman dan bermain lidah, Awang mendorong tubuh gadis itu ke arah bufet dan menaikkannya hingga terduduk di sana.
“Minum dulu?” Awang menyodorkan botol bir yang diletakkan di bufet tersebut, “biar hot mainnya”
“Why not?” Sherlin meraih botol yang isinya tinggal setengah itu dan menegaknya hingga habis.
“Wuih kuat juga lu hehehe!” puji Awang.
Dengan tatapan dan gaya menggoda, Sherlin membuka kemben yang dipakainya sehingga sepasang payudaranya yang sedang dan montok dengan puting pink itu terekspos membuat anak pantai itu menelan ludah. Sherlin lalu membalas membuka kaos pria itu dan dibalas lagi oleh Awang dengan melucuti celana pendek dan dalam gadis itu hingga keduanya telanjang.


Sherlin, yang dalam kesehariannya dikenal dengan imej ‘nice girl’ yang rajin belajar sehingga IPK-nya selalu di atas 3,5 dan juga mandiri dengan usaha online yang dimilikinya, diam-diam suka melakukan kenakalan bersama teman-temannya bila sedang liburan dan jauh dari keluarga. Baginya ini adalah naughty escape dari kejenuhan rutinitas sehari-hari, norma, dan segala label yang melekat pada dirinya.
“Ooohh.... “ desah gadis itu dengan tubuh bergetar saat Awang melumat payudara kanannya dan menghisap-hisapnya.
Tangan kasar pria itu menggerayangi tubuhnya hingga akhirnya tiba di selangkangannya yang sudah lembab. Dirambahinya wilayah kewanitaan gadis itu yang ditumbuhi bulu-bulu yang tercukur rapi memanjang. Awang memasukkan jari tengahnya ke dalam vagina Sherlin sementara lidahnya terus menyapu-nyapu puting gadis itu hingga makin mengeras. Dengan irama konstan ia mencucuk-cucukkan jarinya pada liang kenikmatan sang gadis.
“Mmm... mmmhh... enak bangetthh mas!” Sherin mendesah penuh kenikmatan sambil meremas rambut gondrong anak pantai itu.
Mata Sherlin yang merem-melek itu juga menyaksikan dengan jelas adegan di atas sofa di seberangnya dimana Liani bergumul dengan Djaja. Wajah pria gondrong itu terbenam di bawah perut Liani.
“Aaahh... terus jilatin mas… yah… klitnya juga…. oooh… gitu enak!!” erang Liani merasa dirinya seperti melambung tinggi ke angkasa akibat jilatan pria itu pada vaginanya disertai hisapan pada klitorisnya.
“Masukin aja… udah pengen” sahut Liani sambil menarik kepala Djaja hingga naik ke tubuhnya.
Djaja tidak banyak bicara, ia langsung menempelkan kepala penisnya di mulut vagina gadis itu. Liani membantu mengarahkan dengan memegang batang yang sudah keras perkasa itu. Penis pria itu melesak masuk ke dalam liang senggama Liani.
“Oooh…tekan lagi mas… biar masuk semuanya,” pinta gadis itu lirih seperti sudah kesurupan, sambil mendekap pinggang pria itu erat-erat dengan sepasang pahanya.
Ketika batang penis pria itu mulai menggenjotnya, Liani pun ikut menggoyang-goyang pinggulnya dengan gerakan meliuk-liuk
“Kontolnya gagah banget mas….saya bisa ketagihan nih kayanya…. uuhh.... asli enak” celoteh Liani tanpa menghentikan goyangan pinggulnya.
“Memek kamu juga sedap” bisik Djaja
Seperti halnya Sherlin, Liani juga adalah gadis yang nampak sekilas seperti cewek baik-baik, namun liar dalam urusan bercinta. Ia sudah tujuh tahun pacaran dengan kekasihnya yang seorang pengusaha muda dan siap menikah setelah lulus sebentar lagi. Namun diam-diam ia menikmati perselingkuhan dengan pria-pria lain termasuk dengan si anak pantai ini. Persetubuhan ini sangat indah rasanya sehingga membuatnya lupa daratan. Berkali-kali dipagutnya bibir Djaja, terkadang diremasnya pantatnya yang sedang naik turun. Gesekan-gesekan batang penis Djaja yang perkasa dengan dinding vaginanya laksana kucuran kenikmatan surgawi yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Terlalu nikmatnya genjotan penis Djaja membuat gadis itu tak sanggup lagi menahan gelombang nikmat yang menerpanya. Liani pun melejit ke puncak kenikmatan, didekapnya erat-erat leher si anak pantai sambil mendesah terengah-engah.
“Saya keluar mass.... aaahh.... aahh!”
Djaja mempergencar sodokannya, keringatnya bercucuran bercampur aduk dengan keringat gadis itu. Tak lama ia pun mendengus-dengus di ambang orgasme. Liani ikut menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga liang vaginanya seolah-olah sedang membesot-besot penis Djaja.
“Ooooh….” Djaja mendesakkan penisnya kuat-kuat, lalu spermanya yang kental mengisi vagina gadis itu.


Marto melucuti pakaian Maria, kaos ketat, bra, hot pants, hingga celana dalam satu-satu terlepas dari tubuhnya. Maria, yang posturnya lebih mungil dibanding dua temannya, juga memiliki tubuh yang ideal, buah dada 36B yang membusung indah dengan puting coklat dan vagina berbulu jarang yang bibirnya masih rapat. Ia masih single setelah putus dengan pacar terakhirnya dua tahun lalu. Di kampus dan lingkungan pergaulannya, Maria dikenal sebagai cewek jual mahal dengan prestasi menengah atas, IPK-nya juga selalu di atas tiga, tidak pernah terlihat di tempat-tempat dugem, namun ia pun sesekali menikmati petualangan seks liar sebagai hiburannya. Marto menarik lengan Maria ke arah sofa, pria itu duduk di sana
“Duduk sini!” kata pria itu menepuk pahanya.
Tanpa harus diminta lagi Maria naik ke pangkuannya dalam posisi berhadapan, tangannya meraih penis tegang anak pantai itu dan mengarahkan ke vaginanya. Digesek-gesekkan sebentar kepala penis bersunat tersebut pada bibir vagina yang basah itu. Keduanya mendesah penuh nikmat bersamaan saat kelamin mereka menyatu. Penis Marto akhirnya masuk seluruhnya ke dalam liang senggama Maria. Tangan kasarnya memegang erat pantat Maria sebagai pegangan saat gadis itu mulai menggerakan pinggulnya. Perlahan penis tertarik keluar hingga setengahnya lalu masuk lagi, terus demikian dengan gerakan yang semakin cepat. Maria pun mendesah semakin kencang mengikuti kecepatan sodokannya. Pria itu mulai melumat gunung kembar yang bergoyang-goyang di depan wajahnya itu. Diremasnya benda kenyal itu, juga dikenyot dan dijilati. Sungguh sensasinya sangat fantastis. Dengan napas berdengus-dengus, masih sempat Marto membisiki gadis itu.
“Memek kamu…aaah…kok enak sekali....oooh….”
Sambil terus menceracau Maria terus menggoyang pinggulnya dengan gerakan menghentak-hentak ke atas dan ke bawah, sehingga klitorisnya berkali-kali tergesek dengan liatnya batang penis perkasa itu.
Kepala penis Marto menyundul-nyundul ujung lorong kenikmatan Maria sehingga tak ayal lagi gadis itu menggelinjang dan menahan napas dan sampailah ia ke puncak orgasme. Liang vaginanya membanjir, sehingga tumbukan kelamin mereka menimbulkan suara berdecak.
“Saya sudah mau nih.... mau lepasin di mana?” tanya Marto terengah-engah
“Di dalam mas, udah minum obat saya” jawab Maria di tengah desahannya
“Yess… siap!!” kata pria itu makin semangat dan menyentak-nyentak pinggulnya ke atas.
Pada sentakan ketiga,Marto pun ejakulasi, spermanya muncrat di dalam vagina gadis itu. Ia melampiaskan kenikmatan itu dengan meremasi bongkahan pantat Maria yang montok itu. Goyangan tubuh mereka mereda seiring gelombang orgasme yang mulai surut. Keduanya berpagutan mesra meresapi sisa-sisa kenikmatan
“Puas banget tadi itu mas!” kata Maria tersenyum puas
“Kamu juga… wuih… sedap…. ” balas Marto
Pria itu membaringkan tubuh Maria yang masih lemas di sofa dan mencabut penisnya . Saat batang itu terlepas spermanya yang bercampur dengan cairan kewanitaan Maria mengucur dari liang vagina gadis itu, meleleh hingga ke kulit sofa. Disodorkannya bir dari meja pada gadis itu. Maria mengambil kaleng itu dengan lemas dan meminumnya.


Di buffet, Awang tengah menempelkan kepala penisnya ke bibir vagina Sherlin yang terbuka lebar.
“Ooohh!!” desah Sherlin mempererat pelukannya ke tubuh si anak pantai, kukunya sedikit menggores punggung pria itu.
Awang terus menekan penisnya hingga melesak masuk dan mentok ke vagina gadis itu. Pria itu tidak segera menggenjotnya agar Sherlin beradaptasi dan menikmati dulu penisnya di dalam vaginanya. Dipagutnya bibir gadis itu, mereka berciuman dan bermain lidah sambil Awang mulai menggoyangkan pinggulnya, tangannya meremasi payudara gadis itu, dipilin-pilinnya puting yang sudah mengeras itu membuat Sherlin mengerang nikmat.
“Mass… aaahh terus sodok … lebih keras,” pinta gadis itu.
“Hehehe.... ketagihan kontol saya yah” goda Awang mengerakan penisnya lebih cepat.
Suara beradunya alat kelamin mereka semakin meramaikan suara desah birahi di ruangan itu. Sherlin menatap ke bawah melihat penis hitam yang menyodok-nyodok liang senggamanya dengan kecepatan tinggi.
“Si mas kontolnya.... aahh.... mantapphh!” puji Sherlin sambil terus mendesah.
“Pasti dong non.... hehehe... udah muasin banyak cewek nih.... aahh.... dari lokal, aahh... bule...sampe Jepang!!” Awang berkelakar membanggakan jam terbangnya.
Saat itu, Liani dan Djaja sudah memulai ronde berikutnya. Pria itu melesakkan penisnya ke vagina Liani yang berposisi doggie di sofa. Dengan diikuti teriakan kecil Liani, penis hitam bersunat itu kembali masuk seluruhnya ke vagina gadis itu. Djaja menyodokan ringan disertai beberapa kali goyangan. Frekuensi genjotannya semakin cepat sehingga Liani pun semakin tak terkendali. Gadis itu mendesah sejadi-jadinya, setiap kali penis Djaja menusuk lebih dalam maka semakin erat pula jepitan vagina Liani. Tangan Djaja tidak tinggal diam, sesekali ia remasi kedua payudara Liani yang menggantung, kadang ia juga menampar pantat gadis itu. Hanya butuh waktu sepuluh menitan bagi Liani untuk mencapai orgasmenya. Vagina gadis itu kembali banjir cairan orgasme, sementara Djaja masih belum selesai, dicabutnya penisnya dari vagina Liani lalu merebahkan dirinya ke belakang sambil menarik tubuh gadis itu. Tanpa harus disuruh, Liani meraih penis Djaja yang masih keras dan mulai menjilatinya. Dirasakannya cairan vaginanya sendiri yang sudah bercampur dengan sperma pada penis itu. Setelah menjilati batang itu hingga buah zakarnya hingga bersih, Liani membuka mulutnya dan mengulum penis si anak pantai. Selama lima menitan ia mengulum dan menghisap penis itu hingga akhirnya berkedut dengan cepat.
“Aaarrhh!!” lenguh Djaja menyemburkan spermanya mengenai wajah cantik Liani.
Pada saat yang sama pula, di atas buffet Sherlin mencapai orgasmenya, sebuah orgasme panjang yang dahsyat, tubuh gadis itu menggelinjang dan cairan orgasme mengucur deras membasahi buffet di bawahnya. Awang mempercepat genjotannya hingga dua menit kemudian ia hunjamkan penisnya sedalam-dalamnya di vagina Sherlin disertai erangan keras. Anak pantai itu mencapai klimaks di rahim dara cantik ini. Sherlin tersenyum lemah merasakan kepuasan yang luar biasa dari naughty escape-nya. Ketiga dara oriental itu pun lemas dalam kepuasan bersama tiga anak pantai. Selama tiga hari ke depan mereka ditemani ketiga anak pantai tersebut keliling pulau dewata sambil menikmati petualangan birahi.



Tiga minggu sebelumnya


“Hoaaam....”, itulah suara yang pertama kali keluar dari mulut Daniel di pagi hari itu seperti hari-hari yang lain
Pagi itu ia dibangunkan oleh suara jam weker di kepala ranjang. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, ada kuliah jam sebelas nanti tapi pagi ini rencana mau cuci mobil dulu agar tidak mengantri panjang. Ia pun turun dari tempat tidur dan mencuci wajahnya di kamar mandi. Saat turun ke bawah, sesosok wanita cantik memakai kaos ketat warna biru dengan bawahan hot pants putih yang memperlihatkan kemulusan pahanya, sudah menunggunya di meja makan.
“Morning ma!” sapa pemuda gempal itu.
“Hai, yuk makan nih, ada nasi goreng udang, masih banyak, tadi pagi si Riko makannya cuma dikit!” panggil wanita itu.
Wanita yang dipanggil ‘ma’ oleh Daniel itu bernama Tiara, merupakan istri kedua dari papanya Daniel atau dengan kata lain mama tiri pemuda itu. Papanya menikahi wanita itu yang tadinya adalah staff kantornya enam tahun yang lalu tak lama setelah istri pertamanya meninggal karena sakit. Tiara sendiri tadinya berstatus janda tanpa anak dan setelah menikah dengan suami keduanya ini, ia memiliki satu putra yang menjadi adik tiri Daniel. Di usianya yang sudah menginjak 39 tahun, Tiara masih terlihat cantik dan menggairahkan, tidak kalah dengan teman-teman kuliah anak tirinya itu. Kecantikan dan cara berpakaian Tiara yang seringkali memamerkan keindahan tubuh mau tak mau membuat Daniel terkadang birahi terhadapnya, namun karena belum pernah ada pengalaman dengan wanita dan mengingat hubungan mereka sebagai keluarga ia meredam perasaan itu.
“Mau minum apa Nil?” tanya Tiara
“Teh hangat aja ma, pake gula yah!” jawab pemuda itu.
Tiara menyiapkan apa yang diminta anak tirinya itu di mini bar lalu menyuguhkannya di depan pemuda itu. Sambil makan mereka ngobrol ringan masalah sehari-hari. Tiara memang jauh dari typikal ibu tiri jahat seperti di sinetron, sebaliknya ia sangat terbuka dan gampang akrab dengan anak tirinya dan kerabat suaminya yang lain sehingga Daniel tidak perlu waktu lama untuk dapat menerimanya ketika papanya menikahi wanita itu.
“Saya mandi dulu yah ma!” kata Daniel bangkit berdiri setelah menghabiskan sarapannya.
“Oke, gih mandi, ntar telat!” kata wanita itu mengambil piring dan gelas bekas putra tirinya itu untuk dicuci.
Setelah itu Daniel langsung masuk ke kamar mandi lantai atas dan mulai mandi.
“Ahhhh... ma, sepong yang dalam!” pemuda itu meracau di bawah shower sambil mengocok penisnya membayangkan mama tirinya mengulum benda itu, “terusaahh ma... sepongan mama kok mantap banget, kaya lonte aja aaahhh!!”
Crett... creett.... akhirnya sekitar lima menitan, spermanya berhamburan di lantai, rasanya puas sekali berfantasi dengan mama tirinya itu.

“Ma pergi dulu yah!” pamit Daniel menuju ke garasi.
“Iya dadah!” balas Tiara yang sedang menonton TV.
Daniel mampir ke sebuah salon mobil di ruko di depan kompleks rumahnya. Ia menunggu satu antrian untuk mobilnya dicuci.
“Ngehe... flashdisknya ketinggalan!” omel Daniel dalam hati mencari-cari dalam tas kuliahnya.
Terpaksa ia pun harus pulang berjalan kaki untuk mengambilnya. Tidak terlalu jauh memang, sepuluh menit kurang sudah tiba di rumahnya. Di halaman rumahnya nampak gerobak motor pengantar air galonan terparkir. Dibukanya pintu depan yang tidak terkunci dan lalu ia berjalan ke dalam, namun sebelum melangkahkan kaki lebih jauh ke ruangan tempatnya sarapan tadi ia terkesiap dan buru-buru bersembunyi di balik tembok. Pemandangan yang dilihatnya di minibar membuatnya shock dan terperangah. Tiara sedang berpelukan dan berciuman dengan Bang Afif (40 tahun), si pengantar air galon di kompleks ini. Pria berjenggot dengan postur sedang dan tubuh berisi itu meremasi payudara montok Tiara yang kaos dan bra-nya sudah tersingkap ke atas, tangan satunya bergerilya ke bawah merabai paha indah hingga meremas bongkahan pantatnya yang masih terbungkus hotpants. Tiara pun tidak pasif, sambil terus beradu lidah dengan si pengantar galon air, tangannya meremasi selangkangan pria itu dari luar celananya.
‘Wuih... mama Tia ternyata.... “ kata Daniel dalam hati tidak berkedip menyaksikan perselingkuhan mama tirinya itu di balik tembok.
Sebentar kemudian, Bang Afif menaikkan tubuh Tiara ke meja minibar yang terbuat dari granit itu dan membaringkannya. Dengan cekatan ia melucuti hotpants dan celana dalam Tiara sehingga wanita itu kini terbaring di meja minibar hanya dengan kaos dan bra yang telah tersingkap.
“Aahhh!!” Tiara mendesah dengan tubuh menggeliat saat pria itu menusukkan jari tengah dan telunjuknya ke liang senggamanya yang sudah becek.
Pria itu nyengir melihat reaksi Tiara, sambil terus memainkan jarinya ia menunduk dan mendekatkan wajahnya ke selangkangan wanita beranak satu itu.
"Isep memek saya bang... udah nggak tahan nih... ssshhh... ooohhh...." pinta Tiara.
Sesuai yang diminta, Bang Afif langsung melahap vagina wanita itu, menjilati bibir vaginanya sembari mencucukkan jarinya. Ia menyelipkan lidahnya dalam-dalam ke vagina itu, mengais lendir-lendir kenikmatan Tiara dan menghisapnya. Sluurrpp.... cuppp... ssllurpp!!
"Aaawwwhh... enak bangetthh!!” erang Tiara berkelojotan karena jilatan lidah pria itu, tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.
"Hehehe.... suka yah Bu.... nikmatin aja..." balas Afif semakin semangat menjiilati liang kewanitaan wanita itu lebih dalam lagi.
Daniel terus memperhatikan pria itu melumat vagina mama tirinya. Tangannya meraba selangkangannya yang sudah terasa sesak. Bang Afif sangat mahir melakukan oral seks sampai menyusup dalam-dalam dan menyentil-nyentil klitoris Tiara membuat wanita itu meringis dan mendesah panjang. Jari pria terus mengorek-ngorek liang vagina wanita itu.


“Baanngg… udah, saya pengen ditusuk kontol abang!” pinta Tiara mendesah-desah.
Kata-kata vulgar mama tirinya itu membuat Daniel semakin terangsang, ia pun melonggarkan sabuk celananya dan memasukkan tangan ke dalam mengocok penisnya.
“Sama Bu, saya juga udah kangen sama memek ibu yang seret ini,” kata Bang Afif sambil bangkit dan membuka celananya.
Tiara membuka kedua belah pahanya lebih lebar memperlihatkan vaginanya yang merah merekah dan basah. Jarinya membuka belahan bibir vaginanya untuk mempersilakan pria itu memasukinya. Bang Afif mengarahkan penisnya yang panjang dan berurat itu ke liang kenikmatannya. Ssleppp… kepala penis yang bersunat itu melesak ke dalam vagina Tiara membuatnya melenguh panjang
“Uuuhh… memekmuuuu… ini… kaya punya gadis aja... ooohhhh…” lenguh Afif merasakan jepitan vagina wanita itu
Tukang galon itu mulai memaju-mundurkan pantatnya dengan pelan-pelan, membuat Tiara betul-betul menikmati pergesekan kulit batang penisnya dengan dinding vaginanya. Sambil menikmati beradunya kelamin mereka, tangan Bang Afif meraih kedua payudaranya, meremas-remas kedua gunung kembar itu, dirasakannya kedua puting itu mencuat keluar, ia memilin-milin keduanya sambil agak sedikit ditarik-tarik. Tiara pun menceracau tak karuan menikmati permainan pria itu. Vaginanya pun semakin banjir sehingga penis pria itu semakin lancar menghujam-hujam liang senggamanya.
“Ah... uh... ah... uh... ”, suara desahan mereka bersahutan memenuhi ruangan.
Keringat pria itu menetes ke tubuh Tiara yang juga sudah basah berkeringat. Sesekali mereka bercumbu, kaki jenjang Tiara melingkar di pinggang Bang Afif, menahan penis pria itu agar tak terlepas. Plok... plok... plok... bunyi kelamin mereka beradu. Tiara sudah seperti cacing kepanasan, ia menggelinjang menikmati genjotan si tukang galon itu. Menit demi menit berlalu mengiringi pelampiasan nafsu terlarang mereka dan juga Daniel yang terus mengocok penisnya di tempat persembunyiannya. Sialan, bisa-bisanya mama Tia mau dientot sama si tukang antar air itu, udah dari kapan ya? Seberapa sering? Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat Daniel semakin pusing dibuatnya. Bang Afif sudah di ambang orgasme, ia melenguh sambil mempercepat genjotannya terhadap vagina Tiara. Namun tiba-tiba dirasakannya dorongan dari dalam vagina wanita itu
“Njrit... bakal banjir ini sih!” ujar Bang Afif dalam hati lalu menarik lepas penisnya.
“Aaaahhhhh.... ” Tiara mendesah panjang.
Wanita itu mengalami squirt, cairan kewanitaannya muncrat kemana-mana sementara badannya mengejang dahsyat.
“Gila! Mama Tia bisa muncrat kaya di JAV gitu!” Daniel tidak berkedip menyaksikan adegan squirt mama tirinya itu.
Tiara akhirnya terkulai lemas di atas meja mini bar. Bang Afif mendiamkannya sebentar untuk memberinya waktu menstabilkan kondisi badannya. Ia mengambilkan minum untuk wanita itu yang menerima dan meneguknya perlahan.

“Saya entot lagi yah, udah mau nih”, ujar Bang Afif, “kita ganti gaya”
Tiara cuma memandangnya dengan mata sayu, ia pasrah ketika pria itu menurunkannya dari meja hingga menungging dengan bertumpu pada meja minibar dengan kedua sikunya. Sekali lagi Bang Afif menusuk vagina wanita itu dengan penisnya yang masih tegak.
“Uuuuhhhhhhhhhhhh”, desah Tiara.
Bang Afif langsung tancap gas menggenjot Tiara secepat dan sedalam mungkin. Perlahan-lahan stamina Tiara mulai pulih sedikit dan ia merespon gerakan pria itu dengan menggoyang pinggulnya.
“Uh... ohhh... uh... keluarinnya di mulut aja yahh... ”, rengek Tiara.
“Siap!” sahut Bang Afif dengan suara bergetar
Pria itu merasa penisnya semakin berdenyut dan...
“Ayo... siap ngecrot nih!” ia mencabut penisnya dari vagina Tiara
Wanita itu langsung berlutut di depannya dan mengocok penis tersebut, tidak sampai dua menit, crrreeett... crreett... creetttt... cairan putih kental bercipratan bak shower ke wajah cantik Tiara .Wanita itu memasukkan penis itu ke mulutnya agar sisa cipratannya tidak terbuang.
“Uuuhh terima nih pejuku.... dasar lonte tukang negak peju!!” lenguh pria itu.
“Ooohh... mama Tia... !!” pada saat yang sama Daniel juga memuncratkan spermanya di dalam celana, ia tahan sebisa mungkin agar cairan itu tertampung di telapak tangannya dan tidak terlalu membasahi celana.
Jantung Daniel berdegup kencang, ia harus segera pergi agar tidak ketahuan mereka, persetan dengan flashdisk. Segera ia pun melangkah mundur, kakinya mengendap-endap hingga pintu depan yang ia buka dan tutup dengan hati-hati dan tak bersuara, setelah itu langsung mengambil langkah seribu kembali ke salon mobil dengan telapak tangan penuh sperma kental. Sejak itu ia makin memandang ibu tirinya yang cantik itu dengan birahi, namun hingga kini ia belum berani merealisasikan fantasinya.

To be continued....
 
Terakhir diubah:
Tak terasa tangan Hendri mulai membuka kancing kemeja putih Sherlin, melihat itu Daniel makin berani, ia membuka ikat pinggang gadis itu lalu resleting celana pendeknya.
“Ini juga dibuka yah Lin!” kata Daniel
Entah mengapa Sherlin pasrah saja, ia bahkan menggerakkan kakinya ketika Daniel melucuti celananya. Akhirnya ia hanya tinggal mengenakan bra dan celana dalam biru langitnya.
"Ayo gaes... sini turun aja, kita main rame-rame di sini!” tiba-tiba terdengar seruan Saldi dari bawah.
“Lagian mana enak ngintip gitu sambil di teralis pula! Ayo sini ga usah sungkan !” timpal Tyas
Mereka bertiga serentak saling berpandangan kebingungan.
“Ayo sini! Kita main bareng aja!” panggil Tyas lagi dengan suara lembut menggoda
“Iyah... tante! Tunggu kita ke bawah!” jawab Hendri mengambil inisiatif lalu mengajak pacar serta temannya itu.
Sherlin nampak canggung turun ke bawah dengan hanya memakai pakaian dalam sehingga ia berlindung di belakang tubuh pacarnya. Sampai di bawah mereka menemukan Tyas dan Saldi yang sudah tidak memakai apa-apa duduk di sofa.
"Ah, udah kumpul semua nih, duduk... kok kaya disetrap gitu kesannya?" perintah Tyas
“Duh kok tegang gitu sih ekspresinya?” kata Tyas pada Sherlin dan Daniel, “santai aja kali, di keluarga kita itu seks gak tabu kok”
“Gimana gak tegang ngeliatin yang kaya gini?” tanya Daniel dalam hati, jantungnya makin berdebar-debar memandangi Tyas yang duduk bersilang kaki di depannya dengan tubuh polos itu.
“Kamu pacarnya Hendri yah?” tanya Tyas pada Sherlin, “siapa nama kamu?”
“Sherlin tante” jawab gadis itu agak malu-malu.
“Terus kamu?”
“Daniel”
“Nah Daniel, kamu pernah ML sebelumnya?”
“Belum tante” Daniel menggeleng dengan mata tak pernah lepas dari tubuh telanjang Tyas.
“Ohhh... masih perjaka” Tyas menyeringai, “kalau gitu ayo sini!” wanita itu menepuk sofa di sebelahnya
“Nah modar lu sama nyokap gua!” kata Saldi dalam hati, ia tahu benar mamanya paling suka memangsa perjaka
“Ehh.... ke situ tante?” tanya Daniel
“Iya kenapa?” jawab Tyas tegas, “kamu tadi berani ngintip tapi dipanggil kok malu-malu, Di kamu ke sana dulu!” ia menepuk lengan putranya.
Daniel dan Saldi bertukar tempat, nampak Daniel berkali-kali menelan ludah duduk di sebelah Tyas yang tubuhnya polos itu, di satu sisi ia juga sudah tidak sabar ingin mencicipi tubuh mama temannya ini. Tyas mendekatkan tubuhnya ke tubuh pemuda itu.
“Kamu tau? Tante suka sama perjaka” kata Tyas setengah berbisik dengan suara erotis
Daniel tetap diam gemetar, wajahnya agak tertunduk. Tyas membelai pipi pemuda itu lalu diciumnya lembut, tangannya meraih penisnya dari luar celana panjang. Ciuman Tyas akhirnya sampai di bibir Daniel dan dilumatnya bibir pemuda itu. Lama-lama Daniel pun terpicu birahinya, ia pun mulai berani membalas pagutan Tyas.
“Malu-malu amat sih? Ayo dong peluk tante, gerayangin sesuka kamu!” perintah Tyas agak kesal dengan kepasifan pemuda itu, “sini biar tante buka dulu baju kamu!”
Tyas dengan cekatan melucuti pakaian Daniel hingga telanjang, lalu digenggamnya penisnya yang tak bersunat yang sudah ereksi itu.
“Hhhmm... keras juga nih!” kata Tyas dalam hati.
“Gak usah malu-malu, tuh teman-teman kamu juga udah telanjang!” katanya melirik ke arah Sherlin yang tengah dikerubungi dan mulai digerayangi Saldi dan Hendri, “kamu bakal jadi pria dewasa setelah ini!”

“Ngehek lu, ternyata lu selama ini diem-diem ada main sama nyokap gua yah!” kata Saldi sambil menjatuhkan pantatnya di sebelah Sherlin.
“Iya tapi nyokap lu yang bilang jangan ngomong ke lu, biar tau sendiri katanya” kata Hendri.
“Hah? Ada main?” Sherlin kaget memandang pacarnya itu.
“Eh hehe... iya Lin, gua belum ngomong aja sama lu” aku Hendri.
Sherlin dalam hati sebenarnya panas, tapi ia pun sadar dirinya bukan cewek yang setia yang juga kadang melakukan perselingkuhan seperti waktu di Bali itu.
“Hehehe... gapapa, gua ga nyalahin lu, sifat mama gua emangnya gitu, tapi untuk kompensasinya gua boleh dong ngentotin pacar lu!” kata Saldi mendekap tubuh Sherlin yang tinggal pakaian dalam itu, “ya gak Lin, kita pesta seks!”
“Eehh... jangan Di!”
“Oke bro, deal asal selama Sherlinnya gak keberatan, gua dapet nyokaplu, lu dapet pacar gua!” jawab Hendri sambil mengelusi paha jenjang pacarnya.
“Hen, lu ini yah.... “protes Sherlin namun di saat yang sama gairahnya semakin naik.
“Nah, lu ga keberatan kan Lin?”,ucap Saldi mulai menggerayangi dada gadis itu
Adegan Tyas dan Daniel di seberang mereka serta panas karena pacarnya ternyata ada affair dengan wanita itu, ditambah lagi rela menyerahkan dirinya ke temannya membuat Sherlin menerima saja perlakuan Saldi bahkan tertantang untuk mencoba permainan seks yang lebih panas dan liar. Saldi melepas kait bra gadis itu dan melucutinya sementara Hendri menarik lepas celana dalamnya, setelahnya ia membuka pakaiannya sendiri hingga telanjang. Tangan Saldi merayapi dan meremas-remas payudara Sherlin yang masih kencang dan montok itu membuatnya menggelinjang nikmat.
“Toketlu mantap Lin, akhirnya bisa juga ngerasain!” ucap Saldi sambil memilin-milin puting gadis itu hingga makin tegang.
“Oohhh....!” desah Sherlin ketika Saldi menunduk dan mengenyot payudara kanannya, pada saat yang sama Hendri juga mengocok-ngocok vaginanya dengan jari telunjuk dan tengahnya membuatnya semakin menggelinjang.
Gairah Sherlin terus naik, kini ia memeluk kepala Saldi yang asyik mengenyoti payudaranya, ia juga menikmati kocokan Hendri pada vaginanya, apalagi pacarnya itu kini mendekatkan wajahnya ke selangkangannya dan mulai menjilati vaginanya. Lidah Hendri menyapu-nyapu bibir vagina Sherlin dan menyusup lebih dalam menghisap klitorisnya
"Uuuuussssssshhhhhhh......" Sherlin mengerang.
Hendri menambah rangsangannya dengan memasukkan jari tengah ke rongga vagina pacarnya itu sehingga pinggul gadis itu menggeliat-geliat, ingin agar tusukan jari itu melesak lebih dalam. Mulut Saldi merambat naik hingga melumat bibir gadis itu, Sherlin memejamkan mata menikmati percumbuan dengan teman pacarnya ini serta jilatan dan kocokan pada vaginanya. Sambil berciuman, tangan Saldi aktif meremasi kedua payudara gadis itu. Tangan Sherlin meraih penis Saldi dan menggenggamnya, dirasakannya kekerasan batang itu dan mulai mengocoknya lembut.

“Sini sayang...” perintah Tyas sambil membaringkan dirinya di sofa, “sini tindih tante dong!”
“Iya... iya tante” Daniel segera menaiki tubuh telanjang Yuli dan merasakan kulit mereka saling bergesekan.
Tyas langsung melumat bibir Daniel dan pemuda itu langsung membalasnyanya dengan bernafsu, kecanggungannya makin berkurang. Tangan kiri Daniel meremas payudara Tyas sementara penisnya sesekali bergesekan dengan belahan vagina wanita itu yang makin basah.
“Ohh... yahh... sekarang dihisap… kamu udah pernah belum?” desah Tyas mengarahkan kepala pemuda itu ke dadanya.
“Belum tante!” jawab Daniel sambil kedua tangannya meremas sepasang gunung kembar montok itu.
“Bagus... berarti ini yang pertama… aahh” belum selesai berkata Daniel sudah mencium dan menjilati bongkahan kenyal itu.
Bukan hanya itu, tangan kirinya turun menggerayangi selangkangan mama temannya itu, ia mempraktekkan semua yang selama ini hanya pernah ditontonnya dalam film bokep. Jarinya mengorek-ngorek liang senggama Tyas hingga wanita itu mendesah-desah dan menggeliat. Ia juga menghisap kuat-kuat puting payudaranya dan meninggalkan bekas cupangan memerah di sekujur kulit payudara Tyas yang putih.
“Sekarang memek tante yah... jilat memek tante! Kamu tau kan, gak usah tante ajarin lagi!” pinta Tyas terengah-engah.
Kepala Daniel turun sambil terus mencium dan menjilat tubuh wanita itu, perutnya yang rata, pinggang, paha hingga ke sasaran utama di selangkangannya. Tyas melebarkan pahanya memberi ruang bagi pemuda itu untuk menggarap vaginanya. Pertama kalinya Daniel merasakan aroma vagina membuat gairahnya makin naik saja. Vagina wanita itu rutin dirawat sehingga aromanya pun menggugah selera lawan jenis.
“Ayo jilat dulu belahannya, terus jilat sampai dalamnya!” Tyas menginstruksikan sambil menekan kepala pemuda itu ke arah vaginanya.
Daniel langsung menuruti permintaan wanita itu. Lidahnya menyapu bibir vagina Tyas sampai tubuh wanita itu mengejang menahan nikmat.
“Ohh... mmmhhh..... pinterr... terus jilat, sayang… ” desah Tyas sambil meremas kepala pemuda itu
“nah bagian sini nih!” Tyas mengarahkan sambil jarinya membuka lebar bibir vaginanya dan mengelus biji klitorisnya
Tanpa diperintah lagi, lidah Daniel menjilati habis daging kecil yang sensitif itu membuat Tyas menggelepar merasakan nikmat yang teramat sangat. Pahanya menjepit rapat kepala pemuda itu menahan rasa nikmat itu. Daniel terus menambah rangsangannya dengan mencucuk-cucukkan jarinya hingga akhirnya...
“Ohh… ” desah Tyas panjang, ia mencapai orgasmenya, vaginanya mengucurkan cairan kewanitaan.
“Jadi gini rasanya pejunya cewek!” kata Daniel dalam hati saat pertamakali merasakan cairan bening yang hangat itu.

Bagi Sherlin kenikmatan birahi itu sudah seperti candu yang kini menguasai tubuh dan pikirannya. Rangsangan yang diberikan pacar dan temannya itu sudah menuntut penetrasi penis.
“Ayo dong dimasukin aja! Udah gak tahan gua!” tanpa malu-malu Sherlin menunggingkan pantatnya ke arah Saldi.
“Hehe... sama Lin, gua juga udah gak sabar!” Saldi berlutut di belakangnya dan mengarahkan penisnya ke vagina basah gadis itu.
"Ooooohhhh... yeesshh" desah Sherlin saat penis Saldi menyeruak masuk ke vaginanya.
Tanpa buang waktu lagi, Saldi pun memaju-mundurkan penisnya. Secara bertahap pemuda itu memainkan irama dari pelan menjadi cepat, hujamannya pun disertai tekanan tubuhnya agar bisa masuk lebih dalam.
"Memek lu empuk banget Lin, seret lagi," komentar Saldi disela genjotannya, “hoki lu bro dapet cewek kaya gini!” katanya pada Hendri.
Hendri bangga dan terangsang melihat raut wajah pacarnya yang meringis dan mendesah tak karuan disetubuhi oleh temannya. Fantasi cuckold terpendamnya akhirnya terealisasi. Ia menyusun bantal kursi untuk sandaran lalu memposisikan diri duduk selonjoran di depan Sherlin.
“Disepong dong Lin!” pintanya sambil menggenggam batang penisnya.
Sherlin mengerti keinginan pacarnya itu, ia pun menggenggam batang penis itu dan membuka mulutnya melahap penis itu. Hendri melenguh merasakan sensasi nikmat ketika penisnya dikulum sang pacar. Demikian pula Sherlin yang merasakan nikmatnya sodokan Saldi pada vaginanya, ia juga terangsang melihat pacarnya keenakan dioral olehnya. Semua kenikmatan yang didapat di vaginanya ia salurkan dengan oral terhadap penis Hendri.
“Ooohhh.... Lin!!” Hendri blingsatan merasakan lidah pacarnya mengusap-usap urat di bagian bawah batangnya, ia pun tak kuasa untuk meraba payudara gadis itu.
Payudaranya yang lain diremas oleh Saldi yang tanpa henti menggenjotnya dari belakang. Sherlin makin tak kuasa menahan gejolaknya, ia tak lagi konsentrasi mengulum penis pacarnya. Akhirnya ia hentikan oral seksnya karena ingin meluapkan kenikmatan di vaginanya dengan rintihan.
"Ooohhh.... Di... terus Di!!" desah Sherlin ikut menggoyang pinggulnya sehingga tusukan penis Saldi makin dalam.
"Lin... gue mau keluar... " lenguh Saldi di ambang klimaks
"Gua juga Di... terus sodok yang kerassshh!!" balas Sherlin sambil mengocok penis Hendri dengan tangannya.
Tak berapa lama, Saldi orgasme dengan memuncratkan spermanya di dalam vagina Sherlin, tubuhnya menghentak-hentak beberapa kali. Sebelum hentakannya habis, Sherlin juga sampai ke puncak kenikmatan. ia melenguh panjang dan tubuhnya mengejang. Hendri juga nyaris muncrat kalau saja ia tidak melepaskan tangan sang pacar yang mengocoki penisnya. Akhirnya terpenuhi fantasi terpendamnya menyaksikan pacar sendiri dipuaskan oleh orang lain.

Di saat yang sama, di sofa yang satunya, Tyas yang baru orgasme tengah membimbing Daniel melepas keperjakaannya. Ia melebarkan pahanya, satu tangan membuka bibir vaginanya, dan tangan yang lain menuntun penis Daniel memasukinya.
“Sekarang tekan Niel!”
Daniel yang berlutut di antara kedua paha mulus wanita itu menekan penisnya hingga melesak ke dalam liang kenikmatan wanita itu. Tubuh pemuda itu mengejang menahan nikmat yang teramat sangat.
“Ohh.. tantee... sedapp…” erang Daniel merasakan hilangnya keperjakaan dengan mama temannya ini.
Daniel terus menekan penisnya ke liang senggama Tyas hingga akhirnya berhasil masuk dan mentok.
Sungguh kenikmatan tiada tara merasakan sensasi hangat dan jepitan dinding vagina padapenisnya.
“Gimana rasanya?” tanya Tyas tersenyum
“Ohh... enakk pake banget, tanttee…” kata Daniel tersendat sambil mulai memompa penisnya
“Ciiee... ada yang baru hilang perjaka tuh” kata Hendri.
Saldi dan Sherlin yang baru mencapai orgasme tersenyum lemas ke arah mereka
“Hehehe.... welcome to the club bro!” sahut Saldi.
Ada rasa bangga dalam diri Daniel berhasil melepas keperjakaannya dengan wanita secantik Tyas, di depan anaknya pula. Tanpa harus diarahkan, ia mulai menggenjot vagina wanita itu seperti yang ia lihat di film bokep. Sodokan batang kejantananku mengobrak-abrik seluruh isi dalam liang vagina Tyas, desahan keduanya sahut-menyahut mengiringi pompaan penisnya. Sementara tangan Daniel tak bosan-bosannya meremas-remas bulatan payudara Tyas yang bergoncang-goncang indah seiring tusukannya yang semakin lama semakin bertenaga. Selama seperempat jam lebih mereka melakukannya dalam posisi demikian.
"Oughh... ahh... lebih keras!" jerit Tyas merasakan kenikmatan yang menerpanya kian memuncak
Seerr... terasa cairan hangat mengguyur penis Daniel yang terus bergerak keluar masuk dengan cepat. Bunyi berdecak terdengar semakin nyaring menandakan bahwa liang senggama Tyas sudah sangat banjir. Dengan tubuh bergetar, wanita itu menjemput orgasmenya, cairan kenikmatan semakin banyak memenuhi liang rahimnya. Daniel mencabut penisnya, dibiarkannya cairan orgasme Tyas meleleh di kulit sofa.
“Saya mau nyoba muncrat di mulut tante, boleh?” Daniel berdiri dan meminta ijin.
Tyas menegakkan tubuh dan duduk terengah-engah namun sangat puas. Ia langsung meraih batang penis pemuda itu yang masih tegang. Benda itu langsung dilahap dan dihisapnya dengan begitu rakus. Sesekali lidahnya menjilati zakar. Selang lima menitan, Daniel mengejang dan memuncratkan spermanya di dalam mulut mama temannya itu. Tyas melahap semua cairan putih kental yang tertumpah di mulutnya itu tanpa menetes sedikitpun. Hisapannya membuat Daniel merintih tak karuan, Tyas benar-benar memberi kesan tak terlupakan dalam seks perdana pemuda itu.

Sherlin yang kembali bergairah meminta Saldi berbaring di sofa lalu menaiki selangkanganya.
“Wuih udah on lagi Lin!” kata Saldi yang penisnya baru setengah bangkit.
“Enjoy bro, dia mah kalau udah on malah kita yang cowok jadi kewalahan!” sahut Hendri.
Gadis itu meraih penis Saldi dan menggesek-gesekkannya ke bibir vaginanya yang basah, lalu ia condongkan tubuhnya ke depan dan memagut bibir teman pacarnya itu. Hendri merasakan sensasi aneh menyaksikan bagaimana pacarnya itu mencium temannya dengan penuh nafsu, semetara tangan Saldi merabai punggung dan payudara gadis itu.
"ML sama lu asyik juga Lin, dari dulu kek gue bisa begini sama lu," ujar Saldi setelah melepas ciuman bibirnya.
Shelin hanya tersenyum, kepala penis Saldi yang sudah mengeras ia tempelkan ke bibir vaginanya dan...
“Aaaahhh!” keduanya mendesah bersamaan saat kelamin mereka kembali menyatu
Rabaan tangan Saldi di payudaranya memancing libido Sherlin lebih bergolak.
Gadis itu pandai mengatur otot-otot vaginanya sehingga terasa dindingnya menjepit erat batang penis Saldi. Tanpa menunggu lama, Sherlin mulai menggerakkan pantatnya naik turun.
“Ooohhhh... enaaaak... Di, kontollu.... aaaahhh... mantap” ia merintih keenakan merasakan vaginanya diaduk-aduk penis Saldi saat itu melakukan gerakan memutar.
Melihat payudara Sherlin yang bergoncang-goncang, Hendri mendekat pacarnya itu dan mulai meremas-remas bongkahan kenyal itu, mulutnyapun ikut beraksi menjilat dan menghisap. Lekuk-lekuk tubuhnya yang indah tentu tak luput dari jamahan tangan-tangan mereka.
“Aaaghhh... Hen, hisapp... yaaah... oohhh... terus hisapp... “ Sherlin mendesah menikmati serangan sang pacar di payudaranya dan hujaman penis Saldi di vaginanya.
Gerakan naik-turun pantat Sherlin semakin cepat sambil memeluk tubuh Hendri yang mengenyoti payudaranya. Akibatnya penis Saldi pun semakin keras menyodok-nyodok vaginanya. Di saat yang sama, birahi Sherlin juga makin membara menyaksikan Tyas yang mendesah-desah makin tak karuan akibat genjotan Daniel yang semakin cepat. Gerakan gadis itu mulai tidak beraturan, tubuhnya terasa mengejang, ia sudah di ambang orgasmenya.
“Diii, aaaaghhhh....guuaa keluuuaaarrr... “ Sherlin mendesah panjang dengan tubuh mengejang dan vagina memuntahkan cairan kewanitaan.
Cairan Sherlin menyembur membasahi penis Saldi yang masih berada dalam vaginanya yang yang berkedut-kedut cukup kuat membuat pemuda itu juga merintih keenakan. Sementara itu Hendri yang sedang menyusu payudara Sherlin merasakan tubuh pacarnya itu bergetar hebat, ia terus mengenyot payudaranya hingga tubuh gadis itu melemas kembali.

Hendri meninggalkan pacarnya yang sudah orgasme lalu menghampiri Tyas dan Daniel yang sudah pemulihan dan mulai bercumbu mesra sambil saling raba lagi. Ia duduk di sebelah kiri Tyas dan meletakkan tangannya di paha wanita itu. Kini Tyas diapit dua pemuda telanjang, suatu sensasi yang disukainya.
“Hhhmm... tante udah kangen sama punya kamu ini!” katanya sambil menggenggam penis Hendri.
“Sama tante saya juga sama ini” balas Daniel mengelus hingga ke pangkal paha wanita itu dan membelai-belai vaginanya yang sangat basah.
Daniel masih menjilati payudara kanan wanita itu sambil membelai-belai paha kanannya.
“Di gua mau minum dulu!” kata Sherlin turun dari tubuh Saldi.
“Biar gua ambilin aja Lin!”
“Ngga usah, gua mau sekalian pipis dulu soalnya”
Gadis itu berjalan gontai ke mini bar dan mengambil air dari dispenser, lalu ia ke toilet terdekat.
“Sini dong Di daripada sendirian, mama kan suka dikerubutin yang muda-muda!” panggil Tyas.
Saldi bangkit menghampiri mereka dengan senyum di wajahnya.
“Mama bersihin kontol kamu!” kata Tyas meraih penis putranya yang basah dan masih ereksi itu
Wanita itu mulai menjilati penis putranya sendiri dengan telaten, termasuk kantong zakarnya, kemudian penis ia ia masukkan ke mulutnya dan dikulum. Hendri dan Daniel yang menyaksikan adegan incest itu sambil menggerayangi dan menjilat tubuh wanita itu semakin berdesir darahnya.
“Tante pindah ke meja itu aja!” kata Tyas setelah melakukan cleaning service terhadap putranya, “biar kalian dapet ruang lebih lega”
Tanpa diperintah lagi Saldi segera menurunkan vas bunga dan asbak di meja ruang tamu berbahan fiber itu, sehingga mamanya bisa berbaring telentang di atasnya. Daniel menyelipkan bantal kursi ke bawah kepala Tyas sebelum wanita itu meletakkan kepalanya.
“Lu aja dulu Di! gua mau liat mama sama anak ngentot” sahut Hendri.
“Tuh kamu dengar? Mereka mau liat kita ngentot, tunggu apa lagi kamu?” kata Tyas pada putranya.
“Asal mama suka, apa juga saya lakuin!” sahut Saldi mengambil posisi di antara kedua belah paha mamanya.
Tanpa menunggu lama, ia segera tempelkan penisnya yang masih keras itu di bibir vagina mamanya dan bblless... penisnya melesak ke lubang hangat mamanya. Tubuh Tyas menggeliat saat penis putranya itu memasuki vaginanya.
"Ooohhhh.........." mama dan anak itu melenguh bersamaan.
Keduanya kini benar-benar merasakan birahi yang sangat tinggi. Hendri dan Daniel terpukau melihat ibu dan anak itu bersatu kelamin. Jemari Hendri terus memelintir puting wanita itu yang makin keras, sementara Daniel kembali mengenyoti payudara yang satunya dengan lebih bernafsu.
“Heeenn... kontol kamuuhh.... sshhh!!” kata Tyas terengah-engah.
“Oh, kontol, ini tante!” pemuda itu menegakkan badannya dan menyodorkan penisnya ke wajah Tyas yang langsung diraihnya.
Tyas menjilati batang itu sejenak sebelum ia masukkan ke mulutnya. Teknik oral yang mahir itu membuat Hendri mendesah-desah nikmat.

Sherlin yang baru keluar dari toilet menyaksikan aksi pacarnya bersama dua temannya menggangbang mama temannya itu. Birahi gadis itu kembali terpancing, ia menggigit bibir bawah sambil tangannya meremas lembut payudaranya sendiri. Daniel yang melihat gadis itu di ambang pintu melepaskan kenyotannya dan menghampiri Sherlin.
“Ngapain sendirian di sini Lin, yuk sini dong!” katanya meraih lengan gadis itu.
Sherlin pasrah ketika pemuda itu menggiringnya ke sofa sehingga makin dekat dengan pacarnya yang sedang dioral Tyas.
“Gua yang kedua buat lu yah Nil?” tanya Sherlin.
“Iya, lu mau sama gua kan?”
Darah Sherlin bergolak terbakar cemburu bercampur birahi, ia tersenyum dan memeluk Daniel, bibirnya langsung memagut bibir pemuda itu dan tangannya meraih penisnya. Mereka terlibat adu lidah sambil saling menggerayangi tubuh masing-masing. Daniel menindih tubuh Sherlin, tangannya meremasi payudaranya dan tangan lainnya menggerayangi tubuh mulusnya. Suara desahan tiga orang lainnya, bunyi kelamin beradu dan deru nafas mereka seakan menjadi musik pengiring bagi Sherlin dan Daniel yang memulai ronde baru. Ciuman Daniel merambat turun, kini ia melahap sepasang gunung kembar Sherlin yang mengerang nikmat ketika putingnya dihisapi. Adegan itulah yang terlihat oleh Hendri yang sedang menikmati penisnya dioral Tyas, ia sangat bernafsu melihat temannya sedang menggarap pacarnya.
“Hhsshhh....” desah Sherlin merasakan kepala penis Daniel mulai menekan masuk ke vaginanya, ia memeluk erat tubuh teman pacarnya itu, “terus tekan Nil!”
“Uuuhhh... !” Daniel melenguh setelah menekan penisnya hingga mentok ke vagina kedua yang berhasil dicicipinya dalam hari yang sama itu.
Daniel mendiamkan penisnya tertancap di vagina Sherlin untuk meresapi kenikmatannya serta merasakan perbedaan antara vagina Tyas yang pernah dua kali melahirkan dan jam terbang di dunia esek-esek sudah tinggi dengan vagina mahasiswi-nya Sherlin. Bagi Daniel, vagina Sherlin terasa lebih kuat mencengkram penisnya, tentu saja karena ia belum pernah melahirkan, juga terasa lebih empuk. Sambil mencengkram payudara kanan Sherlin, Daniel mulai mengayun batang penisnya, maju mundur di dalam liang vagina pacar temannya itu.
“Wuihh... ini lebih seret!” kata Daniel dalam hati
“Oooh... kamu cepat belajar... udah enak gini ngentotnya.... aahhh!” celoteh Sherlin dengan mata merem-melek, sambil kedua pahanya mendekap pinggang Daniel.
Sementara Daniel mendengus-dengus sambil mengenjot vagina gadis itu lebih bertenaga.
“Justru memek lu enak banget Lin” sahut pemuda itu terengah
Terkadang bibir mereka berpagutan, kadang juga Daniel menjilati leher Sherlin yang sudah keringatan. Sherlin pun ikut menggoyang pinggulnya hingga vaginanya terasa seperti memilin-milin batang penis Daniel. Keringat mereka bercucuran membanjiri tubuh mereka dan pasangan mereka.
“Nanti kalau gua mau keluar, boleh lepasin di dalam aja gak?” bisik Daniel di telinga Sherlin yang tampak sedang menikmati persetubuhan ini
“Boleh... gua lagi safe” sahutnya gadis itu.
Sekitar sepuluh menit kemudian Sherlin mengayun pinggulnya lebih cepat,
“Aaaaaah... gua keluar Nil.... aaaaaahhhhh....” ia mendesah tak karuan dan memeluk Daniel lebih erat hingga kukunya mencakar punggung pemuda itu.
“Gua juga hampir.... oooh... kita barengin yah Lin!” balas Daniel mempercepat genjotannya.
Keduanya bak kesurupan, saling peluk, saling remas, saling beradu lidah dengan liarnya hingga nafas menderu-deru hingga mendesah bersamaan gelombang orgasme yang menerpa. Sperma Daniel menyemprot-nyemprot di dalam liang vagina Sherlin dan vagina gadis itu berkontraksi cepat menyemburkan cairan kewanitaannya, cairan mereka bercampur dan sebagian meleleh di bibir vagina gadis itu. Saat gelombang itu surut mereka berpelukan dengan hangatnya.

Di sofa yang satunya, Tyas sedang di penetrasi ganda oleh putranya dan teman putranya. Hendri telentang di sofa sambil meremas atau mengenyot payudara Tyas sambil menikmati wanita itu naik-turun di selangkangannya. Dari belakang Saldi menggenjoti liang anal mamanya itu dengan kecepatan sedang. Penis kedua pemuda itu menghujam-hujam kedua liang Tyas bagaikan mesin. Tyas yang menikmati sodokan penis dua anak muda itu dengan bernafsu melumat bibir Hendri yang dibalas pemuda itu tak kalah panas sehingga mereka saling berpagutan penuh gairah. Saldi memejamkan matanya sambil memompa batang penisnya di dubur mamanya sendiri, perasaan nikmat serasa menjalari tubuhnya sehingga ia remas dengan kuat buah pantat mamanya yang bulat dan indah.
“Iya..terus Saldi sayang, goyang yang kuat!” Tyas meracau nikmat, kemudian kembali melumat bibir Hendri yang juga menggoyangkan penisnya naik turun di dalam lubang vagina wanita itu.
Setelah berciuman beberapa saat Hendri membenamkan wajahnya sendiri di kedua payudara mama temannya yang cantik itu.
“Saya paling suka toket tante, gede... montokkhh... uuhhh!!” racaunya.
“Oooohhh.... oohhh... hemmhhh ” Tyas makin liar memacu tubuhnya
Hendri menyaksikan pemandangan ekspresi sensual di wajah Tyas yang kini meremasi rambut panjangnya yang tergerai berantakan. Tangan pemuda itu asyik meremasi kedua buah payudara sekal Tyas, lalu mencium dan mengecup lehernya. Insting seks Tyas bergerak dengan begitu liar dan agresif, dikeroyok seperti ini memang kesukaannya, ia dapat mengekpresikan diri seliar mungkin. Ketiganya begitu menikmati threesome ini, seakan tak tak ingin kenikmatan liar ini segera berakhir.
“Tanteee... oohhh... tanteee!!” desah Hendri menyentak pinggulnya ke atas hingga penisnya mentok di vagina Tyas dan menyemprotkan isinya, letupan sperma Hendri cukup kuat dan banyak memberi sensasi hangat pada rahim Tyas
“Uuuh... gila spermanya banyak banget!” kata Tyas dalam hati.
“Mauu keluarr mmaaaa... aaahhh” Saldi semakin nafsu menghentak-hentakkan penisnya setelah Hendri ejakulasi di vagina mamanya.
Suara tumbukan antara selangkangan Saldi dengan kedua bongkahan pantat mamanya makin nyaring. Saat Saldi menusukkan penisnya maju, Tyas memundurkan pantatnya. Sungguh mama dan anak itu kompak dan selaras dalam seks. Desahan keduanya saling bersahut-sahutan, tubuh mereka berdua bermandikan keringat hingga akhirnya puncak orgasme pun mereka daki. Mereka akhirnya mengerang berbarengan dengan tubuh ua sama-sama mengejang dan kaku. Saldi menengadahkan kepalanya ke atas sambil mengerang nikmat, Tyas juga mengejang dan matanya tinggal putihnya saja. Dirasakannya sensasi hangat yang basah pada analnya. Plop... Saldi melepas penisnya hingga spermanya mengucur pada pantat mamanya. Tyas yang sudah kelelahan langsung ambruk telungkup di atas tubuh Hendri yang langsung memeluknya.

Kelimanya akhirnya terkulai lemas di ruang tengah setelah melampiaskan nafsu birahi seharian.
Orgi di siang hari itu pun berakhir, semuanya benar-benar mendapat kepuasan dan pengalaman baru dalam seks, terutama Daniel yang baru saja melepaskan keperjakaan dengan dua wanita, hari ini menjadi hari yang paling berkesan baginya. Nampak pemuda itu sudah setengah tertidur di dada Sherlin yang juga sudah tepar.
"Wooiii bangun lu orang! Dah setengah dua nih, bukanya lu orang kuliah jam dua?!!" Saldi yang terbangun memukul Hendri dan Daniel yang tertidur kelelahan dengan bantal kursi.
Dengan gelagapan, Daniel dan Hendri bangun memunguti pakaian masing-masing. Sherlin berlari kecil ke kamar mandi untuk membersihkan dan membenahi dirinya yang sudah acak-acakan.
"Duh masih pegel nih sebenarnya," kata Hendri malas-malasan memakai bajunya.
"Bisa nyetir gak lu ntar?" hardik Daniel.
“Bisalah, tenang aja, dekat lagian”
Sherlin beres paling akhir, maklum cewek, banyak yang harus dibenahi. Setelahnya ketiganya pamit pada tuan rumah.
"Temen kamu asyik juga yah, kamu mau mereka ikutan ritual keluarga kita nanti?” tanya Tyas
"Emang boleh ma? Itu kan terbatas di kalangan kita aja ma dan jangan sampai ada orang luar tau”
“Yah... emang sih, mama juga cuma andai-andai aja. Kalau misalnya iya mama harus omong dulu ke kakek kamu”
“Aah, mama juga pasti kepengen ada berondong kaya Daniel sama Hendri” goda Saldi sambil memeluk mamanya.
Tyas hanya tersenyum sambil menyikut putranya itu
"Ya udah, mama mau makan dulu, lapar, kamu udah makan?"
"Belum laper ma, pengen tiduran dulu, capek, nanti aja udah bangun!" jawab Saldi berjalan ke arah tangga
"Hihihi.... ya udah sana!"


EPILOG

“Loh Sel, kamu pulang kok mendadak amat? Ga ada angin ga ada hujan?” sapa Tyas yang baru pulang sore itu sambil menaruh tas belanjaannya di buffet.
“Hihihi.... iya cuma pulang bentar kok ma, sabtu besok kan mau ke undangan temen yang merit, terus besok minggu udah balik Jakarta lagi kok” kata Seli yang sedang bersantai nonton TV di ruang tengah
Gadis itu bangkit dan menghampiri mamanya, “abis darimana ma?”
“Biasalah... ngontrol udah gitu hangout sebentar sama para wanita, belanja dikit juga” jawab Tyas.
“Segitu masih bilang dikit?” kata Seli dalam hati melihat tas-tas belanjaan mamanya yang beberapa adalah merk terkenal, “miss you mom!” ia lalu memeluk mamanya itu dan cipika-cipiki.
“Hei... hei... hei... kamu ini ah” Tyas memalingkan wajah ketika putrinya itu memagut bibirnya, “baru pulang juga udah main sosor gitu”
“Seli kan kangen ma” kata Seli mempererat pelukannya pada sang mama, “udah mandi belum ma? Kita mandi bareng yuk sambil... ya ngelepas rindu.” gadis itu tersenyum nakal
Lima menit berikutnya, mama dan anak itu sudah telanjang di bawah siraman air hangat dari kran shower di atas mereka. Keduanya berpelukan erat, tangan mereka saling menggerayangi tubuh pasangan masing-masing. Ccuupp... cupp.. ssllrrpp... lidah mereka beradu dan saling tukar ludah, buah dada mereka yang montok itu saling himpit dan bergesekan.
“Eeemmhhh!” desah Tyas di tengah percumbuan ketika merasakan paha putrinya itu menyelinap di antara kedua belah pahanya dan menggesek selangkangannya.
Ia merespon dengan memencet puting kanan putrinya dan memilin-milinnya hingga nafas putrinya itu makin memburu. Ciuman Seli merambat turun ke leher, payudara hingga akhirnya ia berjongkok di depan mamanya itu dan menciumi vaginanya. Jemarinya membuka bibir vagina mamanya lalu mulutnya mulai menjilat dan mengais-ngais membuat wanita itu mendesah dan menggeliat sambil meremas rambut basah putrinya. Keduanya pun terlibat percintaan sedarah dan sejenis di bawah siraman shower.

-------------------
“Jadi lu sampe sini masih berapa lama lagi say?” tanya Sherlin lewat smartphonenya.
“Sejam kurang lah, soalnya tadi tadi antri servis mobilnya lumayan lama, moga aja lebih cepet beres” jawab Hendri yang sedang menunggu di bengkel, “sori banget nih ya”
“It’s ok lah, take your time, gua juga yang datangnya kepagian kok”
“Ya dah kalau gitu, di rumah ada siapa aja emang?”
“Tadi ada mama lu tapi udah pergi, jadi cuma gua sama si Roy nih”
“Oh ya udah, tunggu gua yah, ntar gua bawain makanan deh, love you!”
“Love you too, cu later ya!” setelahnya gadis itu pun menutup pembicaraan.
“Apaan sih Roy? Lagi manja yah?” Sherlin membelai kepala Roy, anjing golden retriever jantan peliharaan keluarga pacarnya (dinamai mengikuti Roy Suryo, si pakar IT ga jelas yang dibenci Hendri), yang sejak tadi memeluk dan menjilati kaki jenjangnya.
Roy menyusup antara kedua paha Sherlin dan mengangkat tubuhnya hingga kepalanya kini berada di antara pangkal paha gadis itu. Lidahnya yang hangat itu menjilati paha dalamnya, hal ini menimbulkan sensasi geli.
“Eeemhh... “ tak terasa Sherlin melenguh dibuatnya, “edan, masa gua hornian sama doggy?” sejenak ia lupa diri terbawa oleh birahinya yang naik.
Ketika melihat ke bawah, Sherlin takjub melihat penis anjing jantan ini telah keluar dari pembungkusnya, dan terlihat batang berupa daging merah bulat dengan ujungnya berbentuk agak meruncing, oh... rupanya ia sedang birahi. Gadis itu menyeringai ketika tiba-tiba terlintas sesuatu yang nakal di benaknya... kenakalan yang tidak biasa. Tangannya lalu membuka resleting celana pendeknya lalu memelorotinya beserta celana dalamnya.
“Roy, ayo sini, jilatin nih!” kembali ia mengapit anjing itu di antara kedua pahanya.
“Ohhh.... yah gitu!! Jangan digigit ya sayang!” ia membelai-belai kepala Roy ketika binatang itu mengendusi vaginanya yang mulai basah itu.
Badan Sherlin bergetar dan mulutnya mendesah ketika lidah Roy mulai menyapu belahan bibir vaginanya. Secara refleks kedua pahanya makin terbuka lebar, memberikan ruang lebih lega pada anjing itu bermain-main pada belahan vaginanya. Tak tertahankan lagi, vagina gadis itu semakin berlendir dibuatnya dan aroma serta rasanya membuat Roy giat memainkan lidahnya terus menyapu-nyapu bibir vaginanya. Dengan cepat vagina Sherlin basah kuyup oleh lendirnya sendiri dan liur anjing itu. Sejak orgy bercampur incest di rumah Saldi, Sherlin semakin tertantang mencoba pengalaman seks baru.
“Uuuhh... ML sama anjing gimana yah rasanya?”
Ingin mencoba lebih jauh kini gadis itu melepaskan kaos dan bra yang dipakainya hingga telanjang di depan anjing pacarnya itu.
“Sini Roy, jilatin sepuas kamu yuk!” ia turun dari sofa dan membaringkan diri di lantai berlapis permadani.
Roy serta-merta menjilati tubuh gadis itu, terutama vagina dan payudaranya, hingga basah oleh air liur, lalu selanjutnya.....
“Aaahh...aahhh... aahhh!!” Sherlin menungging di permadani ruang tengah sambil kedua sikunya bersandar pada sofa.
Roy benar-benar telah menjadikan gadis itu sebagai betinanya. Anjing itu berdiri dengan dua kaki belakang dan dua kaki depannya bersandar pada punggung Sherlin sambil memompakan batang penisnya keluar masuk ke dalam liang senggama gadis itu. Roy terus menggenjot Sherlin sampai akhirnya ia merasakan tubuhnya bergetar hebat. Sebuah lolongan panjang keluar dari mulut binatang itu bersamaan dengan erangan nikmat gadis itu. Cairan orgasme dua makhluk berlainan jenis itu pun bercampur di dalam vagina si gadis.
“Kok bau doggie lu say?” tanya Hendri setibanya di rumah dan memeluk tubuh kekasihnya itu.
“Si Roy lagi manja, tidur-tiduran pengen dipeluk, gara-gara terlalu enak gua sampe ampir ketiduran meluk dia” bohong Sherlin dengan meyakinkan walau ada rasa deg-degan soal satu ini, ia belum siap berterus-terang dirinya baru saja bercinta dengan anjing.
Gadis itu mengedipkan mata ke arah Roy yang sedang berbaring dan memandangi mereka.

-------------------------
“Bukan gitu Nil! Pake perasaan dong ngeremesnya.... gini nih!” Tiara mengarahkan anak tirinya itu ketika membantunya membuat adonan kue di dapur.
Daniel bergeser memberi tempat untuk Tiara mencontohkan meremas adonan kue yang telah bercampur tepung di atas talenan. Di saat yang sama, Daniel lebih fokus memperhatikan leher jenjang mama tirinya yang menggiurkan saat rambutnya diikat ke belakang, pandangannya turun ke bawah ke lekuk tubuh wanita itu yang dibungkus kaos ketat dan celana pendek rumahan. Ingatan perselingkuhan mama tirinya dengan si tukang antar air itu kembali membayanginya ditambah lagi pengalaman pesta seks liar di rumah temannya itu. Penisnya pun bangkit di balik celananya, ia menelan ludah, pikirannya mulai liar terus memandangi wanita itu.
"Coba dites dulu deh!" pikir Daniel
“Gini yah ma, kita bareng dulu aja!” ia memegang tangan wanita itu untuk meremas adonan bersama.
“Iyah gitu... pelan aja, jangan sampai pecah!” kata Tiara.
Merasakan tidak ada penolakan, Daniel memegang tangan halus wanita itu lebih erat membuat Tiara menatap ke arahnya. Pandangan mereka bertemu membuat keduanya gemetar, akankah dia berani berbuat lebih jauh? Apakah dia tahu aku juga merindukan kesempatan seperti ini? Pergumulan yang sama mengisi benak mereka, Daniel yang birahi terhadap mama tirinya maupun Tiara yang memiliki kebutuhan seks yang tinggi serta diam-diam juga menyukai anak tirinya itu.
“Persetan! To be or not to be!” umpat Daniel dalam hati lalu nekad memeluk tubuh mama tirinya itu dan memagut bibirnya.
“Nil, kamu gila ya!” Tiara kaget dan memalingkan wajah setelah sekian detik berpagutan.
“Mama cantik sekali, saya suka sama mama” kata Daniel sambil terus memeluk tubuh wanita itu.
“Tapi Nil, saya ini istri papa kamu, mama tiri kamu” protes Tiara terus meronta
“Mama gak mau sama saya, tapi kok mau sama Bang Afif, si tukang air itu ma!” balas Daniel yang membuat wanita itu terhenyak.
Saat terpaku itulah Daniel kembali berhasil memagut bibir wanita itu. Perlawanan Tiara semakin mengendur, sebaliknya secara refleks tubuhnya menegang dan terangsang akibat digerayangi oleh anak tirinya itu. Lima menit lebih Daniel mengerjainya,
“Uuhh... nih anak kok jadi berani gini, tapi enak juga nih!” batin Tiara dalam hati, hasrat liar untuk merasakan digauli anak muda seusia anak tirinya ini membuatnya pasrah dan membiarkan dirinya terus dirangsang.
Tiara mulai membuka bibirnya yang terkatup sehingga lidah Daniel menyeruak masuk ke mulutnya dan menyapu langit-langit mulut serta lidahnya. Ia pun mulai ikut menggerakkan lidahnya beradu dengan lidah anak tirinya itu.

“Ma, saya nafsu banget lihat body mama, saya pengen menikmati body mama, pengen jadi milik mama....boleh yah?” kata Daniel di dekat wajah wanita itu setelah melepas ciumannya.
Kata-kata seronok Daniel melahirkan sebuah sensasi erotik yang membuat darah Tiara berdesir.
“Mama gak nyangka kamu selancang ini, kamu bikin mama gak bisa nolak!” balas Tiara mulai merogoh selangkangan anak tirinya itu.
Mereka kembali berciuman lalu saling melucuti pakaian. Sejenak kemudian keduanya sudah bugil, pakaian mereka sudah berceceran di meja dapur dan lantai. Tiara terhenyak menelan ludah melihat penis Daniel yang sudah ereksi dan tidak bersunat itu.
“Hhhmm... bisa jadi alternatif kalau papanya sibuk nih!” gumam wanita itu dalam hati saat menggenggam batang penis anak tirinya itu.
Daniel mendudukkan tubuh mama tirinya di pinggir meja dapur.
“Aaahhh!!” desah Tiara saat anak tirinya itu melumat payudaranya.
Daniel tidak berlama-lama di situ, mulutnya merambat turun hingga ke selangkangan. Ia menarik bangku dan duduk sambil menikmati wilayah sensitif mama tirinya itu. Dengan bernafsu bibir dan lidahnya menyergap vagina Tiara, menjilat serta mengais-ngais liang senggamanya yang sudah becek.
“Nil, mama udah gatal banget, nih aaahhh.... “ desah Tiara meremasi rambut pemuda itu.
Setelah puas melahap vagina Tiara, Daniel pun berdiri dan menempelkan kepala penisnya pada bibir vagina wanita itu.
“Ooohh.... maaaa!!” lenguh Daniel bersamaan dengan lenguhan nikmat Tiara saat pemuda itu mendorong pinggangnya hingga kelamin mereka pun bersatu.
Daniel memandang wajah sayu mama tirinya yang nampak makin menggairahkan itu, kemudian dilumatnya bibirnya sambil mulai menggerakkan pinggul menyodoki vaginanya perlahan. Tiara merasakan enaknya penis anak tirinya sendiri, dibanding suaminya, pompaan Daniel lebih mantab dengan pinggulnya yang terus mengimbangi dan menjemput setiap tusukan penisnya. Ruang dapur jadi riuh rendah oleh desah erotis mereka.
"Mmmm… goyanganmu eee … e… enak banget Nil…" kata Tiara terengah, kedua belah pahanya melingkari pinggang pemuda itu.
"Kita nanti muncratnya barengin yah maa… biar enak," kata Daniel sambil mempercepat sodokan penisnya.
"Ayo…. terus entot mama Nil" sambut wanita itu
Dan penis Daniel pun makin cepat menggenjoti liang kenikmatan mama tirinya. Seperempat jam kemudian, pemuda itu mendorong penisnya kuat-kuat, sampai terasa kepalanya menekan ujung liang surgawi Tiara. Desah orgasme mereka terdengar berbarengan menyambut gelombang nikmat yang menerpa. Keduanya sama-sama berkelojotan hingga akhirnya terkapar lunglai di meja dapur dalam kepuasan birahi.Pergumulan di dapur hari itulah yang mengawali hubungan terlarang antara ibu dan anak tiri itu.

--------------------------

“Hi Tante!” sapa Saldi bangkit dari kursinya ketika wanita berusia 40an awal yang berparas cantik dan modis itu menghampiri meja mereka.
“Malam Saldi... sorry nunggu lama... banyak urusan di belakang tadi”
“Nah... ini tante yang mau jadi penyalur sayur-sayuran di sini, mama juga udah omong ke tante kan” Saldi memperkenalkan Hendri yang datang bersamanya.
“Halo... Hendri kan?” sapa wanita itu dengan lembut namun tetap berwibawa.
“Malam tante... ya, saya Hendri, temannya Saldi” sapa Hendri menyodorkan tangan untuk berjabat dengannya.
Sambil tersenyum wanita bernama Lusi itu pun menyalaminya lalu duduk di sebelah Saldi. Wanita ini tidak lain adalah teman sosialita Tyas yang bermitra dengannya mendirikan usaha kafe ini. Hendri masih terpana dengan penampilannya saat ia mempersilahkannya duduk di bangku yang berhadapan dengannya. Profil tubuh Lusi memang ideal, dengan tingginya 160an, malam itu terlihat seksi tapi anggun gaun terusan selutut warna hitam, kontras dengan kulitnya yang putih mulus, serta belahan dada yang agak rendah. Pembicaraan berlangsung serius tapi santai sambil menyantap hidangan.
“Jadi untuk kafe ini, kita secara rutin membutuhkan ini dalam jumlah seperti yang tertulis!” kata Lusi membuka catatan di smartphonenya lalu menyodorkannya ke Hendri.
Hendri mempelajari daftar itu dan menyanggupinya setelah berpikir sejenak. Pemuda itu mampu membuat Lusi terkesan dengan penjelasan mengenai perusahaan penyalur hasil bumi milik ayahnya. Hampir dua jam berlalu, santapanpun telah habis dan pelayan telah mengambil piring mereka. Pengunjung kafe mulai pulang satu persatu karena hari sudah semakin malam dan saat itu adalah weekday. Jam 21.30 lewat sedikit pelayan sudah beres-beres dan kafe ditutup, mereka pamit pulang pada Lusi.
“Kamu pulang duluan aja, kita masih pembicaraan bisnis disini!” kata wanita itu pada manager kafe.
Tak lama kemudian, hanya tinggal mereka bertiga di kafe itu.
“Jadi deal nih tante kerjasamanya?” tanya Saldi yang sejak tadi tidak banyak bicara, hanya sesekali memperjelas pembicaraan keduanya.
“Well... selain dari rekomendasi mama kamu, tante juga suka dengan young man with passion, jadi tante putuskan.... yes, deal”
Hendri bersorak dalam hati namun ia tetap menjaga sikapnya,
“Makasih banget tante atas kepercayaannya, saya gak akan ngecewain!” kata pemuda itu dengan gembira.
“Baiklah, sekarang bagaimana kalau kita rayakan kesepakatan kita ini” kata Lusi.
Saldi meletakkan tangannya di lutut wanita itu dan mulai mengelusinya.
“Merayakan gimana nih tante?” tanya Hendri.
“Hhhmm... Saldi bilang, kamu pintar memuaskan wanita, nah tante mau ngebuktiin itu, kamu bisa?” kata Lusi menatap Hendri sambil mengeluskan kakinya ke kaki pemuda itu.
“Ohhh.... itu sih, hehehe”
“Dan kamu tadi bilang gak akan ngecewain kan?” wanita itu menatap tajam pada Hendri.
Sementara di bawah sana tangan Saldi sudah menyingkap rok wanita itu dan mengelusi paha indahnya. Lima menit setelahnya, Lusi telah berdiri diapit dua pemuda itu dari depan dan belakangnya. Hendri memagut bibir wanita itu dan bermain lidah dengannya, tangannya meremasi payudaranya dari luar, sementara Saldi mendekapnya dari belakang menciumi leher dan pundak teman mamanya itu, tangannya menyingkap rok wanita itu dan menyusup ke balik celana dalamnya menggerayangi wilayah kewanitaannya. Mereka saling melucuti pakaian hingga akhirnya ketiganya telanjang. Kedua pemuda itu membaringkan wanita seumuran mama mereka di atas meja makan.
“Eeemhh!” Lusi mendesah dan menggeliat merasakan jilatan dan belaian dua pemuda itu pada tubuhnya yang masih langsing dan kencang.
Tangan Lusi meraih penis Saldi yang berdiri dekatnya dan menariknya. Saldi yang mengerti apa yang diinginkan wanita itu mendekat ke wajahnya membiarkan penisnya dijilati lalu dikulum olehnya. Pemuda itu merem-melek kenikmatan sambil tangannya meremas-remas lembut payudara wanita itu. Di ujung meja sana, Hendri baru selesai menjilati vagina Lusi dan bangkit di antara kedua belah paha mulus itu. Ia tempelkan kepala penisnya yang tidak bersunat itu ke bibir vagina Lusi, digesek-gesek sebentar lalu bleeesss... Kembali Lusi menggeliat dan mendesah tertahan merasakan penetrasi ke vaginanya. Malam itu ketiganya menghabiskan waktu ber-threesome untuk merayakan kesepakatan bisnis mereka.

===========
Melody, anggota girls band terkenal JKT48 tengah berbincang santai dengan saudara sepupunya di sebuah meja makan foodcourt di sebuah mall terkenal ketika seorang pemuda yang dari tadi terus memperhatikannya datang menghampiri. Wajah si pemuda memang tidak bisa dibilang tampan, cenderung culun dengan tubuh gempal, pendek, berkacamata. Ia memperkenalkan diri bernama Ronald dan ingin minta selfie bareng yang diiyakan oleh penyanyi muda itu. Namun setelahnya pemuda aneh itu bukannya langsung pergi, malah memperhatikan hal lain termasuk apa yang diminum Melody.
“Wow! Sis Melody suka coca-cola juga ya?” kata pemuda aneh bernama Ronald itu.
“Kadang-kadang aja sebenernya!” jawab Melody diusahakan dengan senyum manis lantaran pertanyaan tidak penting sama sekali untuk dijawab. Pikir gadis itu, namanya juga artis, resiko-lah, lumrah.
“Sama dong Sis!” sahut Ronald.
“Who care?” Melody membatin dongkol namun tetap berusaha ramah.
“Coca-cola lebih enak kalau dikolab sama susu, Sis!” kata pemuda itu makin tak karuan
“Kolab apaan sih? Dicampur maksudnya? Nggak lah ya” sahut Melody agar pemuda itu tahu kalau ia mulai muak dengan keberadaannya yang annoying itu dan ingin ia segera enyah.
“Enak sis soda susu!” kata Ronald dengan suara keras pula, “apalagi susu perawan, lebih sip, hak... hak... hak...”
Mungkin karena pemuda itu memiliki kulit badak dan agak-agak tidak nyambung lantaran sedikit terbelakang dia jadi aneh dan serem seperti itu membuat Melody dan sepupunya serta beberapa pengunjung yang duduk di sekitar mereka mengernyitkan dahi. Kalau versi manga, mungkin mata mereka tinggal titik kecil dan meneteskan keringat besar
“Eeerr... sori yah mas, kita udah ditunggu orang, pergi dulu yah, yuk Ta!” ajaknya menarik tangan sepupunya.
Keduanya buru-buru angkat kaki dari situ meninggalkan makanan mereka yang sebenarnya belum habis akibat keburu hilang selera. Sementara si pemuda freak itu sambil berjalan sambil membuka facebooknya dengan memasukkan nama akun ‘Mister R’ dan password ’nyusuperawan’. Dengan bangga ia mengupload foto selfie bareng Melody tadi itu di halaman facebooknya dengan caption ‘bareng Melody JKT48, ada yang mau kolab bikin ceritanya gak? Pengen nyusu perawan nih, hak... hak... hak....” lalu menge-tag banyak orang di friendlistnya, terutama penulis-penulis cerita panas.

“Nasib... nasib... jadi artis punya fans sinting kaya gitu!” kata Hendri yang sedang makan di meja dekat Melody bareng Sherlin dan Maria.
“Kalau gua, udah gua templokin muka tuh orang pake ini nih!” kata Maria merujuk pada hotplate berisi steak ikan pesanannya yang baru datang.
“Gitu deh susahnya jadi artis, harus jaim dimanapun, ketemu fans edan juga kudu sabar” timpal Sherlin lalu menyedot minumannya.
“Oi gaess.... sori nih telat, parkirannya penuh banget sampe muter dua kali!” sapa Daniel yang baru datang lalu duduk di sebelah Hendri, berhadapan dengan Maria.
“Santai aja, filmnya masih setengah jam lagi kok” kata Hendri melihat jam tangan
“Eh kenalin nih, Maria!” Sherlin memperkenalkan sobatnya itu pada Daniel.
“Oh iya, Daniel!” pemuda itu mengulurkan tangan berkenalan
“Maria!” gadis itu menjabat tangan Daniel dan memperkenalkan diri.
“Rasanya familiar sih mukanya di kampus, tapi baru sekarang kenalnya hehehe...” kata Daniel, “sama-sama anak ekonomi bareng Sherlin?”
“Iyah, tapi gua mene (manajemen) dia mah akun, cuma kadang sekelas”
“Gak pesen makanan dulu? Ntar keburu masuk loh!” tanya Hendri sambil menepuk lengannya
“Gua masih kenyang baru makan di rumah, ntar abis film aja makannya!” jawab Daniel.
“Kalau gitu kita ke supermarket beli snack dulu, lu di sini temenin Maria makan” kata Sherlin sambil menendang pelan kaki Hendri di bawah meja, “nanti kita langsung ketemuan aja di bioskop ok!”
Hendri mengerti kode dari pacarnya itu dan ia segera mengeluarkan dua lembar tiket dari kantongnya lalu memberikannya pada Daniel.
“Oke deh, see you there!” kata Daniel pada Hendri dan Sherlin yang bangkit dari kursinya lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
Mereka mulai ngobrol disertai candaan ringan. Daniel yang dulunya agak canggung bicara berdua dengan cewek apalagi yang secantik Maria, mulai memperlihatkan kemajuan sejak dalam waktu sebulan ini bercinta dengan Tyas, Sherlin dan mama tirinya sendiri. Sambil ngobrol ia selalu memperhatikan Maria, wajahnya yang kalem dan menenangkan jiwa saat dipandang serta sepasang matanya yang bulat indah itu membuat jantung Daniel berdegup kencang. Tidak perlu waktu lama untuk keduanya akrab dan menceritakan diri masing-masing.
“Ei... kayanya kita udah harus masuk studio deh!” kata Maria melihat jam di smartphonenya.
“Oh iya, ayo... ayo! Gak kerasa ngobrolnya!”
Mereka buru-buru ke studio dan terlambat hampir sepuluh menit hingga lampu sudah dimatikan. Secara refleks Daniel memegang tangan Maria untuk menuntunnya ke tempat duduk membuat gadis itu agak terkejut namun tidak menepisnya. Genggaman tangan pemuda itu sungguh membuat wajahnya diam-diam memerah dan jantungnya berdebar-debar.

THE END
 
Terakhir diubah:
Bukan cuma film2 kekinian kaya MCU & DC yg ada post credit scene
Cerita kekinian juga ada, jadi jangan kemana-mana dulu setelah ending di atas, lihat ke bawah... enjoy.... met mupeng! Hak... hak... hak




Daniel dan Tiara terbaring bersebelahan di ranjang, tubuh telanjang mereka bersimbah peluh setelah bersetubuh habis-habisan malam itu. Saat itu papanya sedang di luar kota dan adik tirinya sudah terlelap.
“Jadi selain mama, Bang Afif juga udah pernah gituin perempuan lain di kompeks kita?” tanya Daniel setengah takjub setengah tidak percaya.
Tiara mengangguk sambil tersenyum, “dia itu selain pengantar air, juga pemuas perempuan-perempuan di kompleks, dari pembantu, anak gadis sampai ibu rumah tangga banyak yang pernah dicoba katanya, tapi kamu jangan ember loh Niel, ini yang tau kita-kita aja para perempuan di sini” tutur wanita itu sambil membelai dada anak tirinya.
“Eh, hehehe iya ma, tenang aja saya kan bukan type ember” Daniel balas memeluk tubuh ibu tirinya itu.

---------------------
Hari yang sama
Pagi 09. 04



Bang Afif mengangkat paha wanita muda yang berbaring menyamping di sofa itu sambil terus menyodok-nyodokkan penisnya ke vaginanya. Ambar, pengantin baru berusia 25 tahun yang kini sedang hamil tiga bulan itu, dibuatnya mendesah-desah dalam kenikmatan. Penis pengantar air itu menyeruak tanpa aral, menembus kesucian pernikahan Ambar dengan cepat dan menimbulkan bunyi berdecak. Posisi bersetubuh demikian memberi rasa nyaman bagi Ambar yang perutnya mulai membesar oleh bayinya itu. Bang Afif menggenjot semakin lama semakin cepat hingga akhirnya.... “Aaahhhhhhhh…..!!’ Ambar melolong panjang di puncak persetubuhan mereka, tubuhnya menggelinjang dahsyat.
Dan dua menit setelahnya Bang Afif menyusulnya ke puncak kenikmatan, ia menghunjamkan penisnya sedalam mungkin dalam vagina wanita tersebut. Tubuh keduanya bergetar dalam kedut yang menyanyikan irama nafsu birahi hingga akhirnya kembali melemas.
“Makasih ya Bang!” kata Ambar menyerahkan dua lembar dua puluh ribuan untuk dua galon air, “kembaliannya ambil aja”
“Ehehe... makasih ya Non” kata pria itu memasukkan uang itu ke tas pinggangnya
“Sampai minggu depan yah!” pamitnya sambil menepuk pantat wanita itu dengan, “kecuali kalau Non pengen boleh panggil saya kapan aja hehehee....”
“Ihh... jangan genit ah, udah dikasih juga!” Ambar menepis tangan itu, “okeh sampai minggu depan! Gak nganter ya, tolong pagarnya digembok ya, mau mandi abis ini” pintanya karena ia masih telanjang.

---------------------
10. 24


“Hehehe... pagi Pak!” sapa Bang Afif pada pria berusia tengah 40-an ketika melintas di ruang tengah sambil menggotong galon ke belakang, pria itu hanya membalasnya dengan senyum tipis dan mengangguk lalu terus berbincang dengan dua tamunya.
“Bapak ada di rumah ya Bu?” tanya pria itu seraya meletakkan galon air itu di dapur belakang pada wanita bernama Maya (37 tahun) yang sedang menyiapkan snack dan minuman untuk tamu itu.
“Iyah baru pulang dari luar negeri kemaren malam, pagi-pagi udah nerima klien di rumah” jawab Maya sambil terus bekerja.
Bang Afif bolak-balik sebanyak tiga kali masing-masing membawa dua galon penuh untuk didrop di dapur belakang. Yang ketiga kali Maya telah menunggu di dapur dengan uang untuk membayar.
“Yah, jadi gak bisa dong kita hari ini” kata pria itu menggerakkan lengannya hendak mendekap wanita beranak dua itu.
“Hhhmm... gimana ya, bahaya, hihihi.... “ Maya berkelit dari dekapan pria itu, “tapi itu sih tergantung Bang Afif, si Neneng sama Linah sekarang lagi keluar beli barang, suami saya sih kalau udah ngobrol bisa lupa sama yang lain, kalau abang gak berani ya udah gak apa-apa, ini uangnya!”
Merasa tertantang, Bang Afif langsung menutup pintu dapur, lalu dihampirinya wanita itu dan ditarik lengannya. Diseretnya Maya ke dekat jendela agar ia bisa mengawasi kalau-kalau ada yang datang. Dengan terburu-buru ia atur posisi wanita itu menungging dengan tangan berpegangan pada meja dapur.
“Udah ga pake daleman, udah niat dientot ini sih! Dasar istri jablay” kata Bang Afif dalam hati ketika menyingkap gaun terusan wanita itu dan tidak mendapati celana dalam di baliknya.
“Uuuhh... jangan kasar Bang!”
Selanjutnya pria itu membuka celananya sendiri dan mengeluarkan penisnya yang sudah tegak. Setelah mengaduk-aduk sebentar vagina Maya dengan jari hingga becek, tanpa buang waktu lagi ia segera mengarahkan kepala penisnya ke vagina.
“Aaahhh!!” desah Maya merasakan benda keras itu memasukinya.
Bang Afif tancap gas menggenjot vagina Maya dengan cepat sambil memantau situasi lewat jendela dapur. Bersetubuh di bawah kondisi high risk seperti ini membuat adrenalin mereka berpacu dengan birahi yang terus naik. Tangannya masuk ke balik potongan kerah v-neck wanita itu dan meremas payudara kirinya sambil terus memompa vaginanya.
“Eeemmhh... nnggghh.... “ Maya menutupi mulut dengan telapak tangan atau menggigit bibir bawah berusaha mati-matian agar tidak ribut dengan desahannya.
Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, Bang Afif telah berhasil membuat vagina wanita itu berdenyut-denyut dan mengucurkan cairan hangat.Tubuh Maya bergetar hebat diterpa gelombang orgasme.
“Ooohh!!” akhirnya ia tidak tahan mendesah.
Bang Afif mencabut penisnya, benda itu masih tegak dengan berlumuran cairan kewanitaan Maya. Ia segera membenahi diri memakai kembali celananya sementara wanita itu masih ngos-ngosan bersandar pada meja. Wajah manisnya nampak tersenyum lemas, birahinya terpuaskan oleh seks kilat yang mendebarkan barusan.
“Huh... pas waktunya!” gumam Bang Afif dalam hati ketika mengemudikan motor baknya baru beberapa meter dari rumah Maya ketika melihat dua PRT wanita itu berjalan pulang.

----------------------------
11. 46


“Ah... aaahhh... yah… lebih keras Bang!” desah Yuni, pembantu rumah tangga muda berusia 18 tahun itu.
Erangan erotisnya bercampur dengan tepukan alat kelaminnya dengan batang penis Bang Afif yang menghujam-hujam lorong vaginanya yang semakin licin dan basah di ambang orgasmenya. Yuni yang menungging dengan gaya doggie di atas ranjang itu juga ikut menggoyangkan pinggulnya sehingga penis pria itu menusuk lebih dalam. Sementara si pengantar air itu sedang memeluk tubuh telanjang Nurul (24 tahun), baby sitter keluarga yang berparas cantik itu, keduanya berpagutan mulut beradu lidah, tangan pria itu menggerayangi tubuh si baby sitter, meremasi punggung, pantat, payudara lalu bertengger pada vaginanya yang berbulu jarang dan mulai mengorek-ngorek dengan jarinya.
“Aaaaaahhh….” Yuni melolong saat merasakan vaginanya menyemburkan cairan orgasme, disusul tubuhnya mengejanghangat semburan sperma suaminya dalam kemaluannya.
Bang Afif mempercepat genjotannya sehingga cairan Yuni semakin berleleran di selangkangan dan paha dalamnya hingga akhirnya gadis itu terkulai lemas di ranjang dan kelaminnya terpisah dengan penis pria itu yang masih keras.
“Ayo nduk... giliran kamu sekarang!”
Pengantar air itu melepaskan pelukannya dan berbaring telentang di sebelah Yuni. Nurul mengerti apa yang harus dilakukan, tanpa diinstruksi ia naik ke selangkangan pria itu dan tangannya meraih penisnya yang keras dan basah itu yang ia arahkan ke vaginanya.
“Uuuggghh!!” lenguh Bang Afif ketika penisnya terjepit bibir vagina baby sitter cantik itu.
Nurul terus menurunkan tubuhnya hingga akhirnya vaginanya menelan seluruh batang penis Bang Afif.
“Aaaghhhh..... kontol abang gede banget sihh!!” baby sitter itu melenguh merasakan penis pria itu menyesaki liang senggamanya
“Mbak!! Cuusss!!” baru saja Nurul mulai menggoyang tubuhnya tiba-tiba terdengar suara anak kecil di luar sana memanggil kedua wanita muda itu.
“Aku aja Nur, kamu ya cepetan lah!” kata Yuni bangkit dan memunguti pakaiannya.
Segera setelah berpakaian dan merapikan rambut, Yuni keluar dari kamar Nurul untuk menemui Raphael, anak majikannya yang baru bangun tidur. Ia berbohong bahwa baby sitternya sedang istirahat karena tak enak badan lalu diajaknya bocah yang masih playgroup itu makan siang sementara Bang Afif dan Nurul meneruskan pergumulan mereka.
“Aaahh... aahh... !” Nurul menahan suaranya agar tidak terlalu kencang namun gerakan tubuhnya di atas selangkangan pria itu semakin liar.
“Mantapphh... memekmu legit tenan nduk... terus goyang ooohh!!” Bang Afif mengerang merasakan penisnya merojok-rojok vagina Nurul.
Tak lama kemudian Nurul mencapai puncak kenikmatannya, tubuhnya bergetar dan vaginanya semakin meremasi penis Bang Afif. Dengan cekatan pria itu meraih kepala belakang Nurul dan membawa ke arahnya lalu memagut bibirnya agar desah orgasmenya teredam. Bang Afif memang pemain cinta yang ulung, di rumah itu ia menaklukkan PRT dan baby sitter yang masih hijau itu tanpa dirinya sendiri orgasme. Ia sengaja menyimpan tenaganya untuk wanita lain pemesan air yang lebih berpengalaman.

--------------------------
13.15


“Permisi koh!” sapa Bang Afif melintasi meja kerja si bos toko alat listrik yang sedang asyik ngobrol dengan salesman, pria itu balas menyapanya dengan senyuman.
“Da, sini!” panggil Vivi (31 tahun), nyonya toko ini, pada pegawainya, “nah ini... kamu terusin yah masukin harga barunya ke sini, saya mau cek ke belakang, kran di dapur harus dibetulin” ia mengarahkan pekerjaan itu sampai si pegawai perempuan itu mengangguk-angguk mengerti
“Bang bisa bantu pasang kran gak? Yang lama bocor” kata Vivi pada pria itu yang merapikan galon air pada tempatnya.
“Oooh, bisa cik, asal ada solasi pipa, terus lem pipa”
“Ada, ada itu sih, bentar saya ambilin!”
Wanita itu mengambil kran baru beserta solasi dan lem lalu mematikan dulu pompa air sebelum kembali lagi ke dapur belakang. Pria itu mulai mengerjakannya, tak sampai lima belas menit keran baru telah terpasang tanpa kendala berarti.
“Nah, kayanya udah bisa dinyalain pompanya cik!” kata pria itu setelah membalutkan solasi pipa
“Oke bentar yah!” kata Vivi, ia menyalakan pompa air lalu kembali ke dapur, “gimana pak?”
“Udah tuh, lancar!” kata Bang Afif sambil mencuci tangannya di kran itu.
“Makasih yah Pak!” Vivi tersenyum senang.
"Bayarannya boleh minta itu cik? bentar aja yuk!” tanya Bang Afif dengan suara pelan sambil merapatkan tubuhnya ke wanita itu.
"Yang bener aja, ini toko, banyak orang di depan sana" balas Vivi menengok sekitarnya.
“Cepet aja kok, tapi dijamin puas hehehe” tangan pria itu mulai berani menyingkap rok selutut hitam berbahan katun yang dipakai Vivi dan mengelus pahanya.
“Saya udah bilang, jangan... eeehhmmpphh!” Vivi menepis tangan Bang Afif namun pria itu langsung mendekap tubuhnya dan memagut bibirnya.
Setelah tiga menitan, Bang Afif memutar tubuh wanita itu dan Vivi secara refleks menyandarkan tangannya ke tembok.
“Gak lama kok, cik perhatiin situasi aja!” kata Bang Afif kembali menyingkap rok wanita itu dan tangannya merogoh ke celana dalamnya.
Jari teluntuk dan jari tengah Bang Afif segera menggerayangi selangkangan wanita itu, setelah menemukan liangnya, dua jari itu mulai mengobok-oboknya.
“Wah... jembutnya dicukur habis cik!” kata pria itu dekat telinga Vivi merasakan vagina wanita itu telah gundul.
“Nngghh... iya... diminta suami sayahh!!” jawabnya lirih.
Bibir Vivi kadang menganga, kadang digigitnya sendiri, ia berusaha tidak mendesah, hanya terdengar dengusan nafas memburu. Bang Afif menaikkan irama kocokannya sambil mencium dan menjilat leher jenjang wanita itu. Sesekali keduanya tetap waspada memandang ke depan, dimana jarak mereka ke meja kerja suami Vivi hanya tujuh meteran, belum lagi risiko dua pegawai toko masuk ke sini. Sungguh adrenalin mereka turut berpacu menambah kenikmatan. Tangan kiri Bang Afif yang mengelus dada wanita itu dari luar mulai merogoh ke belahan dada dan masuk ke cup bra-nya. Telapak tangan yang kasar itu menggerayangi payudara Vivi yang mulus. Selain mencucuk-cucuk, jari pria itu juga menggesek dan memencet klitorisnya yang sensitif membuat tubuh wanita itu bergetar seperti kesetrum.
“Aaahhh!!” Vivi mendesah pelan sambil menutup mulutnya dengan tangan.
Vaginanya mengucurkan banyak sekali cairan, tangan Bang Afif lengket dibuatnya, penuh dengan cairan hangat yang mengucur dari liang kenikmatan Vivi, celana dalamnya pun ikut basah seperti kena ompol, untungnya rok yang ia kenakan warnanya hitam sehingga membuatnya tidak terlihat. Bang Afif melepaskan dekapannya dan wanita itu bersandar lemas ke tembok dengan nafas terengah-engah.
“Hehehe... gurih seperti biasanya!” kata pria itu sambil menjilati jarinya yang belepotan cairan kewanitaanVivi.
Setelah memulihkan dan berbenah diri, keduanya berjalan ke depan bersama.
“Minta cepek dong! Buat air sama ongkos benerin kran!” pinta Vivi pada suaminya.
“Oh iya” pria itu dengan enteng membuka laci dan mengeluarkan lembaran seratus ribu, “makasih ya, jadi kran di belakang udah diganti baru?”
“Iya bener ngkoh! Udah bisa dipakai, sempurna!” kata pengantar air itu kemudian ia pun pamit
Kedua suami istri itu mengucapkan terima kasih atas bantuannya memperbaiki kran.
“Gua yang harusnya makasih bisa icip-icip bini lu yang cantik dan semok itu hehehe!” kata Bang Afif dalam hati.
---------------------------
14. 06


“Cyn... mama pergi dulu yah mungkin pulangnya malam, kamu makan duluan aja!” kata seorang wanita berusia empat puluhan.
“Oh, ya ma! Dadah!” balas Cynthia, putrinya yang masih belum ganti baju putih abu-abunya karena baru pulang dari sekolah.
“Yang ini yang mau dipasang yah Non?” tanya Bang Afif dekat dispenser dekat meja makan keluarga setelah sang nyonya rumah keluar ke halaman untuk naik ke mobilnya.
“Iyah” jawab gadis itu singkat.
Tidak sampai sepuluh menit kemudian....
“Aaahhh... aahhh!!” desah Cynthia merasakan sapuan lidah Bang Afif pada vaginanya.
Celana dalam gadis itu sudah tergeletak di lantai, ia masih mengenakan seragam putih abu-abunya namun kancing kemejanya telah terbuka sepenuhnya dan roknya tersingkap. Ia duduk di sofa dengan dengan pria itu berlutut di antara kedua belah pahanya yang mekangkang sibuk menjilat dan mencucuk-cucukkan jarinya ke vagina gadis itu. Sepuluh menit kemudian, akhirnya Cynthia mengejang dan mendesah panjang. Vaginanya mengucurkan cairan yang langsung dihisap seluruhnya oleh Bang Afif hingga habis. Sebentar kemudian pergumulan mereka berlanjut dengan Chyntia bertumpu pada lutut dan sikunya di atas sofa dan Bang Afif menggenjotinya dari belakang sambil tangannya meremasi payudara sedang gadis itu. Pria itu meningkatkan kecepatan penisnya menghujam-hujam vagina Cynthia,
“Ahhh... Pak buangnya.... di luar yah.... gak mau hamil... aahhh!!” desah Cynthia yang merasakan orgasmenya segera tiba.
“Siap.... asal non senang aja!!”
Gadis SMA bertubuh mungil itu akhirnya mencapai puncak kenikmatan, Vaginanya berkontaksi dahsyat, kenikmatan mengalir bersamaan cairan orgasme yang membasahi selangkangannya. Tubuh Cynthia terkulai lemas, nafasnya memburu namun dengan wajah yang tersenyum puas. Bang Afif mencabut penisnya dan mendekati kepala gadis itu. Dikocoknya penisnya di depan wajah sang gadis sampai akhirnya....
“Aaargghh.... terima peju bapak non!! Aahhh!!” lenguhnya menyemprotkan sperma di wajah gadis itu.
“Bapak pulang dulu yah, harus kerja lagi nih!” pamit Bang Afif memakai kembali celananya setelah tenaganya pulih.
Si pengantar air pun meninggalkan rumah itu sambil senyum-senyum puas.

--------------------------
15. 24


"Oouh... aaah... ah... sshhh!!!"
Peluh bercucuran menetes dari dahi wanita Chinese yang sedang menaik-turunkan tubuhnya di atas pangkuan Bang Afif dalam posisi berhadapan itu. Arlene, nama wanita berusia 29 tahun beranak satu itu. Seluruh pakaiannya sudah terlepas, tubuhnya yang langsing berkulit putih mulus itu sudah berkeringat. Pria pengantar air itu nampak asyik mengenyoti payudaranya bergantian kanan dan kiri sambil tangannya menggerayangi tubuhnya. Bekas cupangan memerah nampak di sekujur dada wanita itu. Terkadang keduanya juga berpagutan bibir dan beradu lidah. Plok... plok... plok... bunyi tepukan alat kelamin mereka terdengar berulang-ulang bercampur baur dengan deru nafas serta desahan erotis.
“Hosh... hosh... saya mau keluar cik, di dalam apa di luar “ tanya Bang Afif.
“Terserah abang... dalam juga boleh.... saya juga udah mau nih aahhh!!“ jawab Arlene.
“Argghhh....”, lenguh mereka bersamaan dengan muncratnya sperma si pengantar air di dalam vagina wanita itu dan mengucurnya cairan orgasme sang wanita memberi sensasi hangat pada penis pria itu.
Keduanya berpelukan dengan nafas memburu dan tubuh berkeringat, Bang Afif mengusap punggung wanita itu sambil mencium tenguknya.
“Ma... mama lagi apain? Kok gak pake baju? Om itu siapa?”
Suara anak-anak di ambang pintu itu kontan membuat keduanya terkejut. Arlene refleks turun dari pangkuan pria itu dan menyambar bantal kursi menutupi tubuhnya. Rupanya Jayden, putra Arlene yang berusia lima tahun baru bangun tidur siang. Arlene yang masih shock tidak tahu harus menjawab apa pada anaknya yang memergokinya dalam keadaan seperti ini.
“Adik ganteng, hehehe.... om yang biasa anterin air, mama kamu itu kepanasan aja jadi gak pake baju, terus sama om dipijat” kata Bang Afif sambil memakai celananya.
“Om bikin mama sakit ya? Kok teriak-teriak gitu?” tanya anak itu dengan polosnya.
“Soalnya mama kamu pegel jadi sama om dipijatin supaya enakan!” kata pria itu.
“Iya sayang, mama lagi dipijat sama om ini, kamu udah bangun yah sayang?” ngeles Arlene pada putranya itu dengan suara gugup dan senyum dipaksa.
Mereka buru-buru memakai pakaiannya,
“Pokoknya lain kali cuma kalau di rumah ga ada siapa-siapa!” kata Arlene dengan nada serius sambil menyerahkan uang pembayaran air galon pada Bang Afif.
“Beres cik, pokoknya asal sama-sama seneng, sama enak aja!” kata pria itu.
“Ayo sayang! Mama ada kue ini, mau gak?” Arlene memanggil anaknya setelah pria itu pergi dari rumahnya.
“Phew... untung cuma keliatan sama bocah yang belum ngerti apa-apa, kalau sama lakinya mampus gua!” kata Bang Afif di perjalanan sambil mengemudikan kendaraannya, sensasi ke-gap tadi sungguh ngeri-ngeri sedap rasanya.

----------------------------
16. 30


Melina (21 tahun) mengantar pacarnya, Rendi (23 tahun) ke pintu gerbang rumahnya.
“Jangan ah!!” gadis itu memalingkan wajah ketika pacarnya itu hendak menciumnya, “ada tukang anter air lagi, ntar keliatan gak enak” katanya, lalu menekan tombol di pinggir pintu garasi sehingga gerbang terbuka.
“Ya udah... see you tomorrow deh!” kata Rendi sambil memberi kecupan ringan di kening gadis itu, lalu masuk ke mobilnya.
Mahasiswi cantik itu tersenyum manis dan melambai setelah mobil itu keluar dari pekarangan rumahnya dan pergi. Ia kembali menekan tombol tadi dan gerbang pun bergerak menutup.
“Udah Non!” sahut Bang Afif muncul dari pintu yang menghubungkan garasi dengan ruangan di dalam.
“Oke, ntar saya ambil dulu uangnya ke dalam” kata gadis itu
“Ehh!” Melina terhenti di ambang pintu ketika pria itu menangkap pergelangan tangannya.
“Masih perlu yang lain selain air non?” tanyanya memandang wajah gadis itu sambil menyeringai
“Eeerrr... itu....” Melina balas menatap pria itu dengan dada berdebar kencang.
Lima menit selanjutnya, gadis itu sudah terbaring tanpa busana di atas moncong mercy putih milik papanya yang terparkir di garasi bersama dua mobil mewah lainnya. Jari pria itu mengorek-ngorek vaginanya yang mengeluarkan banyak cairan.
“Hihihi... tadi belum puas ngentot sama pacarnya yah non?” katanya.
“Aaahhh... aahh.... langsung tusuk aja Pak!” desah Melina, “keburu ada yang pulang”
Bang Afif langsung membuka celana dan mengeluarkan penisnya yang sudah tegang itu. Kepala penis yang seperti jamur itu ia tempelkan ke bibir vagina Melina yang basah. Dan....
“Oooooh…” desah Melina saat penis perkasa itu menyeruak masuk ke vaginanya
Benda panjang keras itu mulai bergeser-geser maju-mundur di dalam cengkraman liang vagina gadis itu, gesekannya sangat terasa pada dinding vaginanya. Melina merintih-rintih histeris dalam nikmatnya hunjaman dan besotan penis pengantar air itu, matanya membeliak-beliak, dan kedua tangannya meremas payudaranya sendiri.
“Ouuughhhh… ssshhh… aaaahhh….,” gadis itu merintih-rintih.
Tak lama kemudian tubuh Melina beserta kakinya mengejang, mengetahui hal itu Bang Afif semakin mempercepat genjotannya.
“Baannggg.... aaaaahhh… “ gadis itu mendesah panjang.
Ssssrrrrr… ssssrrrrr…. si pengantar air merasakan penisnya hangat oleh siraman cairan kewanitaan Melina, juga dirasakannya dinding vagina gadis itu berdenyut dengan cepat, seolah-olah sedang meremas-remas penisnya. Pria itu sengaja membenamkan penisnya dalam-dalam saat gadis itu mencapai orgasme karena ia ingin menikmati sensasi kedutan dinding vaginanya.

-----------------
17. 26


“Udah di mana say?” tanya Christine (32 tahun), seorang ibu rumah tangga Chinese beranak dua, ber-video call dengan suaminya.
“Di McD deket tempat les piano, pada pengen hadiahnya tuh, ini kita makannya udah mau abis kok!” jawab suaminya.
“Halo mama!” gambar di layar berputar ke arah dua bocah laki-laki dan perempuan, “ini minionnya ma! hampir lengkap!” kata si bocah laki-laki menunjukkan bonus happy mealnya ke layar, “ini yang punya dede lucu ma! Pake topi!” adiknya yang perempuan menimpali sambil menunjukkan miliknya.
Wanita berparas cantik itu tersenyum melihat tingkah menggemaskan anak-anaknya itu.
“Lu mau dibawain apa Tin?” layar kembali menunjukkan wajah suaminya.
“Ngga-lah, di rumah masih ada makan kok, gua makan yang disini aja!” jawab Christine tersenyum manis.
“Ya udah kita bentar lagi pulang, see you yah!”
“See you... cepetan yah, miss you all!”
Wanita itu menutup pembicaraan dan berpaling pada Bang Afif yang sedang menunggu pembayaran air galon. Sejak tadi pria itu sudah ngaceng memandanginya seolah tatapannya dapat menembus ke balik kaos dan celana pendek Christine.
“Nah ini Bang.... pas yah” kata Christine seraya menyerahkan uang pembayaran.
“Makasih cik.... si engkoh sama anak-anak udah mau pulang yah?”
“Iya, perkiraan sih setengah jam lagi sampai” jawab Christine dengan sebuah senyum penuh arti.
“Artinya... ada setengah jam buat kita.... “ Bang Afif mencoba menerjemahkan kode itu
Christine mengangguk dan menit berikutnya mereka sudah berpelukan dan berpagutan bibir dengan liar. Bang Afif menghimpit tubuh wanita itu ke tembok di sebelah lemari kaca di mana terpajang foto-foto pernikahan dan foto keluarganya yang nampak bahagia. Pria itu mulai mempreteli satu persatu pakaiannya hingga telanjang.
“Ooohh!!” desah Christine ketika pria itu melumat payudara kanannya sambil jemarinya mengobok-obok vaginanya.
Puas menggerepe vagina wanita itu hingga banjir, Bang Afif membuka celana mengeluarkan penisnya. Diangkatnya paha kiri wanita itu dan tangannya yang satu membimbing penisnya ke vaginanya.
“Eeeennggghh!!” desahan Christine mengiringi penetrasi penis pria itu ke vaginanya.
Saat setengah penisnya terbenam, tiba-tiba pria itu menyentak pinggulnya dengan satu dengusan
“Aaaahhh!!!” wanita itu menjerit.
Penis perkasa Bang Afif sudah menancap sepenuhnya bahkan terasa sampai ke mulut rahim Christine, menimbulkan rasa geli dan sensasi yang sukar dilukiskan. Kemudian perlahan pria itu mulai menggoyang pingulnya menggenjoti vagina wanita itu. Christine pun mendesah-desah merasakan sodokan penis yang mengganjal vaginanya itu. Bang Afif mengangkat kaki wanita itu yang satu lagi sehingga kini ia tidak lagi menjejak di tanah, secara refleks ia melingkarkan tangannya ke leher pria itu yang menggenjot semakin lama semakin cepat. Christine sudah tak peduli lagi pada erangan yang menggema dari mulut mungilnya. Semakin cepat genjotan Bang Afif, semakin cepat dan keras pula ia mengerang.
“AAAhhhhhh!!’ di puncak persetubuhan mereka, Christine melolong keras dengan tubuh menggelinjang, tepat saat pria itu menghunjam begitu dalam pada vaginanya.
Christine mencapai orgasme disusul dengan semprotan sperma si pengantar air yang mengisi vaginanya. Tubuh mereka berangsur-angsur melemas lagi, Bang Afif dengan hati-hati menurunkan tubuh wanita itu. Bibir mereka berpagutan menikmati sisa orgasme dahsyat itu. Tidak sampai sepuluh menit Bang Afif meninggalkan rumah itu, suami dan anak-anak Christine tiba di rumah disambut pelukan hangat wanita itu.

--------------------
18.02


“Yah selesai!” kata Lisa (30 tahun), pemilik depot air minum itu, selesai mengecek pembukuan, “ramai juga ya belakangan”.
Lisa dan suaminya sudah dua tahun mempercayakan depot air minum ini kepada Bang Afif dan selama ini semuanya baik-baik saja, pembukuan semuanya cocok tidak pernah ada kurang sedikitpun. Hanya sesekali saja pasutri yang belum dikaruniai anak itu memantau ke tempat ini.
"Sejak minimarket di depan sana tutup, emang kerasa lebih rame, kaya cik yang tambah cantik hehehe" kata Bang Afif mengomentari rambut panjang bos wanitanya itu yang belum lama ini dihighlight coklat dan ujungnya sedikit bergelombang.
"Ah, Bang Afif kalau omong gini pasti ada maunya deh” Lisa yang biasanya di toko dikenal keras dan tegas langsung tersipu malu mendengarnya.
“Hehehe... ncik jangan sudzon dulu dong, saya muji yang sebenarnya kok” kata Bang Afif cengengesan, “omong-omong baru pulang dari toko mau dipijat gak ncik?”
Bang Afif bersikap sopan dan ramah, walau matanya sedari tadi terus memandang ke arah lekuk-lekuk tubuh bosnya yang sintal menggoda, terutama belahan dadanya yang rendah.
“Boleh Bang, capek juga hari ini toko lagi sibuk, tapi pegawe kurang” jawab Lisa memberi lampu hijau.
Pria itu segera berjalan memutar menuju belakang kursi Lisa, tangannya yang kasar dan bertenaga mulai memijit bahu dan leher wanita itu. Rasanya mantap, membuat wanita itu merasa rileks dan juga... terangsang, sehingga membuatnya menggeliat dan mendesis.
"Hmm... enak yah cik?” tanya Bang Afif terus memijat.
“Eeehhmm” jawab Lisa mengangguk.
“Siap buat yang lebih enak cik?” tanyanya lagi dengan pijatan lembut di leher jenjang wanita itu.
Kembali wanita itu menggumam dengan mata terpejam menikmati pijatan. Dirasakannya tangan Bang Afif merayap turun ke bawah menangkup sepasang tonjolan dadanya. Lisa memejamkan mata menikmati remasan itu sambil memegang lengan kokoh pria itu dan mengeliat-geliat di kursinya.
“Tambah montok aja yah cik toketnya” kata Bang Afif terus meremas payudara Lisa, kini bahkan lebih berani menyusup ke balik belahan dadanya yang rendah menggenggam payudara kirinya. Nafas Lisa makin tak beraturan disertai desahan-desahan lirih. Pria itu lalu memutar kursi kerja itu, ditariknya pelan rambut panjang sang wanita hingga wajahnya menengadah. Bang Afif menunduk menatap mata sayu Lisa yang terlanda birahi. Tanpa banyak omong lagi, ia menundukkan kepalanya mengulum bibir tipis bosnya itu.
”Hmmphh...” Lisa membalas pagutan pria itu ketika lidahnya menyeruak masuk ke mulutnya.
Pagutan mereka terhenti sejenak ketika Bang Afif menarik baju yang dipakai wanita itu. Lisa serta-merta mengangkat kedua tangannya membiarkan pria itu meloloskan pakaian itu dari tubuhnya menyisakan bra krem di baliknya. Kembali mereka berpagutan bibir, kali ini tangan Bang Afif bergerak ke punggung wanita itu membuka kait bra-nya.

"Naik ke meja yah cik, biar enak, bisa berbaring" kata Bang Afif sambil membimbing bosnya itu berdiri.
Karena sudah hanyut dalam birahi, Lisa pasrah diperlakukan apapun oleh pegawainya itu. Ia membuka dulu celana panjang putihnya lalu pria itu menelentangkan tubuhnya di meja. Hanya tinggal celana dalam berwarna senada dengan bra-nya yang tersisa di tubuhnya yang langsing dan mulus itu. Nampak bulu-bulu kemaluannya yang lebat terpampang di balik celana dalamnya yang berbahan tipis.
“Ooohh!!” Lisa mendesah ketika mulut rakus pegawainya itu melumat sepasang payudaranya secara bergantian.
Putingnya yang kemerahana itu dijilat, dihisap dan digigit-gigit dengan gemas oleh pria itu. Lidah Bang Afif melingkar-lingkar mengolesi putingnya sambil sesekali mencucup dan menghisap belahan dadanya. Rasa nikmat itu bertambah ketika tangan pria itu menyusup ke celana dalamnya dan menggerayangi bagian kewanitaannya. Lisa telentang di meja sambil terengah-engah dan menggelinjang akibat rangsangan birahi yang diberikan oleh pegawainya. Jemari kasar pria itu menggosok-gosok bibir vaginanya yang telah basah, sementara ciuman dan lidahnya bergerak turun menyusuri perut Lisa yang langsing, menjilati pusarnya. Lidah Bang Afif mendarat di tempat-tempat tak terduga yang memberi wanita itu sensasi yang luar biasa selain pilinan jari laki-laki itu pada putingnya. Tak lama, Bang Afif menarik lepas celana dalam bos cantiknya itu hingga tubuh Lisa berbaring telanjang di meja. Paha bagian dalamnya tak luput dari jilatan-jilatan mesra dan hangat pria itu. Bang Afif menyangkutkan kedua belah paha Lisa ke bahunya dan mengangkatnya hingga pinggul wanita itu membentuk sudut 45 derajat dengan meja.
"Uuugghh, hisap yang kuat, Bang!" Lisa meracau dengan tubuh menggelinjang-gelinjang akibat menahan nikmatnya jilatan pria itu pada vaginanya.
Tusukan lidah Bang Afif memberi kenikmatan yang tak terkira bagi Lisa hingga akhirnya wanita itu pun mendesah dan mengejang mencapai klimaks. Sungguh orgasme yang luar biasa hingga membuatnya serasa terbang melayang.
"Hehehe... mau istirahat dulu cik?" tanya Bang Afif
"Ngghh... nggak, langsung aja. Saya mau buruan pulang abis ini!" kata Lisa
"Oke... sesuai yang cik minta aja" sahut Bang Afif sambil menempelkan kepala penisnya yang seperti jamur itu dan ssllepp... ditekannya benda itu hingga mengisi rongga kewanitaan Lisa.
Pria itu berdiri di ujung meja sambil memegangi kedua kaki bos wanitanya. Lisa pun merintih-rintih merasakan genjotan pegawainya itu, penisnya yang perkasa menyodok dan menggerus seluruh bagian dalam kewanitaan wanita itu dengan buas dan garang. Lisa begitu pasrah karena masih lemas oleh orgasme pertamanya tadi, ia hanya bisa memejamkan mata sambil menggeliat dan merintih keenakan.
"Terus Bang... terus.... udah mau...." Lisa mendesah tak karuan
Tusukan penis pria itu terasa semakin dalam hingga menghantam dasar kewanitaannya. Telapak tangannya mulai merambahi payudaranya. Hujaman-hujamannya begitu bertenaga sampai meja kayu tempat Lisa berbaring bergoyang-goyang. Akhirnya Lisa kembali merasakan gelombang nikmat menerpa tubuhnya, vaginanya berkontraksi meremasi penis Bang Afif. Dengan sebuah desahan panjang ia menyemburkan cairan kewanitaannya.
"Tahan sebentar ya... saya bentar lagi nih ssshhh" sahut pria itu terengah-engah berusaha menyusul bosnya ke puncak.
Lima menitan kemudian badan pria itu mengejang dan mulutnya mengeluarkan lenguhan panjang. Saat itulah Lisa merasakan cairan hangat mengisi rongga kewanitaannya hingga sebagian berleleran keluar membasahi vaginanya. Bercinta dengan pegawainya ini rasanya begitu berbeda, benar-benar membuat wanita itu begitu lemas, namun terasa begitu nikmat. Dengan suaminya saja, ia tidak pernah merasakan yang seperti ini.
“Tau gak Bang, tiga hari lalu saya mual-mual terus saya cek.... and hasilnya positif hamil” kata Lisa sambil mulai memakai kembali pakaiannya.
“Wah selamat dong cik, selama ini kalian berusaha terus untuk itu kan” kata Bang Afif mendekap tubuh wanita itu.
“Masalahnya saya gak tau ini hasil sama Bang Afif atau suami saya, soalnya kalau dari hitungan saya ini sejak minggu lalu itu waktu kebablasan tumpah di dalam banyak banget, tapi saya juga sama suami rutin ampir tiap hari” tutur wanita itu meraih celana panjangnya dan mengenakannya lagi.
Diam-diam pria itu merasa bangga bisa menghamili bosnya yang cantik itu, namun ada rasa ngeri juga bila ternyata nanti anaknya malah hitam jelek seperti dirinya.

THE END (beneran)

:spy:
 
Terakhir diubah:
Terima kasih telah mewujudkan impian kami
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd