caligula1979
Semprot Addict
- Daftar
- 24 Jun 2012
- Post
- 489
- Like diterima
- 2.860
Cerita ini merupakan side story dari cerita RITUAL KELUARGA, jadi untuk dapat lebih mengerti tentang background, karakter, dan hubungan antar karakter sebaiknya baca dulu cerita tersebut. Karena cuma terdiri dari 2 eps jadi gw masukin sini aja, gak ke subforum cerita bersambung. Enjoy, met mupeng.
Cerita lain yang berhubungan:
- College Tales
ga usah koment sampah nagih2 lanjutannya, karena udah ada & akan dirilis minggu depan. Jadi jangan salahkan gw kalau gw report krn nyampah di sini!
sangat dinantikan masukan & apresiasinya, bukan cuma sekedar pertamax, lanjut, atau blablabla rubish lainnya.
Pagi jam 11. 05, di ruang nonton lantai dua rumah yang megah itu tiga pemuda dan seorang pemudi nampak ngobrol ngalor-ngidul sambil menikmati snack dan minuman yang tersaji serta menonton film dari TV plasma yang sedang menayangkan film dari DVD player. Mereka adalah
==========
Saldian Husein (Saldi)
Usia: 20 tahun
Tinggi: 170cm
Berat: 70kg
Keterangan: mahasiswa, ganteng, jago karate dan olah raga lain
Hendri Tanjaya
Usia: 20 tahun
Tinggi: 166cm
Berat: 65kg
Keterangan: mahasiswa, Chinese, teman fakultas Saldi, anggota tim basket di kampus
Sherlin Veronika
Usia: 21 tahun
Tinggi: 163cm
Berat: 54kg
Keterangan: mahasiswi, Chinese, pacar Hendri dari fakultas yang berbeda, sudah jadian dua tahunan, sifatnya kalem namun mudah dekat dengan orang.
Daniel Simanjuntak
Usia: 21 tahun
Tinggi: 169cm
Berat: 80kg
Keterangan: mahasiswa, berdarah Batak-Sunda, teman fakultas Saldi. Bertubuh gempal. Orangnya paling ramai dan suaranya keras, teman nongkrong Saldi dan Hendri
---------------------
Hari itu, Saldi hanya ada kuliah pagi. Sementara Hendri dan Daniel yang tadi pagi kuliah menghabiskan ‘waktu nanggung’ hingga jam dua nanti di rumah teman mereka yang tidak jauh dari kampus ini. Sherlin yang juga hanya ada kuliah pagi menemani sang pacar, Hendri. Lagi asyik-asyik ngerumpi sambil nonton dan menikmati snack, Saldi mendengar gerbang otomatis rumahnya bergeser tanda ada yang datang. Dilihatnya dari jendela, mobil Audi silver mamanya masuk ke pekarangan. Saldi pun kembali ke sofa, namun tak sampai tiga menit.... blam!! Terdengar suara pintu dibanting membuat keempat muda-mudi itu kaget, mereka hening sejenak dan saling pandang satu sama lain.
“Mama kenapa lagi nih?” tanya Saldi dalam hati yang mengerti adat mamanya bila sedang uring-uringan ada masalah.
“Kenapa Di?” tanya Hendri dengan suara pelan.
“Mama gua... lagi ada masalah biasanya”
“Kayanya kita pulang aja kalau gini” kata Daniel
“No... no.... “ cegah Saldi, “lu orang santai aja di sini dulu, biar gua ke bawah omong dulu, oke!”
---------------------
Ayuningtyas Heryawan (Tyas)
Usia: 42 tahun
Tinggi: 173cm
Berat: 52 kg
Keterangan: wanita berkulit kuning langsat dan berambut panjang ini adalah wiraswastawati sukses, usahanya meliputi kuliner hingga fashion, memiliki seorang putra (Saldi) dan putri (Selina) yang telah dewasa namun tetap terlihat segar dan awet muda karena rutin menjalani perawatan berkelas.
------------------------
Saldi turun ke bawah mencari mamanya dan menemukan wanita itu di taman belakang sedang duduk di sofa sambil mengisap sebatang rokok. Wajahnya yang muram namun tetap cantik itu menunjukkan ia sedang kesal. Tyas tampil cantik hari itu dengan gaun terusan berpotongan dada rendah dan bawahan sedikit di atas lulut.
“Di... masih di rumah kamu?” sapa Tyas melihat duluan putranya itu mengendap-endap ke arahnya.
“Iya ma, hehehe.... hari ini kan cuma sampe jam sepuluh aja” jawab Saldi berjalan lebih cepat lalu menjatuhkan pantatnya di sebelah mamanya.
“Si Nur sama Nining mana? Sepi amat?”
“Kan ke rumah si emak ma, sejam lalu baru kesana pake grab” Saldi mengingatkan mamanya bahwa di rumah emaknya sedang perlu pembantu karena pembantu di sana sedang pulang kampung melayat orang tuanya meninggal.
“Ahhh... iya... iya.... “ kata Tyas baru ingat lagi sambil mengisap rokoknya.
“Ma” Saldi melingkarkan tangannya mendekap tubuh mamanya, “kenapa? Ada masalah ya”
Tyas menghela nafas sehingga asap mengepul dari mulutnya, “masalah di butik, si pegawai yang megang uangnya ternyata berani nilep selama ini, baru ketahuan waktu periksa pembukuan bulan lalu... mama interogasi akhirnya ngaku juga”
Tyas curhat masalah yang baru terjadi di butik tempat usahanya mengenai keuangan yang bocor dengan gaya wanita dewasa, bukan gaya gadis alay yang sambil nangis-nangis, pada putranya itu. Saldi mendengarkan sambil memeluk mamanya dan mengangguk-angguk.
“Jadi sekarang orangnya udah mama pecat?” tanya pemuda itu.
Tyas menganggguk, “emang sekarang ini cari orang yang bisa dipercaya gak gampang lah Di” kata Tyas kembali menghembuskan asap rokok.
“Ya udahlah ma, nanti saya coba bantu cariin dari kenalan-kenalan saya, siapa tau ada” kata Saldi mengelus-elus punggung mamanya, “mama jangan ngerokok terus dong yah!” tangan yang satunya mengambil rokok Tyas dari tangannya.
“Kamu mau hibur mama emang?” Tyas mulai bisa tersenyum dan meraba paha anaknya merambat ke selangkangan.
“Uuhh... ma, masih pagi udah gatel, tapi ada temen-temen di atas ma!”
“So what? Mereka juga boleh ikutan kalau mau” kata Tyas santai, tangannya sudah menyusup ke balik celana putranya dan menggenggam penisnya yang setengah ereksi, “ada Hendri yah? Mama tau mobilnya di depan, ada siapa lagi emang?”
“Ada pacarnya terus ada si Daniel juga... uhhh maaa!!” Saldi merem-melek karena kocokan lembut mamanya
“Ooow... kalau gitu kita bisa main rame-rame berlima dong!” Tyas mengocok penis putranya lebih cepat membuat pemuda itu menggeliat-geliat, “lagi stress gini kan enaknya hiburan yang agak ekstrim”
“Tapi ma... uhh... mereka termasuk temen saya yang golongan baik-baik”
“Baik-baik? Si Hendri? Hihihi.... “ tawa Tyas, “mama rasa nggak tuh?”
“Hah! Jangan-jangan mama sama Hendri.... “ kaget Saldi mendengar perkataan mamanya tadi disertai tatapan nakal yang penuh arti.
Tiga bulan sebelumnya
Hendri sedang berada di rumah Saldi menunggu temannya itu untuk mengerjakan tugas kelompok. Saldi saat itu masih di jalan terjebak macet sehingga di rumah hanya tinggal dirinya bersama mama temannya yang diam-diam ia kagumi kecantikan dan keseksiannya itu. Setelah beberapa saat lamanya internetan dengan smartphonenya, Hendri ingin ke toilet untuk kencing. Setelah selesai dari toilet, suara musik R&B yang sayup-sayup terdengar tidak jauh dari situ memancing rasa penasarannya. Suara musik tersebut ternyata berasal dari ruang fitness yang pintunya setengah terbuka, Ia pun pelan-pelan berjalan ke ruangan. Di balik pintu, Hendri melihat ke dalam sana mama temannya itu sedang mengayuh sepeda statis.
“Wuihh... emang yahud bodi nyokapnya si Saldi!” katanya dalam hati sambil memandangi tubuh Tyas yang terbungkus pakaian fitness yang seksi, sebuah atasan biru ketat yang tidak menutupi perutnya yang rata serta celana pendek yang satu stel.
Hendri tidak bisa menahan penisnya menggeliat menyaksikan tubuh Tyas yang nampak semakin seksi dan menggairahkan dengan keringat yang membasahinya. Saat sedang mengintip itu, tiba-tiba smartphone Tyas yang di atas meja yang terletak sejajar dengan pintu berbunyi. Refleks Tyas menoleh ke sana dan otomatis pandangannya juga menangkap Hendri yang tidak sempat menyembunyikan diri.
“Hei kamu!” hardik Tyas pada Hendri yang terkejut, “mau apain kamu! tunggu disitu sampai saya selesai bicara!”
Bagaikan terpidana dijatuhi vonis mati, Hendri terpaku di tempatnya dengan jantung berdebar-debar. Tyas mengangkat smartphonenya dan berbicara tidak sampai lima menit. Ia meletakkan kembali gadgetnya di meja dan menatap Hendri dengan pandangan judes.
“Sini!” perintahnya
Pemuda itu melangkah masuk dengan tampang penuh dosa.
“Maaf tante.... maaf, saya baru dari WC, denger ada musik dari sini saya datengin!” katanya terbata-bata.
“Terus kamu berani ngintip tante!” Tyas menatap tajam ke arahnya
Hendri semakint tertunduk tidak berani menatap mama temannya yang marah itu.
“Iya tante, tapi gak sengaja, beneran.... maaf banget!”
“Gak sengaja tapi ngeliatin terus” kata Tyas sinis
“Eeenngg... itu, soalnya tante can... cantik banget, seksi lagi, eh... aduh jadi ngawur nih, pokoknya maaf tante, gak ada maksud kurang ajar kok” Hendri menjelaskan dengan gelagapan tak karuan.
Diam-diam Tyas tersenyum melihat reaksi teman anaknya ini.
“Jadi gitu, oke... tante gak marah, tapi harus ada konsekuensinya” tandas Tyas.
“Maksud tante....”
Tyas mendekati pemuda itu lalu dengan cepat memeluk dan mencium bibirnya. Kontan Hendri pun kaget namun ia pun membalas ciuman wanita itu.
Tangan Tyas merabai selangkangan Hendri dari luar celananya, lalu dengan lincah jarinya melucuti ikat pinggang dan resleting celana pemuda itu.
“Kamu harus puasin tante sebelum Saldi pulang! Kamu keberatan hah?” tantang Tyas melepas pagutannya
“Kalau gitu sih... ya ngga, malah pengen tante hehehe....”
“Tante harap kamu gak ngecewain....” kata wanita itu yang tangannya masuk ke balik celana pemuda itu dan menggenggam penisnya, “atau tante laporin ke suami tante kalau kamu berbuat gak senonoh!”
Tangan Tyas masuk ke dalam celana dalam Hendri dan mengocok penisnya yang sudah tegang.
“Oohh... tante!!” erang Hendri merasaka nikmat karena kocokan tangan lembut mama temannya itu.
Wanita itu berlutut di depannya dan memeloroti celana panjang dan dalamnya. Ditatapnya penis tak bersunat itu di depan wajahnya, diendusnya aromanya yang sudah tidak asing baginya.
“Kamu masih perjaka?” tanyanya
“Nggak tante, saya udah pernah!” jawab Hendri terengah.
“Sayang... tante paling suka yang masih perjaka, tapi gak apalah, asal bisa muasin” lalu Tyas membuka mulutnya dan memasukkan penis Hendri ke sana
“Dahsyat tante... ohhh... gilaaa!!” erang pemuda itu merasakan sepongan Tyas.
Tangannya mulai meremas rambut Tyas dan kakinya mulai menjinjit karena menahan kenikmatan yang dahsyat. Ia tidak menyangka kelancangannya itu berbuah nikmat seperti ini. Kurang lebih sepuluh menitan, Hendri merasakan ada yang mendesak keluar dari penisnya.
"Aduh, tante... saya mau crot nih, uh.. uhh.. uuhh.."
Tyas mempercepat permainannya dan akhirnya pemuda itu memuncratkan spermanya di mulut wanita itu. Tubuh Hendri bergetar hebat kala wanita itu menghisap habis penisnya, melahap sperma yang tercurah hingga tetes terakhir. Dalam sisa-sisa kenikmatan, Hendri melihat Tyas bangkit dan mencium bibirnya.
“Hhhoosshh....hosshh... mantap isepnya tante, baru bentar langsung crot saya!” puji Hendri terengah-engah.
"Tante, bajunya boleh saya buka gak?"
"Tante gak mau tau, pokoknya kamu harus muasin tante, kalau sampe Saldi pulang, awas kamu!" jawab Tyas agak kesal
"Eee... ii... iya tante..." jawab Hendri terbata-bata sambil melucuti pakaian fitness Tyas hingga akhirnya telanjang bulat.
Hendri terhenyak menelan ludah memandangi sepasang bukit kembar Tyas yang montok, tubuh wanita itu masih demikian indah padahal umurnya sudah kepala empat dan sudah beranak dua. Dengan tangan agak bergetar Hendri meremas dan mencium payudara Tyas.
"Uuhh.. ahh..." desah Tyas yang mulai merasakan kenikmatan
Dengan gemas Hendri mulai menghisap payudara kanan Tyas, sedangkan tangannya meremas dengan keras payudara yang kiri, tangan satunya ke bawah meremas bongkahan pantat wanita itu. Dihisapinya terus puting Tyas selama kurang lebih lima menit hingga akhirnya ia lepaskan dan nampak payudara itu basah oleh liur serta cupangan memerah membekas di kulit putihnya. Dibaringkannya mama temannya itu pada matras yoga dan memposisikan diri di antara kedua belah pahanya.
"Oke tante, saya masukin sekarang yah!" sahut Hendri yang sudah sangat terangsang.
Dengan pelan dan hati-hati ia mengarahkan kepala penisnya ke liang senggama Tyas. Kepala penisnya menyentuh bibir vaginanya, lalu ia menekannya sehingga benda itu melesak masuk ke dalam liang sorgawi itu.
“Ooohh... yah, enak Hen!” erang Tyas dengan tubuh menggeliat, "duh keras juga yah... biarin dulu sebentar, biar kerasa dulu"
Setelah terdiam hampir lima menit, Hendri mulai mengoyang pinggulnya secara berirama dan Tyas pun mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya. Tyas menggeliat penuh kenikmatan saat pemuda itu menghela pinggulnya.
“Ouhh…” leguh ibu cantik beranak dua itu, ia menggigil, seluruh aliran darahnya sudah dipenuhi sensasi kenikmatan.
Hendri memvariasikan genjotannya dengan tusukan dalam dan gerakan berputar mengaduk-aduk vagina Tyas sehingga menyebabkan klitoris wanita itu tergesek-gesek.
“Hen… oh… enak, terusshh!!” mulutnya menceracau tak karuan.
Keduanya mengarungi lautan kenikmatan tiada tara. Tyas memang seorang petualang seks sejati, kesukaannya terutama bercinta dengan pria-pria muda. Hendri sendiri semakin bersemangat menghujam-hujamkan batang kerasnya ke dalam liang senggama mama temannya yang semakin becek. Bunyi kecipak saat batangnya menghujam liang senggama Tyas bercampur baur dengan desah nikmat mereka suara musik R&B yang masih mengalun. Hendri menurunkan tubuhnya memeluk tubuh Tyas yang makin bermandikan peluh itu. Tyas pun menyambutnya penuh gairah, keduanya saling berpagutan lagi. Lidah mereka saling membelit, sementara di bawah sana pinggul Hendri terus memompa vagina wanita itu. Tyas semakin menceracau, gelombang kenikmatan melanda di setiap inci tubuhnya. Tak lama kemudian akhirnya, Hendri merasakan denyutan dan jepitan keras di batangnya, sebuah sodokan kerasnya membuat tubuh Tyas melenting dan mengejang.
“Hend... tante keluar… ehmm… enak banget…” Tyas meraih pipi pemuda itu dan mengelusnya lembut.
Tubuhnya terus berguncang karena Hendri terus mengenjotnya bahkan semakin bertenaga. Tyas mencapai puncak kenikmatannya, orgasme ini sungguh dahsyat melambungkannya tinggi-tinggi dan vaginanya mengucurkan cairan kewanitaan yang cukup banyak sehingga bunyi berdecak semakin nyaring. Hendri memperlambat sodokannya, sesuai dengan gerakan tubuh Tyas yang terengah-engah. Menurut pengalamannya, saat wanita mencapai orgasme sebaiknya sodokan jangan dipercepat tapi diperlambat tapi tetap intens, sampai wanita tersebut mencapai lagi keseimbangannya, barulah boleh mempercepat lagi sodokan di liangnya. Dapat dipastikan wanita akan semakin tak tahan untuk disodok lagi. Setelah lima menitan barulah ia kembali meningkatkan frekuensi genjotannya.
“Ooohh... keluar nih tante.... aaaahh.... aaahh!!” lenguh Hendri sambil terus menghujam batangnya yang semakin membesar akibat aliran darah semakin banyak yang memenuhi otot penisnya.
“Iya Hen... di dalam boleh kok.... yah terusshh!!” sahut Tyas menggigit bibir bawahnya sambil mendesis.
“Enak juga nih anak ngentotnya…” kata wanita itu dalam hati merasa puas dengan permainan teman putranya ini
Keduanya terbaring bersebelahan sambil merasakan sisa kenikmatan yang telah mereka capai. Fitnes ditambah bercinta membuat tubuh mulus Tyas basah kuyup oleh keringat seperti habis sauna, membuatnya terlihat makin seksi di mata Hendri. Tyas baru saja hendak memulai ronde berikutnya dengan naik ke selangkangan Hendri yang berbaring telentang dan mengarahkan penisnya ke vaginanya ketika terdengar suara gerbang depan terbuka.
“Saldi pulang tuh, cepet pake baju!” suruh Tyas batal memulai persetubuhan berikut.
“Iya... iya tante!” pemuda itu segera memunguti pakaiannya, “sialan, lagi enak-enak padahal!” omelnya dalam hati.
“Tante mau langsung mandi, kamu pura-pura keluar dari toilet aja!”
Buru-buru Hendri berpakaian kembali dan merapikan rambutnya di toilet. Demikian awal hubungan gelap Hendri dengan Tyas yang merupakan mama dari temannya itu. Sejak itu Hendri menjadi salah satu mainan Tyas.
“Mama ini ya, kok gak bilang-bilang ada main sama si Hendri?”
“Hihihi... kamu cemburu yah Di?”
“Kan dalam keluarga kita terbuka soal seks, kok mama main rahasia-rahasiaan sih?”
“Ga rahasia-rahasiaan, kan mama barusan omong juga ke kamu, cuma masalah ngomongnya belakangan aja, hidup ini kan jadi kurang bergairah kalau ga ada kejutannya ya kan?’ katanya dengan nada genit sambil meremas penis putranya.
“Aghhh... mama ini yah!” Saldi yang sudah nafsu mendengar penuturan mamanya itu tanpa basa-basi memeluk tubuhnya dan memagut bibirnya.
Tyas tentu saja kaget, tetapi tidak sedikitpun memperlihatkan tanda-tanda perlawanan, malah balas membelit lidah anaknya. Tangan Saldi menyingkap gaun mamanya hingga paha indahnya terekspos, tangan itu merambat ke arah selangkangan mamanya. Tubuh Tyas bergetar saat tangan putranya itu meremas vaginanya yang masih tertutup celana dalam krem. Tangan Saldi yang satunya bergerak ke punggung membuka resleting gaun yang dipakai mamanya itu.
“Temen-temen kamu udah liat kita?” tanyanya melepas pagutan.
“Belum ma, tapi pasti ntar bakal liat deh!” jawab Saldi melirik ke arah tangga, lalu memeloroti gaun Tyas yang sudah terbuka resletingnya.
Kini di tubuh Tyas tinggal tersisa pakaian bra dan celana dalam krem yang satu stel.
“Kalau disini kayanya kurang nyolok ke mereka” kata Tyas bangkit berdiri, “kita ke ruang tamu aja, dijamin gak lama pasti mereka ikutan!”
“Hehehe... terserah mama aja!” Saldi meremas pantat mamanya itu lalu ikutan berdiri dan mengikutinya ke ruang tengah.
Di ruang tengah dengan permadani bulu domba di tengahnya itu, Saldi membuka sofabed itu sehingga berfungsi sebagai ranjang sementara Tyas melepas pakaian dalam yang masih tersisa hingga tubuhnya polos. Ia mendekati putranya itu lalu melucuti seluruh pakaiannya hingga sama-sama bugil. Didorongnya tubuh Saldi hingga berbaring di sofabed tersebut, lalu naik menindihnya, ia gesekkan payudaranya yang bulat sempurna itu ke dada anaknya. Ia membuat gerakan-gerakan menggoda birahi sambil tangannya menggenggam penis sang putra. Saldi menarik kepala mamanya itu dan memagut bibirnya, keduanya beradu lidah dengan penuh gairah, tangan pemuda itu mengelusi punggung dan pantat mamanya.
“Teman kamu udah liat kita Di?” tanya Tyas berbisik.
Pandangan Saldi yang ke atas menyapu teralis lantai dua, “belum ma, belum tau kayanya”
“Berarti kita kurang seru!” kata Tyas mempercepat kocokannya terhadap penis anaknya.
“Ooohh maaa.... !” erang Saldi menahan nikmat.
Kembali ia memagut bibir mamanya dan beradu lidah lebih panas. Tak lama kemudian ia berguling ke samping menindih tubuh sang mama.
“Yess... itu baru anak mama... pejantan mama!” kata Tyas menyeringai berhasil membangkitkan nafsu anak kandungnya ini.
Pemuda itu menjilati leher jenjang mamanya merambat turun hingga mencaplok payudara kirinya. Tyas mendesah ketika putranya itu mulai menggigiti kecil putingnya dan tangan pemuda itu yang satunya merambat turun ke selangkangannya membelai wilayah kewanitaannya yang berbulu itu.
Sementara itu di atas, sambil menonton Sherlin mendengar sesuatu dari lantai bawah
“Ada apa?” tanya Hendri melihat pacarnya itu bangkit dari sofa.
“Kaya ada suara apa gitu, tar gua liat dulu!” jawabnya.
Sherlin langsung terhenyak dan menutup mulutnya dengan tangan saat melihat dari teralis adegan di ruang bawah. Ia tidak percaya pengelihatannya sendiri menyaksikan di bawah sana Saldi tengah menindih tubuh telanjang mamanya, mengenyoti payudara sambil menggerayangi vaginanya.
“Ooohh... Saldi my boy!!” desah Tyas seakan sengaja memancing mereka yang di atas.
“Apaan Lin?” tanya Hendri melihat reaksi pacarnya itu.
Sherlin melangkah mundur agar tidak ketahuan ngintip, “Saldi... di bawah sana... sama mamanya!” jawabnya dengan setengah suara.
Dua pemuda itu langsung beranjak karena didorong rasa penasaran apa yang dilihat gadis itu. Mereka juga ikut terhenyak menyaksikan adegan di bawah sana.
“Anjrit si Saldi....” kata Hendri dengan suara pelan.
“Gila, incest ini sih” kata Daniel, “gak nyangka mamanya Saldi bodynya oke banget tuh!”
Dengan penuh nafsu Saldi melumat payudara mamanya hingga air liurnya membasahi kedua buah gunung kembar yang putih mulus tersebut. Mereka sepertinya sudah terbiasa melakukan seperti itu. Ketiga muda-mudi itu mengintip dari atas, perasaan kaget bercampur birahi mulai melanda ketiganya. Sherlin merasakan belaian pacarnya pada pantatnya, ia membiarkan tangan pemuda itu beraksi menggerayanginya.
“Gua jadi pengen kaya gitu Lin” bisik Hendri sambil terus menggerayangi pacarnya itu.
Saldi dan mamanya semakin hot, jilatan pemuda itu merambat turun dan kini menjilati dan mencucuk-cucukkan jarinya ke vagina mamanya. Gairah ketiga teman Saldi di atas semakin melonjak-lonjak menyaksikannya, terutama Sherlin, tanpa sadar tangannya meremas payudara kanannya sendiri.
“Wah, gua juga pengen dong Lin, boleh ikutan sama lu ga Lin, gua ga ada pasangan nih!” kata Daniel melihat dua temannya juga mulai hanyut terangsang.
Hendri mengangguk pada Daniel tanda persetujuannya. Dengan sedikit malu-malu karena masih perjaka, Daniel pun meraih tangan kiri Sherlin dan menggenggamnya.
“Iiihh apaan sih Nil?” protes Sherlin namun tidak menarik tangannya.
“Ayo dong Lin, mereka aja cuek gitu, gua udah kepengen nih“ ucap Hendri lalu mengulum telinga pacarnya itu, di saat yang sama Daniel mulai berani memegang payudara kirinya dan meremasnya dari luar pakaiannya
“Uuuhh… jangan ah!” desah gadis itu memelankan suara, ia meronta tapi tidak berusaha menghindar, gairahnya makin tidak keruan melihat adegan incest di bawah sana.
Sebenarnya ia tidak terlalu terkejut menyaksikannya sebab dirinya pun diam-diam memiliki sisi liar yang hingga kini belum ia ungkap pada pacarnya. Teringat lagi pengalamannya dua bulan sebelumnya....
Dua bulan sebelumnya
Sebuah resort di Bali
Pukul 19.15
“Iya... iya kita udah pada makan kok, lu di sana gimana?” Sherlin berbicara pada Hendri lewat smartphonenya.
Gadis itu sedang duduk di sebuah kursi anyaman di serambi depan cottage. Suasana malam itu bulan penuh dengan ombak di laut yang sesekali menerpa serta udara laut yang segar benar-benar romantis dan indah. Semilir angin sepoi-sepoi membawa kesejukan dalam cuaca Bali yang panas membelai tubuh indah Sherlin yang malam itu terbalut temben dan celana pendek hitam.
“Baik kok, gua lagi makan bareng keluarga di kafe, lagi nunggu makanannya nih” jawab Hendri di seberang sana.
Sherlin berbicara mesra sekitar seperempat jam dengan sang pacar di depan cottage yang pemandangannya indah itu.
“Oke deh... cu later, i miss you!” pamit Sherlin hendak menutup pembicaraan
“Sama miss you too! I love you!” kata Hendri dengan mesra.
“Love you too” balas gadis itu, “oke... bye-bye yah!”
“Bye... cepet pulang yah!”
Sherlin pun menutup pembicaraan dengan senyum berseri di wajahnya. Kemudian ia berjalan ke dalam cottage. Begitu membuka pintu langsung terlihat adegan yang membuat darah berdesir, dua temannya Maria (20 tahun) dan Liani (21 tahun) telah memulai orgy dengan tiga anak pantai yang mereka sewa. Liani terbaring di sofa tanpa selembar benang pun di tubuhnya, pakaiannya sudah berserakan di sekitarnya. Tubuhnya ditindih oleh Djaja (29 tahun), pria gondrong yang berkulit gelap dan berotot. Pria itu mengenyoti payudara Liani sambil tangannya sibuk mengocoki vaginanya. Liani menggeliat dan mendesah menikmati pelayanan pria itu. Sementara Maria tengah berlutut di antara dua anak pantai, yang diketahui bernama Awang (26 tahun) dan Marto (28 tahun), ia mengocok dan mengoral penis keduanya secara bergantian.
“Gimana, udah selesai nelepon pacarnya?” tanya Awang, anak pantai gondrong yang paling muda di antara ketiganya.
Sherlin mengangguk sambil tersenyum, darahnya menggelegak menyaksikan mereka telah berasyik-masyuk mendahuluinya ketika sedang menelepon. Awang melepaskan penisnya yang sedang dikocok oleh Maria dan mendekati Sherlin. Ia sudah tidak memakai celana, hanya memakai kaos buntung yang sudah agak lusuh. Pandangan gadis itu tertumbuk pada penis pria itu yang menggantung dan sudah menegang. Ia balas memeluknya ketika pria itu mendekap tubuhnya, mereka berpagutan dengan penuh gairah. Sambil berciuman dan bermain lidah, Awang mendorong tubuh gadis itu ke arah bufet dan menaikkannya hingga terduduk di sana.
“Minum dulu?” Awang menyodorkan botol bir yang diletakkan di bufet tersebut, “biar hot mainnya”
“Why not?” Sherlin meraih botol yang isinya tinggal setengah itu dan menegaknya hingga habis.
“Wuih kuat juga lu hehehe!” puji Awang.
Dengan tatapan dan gaya menggoda, Sherlin membuka kemben yang dipakainya sehingga sepasang payudaranya yang sedang dan montok dengan puting pink itu terekspos membuat anak pantai itu menelan ludah. Sherlin lalu membalas membuka kaos pria itu dan dibalas lagi oleh Awang dengan melucuti celana pendek dan dalam gadis itu hingga keduanya telanjang.
Sherlin, yang dalam kesehariannya dikenal dengan imej ‘nice girl’ yang rajin belajar sehingga IPK-nya selalu di atas 3,5 dan juga mandiri dengan usaha online yang dimilikinya, diam-diam suka melakukan kenakalan bersama teman-temannya bila sedang liburan dan jauh dari keluarga. Baginya ini adalah naughty escape dari kejenuhan rutinitas sehari-hari, norma, dan segala label yang melekat pada dirinya.
“Ooohh.... “ desah gadis itu dengan tubuh bergetar saat Awang melumat payudara kanannya dan menghisap-hisapnya.
Tangan kasar pria itu menggerayangi tubuhnya hingga akhirnya tiba di selangkangannya yang sudah lembab. Dirambahinya wilayah kewanitaan gadis itu yang ditumbuhi bulu-bulu yang tercukur rapi memanjang. Awang memasukkan jari tengahnya ke dalam vagina Sherlin sementara lidahnya terus menyapu-nyapu puting gadis itu hingga makin mengeras. Dengan irama konstan ia mencucuk-cucukkan jarinya pada liang kenikmatan sang gadis.
“Mmm... mmmhh... enak bangetthh mas!” Sherin mendesah penuh kenikmatan sambil meremas rambut gondrong anak pantai itu.
Mata Sherlin yang merem-melek itu juga menyaksikan dengan jelas adegan di atas sofa di seberangnya dimana Liani bergumul dengan Djaja. Wajah pria gondrong itu terbenam di bawah perut Liani.
“Aaahh... terus jilatin mas… yah… klitnya juga…. oooh… gitu enak!!” erang Liani merasa dirinya seperti melambung tinggi ke angkasa akibat jilatan pria itu pada vaginanya disertai hisapan pada klitorisnya.
“Masukin aja… udah pengen” sahut Liani sambil menarik kepala Djaja hingga naik ke tubuhnya.
Djaja tidak banyak bicara, ia langsung menempelkan kepala penisnya di mulut vagina gadis itu. Liani membantu mengarahkan dengan memegang batang yang sudah keras perkasa itu. Penis pria itu melesak masuk ke dalam liang senggama Liani.
“Oooh…tekan lagi mas… biar masuk semuanya,” pinta gadis itu lirih seperti sudah kesurupan, sambil mendekap pinggang pria itu erat-erat dengan sepasang pahanya.
Ketika batang penis pria itu mulai menggenjotnya, Liani pun ikut menggoyang-goyang pinggulnya dengan gerakan meliuk-liuk
“Kontolnya gagah banget mas….saya bisa ketagihan nih kayanya…. uuhh.... asli enak” celoteh Liani tanpa menghentikan goyangan pinggulnya.
“Memek kamu juga sedap” bisik Djaja
Seperti halnya Sherlin, Liani juga adalah gadis yang nampak sekilas seperti cewek baik-baik, namun liar dalam urusan bercinta. Ia sudah tujuh tahun pacaran dengan kekasihnya yang seorang pengusaha muda dan siap menikah setelah lulus sebentar lagi. Namun diam-diam ia menikmati perselingkuhan dengan pria-pria lain termasuk dengan si anak pantai ini. Persetubuhan ini sangat indah rasanya sehingga membuatnya lupa daratan. Berkali-kali dipagutnya bibir Djaja, terkadang diremasnya pantatnya yang sedang naik turun. Gesekan-gesekan batang penis Djaja yang perkasa dengan dinding vaginanya laksana kucuran kenikmatan surgawi yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Terlalu nikmatnya genjotan penis Djaja membuat gadis itu tak sanggup lagi menahan gelombang nikmat yang menerpanya. Liani pun melejit ke puncak kenikmatan, didekapnya erat-erat leher si anak pantai sambil mendesah terengah-engah.
“Saya keluar mass.... aaahh.... aahh!”
Djaja mempergencar sodokannya, keringatnya bercucuran bercampur aduk dengan keringat gadis itu. Tak lama ia pun mendengus-dengus di ambang orgasme. Liani ikut menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga liang vaginanya seolah-olah sedang membesot-besot penis Djaja.
“Ooooh….” Djaja mendesakkan penisnya kuat-kuat, lalu spermanya yang kental mengisi vagina gadis itu.
Marto melucuti pakaian Maria, kaos ketat, bra, hot pants, hingga celana dalam satu-satu terlepas dari tubuhnya. Maria, yang posturnya lebih mungil dibanding dua temannya, juga memiliki tubuh yang ideal, buah dada 36B yang membusung indah dengan puting coklat dan vagina berbulu jarang yang bibirnya masih rapat. Ia masih single setelah putus dengan pacar terakhirnya dua tahun lalu. Di kampus dan lingkungan pergaulannya, Maria dikenal sebagai cewek jual mahal dengan prestasi menengah atas, IPK-nya juga selalu di atas tiga, tidak pernah terlihat di tempat-tempat dugem, namun ia pun sesekali menikmati petualangan seks liar sebagai hiburannya. Marto menarik lengan Maria ke arah sofa, pria itu duduk di sana
“Duduk sini!” kata pria itu menepuk pahanya.
Tanpa harus diminta lagi Maria naik ke pangkuannya dalam posisi berhadapan, tangannya meraih penis tegang anak pantai itu dan mengarahkan ke vaginanya. Digesek-gesekkan sebentar kepala penis bersunat tersebut pada bibir vagina yang basah itu. Keduanya mendesah penuh nikmat bersamaan saat kelamin mereka menyatu. Penis Marto akhirnya masuk seluruhnya ke dalam liang senggama Maria. Tangan kasarnya memegang erat pantat Maria sebagai pegangan saat gadis itu mulai menggerakan pinggulnya. Perlahan penis tertarik keluar hingga setengahnya lalu masuk lagi, terus demikian dengan gerakan yang semakin cepat. Maria pun mendesah semakin kencang mengikuti kecepatan sodokannya. Pria itu mulai melumat gunung kembar yang bergoyang-goyang di depan wajahnya itu. Diremasnya benda kenyal itu, juga dikenyot dan dijilati. Sungguh sensasinya sangat fantastis. Dengan napas berdengus-dengus, masih sempat Marto membisiki gadis itu.
“Memek kamu…aaah…kok enak sekali....oooh….”
Sambil terus menceracau Maria terus menggoyang pinggulnya dengan gerakan menghentak-hentak ke atas dan ke bawah, sehingga klitorisnya berkali-kali tergesek dengan liatnya batang penis perkasa itu.
Kepala penis Marto menyundul-nyundul ujung lorong kenikmatan Maria sehingga tak ayal lagi gadis itu menggelinjang dan menahan napas dan sampailah ia ke puncak orgasme. Liang vaginanya membanjir, sehingga tumbukan kelamin mereka menimbulkan suara berdecak.
“Saya sudah mau nih.... mau lepasin di mana?” tanya Marto terengah-engah
“Di dalam mas, udah minum obat saya” jawab Maria di tengah desahannya
“Yess… siap!!” kata pria itu makin semangat dan menyentak-nyentak pinggulnya ke atas.
Pada sentakan ketiga,Marto pun ejakulasi, spermanya muncrat di dalam vagina gadis itu. Ia melampiaskan kenikmatan itu dengan meremasi bongkahan pantat Maria yang montok itu. Goyangan tubuh mereka mereda seiring gelombang orgasme yang mulai surut. Keduanya berpagutan mesra meresapi sisa-sisa kenikmatan
“Puas banget tadi itu mas!” kata Maria tersenyum puas
“Kamu juga… wuih… sedap…. ” balas Marto
Pria itu membaringkan tubuh Maria yang masih lemas di sofa dan mencabut penisnya . Saat batang itu terlepas spermanya yang bercampur dengan cairan kewanitaan Maria mengucur dari liang vagina gadis itu, meleleh hingga ke kulit sofa. Disodorkannya bir dari meja pada gadis itu. Maria mengambil kaleng itu dengan lemas dan meminumnya.
Di buffet, Awang tengah menempelkan kepala penisnya ke bibir vagina Sherlin yang terbuka lebar.
“Ooohh!!” desah Sherlin mempererat pelukannya ke tubuh si anak pantai, kukunya sedikit menggores punggung pria itu.
Awang terus menekan penisnya hingga melesak masuk dan mentok ke vagina gadis itu. Pria itu tidak segera menggenjotnya agar Sherlin beradaptasi dan menikmati dulu penisnya di dalam vaginanya. Dipagutnya bibir gadis itu, mereka berciuman dan bermain lidah sambil Awang mulai menggoyangkan pinggulnya, tangannya meremasi payudara gadis itu, dipilin-pilinnya puting yang sudah mengeras itu membuat Sherlin mengerang nikmat.
“Mass… aaahh terus sodok … lebih keras,” pinta gadis itu.
“Hehehe.... ketagihan kontol saya yah” goda Awang mengerakan penisnya lebih cepat.
Suara beradunya alat kelamin mereka semakin meramaikan suara desah birahi di ruangan itu. Sherlin menatap ke bawah melihat penis hitam yang menyodok-nyodok liang senggamanya dengan kecepatan tinggi.
“Si mas kontolnya.... aahh.... mantapphh!” puji Sherlin sambil terus mendesah.
“Pasti dong non.... hehehe... udah muasin banyak cewek nih.... aahh.... dari lokal, aahh... bule...sampe Jepang!!” Awang berkelakar membanggakan jam terbangnya.
Saat itu, Liani dan Djaja sudah memulai ronde berikutnya. Pria itu melesakkan penisnya ke vagina Liani yang berposisi doggie di sofa. Dengan diikuti teriakan kecil Liani, penis hitam bersunat itu kembali masuk seluruhnya ke vagina gadis itu. Djaja menyodokan ringan disertai beberapa kali goyangan. Frekuensi genjotannya semakin cepat sehingga Liani pun semakin tak terkendali. Gadis itu mendesah sejadi-jadinya, setiap kali penis Djaja menusuk lebih dalam maka semakin erat pula jepitan vagina Liani. Tangan Djaja tidak tinggal diam, sesekali ia remasi kedua payudara Liani yang menggantung, kadang ia juga menampar pantat gadis itu. Hanya butuh waktu sepuluh menitan bagi Liani untuk mencapai orgasmenya. Vagina gadis itu kembali banjir cairan orgasme, sementara Djaja masih belum selesai, dicabutnya penisnya dari vagina Liani lalu merebahkan dirinya ke belakang sambil menarik tubuh gadis itu. Tanpa harus disuruh, Liani meraih penis Djaja yang masih keras dan mulai menjilatinya. Dirasakannya cairan vaginanya sendiri yang sudah bercampur dengan sperma pada penis itu. Setelah menjilati batang itu hingga buah zakarnya hingga bersih, Liani membuka mulutnya dan mengulum penis si anak pantai. Selama lima menitan ia mengulum dan menghisap penis itu hingga akhirnya berkedut dengan cepat.
“Aaarrhh!!” lenguh Djaja menyemburkan spermanya mengenai wajah cantik Liani.
Pada saat yang sama pula, di atas buffet Sherlin mencapai orgasmenya, sebuah orgasme panjang yang dahsyat, tubuh gadis itu menggelinjang dan cairan orgasme mengucur deras membasahi buffet di bawahnya. Awang mempercepat genjotannya hingga dua menit kemudian ia hunjamkan penisnya sedalam-dalamnya di vagina Sherlin disertai erangan keras. Anak pantai itu mencapai klimaks di rahim dara cantik ini. Sherlin tersenyum lemah merasakan kepuasan yang luar biasa dari naughty escape-nya. Ketiga dara oriental itu pun lemas dalam kepuasan bersama tiga anak pantai. Selama tiga hari ke depan mereka ditemani ketiga anak pantai tersebut keliling pulau dewata sambil menikmati petualangan birahi.
Tiga minggu sebelumnya
“Hoaaam....”, itulah suara yang pertama kali keluar dari mulut Daniel di pagi hari itu seperti hari-hari yang lain
Pagi itu ia dibangunkan oleh suara jam weker di kepala ranjang. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, ada kuliah jam sebelas nanti tapi pagi ini rencana mau cuci mobil dulu agar tidak mengantri panjang. Ia pun turun dari tempat tidur dan mencuci wajahnya di kamar mandi. Saat turun ke bawah, sesosok wanita cantik memakai kaos ketat warna biru dengan bawahan hot pants putih yang memperlihatkan kemulusan pahanya, sudah menunggunya di meja makan.
“Morning ma!” sapa pemuda gempal itu.
“Hai, yuk makan nih, ada nasi goreng udang, masih banyak, tadi pagi si Riko makannya cuma dikit!” panggil wanita itu.
Wanita yang dipanggil ‘ma’ oleh Daniel itu bernama Tiara, merupakan istri kedua dari papanya Daniel atau dengan kata lain mama tiri pemuda itu. Papanya menikahi wanita itu yang tadinya adalah staff kantornya enam tahun yang lalu tak lama setelah istri pertamanya meninggal karena sakit. Tiara sendiri tadinya berstatus janda tanpa anak dan setelah menikah dengan suami keduanya ini, ia memiliki satu putra yang menjadi adik tiri Daniel. Di usianya yang sudah menginjak 39 tahun, Tiara masih terlihat cantik dan menggairahkan, tidak kalah dengan teman-teman kuliah anak tirinya itu. Kecantikan dan cara berpakaian Tiara yang seringkali memamerkan keindahan tubuh mau tak mau membuat Daniel terkadang birahi terhadapnya, namun karena belum pernah ada pengalaman dengan wanita dan mengingat hubungan mereka sebagai keluarga ia meredam perasaan itu.
“Mau minum apa Nil?” tanya Tiara
“Teh hangat aja ma, pake gula yah!” jawab pemuda itu.
Tiara menyiapkan apa yang diminta anak tirinya itu di mini bar lalu menyuguhkannya di depan pemuda itu. Sambil makan mereka ngobrol ringan masalah sehari-hari. Tiara memang jauh dari typikal ibu tiri jahat seperti di sinetron, sebaliknya ia sangat terbuka dan gampang akrab dengan anak tirinya dan kerabat suaminya yang lain sehingga Daniel tidak perlu waktu lama untuk dapat menerimanya ketika papanya menikahi wanita itu.
“Saya mandi dulu yah ma!” kata Daniel bangkit berdiri setelah menghabiskan sarapannya.
“Oke, gih mandi, ntar telat!” kata wanita itu mengambil piring dan gelas bekas putra tirinya itu untuk dicuci.
Setelah itu Daniel langsung masuk ke kamar mandi lantai atas dan mulai mandi.
“Ahhhh... ma, sepong yang dalam!” pemuda itu meracau di bawah shower sambil mengocok penisnya membayangkan mama tirinya mengulum benda itu, “terusaahh ma... sepongan mama kok mantap banget, kaya lonte aja aaahhh!!”
Crett... creett.... akhirnya sekitar lima menitan, spermanya berhamburan di lantai, rasanya puas sekali berfantasi dengan mama tirinya itu.
“Ma pergi dulu yah!” pamit Daniel menuju ke garasi.
“Iya dadah!” balas Tiara yang sedang menonton TV.
Daniel mampir ke sebuah salon mobil di ruko di depan kompleks rumahnya. Ia menunggu satu antrian untuk mobilnya dicuci.
“Ngehe... flashdisknya ketinggalan!” omel Daniel dalam hati mencari-cari dalam tas kuliahnya.
Terpaksa ia pun harus pulang berjalan kaki untuk mengambilnya. Tidak terlalu jauh memang, sepuluh menit kurang sudah tiba di rumahnya. Di halaman rumahnya nampak gerobak motor pengantar air galonan terparkir. Dibukanya pintu depan yang tidak terkunci dan lalu ia berjalan ke dalam, namun sebelum melangkahkan kaki lebih jauh ke ruangan tempatnya sarapan tadi ia terkesiap dan buru-buru bersembunyi di balik tembok. Pemandangan yang dilihatnya di minibar membuatnya shock dan terperangah. Tiara sedang berpelukan dan berciuman dengan Bang Afif (40 tahun), si pengantar air galon di kompleks ini. Pria berjenggot dengan postur sedang dan tubuh berisi itu meremasi payudara montok Tiara yang kaos dan bra-nya sudah tersingkap ke atas, tangan satunya bergerilya ke bawah merabai paha indah hingga meremas bongkahan pantatnya yang masih terbungkus hotpants. Tiara pun tidak pasif, sambil terus beradu lidah dengan si pengantar galon air, tangannya meremasi selangkangan pria itu dari luar celananya.
‘Wuih... mama Tia ternyata.... “ kata Daniel dalam hati tidak berkedip menyaksikan perselingkuhan mama tirinya itu di balik tembok.
Sebentar kemudian, Bang Afif menaikkan tubuh Tiara ke meja minibar yang terbuat dari granit itu dan membaringkannya. Dengan cekatan ia melucuti hotpants dan celana dalam Tiara sehingga wanita itu kini terbaring di meja minibar hanya dengan kaos dan bra yang telah tersingkap.
“Aahhh!!” Tiara mendesah dengan tubuh menggeliat saat pria itu menusukkan jari tengah dan telunjuknya ke liang senggamanya yang sudah becek.
Pria itu nyengir melihat reaksi Tiara, sambil terus memainkan jarinya ia menunduk dan mendekatkan wajahnya ke selangkangan wanita beranak satu itu.
"Isep memek saya bang... udah nggak tahan nih... ssshhh... ooohhh...." pinta Tiara.
Sesuai yang diminta, Bang Afif langsung melahap vagina wanita itu, menjilati bibir vaginanya sembari mencucukkan jarinya. Ia menyelipkan lidahnya dalam-dalam ke vagina itu, mengais lendir-lendir kenikmatan Tiara dan menghisapnya. Sluurrpp.... cuppp... ssllurpp!!
"Aaawwwhh... enak bangetthh!!” erang Tiara berkelojotan karena jilatan lidah pria itu, tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.
"Hehehe.... suka yah Bu.... nikmatin aja..." balas Afif semakin semangat menjiilati liang kewanitaan wanita itu lebih dalam lagi.
Daniel terus memperhatikan pria itu melumat vagina mama tirinya. Tangannya meraba selangkangannya yang sudah terasa sesak. Bang Afif sangat mahir melakukan oral seks sampai menyusup dalam-dalam dan menyentil-nyentil klitoris Tiara membuat wanita itu meringis dan mendesah panjang. Jari pria terus mengorek-ngorek liang vagina wanita itu.
“Baanngg… udah, saya pengen ditusuk kontol abang!” pinta Tiara mendesah-desah.
Kata-kata vulgar mama tirinya itu membuat Daniel semakin terangsang, ia pun melonggarkan sabuk celananya dan memasukkan tangan ke dalam mengocok penisnya.
“Sama Bu, saya juga udah kangen sama memek ibu yang seret ini,” kata Bang Afif sambil bangkit dan membuka celananya.
Tiara membuka kedua belah pahanya lebih lebar memperlihatkan vaginanya yang merah merekah dan basah. Jarinya membuka belahan bibir vaginanya untuk mempersilakan pria itu memasukinya. Bang Afif mengarahkan penisnya yang panjang dan berurat itu ke liang kenikmatannya. Ssleppp… kepala penis yang bersunat itu melesak ke dalam vagina Tiara membuatnya melenguh panjang
“Uuuhh… memekmuuuu… ini… kaya punya gadis aja... ooohhhh…” lenguh Afif merasakan jepitan vagina wanita itu
Tukang galon itu mulai memaju-mundurkan pantatnya dengan pelan-pelan, membuat Tiara betul-betul menikmati pergesekan kulit batang penisnya dengan dinding vaginanya. Sambil menikmati beradunya kelamin mereka, tangan Bang Afif meraih kedua payudaranya, meremas-remas kedua gunung kembar itu, dirasakannya kedua puting itu mencuat keluar, ia memilin-milin keduanya sambil agak sedikit ditarik-tarik. Tiara pun menceracau tak karuan menikmati permainan pria itu. Vaginanya pun semakin banjir sehingga penis pria itu semakin lancar menghujam-hujam liang senggamanya.
“Ah... uh... ah... uh... ”, suara desahan mereka bersahutan memenuhi ruangan.
Keringat pria itu menetes ke tubuh Tiara yang juga sudah basah berkeringat. Sesekali mereka bercumbu, kaki jenjang Tiara melingkar di pinggang Bang Afif, menahan penis pria itu agar tak terlepas. Plok... plok... plok... bunyi kelamin mereka beradu. Tiara sudah seperti cacing kepanasan, ia menggelinjang menikmati genjotan si tukang galon itu. Menit demi menit berlalu mengiringi pelampiasan nafsu terlarang mereka dan juga Daniel yang terus mengocok penisnya di tempat persembunyiannya. Sialan, bisa-bisanya mama Tia mau dientot sama si tukang antar air itu, udah dari kapan ya? Seberapa sering? Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat Daniel semakin pusing dibuatnya. Bang Afif sudah di ambang orgasme, ia melenguh sambil mempercepat genjotannya terhadap vagina Tiara. Namun tiba-tiba dirasakannya dorongan dari dalam vagina wanita itu
“Njrit... bakal banjir ini sih!” ujar Bang Afif dalam hati lalu menarik lepas penisnya.
“Aaaahhhhh.... ” Tiara mendesah panjang.
Wanita itu mengalami squirt, cairan kewanitaannya muncrat kemana-mana sementara badannya mengejang dahsyat.
“Gila! Mama Tia bisa muncrat kaya di JAV gitu!” Daniel tidak berkedip menyaksikan adegan squirt mama tirinya itu.
Tiara akhirnya terkulai lemas di atas meja mini bar. Bang Afif mendiamkannya sebentar untuk memberinya waktu menstabilkan kondisi badannya. Ia mengambilkan minum untuk wanita itu yang menerima dan meneguknya perlahan.
“Saya entot lagi yah, udah mau nih”, ujar Bang Afif, “kita ganti gaya”
Tiara cuma memandangnya dengan mata sayu, ia pasrah ketika pria itu menurunkannya dari meja hingga menungging dengan bertumpu pada meja minibar dengan kedua sikunya. Sekali lagi Bang Afif menusuk vagina wanita itu dengan penisnya yang masih tegak.
“Uuuuhhhhhhhhhhhh”, desah Tiara.
Bang Afif langsung tancap gas menggenjot Tiara secepat dan sedalam mungkin. Perlahan-lahan stamina Tiara mulai pulih sedikit dan ia merespon gerakan pria itu dengan menggoyang pinggulnya.
“Uh... ohhh... uh... keluarinnya di mulut aja yahh... ”, rengek Tiara.
“Siap!” sahut Bang Afif dengan suara bergetar
Pria itu merasa penisnya semakin berdenyut dan...
“Ayo... siap ngecrot nih!” ia mencabut penisnya dari vagina Tiara
Wanita itu langsung berlutut di depannya dan mengocok penis tersebut, tidak sampai dua menit, crrreeett... crreett... creetttt... cairan putih kental bercipratan bak shower ke wajah cantik Tiara .Wanita itu memasukkan penis itu ke mulutnya agar sisa cipratannya tidak terbuang.
“Uuuhh terima nih pejuku.... dasar lonte tukang negak peju!!” lenguh pria itu.
“Ooohh... mama Tia... !!” pada saat yang sama Daniel juga memuncratkan spermanya di dalam celana, ia tahan sebisa mungkin agar cairan itu tertampung di telapak tangannya dan tidak terlalu membasahi celana.
Jantung Daniel berdegup kencang, ia harus segera pergi agar tidak ketahuan mereka, persetan dengan flashdisk. Segera ia pun melangkah mundur, kakinya mengendap-endap hingga pintu depan yang ia buka dan tutup dengan hati-hati dan tak bersuara, setelah itu langsung mengambil langkah seribu kembali ke salon mobil dengan telapak tangan penuh sperma kental. Sejak itu ia makin memandang ibu tirinya yang cantik itu dengan birahi, namun hingga kini ia belum berani merealisasikan fantasinya.
To be continued....
Cerita lain yang berhubungan:
- College Tales
ga usah koment sampah nagih2 lanjutannya, karena udah ada & akan dirilis minggu depan. Jadi jangan salahkan gw kalau gw report krn nyampah di sini!
sangat dinantikan masukan & apresiasinya, bukan cuma sekedar pertamax, lanjut, atau blablabla rubish lainnya.
Pagi jam 11. 05, di ruang nonton lantai dua rumah yang megah itu tiga pemuda dan seorang pemudi nampak ngobrol ngalor-ngidul sambil menikmati snack dan minuman yang tersaji serta menonton film dari TV plasma yang sedang menayangkan film dari DVD player. Mereka adalah
==========
Saldian Husein (Saldi)
Usia: 20 tahun
Tinggi: 170cm
Berat: 70kg
Keterangan: mahasiswa, ganteng, jago karate dan olah raga lain
Hendri Tanjaya
Usia: 20 tahun
Tinggi: 166cm
Berat: 65kg
Keterangan: mahasiswa, Chinese, teman fakultas Saldi, anggota tim basket di kampus
Sherlin Veronika
Usia: 21 tahun
Tinggi: 163cm
Berat: 54kg
Keterangan: mahasiswi, Chinese, pacar Hendri dari fakultas yang berbeda, sudah jadian dua tahunan, sifatnya kalem namun mudah dekat dengan orang.
Daniel Simanjuntak
Usia: 21 tahun
Tinggi: 169cm
Berat: 80kg
Keterangan: mahasiswa, berdarah Batak-Sunda, teman fakultas Saldi. Bertubuh gempal. Orangnya paling ramai dan suaranya keras, teman nongkrong Saldi dan Hendri
---------------------
Hari itu, Saldi hanya ada kuliah pagi. Sementara Hendri dan Daniel yang tadi pagi kuliah menghabiskan ‘waktu nanggung’ hingga jam dua nanti di rumah teman mereka yang tidak jauh dari kampus ini. Sherlin yang juga hanya ada kuliah pagi menemani sang pacar, Hendri. Lagi asyik-asyik ngerumpi sambil nonton dan menikmati snack, Saldi mendengar gerbang otomatis rumahnya bergeser tanda ada yang datang. Dilihatnya dari jendela, mobil Audi silver mamanya masuk ke pekarangan. Saldi pun kembali ke sofa, namun tak sampai tiga menit.... blam!! Terdengar suara pintu dibanting membuat keempat muda-mudi itu kaget, mereka hening sejenak dan saling pandang satu sama lain.
“Mama kenapa lagi nih?” tanya Saldi dalam hati yang mengerti adat mamanya bila sedang uring-uringan ada masalah.
“Kenapa Di?” tanya Hendri dengan suara pelan.
“Mama gua... lagi ada masalah biasanya”
“Kayanya kita pulang aja kalau gini” kata Daniel
“No... no.... “ cegah Saldi, “lu orang santai aja di sini dulu, biar gua ke bawah omong dulu, oke!”
---------------------
Ayuningtyas Heryawan (Tyas)
Usia: 42 tahun
Tinggi: 173cm
Berat: 52 kg
Keterangan: wanita berkulit kuning langsat dan berambut panjang ini adalah wiraswastawati sukses, usahanya meliputi kuliner hingga fashion, memiliki seorang putra (Saldi) dan putri (Selina) yang telah dewasa namun tetap terlihat segar dan awet muda karena rutin menjalani perawatan berkelas.
------------------------
Saldi turun ke bawah mencari mamanya dan menemukan wanita itu di taman belakang sedang duduk di sofa sambil mengisap sebatang rokok. Wajahnya yang muram namun tetap cantik itu menunjukkan ia sedang kesal. Tyas tampil cantik hari itu dengan gaun terusan berpotongan dada rendah dan bawahan sedikit di atas lulut.
“Di... masih di rumah kamu?” sapa Tyas melihat duluan putranya itu mengendap-endap ke arahnya.
“Iya ma, hehehe.... hari ini kan cuma sampe jam sepuluh aja” jawab Saldi berjalan lebih cepat lalu menjatuhkan pantatnya di sebelah mamanya.
“Si Nur sama Nining mana? Sepi amat?”
“Kan ke rumah si emak ma, sejam lalu baru kesana pake grab” Saldi mengingatkan mamanya bahwa di rumah emaknya sedang perlu pembantu karena pembantu di sana sedang pulang kampung melayat orang tuanya meninggal.
“Ahhh... iya... iya.... “ kata Tyas baru ingat lagi sambil mengisap rokoknya.
“Ma” Saldi melingkarkan tangannya mendekap tubuh mamanya, “kenapa? Ada masalah ya”
Tyas menghela nafas sehingga asap mengepul dari mulutnya, “masalah di butik, si pegawai yang megang uangnya ternyata berani nilep selama ini, baru ketahuan waktu periksa pembukuan bulan lalu... mama interogasi akhirnya ngaku juga”
Tyas curhat masalah yang baru terjadi di butik tempat usahanya mengenai keuangan yang bocor dengan gaya wanita dewasa, bukan gaya gadis alay yang sambil nangis-nangis, pada putranya itu. Saldi mendengarkan sambil memeluk mamanya dan mengangguk-angguk.
“Jadi sekarang orangnya udah mama pecat?” tanya pemuda itu.
Tyas menganggguk, “emang sekarang ini cari orang yang bisa dipercaya gak gampang lah Di” kata Tyas kembali menghembuskan asap rokok.
“Ya udahlah ma, nanti saya coba bantu cariin dari kenalan-kenalan saya, siapa tau ada” kata Saldi mengelus-elus punggung mamanya, “mama jangan ngerokok terus dong yah!” tangan yang satunya mengambil rokok Tyas dari tangannya.
“Kamu mau hibur mama emang?” Tyas mulai bisa tersenyum dan meraba paha anaknya merambat ke selangkangan.
“Uuhh... ma, masih pagi udah gatel, tapi ada temen-temen di atas ma!”
“So what? Mereka juga boleh ikutan kalau mau” kata Tyas santai, tangannya sudah menyusup ke balik celana putranya dan menggenggam penisnya yang setengah ereksi, “ada Hendri yah? Mama tau mobilnya di depan, ada siapa lagi emang?”
“Ada pacarnya terus ada si Daniel juga... uhhh maaa!!” Saldi merem-melek karena kocokan lembut mamanya
“Ooow... kalau gitu kita bisa main rame-rame berlima dong!” Tyas mengocok penis putranya lebih cepat membuat pemuda itu menggeliat-geliat, “lagi stress gini kan enaknya hiburan yang agak ekstrim”
“Tapi ma... uhh... mereka termasuk temen saya yang golongan baik-baik”
“Baik-baik? Si Hendri? Hihihi.... “ tawa Tyas, “mama rasa nggak tuh?”
“Hah! Jangan-jangan mama sama Hendri.... “ kaget Saldi mendengar perkataan mamanya tadi disertai tatapan nakal yang penuh arti.
Tiga bulan sebelumnya
Hendri sedang berada di rumah Saldi menunggu temannya itu untuk mengerjakan tugas kelompok. Saldi saat itu masih di jalan terjebak macet sehingga di rumah hanya tinggal dirinya bersama mama temannya yang diam-diam ia kagumi kecantikan dan keseksiannya itu. Setelah beberapa saat lamanya internetan dengan smartphonenya, Hendri ingin ke toilet untuk kencing. Setelah selesai dari toilet, suara musik R&B yang sayup-sayup terdengar tidak jauh dari situ memancing rasa penasarannya. Suara musik tersebut ternyata berasal dari ruang fitness yang pintunya setengah terbuka, Ia pun pelan-pelan berjalan ke ruangan. Di balik pintu, Hendri melihat ke dalam sana mama temannya itu sedang mengayuh sepeda statis.
“Wuihh... emang yahud bodi nyokapnya si Saldi!” katanya dalam hati sambil memandangi tubuh Tyas yang terbungkus pakaian fitness yang seksi, sebuah atasan biru ketat yang tidak menutupi perutnya yang rata serta celana pendek yang satu stel.
Hendri tidak bisa menahan penisnya menggeliat menyaksikan tubuh Tyas yang nampak semakin seksi dan menggairahkan dengan keringat yang membasahinya. Saat sedang mengintip itu, tiba-tiba smartphone Tyas yang di atas meja yang terletak sejajar dengan pintu berbunyi. Refleks Tyas menoleh ke sana dan otomatis pandangannya juga menangkap Hendri yang tidak sempat menyembunyikan diri.
“Hei kamu!” hardik Tyas pada Hendri yang terkejut, “mau apain kamu! tunggu disitu sampai saya selesai bicara!”
Bagaikan terpidana dijatuhi vonis mati, Hendri terpaku di tempatnya dengan jantung berdebar-debar. Tyas mengangkat smartphonenya dan berbicara tidak sampai lima menit. Ia meletakkan kembali gadgetnya di meja dan menatap Hendri dengan pandangan judes.
“Sini!” perintahnya
Pemuda itu melangkah masuk dengan tampang penuh dosa.
“Maaf tante.... maaf, saya baru dari WC, denger ada musik dari sini saya datengin!” katanya terbata-bata.
“Terus kamu berani ngintip tante!” Tyas menatap tajam ke arahnya
Hendri semakint tertunduk tidak berani menatap mama temannya yang marah itu.
“Iya tante, tapi gak sengaja, beneran.... maaf banget!”
“Gak sengaja tapi ngeliatin terus” kata Tyas sinis
“Eeenngg... itu, soalnya tante can... cantik banget, seksi lagi, eh... aduh jadi ngawur nih, pokoknya maaf tante, gak ada maksud kurang ajar kok” Hendri menjelaskan dengan gelagapan tak karuan.
Diam-diam Tyas tersenyum melihat reaksi teman anaknya ini.
“Jadi gitu, oke... tante gak marah, tapi harus ada konsekuensinya” tandas Tyas.
“Maksud tante....”
Tyas mendekati pemuda itu lalu dengan cepat memeluk dan mencium bibirnya. Kontan Hendri pun kaget namun ia pun membalas ciuman wanita itu.
Tangan Tyas merabai selangkangan Hendri dari luar celananya, lalu dengan lincah jarinya melucuti ikat pinggang dan resleting celana pemuda itu.
“Kamu harus puasin tante sebelum Saldi pulang! Kamu keberatan hah?” tantang Tyas melepas pagutannya
“Kalau gitu sih... ya ngga, malah pengen tante hehehe....”
“Tante harap kamu gak ngecewain....” kata wanita itu yang tangannya masuk ke balik celana pemuda itu dan menggenggam penisnya, “atau tante laporin ke suami tante kalau kamu berbuat gak senonoh!”
Tangan Tyas masuk ke dalam celana dalam Hendri dan mengocok penisnya yang sudah tegang.
“Oohh... tante!!” erang Hendri merasaka nikmat karena kocokan tangan lembut mama temannya itu.
Wanita itu berlutut di depannya dan memeloroti celana panjang dan dalamnya. Ditatapnya penis tak bersunat itu di depan wajahnya, diendusnya aromanya yang sudah tidak asing baginya.
“Kamu masih perjaka?” tanyanya
“Nggak tante, saya udah pernah!” jawab Hendri terengah.
“Sayang... tante paling suka yang masih perjaka, tapi gak apalah, asal bisa muasin” lalu Tyas membuka mulutnya dan memasukkan penis Hendri ke sana
“Dahsyat tante... ohhh... gilaaa!!” erang pemuda itu merasakan sepongan Tyas.
Tangannya mulai meremas rambut Tyas dan kakinya mulai menjinjit karena menahan kenikmatan yang dahsyat. Ia tidak menyangka kelancangannya itu berbuah nikmat seperti ini. Kurang lebih sepuluh menitan, Hendri merasakan ada yang mendesak keluar dari penisnya.
"Aduh, tante... saya mau crot nih, uh.. uhh.. uuhh.."
Tyas mempercepat permainannya dan akhirnya pemuda itu memuncratkan spermanya di mulut wanita itu. Tubuh Hendri bergetar hebat kala wanita itu menghisap habis penisnya, melahap sperma yang tercurah hingga tetes terakhir. Dalam sisa-sisa kenikmatan, Hendri melihat Tyas bangkit dan mencium bibirnya.
“Hhhoosshh....hosshh... mantap isepnya tante, baru bentar langsung crot saya!” puji Hendri terengah-engah.
"Tante, bajunya boleh saya buka gak?"
"Tante gak mau tau, pokoknya kamu harus muasin tante, kalau sampe Saldi pulang, awas kamu!" jawab Tyas agak kesal
"Eee... ii... iya tante..." jawab Hendri terbata-bata sambil melucuti pakaian fitness Tyas hingga akhirnya telanjang bulat.
Hendri terhenyak menelan ludah memandangi sepasang bukit kembar Tyas yang montok, tubuh wanita itu masih demikian indah padahal umurnya sudah kepala empat dan sudah beranak dua. Dengan tangan agak bergetar Hendri meremas dan mencium payudara Tyas.
"Uuhh.. ahh..." desah Tyas yang mulai merasakan kenikmatan
Dengan gemas Hendri mulai menghisap payudara kanan Tyas, sedangkan tangannya meremas dengan keras payudara yang kiri, tangan satunya ke bawah meremas bongkahan pantat wanita itu. Dihisapinya terus puting Tyas selama kurang lebih lima menit hingga akhirnya ia lepaskan dan nampak payudara itu basah oleh liur serta cupangan memerah membekas di kulit putihnya. Dibaringkannya mama temannya itu pada matras yoga dan memposisikan diri di antara kedua belah pahanya.
"Oke tante, saya masukin sekarang yah!" sahut Hendri yang sudah sangat terangsang.
Dengan pelan dan hati-hati ia mengarahkan kepala penisnya ke liang senggama Tyas. Kepala penisnya menyentuh bibir vaginanya, lalu ia menekannya sehingga benda itu melesak masuk ke dalam liang sorgawi itu.
“Ooohh... yah, enak Hen!” erang Tyas dengan tubuh menggeliat, "duh keras juga yah... biarin dulu sebentar, biar kerasa dulu"
Setelah terdiam hampir lima menit, Hendri mulai mengoyang pinggulnya secara berirama dan Tyas pun mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya. Tyas menggeliat penuh kenikmatan saat pemuda itu menghela pinggulnya.
“Ouhh…” leguh ibu cantik beranak dua itu, ia menggigil, seluruh aliran darahnya sudah dipenuhi sensasi kenikmatan.
Hendri memvariasikan genjotannya dengan tusukan dalam dan gerakan berputar mengaduk-aduk vagina Tyas sehingga menyebabkan klitoris wanita itu tergesek-gesek.
“Hen… oh… enak, terusshh!!” mulutnya menceracau tak karuan.
Keduanya mengarungi lautan kenikmatan tiada tara. Tyas memang seorang petualang seks sejati, kesukaannya terutama bercinta dengan pria-pria muda. Hendri sendiri semakin bersemangat menghujam-hujamkan batang kerasnya ke dalam liang senggama mama temannya yang semakin becek. Bunyi kecipak saat batangnya menghujam liang senggama Tyas bercampur baur dengan desah nikmat mereka suara musik R&B yang masih mengalun. Hendri menurunkan tubuhnya memeluk tubuh Tyas yang makin bermandikan peluh itu. Tyas pun menyambutnya penuh gairah, keduanya saling berpagutan lagi. Lidah mereka saling membelit, sementara di bawah sana pinggul Hendri terus memompa vagina wanita itu. Tyas semakin menceracau, gelombang kenikmatan melanda di setiap inci tubuhnya. Tak lama kemudian akhirnya, Hendri merasakan denyutan dan jepitan keras di batangnya, sebuah sodokan kerasnya membuat tubuh Tyas melenting dan mengejang.
“Hend... tante keluar… ehmm… enak banget…” Tyas meraih pipi pemuda itu dan mengelusnya lembut.
Tubuhnya terus berguncang karena Hendri terus mengenjotnya bahkan semakin bertenaga. Tyas mencapai puncak kenikmatannya, orgasme ini sungguh dahsyat melambungkannya tinggi-tinggi dan vaginanya mengucurkan cairan kewanitaan yang cukup banyak sehingga bunyi berdecak semakin nyaring. Hendri memperlambat sodokannya, sesuai dengan gerakan tubuh Tyas yang terengah-engah. Menurut pengalamannya, saat wanita mencapai orgasme sebaiknya sodokan jangan dipercepat tapi diperlambat tapi tetap intens, sampai wanita tersebut mencapai lagi keseimbangannya, barulah boleh mempercepat lagi sodokan di liangnya. Dapat dipastikan wanita akan semakin tak tahan untuk disodok lagi. Setelah lima menitan barulah ia kembali meningkatkan frekuensi genjotannya.
“Ooohh... keluar nih tante.... aaaahh.... aaahh!!” lenguh Hendri sambil terus menghujam batangnya yang semakin membesar akibat aliran darah semakin banyak yang memenuhi otot penisnya.
“Iya Hen... di dalam boleh kok.... yah terusshh!!” sahut Tyas menggigit bibir bawahnya sambil mendesis.
“Enak juga nih anak ngentotnya…” kata wanita itu dalam hati merasa puas dengan permainan teman putranya ini
Keduanya terbaring bersebelahan sambil merasakan sisa kenikmatan yang telah mereka capai. Fitnes ditambah bercinta membuat tubuh mulus Tyas basah kuyup oleh keringat seperti habis sauna, membuatnya terlihat makin seksi di mata Hendri. Tyas baru saja hendak memulai ronde berikutnya dengan naik ke selangkangan Hendri yang berbaring telentang dan mengarahkan penisnya ke vaginanya ketika terdengar suara gerbang depan terbuka.
“Saldi pulang tuh, cepet pake baju!” suruh Tyas batal memulai persetubuhan berikut.
“Iya... iya tante!” pemuda itu segera memunguti pakaiannya, “sialan, lagi enak-enak padahal!” omelnya dalam hati.
“Tante mau langsung mandi, kamu pura-pura keluar dari toilet aja!”
Buru-buru Hendri berpakaian kembali dan merapikan rambutnya di toilet. Demikian awal hubungan gelap Hendri dengan Tyas yang merupakan mama dari temannya itu. Sejak itu Hendri menjadi salah satu mainan Tyas.
“Mama ini ya, kok gak bilang-bilang ada main sama si Hendri?”
“Hihihi... kamu cemburu yah Di?”
“Kan dalam keluarga kita terbuka soal seks, kok mama main rahasia-rahasiaan sih?”
“Ga rahasia-rahasiaan, kan mama barusan omong juga ke kamu, cuma masalah ngomongnya belakangan aja, hidup ini kan jadi kurang bergairah kalau ga ada kejutannya ya kan?’ katanya dengan nada genit sambil meremas penis putranya.
“Aghhh... mama ini yah!” Saldi yang sudah nafsu mendengar penuturan mamanya itu tanpa basa-basi memeluk tubuhnya dan memagut bibirnya.
Tyas tentu saja kaget, tetapi tidak sedikitpun memperlihatkan tanda-tanda perlawanan, malah balas membelit lidah anaknya. Tangan Saldi menyingkap gaun mamanya hingga paha indahnya terekspos, tangan itu merambat ke arah selangkangan mamanya. Tubuh Tyas bergetar saat tangan putranya itu meremas vaginanya yang masih tertutup celana dalam krem. Tangan Saldi yang satunya bergerak ke punggung membuka resleting gaun yang dipakai mamanya itu.
“Temen-temen kamu udah liat kita?” tanyanya melepas pagutan.
“Belum ma, tapi pasti ntar bakal liat deh!” jawab Saldi melirik ke arah tangga, lalu memeloroti gaun Tyas yang sudah terbuka resletingnya.
Kini di tubuh Tyas tinggal tersisa pakaian bra dan celana dalam krem yang satu stel.
“Kalau disini kayanya kurang nyolok ke mereka” kata Tyas bangkit berdiri, “kita ke ruang tamu aja, dijamin gak lama pasti mereka ikutan!”
“Hehehe... terserah mama aja!” Saldi meremas pantat mamanya itu lalu ikutan berdiri dan mengikutinya ke ruang tengah.
Di ruang tengah dengan permadani bulu domba di tengahnya itu, Saldi membuka sofabed itu sehingga berfungsi sebagai ranjang sementara Tyas melepas pakaian dalam yang masih tersisa hingga tubuhnya polos. Ia mendekati putranya itu lalu melucuti seluruh pakaiannya hingga sama-sama bugil. Didorongnya tubuh Saldi hingga berbaring di sofabed tersebut, lalu naik menindihnya, ia gesekkan payudaranya yang bulat sempurna itu ke dada anaknya. Ia membuat gerakan-gerakan menggoda birahi sambil tangannya menggenggam penis sang putra. Saldi menarik kepala mamanya itu dan memagut bibirnya, keduanya beradu lidah dengan penuh gairah, tangan pemuda itu mengelusi punggung dan pantat mamanya.
“Teman kamu udah liat kita Di?” tanya Tyas berbisik.
Pandangan Saldi yang ke atas menyapu teralis lantai dua, “belum ma, belum tau kayanya”
“Berarti kita kurang seru!” kata Tyas mempercepat kocokannya terhadap penis anaknya.
“Ooohh maaa.... !” erang Saldi menahan nikmat.
Kembali ia memagut bibir mamanya dan beradu lidah lebih panas. Tak lama kemudian ia berguling ke samping menindih tubuh sang mama.
“Yess... itu baru anak mama... pejantan mama!” kata Tyas menyeringai berhasil membangkitkan nafsu anak kandungnya ini.
Pemuda itu menjilati leher jenjang mamanya merambat turun hingga mencaplok payudara kirinya. Tyas mendesah ketika putranya itu mulai menggigiti kecil putingnya dan tangan pemuda itu yang satunya merambat turun ke selangkangannya membelai wilayah kewanitaannya yang berbulu itu.
Sementara itu di atas, sambil menonton Sherlin mendengar sesuatu dari lantai bawah
“Ada apa?” tanya Hendri melihat pacarnya itu bangkit dari sofa.
“Kaya ada suara apa gitu, tar gua liat dulu!” jawabnya.
Sherlin langsung terhenyak dan menutup mulutnya dengan tangan saat melihat dari teralis adegan di ruang bawah. Ia tidak percaya pengelihatannya sendiri menyaksikan di bawah sana Saldi tengah menindih tubuh telanjang mamanya, mengenyoti payudara sambil menggerayangi vaginanya.
“Ooohh... Saldi my boy!!” desah Tyas seakan sengaja memancing mereka yang di atas.
“Apaan Lin?” tanya Hendri melihat reaksi pacarnya itu.
Sherlin melangkah mundur agar tidak ketahuan ngintip, “Saldi... di bawah sana... sama mamanya!” jawabnya dengan setengah suara.
Dua pemuda itu langsung beranjak karena didorong rasa penasaran apa yang dilihat gadis itu. Mereka juga ikut terhenyak menyaksikan adegan di bawah sana.
“Anjrit si Saldi....” kata Hendri dengan suara pelan.
“Gila, incest ini sih” kata Daniel, “gak nyangka mamanya Saldi bodynya oke banget tuh!”
Dengan penuh nafsu Saldi melumat payudara mamanya hingga air liurnya membasahi kedua buah gunung kembar yang putih mulus tersebut. Mereka sepertinya sudah terbiasa melakukan seperti itu. Ketiga muda-mudi itu mengintip dari atas, perasaan kaget bercampur birahi mulai melanda ketiganya. Sherlin merasakan belaian pacarnya pada pantatnya, ia membiarkan tangan pemuda itu beraksi menggerayanginya.
“Gua jadi pengen kaya gitu Lin” bisik Hendri sambil terus menggerayangi pacarnya itu.
Saldi dan mamanya semakin hot, jilatan pemuda itu merambat turun dan kini menjilati dan mencucuk-cucukkan jarinya ke vagina mamanya. Gairah ketiga teman Saldi di atas semakin melonjak-lonjak menyaksikannya, terutama Sherlin, tanpa sadar tangannya meremas payudara kanannya sendiri.
“Wah, gua juga pengen dong Lin, boleh ikutan sama lu ga Lin, gua ga ada pasangan nih!” kata Daniel melihat dua temannya juga mulai hanyut terangsang.
Hendri mengangguk pada Daniel tanda persetujuannya. Dengan sedikit malu-malu karena masih perjaka, Daniel pun meraih tangan kiri Sherlin dan menggenggamnya.
“Iiihh apaan sih Nil?” protes Sherlin namun tidak menarik tangannya.
“Ayo dong Lin, mereka aja cuek gitu, gua udah kepengen nih“ ucap Hendri lalu mengulum telinga pacarnya itu, di saat yang sama Daniel mulai berani memegang payudara kirinya dan meremasnya dari luar pakaiannya
“Uuuhh… jangan ah!” desah gadis itu memelankan suara, ia meronta tapi tidak berusaha menghindar, gairahnya makin tidak keruan melihat adegan incest di bawah sana.
Sebenarnya ia tidak terlalu terkejut menyaksikannya sebab dirinya pun diam-diam memiliki sisi liar yang hingga kini belum ia ungkap pada pacarnya. Teringat lagi pengalamannya dua bulan sebelumnya....
Dua bulan sebelumnya
Sebuah resort di Bali
Pukul 19.15
“Iya... iya kita udah pada makan kok, lu di sana gimana?” Sherlin berbicara pada Hendri lewat smartphonenya.
Gadis itu sedang duduk di sebuah kursi anyaman di serambi depan cottage. Suasana malam itu bulan penuh dengan ombak di laut yang sesekali menerpa serta udara laut yang segar benar-benar romantis dan indah. Semilir angin sepoi-sepoi membawa kesejukan dalam cuaca Bali yang panas membelai tubuh indah Sherlin yang malam itu terbalut temben dan celana pendek hitam.
“Baik kok, gua lagi makan bareng keluarga di kafe, lagi nunggu makanannya nih” jawab Hendri di seberang sana.
Sherlin berbicara mesra sekitar seperempat jam dengan sang pacar di depan cottage yang pemandangannya indah itu.
“Oke deh... cu later, i miss you!” pamit Sherlin hendak menutup pembicaraan
“Sama miss you too! I love you!” kata Hendri dengan mesra.
“Love you too” balas gadis itu, “oke... bye-bye yah!”
“Bye... cepet pulang yah!”
Sherlin pun menutup pembicaraan dengan senyum berseri di wajahnya. Kemudian ia berjalan ke dalam cottage. Begitu membuka pintu langsung terlihat adegan yang membuat darah berdesir, dua temannya Maria (20 tahun) dan Liani (21 tahun) telah memulai orgy dengan tiga anak pantai yang mereka sewa. Liani terbaring di sofa tanpa selembar benang pun di tubuhnya, pakaiannya sudah berserakan di sekitarnya. Tubuhnya ditindih oleh Djaja (29 tahun), pria gondrong yang berkulit gelap dan berotot. Pria itu mengenyoti payudara Liani sambil tangannya sibuk mengocoki vaginanya. Liani menggeliat dan mendesah menikmati pelayanan pria itu. Sementara Maria tengah berlutut di antara dua anak pantai, yang diketahui bernama Awang (26 tahun) dan Marto (28 tahun), ia mengocok dan mengoral penis keduanya secara bergantian.
“Gimana, udah selesai nelepon pacarnya?” tanya Awang, anak pantai gondrong yang paling muda di antara ketiganya.
Sherlin mengangguk sambil tersenyum, darahnya menggelegak menyaksikan mereka telah berasyik-masyuk mendahuluinya ketika sedang menelepon. Awang melepaskan penisnya yang sedang dikocok oleh Maria dan mendekati Sherlin. Ia sudah tidak memakai celana, hanya memakai kaos buntung yang sudah agak lusuh. Pandangan gadis itu tertumbuk pada penis pria itu yang menggantung dan sudah menegang. Ia balas memeluknya ketika pria itu mendekap tubuhnya, mereka berpagutan dengan penuh gairah. Sambil berciuman dan bermain lidah, Awang mendorong tubuh gadis itu ke arah bufet dan menaikkannya hingga terduduk di sana.
“Minum dulu?” Awang menyodorkan botol bir yang diletakkan di bufet tersebut, “biar hot mainnya”
“Why not?” Sherlin meraih botol yang isinya tinggal setengah itu dan menegaknya hingga habis.
“Wuih kuat juga lu hehehe!” puji Awang.
Dengan tatapan dan gaya menggoda, Sherlin membuka kemben yang dipakainya sehingga sepasang payudaranya yang sedang dan montok dengan puting pink itu terekspos membuat anak pantai itu menelan ludah. Sherlin lalu membalas membuka kaos pria itu dan dibalas lagi oleh Awang dengan melucuti celana pendek dan dalam gadis itu hingga keduanya telanjang.
Sherlin, yang dalam kesehariannya dikenal dengan imej ‘nice girl’ yang rajin belajar sehingga IPK-nya selalu di atas 3,5 dan juga mandiri dengan usaha online yang dimilikinya, diam-diam suka melakukan kenakalan bersama teman-temannya bila sedang liburan dan jauh dari keluarga. Baginya ini adalah naughty escape dari kejenuhan rutinitas sehari-hari, norma, dan segala label yang melekat pada dirinya.
“Ooohh.... “ desah gadis itu dengan tubuh bergetar saat Awang melumat payudara kanannya dan menghisap-hisapnya.
Tangan kasar pria itu menggerayangi tubuhnya hingga akhirnya tiba di selangkangannya yang sudah lembab. Dirambahinya wilayah kewanitaan gadis itu yang ditumbuhi bulu-bulu yang tercukur rapi memanjang. Awang memasukkan jari tengahnya ke dalam vagina Sherlin sementara lidahnya terus menyapu-nyapu puting gadis itu hingga makin mengeras. Dengan irama konstan ia mencucuk-cucukkan jarinya pada liang kenikmatan sang gadis.
“Mmm... mmmhh... enak bangetthh mas!” Sherin mendesah penuh kenikmatan sambil meremas rambut gondrong anak pantai itu.
Mata Sherlin yang merem-melek itu juga menyaksikan dengan jelas adegan di atas sofa di seberangnya dimana Liani bergumul dengan Djaja. Wajah pria gondrong itu terbenam di bawah perut Liani.
“Aaahh... terus jilatin mas… yah… klitnya juga…. oooh… gitu enak!!” erang Liani merasa dirinya seperti melambung tinggi ke angkasa akibat jilatan pria itu pada vaginanya disertai hisapan pada klitorisnya.
“Masukin aja… udah pengen” sahut Liani sambil menarik kepala Djaja hingga naik ke tubuhnya.
Djaja tidak banyak bicara, ia langsung menempelkan kepala penisnya di mulut vagina gadis itu. Liani membantu mengarahkan dengan memegang batang yang sudah keras perkasa itu. Penis pria itu melesak masuk ke dalam liang senggama Liani.
“Oooh…tekan lagi mas… biar masuk semuanya,” pinta gadis itu lirih seperti sudah kesurupan, sambil mendekap pinggang pria itu erat-erat dengan sepasang pahanya.
Ketika batang penis pria itu mulai menggenjotnya, Liani pun ikut menggoyang-goyang pinggulnya dengan gerakan meliuk-liuk
“Kontolnya gagah banget mas….saya bisa ketagihan nih kayanya…. uuhh.... asli enak” celoteh Liani tanpa menghentikan goyangan pinggulnya.
“Memek kamu juga sedap” bisik Djaja
Seperti halnya Sherlin, Liani juga adalah gadis yang nampak sekilas seperti cewek baik-baik, namun liar dalam urusan bercinta. Ia sudah tujuh tahun pacaran dengan kekasihnya yang seorang pengusaha muda dan siap menikah setelah lulus sebentar lagi. Namun diam-diam ia menikmati perselingkuhan dengan pria-pria lain termasuk dengan si anak pantai ini. Persetubuhan ini sangat indah rasanya sehingga membuatnya lupa daratan. Berkali-kali dipagutnya bibir Djaja, terkadang diremasnya pantatnya yang sedang naik turun. Gesekan-gesekan batang penis Djaja yang perkasa dengan dinding vaginanya laksana kucuran kenikmatan surgawi yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Terlalu nikmatnya genjotan penis Djaja membuat gadis itu tak sanggup lagi menahan gelombang nikmat yang menerpanya. Liani pun melejit ke puncak kenikmatan, didekapnya erat-erat leher si anak pantai sambil mendesah terengah-engah.
“Saya keluar mass.... aaahh.... aahh!”
Djaja mempergencar sodokannya, keringatnya bercucuran bercampur aduk dengan keringat gadis itu. Tak lama ia pun mendengus-dengus di ambang orgasme. Liani ikut menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga liang vaginanya seolah-olah sedang membesot-besot penis Djaja.
“Ooooh….” Djaja mendesakkan penisnya kuat-kuat, lalu spermanya yang kental mengisi vagina gadis itu.
Marto melucuti pakaian Maria, kaos ketat, bra, hot pants, hingga celana dalam satu-satu terlepas dari tubuhnya. Maria, yang posturnya lebih mungil dibanding dua temannya, juga memiliki tubuh yang ideal, buah dada 36B yang membusung indah dengan puting coklat dan vagina berbulu jarang yang bibirnya masih rapat. Ia masih single setelah putus dengan pacar terakhirnya dua tahun lalu. Di kampus dan lingkungan pergaulannya, Maria dikenal sebagai cewek jual mahal dengan prestasi menengah atas, IPK-nya juga selalu di atas tiga, tidak pernah terlihat di tempat-tempat dugem, namun ia pun sesekali menikmati petualangan seks liar sebagai hiburannya. Marto menarik lengan Maria ke arah sofa, pria itu duduk di sana
“Duduk sini!” kata pria itu menepuk pahanya.
Tanpa harus diminta lagi Maria naik ke pangkuannya dalam posisi berhadapan, tangannya meraih penis tegang anak pantai itu dan mengarahkan ke vaginanya. Digesek-gesekkan sebentar kepala penis bersunat tersebut pada bibir vagina yang basah itu. Keduanya mendesah penuh nikmat bersamaan saat kelamin mereka menyatu. Penis Marto akhirnya masuk seluruhnya ke dalam liang senggama Maria. Tangan kasarnya memegang erat pantat Maria sebagai pegangan saat gadis itu mulai menggerakan pinggulnya. Perlahan penis tertarik keluar hingga setengahnya lalu masuk lagi, terus demikian dengan gerakan yang semakin cepat. Maria pun mendesah semakin kencang mengikuti kecepatan sodokannya. Pria itu mulai melumat gunung kembar yang bergoyang-goyang di depan wajahnya itu. Diremasnya benda kenyal itu, juga dikenyot dan dijilati. Sungguh sensasinya sangat fantastis. Dengan napas berdengus-dengus, masih sempat Marto membisiki gadis itu.
“Memek kamu…aaah…kok enak sekali....oooh….”
Sambil terus menceracau Maria terus menggoyang pinggulnya dengan gerakan menghentak-hentak ke atas dan ke bawah, sehingga klitorisnya berkali-kali tergesek dengan liatnya batang penis perkasa itu.
Kepala penis Marto menyundul-nyundul ujung lorong kenikmatan Maria sehingga tak ayal lagi gadis itu menggelinjang dan menahan napas dan sampailah ia ke puncak orgasme. Liang vaginanya membanjir, sehingga tumbukan kelamin mereka menimbulkan suara berdecak.
“Saya sudah mau nih.... mau lepasin di mana?” tanya Marto terengah-engah
“Di dalam mas, udah minum obat saya” jawab Maria di tengah desahannya
“Yess… siap!!” kata pria itu makin semangat dan menyentak-nyentak pinggulnya ke atas.
Pada sentakan ketiga,Marto pun ejakulasi, spermanya muncrat di dalam vagina gadis itu. Ia melampiaskan kenikmatan itu dengan meremasi bongkahan pantat Maria yang montok itu. Goyangan tubuh mereka mereda seiring gelombang orgasme yang mulai surut. Keduanya berpagutan mesra meresapi sisa-sisa kenikmatan
“Puas banget tadi itu mas!” kata Maria tersenyum puas
“Kamu juga… wuih… sedap…. ” balas Marto
Pria itu membaringkan tubuh Maria yang masih lemas di sofa dan mencabut penisnya . Saat batang itu terlepas spermanya yang bercampur dengan cairan kewanitaan Maria mengucur dari liang vagina gadis itu, meleleh hingga ke kulit sofa. Disodorkannya bir dari meja pada gadis itu. Maria mengambil kaleng itu dengan lemas dan meminumnya.
Di buffet, Awang tengah menempelkan kepala penisnya ke bibir vagina Sherlin yang terbuka lebar.
“Ooohh!!” desah Sherlin mempererat pelukannya ke tubuh si anak pantai, kukunya sedikit menggores punggung pria itu.
Awang terus menekan penisnya hingga melesak masuk dan mentok ke vagina gadis itu. Pria itu tidak segera menggenjotnya agar Sherlin beradaptasi dan menikmati dulu penisnya di dalam vaginanya. Dipagutnya bibir gadis itu, mereka berciuman dan bermain lidah sambil Awang mulai menggoyangkan pinggulnya, tangannya meremasi payudara gadis itu, dipilin-pilinnya puting yang sudah mengeras itu membuat Sherlin mengerang nikmat.
“Mass… aaahh terus sodok … lebih keras,” pinta gadis itu.
“Hehehe.... ketagihan kontol saya yah” goda Awang mengerakan penisnya lebih cepat.
Suara beradunya alat kelamin mereka semakin meramaikan suara desah birahi di ruangan itu. Sherlin menatap ke bawah melihat penis hitam yang menyodok-nyodok liang senggamanya dengan kecepatan tinggi.
“Si mas kontolnya.... aahh.... mantapphh!” puji Sherlin sambil terus mendesah.
“Pasti dong non.... hehehe... udah muasin banyak cewek nih.... aahh.... dari lokal, aahh... bule...sampe Jepang!!” Awang berkelakar membanggakan jam terbangnya.
Saat itu, Liani dan Djaja sudah memulai ronde berikutnya. Pria itu melesakkan penisnya ke vagina Liani yang berposisi doggie di sofa. Dengan diikuti teriakan kecil Liani, penis hitam bersunat itu kembali masuk seluruhnya ke vagina gadis itu. Djaja menyodokan ringan disertai beberapa kali goyangan. Frekuensi genjotannya semakin cepat sehingga Liani pun semakin tak terkendali. Gadis itu mendesah sejadi-jadinya, setiap kali penis Djaja menusuk lebih dalam maka semakin erat pula jepitan vagina Liani. Tangan Djaja tidak tinggal diam, sesekali ia remasi kedua payudara Liani yang menggantung, kadang ia juga menampar pantat gadis itu. Hanya butuh waktu sepuluh menitan bagi Liani untuk mencapai orgasmenya. Vagina gadis itu kembali banjir cairan orgasme, sementara Djaja masih belum selesai, dicabutnya penisnya dari vagina Liani lalu merebahkan dirinya ke belakang sambil menarik tubuh gadis itu. Tanpa harus disuruh, Liani meraih penis Djaja yang masih keras dan mulai menjilatinya. Dirasakannya cairan vaginanya sendiri yang sudah bercampur dengan sperma pada penis itu. Setelah menjilati batang itu hingga buah zakarnya hingga bersih, Liani membuka mulutnya dan mengulum penis si anak pantai. Selama lima menitan ia mengulum dan menghisap penis itu hingga akhirnya berkedut dengan cepat.
“Aaarrhh!!” lenguh Djaja menyemburkan spermanya mengenai wajah cantik Liani.
Pada saat yang sama pula, di atas buffet Sherlin mencapai orgasmenya, sebuah orgasme panjang yang dahsyat, tubuh gadis itu menggelinjang dan cairan orgasme mengucur deras membasahi buffet di bawahnya. Awang mempercepat genjotannya hingga dua menit kemudian ia hunjamkan penisnya sedalam-dalamnya di vagina Sherlin disertai erangan keras. Anak pantai itu mencapai klimaks di rahim dara cantik ini. Sherlin tersenyum lemah merasakan kepuasan yang luar biasa dari naughty escape-nya. Ketiga dara oriental itu pun lemas dalam kepuasan bersama tiga anak pantai. Selama tiga hari ke depan mereka ditemani ketiga anak pantai tersebut keliling pulau dewata sambil menikmati petualangan birahi.
Tiga minggu sebelumnya
“Hoaaam....”, itulah suara yang pertama kali keluar dari mulut Daniel di pagi hari itu seperti hari-hari yang lain
Pagi itu ia dibangunkan oleh suara jam weker di kepala ranjang. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, ada kuliah jam sebelas nanti tapi pagi ini rencana mau cuci mobil dulu agar tidak mengantri panjang. Ia pun turun dari tempat tidur dan mencuci wajahnya di kamar mandi. Saat turun ke bawah, sesosok wanita cantik memakai kaos ketat warna biru dengan bawahan hot pants putih yang memperlihatkan kemulusan pahanya, sudah menunggunya di meja makan.
“Morning ma!” sapa pemuda gempal itu.
“Hai, yuk makan nih, ada nasi goreng udang, masih banyak, tadi pagi si Riko makannya cuma dikit!” panggil wanita itu.
Wanita yang dipanggil ‘ma’ oleh Daniel itu bernama Tiara, merupakan istri kedua dari papanya Daniel atau dengan kata lain mama tiri pemuda itu. Papanya menikahi wanita itu yang tadinya adalah staff kantornya enam tahun yang lalu tak lama setelah istri pertamanya meninggal karena sakit. Tiara sendiri tadinya berstatus janda tanpa anak dan setelah menikah dengan suami keduanya ini, ia memiliki satu putra yang menjadi adik tiri Daniel. Di usianya yang sudah menginjak 39 tahun, Tiara masih terlihat cantik dan menggairahkan, tidak kalah dengan teman-teman kuliah anak tirinya itu. Kecantikan dan cara berpakaian Tiara yang seringkali memamerkan keindahan tubuh mau tak mau membuat Daniel terkadang birahi terhadapnya, namun karena belum pernah ada pengalaman dengan wanita dan mengingat hubungan mereka sebagai keluarga ia meredam perasaan itu.
“Mau minum apa Nil?” tanya Tiara
“Teh hangat aja ma, pake gula yah!” jawab pemuda itu.
Tiara menyiapkan apa yang diminta anak tirinya itu di mini bar lalu menyuguhkannya di depan pemuda itu. Sambil makan mereka ngobrol ringan masalah sehari-hari. Tiara memang jauh dari typikal ibu tiri jahat seperti di sinetron, sebaliknya ia sangat terbuka dan gampang akrab dengan anak tirinya dan kerabat suaminya yang lain sehingga Daniel tidak perlu waktu lama untuk dapat menerimanya ketika papanya menikahi wanita itu.
“Saya mandi dulu yah ma!” kata Daniel bangkit berdiri setelah menghabiskan sarapannya.
“Oke, gih mandi, ntar telat!” kata wanita itu mengambil piring dan gelas bekas putra tirinya itu untuk dicuci.
Setelah itu Daniel langsung masuk ke kamar mandi lantai atas dan mulai mandi.
“Ahhhh... ma, sepong yang dalam!” pemuda itu meracau di bawah shower sambil mengocok penisnya membayangkan mama tirinya mengulum benda itu, “terusaahh ma... sepongan mama kok mantap banget, kaya lonte aja aaahhh!!”
Crett... creett.... akhirnya sekitar lima menitan, spermanya berhamburan di lantai, rasanya puas sekali berfantasi dengan mama tirinya itu.
“Ma pergi dulu yah!” pamit Daniel menuju ke garasi.
“Iya dadah!” balas Tiara yang sedang menonton TV.
Daniel mampir ke sebuah salon mobil di ruko di depan kompleks rumahnya. Ia menunggu satu antrian untuk mobilnya dicuci.
“Ngehe... flashdisknya ketinggalan!” omel Daniel dalam hati mencari-cari dalam tas kuliahnya.
Terpaksa ia pun harus pulang berjalan kaki untuk mengambilnya. Tidak terlalu jauh memang, sepuluh menit kurang sudah tiba di rumahnya. Di halaman rumahnya nampak gerobak motor pengantar air galonan terparkir. Dibukanya pintu depan yang tidak terkunci dan lalu ia berjalan ke dalam, namun sebelum melangkahkan kaki lebih jauh ke ruangan tempatnya sarapan tadi ia terkesiap dan buru-buru bersembunyi di balik tembok. Pemandangan yang dilihatnya di minibar membuatnya shock dan terperangah. Tiara sedang berpelukan dan berciuman dengan Bang Afif (40 tahun), si pengantar air galon di kompleks ini. Pria berjenggot dengan postur sedang dan tubuh berisi itu meremasi payudara montok Tiara yang kaos dan bra-nya sudah tersingkap ke atas, tangan satunya bergerilya ke bawah merabai paha indah hingga meremas bongkahan pantatnya yang masih terbungkus hotpants. Tiara pun tidak pasif, sambil terus beradu lidah dengan si pengantar galon air, tangannya meremasi selangkangan pria itu dari luar celananya.
‘Wuih... mama Tia ternyata.... “ kata Daniel dalam hati tidak berkedip menyaksikan perselingkuhan mama tirinya itu di balik tembok.
Sebentar kemudian, Bang Afif menaikkan tubuh Tiara ke meja minibar yang terbuat dari granit itu dan membaringkannya. Dengan cekatan ia melucuti hotpants dan celana dalam Tiara sehingga wanita itu kini terbaring di meja minibar hanya dengan kaos dan bra yang telah tersingkap.
“Aahhh!!” Tiara mendesah dengan tubuh menggeliat saat pria itu menusukkan jari tengah dan telunjuknya ke liang senggamanya yang sudah becek.
Pria itu nyengir melihat reaksi Tiara, sambil terus memainkan jarinya ia menunduk dan mendekatkan wajahnya ke selangkangan wanita beranak satu itu.
"Isep memek saya bang... udah nggak tahan nih... ssshhh... ooohhh...." pinta Tiara.
Sesuai yang diminta, Bang Afif langsung melahap vagina wanita itu, menjilati bibir vaginanya sembari mencucukkan jarinya. Ia menyelipkan lidahnya dalam-dalam ke vagina itu, mengais lendir-lendir kenikmatan Tiara dan menghisapnya. Sluurrpp.... cuppp... ssllurpp!!
"Aaawwwhh... enak bangetthh!!” erang Tiara berkelojotan karena jilatan lidah pria itu, tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.
"Hehehe.... suka yah Bu.... nikmatin aja..." balas Afif semakin semangat menjiilati liang kewanitaan wanita itu lebih dalam lagi.
Daniel terus memperhatikan pria itu melumat vagina mama tirinya. Tangannya meraba selangkangannya yang sudah terasa sesak. Bang Afif sangat mahir melakukan oral seks sampai menyusup dalam-dalam dan menyentil-nyentil klitoris Tiara membuat wanita itu meringis dan mendesah panjang. Jari pria terus mengorek-ngorek liang vagina wanita itu.
“Baanngg… udah, saya pengen ditusuk kontol abang!” pinta Tiara mendesah-desah.
Kata-kata vulgar mama tirinya itu membuat Daniel semakin terangsang, ia pun melonggarkan sabuk celananya dan memasukkan tangan ke dalam mengocok penisnya.
“Sama Bu, saya juga udah kangen sama memek ibu yang seret ini,” kata Bang Afif sambil bangkit dan membuka celananya.
Tiara membuka kedua belah pahanya lebih lebar memperlihatkan vaginanya yang merah merekah dan basah. Jarinya membuka belahan bibir vaginanya untuk mempersilakan pria itu memasukinya. Bang Afif mengarahkan penisnya yang panjang dan berurat itu ke liang kenikmatannya. Ssleppp… kepala penis yang bersunat itu melesak ke dalam vagina Tiara membuatnya melenguh panjang
“Uuuhh… memekmuuuu… ini… kaya punya gadis aja... ooohhhh…” lenguh Afif merasakan jepitan vagina wanita itu
Tukang galon itu mulai memaju-mundurkan pantatnya dengan pelan-pelan, membuat Tiara betul-betul menikmati pergesekan kulit batang penisnya dengan dinding vaginanya. Sambil menikmati beradunya kelamin mereka, tangan Bang Afif meraih kedua payudaranya, meremas-remas kedua gunung kembar itu, dirasakannya kedua puting itu mencuat keluar, ia memilin-milin keduanya sambil agak sedikit ditarik-tarik. Tiara pun menceracau tak karuan menikmati permainan pria itu. Vaginanya pun semakin banjir sehingga penis pria itu semakin lancar menghujam-hujam liang senggamanya.
“Ah... uh... ah... uh... ”, suara desahan mereka bersahutan memenuhi ruangan.
Keringat pria itu menetes ke tubuh Tiara yang juga sudah basah berkeringat. Sesekali mereka bercumbu, kaki jenjang Tiara melingkar di pinggang Bang Afif, menahan penis pria itu agar tak terlepas. Plok... plok... plok... bunyi kelamin mereka beradu. Tiara sudah seperti cacing kepanasan, ia menggelinjang menikmati genjotan si tukang galon itu. Menit demi menit berlalu mengiringi pelampiasan nafsu terlarang mereka dan juga Daniel yang terus mengocok penisnya di tempat persembunyiannya. Sialan, bisa-bisanya mama Tia mau dientot sama si tukang antar air itu, udah dari kapan ya? Seberapa sering? Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat Daniel semakin pusing dibuatnya. Bang Afif sudah di ambang orgasme, ia melenguh sambil mempercepat genjotannya terhadap vagina Tiara. Namun tiba-tiba dirasakannya dorongan dari dalam vagina wanita itu
“Njrit... bakal banjir ini sih!” ujar Bang Afif dalam hati lalu menarik lepas penisnya.
“Aaaahhhhh.... ” Tiara mendesah panjang.
Wanita itu mengalami squirt, cairan kewanitaannya muncrat kemana-mana sementara badannya mengejang dahsyat.
“Gila! Mama Tia bisa muncrat kaya di JAV gitu!” Daniel tidak berkedip menyaksikan adegan squirt mama tirinya itu.
Tiara akhirnya terkulai lemas di atas meja mini bar. Bang Afif mendiamkannya sebentar untuk memberinya waktu menstabilkan kondisi badannya. Ia mengambilkan minum untuk wanita itu yang menerima dan meneguknya perlahan.
“Saya entot lagi yah, udah mau nih”, ujar Bang Afif, “kita ganti gaya”
Tiara cuma memandangnya dengan mata sayu, ia pasrah ketika pria itu menurunkannya dari meja hingga menungging dengan bertumpu pada meja minibar dengan kedua sikunya. Sekali lagi Bang Afif menusuk vagina wanita itu dengan penisnya yang masih tegak.
“Uuuuhhhhhhhhhhhh”, desah Tiara.
Bang Afif langsung tancap gas menggenjot Tiara secepat dan sedalam mungkin. Perlahan-lahan stamina Tiara mulai pulih sedikit dan ia merespon gerakan pria itu dengan menggoyang pinggulnya.
“Uh... ohhh... uh... keluarinnya di mulut aja yahh... ”, rengek Tiara.
“Siap!” sahut Bang Afif dengan suara bergetar
Pria itu merasa penisnya semakin berdenyut dan...
“Ayo... siap ngecrot nih!” ia mencabut penisnya dari vagina Tiara
Wanita itu langsung berlutut di depannya dan mengocok penis tersebut, tidak sampai dua menit, crrreeett... crreett... creetttt... cairan putih kental bercipratan bak shower ke wajah cantik Tiara .Wanita itu memasukkan penis itu ke mulutnya agar sisa cipratannya tidak terbuang.
“Uuuhh terima nih pejuku.... dasar lonte tukang negak peju!!” lenguh pria itu.
“Ooohh... mama Tia... !!” pada saat yang sama Daniel juga memuncratkan spermanya di dalam celana, ia tahan sebisa mungkin agar cairan itu tertampung di telapak tangannya dan tidak terlalu membasahi celana.
Jantung Daniel berdegup kencang, ia harus segera pergi agar tidak ketahuan mereka, persetan dengan flashdisk. Segera ia pun melangkah mundur, kakinya mengendap-endap hingga pintu depan yang ia buka dan tutup dengan hati-hati dan tak bersuara, setelah itu langsung mengambil langkah seribu kembali ke salon mobil dengan telapak tangan penuh sperma kental. Sejak itu ia makin memandang ibu tirinya yang cantik itu dengan birahi, namun hingga kini ia belum berani merealisasikan fantasinya.
To be continued....
Terakhir diubah: