caligula1979
Semprot Addict
- Daftar
- 24 Jun 2012
- Post
- 487
- Like diterima
- 2.829
Halo mupengers sekalian!
Jumpa lagi di Caligula Universe (CGU). Kesibukan di dunia nyata menyebabkan saya baru bisa menulis lagi setelah dua tahun. Kali ini saya akan menceritakan tokoh favorit CGU, ya siapa lagi kalau bukan Afif the Aquaman. Jagoan kita ini agaknya sedang ada masalah, dia akan diberhentikan dari pekerjaannya. Apakah ini berarti akhir petualangan seru si Aquaman?
Mupengers yang pembaca setia serial CGU pastilah tahu jawabannya dari detil-detil plot kronologis cerita-cerita CGU. Kini kita lihat, bagaimana nasib si Aquaman. Tanpa buang waktu lagi, marilah kita nikmati cerita dua episode ini, akan diupdate tiga hari setelah cerita pertama ini.
Selamat menikmati!
Cerita CGU lainnya:
"Ayo semua lihat sini!” instruksi si fotografer, “cheeessseee....!”
Lisa (31 tahun) yang menggendong bayinya, bersama sang suami, Niko (37 tahun), berdiri di tengah mengarahkan bayi mereka ke kamera. Di kanan kiri keluarga, kerabat dan teman mengapit mereka dan tersenyum. Setelah potret-potret, berakhirlah perayaan kecil manyue/ satu bulan Davin, bayi kedua pasangan muda itu. Para undangan mulai pamitan meninggalkan restoran.
“Davin! Sini sama tante... mau gak?” Arlene, teman dan langganan air galon di depot air Lisa, mencolek-colek pipi bayi mungil dalam gendongan wanita itu
“Nih... pelan-pelan Len!” Lisa menyodorkan bayi laki-lakinya itu pada Arlene yang menggendongnya dengan hati-hati.
“Sa... pulang dulu yah!” pamit Tiara bersama suaminya yang melintas.
“Iya, makasih yah!” Lisa dan suaminya menyalami mereka.
“Duh... kayanya udah pengen punya bayi lagi yah!” kata Christine yang menghampiri mereka lalu ikutan nimbrung menimang-nimang bayi lucu itu.
“Iya tuh... anakku udah suka nanya kok dia ga punya dede... “ kata Arlene
“Cieee... berarti lagi rajin usaha dong... “ goda Lisa
“Hihi... gitu deh... “ jawab Arlene tersipu
“Baru melahirkan, tuh body udah singset lagi, mantap tuh cewek!” kata seorang pelayan yang sedang beres-beres alat makan pada temannya
“Kalau tajir mah bisa perawatan biar kinclong” balas temannya.
“Davin! Dadah ya!” Arlene mencium dahi bayi itu setelah Christine memberitahu bahwa suaminya sudah keluar dari parkiran dan menunggu di depan gerbang restoran.
Arlene yang numpang mobil Christine mengembalikan bayi itu dengan hati-hati dan berpamitan. Tak lama kemudian, setelah membereskan barang dan pembayaran, merekapun meninggalkan restoran. Kebahagiaan memenuhi pasutri muda itu terutama Lisa, Davin pun tidak rewel malam itu, hanya sekali ganti popok dan sekali menyusu.
Di rumah Lisa...
“Kalau ada perlu panggil aja yah!” kata Niko mencium kening Lisa yang tengah berbaring menyamping di ranjang menyusui Davin.
Lisa mengangguk dan tersenyum sebelum Niko meninggalkannya untuk menyelesaikan pekerjaannya yang sudah dekat deadline di ruang kerjanya. Di tengah senyum bahagianya malam itu karena telah menjadi ibu dan sudah membesarkannya hingga genap sebulan seperti sekarang, Lisa masih menyimpan kegundahan sendiri di hatinya. Bagaimana tidak, bayi yang sedang disusuimya ini bukan bibit dari suaminya, melainkan dari Afif, pegawai depot airnya. Intuisinya sebagai seorang ibu sudah merasakannya sejak pertama melihat bayi itu, hidung besar dan bentuk rahangnya lebih mirip ke Afif daripada suaminya, seiring waktu, bayi itu juga tumbuh dengan kulit yang tidak terlalu putih, namun ini masih bisa dimaklumi karena Niko juga agak coklat. Empat tahun menikah, pasutri itu tidak juga dikaruniai anak, Niko sibuk dengan karirnya yang menanjak di perusahaannya dan Lisa sibuk mengelola toko peralatan bayi dan beberapa bisnis kecil lain termasuk depot air yang dipercayakan pada Afif, yang dulunya merupakan pegawai di pabrik keluarga Niko sejak keduanya belum menikah. Walau pernikahan mereka relatif baik-baik saja, Lisa mulai dilanda kejenuhan, terutama ketika suaminya sering ditugaskan ke luar kota. Saat itulah Afif hadir mengisi kesepian nyonya majikannya yang rutin mengontrol ke depot air seminggu sekali atau dua kali. Afif mengerti benar yang sedang dirasakan Lisa saat itu, dari sekedar ngobrol-ngobrol biasa Lisa mulai curhat soal kehidupannya pada si tukang air galon hingga suatu sore perselingkuhan itu terjadi. Walau di awal, Lisa dirundung rasa bersalah dan penyesalan, ia tidak berusaha menghentikannya, setiap kali memantau ke depot air, hubungan gelap itu selalu terjadi lagi dan lagi. Kemahiran Afif memuaskan wanita membuat wanita yang tadinya konservatif itu tidak sanggup menolak kenikmatan yang diberikan pegawainya, kalaupun menolak itu hanyalah setengah hati yang justru membuat percintaan mereka makin bergairah. Satu tahun lebih hubungan gelap mereka akhirnya membuahkan hasil, bayi Davin yang lucu dan lincah, yang membuat Niko sangat bersukacita dan makin menyayangi sang istri. Senyum bayi itu mampu menepis perasaan bersalah Lisa yang telah melahirkan anak haram dari hubungan gelap dengan pegawainya sendiri.
“Ini harus diakhiri!” kata Lisa dalam hati menarik payudaranya dari mulut Davin yang sudah terlelap.
Ia meraih smartphonenya dan berbalas pesan WA dengan seorang kenalan perihal pegawai baru yang ditawarkan.
Keesokan harinya
Pukul 14.43
“Oohh... eenngghh!” desah Vivi, ibu beranak dua itu mendesah-desah merasakan lidah Afif kian liar menjilati vaginanya
Tukang air galon itu duduk di bangku dengan kepala tertutup rok Vivi. Merasakan liang kewanitaannya semakin becek, Afif membuka kedua kaki Vivi lebih lebar agar lidahnya dapat menyeruak lebih dalam di liang senggama wanita itu. Sesekali dengan jari tengah kanannya Afif mengocok vagina Vivi dan kemudian menjilatinya lagi. Klitoris Vivi yang sangat sensitif juga tak luput dari jilatannya, sesekali juga pria itu menghisap daging sensitif itu, membuat Vivi semakin menceracau. Setelah sepuluh menitan, wanita itu merasa ada sesuatu yang ingin meledak dari dalam dirinya,
“Ooohhh... paaakk!” desah Vivi meremas rambut si tukang air galon
Ssrrrr.... cairan hangat bening mengucur dari vagina wanita itu mengenai wajah Afif. Pria itu tersenyum penuh kemenangan karena telah berhasil menaklukan wanita itu hingga mencapai orgasme hanya dengan lidahnya. Vivi masih terlihat lemas akibat orgasme yang dialaminya,matanya terlihat sayu. Afif berdiri dan melepaskan celananya. Vivi yang masih lemas seketika itu terperangah memandangi penis bersunat yang sudah ereksi, benda yang sering membuatnya menggelepar-gelepar nikmat dan tak sanggup menolak.
“Bapak masukin sekarang yah cik... uuuuggghhh!” erang Afif sambil menekan batang penisnya hingga melesak masuk ke liang senggama Vivi yang telah basah.
“Ooouuhhh!” tubuh Vivi dengan kedua tangan bertumpu di meja dapur mengejang menerima sodokan penis si tukang air galon yang mentok hingga rahimnya.
Afif menggenjotnya semakin cepat sehingga wanita itu semakin menceracau. Vivi mengangkat kedua lengannya saat pria itu mengangkat gaunnya hingga terlepas dari tubuh wanita itu menyisakan bra ungu yang juga segera ia singkap cup nya. Afif semakin mempercepat sodokan penisnya dan semakin berani mengeksplorasi gaya tusukannya. Kepala penisnya terus-terusan menyundul dasar liang senggama Vivi, membuat mata wanita itu kadang melotot, kadang terpejam, di tengah sensasi luar biasa itu. Afif sudah sangat berpengalaman menciptakan kenikmatan demi kenikmatan bagi setiap partnet bercintanya sehingga mereka selalu merindukannya, tak terkecuali Vivi. Sambil menggenjot, ia menyelomoti puting payudara Vivi, mengelus-eluskan ujung lidahnya sambil mengisap-isapnya. Terkadang gigitan-gigitan kecilnya mendarat di leher, disusul dengan jilatan-jilatan yang membuat wanita itu makin tenggelam dalam arus nikmat.
Ketika kenikmatan itu semakin memuncak, rintihan-rintihan histeris pun berlontaran begitu saja dari mulut Vivi tanpa dapat dikendalikan lagi
“Ppaakk…. oooohhh…. entot terus…. enak paaakk …. Ooooh!!”
Semenit kemudian, Vivi menggelinjang di puncak nikmatnya, diiringi erangan panjang wanita itu. Meski Vivi akhirnya terkapar setelah mencapai orgasme, Afif tetap menggenjot penisnya bermaju-mundur di dalam liang vaginanya yang sudah banjir. Vivi hanya pasrah sambil memejamkan matanya meresapi nilai puncak nikmat yang baru saja dicapainya. Lima menit kemudian Afif merasakan batang penisnya berkedut kencang dan ingin menyemburkan lahar kenikmatannya.
“Boleh di dalam gak cik?” Afif meminta ijin, yang dijawab wanita itu dengan anggukan lemah.
Ia pun mempercepat sodokannya lalu di sodokan terakhir ia menghunjamkan penisnya sedalam-dalamnya di liang vagina Vivi hingga menyemprotkan spermanya di dalam lubang vagina wanita itu berulang-ulang. Vivi ambruk dalam dekapan si tukang air galon yang penisnya masih tertancap di dalam vaginanya.
“Bapak nafsuan banget hari ini, sampe lemes saya.” Vivi berkata sambil memandang sayu si tukang air galon.
“Saya senang bisa bikin cik puas” kata pria itu tersenyum melihat raut muka penuh kepuasan di wajah wanita itu.
Setelah puas dengan olah syahwat di dapur itu, keduanya kembali membenahi diri. Vivi memberi bayaran lebih atas servis plus Afif yang memuaskan.
Pukul 15. 22
Afif menekan bel rumah berlantai dua dengan desain klasik dan taman asri di depannya itu.
“Afif... ayo masuk aja, gak dikunci kok!” seorang pria paruh baya membuka pintu dan menyapanya.
“Sore pak... sehat aja nih?” sapa Afif membuka pagar yang tidak dikunci.
“Ya, alhamdulilah” jawab Pak Nugroho, nama pria itu, “anak cucu lagi berkunjung, ramai di sini!”
“Oh gitu yah pak! Asyik dong!” kata Afif menurunkan dua galon dari gerobak motornya.
“Wah sore bu! Lagi sama cucu nih!” sapa Afif melihat wanita setengah baya sedang menemani seorang balita bermain di ruang keluarga.
“Sore juga Fif, iya ini cucu ibu paling kecil, namanya Hilary!” kata istri Pak Nugroho memperkenalkan cucu perempuannya yang berwajah kebule-bulean.
“Hello sir!” sapa bocah itu.
“Ehehehe... hallo juga!” balas Afif.
“Mamanya kan bule makanya cucu saya muka blasteran!” kata Pak Nugroho.
“Oohh... pantesan, pasti mamanya cantik kaya anaknya” puji Afif.
“Fif tolong ganti galonnya juga yah! ada anak sih, tapi dia lagi keluar” pinta istri Pak Nugroho.
“Siap lah bu, seperti biasa!”
Si tukang air galon ke dapur untuk mengganti galon yang hampir kosong di dispenser dengan yang baru. Baru saja ia membuka segel galon yang baru...
“Grandpa... grandpa... my airplane... stucked on the tree!” suara bocah laki-laki terdengar.
Setelah melongok ke arah ruang tamu, Afif menuju jendela dapur melihat ke taman belakang, ia melihat seorang wanita berambut pirang berusaha menjatuhkan mainan pesawat dari dahan pohon besar di sana dengan gagang sapu yang tak bisa menjangkau. Segera ia pun ke depan.
“Kenapa pak?” tanyanya pada Pak Nugroho yang bersama bocah laki-laki, “ada yang bisa saya bantu mungkin?”
“Itu Fif, mainan cucu bapak nyangkut di pohon, kamu mau bantu ambilin?”
“Bryan... just wait for dad!” sahut suara wanita dari taman, “gramps is too old to climb... oh hi!” sapa wanita bule itu melihat ada orang asing
Selama ini rumah keluarga Nugroho yang ditempati pasangan tua yang bekerja sebagai rektor dan dosen ini Afif hanya mendapat teman ngobrol dan keramahan, baru kali ini ada yang bening seperti sekarang.
“Oh bu, biar saya bantu ambilin pesawatnya!” Afif menawarkan diri sambil memandang kagum wanita pirang di hadapannya yang memakai kaos ketat dan celana pendek itu.
“Ini mantu saya Fif, orang Amerika!” Pak Nugroho memperkenalkan istri dari anak sulungnya.
“Crystal!” wanita itu mengulurkan tangannya dan tersenyum
“Saya Afif... tukang antar air!” Afif menjabat tangan lembut wanita bule itu.
“Sorry merepotkan bapak, bapak benar bisa bantu ambilkan?” tanya Crystal dengan bahasa Indonesia yang cukup fasih.
“Saya coba aja dulu bu!” Afif berjalan ke taman memandang sekeliling mencari benda panjang.
“Saya perlu sesuatu yang panjang buat nyodok jatuh!” kata Afif
“Coba ini Fif, bisa gak kira-kira!” kata istri Pak Nugroho membawa tongkat pemasang lampu.
“Nah benar bu!” Afif meraih benda itu lalu segera mencoba memukul dahan agar pesawat itu jatuh.
Alat itu dapat menjangkau pesawat mainan Bryan yang nyangkut di dahan. Dengan hati-hati Afif mendorong pesawat styrofoam itu agar tidak patah hingga akhirnya.
“Yyeaaa.... terima kasih sir!” sorak Bryan dengan bahasa Indonesia dan mengambil mainannya yang berhasil dijatuhkan.
“Wah bisa bahasa Indonesia juga yah!” kata Afif mengelus rambut coklat bocah itu.
“Bisa Fif, dua bahasa mereka” kata Pak Nugroho.
“Terima kasih yah pak!” kata Crystal tersenyum sehingga membuatnya terlihat makin cantik
“Iya, sama-sama, senang bisa ngebantu.
Afif pamitan setelah keluarga itu berterima kasih padanya, Pak Nugroho juga memaksanya menerima pembayaran lebih hari itu. Afif meninggalkan rumah itu dengan hati bersyukur sekaligus mengingat-ingat Crystal, si mantu bule cantik Pak Nugroho itu. Penisnya sudah menggeliat sejak tadi berfantasi erotis dengan wanita itu, namun ia cukup realistis untuk tidak berharap lebih jauh, lagipula toh ia memiliki banyak “mainan” di kompleks itu.
Pukul 16.44
Afif sedang menata galon-galon kosong pada tempatnya ketika ia melihat mobil milik nyonya majikannya masuk ke pekarangan dan parkir di sana.
“Sore cik.... lama gak ke sini yah!” sapa pria itu begitu Lisa turun dari mobil
“Sore pak... iya sibuk urus bayi lah, bapak tau sendiri” wanita itu balas menyapa.
“Mau meriksa pembukuan cik?”
Lisa mengangguk, “sama ada yang harus dibicarakan pak, kita ke dalam aja!”
Wanita beranak satu itu duduk dan memeriksa catatan pemasukan yang diserahkan Afif. sementara itu si tukang air galon memperhatikan majikannya yang hari itu memakai tank top hitam dengan luaran kemeja putih dipadu celana jeans selutut.
“Ada masalah cik?” tanya pria itu memperhatikan raut muka tidak enak pada wajah manis nyonya majikannya.
Lisa menghela nafas dan meletakkan catatan itu, “ada yang perlu saya sampaikan pak.... ini tentang hubungan kita”
“Uuhh... baik cik, apa ada sesuatu yang gak baik?”
“Nggak pak...” wanita itu menggeleng, “bapak tahu kan, saya udah jadi ibu sekarang, saya gak mau menghancurkan keluarga saya, apalagi hubungan kita ini sudah terlalu jauh...”
Afif mendengarkan baik-baik keluhan majikannya itu.
“jadi cik mau saya berhenti?” tanya pria itu pelan
“Saya puas hasil kerja bapak selama ini, gak gampang cari pegawai sebaik bapak... tapi ini mau gak mau harus diakhiri pak.... saya sudah sediakan pesangon bapak” ia mengeluarkan amplop coklat dari tasnya dan meletakkannya di meja, “saya harap ini cukup, saya juga bisa bantu cari pekerjaan lain buat bapak, nanti akan saya hubungi lewat WA
“Saya mengerti cik... mengerti banget, saya juga gak mau ngerusak rumah tangga cik, saya berhutang budi ke keluarga suami cik”
“Bapak bisa mengemas barang, besok saya ambil kunci tempat ini” kata Lisa bangkit berdiri.
“Saya gak terlalu kaget keputusan cik ini, saya tahu satu hari pasti tiba hari ini. Sebelum pergi, boleh bapak minta sesuatu?” tanya Afif
“Bapak mau...?”
Sebelum Lisa selesai bicara, Afif mendekatinya dan mendekap tubuh langsing wanita itu.
“Jangan pak!” Lisa memalingkan wajah ketika pembantunya berusaha mencumbunya, “kita udah ga bisa gini lagi”
“Ini terakhir kali yah cik, supaya bapak gak penasaran” kata Afif dekat wajahnya, tangannya mengelus punggung wanita itu hingga meremas pantatnya, “terakhir main udah dua minggu lebih, bapak kangen sama cik, besok bapak udah ga ketemu lagi sama cik, bapak mohon cik mau yah!” pria itu nampak memelas
“Tapi ga bisa pak.... ermmhh” Afif kembali memagut bibir Lisa yang kini tak mampu menghindar lagi.
Lisa meronta namun setengah tenaga, ia hanya mempertahankan wibawanya sebagai nyonya majikan yang telah berkata semua sudah berakhir. Ia tidak berusaha melepaskan diri saat pria itu menghimpit dan mendudukkannya di tepi meja. Lisa dengan mudah menerima begitu saja apa yang terjadi. Hatinya bergumul hebat, namun hasrat liar dalam dirinya bergejolak, secara jujur ia juga merindukan penis perkasa pegawainya itu merojok-rojok vaginanya, ia tak pernah bisa menyangkal kenikmatan yang diberikan pria itu. Ia menyadari bahwa kini dirinya sedang melanggar komitmen untuk menghentikan semuanya, tapi sudahlah... biarlah ini menjadi yang penghabisan. Lisa menggerakkan lidahnya membalas pagutan Afif dan bertukar ludah. Pria itu melepaskan pakaian luar Lisa lalu menyingkap tank top beserta bra tanpa tali bahu di baliknya. Afif langsung membenamkan wajahnya pada payudara nyonyanya dan mulai mengulum putingnya. Crett... crettt... puting itu mengeluarkan ASI karena masih dalam masa menyusui.
“Ooohh... pak!” desah Lisa meremas rambut Afif yang menyusu bak bayi manja.
Tangan Afif membuka kancing dan resleting celana Lisa, lalu tangannya menyusup masuk ke dalam celana dalam mengelus-elus vagina wanita itu. Tak cuma mengelus, jari tengahnya bahkan mulai menyelusup-nyelusup ke dalam liang senggamanya, sambil mulutnya tetap asyik menyelomoti payudara Lisa meminum susunya. Wanita itu pasrah membiarkan tangan Afif menarik lepas celana selutut beserta dalamannya hingga ia terduduk di tepi meja hanya tinggal memakai tanktop dan bra yang tersingkap.
“Aaahhh” kembali ia mendesah saat Afif melumat payudara yang satunya sambil menggerayangi selangkangnnya.
Lisa pun takluk pada kenikmatan tabu itu dan mulai mengikuti naluri seksualnya
Lisa merasakan cairan vaginanya sudah mulai terdesak membanjir keluar sehingga selangkannya semakin basah.
“Badan cik cepat banget langsing lagi, tokednya tambah montok” puji Afif sambil mengelus betis, paha, perut, payudara, lalu menurun lagi ke perut dan bermuara di selangkangan nyonya majikannya.
Wajah Lisa semakin memerah akibat birahi dan juga tersanjung oleh pujian pegawainya itu. Afif lalu menarik sebuah bangku dengan kakinya lalu duduk dengan wajah tepat di selangkangan Lisa.
“Gak pernah bosen sama memek cik!” kata Afif menghirup aroma vagina Lisa yang terawat itu sehingga tidak ada bau menusuk.
Habis berkata si tukang air galon langsung menjilati vagina wanita itu. Secara refleks Lisa menyambutnya dengan merenggangkan kedua belah paha sambil membelai rambut Afif. Pria itu menjilati klitorisnya dengan intensif sehingga Lisa menggeliat dan menceracau nikmat. Kedua tangan pria itu merayap ke atas meraih kedua payudara Lisa lalu ia mainkan putingnya dengan jari-jarinya, terkadang meremasnya. Sesekali Afif menggigit klitoris majikannya menggunakan ujung gigi yang membuat wanita itu menjerit histeris menikmatinya,
“Aahhhh... pak.... mmmhhh…” lirih Lisa yang terbuai dalam serangan lidah pegawainya di bawah sana.
Ibu beranak satu itu menggeleng-gelengkan kepala, menggelepar-gelepar merasakan rasa nikmat yang amat luar biasa. Afif menggarap tiap jengkal bahkan tiap senti dari vagina majikannya. Tak perlu lama, selangkangan Lisa pun basah kuyup dengan air liur Afif dan cairannya sendiri.
“Ooohhh....” tubuh Lisa bergetar hebat saat Afif meningkatkan serangan dengan sambil mengobel-ngobel liang vaginanya
Afif semakin bernafsu melahap lelehan lendir yang mulai keluar dari vagina Lisa, rasanya gurih sedikit manis. Tubuh Lisa menegang, kedua kakinya yang menggantung di tepi meja mengejang dan kedua pahanya semakin menjepit kepala Afif. Secara refleks, ia menekan kepala Afif ke vaginanya sendiri dengan kedua tangannya seperti ingin membekap pria itu dengan vaginanya.
“Slluurrpp!!! sllrrpphhh!!!” Afif menyeruput dan menyedot dengan sangat kuat, pria itu tak melewatkan satu tetes pun cairan vagina nyonya majikannya karena ini mungkin menjadi yang terakhir kalinya.
Lisa bernafas terengah-engah di tepi meja setelah orgasme itu. Afif menghentikan jilatannya, kemudian berdiri dan membuka celananya? Lisa tertegun saat pria itu mengeluarkan penisnya yang sudah ereksi dengan urat-urat di sekitar batangnya dan kepalanya yang bersunat. Secara refleks tangannya meraih penis yang dirindukan itu Ia gemetar ketika menggenggam daging liat yang hangat dan berdenyut-denyut, begitu panjang dan bulu-bulunya yang kasar, penis yang lebih perlasa dari milik suaminya.
“Masukin pak!” pintanya dengan suara lirih sambil mengarahkan benda itu ke vaginanya dan ia sentuhkan pada bibirnya.
“Bikin cik puas, saya juga senang!” kata Afif lalu bergerak maju mundur menggesek-gesekkan penisnya pada bibir vagina Lisa yang sudah basah.
“Aaahh!” desah Lisa merasakan benda keras itu mendesak masuk
Dengan beberapa kali mendesak dan menghentak, menggerakan maju mundur pantatnya untuk mempenetrasi vagina wanita itu, akhirnya penis itu mentok di vagina itu. Selanjutnya Afif menggenjot hingga penisnya merambah semua sudut-sudut vagina dan merangsang saraf-saraf peka Lisa.
"Ooohh... enak pak.... saya gak tahan.... ooohhh.." desah Lisa sambil memeluk punggung pegawainya.
Afif memberikan serangan nikmat susulan. Bibir tebalnya memagut leher sang nyonya dan melumatinya sehingga ia menggeliat nikmat. Tangan Lisa memeluk erat tubuhnya, demikian pula kedua pahanya yang melingkari pinggangnya. Ia menjadi sangat liar sampai tak terpikirkan sama sekali olehnya status dan norma-norma apapun. Afif menyodok vagina majikannya makin cepat sehingga melambungkannya menuju puncak kenikmatan. Lisa berkelejotan di meja, cairan orgasme berlelehan membasahi tepi meja, jarinya mencakar punggung si tukang air galon sambil merasakan urat-urat saraf vaginanya dirambati datangnya sensasi yang jarang ia dapatkan dari suaminya. Tubuh Lisa melemas setelah orgasme dahsyat barusan, namun ternyata Afif masih terus menggenjot bahkan semakin ganas.
“Turun cik, ganti posisi!” Afif menurunkan tubuh majikannya dari meja dan membuatnya menungging dengan bertumpu pada kedua telapak tangannya.
Saat itu rambut Lisa yang terurai telah kusut hingga menutupi setengah wajahnya, keringat sudah membasahi tubuhnya.
“Aawwhh!” Lisa merintih pelan saat penis Afif kembali memasuki vaginanya yang kini telah banjir.
Kalau tadi bermain lembut, kini Afif lebih kasar, ia raih rambut majikannya dan dijambaknya bak tali kekang sambil memompakan penisnya merojok-rojok vagina wanita itu.
“Ayyoo... cik, enak kan...ikut goyang cik...aaahh...aahhh" Afif meracau saat di ambang orgasme
"Oocchh... enaakk bangett pak... terus entot kaya gitu...yah eeennakkkh aahhh.... ahhh..." Lisa tanpa malu-malu mengeluarkan kata-kata vulgar.
Tusukkan-tusukan Afif makin menyentuh dinding rahim Lisa dan hal itu membangkitkan kembali gairahnya. Dinding vagina Lisa mencengkeram ketat penis pegawainya, ia ikut menggoyang pinggulnya menjemputi genjotan penis Afif yang semakin brutal.
"Cik doyan kontol saya kan.. uuhhh..??" ceracau Afif sambil menampar pantat sang nyonya
Pertanyaan kurang ajar itu sungguh membuat wajah wanita itu semakin memerah dan telinganya panas.
“Iyah pak... saya suka banget..." jawab wanita itu dalam keadaan trance
Kedua tangan kasar Afif meremasi payudara Lisa sambil bibirnya menyedot keras punggungnya. Penisnya yang perkasa menembakkan cairan hangat membanjiri vagina majikannya. Afif terus memacunya hingga keduanya lemas berpelukan. Sunyi selama beberapa saat, yang terdengar adalah nafas mereka yang naik turun. Afif akhirnya melepas pelukan dan terduduk lemas di bangku. Lisa melihat penis pegawainya yang telah lemas belepotan dengan cairan kental. Entah dorongan dari mana, mungkin karena nafsunya belum sepenuhnya padam, tanpa sadar ia berlutut di depan pegawainya itu dan meraih penis pria itu. Dielusinya penis yang lunglai itu, jari-jarinya menyentuh lengket spermanya, wajahnya mendekati selangkangan si tukang air galon. Aromanya yang tajam segera menyerbak hidungnya, Lisa menjulurkan lidahnya dan menjilat batang penis pegawainya itu, membersihkannya dari sperma dan cairan vaginanya yang belepotan.
“Uuuhhh... cik!” Afif menggeliat meremas rambut nyonya majikannya.
Lisa merasakan penis Afif mulai mengeras lagi di mulutnya. Ia pasrah saat pegawainya itu mencabut batang penisnya dari kulumannya lalu mengangkat lengannya dan mendudukannya di pangkuannya dalam posisi membelakangi. Tangan Afif mengarahkan batang penisnya ke celah bukit vaginya nyonya majikannya.
“Ooohhh...” Lisa mendesah lirih saat pantatnya diturunkan dan penis perkasa Afif kembali memenuhi vaginanya.
Klitoris Lisa yang sudah membengkak tergesek nikmat pada pangkal penis Afif. Tubuh Lisa mulai bergerak naik turun di pangkuan Afif. Payudaranya bergoyang-goyang seiring dengan gerakan tubuhnya Batang penis Afif yang menancap ketat dalam jepitan lubang vagina Lisa terasa menggesek nikmat seluruh dinding vagina yang terus berdenyut-denyut meremasnya. Tubuh Lisa terasa menggigil bergetar saat mulut Afif tak tinggal diam. Si tukang air galon dengan rakusnya melumat leher jenjang dan bahunya, tangannya menggerayangi kedua payudara wanita itu. Gejolak birahi Lisa semakin membara sehingga ia mempercepat gerakan naik turunnya dengan diselingi sedikit memutar saat seluruh batang Afif masuk hingga ke pangkalnya. Wanita itu merasa tubuhnya kembali mengawang-awang sehingga gerakannya kian tak terkendali. Matanya membeliak-beliak dan mulutnya menceracau tak karuan. Puncak pendakian itu kian dekat... hingga akhirnya dengan merintih panjang tubuh wanita itu berkejat-kejat seperti sedang terkena sengatan listrik. Pada saat yang sama, nafas Afif juga semakin memburu, penisnya makin berkedut-kedut. Ketika Lisa akhirnya menggelinjang mencapai puncak pendakian yang sangat melelahkan, Afif juga menyusul dalam hitungan detik, pria itu menggeram nikmat dan penisnya menyemburkan cairan hangat di dalam liang senggama nyonya majikannha. Tubuh kedua insan itu tersentak-sentak di atas kursi, cairan kewanitaan mengucur deras bercampur dengan sperma.
“Ini yang terakhir pak... bapak mengerti kan?” kata Lisa mulai memakai kembali pakaiannya.
Pria itu mengangguk, “saya juga bersyukur bisa kerja di keluarga si engkoh, juga terima kasih atas kepercayaannya selama ini cik”
“Apa rencana bapak setelah ini?” tanya Lisa mengancingkan kembali celananya.
“Selama ini uang gaji banyak yang saya tabung, saya berencana buka usaha sendiri di kampung, usaha kecil-kecilan, saya hidup sendirian, tabungan selama ini lebih dari cukup”
“Syukur, jadi bapak gak sampai luntang-lantung setelah ini, saya juga lega”
Sebelum meninggalkan tempat itu, Lisa menolak pelukan dan ciuman pegawainya itu karena sudah bertekad memutuskan semua hubungan gelap mereka. Ia pulang dengan perasaan campur aduk, lega karena telah mengatakan semua pada pegawainya itu, namun juga ada suatu perasaan yang sulit dilukiskan, semacam ketidakrelaan bila pria itu pergi nanti karena kehilangan sesuatu yang selama ini memuaskannya secara biologis.
Pukul 19. 03
“Oh Pak Afif, ayo masuk pak!” sahut Ferry melihat si tukang air galon setelah membukakan pintu.
“Malam koh, dua galon kan yah?” tanya Afif mengangkat dua galon yang sudah ia turunkan.
“Iya, masuk aja pak!” pria pemilik rumah itu mempersilakannya masuk.
“Malam cik!” sapa Afif pada Cindy (31 tahun), istri Ferry yang sedang menonton TV di ruang tengah.
“Malam!” balas wanita itu.
“Sibuk gak pak?” tanya Ferry ketika pria itu mengganti galon kosong di dapur dengan yang isi.
“Nggak koh... oh iya... sekalian mau pamit saya!”
“Pamit? Bapak mau kemana emang?” tanya Ferry
“Saya mau buka usaha di kampung koh, udah nabung sejak awal kerja dulu”
“Oohh... gitu, iya, iya, semoga sukses deh pak! Mumpung hari ini terakhir kerja, gimana kalau....?” Ferry tersenyum penuh arti.
“Hehehe... itu sih terserah koh aja, saya mah iya-iya aja selama semua sama-sama enak!” Afif juga tersenyum, mengerti yang dimaksud pria itu.
“Ya udah, bapak ganti aja galonnya di dispenser, biar kita siapin!”
“Sip koh!”
Afif segera mencabut galon di dispenser yang hampir kosong lalu menggantinya dengan yang baru. Hatinya girang menantikan apa yang dipersiapkan sang tuan rumah. Segera setelah mengganti galon, ia pun menuju ke depan dan menemukan pemandangan yang menggairahkan. Di sofa ruang tengah, pasutri itu tengah bermesraan, kancing piyama Cindy sudah terbuka semua dan Ferry mengenyoti payudara sang istri sambil tangannya menggerayangi di balik celana piyama wanita itu. Cindy yang pertama melihat kehadiran si tukang air galon tersenyum nakal padanya.
“Ayo pak! Hari terakhir kerja, kapan lagi bisa gini?!” panggil Ferry, “kita juga lagi pengen, puas-puasin malam ini deh pak!”
“Hehehe.... siap koh, cik.... selama kalian ridho bapak juga senang!” kata Afif tanpa sungkan menghampiri mereka di sofa dan duduk mengapit Cindy.
Ketiganya saling menelanjangi hingga tak tersisa apapun lagi di tubuh mereka, tubuh Cindy nampak paling putih mulus di antara suaminya dan si tukang air galon. Payudara wanita itu langsung menjadi bulan-bulanan kedua pria itu. Seluruh permukaannya diciumi, dijilati, bahkan dicupang kecil oleh mereka tanpa terlewat. Afif lalu pindah ke bawah dan membentangkan sepasang paha Cindy.
“Saya bakal kangen memek cik ini nanti!” kata Afif memandangi vagina Cindy yang berbulu lebat itu.
“Eennghh… pak” desah Cindy ketika si tukang air galon meniup-niup vaginanya memancing gairahnya.
Afif menyukai aroma vagina Cindy yang memang membangkitkan gairah sehingga ia membenamkan mulutnya di sana. Kedua paha wanita itu menjepit kepalanya saat merasakan ada benda lunak dan hangat menyapu bibir vaginanya.
“Aahh... pak... enak... eemmhh....” desahan Cindy terpotong karena Ferry memagut bibirnya
Wajah Cindy yang sedang berpagutan dengan suaminya semakin merah padam seiring birahi yang menggelegak. Pasutri yang belum dikaruniai anak itu merupakan penganut open relationship dan sudah empat bulan terakhir ini Afif bergabung dalam kehidupan seks mereka. Ferry sendiri memiliki fetish cuckold, suka menyaksikan istriya sendiri bercinta dengan pria lain. Tak dapat disangkal, Afif telah memberi warna dalam kehidupan seks pasutri itu.
“Mmmpphh.... ssslllrrppp... ” Afif semakin nafsu melumat vagina Cindy, lidahnya mengais-ngais menjilati bagian dalam, menikmati tiap jengkal bahkan tiap senti dari vagina wanita itu.
“Mmmmhhh.... hhmmhhhh…” lirih Cindy yang semakin liar beradu lidah dengan suaminya
Tangan Cindy menggenggam penis suaminya yang sudah ereksi lalu dikocoknya lembut.
Di bawah sana, Afif memainkan klitoris wanita itu dengan lidahnya sehingga Cindy merasakan tubuhnya seperti tersengat listrik, vaginanya gatal seperti mau kencing.
“Uuuhh... coommiinng !!!! ” Cindy menegang, kedua pahanya semakin menjepit kepala si tukang air galon.
“Sssrpphhhh !!! sllrrpphhh!! ” Afif menyeruput dengan kuat, tak melewatkan satu tetes pun cairan vagina wanita itu hingga habis tak bersisa.
Kini tubuh mereka sudah polos berkeringat. Ferry mengajak pindah ke kamar.
Sesampainya di kamar, keduanya berdiri di kanan dan kiri Cindy yang duduk di tepi ranjang sehingga penis mereka mengacung ke wajah cantiknya. Ferry menuntun tangan kiri istrinya menggenggam penisnya, sementara Afif menuntun tangan yang satunya. Tanpa diperintah lagi, Cindy mulai menggerakkan tangan mengocok dua penis pria itu membuat keduanya mendesah nikmat. Tanpa disuruh, sesekali ia mengusap-usapkan kepala penis mereka ke pipi dan menjilatinya.
“Ayo suck it say... udah kepengen gua!” kata Ferry.
Cindy pun mengulum dan mengocok penis dua pria itu secara bergantian. Lalu dalam satu kesempatan ditariknya kedua penis itu lebih dekat ke mulut dan mencoba memasukkan ke mulut bersamaan. Diemut-emutnya kepala penis keduanya yang saling bersentuhan
“Oohhhh !!! ” pelayanan oral Cindy sangat memanjakan dua pria itu.
“Oke say..., ayo kita mulai!” kata Ferry menarik penisnya.
Mereka menyuruhnya menungging di tengah ranjang. Ferry mempersilakan si tukang air galon menggarap istrinya. Afif pun dengan senang hati langsung mengambil posisi di belakang.
“Pelan yah pak!” kata Cindy lirih yang birahinya sudah mendidih dan butuh penuntasan.
“Tenang cik, enak kaya biasa lah!!!” desah Afif yang menekan penisnya ke vagina wanita itu
“ Uhhh…” desah Cindy seiring penis pria itu yang semakin memasuki vaginanya
Penis Afif yang sekarang sudah berada seluruhnya di dalam liang senggama Cindy terasa seperti dicengkram kuat dan diremas-remas oleh dinding vaginanya. Pria itu meringis dan menengadahkan kepala menikmati sensasi nikmat jepitan vagina wanita itu.
“Nnngghh !!! ” rintih Cindy saat penis Afif yang menyesaki liang vaginanya mulai bergerak menggenjot.
Afif mulai menaikkan tempo sodokannya sambil memegangi pinggul wanita itu dan menggerakkan pinggangnya memutar
Ferry duduk selonjoran di depan sang istri yang langsung meraih penisnya tanpa harus disuruh. Kepala Cindy mendekati benda itu dan menjilatinya dimulai dari buah zakar, naik ke batang hingga kepalanya. Ferry menikmati sepongan istrinya sambil meremasi payudaranya. Afif menggenjot dengan kecepatan sedang, nampaknya ia masih ingin berlama-lama menikmati tubuh wanita itu mengingat hari ini terakhir kali ia dapat menikmatinya bersama pasutri itu. Cindy juga menggerakkan pinggul dengan liar, maju-mundur dan berputar seakan memelintir penis Afif.
Setelah sepuluh menitan Afif menceracau nikmat dan sodokannya semakin liar. Hingga akhirnya Afif menghentakkan pinggulnya ke depan kuat-kuat, menenggelamkan seluruh batang penisnya ke dalam rongga vagina Cindy.
“Unnngghh.. yyaahh keluarrr..” Cindy menggelinjang dahsyat.
Mereka mencapai orgasme bersamaan, cairan orgasme keduanya sama-sama menyembur dan saling bercampur hingga terdengar suara decakan hingga akhirnya ambruk dalam kepuasan. Ferry sangat terangsang menyaksikan istrinya orgasme bersama si pengantar air galon. Sebelum gelombang orgasme Cindy surut, Ferry segera mengambil alih posisi Afif, ditelentangkannya tubuh sang istri lalu ia lesakkan penisnya ke vaginanya. Tanpa buang waktu, Ferry menggenjot istrinya dengan ganas, melampiaskan nafsu bercampur kecemburuan. Sambil menikmati genjotan suaminya, Cindy meraih penis Afif yang belepotan cairan orgasme. Ia melakukan cleaning service dengan jilatan dan kulumannya. Malam itu, ketiganya akhirnya terkulai lemas di ranjang. Pasutri itu saling tersenyum puas atas threesome barusan.
“Kita lagi senang banget pak, makanya kita ngajak bapak selain karena bapak mau pergi” kata Ferry
“Ooh, senang kenapa emang koh, bapak bisa lihat, cik juga kayanya bahagia?”
“Ini...” jawab Ferry mengelus perut istrinya “akhirnya isi juga”
“Wah... wah... selamat... selamat, bapak juga ikut senang, ini kan yang kalian tunggu-tunggu, tapi belum kelihatan yah?” Afif juga mengelus perut wanita itu.
“Baru tiga minggu pak, tau-tau saya mual, terus saya tes eh positif” kata Cindy.
“Kita tadinya udah rencana adopsi anak kalau udah lima tahun nikah belum dapet” kata Ferry memeluk mesra sang istri.
“Sekarang udah berapa tahun emang?” tanya si tukang air galon
“Wah udah mau, November nanti pas lima, jadi pas banget lah waktunya, kita bersyukur banget” kata Cindy.
“Ya pokoknya cik harus jaga baik-baik, makan yang sehat, jangan sampai keguguran, bapak ikut doain” kata Afif, “ya udah nih kayanya, udah malam, bapak pulang dulu yah!”
“Eee... bentar pak, ini hari terakhir kan, kenapa bapak gak puas-puasin aja?” cegah Ferry
Pasutri itu meminta agar si tukang air galon tinggal, mereka masih ingin berbagi kenikmatan. Dengan senang hati, pria itu mengiyakannya. Pergumulan kembali berlanjut ronde berikutnya hinga akhirnya kedua pria itu tertidur mengapit Cindy tanpa busana.
Pukul 20.36
Lisa selesai menyusui Davin dan mengganti popoknya, diciumnya pipi bayi itu yang tertidur lalu ia menuju ke kamar mandi. Suara shower terdengar dari dalam.
“Mulai malam ini, there is only you!” kata wanita itu dalam hati sambil melepaskan piyamanya hingga telanjang lalu menekan handle pintu kamar mandi.
“Eh say... !” sapa Niko melihat istrinya masuk tanpa sehelai benang di tubuhnya.
Lisa tersenyum nakal melihat pandangan sang suami ke arahnya, penisnya mulai bangun melihatnya. Ia bergabung di bawah siraman shower.
“Kenapa? Kamu gak pengen mandi bareng?” godanya memeluk tubuh suaminya.
“Udah lama gak gini yah sejak ada anak” Niko balas memeluk sang istri dan melumat bibirnya hingga mereka berpagutan dan saling raba di bawah shower.
Tangan Lisa meraih penis Niko dan mengocoknya. Sejurus kemudian mulut Niko turun menciumi leher, pundak hingga melimat payudara istrinya yang membesar karena sedang masa menyusui. Dilahapnya kedua gunung kembar itu bergantian, Niko merasakan ASI gurih dari puting sang istri
“Ooouh… saayy” lenguh Lisa saat tangan suaminya merambat turun menggerayangi vaginanya, matanya merem melek keenakan.
Mulut Niko terus merambat ke bawah sambil menyapu tubuhnya dengan jilatan sampai akhirnya berjongkok dan berhadapan dengan vaginanya. Ia menyapu bibir vaginanya.. pantat Lisa terangkat sedikit. Disapunya sekali lagi belahan vaginanya, kini ia menggelinjang kegelian, lalu dilahapnya klitorisnya, disedot dan dipilin dengan lidah. Lisa langsung menceracau dan menjambak rambut suaminya. Pinggulnya bergoyang mengikuti irama bibir sang suami melahap klitorisnya yang kini sudah basah.
“ouuch…. sssh…..” rintihnya
“mmmhh…. enak ya sayang? mmmh….”ujar Niko menyela
“Uugghhh... terus jilatin!” ia kembali menekan kepala suaminya ke selangkangannya
Niko semakin bersemangat, dijilatinya klitoris istrinya semakin intens, jarinya sesekali berputar mengorek bagian luar liang vaginanya. Lisa makin belingsatan, pinggulnya bergoyang dan nafasnya memburu.
“Say … oohh... enak bangeth!” rintihnya sambil menggigit bibir bawah
Tubuh wanita itu menggelinjang sambil memeras payudaranya. Rupanya ia telah orgasme. Vaginanya menyemburkan cairan yang langsung diseruput sang suami dengan rakus.
“Kita pindah ke kamar aja yuk!” ajak Niko dan Lisa mengangguk lemas.
Pasutri itu saling menyabuni dan membilas lalu menghanduki tubuh hingga kering sebelum bersama ke kamarnya tanpa pakaian.
“Mmmh.. uda mandi gini kan wangi enak say..” kata Niko mengendus leher istrinya.
“Sana baringan aja!” Lisa menindih tubuh suaminya hingga payudaranya terasa menghimpit dada.
Wanita itu mencium suaminya sejenak, lalu turun ke leher, dada hingga sampai ke bawah. Tangan lembutnya menggenggam penis suaminya yang sudah ereksi.
“Uuuhh... kangen gua sama seponganlu say!” desah Niko merasakan lidah istrinya menyapu batang penisnya.
Mata pria itu merem melek sambil meremasi rambut istrinya yang masih agak basah itu.
“Uhhhhmmmm.... mmmmhhh” suara Lisa saat mengulum penis suaminya
“Aaaaakkkhhh... terus, mantap bener!” lenguh Niko
Tak sampai sepuluh menit, Niko tak sanggup lagi bertahan, tubuhnya mengejang dan menggeram,
“Uuuggghhh... keluar nih say.... oohhh...”
Creettt... creettt... sperma Niko muncrat di mulut istrinya. Lisa berusaha menelan cairan sperma itu, dihisapnya penis itu sampai menyusut di mulutnya. Setelah tidak ada semprotan lagi, barulah Lisa mengangkat kepalanya melepas penis suaminya. Nampak di pinggir bibirnya cairan putih itu meleleh sedikit. Mereka kembali berpelukan, kali ini Niko menindih Lisa lalu menggesekkan batangnya sejenak ke bibir vagina istrinya lalu mulai mendorongnya. Sebentar kemudian, pasutri itu memadu kasih dengan bersetubuh. Sambil menggenjot, Niko memagut mulut istrinya yang mendesah dan menganga. Puas bercumbu, mulut Niko turun ke dada dan mengenyoti payudara kanan sang istri. Seperempat jam kemudian, nafas Niko makin memburu dan pelukannya ke Lisa makin erat, Lisa pun mendesah makin kuat sambil mengangkat kedua tangan ke atas kepala. Niko langsung berpindah dari mengenyot puting Lisa kini mengendus ketiak sang istri. Gairah yang meningkat membuat pria itu menggenjot semakin cepat.
Nafas Niko semakin menderu-deru menyetubuhi istrinya hingga akhirnya ia menekan penisnya dalam-dalam ke vagina sang istri dan menyemburkan spermanya di dalam sana. Dipeluknya tubuh sang istri dengan erat menyambut orgasme yang luar biasa ini.
“I love you!” kata Niko terengah-engah
“So do I!” balas Lisa lalu memagut bibir suaminya.
Lisa berguling ke samping, ganti menindih suaminya, ia memainkan lidahnya dengan liar dan menggesekkan payudara ke dada suaminya, berharap pria itu bergairah dan menggarapnya lagi karena ia masih belum orgasme. Wanita itu menggerakkan pinggulnya, namun penis Niko yang layu belum kunjung ereksi lagi.
“Masih lemas say!” kata Lisa
“Iyah, lu belum keluar yah?” tanya pria itu.
“It’s okay... gua ngerti kok” wanita itu menghentikan goyangannya dan berbaring telungkup berpelukan dengan suaminya.
Lisa tahu bahwa Niko sangat sibuk belakangan sehingga untuk memberinya nafkah biologis kadang tidak maksimal. Kondisi nanggung seperti sekarang ini memang membuatnya kecele, namun sebagai istri yang pengertian, ia tidak ingin egois memaksa suaminya memuaskannya. Keduanya akhirnya tidur berpelukan tanpa busana.
Pukul 00. 14, Lisa terbangun oleh tangisan Davin yang ingin menyusu. Sambil menyusui sang buah hati, ia merasa gelisah dengan kehidupan seksnya. Niko seringkali tidak memberikannya kepuasan maksimal. Sementara Afif tidak pernah gagal memuaskannya bahkan seringkali melampaui ekspektasinya. Namun bagaimanapun hubungan tidak pantas dengan si tukang air galon harus diakhiri, demi dirinya dan juga demi keluarganya. Ia adalah wanita terhormat, bagaimana kata dunia bila hubungan tidak pantas dengan pegawainya sendiri ketahuan. Ya... besok tidak akan ada lagi perselingkuhan itu.
To be continued...
Jumpa lagi di Caligula Universe (CGU). Kesibukan di dunia nyata menyebabkan saya baru bisa menulis lagi setelah dua tahun. Kali ini saya akan menceritakan tokoh favorit CGU, ya siapa lagi kalau bukan Afif the Aquaman. Jagoan kita ini agaknya sedang ada masalah, dia akan diberhentikan dari pekerjaannya. Apakah ini berarti akhir petualangan seru si Aquaman?
Mupengers yang pembaca setia serial CGU pastilah tahu jawabannya dari detil-detil plot kronologis cerita-cerita CGU. Kini kita lihat, bagaimana nasib si Aquaman. Tanpa buang waktu lagi, marilah kita nikmati cerita dua episode ini, akan diupdate tiga hari setelah cerita pertama ini.
Selamat menikmati!
Cerita CGU lainnya:
- Ritual Keluarga
- College Tales
- Caligula Retreat
- Mom, Friends, and Friend’s GF
- Housewife Tales
- Antologi Imlek Caligula Universe
- Vivi: Jurnal Perselingkuhanku
- The Fatal Affair (non CGU)
- CGU College Anthology
"Ayo semua lihat sini!” instruksi si fotografer, “cheeessseee....!”
Lisa (31 tahun) yang menggendong bayinya, bersama sang suami, Niko (37 tahun), berdiri di tengah mengarahkan bayi mereka ke kamera. Di kanan kiri keluarga, kerabat dan teman mengapit mereka dan tersenyum. Setelah potret-potret, berakhirlah perayaan kecil manyue/ satu bulan Davin, bayi kedua pasangan muda itu. Para undangan mulai pamitan meninggalkan restoran.
“Davin! Sini sama tante... mau gak?” Arlene, teman dan langganan air galon di depot air Lisa, mencolek-colek pipi bayi mungil dalam gendongan wanita itu
“Nih... pelan-pelan Len!” Lisa menyodorkan bayi laki-lakinya itu pada Arlene yang menggendongnya dengan hati-hati.
“Sa... pulang dulu yah!” pamit Tiara bersama suaminya yang melintas.
“Iya, makasih yah!” Lisa dan suaminya menyalami mereka.
“Duh... kayanya udah pengen punya bayi lagi yah!” kata Christine yang menghampiri mereka lalu ikutan nimbrung menimang-nimang bayi lucu itu.
“Iya tuh... anakku udah suka nanya kok dia ga punya dede... “ kata Arlene
“Cieee... berarti lagi rajin usaha dong... “ goda Lisa
“Hihi... gitu deh... “ jawab Arlene tersipu
“Baru melahirkan, tuh body udah singset lagi, mantap tuh cewek!” kata seorang pelayan yang sedang beres-beres alat makan pada temannya
“Kalau tajir mah bisa perawatan biar kinclong” balas temannya.
“Davin! Dadah ya!” Arlene mencium dahi bayi itu setelah Christine memberitahu bahwa suaminya sudah keluar dari parkiran dan menunggu di depan gerbang restoran.
Arlene yang numpang mobil Christine mengembalikan bayi itu dengan hati-hati dan berpamitan. Tak lama kemudian, setelah membereskan barang dan pembayaran, merekapun meninggalkan restoran. Kebahagiaan memenuhi pasutri muda itu terutama Lisa, Davin pun tidak rewel malam itu, hanya sekali ganti popok dan sekali menyusu.
Di rumah Lisa...
“Kalau ada perlu panggil aja yah!” kata Niko mencium kening Lisa yang tengah berbaring menyamping di ranjang menyusui Davin.
Lisa mengangguk dan tersenyum sebelum Niko meninggalkannya untuk menyelesaikan pekerjaannya yang sudah dekat deadline di ruang kerjanya. Di tengah senyum bahagianya malam itu karena telah menjadi ibu dan sudah membesarkannya hingga genap sebulan seperti sekarang, Lisa masih menyimpan kegundahan sendiri di hatinya. Bagaimana tidak, bayi yang sedang disusuimya ini bukan bibit dari suaminya, melainkan dari Afif, pegawai depot airnya. Intuisinya sebagai seorang ibu sudah merasakannya sejak pertama melihat bayi itu, hidung besar dan bentuk rahangnya lebih mirip ke Afif daripada suaminya, seiring waktu, bayi itu juga tumbuh dengan kulit yang tidak terlalu putih, namun ini masih bisa dimaklumi karena Niko juga agak coklat. Empat tahun menikah, pasutri itu tidak juga dikaruniai anak, Niko sibuk dengan karirnya yang menanjak di perusahaannya dan Lisa sibuk mengelola toko peralatan bayi dan beberapa bisnis kecil lain termasuk depot air yang dipercayakan pada Afif, yang dulunya merupakan pegawai di pabrik keluarga Niko sejak keduanya belum menikah. Walau pernikahan mereka relatif baik-baik saja, Lisa mulai dilanda kejenuhan, terutama ketika suaminya sering ditugaskan ke luar kota. Saat itulah Afif hadir mengisi kesepian nyonya majikannya yang rutin mengontrol ke depot air seminggu sekali atau dua kali. Afif mengerti benar yang sedang dirasakan Lisa saat itu, dari sekedar ngobrol-ngobrol biasa Lisa mulai curhat soal kehidupannya pada si tukang air galon hingga suatu sore perselingkuhan itu terjadi. Walau di awal, Lisa dirundung rasa bersalah dan penyesalan, ia tidak berusaha menghentikannya, setiap kali memantau ke depot air, hubungan gelap itu selalu terjadi lagi dan lagi. Kemahiran Afif memuaskan wanita membuat wanita yang tadinya konservatif itu tidak sanggup menolak kenikmatan yang diberikan pegawainya, kalaupun menolak itu hanyalah setengah hati yang justru membuat percintaan mereka makin bergairah. Satu tahun lebih hubungan gelap mereka akhirnya membuahkan hasil, bayi Davin yang lucu dan lincah, yang membuat Niko sangat bersukacita dan makin menyayangi sang istri. Senyum bayi itu mampu menepis perasaan bersalah Lisa yang telah melahirkan anak haram dari hubungan gelap dengan pegawainya sendiri.
“Ini harus diakhiri!” kata Lisa dalam hati menarik payudaranya dari mulut Davin yang sudah terlelap.
Ia meraih smartphonenya dan berbalas pesan WA dengan seorang kenalan perihal pegawai baru yang ditawarkan.
Keesokan harinya
Pukul 14.43
“Oohh... eenngghh!” desah Vivi, ibu beranak dua itu mendesah-desah merasakan lidah Afif kian liar menjilati vaginanya
Tukang air galon itu duduk di bangku dengan kepala tertutup rok Vivi. Merasakan liang kewanitaannya semakin becek, Afif membuka kedua kaki Vivi lebih lebar agar lidahnya dapat menyeruak lebih dalam di liang senggama wanita itu. Sesekali dengan jari tengah kanannya Afif mengocok vagina Vivi dan kemudian menjilatinya lagi. Klitoris Vivi yang sangat sensitif juga tak luput dari jilatannya, sesekali juga pria itu menghisap daging sensitif itu, membuat Vivi semakin menceracau. Setelah sepuluh menitan, wanita itu merasa ada sesuatu yang ingin meledak dari dalam dirinya,
“Ooohhh... paaakk!” desah Vivi meremas rambut si tukang air galon
Ssrrrr.... cairan hangat bening mengucur dari vagina wanita itu mengenai wajah Afif. Pria itu tersenyum penuh kemenangan karena telah berhasil menaklukan wanita itu hingga mencapai orgasme hanya dengan lidahnya. Vivi masih terlihat lemas akibat orgasme yang dialaminya,matanya terlihat sayu. Afif berdiri dan melepaskan celananya. Vivi yang masih lemas seketika itu terperangah memandangi penis bersunat yang sudah ereksi, benda yang sering membuatnya menggelepar-gelepar nikmat dan tak sanggup menolak.
“Bapak masukin sekarang yah cik... uuuuggghhh!” erang Afif sambil menekan batang penisnya hingga melesak masuk ke liang senggama Vivi yang telah basah.
“Ooouuhhh!” tubuh Vivi dengan kedua tangan bertumpu di meja dapur mengejang menerima sodokan penis si tukang air galon yang mentok hingga rahimnya.
Afif menggenjotnya semakin cepat sehingga wanita itu semakin menceracau. Vivi mengangkat kedua lengannya saat pria itu mengangkat gaunnya hingga terlepas dari tubuh wanita itu menyisakan bra ungu yang juga segera ia singkap cup nya. Afif semakin mempercepat sodokan penisnya dan semakin berani mengeksplorasi gaya tusukannya. Kepala penisnya terus-terusan menyundul dasar liang senggama Vivi, membuat mata wanita itu kadang melotot, kadang terpejam, di tengah sensasi luar biasa itu. Afif sudah sangat berpengalaman menciptakan kenikmatan demi kenikmatan bagi setiap partnet bercintanya sehingga mereka selalu merindukannya, tak terkecuali Vivi. Sambil menggenjot, ia menyelomoti puting payudara Vivi, mengelus-eluskan ujung lidahnya sambil mengisap-isapnya. Terkadang gigitan-gigitan kecilnya mendarat di leher, disusul dengan jilatan-jilatan yang membuat wanita itu makin tenggelam dalam arus nikmat.
Ketika kenikmatan itu semakin memuncak, rintihan-rintihan histeris pun berlontaran begitu saja dari mulut Vivi tanpa dapat dikendalikan lagi
“Ppaakk…. oooohhh…. entot terus…. enak paaakk …. Ooooh!!”
Semenit kemudian, Vivi menggelinjang di puncak nikmatnya, diiringi erangan panjang wanita itu. Meski Vivi akhirnya terkapar setelah mencapai orgasme, Afif tetap menggenjot penisnya bermaju-mundur di dalam liang vaginanya yang sudah banjir. Vivi hanya pasrah sambil memejamkan matanya meresapi nilai puncak nikmat yang baru saja dicapainya. Lima menit kemudian Afif merasakan batang penisnya berkedut kencang dan ingin menyemburkan lahar kenikmatannya.
“Boleh di dalam gak cik?” Afif meminta ijin, yang dijawab wanita itu dengan anggukan lemah.
Ia pun mempercepat sodokannya lalu di sodokan terakhir ia menghunjamkan penisnya sedalam-dalamnya di liang vagina Vivi hingga menyemprotkan spermanya di dalam lubang vagina wanita itu berulang-ulang. Vivi ambruk dalam dekapan si tukang air galon yang penisnya masih tertancap di dalam vaginanya.
“Bapak nafsuan banget hari ini, sampe lemes saya.” Vivi berkata sambil memandang sayu si tukang air galon.
“Saya senang bisa bikin cik puas” kata pria itu tersenyum melihat raut muka penuh kepuasan di wajah wanita itu.
Setelah puas dengan olah syahwat di dapur itu, keduanya kembali membenahi diri. Vivi memberi bayaran lebih atas servis plus Afif yang memuaskan.
Pukul 15. 22
Afif menekan bel rumah berlantai dua dengan desain klasik dan taman asri di depannya itu.
“Afif... ayo masuk aja, gak dikunci kok!” seorang pria paruh baya membuka pintu dan menyapanya.
“Sore pak... sehat aja nih?” sapa Afif membuka pagar yang tidak dikunci.
“Ya, alhamdulilah” jawab Pak Nugroho, nama pria itu, “anak cucu lagi berkunjung, ramai di sini!”
“Oh gitu yah pak! Asyik dong!” kata Afif menurunkan dua galon dari gerobak motornya.
“Wah sore bu! Lagi sama cucu nih!” sapa Afif melihat wanita setengah baya sedang menemani seorang balita bermain di ruang keluarga.
“Sore juga Fif, iya ini cucu ibu paling kecil, namanya Hilary!” kata istri Pak Nugroho memperkenalkan cucu perempuannya yang berwajah kebule-bulean.
“Hello sir!” sapa bocah itu.
“Ehehehe... hallo juga!” balas Afif.
“Mamanya kan bule makanya cucu saya muka blasteran!” kata Pak Nugroho.
“Oohh... pantesan, pasti mamanya cantik kaya anaknya” puji Afif.
“Fif tolong ganti galonnya juga yah! ada anak sih, tapi dia lagi keluar” pinta istri Pak Nugroho.
“Siap lah bu, seperti biasa!”
Si tukang air galon ke dapur untuk mengganti galon yang hampir kosong di dispenser dengan yang baru. Baru saja ia membuka segel galon yang baru...
“Grandpa... grandpa... my airplane... stucked on the tree!” suara bocah laki-laki terdengar.
Setelah melongok ke arah ruang tamu, Afif menuju jendela dapur melihat ke taman belakang, ia melihat seorang wanita berambut pirang berusaha menjatuhkan mainan pesawat dari dahan pohon besar di sana dengan gagang sapu yang tak bisa menjangkau. Segera ia pun ke depan.
“Kenapa pak?” tanyanya pada Pak Nugroho yang bersama bocah laki-laki, “ada yang bisa saya bantu mungkin?”
“Itu Fif, mainan cucu bapak nyangkut di pohon, kamu mau bantu ambilin?”
“Bryan... just wait for dad!” sahut suara wanita dari taman, “gramps is too old to climb... oh hi!” sapa wanita bule itu melihat ada orang asing
Selama ini rumah keluarga Nugroho yang ditempati pasangan tua yang bekerja sebagai rektor dan dosen ini Afif hanya mendapat teman ngobrol dan keramahan, baru kali ini ada yang bening seperti sekarang.
“Oh bu, biar saya bantu ambilin pesawatnya!” Afif menawarkan diri sambil memandang kagum wanita pirang di hadapannya yang memakai kaos ketat dan celana pendek itu.
“Ini mantu saya Fif, orang Amerika!” Pak Nugroho memperkenalkan istri dari anak sulungnya.
“Crystal!” wanita itu mengulurkan tangannya dan tersenyum
“Saya Afif... tukang antar air!” Afif menjabat tangan lembut wanita bule itu.
“Sorry merepotkan bapak, bapak benar bisa bantu ambilkan?” tanya Crystal dengan bahasa Indonesia yang cukup fasih.
“Saya coba aja dulu bu!” Afif berjalan ke taman memandang sekeliling mencari benda panjang.
“Saya perlu sesuatu yang panjang buat nyodok jatuh!” kata Afif
“Coba ini Fif, bisa gak kira-kira!” kata istri Pak Nugroho membawa tongkat pemasang lampu.
“Nah benar bu!” Afif meraih benda itu lalu segera mencoba memukul dahan agar pesawat itu jatuh.
Alat itu dapat menjangkau pesawat mainan Bryan yang nyangkut di dahan. Dengan hati-hati Afif mendorong pesawat styrofoam itu agar tidak patah hingga akhirnya.
“Yyeaaa.... terima kasih sir!” sorak Bryan dengan bahasa Indonesia dan mengambil mainannya yang berhasil dijatuhkan.
“Wah bisa bahasa Indonesia juga yah!” kata Afif mengelus rambut coklat bocah itu.
“Bisa Fif, dua bahasa mereka” kata Pak Nugroho.
“Terima kasih yah pak!” kata Crystal tersenyum sehingga membuatnya terlihat makin cantik
“Iya, sama-sama, senang bisa ngebantu.
Afif pamitan setelah keluarga itu berterima kasih padanya, Pak Nugroho juga memaksanya menerima pembayaran lebih hari itu. Afif meninggalkan rumah itu dengan hati bersyukur sekaligus mengingat-ingat Crystal, si mantu bule cantik Pak Nugroho itu. Penisnya sudah menggeliat sejak tadi berfantasi erotis dengan wanita itu, namun ia cukup realistis untuk tidak berharap lebih jauh, lagipula toh ia memiliki banyak “mainan” di kompleks itu.
Pukul 16.44
Afif sedang menata galon-galon kosong pada tempatnya ketika ia melihat mobil milik nyonya majikannya masuk ke pekarangan dan parkir di sana.
“Sore cik.... lama gak ke sini yah!” sapa pria itu begitu Lisa turun dari mobil
“Sore pak... iya sibuk urus bayi lah, bapak tau sendiri” wanita itu balas menyapa.
“Mau meriksa pembukuan cik?”
Lisa mengangguk, “sama ada yang harus dibicarakan pak, kita ke dalam aja!”
Wanita beranak satu itu duduk dan memeriksa catatan pemasukan yang diserahkan Afif. sementara itu si tukang air galon memperhatikan majikannya yang hari itu memakai tank top hitam dengan luaran kemeja putih dipadu celana jeans selutut.
“Ada masalah cik?” tanya pria itu memperhatikan raut muka tidak enak pada wajah manis nyonya majikannya.
Lisa menghela nafas dan meletakkan catatan itu, “ada yang perlu saya sampaikan pak.... ini tentang hubungan kita”
“Uuhh... baik cik, apa ada sesuatu yang gak baik?”
“Nggak pak...” wanita itu menggeleng, “bapak tahu kan, saya udah jadi ibu sekarang, saya gak mau menghancurkan keluarga saya, apalagi hubungan kita ini sudah terlalu jauh...”
Afif mendengarkan baik-baik keluhan majikannya itu.
“jadi cik mau saya berhenti?” tanya pria itu pelan
“Saya puas hasil kerja bapak selama ini, gak gampang cari pegawai sebaik bapak... tapi ini mau gak mau harus diakhiri pak.... saya sudah sediakan pesangon bapak” ia mengeluarkan amplop coklat dari tasnya dan meletakkannya di meja, “saya harap ini cukup, saya juga bisa bantu cari pekerjaan lain buat bapak, nanti akan saya hubungi lewat WA
“Saya mengerti cik... mengerti banget, saya juga gak mau ngerusak rumah tangga cik, saya berhutang budi ke keluarga suami cik”
“Bapak bisa mengemas barang, besok saya ambil kunci tempat ini” kata Lisa bangkit berdiri.
“Saya gak terlalu kaget keputusan cik ini, saya tahu satu hari pasti tiba hari ini. Sebelum pergi, boleh bapak minta sesuatu?” tanya Afif
“Bapak mau...?”
Sebelum Lisa selesai bicara, Afif mendekatinya dan mendekap tubuh langsing wanita itu.
“Jangan pak!” Lisa memalingkan wajah ketika pembantunya berusaha mencumbunya, “kita udah ga bisa gini lagi”
“Ini terakhir kali yah cik, supaya bapak gak penasaran” kata Afif dekat wajahnya, tangannya mengelus punggung wanita itu hingga meremas pantatnya, “terakhir main udah dua minggu lebih, bapak kangen sama cik, besok bapak udah ga ketemu lagi sama cik, bapak mohon cik mau yah!” pria itu nampak memelas
“Tapi ga bisa pak.... ermmhh” Afif kembali memagut bibir Lisa yang kini tak mampu menghindar lagi.
Lisa meronta namun setengah tenaga, ia hanya mempertahankan wibawanya sebagai nyonya majikan yang telah berkata semua sudah berakhir. Ia tidak berusaha melepaskan diri saat pria itu menghimpit dan mendudukkannya di tepi meja. Lisa dengan mudah menerima begitu saja apa yang terjadi. Hatinya bergumul hebat, namun hasrat liar dalam dirinya bergejolak, secara jujur ia juga merindukan penis perkasa pegawainya itu merojok-rojok vaginanya, ia tak pernah bisa menyangkal kenikmatan yang diberikan pria itu. Ia menyadari bahwa kini dirinya sedang melanggar komitmen untuk menghentikan semuanya, tapi sudahlah... biarlah ini menjadi yang penghabisan. Lisa menggerakkan lidahnya membalas pagutan Afif dan bertukar ludah. Pria itu melepaskan pakaian luar Lisa lalu menyingkap tank top beserta bra tanpa tali bahu di baliknya. Afif langsung membenamkan wajahnya pada payudara nyonyanya dan mulai mengulum putingnya. Crett... crettt... puting itu mengeluarkan ASI karena masih dalam masa menyusui.
“Ooohh... pak!” desah Lisa meremas rambut Afif yang menyusu bak bayi manja.
Tangan Afif membuka kancing dan resleting celana Lisa, lalu tangannya menyusup masuk ke dalam celana dalam mengelus-elus vagina wanita itu. Tak cuma mengelus, jari tengahnya bahkan mulai menyelusup-nyelusup ke dalam liang senggamanya, sambil mulutnya tetap asyik menyelomoti payudara Lisa meminum susunya. Wanita itu pasrah membiarkan tangan Afif menarik lepas celana selutut beserta dalamannya hingga ia terduduk di tepi meja hanya tinggal memakai tanktop dan bra yang tersingkap.
“Aaahhh” kembali ia mendesah saat Afif melumat payudara yang satunya sambil menggerayangi selangkangnnya.
Lisa pun takluk pada kenikmatan tabu itu dan mulai mengikuti naluri seksualnya
Lisa merasakan cairan vaginanya sudah mulai terdesak membanjir keluar sehingga selangkannya semakin basah.
“Badan cik cepat banget langsing lagi, tokednya tambah montok” puji Afif sambil mengelus betis, paha, perut, payudara, lalu menurun lagi ke perut dan bermuara di selangkangan nyonya majikannya.
Wajah Lisa semakin memerah akibat birahi dan juga tersanjung oleh pujian pegawainya itu. Afif lalu menarik sebuah bangku dengan kakinya lalu duduk dengan wajah tepat di selangkangan Lisa.
“Gak pernah bosen sama memek cik!” kata Afif menghirup aroma vagina Lisa yang terawat itu sehingga tidak ada bau menusuk.
Habis berkata si tukang air galon langsung menjilati vagina wanita itu. Secara refleks Lisa menyambutnya dengan merenggangkan kedua belah paha sambil membelai rambut Afif. Pria itu menjilati klitorisnya dengan intensif sehingga Lisa menggeliat dan menceracau nikmat. Kedua tangan pria itu merayap ke atas meraih kedua payudara Lisa lalu ia mainkan putingnya dengan jari-jarinya, terkadang meremasnya. Sesekali Afif menggigit klitoris majikannya menggunakan ujung gigi yang membuat wanita itu menjerit histeris menikmatinya,
“Aahhhh... pak.... mmmhhh…” lirih Lisa yang terbuai dalam serangan lidah pegawainya di bawah sana.
Ibu beranak satu itu menggeleng-gelengkan kepala, menggelepar-gelepar merasakan rasa nikmat yang amat luar biasa. Afif menggarap tiap jengkal bahkan tiap senti dari vagina majikannya. Tak perlu lama, selangkangan Lisa pun basah kuyup dengan air liur Afif dan cairannya sendiri.
“Ooohhh....” tubuh Lisa bergetar hebat saat Afif meningkatkan serangan dengan sambil mengobel-ngobel liang vaginanya
Afif semakin bernafsu melahap lelehan lendir yang mulai keluar dari vagina Lisa, rasanya gurih sedikit manis. Tubuh Lisa menegang, kedua kakinya yang menggantung di tepi meja mengejang dan kedua pahanya semakin menjepit kepala Afif. Secara refleks, ia menekan kepala Afif ke vaginanya sendiri dengan kedua tangannya seperti ingin membekap pria itu dengan vaginanya.
“Slluurrpp!!! sllrrpphhh!!!” Afif menyeruput dan menyedot dengan sangat kuat, pria itu tak melewatkan satu tetes pun cairan vagina nyonya majikannya karena ini mungkin menjadi yang terakhir kalinya.
Lisa bernafas terengah-engah di tepi meja setelah orgasme itu. Afif menghentikan jilatannya, kemudian berdiri dan membuka celananya? Lisa tertegun saat pria itu mengeluarkan penisnya yang sudah ereksi dengan urat-urat di sekitar batangnya dan kepalanya yang bersunat. Secara refleks tangannya meraih penis yang dirindukan itu Ia gemetar ketika menggenggam daging liat yang hangat dan berdenyut-denyut, begitu panjang dan bulu-bulunya yang kasar, penis yang lebih perlasa dari milik suaminya.
“Masukin pak!” pintanya dengan suara lirih sambil mengarahkan benda itu ke vaginanya dan ia sentuhkan pada bibirnya.
“Bikin cik puas, saya juga senang!” kata Afif lalu bergerak maju mundur menggesek-gesekkan penisnya pada bibir vagina Lisa yang sudah basah.
“Aaahh!” desah Lisa merasakan benda keras itu mendesak masuk
Dengan beberapa kali mendesak dan menghentak, menggerakan maju mundur pantatnya untuk mempenetrasi vagina wanita itu, akhirnya penis itu mentok di vagina itu. Selanjutnya Afif menggenjot hingga penisnya merambah semua sudut-sudut vagina dan merangsang saraf-saraf peka Lisa.
"Ooohh... enak pak.... saya gak tahan.... ooohhh.." desah Lisa sambil memeluk punggung pegawainya.
Afif memberikan serangan nikmat susulan. Bibir tebalnya memagut leher sang nyonya dan melumatinya sehingga ia menggeliat nikmat. Tangan Lisa memeluk erat tubuhnya, demikian pula kedua pahanya yang melingkari pinggangnya. Ia menjadi sangat liar sampai tak terpikirkan sama sekali olehnya status dan norma-norma apapun. Afif menyodok vagina majikannya makin cepat sehingga melambungkannya menuju puncak kenikmatan. Lisa berkelejotan di meja, cairan orgasme berlelehan membasahi tepi meja, jarinya mencakar punggung si tukang air galon sambil merasakan urat-urat saraf vaginanya dirambati datangnya sensasi yang jarang ia dapatkan dari suaminya. Tubuh Lisa melemas setelah orgasme dahsyat barusan, namun ternyata Afif masih terus menggenjot bahkan semakin ganas.
“Turun cik, ganti posisi!” Afif menurunkan tubuh majikannya dari meja dan membuatnya menungging dengan bertumpu pada kedua telapak tangannya.
Saat itu rambut Lisa yang terurai telah kusut hingga menutupi setengah wajahnya, keringat sudah membasahi tubuhnya.
“Aawwhh!” Lisa merintih pelan saat penis Afif kembali memasuki vaginanya yang kini telah banjir.
Kalau tadi bermain lembut, kini Afif lebih kasar, ia raih rambut majikannya dan dijambaknya bak tali kekang sambil memompakan penisnya merojok-rojok vagina wanita itu.
“Ayyoo... cik, enak kan...ikut goyang cik...aaahh...aahhh" Afif meracau saat di ambang orgasme
"Oocchh... enaakk bangett pak... terus entot kaya gitu...yah eeennakkkh aahhh.... ahhh..." Lisa tanpa malu-malu mengeluarkan kata-kata vulgar.
Tusukkan-tusukan Afif makin menyentuh dinding rahim Lisa dan hal itu membangkitkan kembali gairahnya. Dinding vagina Lisa mencengkeram ketat penis pegawainya, ia ikut menggoyang pinggulnya menjemputi genjotan penis Afif yang semakin brutal.
"Cik doyan kontol saya kan.. uuhhh..??" ceracau Afif sambil menampar pantat sang nyonya
Pertanyaan kurang ajar itu sungguh membuat wajah wanita itu semakin memerah dan telinganya panas.
“Iyah pak... saya suka banget..." jawab wanita itu dalam keadaan trance
Kedua tangan kasar Afif meremasi payudara Lisa sambil bibirnya menyedot keras punggungnya. Penisnya yang perkasa menembakkan cairan hangat membanjiri vagina majikannya. Afif terus memacunya hingga keduanya lemas berpelukan. Sunyi selama beberapa saat, yang terdengar adalah nafas mereka yang naik turun. Afif akhirnya melepas pelukan dan terduduk lemas di bangku. Lisa melihat penis pegawainya yang telah lemas belepotan dengan cairan kental. Entah dorongan dari mana, mungkin karena nafsunya belum sepenuhnya padam, tanpa sadar ia berlutut di depan pegawainya itu dan meraih penis pria itu. Dielusinya penis yang lunglai itu, jari-jarinya menyentuh lengket spermanya, wajahnya mendekati selangkangan si tukang air galon. Aromanya yang tajam segera menyerbak hidungnya, Lisa menjulurkan lidahnya dan menjilat batang penis pegawainya itu, membersihkannya dari sperma dan cairan vaginanya yang belepotan.
“Uuuhhh... cik!” Afif menggeliat meremas rambut nyonya majikannya.
Lisa merasakan penis Afif mulai mengeras lagi di mulutnya. Ia pasrah saat pegawainya itu mencabut batang penisnya dari kulumannya lalu mengangkat lengannya dan mendudukannya di pangkuannya dalam posisi membelakangi. Tangan Afif mengarahkan batang penisnya ke celah bukit vaginya nyonya majikannya.
“Ooohhh...” Lisa mendesah lirih saat pantatnya diturunkan dan penis perkasa Afif kembali memenuhi vaginanya.
Klitoris Lisa yang sudah membengkak tergesek nikmat pada pangkal penis Afif. Tubuh Lisa mulai bergerak naik turun di pangkuan Afif. Payudaranya bergoyang-goyang seiring dengan gerakan tubuhnya Batang penis Afif yang menancap ketat dalam jepitan lubang vagina Lisa terasa menggesek nikmat seluruh dinding vagina yang terus berdenyut-denyut meremasnya. Tubuh Lisa terasa menggigil bergetar saat mulut Afif tak tinggal diam. Si tukang air galon dengan rakusnya melumat leher jenjang dan bahunya, tangannya menggerayangi kedua payudara wanita itu. Gejolak birahi Lisa semakin membara sehingga ia mempercepat gerakan naik turunnya dengan diselingi sedikit memutar saat seluruh batang Afif masuk hingga ke pangkalnya. Wanita itu merasa tubuhnya kembali mengawang-awang sehingga gerakannya kian tak terkendali. Matanya membeliak-beliak dan mulutnya menceracau tak karuan. Puncak pendakian itu kian dekat... hingga akhirnya dengan merintih panjang tubuh wanita itu berkejat-kejat seperti sedang terkena sengatan listrik. Pada saat yang sama, nafas Afif juga semakin memburu, penisnya makin berkedut-kedut. Ketika Lisa akhirnya menggelinjang mencapai puncak pendakian yang sangat melelahkan, Afif juga menyusul dalam hitungan detik, pria itu menggeram nikmat dan penisnya menyemburkan cairan hangat di dalam liang senggama nyonya majikannha. Tubuh kedua insan itu tersentak-sentak di atas kursi, cairan kewanitaan mengucur deras bercampur dengan sperma.
“Ini yang terakhir pak... bapak mengerti kan?” kata Lisa mulai memakai kembali pakaiannya.
Pria itu mengangguk, “saya juga bersyukur bisa kerja di keluarga si engkoh, juga terima kasih atas kepercayaannya selama ini cik”
“Apa rencana bapak setelah ini?” tanya Lisa mengancingkan kembali celananya.
“Selama ini uang gaji banyak yang saya tabung, saya berencana buka usaha sendiri di kampung, usaha kecil-kecilan, saya hidup sendirian, tabungan selama ini lebih dari cukup”
“Syukur, jadi bapak gak sampai luntang-lantung setelah ini, saya juga lega”
Sebelum meninggalkan tempat itu, Lisa menolak pelukan dan ciuman pegawainya itu karena sudah bertekad memutuskan semua hubungan gelap mereka. Ia pulang dengan perasaan campur aduk, lega karena telah mengatakan semua pada pegawainya itu, namun juga ada suatu perasaan yang sulit dilukiskan, semacam ketidakrelaan bila pria itu pergi nanti karena kehilangan sesuatu yang selama ini memuaskannya secara biologis.
Pukul 19. 03
“Oh Pak Afif, ayo masuk pak!” sahut Ferry melihat si tukang air galon setelah membukakan pintu.
“Malam koh, dua galon kan yah?” tanya Afif mengangkat dua galon yang sudah ia turunkan.
“Iya, masuk aja pak!” pria pemilik rumah itu mempersilakannya masuk.
“Malam cik!” sapa Afif pada Cindy (31 tahun), istri Ferry yang sedang menonton TV di ruang tengah.
“Malam!” balas wanita itu.
“Sibuk gak pak?” tanya Ferry ketika pria itu mengganti galon kosong di dapur dengan yang isi.
“Nggak koh... oh iya... sekalian mau pamit saya!”
“Pamit? Bapak mau kemana emang?” tanya Ferry
“Saya mau buka usaha di kampung koh, udah nabung sejak awal kerja dulu”
“Oohh... gitu, iya, iya, semoga sukses deh pak! Mumpung hari ini terakhir kerja, gimana kalau....?” Ferry tersenyum penuh arti.
“Hehehe... itu sih terserah koh aja, saya mah iya-iya aja selama semua sama-sama enak!” Afif juga tersenyum, mengerti yang dimaksud pria itu.
“Ya udah, bapak ganti aja galonnya di dispenser, biar kita siapin!”
“Sip koh!”
Afif segera mencabut galon di dispenser yang hampir kosong lalu menggantinya dengan yang baru. Hatinya girang menantikan apa yang dipersiapkan sang tuan rumah. Segera setelah mengganti galon, ia pun menuju ke depan dan menemukan pemandangan yang menggairahkan. Di sofa ruang tengah, pasutri itu tengah bermesraan, kancing piyama Cindy sudah terbuka semua dan Ferry mengenyoti payudara sang istri sambil tangannya menggerayangi di balik celana piyama wanita itu. Cindy yang pertama melihat kehadiran si tukang air galon tersenyum nakal padanya.
“Ayo pak! Hari terakhir kerja, kapan lagi bisa gini?!” panggil Ferry, “kita juga lagi pengen, puas-puasin malam ini deh pak!”
“Hehehe.... siap koh, cik.... selama kalian ridho bapak juga senang!” kata Afif tanpa sungkan menghampiri mereka di sofa dan duduk mengapit Cindy.
Ketiganya saling menelanjangi hingga tak tersisa apapun lagi di tubuh mereka, tubuh Cindy nampak paling putih mulus di antara suaminya dan si tukang air galon. Payudara wanita itu langsung menjadi bulan-bulanan kedua pria itu. Seluruh permukaannya diciumi, dijilati, bahkan dicupang kecil oleh mereka tanpa terlewat. Afif lalu pindah ke bawah dan membentangkan sepasang paha Cindy.
“Saya bakal kangen memek cik ini nanti!” kata Afif memandangi vagina Cindy yang berbulu lebat itu.
“Eennghh… pak” desah Cindy ketika si tukang air galon meniup-niup vaginanya memancing gairahnya.
Afif menyukai aroma vagina Cindy yang memang membangkitkan gairah sehingga ia membenamkan mulutnya di sana. Kedua paha wanita itu menjepit kepalanya saat merasakan ada benda lunak dan hangat menyapu bibir vaginanya.
“Aahh... pak... enak... eemmhh....” desahan Cindy terpotong karena Ferry memagut bibirnya
Wajah Cindy yang sedang berpagutan dengan suaminya semakin merah padam seiring birahi yang menggelegak. Pasutri yang belum dikaruniai anak itu merupakan penganut open relationship dan sudah empat bulan terakhir ini Afif bergabung dalam kehidupan seks mereka. Ferry sendiri memiliki fetish cuckold, suka menyaksikan istriya sendiri bercinta dengan pria lain. Tak dapat disangkal, Afif telah memberi warna dalam kehidupan seks pasutri itu.
“Mmmpphh.... ssslllrrppp... ” Afif semakin nafsu melumat vagina Cindy, lidahnya mengais-ngais menjilati bagian dalam, menikmati tiap jengkal bahkan tiap senti dari vagina wanita itu.
“Mmmmhhh.... hhmmhhhh…” lirih Cindy yang semakin liar beradu lidah dengan suaminya
Tangan Cindy menggenggam penis suaminya yang sudah ereksi lalu dikocoknya lembut.
Di bawah sana, Afif memainkan klitoris wanita itu dengan lidahnya sehingga Cindy merasakan tubuhnya seperti tersengat listrik, vaginanya gatal seperti mau kencing.
“Uuuhh... coommiinng !!!! ” Cindy menegang, kedua pahanya semakin menjepit kepala si tukang air galon.
“Sssrpphhhh !!! sllrrpphhh!! ” Afif menyeruput dengan kuat, tak melewatkan satu tetes pun cairan vagina wanita itu hingga habis tak bersisa.
Kini tubuh mereka sudah polos berkeringat. Ferry mengajak pindah ke kamar.
Sesampainya di kamar, keduanya berdiri di kanan dan kiri Cindy yang duduk di tepi ranjang sehingga penis mereka mengacung ke wajah cantiknya. Ferry menuntun tangan kiri istrinya menggenggam penisnya, sementara Afif menuntun tangan yang satunya. Tanpa diperintah lagi, Cindy mulai menggerakkan tangan mengocok dua penis pria itu membuat keduanya mendesah nikmat. Tanpa disuruh, sesekali ia mengusap-usapkan kepala penis mereka ke pipi dan menjilatinya.
“Ayo suck it say... udah kepengen gua!” kata Ferry.
Cindy pun mengulum dan mengocok penis dua pria itu secara bergantian. Lalu dalam satu kesempatan ditariknya kedua penis itu lebih dekat ke mulut dan mencoba memasukkan ke mulut bersamaan. Diemut-emutnya kepala penis keduanya yang saling bersentuhan
“Oohhhh !!! ” pelayanan oral Cindy sangat memanjakan dua pria itu.
“Oke say..., ayo kita mulai!” kata Ferry menarik penisnya.
Mereka menyuruhnya menungging di tengah ranjang. Ferry mempersilakan si tukang air galon menggarap istrinya. Afif pun dengan senang hati langsung mengambil posisi di belakang.
“Pelan yah pak!” kata Cindy lirih yang birahinya sudah mendidih dan butuh penuntasan.
“Tenang cik, enak kaya biasa lah!!!” desah Afif yang menekan penisnya ke vagina wanita itu
“ Uhhh…” desah Cindy seiring penis pria itu yang semakin memasuki vaginanya
Penis Afif yang sekarang sudah berada seluruhnya di dalam liang senggama Cindy terasa seperti dicengkram kuat dan diremas-remas oleh dinding vaginanya. Pria itu meringis dan menengadahkan kepala menikmati sensasi nikmat jepitan vagina wanita itu.
“Nnngghh !!! ” rintih Cindy saat penis Afif yang menyesaki liang vaginanya mulai bergerak menggenjot.
Afif mulai menaikkan tempo sodokannya sambil memegangi pinggul wanita itu dan menggerakkan pinggangnya memutar
Ferry duduk selonjoran di depan sang istri yang langsung meraih penisnya tanpa harus disuruh. Kepala Cindy mendekati benda itu dan menjilatinya dimulai dari buah zakar, naik ke batang hingga kepalanya. Ferry menikmati sepongan istrinya sambil meremasi payudaranya. Afif menggenjot dengan kecepatan sedang, nampaknya ia masih ingin berlama-lama menikmati tubuh wanita itu mengingat hari ini terakhir kali ia dapat menikmatinya bersama pasutri itu. Cindy juga menggerakkan pinggul dengan liar, maju-mundur dan berputar seakan memelintir penis Afif.
Setelah sepuluh menitan Afif menceracau nikmat dan sodokannya semakin liar. Hingga akhirnya Afif menghentakkan pinggulnya ke depan kuat-kuat, menenggelamkan seluruh batang penisnya ke dalam rongga vagina Cindy.
“Unnngghh.. yyaahh keluarrr..” Cindy menggelinjang dahsyat.
Mereka mencapai orgasme bersamaan, cairan orgasme keduanya sama-sama menyembur dan saling bercampur hingga terdengar suara decakan hingga akhirnya ambruk dalam kepuasan. Ferry sangat terangsang menyaksikan istrinya orgasme bersama si pengantar air galon. Sebelum gelombang orgasme Cindy surut, Ferry segera mengambil alih posisi Afif, ditelentangkannya tubuh sang istri lalu ia lesakkan penisnya ke vaginanya. Tanpa buang waktu, Ferry menggenjot istrinya dengan ganas, melampiaskan nafsu bercampur kecemburuan. Sambil menikmati genjotan suaminya, Cindy meraih penis Afif yang belepotan cairan orgasme. Ia melakukan cleaning service dengan jilatan dan kulumannya. Malam itu, ketiganya akhirnya terkulai lemas di ranjang. Pasutri itu saling tersenyum puas atas threesome barusan.
“Kita lagi senang banget pak, makanya kita ngajak bapak selain karena bapak mau pergi” kata Ferry
“Ooh, senang kenapa emang koh, bapak bisa lihat, cik juga kayanya bahagia?”
“Ini...” jawab Ferry mengelus perut istrinya “akhirnya isi juga”
“Wah... wah... selamat... selamat, bapak juga ikut senang, ini kan yang kalian tunggu-tunggu, tapi belum kelihatan yah?” Afif juga mengelus perut wanita itu.
“Baru tiga minggu pak, tau-tau saya mual, terus saya tes eh positif” kata Cindy.
“Kita tadinya udah rencana adopsi anak kalau udah lima tahun nikah belum dapet” kata Ferry memeluk mesra sang istri.
“Sekarang udah berapa tahun emang?” tanya si tukang air galon
“Wah udah mau, November nanti pas lima, jadi pas banget lah waktunya, kita bersyukur banget” kata Cindy.
“Ya pokoknya cik harus jaga baik-baik, makan yang sehat, jangan sampai keguguran, bapak ikut doain” kata Afif, “ya udah nih kayanya, udah malam, bapak pulang dulu yah!”
“Eee... bentar pak, ini hari terakhir kan, kenapa bapak gak puas-puasin aja?” cegah Ferry
Pasutri itu meminta agar si tukang air galon tinggal, mereka masih ingin berbagi kenikmatan. Dengan senang hati, pria itu mengiyakannya. Pergumulan kembali berlanjut ronde berikutnya hinga akhirnya kedua pria itu tertidur mengapit Cindy tanpa busana.
Pukul 20.36
Lisa selesai menyusui Davin dan mengganti popoknya, diciumnya pipi bayi itu yang tertidur lalu ia menuju ke kamar mandi. Suara shower terdengar dari dalam.
“Mulai malam ini, there is only you!” kata wanita itu dalam hati sambil melepaskan piyamanya hingga telanjang lalu menekan handle pintu kamar mandi.
“Eh say... !” sapa Niko melihat istrinya masuk tanpa sehelai benang di tubuhnya.
Lisa tersenyum nakal melihat pandangan sang suami ke arahnya, penisnya mulai bangun melihatnya. Ia bergabung di bawah siraman shower.
“Kenapa? Kamu gak pengen mandi bareng?” godanya memeluk tubuh suaminya.
“Udah lama gak gini yah sejak ada anak” Niko balas memeluk sang istri dan melumat bibirnya hingga mereka berpagutan dan saling raba di bawah shower.
Tangan Lisa meraih penis Niko dan mengocoknya. Sejurus kemudian mulut Niko turun menciumi leher, pundak hingga melimat payudara istrinya yang membesar karena sedang masa menyusui. Dilahapnya kedua gunung kembar itu bergantian, Niko merasakan ASI gurih dari puting sang istri
“Ooouh… saayy” lenguh Lisa saat tangan suaminya merambat turun menggerayangi vaginanya, matanya merem melek keenakan.
Mulut Niko terus merambat ke bawah sambil menyapu tubuhnya dengan jilatan sampai akhirnya berjongkok dan berhadapan dengan vaginanya. Ia menyapu bibir vaginanya.. pantat Lisa terangkat sedikit. Disapunya sekali lagi belahan vaginanya, kini ia menggelinjang kegelian, lalu dilahapnya klitorisnya, disedot dan dipilin dengan lidah. Lisa langsung menceracau dan menjambak rambut suaminya. Pinggulnya bergoyang mengikuti irama bibir sang suami melahap klitorisnya yang kini sudah basah.
“ouuch…. sssh…..” rintihnya
“mmmhh…. enak ya sayang? mmmh….”ujar Niko menyela
“Uugghhh... terus jilatin!” ia kembali menekan kepala suaminya ke selangkangannya
Niko semakin bersemangat, dijilatinya klitoris istrinya semakin intens, jarinya sesekali berputar mengorek bagian luar liang vaginanya. Lisa makin belingsatan, pinggulnya bergoyang dan nafasnya memburu.
“Say … oohh... enak bangeth!” rintihnya sambil menggigit bibir bawah
Tubuh wanita itu menggelinjang sambil memeras payudaranya. Rupanya ia telah orgasme. Vaginanya menyemburkan cairan yang langsung diseruput sang suami dengan rakus.
“Kita pindah ke kamar aja yuk!” ajak Niko dan Lisa mengangguk lemas.
Pasutri itu saling menyabuni dan membilas lalu menghanduki tubuh hingga kering sebelum bersama ke kamarnya tanpa pakaian.
“Mmmh.. uda mandi gini kan wangi enak say..” kata Niko mengendus leher istrinya.
“Sana baringan aja!” Lisa menindih tubuh suaminya hingga payudaranya terasa menghimpit dada.
Wanita itu mencium suaminya sejenak, lalu turun ke leher, dada hingga sampai ke bawah. Tangan lembutnya menggenggam penis suaminya yang sudah ereksi.
“Uuuhh... kangen gua sama seponganlu say!” desah Niko merasakan lidah istrinya menyapu batang penisnya.
Mata pria itu merem melek sambil meremasi rambut istrinya yang masih agak basah itu.
“Uhhhhmmmm.... mmmmhhh” suara Lisa saat mengulum penis suaminya
“Aaaaakkkhhh... terus, mantap bener!” lenguh Niko
Tak sampai sepuluh menit, Niko tak sanggup lagi bertahan, tubuhnya mengejang dan menggeram,
“Uuuggghhh... keluar nih say.... oohhh...”
Creettt... creettt... sperma Niko muncrat di mulut istrinya. Lisa berusaha menelan cairan sperma itu, dihisapnya penis itu sampai menyusut di mulutnya. Setelah tidak ada semprotan lagi, barulah Lisa mengangkat kepalanya melepas penis suaminya. Nampak di pinggir bibirnya cairan putih itu meleleh sedikit. Mereka kembali berpelukan, kali ini Niko menindih Lisa lalu menggesekkan batangnya sejenak ke bibir vagina istrinya lalu mulai mendorongnya. Sebentar kemudian, pasutri itu memadu kasih dengan bersetubuh. Sambil menggenjot, Niko memagut mulut istrinya yang mendesah dan menganga. Puas bercumbu, mulut Niko turun ke dada dan mengenyoti payudara kanan sang istri. Seperempat jam kemudian, nafas Niko makin memburu dan pelukannya ke Lisa makin erat, Lisa pun mendesah makin kuat sambil mengangkat kedua tangan ke atas kepala. Niko langsung berpindah dari mengenyot puting Lisa kini mengendus ketiak sang istri. Gairah yang meningkat membuat pria itu menggenjot semakin cepat.
Nafas Niko semakin menderu-deru menyetubuhi istrinya hingga akhirnya ia menekan penisnya dalam-dalam ke vagina sang istri dan menyemburkan spermanya di dalam sana. Dipeluknya tubuh sang istri dengan erat menyambut orgasme yang luar biasa ini.
“I love you!” kata Niko terengah-engah
“So do I!” balas Lisa lalu memagut bibir suaminya.
Lisa berguling ke samping, ganti menindih suaminya, ia memainkan lidahnya dengan liar dan menggesekkan payudara ke dada suaminya, berharap pria itu bergairah dan menggarapnya lagi karena ia masih belum orgasme. Wanita itu menggerakkan pinggulnya, namun penis Niko yang layu belum kunjung ereksi lagi.
“Masih lemas say!” kata Lisa
“Iyah, lu belum keluar yah?” tanya pria itu.
“It’s okay... gua ngerti kok” wanita itu menghentikan goyangannya dan berbaring telungkup berpelukan dengan suaminya.
Lisa tahu bahwa Niko sangat sibuk belakangan sehingga untuk memberinya nafkah biologis kadang tidak maksimal. Kondisi nanggung seperti sekarang ini memang membuatnya kecele, namun sebagai istri yang pengertian, ia tidak ingin egois memaksa suaminya memuaskannya. Keduanya akhirnya tidur berpelukan tanpa busana.
Pukul 00. 14, Lisa terbangun oleh tangisan Davin yang ingin menyusu. Sambil menyusui sang buah hati, ia merasa gelisah dengan kehidupan seksnya. Niko seringkali tidak memberikannya kepuasan maksimal. Sementara Afif tidak pernah gagal memuaskannya bahkan seringkali melampaui ekspektasinya. Namun bagaimanapun hubungan tidak pantas dengan si tukang air galon harus diakhiri, demi dirinya dan juga demi keluarganya. Ia adalah wanita terhormat, bagaimana kata dunia bila hubungan tidak pantas dengan pegawainya sendiri ketahuan. Ya... besok tidak akan ada lagi perselingkuhan itu.
To be continued...
Terakhir diubah: