Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhwat Yang Ternoda ( No Sara )

Status
Please reply by conversation.
kalau menurut ane, memang lebih baik fokus ke nurul aja yg jadi tokoh center nya, yg lainnya buat selingan,

pengalaman baca beberapa cerita yg banyak tokoh nya malah ga tamat2, atau ga ngerti alur nya kmn,
tapi kalau suhu udah punya draft sampe tamat sih, ga masalah, hehe

suka alurnya yg agak berbeda dari carita2 akhwat lain, ada cukup konflik
 
kalau menurut ane, memang lebih baik fokus ke nurul aja yg jadi tokoh center nya, yg lainnya buat selingan,

pengalaman baca beberapa cerita yg banyak tokoh nya malah ga tamat2, atau ga ngerti alur nya kmn,
tapi kalau suhu udah punya draft sampe tamat sih, ga masalah, hehe

suka alurnya yg agak berbeda dari carita2 akhwat lain, ada cukup konflik
iya suhu. lakonnya emang banyak kayak sinetron dan nanti juga bakal ada yg dateng lagi.
tapi itu semua ane pusatkan untuk kepentingan Nurul sebagai bagian dari sebab dan akibatnya.
hehehhe
 
Mumpung malem minggu suhu banyak jones kesepian nunggu cerita ente suhu kwkwkw
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Siapin kupi sama gorengan sambil nunggu update
 
Chapter 13 : Manusia Berdosa



Nurul


Haris


Pak Sukani


Leni


Sean​

Pagi itu Nurul terbangun dalam kegundahan, samar-samar matanya mengerjap meminimalisir cahaya matahari yang masuk lewat jendela kamar dan menyilaukan penglihatannya. Nurul bangun seakan-akan telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam dirinya. Dan kini badannya itu terasa bukan badannya sendiri karena pori-pori pada kulitnya seperti mengembang sehingga dia merasa kepekaan yang berlebihan pada kulitnya yang merinding geli terkena angin pagi. Bahkan sekujur badannya terasa nyeri terutama dibagian dada dan selangkangannya.

Hal pertama yang Nurul lihat adalah langit-langit kamar tempat tidurnya. Tatapan kosong itu membawanya kembali pada kejadian semalam yang sekilas tampak nyata namun seperti penuh dengan ilusi. Hal yang terakhir Nurul ingat dalam ingatannya adalah sebuah bayang senyuman licik dari Pak Primus saat pria tua itu melakukan penetrasi pertama kalinya ke dalam vagina Nurul. Dia belum sadar sepenuhnya tentang yang terjadi semalam dan masih menganggap kalau semua ini hanyalah rentetan mimpi buruk dari mimpi-mimpi dia sebelumnya.

"Mbak Nurul??" Ucap seorang wanita yang daritadi tidur dipinggir kasur Nurul. Dia adalah Leni istrinya Pak Sukani.

Merasa namanya dipanggil, Nurulpun bangkit dari tidurnya dan menyapu pandangannya kearah Leni "Mb--Mbak Leni?? Mbak ngapain disini??" tanya Nurul heran.

"Ka--kamu gak inget kejadian semalam??" tanya Leni sedikit ragu-ragu. Dia melihat kalau Nurul tampak bingung dengan kehadirannya disana yang berarti kalau Nurul tidak sepenuhnya sadar dengan apa yang terjadi padanya.

Panik, Nurul pun kembali bertanya "Ma--maksud Mbak semua ini nyata??"

"Mbak Nurul tenangin diri Mbak dulu ya!! saya ambilkan air putih sama obat" ucap Leni yang ikut panik melihat kondisi Nurul. Dengan cepat dia meraih obat yang berada di meja nakas disebelahnya.

Nurul tersenyum "Gak! Mbak jangan bercanda!! semalam itu cuma mimpi!! mimpi yang dulu juga pernah terjadi sama saya!!" ucap Nurul semakin tidak percaya. Seratus persen kalau itu adalah sebuah mimpi yang sama dan dulu sempat dialaminya juga.

"Mbak! plissss!! aku mohon Mbak Nurul tenang dulu" usaha Leni untuk menenangkan Nurul tampak seperti sia-sia.

Karena Nurul malah bangkit turun dari ranjangnya tergesa-gesa "Aauwwwwwwhhh.. sakitttt" teriak Nurul memegang selangkangannya dan terjatuh di lantai kamar.

"Astagfirullah Mbak Nurul!!!" teriak Leni yang langsung menghampiri tubuh Nurul yang ambruk.

Pak Sukani yang sedang tertidur pulas di sofa ruang tamu, langsung ikut terbangun mendengar teriakan istrinya tersebut yang memang sangat keras. Meski nyawanya belum bersatu dengan utuh, namun Pak Sukani langsung mencoba bangkit dari posisinya dan menghampiri Leni yang berada di dalam kamar.

"Kenapa Mah??" tanya Pak Sukani pada istrinya saat masuk ke dalam kamar, lalu dia malah kaget melihat Nurul yang terlihat berada dilantai "Astaga Mbak Nurul!! Mbak sudah sadarr??" tanya Pak Sukani.

Nurulpun kemudian melirik pria itu "Pak Sukani! ini hanya mimpi kan Pak??? Pak Sukani gak pernah nyelematin saya kan???" Ucap Nurul yang teringat akan bayangan Pak Sukani di dalam kejadian yang dia anggap mimpi tersebut. Nurul ingat dia sempat minta tolong pada pria pria itu agar diselamatkan dari upaya buruk yang dilakukan Pak Primus.

"Udah Mbak Nurul tenangin diri dulu!! istigfar yang banyak!" pinta Leni yang memegang kedua bahu Nurul dan mengusap-usapnya mencoba memberikan ketenangan pada wanita akhwat tersebut.

Namun melihat respon Pak Sukani yang seperti diam dan bersalah, Nurul pun akhirnya tersadar sepenuhnya bahwa semua ini bukanlah ilusi mimpi melainkan sebuah kejadian nyata.

Dia tersenyum kecut "Jadi bukan mimpi yah??" Ucapnya memelas tak tau lagi apa yang harus dia perbuat.

"Mbak minum dulu ya??" pinta Leni kembali menawarkan minum agar Nurul bisa tenang. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Nurul yang seorang akhwat muslimah tersebut harus menerima kenyataan kalau dia sudah jadi korban pemerkosaan. Leni menganggap Nurul pasti sangat terpukul dan kecewa.

Tapi tiba-tiba Pak Sukani berbicara, "Maafkan saya Mbak Nurul! saya tidak datang di waktu yang tepat" ucapnya seolah-olah menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada Nurul.

"Bukan salah salah Bapak kok! saya sendiri yang membawa petaka ini kedalam rumah! Mungkin ini adalah teguran untuk saya agar lebih berhati-hati lagi" jawab Nurul mulai menerima fakta dan kenyataan terjadi.

Mau tak mau Nurul harus sadar bahwa kejadian ini memang benar-benar sudah terjadi dan tak ada yang bisa dia lakukan untuk memperbaikinya. Meski dalam hatinya saat ini sedang kacau balau dan begitu tidak bisa menerima rasa hina atas kejadian yang menimpanya, tapi iman yang selama ini Nurul pegang teguh, sedikit mampu membantu meringankan beban dalam menghadapi cobaan ini.

"Begini saja! bagaimana kalau Mbak Nurul mandi dulu untuk menyegarkan pikiran?? sebentar lagi Mas Haris akan sampai" Saran Pak Sukani sekaligus mengabarkan kalau Haris sudah dalam perjalanan.

Nurul kaget tidak tau kalau suaminya tersebut akan pulang "Mas Haris sudah tau??" tanya Nurul sedikit tidak percaya. Pikirannya kembali kalut dan bingung bagaimana cara dia berhadapan dengan suaminya tersebut sedangkan kini dia sudah dalam keadaan kotor dan hina setelah membiarkan pria lain menyetubuhinya.

"Saya yang mengabari Mas Haris! bagaimanapun juga dia suami Mbak dan dia harus tau kalau Mbak sedang butuh dia sekarang" tegas Pak Sukani.

Nurul menutup mukanya "Ta--tapi bagaimana kalau dia sekarang membenci saya???" Ucapnya mulai terisak-isak.

Tanpa dapat Nurul kendalikan, Air matanya itupun menetes dengan deras, jatuh susul menyusul melewati bagian pipi dan turun mengumpul di dagu, sampai kemudian terakhir jatuh ke lengannya. Nurul mencoba menutup wajah sendunya dengan kedua telapak tangan. Berusaha membendung air mata, namun gagal. Wanita itu tak bisa berhenti menangis atas sebuah kesalahan yang sebenarnya bukan dia pelakunya.

Dalam bayangan Nurul, Haris pasti akan sangat tidak terima dengan keadaannya sekarang yang sudah bisa dianggap berselingkuh dengan orang lain meski dalam keadaan terpaksa, karena menurut Nurul membiarkan laki-laki lain menyetubuhinya sama saja dengan berselingkuh itu sendiri, terlepas dari adanya unsur keterpaksaan atau tidak.

"Mbak gausah khawatir! saya yakin suami Mbak paham kalau ini semua diluar kehendak Mbak!" sambung Leni yang ikut memberikan moral support pada Nurul.

Namun hal itu semakin membuat Nurul jadi tidak siap untuk menghadapi Haris suaminya. Sebuah noda besar yang telah tercoreng di tubuhnya tersebut tidak dapat hilang begitu saja. Masih jelas terlihat diwajah Nurul sebuah keraguan yang begitu mendalam. Karena tidak diketahui oleh siapapun, sebenarnya ada waktu dimana Nurul merasa menikmati kenikmatan terlarang tersebut secara singkat, dan itu semakin membuat dirinya merasa bersalah.

"Ta--tapi--"

"Mbak gausah pikirin itu lagi! Saya yakin Mas Haris akan mengerti. Yang penting sekarang Mbak harus tenangkan pikiran Mbak terlebih dahulu" ucap Pak Sukani mengurangi kekhawatiran Nurul.

Setelah percakapan itu, Nurulpun akhirnya mencoba untuk bangkit kembali dari lantai. Sambil terisak-isak dan menghapus air mata, dia berusaha untuk ikhlas dan tabah menghadapi cobaan ini. Apalagi seorang Akhwat muslimah sepertinya harus tau kalau semua cobaan didunia ini tak akan diberikan tuhan melebihi kemampuan hambanya. Jadi sekarang, Nurul meyakinkan diri kalau dia bisa melewati hal ini.

Namun sebuah trauma tak dapat hilang begitu saja. meskipun Nurul mencoba untuk kuat, namun hatinya masih rapuh dan dihantui rasa bersalah yang begitu dalam.
Bahkan usai Nurul memutuskan untuk mengikuti saran Pak Sukani untuk mandi, dia mencoba bercermin dan menyaksikan tubuh telanjangnya yang terpantul oleh kaca kamar mandi di depannya. Tubuh mulus, putih dan indah itu tampak seperti sebuah kubangan dosa dimata Nurul. Tubuh kotor yang diam-diam menikmati bencana yang seharusnya tidak terjadi itu.

Dengan pelan, Nurul pun kemudian membasuh tubuhnya tersebut dibawah siraman air shower yang mengguyurnya dengan hangat. Tak lupa sebuah doa mandi besar diucapkannya sebelum dia membasuh tubuh yang sudah mengkhianati hatinya itu.

"Kotorr!! kamu Kotoorr!!" Ucap Nurul dalam hati menggosok seluruh badannya dengan kuat, Dia merasa hina seakan noda yang mengotori tubuhnya tersebut, dapat hilang dengan siramin air dan basuhan sabun.

Tak terasa air mata itupun kembali meleleh dikedua pipi Nurul yang langsung bercampur dengan air yang mengguyur badannya. "Mungkinkah ini sebuah teguran???" pikir Nurul yang kembali mengingat-ingat kesalahan yang dia perbuat. Mulai dari mengintip majikannya yang berselingkuh, sampai membiarkan sang anak majikan mengecup bibirnya dengan mesra.

Nurul mulai berpikir Mungkin ini adalah cara tuhan menghukumnya atas dosa-dosa zina yang sudah dia lakukan. Dosa syahwat yang belakangan ini semakin menggebu-gebu tidak menentu. Mungkinkah ini cara tuhan mengingatkan Nurul dengan memberinya cobaan dizinahi orang lain? Entahlah. Nurul semakin tidak tau apa yang terjadi padanya saat ini.

Sementara itu sepeninggal Nurul yang pergi untuk mandi, Leni dan Pak Sukani pun kembali terlibat sebuah pertengkaran di ruang tamu. Leni menjadi sangat emosi dengan sikap Pak Sukani yang begitu baik dan ramah terhadap Nurul.

"Apa-apaan itu tadi?? semua ini jadi salah Papa karena Papa tidak datang tepat waktu???" kesal Leni yang tidak terima dengan sikap suaminya tersebut yang bertingkah seperti seorang pahlawan.

Sedangkan Pak Sukani hanya berhembus nafas panjang saja "Aku hanya tidak mau Mbak Nurul semakin shock dan menyalahkan dirinya sendiri" balas Pak Sukani.

"Wow! Papah perhatian sekali yah sama wanita lain" balas Leni yang semakin tidak terima.

Namun Pak Sukani malah memandangnya aneh "Sejak kapan kau peduli kalau aku perhatian sama wanita lain?? bukankah kau sendiri yang menginginkan ini??" tanya Pak Sukani.

"Iya!! tapi aku ini istrimu!! dan aku berhak untuk cemburu!!" jawab Leni meledak-ledak tidak seperti dirinya. Entah kenapa semenjak kejadian tadi malam, Leni semakin tidak suka dengan sikap Pak Sukani yang terlalu perhatian terhadap Nurul.

Sambil tertawa, Pak Sukani pun melanjutkan "Cemburu??? apa kepala kau terbentur sesuatu sampai kau kehilangan akal??" ledek Pak Sukani yang mulai heran dengan sikap Leni. Sekarang istrinya tersebut benar-benar bertingkah seperti seorang istri sungguhan.

Lalu Pak Sukani melanjutkan "Lagipula apa kau lupa kalau diawal pernikahan kita aku mencoba memberimu segalanya tapi kau sendiri menolak dan malah berselingkuh dengan mantan pacarmu itu???"

DEEEGHH!!! Sebuah anak panah yang tajam baru saja tertancap dijantung Leni mendengar perkataan suaminya tersebut. Mengingatkan dia dengan hari dimana awal-awal pernikahan mereka yang memang didasari oleh keterpaksaan. Saat itu, Pak Sukani tau dan sadar betul kalau Leni tidak menyukainya, namun dia tetap mencoba segala cara dan memberikan perhatiannya sebagai suami. Tapi justru Leni lah yang mengkhianati perhatian dan kepercayaan Pak Sukani itu sendiri dengan berselingkuh bersama Daniel.

"Aku tidak tau pikiran apa yang ada di otakmu saat ini, tapi aku menyarankan kalau kita tetap pada rencana semula" sambung Pak Sukani yang beranjak pergi meninggalkan Leni.

Sekali lagi, Punggung pria tua itu ditatap Leni dengan rasa bersalah yang cukup besar. Dia yang selama ini menganggap dirinya sebagai korban, justru sekarang malah merasa kalau dialah yang jadi penjahatnya. Leni tau betul kalau Pak Sukani adalah seorang pria baik yang berusaha menjadi suami yang baik pula. Bahkan dulu kesepakatan pernikahan itu bukanlah permintaan dari Pak Sukani, melainkan tawaran dari kedua orang tua Leni. Namun karena rasa sakit hati akibat paksaan menikah, membuat Leni mencoba membalas dendam dengan selingkuh dan menyakiti hati suaminya tersebut.

"Aku belum terlambat Pah!" Ucap Leni dalam hatinya sambil tersenyum.

Sekarang, tampaknya Leni tau apa yang harus dia lakukan.

Selang tak beberapa lama kemudian, Harispun akhirnya pulang ke rumah mengendarai sebuah mobil taksi berwarna biru yang tampak datang memasuki halaman rumah Nurul. Didalamnya Haris terlihat sedikit tergesa-gesa membayar argo tumpangannya tersebut dan berlari ke dalam rumah secepat mungkin.

"Umi!!! Umi!!!" teriak Haris tidak karuan.

Namun sosok istrinya tersebut ternyata sudah menunggunya di ruang tamu bersama Pak Sukani dan Istrinya "Ya ampun Bi! salam dulu kenapa!" Ucap Nurul yang berusaha untuk tenang. Namun dibalik pakaian syar'i yang membungkus tubuhnya itu, Nurul merasa kalau persendiannya linu dan tubuhnya bergetar cemas.

"Alhamdulillah!! Alhamdulillah!!" Ucap Haris yang langsung menghampiri Nurul dan memeluk tubuh istrinya tersebut dengan sangat erat. Hilang sudah rasa cemas yang mendera dirinya sedari malam karena mendengar kabar pemerkosaan istrinya tersebut.

Haris lalu melepas pelukannya "Umi baik-baik saja kan?? Umi gak kenapa-kenapa kan??" tanya Haris memegang Bahu Nurul dan mengecek tubuh istrinya.

Sontak Nurulpun tak dapat membendung air matanya dan mulai menangis "Maafiin Umii Bi!! Umi telah mengkhianati Abi!!" Ucapnya tak berhenti merasa kalau dia sudah berselingkuh. Air matanya kembali meleleh dengan deras tak berhenti menatap ke arah wajah suaminya.

"Astagfirullah! enggak Umi!! Umi gak mengkhianati Abi sama sekali!! ini bukan salah Umi!!" Balas Haris meyakinkan Nurul. Tampak dari pelupuk matanya tersebut kalau Nurul begitu terpukul dengan apa yang telah menimpa dirinya.

Mendengar ucapan dari Haris, beban pikiran dan rasa khawatir yang menyandera hati Nurul sedari tadi sedikit menghilang. Tubuhnya yang lemah itu seakan terangkat bebannya sehingga diapun huyung dan jatuh dalam pelukan Haris, pandangannya kemudian berubah jadi berkunang-kunang dan dunianya seakan berputar-putar. Karena panik, Harispun kemudian langsung menggendong Nurul ke dalam kamar dan membaringkan tubuh istrinya tersebut di ranjang.

"Udah! Umi istirahat dulu! gak usah banyak gerak" pinta Haris membelai lembut wajah Nurul.

Dari belakang, datang Leni yang membawakan segelas air putih "Ini Mas! Mbak Nurul disuruh minum dulu" Ucapnya menyodorkan gelas itu pada Haris.

Setelah memberikan minum kepada Nurul, Haris pun mengajak Pak Sukani dan istrinya untuk berbicara di ruang tamu, membiarkan Nurul untuk beristirahat sejenak agar tubuhnya bisa kembali normal. Haris takut kalau istrinya tersebut bisa-bisa pingsan karena tidak kuat dengan beban pikiran yang tengah ada dalam kepala dan hatinya.

"Saya rasa Mas Haris harus menghibur Mbak Nurul dengan cara berbeda. Karena daritadi dia menganggap kalau dia sudah berselingkuh dari Mas dan dia tetap menyalahkan dirinya sendiri" Ucap Pak Sukani berbicara empat mata dengan Haris. Sedangkan Leni pergi ke arah dapur untuk membuatkan minum pada dua orang lelaki tersebut.

Haris memegang kepalanya "Kira-kira saya harus gimana ya Pak??" tanyanya bingung harus bagaimana menghadapi situasi seperti ini. Tidak semua orang tau bagaimana cara berhadapan dengan kondisi yang memang jarang sekali terjadi.

"Cukup katakan kalau Mas Haris tidak masalah dengan apa yang sudah terjadi. Kalau perlu, Mas Haris harus menunjukkannya" balas Pak Sukani.

"Menunjukkannya?? bagaimana??" tanya Haris malah semakin bingung. Daritadi bahkan dia sudah menunjukkan kalau dirinya tidak masalah dengan apa yang terjadi pada Nurul karena itu bukanlah kesalahannya.

Pak Sukani berhenti sejenak, "Maaf kalau saya lancang. Tapi menurut saya Mas Haris harus meniduri istri Mas segera" lanjut Pak Sukani.

"Apa hubungannya Pak??!!" Haris semakin bingung.

"Dengan begitu Mbak Nurul bisa percaya kalau Mas sama sekali tidak jijik ataupun tidak suka dengan tubuhnya meski dia sudah pernah disentuh oleh orang lain" sambung Pak Sukani menjelaskan.

Entah kenapa, tiba-tiba darah Haris menjadi berdesir ketika dia mendengar kata "Sudah pernah disentuh orang lain" tersebut. bayangan akan istrinya yang begitu alim dan menjaga penampilan takluk oleh seseorang yang bukan suaminya langsung terbayang-bayang dalam otak Haris. Apalagi setelah Nurul mengaku kalau itu adalah sebuah perselingkuhan, bukan sebuah pemerkosaan. Yang berarti istrinya tersebut merasa bahwa secara tidak langsung dia juga berperan dalam hal itu dan akhirnya merasa bersalah sendiri.

"Ja--jadi maksud Bapak! saya harus nunjukin ke istri saya kalau saya tidak keberatan jika dia berselingkuh! begitu???" tanya Haris gugup menarik kesimpulan yang lumayan melenceng.

Namun Pak Sukani malah menganggukkan kepalanya "Kurang lebihnya seperti itu. Mas Haris hanya perlu menunjukkan kalau Mas masih mencintai dia terlepas dari kesalahannya atau tidak" balas Pak Sukani.

Kini Haris mengerti kenapa dia disarankan oleh Pak Sukani untuk melakukan seks dengan istrinya segera. Karena jika melihat dari sudut pandang Nurul, istrinya tersebut merasa kalau dia telah melakukan sebuah kesalahan besar yang nantinya bisa membuat Haris tidak menyukainya lagi karena menganggap tubuhnya sudah hina dan ternoda oleh laki-laki lain. Dan cara yang ampuh untuk menunjukkan bahwa Haris tidak mempermasalahkan hal tersebut, adalah dengan memperlihatkan bahwa Haris masih bisa melakukan seks dengan Nurul secara normal.

Dari arah dapur, nampak Leni yang juga ikut menguping pembicaraan dua lelaki tersebut dengan seksama. Anggapannya cukup setuju dengan saran dari suaminya tersebut karena sebagai perempuan, pastilah sebuah bukti yang paling bagus adalah dengan sebuah aksi, bukan dengan kata-kata. Tapi Leni cukup bingung dengan keakraban suaminya dengan Haris yang terlihat sangat akrab tersebut, Bahkan sudah sampai membahas masalah ranjang dan privasi segala. Membuat Leni semakin bingung dengan rencana suaminya tersebut.

"Bukankah dia menginginkan Nurul??? tapi kenapa dia malah membantu Nurul semakin dekat dengan suaminya???" Leni semakin bingung dengan jalan pemikiran suaminya tersebut yang kadang-kadang berniat baik, namun juga terkadang berniat buruk pula.

============

Sementara itu tak jauh dari arah rumah Nurul, tampak Sean sedang berdiri dengan motornya menatap sendu ke arah rumah itu. Semalam Sean di telfon oleh ibunya, dan diberitahu kalau Sang kepala rumah tangga telah tertangkap oleh pihak kepolisian karena melakukan upaya pemerkosaan. Dan tentu saja tanpa bertanya sekalipun, Sean sudah tau siapa korban dari kebejatan ayahnya tersebut.

Beruntung tadi Sean melihat dari kejauahan kalau suami Nurul sengaja pulang karena peristiwa semalam, jadi Sean tidak perlu lagi pergi ke tempat Nurul untuk menenangkan wanita yang berusaha dia jaga dari perbuatan buruk ayahnya itu. Lagipula Sean merasa kalau Nurul pasti tidak akan menerimanya sebagai tamu karena dia adalah anak dari si pelaku. Dan lebih baik dia harus menjauh sementara agar masalah tidak menjadi semakin rumit.

"tututttututtttutututtuttttt!!" nada dering HP Sean berbunyi dengan keras.

Sean merogoh ke dalam sakunya dan mengambil HPnya tersebut lalu tersenyum melihat nama yang tertera disana "Haloo" ucap Sean mengangkat telfon.

"Hei Adikku yang malang!! dimana kamu sekarang?? tidakkah kau merindukan kakakmu yang cantik ini??" balas suara renyah seorang perempuan dibalik sana.

Sean tersenyum, Lunar kakaknya itu tidak pernah berubah sedikitpun "Aku sedang di luar! sebentar lagi pulang" balas Sean dengan sangat dingin dan cool. namun sebenarnya dia juga merindukan sosok sang kakak yang tengah menempuh pendidikan kuliah di luar daerah itu.

"Baiklah!! secepat mungkin kamu kesini, aku ingin sekali bertemu denganmu dan bertanya banyak hal terutama tentang Papah" ucap Lunar.

Sean menghembuskan nafasnya "Yah!! aku rasa sekarang sudah saatnya kamu harus tau sesuatu tentang keluarga kita" Ucap Sean begitu yakin.

Lalu setelah sedikit mengobrol ringan dengan Kakaknya tersebut, Sean pun akhirnya memutuskan untuk beranjak dari sana dan pergi kembali ke rumah. Hari yang cukup lelah untuknya setelah dia mengetahui rahasia yang ada di pesantren yang dia datangi atas usul dari ibunya tersebut. Sean tidak menyangka kalau benang takdir kembali mempertemukannya dengan Dini sang cinta pertama.

#Bersambung.......


-Duh! ada apa nih sama Leni?? apa dia akan jadi penghambat besar untuk Pak Sukani dalam menaklukan Nurul??????
Dan Haris kayaknya sudah mulai menunjukkan gejala-gejala tidak wajar. kwkwkwkwkwkw.

Maaf kalau chapter ini gak wah-wah banget. harap maklumin. hahahha
 
Terakhir diubah:
Gak apa2 gak wah hu.....yg penting ceritanya mengalir dengan baik dan lancar aja hu.....biar enak di baca nya....by the way....thanx for updatenya ya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd