8. Chocolate
"Gimana Dan? Mobilnya kenapa?"
"Sialan Din, ini olinya mau abis kayaknya" kata Dani setelah membuka kap depan mobil dan memeriksanya.
"Terus gimana dong?" kataku.
"Bisa jalan sih harusnya, tapi gak bisa kenceng-kenceng amat" balas Dani.
"Kak, ini ada oli" Citra menghampiri aku dan Dani sambil membawa sebuah botol oli.
"Lah Cit, nemu dari mana?" kataku.
"Di bagasi kak, nyelip di sana" balasnya.
"Syukurlah Din, yaudah nanti aku urusin mobilnya" kata Dani.
"Eh Citra, Gracia mana?" tanyaku.
"Dia tadi kearah sana, katanya mau pipis"
"Ohh oke, sendirian?" tanyaku.
"Iya kak"
Kulihat Gracia yang muncul dari tepi jalan, membawa tissu.
"Lega Cit hehe, udah kebelet tadi"
Setelah masalah mobil beres, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini Galang yang menyetir sedangkan aku duduk disampingnya.
"Lah aku baru tau ada travel charger" kata Anin.
"Bukannya udah lama Nin?" tanyaku.
"Kampret, kalau tau gitu aku bisa ngecas hapeku ini" Anin mengambil sebuah ponsel dari saku celananya.
"Percuma Nin, semua jaringan mati" kata Galang.
"Gak apa-apa Lang, numpang ngecas aja hehe"
Tak berapa lama kami melintasi sebuah jembatan besar, kulihat ada sebuah danau besar.
"Wah bagus banget" kata Gracia.
"Iya, danaunya gede banget Gre" tambah Citra.
"Lang, berhenti kesana dong"
"Lah ngapain kesana Gre?" tanya Galang
"Refreshing lah kak, masak jalan gini-gini aja hehe, lagian pasti gratis kan masuk kesana"
"Aku setuju Lang, mungkin kita butuh refreshing sejenak" balasku.
"Hmmmn baiklah, kita kesana"
"Yeeeeeee makasih ya kak Galang" Citra dan Gracia secara bersamaan. Mereka tampak ceria dan aku juga senang, tampaknya kita butuh sebuah kesenangan untuk melupakan sejenak bencana ini.
Tak lama kami akhirnya sampai di sebuah pintu gerbang masuk menuju danau. Tetapi kulihat pintu gerbang itu tertutup rapat.
"Wah ditutup ternyata" kataku.
"Mungkin kita bisa buka Lang" kata Gracia.
"Digembok"
"Okelah, bisa kita tembak gemboknya" aku menyiapkan senapan shotgunku, sebelumnya aku cek amunisinya, masih ada dua belas peluru.
"Minggir" aku mulai membidik shotgun itu kearah kunci gembok, kutekan pelatuk senapan.
DOR
Kunci gembok itu hancur.
"Nah, beres. Semoga aja suara shotgun tadi gak kedengaran mayat hidup" kataku.
"Semoga aja" kata Galang.
-----------------------------
Singkatnya, kami memasuki danau. Terlihat sepi sekali namun banyak sekali puing-puing mobil yang terbengkalai. Kami keluar dari mobil dan mulai berkumpul.
"Kita santai-santai disini sampai sore, abis itu kita lanjutkan perjalanan"
"Nyebur yuk Cit" ajak Gracia.
"Takut aku Gre, gak bisa berenang" balasnya.
"Masak sih? Aku aja bisa berenang haha"
"Gracia, sebaiknya jangan berenang disini. Berbahaya" kata Galang melarang Gracia.
Okelah biarkan mereka bersenda gurau dulu. Aku berjalan menuju tepi danau. Kuhidupkan sebatang rokok seperti biasa, suasana yang tenang sangat cocok untuk merokok hehe. Kulihat banyak perahu yang terdampar di tepi danau dan juga ada yang berada di tengah danau.
"Din" Aya menghampiriku.
"Eh, Aya" balasku.
"Aku temenin ya hehe" Aya berkata sambil tersenyum.
"Emmm, boleh-boleh" kami duduk bersebelahan menghadap danau. Kuhisap rokokku.
"Lah, Dani gak kamu temenin" aku membuka obrolan.
"Lagi benerin mobil, gak bisa diganggu dia" balas Aya.
"Hahaha, emang kamu mau niat ganggu dia?" tanyaku.
"Gak sih, aku kan gak tahu dunia permobilan Din, tapi kalau dunia balapan formula one mah tahu banget hehe"
"Sama Ya, aku cuma bisa nyetir doang"
"Emang kamu pernah punya mobil?"
"Pernah, mobil sedan keluaran lama, beli pakai uang sendiri hehe" balasku.
"Wah kamu pasti orang kaya ya?" tanya Aya.
"Enggak kok, aku nabung sejak SMA dan pakai uang gaji juga, punya impian beli mobil sendiri soalnya hehe"
"Hebat ya kamu Din"
Kami terdiam menikmati angin sejuk, danau ini terlihat besar sekali, bahkan seperti laut saja. Pandanganku tertuju kepada Aya, buah dadanya menonjol tercetak di kaos putihnya. Ah Dino, sekali-kali jangan berpikiran mesum hehehe.
"Rudi sering ngajarin aku nyupir mobil Din, tapi ya begitulah, gak pernah bisa akunya haha"
"Sering-sering berlatih aja Ya, pasti bisa"
"Hehe iya"
"Minta ajarin sama Dani lah"
"Emmm Dani ya......" nada suara Aya sedikit berubah.
"Din, apa aku memang suka sama Dani?" Aya bertanya sambil menatapku.
"Kok tanyanya ke aku?"
"Emmm, lupakan"
Kuhisap rokokku dalam-dalam dan kuhembuskan asapnya.
"Rudi juga orangnya perokok, aku aja sebel kalau dia lagi ngerokok"
"Oh gitu ya" balasku.
"Tapi dia janji kalau kita menikah nanti dia akan berhenti merokok" kata Aya.
"Dani juga merokok loh"
"Emmm, iya sih aku pernah liat dia"
"Bilangin dia, jangan kebanyakan merokok hehe" balasku.
"Kamu juga lah Din"
"Yeeeee aku bisa jaga diriku sendiri" kubuang puntung rokok itu ke tepi danau. Api puntung rokok itu langsung padam terkena air. Kami kembali terdiam menikmati hawa siang hari ini yang berawan.
"Yaudah Din, aku ketempatnya Dani dulu" kata Aya.
"Mau nembak Dani ya? Hehe"
"Eh enggak kok" Aya terlihat gugup kemudian tertawa. Aku ikutan tertawa melihat tingkah Aya.
Setelah cukup lama duduk di tepi danau, aku berjalan menuju mobil. Galang dan Aji sedang ngobrol sambil menikmati sebotol bir.
"Woii Din, gak mau minum nih?" kata Aji
"Emmm enggak ah, kapan-kapan aja haha" balasku.
Aku melihat Citra sedang membuka bungkus plastik, tampaknya ia sedang mencari sesuatu.
"Nyari apaan Cit?" tanyaku kepada Citra.
"Cokelat kak, lagi kepengen. Ah ini dia" Citra mengambil sebuah bungkus cokelat batangan dan sebotol minuman ringan.
"Kakak mau?" tanya dia.
"Iya dong" balasku.
"Kak, kita duduk dimana gitu yuk. Pengen ngobrol-ngobrol sama kakak"
"Yuk, disana aja gimana?" aku menunjuk sebuah pohon yang kebetulan dekat dengan tepi danau.
-----------------------
Cokelat batangan ini aku makan bersama Citra, kami duduk bersender di sebuah pohon menghadap danau. Cuaca hari ini berawan, matahari hanya sesekali mengintip dari balik awan. Kulihat Citra dengan lahap memakan cokelat. Aku melihat banyak burung-burung beterbangan di atas danau. Terlihat indah sekali.
"Indah ya kak"
"Iya Cit"
"Coba aja kalau di pantai ya kak, sekalian melihat sunset hehe"
"Suka pantai ya kamu?" tanyaku.
"Iya kak, dulu setiap weekend aku selalu pergi ke pantai sama sahabatku. Main-main air sama curhat gitu" balasnya.
"Hehe pasti asyik ya, kayaknya kamu deket banget sama sahabatmu itu"
"Iya, satu kampus lagi. Namanya Gloria. Aku udah temenan sama dia sejak sekolah dulu" kata Citra.
"Gloria, nama yang cantik" aku bergumam.
"Lalu, gimana kabar dia sekarang?" aku bertanya.
"Aku menemukan dia di jalanan kota kak, dia terjepit. Aku melihat dia bukan Gloria yang aku kenal" nada suara Citra berubah.
"Dia terinfeksi?" tanyaku. Citra mengganguk.
"Dia terlihat buas sekali kak, aku tak tega melihat dia" mata Citra terlihat basah.
"Aku kesepian banget setelah itu kak, dia adalah satu-satunya sahabatku yang paling dekat"
Aku melihat raut muka Citra yang berubah saat aku bertanya tadi, mungkin aku salah bertanya.
"Maaf Citra, kata-kataku tadi...."
"Gak apa-apa kak hehe, lagian itu udah lama kok"
"Mnmhh, kakak pernah punya pacar?" Citra balik bertanya kepadaku.
"Belum pernah sih, tapi punya kok sahabat cewek hehe"
"Ohhh, siapa namanya kak?"
"Dila" balasku.
"Dia pasti cantik ya kak" kata Citra.
"Hehe biasa aja kok" balasku. Aku berbohong. Dila sebenarnya lebih cantik dari Citra.
"Kalau kamu sendiri, pernah pacaran?" tanyaku.
"Pernah kak, tapi dia bukan orang baik"
"Maksudnya?" aku bertanya heran.
Citra terdiam, dan kembali memakan cokelatnya.
"Cerita aja ke kakak, aku siap jadi pendengar yang baik"
"Mmmm oke kak"
Citra akhirnya bercerita tentang mantannya, mulai dari masa-masa pendekatan hingga akhirnya mereka jadian. Emosiku tanpa sadar mulai naik saat Citra bercerita kalau mantannya pernah menjebak dia dan akhirnya merenggut kesuciannya.
"Aku nyesel sama dia kak, gara-gara dia aku udah gak suci lagi" kulihat mata Citra mulai basah, sepertinya dia kembali mengingat masa lalunya yang kelam.
"Lalu, setelah itu?"
"Dia ninggalin aku kak, dia sudah anggap aku cewek murahan"
"BANGSAT!" aku mengumpat setelah mendengar perkataan Citra. Jika orang itu ada disini mungkin aku sudah menghajar dia habis-habisan. Namun secepatnya aku sadar kalau aku juga pernah melakukan hal begituan kepada dia, rasa bersalah mulai melanda hatiku.
"Kakak......"
"Aku... Citraa...... maafkan kakak saat itu......"
"Kak Dino, aku percaya sama kamu kok, kamu orangnya baik. Kakak sudah selamatkan aku berkali-kali, ngajarin aku bertahan hidup. Aku percaya sama kakak"
Perkataan Citra tadi membuat hatiku luluh. Tiba-tiba Citra memelukku erat sekali, dia menatap mataku dalam.
"Mungkin kalau aku tidak bertemu kamu, entah apa yang akan terjadi denganku"
"Citra...."
Tiba-tiba Citra mencium bibirku, dengan cepat Citra melumat bibirku, aku hanyut dalam ciumannya, lalu aku balas ciuman itu dengan lembut.
"Kak, terima kasih atas semuanya......"
"Iya Citra" kulihat tatapan mata Citra yang terlihat berbeda sekali
Citra melepas pelukanku, lalu kembali memakan cokelatnya.
"Kakak tahu, cokelat ini enak banget kalau dibarengi dengan curhat hehe"
"Hahaha bisa aja kamu"
"Beneran kak, kata Gloria sih gitu. Kami kalau curhat-curhatan selalu makan cokelat".
"Ohh gitu ya, kalau aku curhat sama siapa ya?"
"Lah sama Dila?"
"Itu waktu kuliah dulu Cit hehe, udah lama banget"
"Gantian kakak yang curhat dong" kata Citra sambil menggoyangkan badannya kearahku.
"Ohhh okelah hehe"
"Ceritain kak, Dila kayak gimana?" tanya Citra.
"Dila itu......"
Aku mulai bercerita, tentang pertemuanku dengan Dila saat ospek kampus yang bisa dibilang agak absurd namun berkesan. Setelah itu aku dan Dila bersahabat, dekat sekali bahkan seperti pacar saja. Citra mendengarkan ceritaku dengan seksama.
"Seperti itu Cit hehe"
"Ohh gitu ya kak" kata Citra. "Lalu sekarang kabar dia gimana"
"Dia pergi ke Jepang mengejar impiannya, tetapi setelah itu aku lost contact dengan dia"
Kami terdiam sejenak, pandanganku beralih kearah danau. Matahari tampaknya mau tenggelam, pertanda malam akan tiba. Aku menatap langit sore ini. Aku menyadari bahwa aku dan Citra sama-sama kehilangan seorang sahabat.
Dila, bagaimana kabarmu sekarang
Apa kamu selamat dari bencana ini?
Aku harap kamu selamat ya Dil.......
"Emmm kak......"
"Iya Citra?"
"Aku boleh ngomong sesuatu?"
"Boleh lah, gimana?" tanyaku heran.
"Emmmmm, aku........"
"EAAAAAAAAA ADA YANG KASMARAN NIH YEEE"
Aku terkejut, ternyata Gracia mengagetkanku, Citra juga terlihat terkejut karena ulahnya.
"GRACIAAAA" teriak Citra.
"Kayaknya asyik ngobrol ya kak, boleh aku ikutan?" kata Gracia antusias.
"Hmmmn yaudah kamu sama Gracia dulu Cit, aku mau ngecek mobil" kataku. Aku meninggalkan mereka yang kembali bersenda gurau.
--------------------------
Akhirnya setelah bersenang-senang di danau, kami melanjutkan perjalanan. Langit sudah berubah gelap pertanda malam. Kulihat jalanan terlihat gelap sekali, lampu penerangan tidak menyala, mungkin karena terputusnya arus listrik. Galang menghidupkan mode lampu jauh sehingga jalanan ini terlihat terang.
"Eh Lang, apa itu?" kulihat dari kejauhan terdapat beberapa lampu, seperti lampu mobil.
"Mungkin orang" balasnya.
"Tapi kalau mereka orang jahat?" kata Aya, sepertinya dia khawatir.
"Tenang Ya, semoga aja bukan orang jahat"
Aku melihat sekelompok orang dengan beberapa mobil yang berhenti di tengah jalan. Aku dan Galang turun dari mobil dan menyiapkan senjata untuk keamanan.
"Hei" Galang berteriak kepada kelompok orang itu.
"Oh hei juga"
"Kami bukan penjahat. Kami hanya sekelompok orang yang selamat dari bencana ini" teriak salah satu orang itu.
"Lang, hati-hati" kataku.
"Kayaknya mereka bukan orang jahat"
"Baiklah, ada yang bisa kami bantu" teriak Galang sambil terus berjalan. Aku berjalan mengikutinya.
"Ini ada pohon sialan yang nutupin jalan, kami butuh beberapa orang untuk menyingkirkannya"
"Oke, kami akan kesana"
Singkatnya kami saling bahu-membahu menyingkirkan kayu pohon yang roboh menghalangi jalan. Walaupun kesusahan akhirnya kami bisa menyingkirkan kayu pohon itu.
"Terima kasih kawan hehe"
"Iya sama-sama, kita kan harus saling membantu" kata Galang.
"Oh iya namaku Sandi, pemimpin kelompok kami" pria yang bernama Sandi itu mengulurkan tangannya.
"Aku Galang"
"Aku Dino"
"Oh iya, sebagai ucapan terima kasih, kalian bisa bergabung dengan kami. Kami sudah membangun sebuah camp tak jauh dari sini. Disana ada persediaan makanan dan air yang mencukupi. Bagaimana Galang?"
Kulihat raut muka Galang yang terlihat senang mendengar permintaan Sandi.
"Hmmmn baiklah. Kami akan ikut dengan kalian"
Credits Roll