Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhwat Yang Ternoda ( No Sara )

Status
Please reply by conversation.
Maapin ane suhu gk bsa nepatin janji. Jabodetabek mati lampu lama bener ane jdi gk bsa ngetik. Kwkwkwk. Giliran udh idup anenya lagi sbukk. Provider indihome pun juga ikut2an gk ada internetnya. Hahahha serba salah.
Mohon pengertiannya ya suhu sekalian.
 
Maapin ane suhu gk bsa nepatin janji. Jabodetabek mati lampu lama bener ane jdi gk bsa ngetik. Kwkwkwk. Giliran udh idup anenya lagi sbukk. Provider indihome pun juga ikut2an gk ada internetnya. Hahahha serba salah.
Mohon pengertiannya ya suhu sekalian.
tetap ditunggu hu
 
gpp yg penting ada kabar dari suhu...

kita juga ngerti knp sampai tdk bisa update.

santai and relax aja suhu....
 
Maapin ane suhu gk bsa nepatin janji. Jabodetabek mati lampu lama bener ane jdi gk bsa ngetik. Kwkwkwk. Giliran udh idup anenya lagi sbukk. Provider indihome pun juga ikut2an gk ada internetnya. Hahahha serba salah.
Mohon pengertiannya ya suhu sekalian.
Ok suhu.. Ane setia menunggumu
 
Santai aja hu, ane ngerti koq
 
Maapin ane suhu gk bsa nepatin janji. Jabodetabek mati lampu lama bener ane jdi gk bsa ngetik. Kwkwkwk. Giliran udh idup anenya lagi sbukk. Provider indihome pun juga ikut2an gk ada internetnya. Hahahha serba salah.
Mohon pengertiannya ya suhu sekalian.
Tidak apa apa. Kami semua sudah siap menunggu alasan yang seterusnya.
 
Maapin ane suhu gk bsa nepatin janji. Jabodetabek mati lampu lama bener ane jdi gk bsa ngetik. Kwkwkwk. Giliran udh idup anenya lagi sbukk. Provider indihome pun juga ikut2an gk ada internetnya. Hahahha serba salah.
Mohon pengertiannya ya suhu sekalian.
saya cuma berharap cerita bagus ini jangan sampai berhenti di tengah jalan.
 
Maapin ane suhu gk bsa nepatin janji. Jabodetabek mati lampu lama bener ane jdi gk bsa ngetik. Kwkwkwk. Giliran udh idup anenya lagi sbukk. Provider indihome pun juga ikut2an gk ada internetnya. Hahahha serba salah.
Mohon pengertiannya ya suhu sekalian.

Boleh juga Nurul ikut kena pemadaman listrik, mati lampu juga di rumahnya...
 
Maapin ane suhu gk bsa nepatin janji. Jabodetabek mati lampu lama bener ane jdi gk bsa ngetik. Kwkwkwk. Giliran udh idup anenya lagi sbukk. Provider indihome pun juga ikut2an gk ada internetnya. Hahahha serba salah.
Mohon pengertiannya ya suhu sekalian.
waduh.. kontie lumutan nungguin senin lagiihhh
 
Boleh juga Nurul ikut kena pemadaman listrik, mati lampu juga di rumahnya...
hhmmm... iya juga ya huu.. kayak nya rumah nurul ini kalo gak di Jakarta, atau Banten pasti di Jawa Barat.. hhhmmmm... jadi penasaran.. kalo sedeket ini, kayak nya masih ada kesempatan buat gantiin pak Sukani... hahaha
 
Sumpah kgak sabar nungguin aksi mbak nurul selanjutnya
Keep update hu...
Pliiis....
 
Chapter 18 : Runtuh


Nurul


Pak Sukani


Haris​

"Apa Mas mau menemani saya malam ini??" tanya Nurul tiba-tiba saja memberanikan dirinya berbicara seperti itu. Tapi tentu saja yang dimaksud oleh Nurul dalam hal "Menemani" tersebut adalah menemani dalam artian kata yang sebenarnya. Bukan menyangkut hal yang macam-macam ataupun sebuah ajakan untuk melakukan tindakan yang terlarang.

Dan Pak Sukanipun juga menangkap hal tersebut dengan tanggapan yang positif "Kalau Dik Nurul pengen ditemani, saya akan temani" balasnya sambil tersenyum dengan lembut. Pak Sukani tau ajakan Nurul tersebut mungkin saja terdengar sebagai ajakan untuk penyelewengan, tapi dengan segala macam pengalaman dan pengetahuannya tentang wanita, Pak Sukani tau kalau Nurul hanya bermaksud meminta untuk ditemani saja.

"Kalau gitu saya mau mandi dulu Mas! nanti saya siapin makan malam buat kita" ucap Nurul membalas senyuman Pak Sukani. Syukurlah pria tua itu tidak salah menangkap maksud dan keinginannya untuk ditemani. Sikap gentle Pak Sukani itu lagi-lagi membuat Nurul semakin melambungkan ekspektasinya terhadap orang tua itu.

Usai Nurul berpamitan untuk pergi mandi, Pak Sukani kemudian duduk di ruangan TV sambil menonton acara-acara dangdut kesukaannya. Sebenarnya sekarang Pak Sukani sedang berusaha untuk melawan dirinya sendiri agar dapat mengontrol napsu bejat yang tengah menggebu-gebu dalam pikirannya. Karena sedari tadi Nurul terus-terusan bersikap seperti menguji akal sehatnya yang seolah-olah minta diayomi dan dilindungi.

Tak berbeda jauh dari Pak Sukani, Nurulpun sebenarnya merasakan kalau badannya sudah bereaksi penuh terhadap sentuhan-sentuhan lembut Pria tua itu yang membuat seluruh tubuhnya menjadi panas tidak menentu. Rasa kesepiannya sebagai seorang wanita dan seorang istri itupun dibuat semakin menggebu menjadi-jadi. Tapi untungnya akal sehat itu masih ada disana untuk mencegah segala bentuk tindakan terlarang yang nanti mungkin akan membuatnya menyesal dikemudian hari.

Nurul tau kalau semua yang dirasakannya saat ini adalah bujukan dan rayuan syaiton semata. Untuk itulah dia berusaha membuang pikiran tersebut dengan memutuskan untuk pergi mandi menenangkan nafsunya. Segala bentuk angan-angan kenikmatan yang ada dipikirannya itu, berusaha ia tampik sejauh mungkin agar sebuah kesalahan tidak terjadi pada dirinya dan pernikahannya. Nurul tiba-tiba saja terbayang wajah Haris suaminya yang pasti akan sangat terpukul jika seandainya Nurul memutuskan untuk mengkhinati Pria baik hati tersebut.

Tenggelam dalam seluruh pikirannya, Nurul kemudian terkejut dengan sebuah ketukan di daun pintu kamar mandi "Dik!! Ini Mas Haris nelfon kamu" teriak Pak Sukani dibalik pintu tersebut mengabarkan kalau Haris ternyata menelfon saat Nurul baru saja memikirkan sosok suaminya tersebut.

"Diangkat saja Mas!! saya belum selesai" balas Nurul berteriak dari dalam. Memberitahu kalau dia belum bisa mengangkat telfon tersebut karena masih dalam keadaan yang basah dan berbusa oleh sabun mandi.

Pak Sukani yang sudah mendapat ijin itupun, kemudian mengangkat telfon Haris dari smarphonenya Nurul "Halo!" ucapnya sedikit pelan.

"Loh?? Pak Sukani?? kok bapak yang angkat telfon istri saya??" tanya Haris disebarang sana seperti orang yang terkejut.

Tapi Pak Sukani dengan santai menjawab "Istrimu lagi mandi mas, gak bisa angkat"

"Bapak ngapain dirumah saya??" selidik Haris.

"Tadi saya mengajak istrimu jalan-jalan keluar sebentar. Tidak apa-apa kan??" Tanya Pak Sukani seperti meminta persetujuan. Namun sebenarnya itu tidaklah berpengaruh karena mereka sudah terlanjur pergi tanpa izin Haris sekalipun.

"Ba--bapak ngapain aja sama istri saya??" tanya Haris tergugup. Memikirkan bahwa kesepakatan diantara mereka berdua masih berlaku sehingga Haris berpikir bahwa ada kemungkinan Nurul sudah jatuh dalam pelukan Pak Sukani.

Dan kegugupan Haris itupun membuat Pak Sukani tersenyum "Kenapa?? Mas Haris sudah merasa kalah??" tanyanya senang.

"Tidak! saya masih yakin sama istri saya!" balas Haris bertekad kuat.

"Yasudah kalau begitu Mas gak perlu tau apa yang kami lakukan" ucap Pak Sukani membuat Haris langsung mati kutu dengan kata-katanya. Pak Sukani seolah-olah menguasai pembicaraan ini dengan santai.

"Tapi kan--"

"Sudahlah! Apa untungnya kalau Mas tau?? yang ada nanti Mas bisa sakit hati" potong Pak Sukani dengan begitu cepat. Ia tersenyum ingin memancing bagaimana reaksi Haris jika dia mendengar kalau Nurul istrinya sudah jatuh kedalam pelukan lelaki lain.

"Saya akan berusaha untuk tidak sakit hati" balas Haris mempersiapkan dirinya jika saja Pak Sukani ternyata memang sudah menaklukan istinya.

Namun Pak Sukani masih bermain tarik ulur, "Usaha saja tidak cukup Mas! saya tidak mau jadi sasaran amarah dan amukan Mas nantinya" ucap Pria tua itu.

"Maksud bapak gimana???" Haris terdengar semakin bingung.

"Mas Haris sebenarnya mau hasil atau detailnya sih?? saya heran! Tujuan dari kesepakatan kita dari awalkan untuk membuat Mbak Nurul jadi hamil. Jadi saya rasa Mas Haris tidak perlu tau detailnya seperti apa" balas Pak Sukani bermain cantik. Seolah-olah dia adalah seorang pria sejati yang profesional dengan kesepakatan dan omongannya sendiri.

Haris jadi terdiam. Dia menjadi bimbang karena apa yang dikatakan oleh Pak Sukani adalah sebuah kebenaran yang masuk akal. Jika dirinya menginginkan hasil, seharusnya dia tidak perlu tau atau meributkan bagaimana detailnya terjadi. Tapi entah kenapa sekarang hatinya lebih condong ingin mengetahui tentang bagaimana istri akhwat nan shalihnya tersebut bisa jatuh dipelukan Pak Sukani.

"Saya hanya mau kejelasan Pak! apa bapak sudah melakukannya atau belum??" tanya Haris yang menyerah dengan rasa penasarannya. Sekarang lebih baik dia tau tentang kesegala detailnya daripada dia tidak bisa memejamkan matanya nanti.

Tapi Pak Sukani kembali menarik diri "Mas Haris jangan marah sama saya" ucapnya memancing. lalu dia melanjutkan "Tapi saya sudah----"

"Cukupp!!!" potong Haris pada perkataan Pak Sukani tersebut.

Sekarang dia sudah sadar dan paham kalau Istri shalihah nan dicintainya tersebut ternyata telah benar-benar membiarkan laki-laki lain menikmati tubuhnya. Haris tak menyangka kalau Nurul seorang perempuan akhwat dan muslimah taat tersebut juga mampu terjerumus kedalam lubang kemaksiatan. Badan Haris seketika jadi lemah seolah-olah tulangnya terasa dilolosi dari tubuhnya begitu saja.

Namun alih-alih merasa marah, Haris justru merasakan sebuah rasa cemburu yang terbalut dengan rasa terangsang yang amat sangat. Bahkan mencoba membayangkan istrinya sedang merangkuh kenikmatan bersama Pak Sukanisaja membuat nafsu syahwatnya menjadi menggebu-gebu seketika. Badannya yang lemah itu semakin merasakan panas dan dingin yang tak bisa dia artikan sama sekali.

"Mas Haris marahkan sama saya??" tanya Pak Sukani memelas seperti melakukan sebuah kesalahan yang besar. Namun itu semua tentu saja adalah akting semata dimana dia mencoba menarik simpati Haris dan membuat seolah-olah suami Nurul itulah yang berbuat salah.

"Eng--enggak Pak! saya gak marah. saya hanya sedikit terkejut" jawab Haris tergugup dan badannya menjadi bergetar. Berpikir suami macam apa dirinya yang tidak marah ketika tau istrinya tengah berselingkuh.

Sedangkah Pak Sukani terkekeh dalam hatinya sendiri karena tampaknya dia berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan, "Yasudah kalau begitu! Malam ini saya berencana untuk seranjang lagi sama istri Mas. Saya harap Mas Haris tidak keberatan" ucapnya menyerah psikis Haris.

"Tapi Pak!! bukannya bapak sudah??!!" tanya Haris sekarang sedikit merasa keberatan. Dia berpikir kesepakatan mereka sudah selesai karena Pak Sukani sudah menikmati tubuh istrinya.

Namun dengan cepat Haris diingatkan lagi oleh Pak Sukani "Kesepakatannya sampai istri Mas hamil bukan??? jadi sebelum itu saya bebas dong membuahi dia kapan saja??" tanya Pak Sukani dengan cerdik menyudutkan Haris.

"Tapi itu kan----"

"Sudahlah Mas!! dari awal saya sudah bilang kalau saya gak mau membicarakan detailnya karena takut Mas tidak setuju dan marah sama saya" potong Pak Sukani dengan cepat. Sekarang dia mencoba playing victim seolah-olah dia sudah memperingatkan Haris sebelumnya.

"Ja--jadi Bapak su--sudah melakukannya berkali-kali??" tanya Haris tergugup sangat tidak percaya.

Membuat Pak Sukani tersenyum dan mulai berbohong "Sudah 4 hari ini kami seranjang tiap malam"

BRAAAAAAKKKKK!!!!! Haris langsung terjungkal tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar. Dadanya menjadi sangat sesak dan api amarah itupun akhirnya terbakar menjadi-jadi. Akal sehat Haris langsung mengambil alih seluruh system syaraf yang ada dalam tubuhnya dan memberitahunya untuk segera mengakhiri kegilaan ini.

"In--ini bukan bagian dari kesepakatan kita Pak!!" Ucap Haris setengah berteriak merasakan amarah. Namun rasa gugup itu masih tetap menderu keras dalam hatinya.

Pak Sukani lagi-lagi tersenyum "Apa bedanya Mas?? mau saya lakukan sekali ataupun seratus kalipun, tetap saja saya masih punya hak sebelum Mbak Nurul hamil. Bukankah begitu???"

Skak mat. Mungkin rasa itulah yang dirasakan oleh Haris saat dia tahu kalau semua ini memang adalah suatu kebodohan yang seharusnya tidak dia setujui dari awal. Apalagi setelah dia menyadari kalau terdapat banyak celah dan lubang yang dapat dimanfaatkan dalam kesepakatan tersebut yang tidak Haris tutup dari awal dengan syarat-syarat khusus. Kini dia merasa kalah dalam permainan yang dia buat sendiri dan tak tau apalagi yang harus dilakukan.

"Sepertinya saya memang salah menyetujui kesepakatan seperti ini dari awal" balas Haris merasa dirinya sudah tak punya kekuatan lagi untuk melawan.

Namun tujuan Pak Sukani saat ini bukanlah untuk membuat Haris merasa kalah, "Tentu saja Mas Haris sudah salah!!! suami macam apa yang mengizinkan istrinya ditiduri oleh orang lain bahkan sampai hamil??? apakah Mas Haris tidak kasihan melihat Mbak Nurul?? dia itu wanita baik-baik mas" ucapnya mengubah haluan pembicaraan. Sekarang Pak Sukani malah berbalik menasehati Haris.

"Saya tau Pak!! tapi saya lebih tidak tega lagi kala melihat wajah istri saya yang selalu tampak menginginkan seorang anak dirumah atau setiap hari harus menjadi bahan omongan tetangga." balas Haris mengungkapkan alasannya.

"Saya paham itu! tapi apakah semua ini sepadan??" Pak Sukani balik bertanya.

"Tentu saja tidak!! tapi saya sudah kehabisan pilihan" jawab Haris mengakui semuanya. Dulu saat dia mengambil keputusan untuk menyetujui kesepakatan dengan Pak Sukani, Haris belum mengungkapkan alasan kenapa dia dengan gamblang dan mau saja menyetujui kesepakatan gila tersebut.

Sekarang, apa yang diinginkan oleh Pak Sukani sudah tercapai "Kalau begitu, selamat Mas!! kamu suami yang luar biasa! tidak banyak orang diluar sana yang rela mengorbankan keegoisannya sendiri demi istri-istri mereka. Saya salut kepada Mas Haris!! karena itulah saya belum ingin menyentuh Mbak Nurul" balas Pak Sukani memuji sekaligus membuat Haris menjadi lebih tenang.

"Ma--maksud Bapak??" tanya Haris.

Pak Sukani lalu tertawa "Hahaha. saya hanya bercanda ketika saya bilang kalau saya sudah seranjang dengan istri mas!!! Kami bahkan belum melakukan apapun yang melanggar aturan ataupun norma sosial" ungkapnya membongkar semua kebohongannya diawal.

"Jadi maksudnya Bapak belum ngapa-ngapain dengan istri saya???" Haris masih bingung dengan ucapan Pak Sukani.

"Iyaa!! saya belum menyentuh istri Mas karena dia adalah seorang istri yang menjaga diri dan seorang perempuan yang luar biasa" jawab Pak Sukani memuji keimanan dan kehebatan Nurul.

Haris lalu terdengar cukup shock karena sudah terbawa emosi yang begitu besar "Astagfirullah Pak!! becandanya tidak lucu sama sekali" ungkapnya menghela nafas yang begitu panjang. Ada perasaan lega dalam hatinya saat dia mengetahui kalau istrinya tersebut memang adalah seorang wanita yang patut diperjuangkan karena akhlak dan imannya.

"Hahahaha. saya tidak sepenuhnya bercanda karena kesepakatan kita masih tetap berlaku. Jadi saya akan tetap menunggu sampai waktunya Mbak Nurul mengijinkan saya" balas Pak Sukani terdengar masih sangat profesional.

Namun Haris sudah merasa dirinya diatas angin "Ooohh kalau begitu semoga beruntung Pak!! saya yakin istri saya pasti akan terus menolak Bapak" balasnya sambil tersenyum terkekeh. Haris sangat tidak sabar lagi untuk memenangkan kesepakatan ini karena waktunya pun akan berakhir dalam seminggu kedepan tepat pada saat kepulangannya. Dan sampai sekarang, Nurul istrinya masih tetap teguh dan belum runtuh pertahanannya.

"Hehehehe. kita lihat saja nanti!" kekeh Pak Sukani mengelus-elus batang kemaluannya. Merasa kalau naluri predatornya semakin tertantang untuk melanjutkan perburuan yang sudah ditahan-tahannya tersebut.

Dan dari arah kamar, Nurul yang ternyata sudah selesai mandi dan berganti baju, tampak diam-diam memperhatikan tingkah vulgar Pak Sukani yang sedang mengelus bagian selangkangannya yang membongkong besar tersebut. Nurul berkali-kali meneguk ludahnya sendiri tak dapat mengalihkan pandangannya dari benda tersebut. Dan Entah apa yang sedang dibicarakannya dengan Haris di telfon, tapi Nurul dapat melihat kalau Pak Sukani sangat bersemangat dan terkekeh-kekeh dengan bahagia.

"Ngomongin apaan nih?? seru banget kayaknya" tanya Nurul menghampiri Pak Sukani yang masih dalam pembicaraannya di telfon. Segala macam bentuk pikiran kotornya langsung dibuang begitu saja.

Pak Sukani yang sadar pun langsung tersenyum ke arah Nurul "Nih Dik!! Masmu nuduh dan bilang kalau kamu selingkuh sama aku" ucap Pak Sukani mulai ber-Aku kamu. Dia sengaja berbicara seperti itu agar dapat memancing rasa cemburu Haris dan menunjukkan kedekatannya dengan Nurul.

"Waahh! Abi parah! masa' Umi dituduh begitu" balas Nurul mengambil alih telfon genggam tersebut, lalu dia memencet tombol loudspeeker agar suaranya lebih terdengar besar. Nurul juga mengahamburkan tubuh harum miliknya disamping Pak Sukani sehingga semerbak bau wanita sehabis mandi itupun langsung tercium oleh hidungnya.

Disebarang sana, Haris juga tersenyum mendengar suara renyah istrinya "Abisnya Umi pergi kencan sih sama Pak Sukani" balasnya bermain-main tidak serius. Haris sekarang sudah tau kalau istrinya tidak akan mudah untuk di taklukan oleh pria tua itu.

"Kenapa?? Abi cemburu yaa???? makanya cepet pulang atuuuhhh!!! Umii kangeenn!!" balas Nurul bergerak-gerak begitu manja. Tidak sadar kalau disampingnya ada predator yang bersusah payah menahan nafasnya yang mulai terengah-engah. semerbak bau bunga mawar terpancar begitu harum dari tubuh Nurul yang baru saja selesai mandi dan membangkitkan syahwat Pak Sukani.

"Bentar lagi Umi!! sekarang Umi sama Pak Sukani aja dulu!! hahahahahhaa" ledek Haris tertawa begitu keras. Entah kenapa dia merasakan hatinya begitu senang dan ingin memancing-mancing istrinya dengan bercanda kearah yang menjurus kepada perselingkuhan tersebut.

Lalu Nurul menatap Pak Sukani dengan nakal "Iihhh.. Abi sudah gila!!" balas Nurul yang kemudian menyenderkan tubuhnya kearah Pak Sukani dengan santai.

"Hehehe. becanda Mi!! jangan dibawa terlalu serius" balas Haris terkekeh.

Kemudian Pak Sukani menyambung "Kayaknya saya jadi obat nyamuk!!" ucapnya ikut bercanda mencoba menahan dirinya sendiri. Salah-salah nanti dia bisa menerkam Nurul secara langsung saat ini dan disini juga.

Tapi untungnya baik Haris maupun Nurul tetap masih bercanda terus-terusan sehingga mau tak mau Pak Sukani pun ikut menimbrung bersama mereka dan mengobrol hal-hal konyol satu sama lain. Pikiran kotor yang tadinya ada dalam benak Pak Sukani pun kemudian perlahan-lahan terkikis lalu menghilang begitu saja dari otaknya. Hingga tanpa sadar, mereka bertigapun mengobrol selama satu jam lebih tidak berhenti-henti. Beruntung saja rasa kantuk menghampiri Haris duluan sehingga mau tak mau mereka bertiga pun harus mengakhiri kegiatan telfon menelfon yang cukup aneh ini pukul 12 malam.

"Hihihihi. seru juga ya nelfon bertiga" ucap Nurul terlihat senang ketika telfon Haris sudah ditutup dan mereka sudah puas berbicara dan bercanda.

Namun karena masih dalam moodnya, Pak Sukani pun kembali mengeluarkan candaannya "Lebih enak lagi kalau main bertiga" ucapnya bermaksud mengarah pada hal yang mesum.

"Ihh.. seru tuh Mas main bertiga!!" girang Nurul begitu manja tidak tau kalau yang dimaksud "Main" oleh Pak Sukani adalah hal yang berbau penyimpangan dan melanggar norma.

Melihat Nurul begitu polos, Pak Sukani langsung kembali tertawa "Hahahaha.. kamu lucu sekali Dik!" balasnya mencubit gemas pipi Nurul.

”Brrr, dingin gak Mas??” Nurul tiba-tiba saja merapatkan badan ke Pak Sukani, membuat Pria tua yang sedang mencubit pipinya itu sedikit kaget dengan keberanian istri Haris tersebut. Bau tubuh Nurul yang daritadi membuat gairah kelelakiannya bangkit, kini kembali tercium dengan jelas menusuk hidungnya.

”Kamu sih mandinya malam-malam Dik!! Sini deket-deket biar anget!!” meski mengomel, tapi tak urung Pak Sukani kemudian merangkul pinggang Nurul yang saat ini sedang menggunakan baju tidur tipis lengkap dengan hijab sorongnya berwarna putih. Tubuh kecil perempuan akhwat itupun kemudian mendekat ke arahnya dan terlihat mulai menempel nyaman dalam pelukan laki-laki tua itu.

”Makasih.” Nurul tersenyum. Dia lalu menyandarkan kepalanya di pundak Pak Sukani tanpa rasa canggung sama sekali.

Seharian ini selama jalan-jalan, mereka memang sudah sering melakukan "Cuddle" ringan layaknya seorang pasangan kekasih yang tengah di mabuk cinta. Jadi tak ayal saat ini pun Nurul tidak protes ataupun marah ketika Pak Sukani melingkarkan tangannya di pinggang kecil Nurul dan memberikannya rasa hangat yang sangat nyaman. Keduanya pun kemudian memasuki mode diam menatap televisi sambil berkutat dengan pikiran masing-masing.

Nurul terlihat lelah, badannya terasa panas dingin dari tadi pertanda kalau kondisi tubuhnya sedang dalam fase yang kurang baik. Tadinya dia sedikit dibuat bersemangat karena Haris menelfonnya dan mengajaknya bercanda ria melantur kesana kemari. Tetapi setelah telfon itu selesai, semua kesenangan dan kegembiraan yang Nurul rasakan kembali berubah menjadi rasa kesepian. Beruntung sosok tua yang sedang merangkul tubuhnya saat ini masih berada di tempatnya sehingga Nurul tidak terlalu merasakan kesendiriannya.

"Mas!" panggil Nurul lemah.

Lalu Pak Sukani menoleh menatapnya "Ya??"

"Makasih untuk hari ini, aku benar-benar bahagia" lanjut Nurul menggenggam tangan Pak Sukani yang melingkar di tubuhnya. Lalu menarik tangan tersebut dan mengencangkan pelukannya sehingga tubuh mereka berdua semakin merapat dalam pelukan. Tak sengaja, lengan kiri Nurul menyentuh selangkangan Pak Sukani yang dibaliknya sudah ada benda yang menegang dengan keras.

"Aku juga bahagia Dik!" ucap Pak Sukani membalas pelukan Nurul.

Namun tiba-tiba saja Nurul menoleh ke arah Pak Sukani dan mendekatkan wajahnya "CUP!!" sebuah kecupan singkat mendarat di bibir tebal Pak Sukani begitu saja. Meski hanya berlangsung sepersekian detik, tapi itu semua sudah cukup buat Pak Sukani untuk merasakan betapa kenyal dan lembutnya bibir istri akhwat milik Haris tersebut.

"Apaan tuh tadi?? kok kayak permen" canda Pak Sukani menggoda Nurul.

Tapi Nurul tidak menjawab dan membuang mukanya karena merasa sangat malu telah melakukan tindakan yang tidak seharusnya dia lakukan dengan laki-laki lain.
Hati kecilnya mengutuk perbuatan itu namun sebagian dari dirinya merasa sangat senang dan bahagia. Nurul tak menyangka kalau dirinya ternyata punya keberanian seperti itu dan sungguh Nurul merasa sangat nikmat meski hanya sebentar.

"Tanda terima kasih!" ucap Nurul tak berani memandang ke arah Pak Sukani. Jantungnya berdebar-debar takut kalau Pak Sukani marah kepadanya.

Membuat pria tua itu menjadi semakin gemas tidak karuan. Dengan satu tarikan, Pak Sukani kemudian mengangkat tubuh kecil Nurul kedalam pangkuannya dengan cepat. Tak ada kata protes sedikitpun yang keluar dari mulut istri Haris tersebut saat Pak Sukani kemudian memeluknya dengan begitu erat dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang mungilnya. Nurul mengikuti instingnya saja dan membiarkan tubuhnya jatuh dalam pelukan si pria tua yang Kini sudah berada dibawahnya.

"Lagi dong kalau gitu" pinta Pak Sukani menggoda Nurul untuk menciumnya sekali lagi. Dia sengaja membiarkan Nurul yang berinisiatif terlebih dahulu agar nantinya dia dapat dengan leluasa kepada Nurul tanpa harus diprotes lagi.

Nurul lalu menolehkan kepalanya kepada Pak Sukani kembali, menatap sendu wajah pria tua itu yang juga menolehkan kepalanya menatap Nurul. Satu detik mereka saling berpandangan dengan dua pasang mata yang menahan gejolak asmara saling menyorot satu sama lain. Dalam detik yang singkat itu, Nurul diyakinkankan dengan apa yang akan terjadi selanjutnya diantara mereka.

Kulit wajah Nurul mulai merasakan hawa panas yang memancar keluar tiba-tiba, Nafasnya pun semakin dirasakan mulai berat dan terengah-engah. Bahkan Udara malam terasa lebih panas berkali lipat karena Nurul menyadari bahwa sebentar lagi dia akan mulai melakukan tindakan gila yang dapat mencoreng dirinya sebagai seorang akhwat dan istri shalihah.

"Maafkan Ya Allah!!" Ucap Nurul tak bisa menahan dirinya.

Sesuai dugaan Pak Sukani, Nurul lah yang menggerakkan kepalanya maju duluan. Membawa Bibir tipis miliknya yang lalu menempel perlahan di bibir tebal Pak Sukani. Sentuhan bibir tersebut terasa sangat menyengat bagaikan terkena setrum listrik, yang mengirimkan sinyal elektrik penuh birahi menguasai seluruh jaringan tubuh Nurul. Bahkan gejolak nafsu birahi itu membuat badan Nurul gemetar perlahan karena mengantisipasi sebuah kenikmatan yang sangat tabu tersebut.

"Mmmmpppphhhhh.." desah tertahan Nurul keluar dari mulut mungilnya.

Kecupan yang masih ringan tersebut berbunyi pelan menimbulkan suara-suara kecil yang hanya mereka berdua yang dapat mendengarnya. Suara itu kemudian juga disambung oleh deru nafas Nurul yang sedikit demi sedikit mulai menjadi cepat tak beraturan. Nurul tak menghiraukan lagi rintihan hatinya yang berteriak untuk berhenti karena rasa nikmat yang sekarang dia rasakan ini begitu nyata dan memabukkan.

Tapi disinilah titik yang di tunggu-tunggu oleh Pak Sukani. Titik dimana dia akan melancarkan aksinya untuk membuat Nurul menjadi semakin lupa dengan dirinya sendiri dan menyerahkan seluruhnya kepada Pak Sukani.

Dengan agak kuat, Pak Sukani mendorong pelan bahu Nurul yang berada di pangkuannya "Hentikan Dik!! ini sudah terlampau jauh" ucapnya menolak segala kenikmatan yang tengah disuguhkan oleh wanita akhwat itu.

"Ta--tapi Pak??!" protes Nurul yang sudah berapi-api dan bernafsu.

Namun Pak Sukani justru memasang tampang bersalah "Aku tidak mau Dik, jadi penghancur rumah tanggamu dengan Mas Haris" ucapnya mencoba berbuat sesuatu yang benar meski semua ini hanyalah kebohongan saja.

Hening sejenak, Nurul mulai berpikir dalam tentang perbuatan yang baru saja dia lakukan dengan Pak Sukani. Perbuatan tercela yang meruntuhkan segala bentuk rasa malu dalam dirinya yang sudah dikuasai oleh nafsu syahwat yang begitu nikmat. Bahkan setelah Pak Sukani menolak seperti ini dan menyebut nama Haris sekalipun, hati Nurul tetap bersikukuh untuk berniat melanjutkan perbuatannya.

"Apa yang kamu tunggu?? semuanya sudah terlanjur, mending dilanjutkan saja" ajak si iblis dalam hatinya. Memberitahu Nurul untuk tetap pada keinginan awalnya untuk melepas semua dahaga dan rasa sepi yang ada dalam dirinya.

Dalam posisi seperti ini pula, Nurul dapat merasakan ada suatu benda yang mengganjal keras tepat dibagian selangkangannya. Benda yang diduduki oleh Nurul tersebut seperti bergerak-gerak meminta untuk dilepaskan dari sangkar yang mengikatnya. Sebatang penis yang keras menekan vaginanya tersebut membuat nafsu Nurul makin menjadi-jadi.

"Tidak bisakah mas melakukannya untukku?? aku sangat kesepian" Pinta Nurul memelas sambil menggoyangkan tubuhnya. menggesek batang Penis yang tegang itu dengan daging pinggulnya yang lumayan montok. Nurul tau kalau apa yang sedang dilakukannya saat ini adalah perbuatan dosa yang sangat besar, tapi rasa gatal yang ada dalam kemaluannya lebih besar dibandingkan iman dan rasa malunya sendiri yang sekarang memang sudah habis menghilang.

Namun Pak Sukani masih tetap menolak ajakan tersebut "Lalu bagaimana dengan suamimu Dik?? apa yang akan dia lakukan kalau dia tau kita menyeleweng dibelakangnya??" tanya Pak Sukani agak serius. Aktingnya sangat bagus sampai-sampai membuat Nurul pun menjadi gemas terhadap pria tua itu.

"Dia tidak perlu tau tentang semua ini Mas!" jawab Nurul begitu yakin.

Sekarang semua sudah terlanjur untuknya jika memilih mundur. Percuma saja Nurul bertingkah menjaga iman dan tubuhnya selama ini jika yang dia dapatkan hanyalah sebuah rasa hampa dan kesepian yang begitu dalam setiap harinya. Sementara diluar sana, Banyak sekali orang-orang yang mampu menikmati hidup mereka tanpa harus berpikir dua kali tentang sebuah tindakan maksiat. Nurul jadi berpikir jika seandainya memang tuhan benar-benar seorang pemaaf, Dia pasti akan memafkaan Nurul atas semua perbuatan terlarangnya ini karena selama hidupnya dia sudah berusaha menjadi hamba yang baik.

"Apakah Kamu punya masalah dengan Mas Haris??" tanya Pak Sukani mencoba mengulur-ulur waktu. Karena Semakin lama dia bisa menahan, maka semakin besar pulalah keganasan dan keagresifan Nurul nantinya karena sudah menahan nafsu begitu lama.

Nurul menggeleng "Tidak! aku tidak punya masalah apapun dengan Mas Haris" jawabnya.

"Lalu kenapa kamu melakukan ini Dik??" tanya Pak Sukani.

"Aku tidak tau Mas!! aku hanya ingin!" jawab Nurul membentak-bentak. Dia sudah sangat tidak sabaran dengan nafsunya yang seolah-olah meluap keluar melalui pori-pori kulitnya. Badannya pun ikut panas dingin tidak karuan karena merasakan gejolak birahi yang membakar seluruh tubuhnya seperti sebuah mesin uap.

Dalam pikiran Nurul, tak ada lagi Haris suaminya. Tak ada pula iman yang selama ini menjaga tembok pertahanannya. Dan tak ada lagi rasa malu yang membuatnya menjauh dari hal-hal terlarang. Sekarang yang Nurul rasakan hanyalah sebuah syahwat menggebu yang menuntut untuk dipuaskan. Dan sebuah rasa gatal yang ingin dituntaskan.

"Apa kamu yakin ingin melakukannya dengan orang tua sepertiku ini Dik??" tanya Pak Sukani memasang jurusnya. Jurus untuk menarik simpati Nurul.

Sehingga mau tak mau, orang yang dipancing itupun akhirnya terpancing lagi, "Memangnya kenapa?? Mas sudah terlalu baik kepadaku dan Mas Haris. Paling tidak ini adalah caraku membalas budi atas semua kebaikan Mas" balas Nurul mengutarakan segala alasan manis dan masuk akal agar bisa membuat Pak Sukani luluh.

Namun pria tua itu kembali diam seolah-olah dia sedang berpikir dengan keras.

"Mas tidak perlu khawatir! ini akan menjadi rahasia kita berdua dan Mas Haris tidak akan tau" lanjut Nurul memberikan sebuah pernyataan yang sedari tadi sudah di tunggu-tunggu oleh Pak Sukani. Karena sesuai dengan rencana awalnya, Pak Sukani hanya berniat mencicipi Nurul tanpa harus bertanggung jawab dengan sebuah hubungan.

Pria tua itu lalu tersenyum dan berkata "Kamu pasti akan menyesali ini suatu saat Dik!" Ucapnya yang kemudian merebahkan tubuh Nurul diatas sofa dan lalu menindih tubuh istri Haris itu dengan tubuh miliknya.

#Bersambung........


Sorry banget suhu buat cerita kentangnya lagi.
terpaksa harus ane bikin kayak gini karena ada yg mikir kalau ane banyak alasan gak update2. dan sumpah ane kesel banget bacanya. kwkwkwkwk
tadinya ane niat buat bikin part panjang bagian eksekusinya, biar bisa dapet feelnya dan jadi sesuatu yang istimewa gitu.
tapi karena ane ada kesibukan dan halangan lain. jadi belum sempat melanjutkannya,
biarlah ane update setengahnya aja daripada gak update sama sekali. daripada menunggu trus bacotin ane. kwkwkwk
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd