Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Keep It As Secret! (Part 23 updated) [Tamat]

Status
Please reply by conversation.
Part 8: HP.

"pagi" sapa ku saat memasuki ruang makan.
"pagi, sarapan dulu" Tante Clarissa memberikan sepotong roti dengan selai strawberry padaku.
"terima kasih tante." aku mengambil sepotong roti itu dan duduk di sebelah Eve yg sedang main HP.



Kami semua fokus dengan sarapan kami, namun sedari tadi aku tidak melihat Ariel sama sekali. Apakah ia belum bangun?

"Ariel mana?" aku bertanya pada Eve yang makan roti coklatnya sambil main HP.
"udah jalan" jawabnya singkat.
"hah? sendiri?" tanyaku lagi.
"gak, di jemput tadi sama mobil gitu" jawab Eve lagi tanpa menoleh padaku.
"hah?! Cowok apa cewek?" tanyaku lagi pada Eve penasaran.
"Kenapa Niel?" om Ichwan bertanya padaku.
"eh gak Om… soalnya udah janjian sama Ariel" jawabku pada Om Ichwan.
"oh, Om juga gak tau siapa. Tapi kyaknya Ariel buru-buru sih" Om Ichwan menjelaskan.
"oh gitu ya Om" balasku sambil mengangguk.

Pikiran ku melayang layang. Memikirkan soal Ariel yang tiba-tiba berbeda ini. Padahal kemarin kami berdua masih seperti biasa, makan dan jalan seperti biasa. Kemarin dia masih senyum dengan manis seperti biasa, mungkin dia di jemput temennya. Aku berusaha berfikir positif.

"cici tadi senyum-senyum sendiri dari pagi. Mami liat gak?" kata Eve bertanya pada Tante Clarissa yang membuatku tersadar dari lamunan.
"iya liat, dandannya juga cantik. Bukan kyak mau kuliah" tante Clarissa menjawab pertanyaan Eve, mereka mulai bergossip ria.
"iya, aku juga denger cici manggil orang yang di mobil itu… aduh siapa ya namanya…" Eve nampak berfikir.
"siapa Eve?!" tanyaku padanya tiba-tiba.
"lah kenapa koh ngegas amat?" kata Eve terkejut.
"hmm… aku sih dengernya cici manggil kak Put gitu. Trus aku sempet ngintip dikit, ganteng!" kata Eve lagi.

Semua pikiran positif ku lenyap. Kepalaku sudah di penuhi pikiran-pikiran negatif saat ini, namun aku tak bisa menunjukannya disini. Aku tidak boleh ketahuan untuk kedua kalinya. Aku meminta izin untuk berangkat setelah merapikan piringku agar tidak terlalu lama disini. Hatiku menjadi tak karuan pagi ini.

"hati hati koh Nieeel~" Eve melambaikan tangannya didepan pintu padaku yang sudah siap berangkat diatas motor.

Ku lajukan motorku dan sempat menengok sedikit kearah spion. Melihat Eve tersenyum aneh kembali. Pagi ini aku berangkat ke kampus seorang diri, tidak seperti biasanya. Tidak ada Ariel di bangku belakang motorku. Tidak ada celotehan dan candaan yang biasa kami lontarkan sepanjang jalan. Tidak ada dekapan hangat dan kepalanya yang terkadang menyender tertidur di bahuku. Tidak ada cubitan iseng di pinggangku. Pagi ini terasa hampa buatku.

_________________________

"Nah itu dia!" senyum ku merekah mencari seseorang yang sejak tadi aku cari.

Aku mendekati gadis yang sedang asik makan di kantin fakultas ekonomi dan bisnis ini.

"Hai" aku menyapa gadis itu, yg menengok kearahku sambil tetap menyuap baksonya.
"eh lo cupu, pas banget" tanya gadis itu padaku, ia menatapku sumringah.
"pas kenapa?" tanyaku balik pada gadis yang kecantikannya dapat di kategorikan sebagai pesona indonesia ini.
"gw mau nanya Ariel kemana kok izin? Cuma izin trus gak bilang kemana sama gw" jelasnya padaku.
"lah gw juga mau nanya itu sama lo Mel, gw kira lo tau dia kemana." aku terkejut mendengar penjelasan amel.
"tadi pagi juga dia gak bareng gw soalnya" tambahku.

Amel menatapku kebingungan, wajahnya nampak tak percaya. Tak jauh berbeda seperti ku saat ini. Kami berdua sama-sama tidak tau kemana Ariel pergi.



"sssshhhh… uuuuhhh…" Amel mendesis pelan.
"Mel…" aku terpaku menatap Amel.
"hhhhhh…. Ssssshhh…" kembali suara-suara aneh keluar dari mulut Amel.
"Santai aja makan baksonya!" kataku pada Amel kesal.
"dih cupu, gila lo", Amel terkekeh melihat wajah mupengku.
"hmmm… dia pernah cerita sih ke gw kalo dia lagi deket sama cowok. Tapi dia bilang masih rahasia gitu, lo tau? Mungkin Ariel jalan sama cowoknya" kata Amel santai sambil menyantap baksonya kembali.
"gak mungkin!" jawabku cepat, membuat Amel menatapku dengan aneh.
"lah lo kenapa?" tanyanya bingung.
"sorry sorry gapapa. Yaudah thanks ya Mel" jawabku sambil pergi meninggalkan Amel yang meneruskan makannya.

Aku berjalan gontai sepanjang lorong. Memikirkan Ariel yang hilang dan tak bisa kuhubungi. Aku bertanya-tanya apa yang sedang dia lakukan, sedang dimana, dan dengan siapa. Bisa-bisanya ia pergi tanpa mengabariku, pacarnya.

"jangan-jangan bener lagi dia jalan sama cowok yang di liat Eve tadi pagi?" pikirku dalam hati.

Dari cerita Eve dan Amel hari ini. Memang benar sepertinya Ariel sedang dekat dengan laki-laki lain, mungkin sudah pacaran dengan orang itu. Namun bukankah ia pacarku?
Bagaimana bisa dia dengan lelaki lain sedangkan aku adalah kekasihnya? Apakah ia selingkuh?
Namun Ariel bukan lah wanita yang seperti itu setauku. Tidak mungkin ia menyelingkuhiku seperti ini sedangkan kemarin kami berdua masih berlaku seperti biasanya. Tak ada yang berubah sedikitpun sejak kemarin.

"ah iya… aku kan cuma anak yang menumpang dirumahnya, lagipula kami adalah saudara jadi wajar kalo dia lebih memilih cowok lain itu" pikirku lagi sambil menghela nafas pelan.

Aku berjalan menuju fakultas ilmu komputer tempatku menimba ilmu. Menyelesaikan kelasku hari ini dan berniat untuk pulang setelahnya, mungkin Ariel sudah dirumah sekarang jadi aku bisa menanyakan padanya kemana dia seharian ini. Juga bisa memastikan apakah ia benar memiliki kekasih lain dan memastikan hubungan kami berdua. Namun sebelum pulang sepertinya aku ingin bertemu Sinka dulu, sudah lama juga sejak kami bertemu dan mengobrol.
_________________________________

Langit sudah mulai berubah jingga, kelas terakhirku sudah selesai dan aku masih punya sedikit waktu untuk bertemu Sinka. Yah mungkin kita bisa sedikit mengobrol sebentar sebelum pulang ke kediaman masing-masing.

"ah mungkin dia mau kuantar juga, kebetulan lagi tidak ada Ariel juga yang pulang bersama" pikirku sambil menyusuri lorong.

Gedung fakultas budaya sudah begitu sepi, hanya sedikit mahasiswa yang tersisa disini. Aku mencari cari di sepanjang lorong dan kelas-kelas untuk mencari Sinka. Namun aku tidak menemukannya sama sekali di sini. Apakah dia tidak masuk juga, seperti Ariel hari ini?.

"sore, boleh nanya? fakultas Jepang kelasnya ada di lantai berapa ya kak?" tanyaku pada seorang mahasiswa yang duduk-duduk di pinggir lorong.
"fakultas Jepang? Oy Jon, Jepang kelasnya dimana aja?" tanya seorang cowok gondrong yang sedang merokok itu pada temennya.
"Jepang lantai 1 sama basement Cuk" balas temannya.
"lantai 1 sama basement bro. Lo bukan anak budaya ya?" jawabnya lalu bertanya padaku.
"bukan, gw anak ilkom. Makasih ya bro" kataku padanya yang ia balas dengan anggukan.

Aku meninggalkan sekelompok mahasiswa yang menongkrong itu. Aku bergegas menuju basement karena sedari tadi aku sudah mencari disekitar lantai 1 jadi sepertinya Sinka berada di lantai basement ini. Aku menuruni tangga fakultas budaya ini, menuju basement gedung yang sangat artistic ini, mencari cari di beberapa kelas yang berada di basement untuk menemukan Sinka. Aku berjalan di lorong yang cukup remang ini, semua kelas di basement sudah gelap dan kosong. Bahkan basement ini nampak sudah tidak ada yang menghuni, sepertinya semua anak fakultas Jepang sudah pulang.

"yah udah pulang dari siang kali ya" pikirku saat menyusuri lorong.

Namun ternyata disudut lorong ini ada sebuah kelas yang masih menyala lampunya. Aku mendekati kelas itu mencari tahu apakah itu kelas Sinka. Kelas itu nampak begitu sepi dan tidak ada kegiatan tapi samar-samar aku mendengar suara tawa dan bisikan laki-laki. Aku mencoba mengintip kelas itu agar tidak mengganggu kelas yang sepertinya sedang melakukan KBM itu. Pelan-pelan aku menuju jendela kelas itu dan melihat kedalam.

"HAH?!" Aku terkejut melihat pemandangan didalam sana.

Aku melihat beberapa laki-laki yang sudah tidak berpakaian berdiri melingkar. Aku melihat ada sekitar 4 orang laki-laki disana, ada yang kurus tinggi, ada yang gemuk, ada yang hitam besar dan seorang pria tegap dengan tubuh yang cukup atletis. Aku mencoba melihat lebih jauh sambil menguping mereka.

"Sepong punya gw juga!" kata salah seorang pria.
"kocokin gw!" kata pria yang lain.
"aaaah anjing enak banget mulut lo" kata pria yang lain sambil mendesah.
"buruan gantian! Gw juga mau!" kata salah seorang pria yang seperti tidak mendapat bagian itu.

Semua kejadian ini membuat penisku mulai menegang di balik celana. Pemandangan yang hanya pernah kulihat di film JAV ini terpampang begitu jelas dimataku. Sebuah pemandangan gangbang yang langka terjadi di dunia nyata. Aku mengusap usap mataku memastikan bahwa yang aku lihat bukan khayalan.

"aaaaah terus aaaah" seorang pria mendesah, sepertinya si gadis itu sedang menghisap penisnya.
"bangsaaaaat di kocokin doang aja keluar gw!!" kata yang lain.
"gw pengen ngentotin nih cewek!" tambah orang itu.
"gw dulu lah." kata pria berbadan atletis itu sambil mendorong ketiga temannya menjauh, ia mengangkat tubuh gadis itu untuk bangkit berdiri.
"oke Tom, abis itu gw ya" kata pria gendut disebelahnya dengan wajah mesum.
"Sin-Pyon bangun, naik kemeja! Buruan gw udah gatel pengen ngentot memek lo" kata pria berbadan atletis itu.

Aku tercekat. Aku mendengar nama yang tak asing di telingaku. Membuatku semakin penasaran mengintip mereka. Sepertinya aku akan menemukan siapa Sin-pyon pemilik buku sketsa yang kutemukan ini. Akhirnya aku bisa mengembalikan buku sketsa itu kepada si pemiliknya. Aku kembali mengintip kegiatan yang di lakukan mereka. Kini gadis yang putih mulus itu mulai naik keatas meja, perlahan lahan ia merebahkan tubuhnya diatas sana. Wajahnya yang samar-samar terlihat dari sela-sela tubuh pria-pria itu terlihat ketakutan dan sedih. Awalnya kupikir gadis itu memang gadis nakal yang selalu melayani pria-pria seperti ini, tapi sepertinya gadis ini dipaksa bila dilihat dari raut wajahnya.

Plak!

Aku terkejut mendengar suara tamparan. Sepertinya salah seorang pria itu menampar si gadis tepat di pipinya. Aku tidak tau apa yang terjadi tapi sepertinya ini adalah sebuah pemerkosaan. Tubuhku bergetar, aku tak tau apa yang harus ku lakukan mengetahui fakta ini. Aku tidak mungkin bisa menghentikan mereka berempat, aku tidak bisa bela diri dan tak pernah berkelahi sebelumnya. Lagipula aku tidak tau apakah ini benar pemerkosaan atau memang mereka sudah biasa seperti ini. Lagipula mengapa aku harus memikirkan apa yang terjadi, buatku ini adalah sebuah tontonan yang menarik.

"Tom jangan di gampar lah kasian" kata salah seorang pria.
"gapapa biar dia nurut hahahaha" kata pria berbadan atletis itu.
"dia udah nurut Tom" kata pria kurus tinggi itu.
"kalo lo kasian sama dia lo nikahin aja nih perek, jangan lo gangbang hahahaha" balas pria hitam besar di sampingnya.
"emang ****** si Johan! Hahaha" kata pria Atletis yang di panggil Tom itu.
"buruan Tom, gantian gw juga mau." kata pria gendut menghentikan obrolan keempat pria itu.

Pria gendut itu menarik tubuh si gadis, ia memneri kode kepada si pria atletis itu untuk mengubah posisi, si gadis itu kini menopang tubuhnya dengan siku dan lututnya. Si pria atletis memasukan penisnya dari belakang, kedua pria lain di samping si gadis mulai meremasi payudaranya dan pria gemuk itu memindahkan tubuhnya kedepan wajah si gadis yang mulai sedikit terlihat olehku, gadis itu memiliki rambut pendek.

"Sinka, sepong kontol gw dong" kata pria gendut itu.
Sinka?!" aku terkejut mendengar kata kata pria itu.

Benar saja saat seluruh wajah si gadis itu terlihat. Gadis itu mulai memasukan penis si pria ke mulutnya. Aku semakin terkejut melihat wajah gadis itu yang begitu cantik, dia benar-benar Sinka!

"Sin-Pyon itu Sinka?!" pikirku tak percaya.
"jadi Sinka itu gadis seperti ini?!" pikirku lagi.

Aku benar-benar tak percaya dengan apa yang hari ini kulihat. Isi kepalaku berputar-putar tak karuan. Sinka yang polos, penyendiri dan nampak lemah itu ternyata gadis seperti ini. Aku terpaku tak percaya. Aku kembali memperhatikan kegiatan yang sedang terjadi didepanku, aku kembali memperhatikan Sinka yang masih melahap penis pria di depannya dan menerima hujaman dari pria di belakangnya. Bahkan kedua payudara sekarang sedang di hisap oleh kedua pria yang lain. Namun aku melihat sesuatu yang janggal pada Sinka.

"dia nangis?" kataku dalam hati.

Aku melihat air mata mengalir dari matanya, bercampur dengan peluh yang mengalir dari dahinya. Wajahnya nampak begitu kosong, tidak terlihat wajah menikmati seperti yang seharusnya terjadi saat seseorang berhubungan badan. Wajah Sinka yang kosong seperti tak bernyawa itu membuat nafsu turun seketika, penisku yang sedari tadi memberontak kini lemas seketika. Aku tau bahwa ini adalah pemerkosaan dan Sinka adalah korbannya. Temanku adalah korban kebejatan pria-pria ini!
Aku kembali bergetar, aku ketukan sekaligus marah. Kemarahanku memuncak melihat ini semua, namun ketakutanku lebih besar. Memang benar julukan cupu itu tepat melekat di diriku. Saat temanku sedang dalam keadaan kesulitan begini aku tidak mampu melakukan apapun dan bahkan malah menikmatinya. Aku takut untuk melakukan apapun saat ini.

"NGH!" Sinka melotot kearahku, sepertinya ia melihatku sedang mengintip dan wajahnya berubah ketakutan.
"Dia ngeliat gw. Gw harus apa!" aku berkelahi dengan pikiran ku sendiri.
"NGHHHH!!" Sinka kembali mengerang sambil masih melotot kearahku.
"AAAAAARRRRGGGHHHH!!" Pria gemuk itu mengerang kesakitan saat Sinka bergerak memberontak.
"TOLOOOOONG!!" Teriaknya dengan suara parau.

Teriakan Sinka ditujukan tepat padaku yang sedang mengintip, keempat pria itu menengok kearah jendela tempatku mengintip namun aku lebih cepat bersembunyi dari mereka. Aku berjongkong bersembunyi dan berharap mereka tidak peduli.

"TOLONG!! TOLONG!!" Sinka kembali teriak, teriakannya menyayat hatiku.

PLAK!!
PLAK!!


"DIEM ANJING!" Pria berbadan atletis itu sepertinya menampar Sinka kembali.
"Brian, cek keluar!" ia menyuruh seorang temannya mengecek keluar.

Jantungku berdegup kencang. Aku ketakutan setengah mati, aku takut ketahuan. Aku tak tau harus bagaimana, apakah aku harus lari?

"gimana nih?!" pikirku ketakutan, suara langkah pria itu mulai mendekati pintu.

Hanya sedikit menoleh saja pria itu akan menemukanku dan habis lah aku. Aku memutar otak mencari cara untuk kabur tanpa ketahuan, tapi tubuhku seperti ditahan oleh sesuatu.

"Tolong!" suara minta tolong Sinka kembali terdengar di kepalaku.
"tolongin diri lo sendiri dulu Niel!" pikiranku bergejolak, bimbang dengan apa yang harus aku lakukan.

Aku menarik nafas panjang, menenangkan diriku sedikit agar mudah berfikir. Aku harus tenang dan berhasil menghentikan ini semua. Bagaimanapun caranya. Sepersekian detik aku berfikir dan sepertinya aku menemukan caranya, aku harus melakukan ini dengan sangat cepat dan harus berhasil dalam sekali percobaan atau aku akan dihabisi mereka. Aku kembali mengambil nafas panjang.

"Lo bisa Niel!" aku meyakinkan diriku sendiri sambil mengeluarkan HPku.

Aku mengeluarkan HP dan membuka youtube, mengetik sesuatu di pencariannya, menyetel video itu keras-keras, aku merangkak menjauh dari jendela dan mulai berdiri. Aku berpura-pura berjalan cepat melewati jendela kelas yang dipakai mereka untuk memperkosa Sinka itu, Pasti kepalaku sekarang terlihat oleh orang-orang yang ada didalam kelas itu dengan jelas. Aku berpura-pura tak menyadari ada mereka disana.

"GUYS KYAKNYA DISEBELAH SINI DEH. BURUAN SINI" Teriak ku di lorong yang langsung menggema keras.

Suara dari youtube juga terdengar begitu keras di dalam lorong ini, yang pasti terdengar jelas sekali kedalam kelas itu. Aku memutar sebuah video yang berisi suara-suara berisik dari kerumunan orang yang berjalan dan mengobrol, berharap orang-orang didalam itu menyangka bahwa kami beramai ramai berjalan di lorong. Aku sedikit melirik kearah keras itu, aku dapat melihat mereka semua bergerak dengan panik. Sepertinya rencanaku berhasil.

"EH KYAKNYA DI 008 DEH LAPTOP GW. LO TEMENIN GW KEDALEM DONG" Aku kembali berpura-pura memanggil seseorang.

Mereka semua buru-buru memakai pakaiannya, mereka juga mengambil pakaian Sinka dan menyuruh memakai pakaiannya. Pria bertubuh atletis itu menyuruh Sinka bersembunyi dulu lalu mereka bertiga memakai pakaiannya dengan cepat. Aku yang menyadari mereka mulai berjalan keluar dari kelas langsung berlari dari lorong bersembunyi di ujung lorong satu lagi, mengintip mereka yang melihat luar dengan panik. Aku dapat melihat mereka kembali masuk ke dalam kelas, sepertinya mereka sadar bahwa mereka masih aman. Aku kembali berfikir apa yang harus ku lakukan untuk menghentikan mereka.

"IYA PAK, GAK TAU SAYA TAPI 009 JUGA MASIH DI BUKA" Aku kembali berpura-pura berbicara dengan seseorang dengan suara kencang.
"IYA PAK ABRAHAM, SAYA KURANG TAU. OH OKE BAPAK LIAT AJA KESANA" Aku menyebut nama Pak Abraham, salah seorang dosen untuk menakuti mereka.

Benar saja, mereka bertiga langsung berlari keluar dari kelas itu dengan cepat. Sepertinya kali ini mereka benar ketakutan. Berfikir bahwa mereka tidak aman, aku tetap, bersembunyi sampai langkah kaki mereka terdengar menaiki tangga. Aku dapat melihat dari sela-sela tangga kalau mereka pergi dengan membawa tas, sepertinya mereka benar-benar menghentikan pemerkosaan pada Sinka. Aku menunggu beberapa menit lalu kembali ke kelas 009, mendapati Sinka yang sudah memakai pakaiannya kembali namun masih terduduk menangis. Aku bergegas menghampiri Sinka.



"Sin, ayo bangun, kita pergi dari sini" ajakku sambil mendekatinya perlahan.
"Kamu… hiks… kamu hiks… kok bisa ada disini?" tanyanya sambil terisak.
"aku nyari kamu dari tadi dan ternyata kamu lagi…" aku menghentikan kata-kataku.
"kenapa? Kamu pasti kaget kan aku lagi ngentot disini? Udah biasa kok hahaha" katanya sambil tertawa, namun wajahnya tanpa ekspresi sama sekali.
"Sin… ayo keluar dari sini" aku menarik tangan Sinka untuk berdiri dan meninggalkan kelas ini.

Kami berjalan menyusuri lorong sambil berharap mereka tidak kembali, aku memegangi Sinka menjaganya. Sinka berjalan sambil menunduk, menggunakan jaket ku yang memiliki tudung agar ia tidak terlihat. Aku berharap tidak ada yang mengenali Sinka saat kami lewat, kepalaku celingak celinguk melihat keadaan sekitar berharap tidak ada orang-orang itu. Kampus ini sudah sangat sepi sekarang, hanya tinggal sedikit orang yang berada disini. Sepertinya keempat orang itu sudah pergi, setidaknya untuk hari ini Sinka aman. Sesampainya di area parkiran, aku mengajak Sinka menuju motorku dan berniat mengantarnya pulang. Sinka menurutiku dan bersedia untuk ku antar pulang sampai didepan kostannya.

"Niel, makasih ya" kata Sinka padaku saat sampai didepan kamar kostnya.
"jangan makasih sama aku, aku gak bisa memastikan besok dan nanti apakah kamu gak akan di ganggu lagi" kataku padanya.
"Iya gapapa, aku aman kok. Makasih banyak ya" Kata Sinka kembali sambil menggenggam tangan kiriku dengan kedua tangannya.

Sinka menarik tanganku masuk kedalam kamarnya, entah mengapa aku tidak menolaknya dan mengikutinya masuk ke dalam kamar. Seakan kakiku bergerak sendiri mengikuti arahan Sinka. Ia menuntunku untuk duduk diatas kasurnya. Aku hanya menuruti Sinka sambil terus menatap matanya yang hitam bulat itu. Senyumannya dan tatapannya itu membuatku bergerak seperti sebuah boneka yang ia kendalikan. Sinka berdiri didepanku, pandangan matanya membuatku terbuai, perlahan lahan ia naik keatas pangkuanku. Aku dapat merasakan bongkahan pantatnya menekan pahaku, aku merasakan sesuatu yang hangat menyentuh penisku dari luar celana. Kedua selangkangan kami bergesekan, Sinka memegang kedua pipiku lembut. Wajahnya perlahan mendekati wajahku, matanya terpejam saat bibir kami berdua bersentuhan.

"Hangat, lembut, manis…" pikiranku melayang-layang.

Perlahan mataku terpejam saat ciuman kami semakin dalam. Lidah kami bertemu dan saling menyapa, bercengkrama dan menjadi akrab. Ciuman Sinka sangat nikmat dan memabukkan, membuatku yang tak berpengalaman begitu kewalahan. Sinka terkekeh saat ciuman kami terlepas. Tubuh bagian bawahnya terus bergerak merangsang penisku dengan gesekan. Payudaranya yang berukuran sedang menekan dadaku. Ia melepas kemejanya, mengekspos tubuh seksinya padaku, menuntunku melepas bra berwarna putihnya dan mengarahkan kepalaku menuju payudaranya. Kini lidahku bercengkrama dengan puting kecoklatannya itu, sesekali mulutku menghisap seperti seorang bayi kehausan, Sinka membelai kepalaku lembut membuatku semakin bersemangat menikmati payudaranya. Tanganku meremas payudaranya yang menganggur dengan lembut, Sinka mendesah lembut sambil terus menggoyangkan pinggulnya merangsangku. Aku terbuai olehnya.

"aaaaaahhh…" aku mendesah keenakan saat sesuatu yang hangat menyentuh penisku.

Sinka kini telah berada didepan penisku yang entah kapan ia keluar dari dalam celana, Sinka menatap penisku sambil tersenyum. Basah, lembut, kenyal, dan hangat. Bibirnya mengecup kepala penisku lembut, lalu lidahnya membelai batang penisku. Ia melakukannya dengan lembut membuatku mendesah tak karuan, penisku dimanjakan oleh permainan mulutnya.

Detik waktu yang terus berlalu
Membuatku 'tuk terus menunggu
Andai saja kau kini sendiri
Kita berdua 'kan senada
Seirama


Dering itu, HP ku berbunyi. Ariel menelepon ku, dering yang khusus ku pakai sebagai dering telepon dari Ariel bergema di dalam kamar Sinka.

"Sin, stop!" Aku kembali tersadar dari buaian Sinka.

Aku menghentikan permainan Sinka di penisku dan bergegas mencari HPku. Aku menemukan HPku berada diatas meja dan langsung mengangkat telepon dari Ariel.

"Kamu kemana aja?"
"Kamu kemana aja?" tanya kami berdua bersamaan lalu terdiam.
"kamu duluan" aku mempersilahkan Ariel untuk bertanya lebih dulu.
"kamu dimana?" tanya Ariel padaku, suaranya terdengar khawatir.
"aku dirumah temen, ini mau pulang" jawabku pada Ariel.
"oke, aku tunggu. Jangan pulang malem-malem" Ariel membalasku.
"iya sayang aku langsung pulang ini, kamu kemana aja?", tanyaku balik.
"sssttttt…. Niel! Aku tunggu dirumah." balasnya.
"haha lupa, oke bos otw langsung!" kataku padanya yang dibalas tawa.
"hati hati, bye!" Ariel mematikan panggilan teleponnya.

Sinka duduk dikasurnya, sepertinya ia memperhatikanku dari tadi.

"aku cabut dulu ya. Sorry aku gak bermasuk buat nyium dan…" aku tak bisa meneruskan kata-kataku.
"iya." balasnya singkat.
"aku pulang dulu ya" aku tersenyum pada Sinka.
"lo kan bisa pulang nanti, lo bisa ngentot gw dulu sampe kita puas baru pulang. Ini baru jam 6 kok" kata Sinka sambil menarik tanganku.
"aku nganter kamu pulang biar aman. Aku minta maaf tadi sempet kebawa." balasku.
"kalo aku… ngen… ngentot sama kamu sekarang, aku sama aja dong kyak mereka? Kita temen kan!" tambahku.
"hahahaha kamu lucu ya, polos banget." Sinka tertawa padaku sambil melemparkan celanaku menyuruhku untuk memakainya kembali.
"padahal mah kontol kamu jujur, tapi bisa-bisanya kepalamu itu masih berfikir rasional ya." tambahnya.

Aku memakai celanaku terburu-buru, mengambil jaket dan tasku, memakainya kembali dan berniat untuk pergi. Sinka mengantarkanku sampai kedepan pintu kamarnya. Ia tersenyum padaku lembut.

"makasih ya Niel. Maaf aku malah mikir kamu juga cuma mau badanku" kata Sinka padaku.
"gak lah. Aku beda! Kamu jangan khawatir ya!" balasku padanya.
"hahaha iya, sana cepetan pulang" kata Sinka kembali.

Aku mengangguk dan meninggalkannya. Melajukan motorku menuju rumah untuk segera bertemu Ariel. Ada satu hal yang aku tak tau setelah meninggalkan kostan Sinka hari ini bahwa gadis itu menangis sendirian dan semakin tersiksa setelahnya.
__________________________________

"aku pulang" kataku saat memasuki rumah.

Aku tak melihat seorang pun di ruang tamu, bahkan ruang keluarga nampak sepi juga. Tapi sayup-sayup aku mendengar suara orang mengobrol dari dalam kamar orang tua Ariel. Sepertinya aku pulang terlalu malam, jalanan hari ini memang begitu macet karena sudah mendekati weekend. Aku bergegas menuju kamarku, meletakan tasku diatas meja dan mengambil handuk serta baju ganti. Aku ingin segera membersihkan tubuhku yang penuh peluh dan debu jalan. Aku ingin bertemu Ariel dalam keadaan yang sudah bersih, wangi dan tampan agar ia semakin sayang padaku. Hehe.

"kamu mau mandi?" tanya sebuah suara dari belakangku, aku menoleh dan mendapati Ariel dengan piyamanya berdiri di luar kamarnya.
"iya, mau ikut?" ledekku.
"abis mandi aku mau ngobrol ya" kata Ariel sambil tersenyum padaku.
"iya aku juga, kangen" kataku padanya yang hanya di balas dengan wajah meledek olehnya.



15 menit berlalu dan aku sudah menyelesaikan mandiku. Aku menuju kamarku untuk meletakan handuk sebelum bertemu Ariel. Namun aku terkejut karena Ariel sudah berada di dalam kamarku. Ia duduk di atas karpet dan menatapku tajam. Aku duduk di sampingnya kebingungan. Ia hanya diam saja menatapku.

"Riel… kamu seharian kemana aja?" tanyaku memulai percakapan.
"casting" balasnya singkat.
"oh casting. Kok gak minta anter aku?" tanyaku kembali.
"kamu kan harus kuliah." balasnya lagi.
"oh gitu, karena aku harus kuliah atau karena kamu mau dianter cowok lain? Hahaha" balasku meledek, api cemburu mulai berkobar di hatiku.
"cowok lain? Apaan sih kamu aneh banget" balasnya dengan wajah yang berubah bingung.
"kamu gak perlu boong sama aku. Kamu punya cowok lagi gapapa kok, aku juga kan sodara kamu bukan cowok kamu" balasku kembali.
"Cowok apasih Niel, kamu gak usah aneh-aneh deh. Gossip dari mana?" wajahnya berubah kesal.
"Amel bilang kamu lagi deket sama cowok loh, kamu cerita soal cowok itu terus ke Amel tapi kamu rahasiain. Kamu takut aku nanya Amel kan? Hahaha" balasku lagi.
"Eve juga bilang kamu di jemput cowok ganteng, manggilnya juga Kak Put. Romantis banget sih" tambahku.

Ariel nampak terkejut, ia menatapku sambil ternganga. Aku tau pasti saat ini dia skak mat. Terpergok olehku sampai tidak bisa berkata apapun. Pasti dia akan mengaku sebentar lagi. Aku mempersiapkan hatiku untuk menerima pengakuan Ariel.

"Ih kamu tuh pinter belajar doang ya Niel. Tapi begonya mah bener bener!" Kata Ariel kesal.
"aku cerita ke Amel tuh soal kamu makanya aku rahasiain orangnya siapa. Aku gak mungkin dong bilang Amel kalo pacaran sama kamu?" katanya padaku.
"lagipula tadi pagi aku pergi casting di jemput Kak Put. Kak Putri!" ia mendengus kearahku.
"Kak Putri tuh manajer aku, Amel sama Eve! Makanya kalo punya pacar tuh cari tau soal pacarnya. Jadi cowok gimana sih!" balasnya lagi.

Wajahku memerah karena malu. Ariel begitu kesal padaku namun perlahan wajahnya tertawa. Ia menertawaiku yang sudah terlalu cemburu padanya. Ariel memandangku dengan wajah gemas dan meledek. Aku malu sekali dibuatnya.

"cemburu banget ya? Sayang banget nih sama aku?" ledeknya padaku.
"hahahaha Nieeeel yaampun kamu lucu banget sih" Ariel kembali meledekku.
"jadi makin sayang aku sama kamu. Pacarku cemburuan, sayang banget sama aku nih hehe" ia bersandar di pundakku sambil merangkul lenganku.
"udah ah aku malu!" kataku padanya.

Ariel menatapku sambil tersenyum. Mood ku kembali seperti semula melihatnya tersenyum senang.

"kamu dari mana?" tanya Ariel padaku tiba-tiba.

Namun hal ini tak berlangsung lama, tiba-tiba wajah Ariel berubah menjadi serius dan menatapku tajam. Aku tak bisa menjawab pertanyaan Ariel, aku memikirkan alasan apa yang harus aku berikan padanya saat ini.

"main sama Sinka? Jalan?" tanya Ariel padaku.
"Amel bilang liat kamu jalan sama Sinka di parkiran, trus naik motor bareng boncengan" katanya lagi.
"so sweet banget sih…
kamu gak perlu boong sama aku. Kamu punya cewek lagi gapapa kok, aku juga kan sodara kamu bukan cewek kamu" kata Ariel mengulangi kata-kataku.

Ia mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya. Menatapku sambil menunjukan benda itu.

"ini apa, punya siapa dan siapa cewek ini?" tanya Ariel padaku.
"aku liat sih… ini mirip banget sama Sinka Sinka itu" tambahnya lagi.
"Kamu mau dengerin penjelasan aku gak?" tanyaku padanya.

Ariel menatapku dengan mata yang marah. Aku menghela nafas pelan, berharap ia mau mendengarkanku. Aku tidak berharap ia percaya namun setidaknya ia harus mendengarkanku dulu.

"jadi… aku bingung jelasin dari mana" kataku padanya.
"orang boong emang susah kalo disuruh ceritain" balasnya sambil tersenyum menyindir.
"tuhkan, percuma aku cerita kalo gitu" kataku kecewa.
"iya iya. Cepet" Ariel melipat tangannya di depan dada.

Aku mulai menjelaskan semuanya pada Ariel sesuai kronologisnya. Ariel mengangguk angguk mendengarkan ceritaku. Ia terkejut saat aku menceritakan apa yang aku lihat hari ini, ia menutup mulutnya dengan kedua tangan karena tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"lalu gimana?" tanyanya padaku.
"entah aku juga gak tau. Gak mungkin setelah ini mereka ngebiarin Sinka gitu aja" jawabku.
"kamu gak usah ikut campur Niel… aku gak mau kamu kenapa-kenapa…" kata Ariel padaku, tangannya menyentuh pundakku pelan.
"tapi dia temenku… aku juga gak tau harus apa…" aku memeluk Ariel.

Ariel membalas pelukanku, ia mengelus punggungku menenangkan.

"besok aku mau, balikin buku itu ke Sinka", kataku pada Ariel.
"yaudah kamu balikin, ngapain juga kamu simpen buku kyak gini" katanya padaku.
"hehe… buat belajar" balasku sambil terkekeh.
"Mesum!" balasnya sambil memukul lenganku.

Kami berdua tertawa, setelahnya kami berdua bercerita tentang hari ini. Terutama Ariel menceritakan pengalamannya casting hari ini. Ia tampak begitu antusias dan ingin sekali mendapatkan peran yang ia perebutkan. Aku senang melihatnya semangat seperti ini. Tanpa sadar kami sudah bercerita cukup lama dan Ariel berniat untuk kembali ke kamarnya.

"kamu gamau bobo sini aja?" tanyaku bercanda.
"Ih Niel jadi mesum gini… pasti gara-gara waktu itu sih aku kasih pegang" ledeknya padaku.
"abisnya gak pernah boleh lagi sih!" balasku.
"iya gak boleh!" ia menjulurkan lidahnya meledek.
"hahaha dasar kamu ya! Met bobo" kataku sambil membukakan pintu kamar untuknya.
"dadah" ia melambai padaku.

Namun ia berdiri didepanku tak bergerak. Perlahan kepalanya menatap keatas, melihat kearahku. Mata kami berdua kembali bertemu, Ariel membuka mulutnya, seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Niel…" Ariel memanggil namaku.
"iya?" jawabku.
"gapapa…" ia membalik tubuhnya.

Aku kebingungan melihat tingkah Ariel itu. Namun aku teringat sesuatu soal buku sketsa milik Sinka ini.

"kamu baca buku ini?" tanyaku pada Ariel.

Ia mengangguk pelan.

"sampe abis?" tanyaku lagi.

Ia menggeleng.

"sampe mana?" tanyaku kembali.

Ariel tak menjawabku. Ia berjalan meninggalkanku menuju kamarnya.

"Riel…" panggilku kembali padanya.
"kapan-kapan coba yang di buku ini yuk…"

Ariel menghentikan langkahnya tiba-tiba. Ia diam tanpa menoleh kearahku, aku menunggu reaksinya dari pertanyaan bodohku yang tiba-tiba. Aku tau saat ini aku berada diantara hidup dan mati. Jawaban dari Ariel adalah tuas gantunganku.

Tak berapa lama kemudian Ariel berjalan menuju kamarnya, berdiri sebentar didepan pintu, lalu Ariel mengangguk.

-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Double kentang wkwkwk parah parah
Diperkosa tapi nagih tapi tanpa ekspresi gimana dah sin-pyon :sendirian:
Mental breakdown emang berbahaya hu :(
waduh kentang goreng
Enak kan hehe
Daniel ****** bisa bisanya nolak main sama sinka ckckck
Namanya bucin emang gak pake otak hu...
Amel~~~~ hehe
Ckckck...
Kentang goreng tepung. Tapi gue suka bangun ceritanya
Hehe thank you hu. Semoga tetap suka ya!
Si cupu menang banyak
Emang nih cupu tapi hoki!
Updatenya mantap hu.... Cerita paling ditunggu nih....


Nama superhero di cerita ini hu....
Hehe thanks, tunggu lanjutannya ya!
Padahal lebih cakep & enakan jessie quick
Hehe
Sebenernya mah nulis soal flash ini sotog-sotoy aja. Karena lebih suka nonton series Supernatural hehe
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd