Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
-Lonely December-

"I don't wanna waste my time, become another casualty of society~"

Dering teleponku berbunyi di pagi hari yang dingin ini. Oh my days, aku tahu memang di bulan Desember pasti hawanya akan sangat dingin, tapi aku tak menyangka akan sedingin ini.

Aku yang masih mengumpat dibalik selimutku pun akhirnya mengeluarkan tanganku dari selimut, dan dengan buta aku meraba-raba dimana hapeku berada, dan aku langsung mengambilnya setelah aku menemukannya.

"Halo? Siapa ini?" Tanyaku.

"It's me, son, kenapa suaramu seperti tertekan?" Jawabnya, ternyata ini pak Benedikt.

"Aku masih mengumpat dibalik selimut, it's freezing, sir" Balasku dan terdengar suara tawa dari hapeku.

"Hahahahah, kamu masih belum terbiasa, ya? Oh iya, apa laporan tentang pemain yang kusuruh sudah selesai?" Tanyanya.

"Sudah, pak, sudah kukirim ke e-mail bapak juga"

"Saya harap laporanmu rapi ya, nak, laporanmu ini yang akan saya berikan ke manager supaya dia bisa mengambil keputusan akhir" Jelasnya.

"Loh, kok tiba-tiba sekali, pak? Kan masih ada pertandingan boxing day" Jawabku heran, kenapa tiba-tiba begini pak Ben memberitahuku?

"Datanglah ke kafe R, nak, aku tunggu kamu disini, ada yang perlu kusampaikan" Balasnya lagi-lagi mendadak yang bahkan tidak menjawab pertanyaanku.

"Wait, what? Pak?? Pakk??" Ucapku yang kebingungan karena setelah itu pak Ben mematikan teleponnya.

Fuck's sake, aku harus keluar di hari yang sangat dingin seperti ini. Dengan berat hati pula, aku keluar dari lipatan selimut ini beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka.

"Fuck me, it's fucking freezing"

Setelah mengenakan pakaian tertebal yang kupunya, aku beranjak keluar melihat Lewis dan Hughie yang sedang berada di sofa dibalik selimut sedang meminum hot chocolate.

"Bee, kamu mau kemana? Diluar lagi dingin banget" Tanya Lewis.

"Aku perlu ketemu dengan bosku, bangsat banget dia menyuruhku keluar di kondisi seperti ini" Jawabku sambil mengenakan sepatu.

"Kamu yakin? Kamu kan masih belum terbiasa sama suhu-suhu kayak gini, kamu bisa beku diluar sana" Jawabnya.

"Tapi nggak mungkin juga aku menolak, kan? Aku bisa dimasukkan kedalam kardus dan dikirimkan pulang ke Indonesia kalau aku tolak" Balasku.

"Freelance work my ass" Ledek Hughie kepadaku karena aku selalu meledek mereka berdua tentang aku yang kerja santai dibanding mereka yang kerja di kantoran.

"Fuck off, at least my name didn't sound similar to cocks" Balasku meledek Hugh, dan dia hanya membalasnya dengan tawaan tak terkontrol.

-----

Benar kata Lewis, aku benar-benar menggigil diluar. Rasanya kedua buah zakarku saja sudah berubah menjadi es batu dan kontolku sudah seperti menjadi es lilin. Namun kalau aku tidak melaksanakan perintah pak Ben, bisa berbahaya. Who knows mungkin aku akan segera dipulangkan kembali ke Ayah dan Mamah.

Di perjalanan yang cukup panjang ini, aku bisa menikmati suasana perkotaan yang jauh berbeda dengan suasana di Indonesia, dimana pejalan kaki juga sama banyaknya atau bahkan lebih banyak dengan pengguna kendaraan pribadi.

Beberapa kali pula aku bertegur sapa dengan orang asing ketika aku sedang berada di subway. Rasanya sangat berbeda ketika dibandingkan dengan saat aku masih berada di Indonesia yang sangat jarang aku bisa merasakan mengobrol dengan orang asing seperti ini.

Setelah kira-kira 40 menit perjalanan, akhirnya akupun tiba di kafe ini, dan aku langsung beranjak ke pak Benedikt yang sedang membaca sesuatu.

"Sir" Sapaku sembari menarik kursi.

"What took you so long, son?"

"Bapak kan tau aku tinggal di daerah timur, jelas akan lama perjalanannya kesini" Jawabku.

"Hahahahah, baiklah, silahkan pesan apa yang mau kau pesan, nak, it's on me" Balasnya, dan dia langsung memanggil waitress kesini.

Setelah aku memesan, aku langsung memerhatikan pak Ben yang sedang membaca, dan kuperhatikan pula apa yang sedang dia baca di laptopnya.

Itu kan laporan hasil pengamatanku.

"Pak, apakah laporanku sudah dikirim ke manager?" Tanyaku.

"Belum, nak, aku masih perlu membaca isi dan mengoreksinya dulu, namun laporan ini sudah cukup rapih untuk bisa diberikan ke manager" Jawabnya.

"Oh, thank god, so why did you tell me to go across town anyway, sir?" Tanyaku menanyakan pak Ben kenapa dia menyuruhku kesini.

"Jadi begini, nak" Ucapnya memulai dengan nada yang sedikit membuatku takut.

Oh boy, here we go....

"Pihak klub tadi menyampaikan pesan kepadaku, kau ingat pemain temuanmu yang dibeli di deadline day kemarin?" Tanyanya, dan aku hanya mengangguk.

"Apakah kamu memerhatikan permainannya di level U-23?"

"Yes, he's doing really well" Jawabku.

"Well, jadi begini, nak, pihak klub memberitahuku, bahwa pihak klub merasa sangat puas dengan performanya di U-23, dan rencananya di boxing day nanti, dia akan diberi debutnya di tim utama" Jelas pak Ben.

"Oh, really? Wow, cepat sekali, padahal baru Agustus kemarin dia dibeli, kan? Usianya juga masih 19 tahun"

"Iya, nak, dan pihak klub pun akhirnya memberiku bonus yang cukup besar juga berhubung dia juga pemain yang bisa dibilang bukan youngsters awam, tapi..."

"Tapi apa, pak?" Tanyaku.

"Rasanya kamulah yang lebih pantas untuk menerima bonus ini" Ucapnya yang membuatku terkejut.

"Loh, pak, kan sudah kesepakatan kita waktu itu kalau aku tidak akan diberi uang bonus apapun" Balasku terkejut.

"Tapi nak, dia adalah pemain temuanmu, bukan aku yang menyuruhmu untuk mengamati dia, ini hanya berawal dari rekomendasimu," Jawabnya.

"Uang bonusnya sudah kukirim kepadamu, anggap saja ini sebagai uang bonus liburan" Lanjutnya memberitahuku.

"How much?"

"Kamu lihat sendiri saja, nak" Jawab pak Ben, dan akupun langsung membuka hapeku untuk mengecek seberapa banyak uang yang pak Ben berikan.

Hah? Ini beneran? Apa mungkin sebanyak ini????

"LIMA PULUH RIBU POUNDS?!?" Ucapku sangat, sangat, terkejut.

Oh lord, is this legit? Apa benar aku baru saja mendapat uang sebesar ini? Aku sangat terkejut bahkan aku bingung harus melakukan apa.

"Keep it down, son" Ingat pak Ben menyuruhku untuk mengecilkan suara.

"Maaf pak, tapi aku benar-benar terkejut, ini bapak bukan nge-prank aku, kan?"

"Hahahahaah, untuk apa aku nge-prank kamu nak, just take it, okay?" Jawabnya.

"I don't know what to do with it, sir, aku rasa ini lebih pantas jika bapak yang mengambil uangnya saja" Balasku karena jujur, aku bingung uangnya harus aku apakan.

"Sudah tidak apa-apa nak, ini hanya sebagian kecil dari yang bisa kamu dapat sebagai scouter, tingkatan bonusnya akan berbeda ketika pemain yang diamati adalah pemain kelas dunia, anggap saja ini sebagai gambaran untuk kedepannya" Jawab pak Ben namun tak kujawab karena aku masih tercengang.

"Anyway, saya sudah harus pergi, I have a flight to catch" Lanjutnya sambil beberes.

"Loh bapak mau kemana?" Tanyaku heran, kenapa ketika sebentar lagi boxing day, pak Ben malah bepergian?

"What do you think? Beberapa hari lagi kan natal, aku ingin kembali ke Polandia untuk berlibur dengan keluargaku" Jawabnya.

"Wait, wait, we don't have to watch the game in boxing Day?" Kembali tanyaku.

"Nak, semua orang juga perlu liburan, terlebih kita juga harus bersiap-siap karena bulan depan jadwal kita akan padat" Jelasnya.

"Dengar, nak, aku paham kamu sangat mencintai pekerjaan ini, dan aku paham kalau ini memang mimpimu semenjak kamu sekolah, tapi kamu juga perlu istirahat, nak, enjoy your time-off until new years, okay?" Lanjutnya sambil menepuk-nepuk pipiku, dan setelah itu dia memasukkan laptopnya kedalam tasnya sebelum dia pergi meninggalkanku.

------

Sial, kalau saja pak Ben mengabariku kalau kami tidak akan mengamati pertandingan saat boxing day dari jauh-jauh hari, aku sudah pulang ke Indonesia sekarang. Aku juga sebenarnya bisa pulang, namun untuk apa aku berada di rumah selama hanya beberapa hari sebelum aku pulang lagi setelah tahun baru?

Terlebih, aku juga memikirkan masalah uang yang diberikan pak Benedikt tadi. What the fuck am I supposed to do with it? Aku tahu kalau bekerja dalam dunia sepakbola apalagi di Inggris, itu seperti mendapatkan hujan uang dari langit, tapi tidak separah ini juga. Aku baru 6 bulan bekerja dengan pak Ben saja sudah mendapat uang sebanyak ini, apalagi ketika aku sudah bekerja tetap.

Akhirnya karena aku bingung mau kuapakan uang ini pun, aku memutuskan untuk menyimpan setengahnya untukku, dan setengahnya kuberi ke kedua orangtuaku dan adikku masing-masing 50 persen.

Akupun sudah sampai ke flat-ku, dan baru ketika aku membuka pintu, kulihat Lewis yang sudah berpakaian rapih sedang menenteng koper.

"Freezing outside, yeah?" Tanya Lewis ketika aku menutup pintu.

"Oh my days, bijiku saja rasanya sudah berubah menjadi dua butir es batu" Jawabku, dan aku langsung menggantungkan jaketku di hanger.

"Hahahaha, come on lad, you have to get used to it" Balasnya, dan aku hanya tertawa sambil beranjak ke dapur untuk mengambil air.

"Eh kamu mau kemana? Kok kamu bawa koper?" Tanyaku.

"Aku mau pulang, Bee, kan sebentar lagi natal, aku juga ingin menginap selama beberapa hari disana" Jelasnya.

"Hughie pulang juga?"

"Nggak kok, tapi dia bakal di rumah sepupunya sampai tahun baru, dia nggak mau buang-buang uang buat pulang ke Kanada" Jawabnya.

"Fuck, so I'm all alone, then?" Ucapku sedih karena aku akan sendirian sampai bahkan mungkin tahun baru.

"Lagian kenapa kamu nggak pulang aja, sih? Sekalian rayain tahun baru disana" Tanya Lewis.

"That old dude just told me an hour ago, bro, kalau dia mengabariku dari jauh hari, aku sudah berada di Indonesia sekarang" Jawabku kesal.

"Hahahaha, it's okay, kamu bisa nyari cewek di T*nder terus bawa aja kesini pas natal" Balasnya, namun kuacuhkan dan setelah itu Lewis berpamitan denganku.

Setelah itupun aku langsung memasuki kamarku, dan lagi-lagi, aku kembali kepikiran. Sepertinya aku akan memang akan sendirian disini sampai tahun baru. Aku juga sebenarnya tidak keberatan, namun ketika aku mengetahui bahwa semua orang yang kukenal disini akan berlibur bersama keluarganya, aku menjadi iri.

Aku juga ingin berlibur dengan keluargaku, aku ingin bermain dengan teman-temanku, aku juga ingin kembali bermain dengan Hani. I miss her so bad.

Lamunanku pun akhirnya terpecahkan, karena tiba-tiba hapeku berdering dan kulihat Bella meneleponku, dan langsung kuangkat.

"Assalamu'alaikum, dek?"

"Wa'alaikumsalam, kak, KAKAK KENAPA TIBA-TIBA NGIRIM UANG BANYAK BANGET?!?!" Teriak Bella setelah menjawab salamku.

"Hahahahah, kakak dapet bonus dek, cukup kan buat jajan?" Tanyaku.

"Ihh ini mah buat beli mobil aja cukup kakk, kok kakak bisa dapet bonusnya sebanyak itu, sih??" Balasnya, dan setelah itu aku menceritakan bagaimana aku bisa mendapatkan uang bonus itu.

Aku juga akhirnya mengobrol dengan Bella setelah sekian lama aku bisa mengobrol panjang seperti ini. Bella bercerita kepadaku kalau semester ini dia mendapatkan IP yang nyaris sempurna dan Ayah menghadiahkan dia sebuah laptop baru.

Selain itu, Bella juga bercerita bahwa ketika orang-orang tahu aku sedang berada di Inggris, banyak sekali laki-laki yang menggoda Hani lewat Inst*gram, namun Hani selalu sigap dan memblokir akun-akun itu. Bahkan kata Bella ada salah satu dosen muda di fakultasnya yang berterus terang untuk meminta Hani menjadi istrinya, namun Hani tolak. Akupun lega karena aku tahu Hani benar-benar menjaga kepercayaanku, sama denganku yang tidak neko-neko selama disini sejauh ini.

"Kak" Ucap Bella setelah selesai bercerita.

"Kenapa, dek?"

"Aku kangen" Ucapnya sedih.

"Sama kok, kakak juga kangen, kakak sebenernya bisa pulang ke Indo cuma percuma kalo tahun baru udah harus pulang lagi, kan?" Jelasku.

"Iya sih, semua orang disini kangen banget sama kakak," Balas Bella.

"Ayah, Mamah, mas Ikhsan and the gang, kak Alliya, semuanya kangen sama kakak"

"Kak Hani?" Tanyaku.

"Wah bisa bikin skripsi sendiri aku kalo buat nyeritain betapa kangennya kak Hani sama kakak," Canda Bella.

"Tiap malem, kak Hani selalu tidur pake jaket kakak, kadang kalo kak Hani lagi stres nulis skripsi, dia suka main-mainin boneka kakak, kadang aku juga denger kak Hani nangis di kamarnya" Ceritanya, ternyata Hani sebegitu kangennya denganku.

"Dek"

"Iya, kak?"

"Apa kakak pulang aja, ya? Kayaknya orang-orang disana pada kehilangan banget" Candaku.

"Hahahahaha, kakak homesick ya?" Tanyanya.

"Nggak homesick juga sih, cuma kaya ngeliat orang-orang lagi pada sama keluarganya, kan kakak jadi iri" Jawabku.

"Tapi kakak kan nyape-nyapein diri doangg kalo pulang beberapa hari doang kak, udahh gapapa pasti kakak kuat kok" Balas adikku menyemangatiku.

"Hahahahaha, iya yaudah, btw besok kamu ajak kak Hani makan aja yaa, pake uang yang kakak Kirim tadi" Ucapku menyuruh Bella.

"Iyaa siapp kakakk, yaudah aku mau tidur yaa, udah malem disini" Jawabnya, dan setelah itu Bella mematikan teleponnya.

Setelah Bella mematikan teleponnya, akupun langsung berniat untuk mencoba menghubungi Hani yang mungkin belum tidur sekarang.

Jujur, aku merasa aku sangat jahat dalam menjadi pacar karena aku yang jarang berhubungan dengannya karena sangat jarang bagi kami untuk menemukan waktu luang untuk sekedar mengobrol. Bahkan bisa dihitung pakai jari berapa kali per minggu kami bertelponan.

Namun, Hani selalu mengirimkan pesan kepadaku sesaat sebelum dia tidur. Isi pesannya hanya berisikan bagaimana harinya berjalan, dan terkadang juga dia curhat mengenai betapa rindunya Hani denganku. Jadi meski kami jarang berkomunikasi, kami selalu mengetahui kabar masing-masing.

Akupun langsung menelepon Hani, namun setelah beberapa kali kutelepon tidak kuangkat, aku langsung menyimpulkan sepertinya Hani sudah tertidur. Akupun juga langsung membuka chat-ku dengan Hani, namun tidak seperti biasanya, Hani tidak mengirimkan pesan menceritakan harinya.

"Lupa kali, ya?" Ucapku dalam hati dan akhirnya aku tak melakukan apa-apa sampai malam dan aku langsung tidur cepat.

-----
(Keesokan harinya)

"That will be £15, sir"

"Oh, okay, Here's the money"

"Thank you very much sir" Ucap kasirnya setelah aku memberinya uangku.

Berhubung hari ini sampai beberapa hari kedepan aku akan sendirian, aku memutuskan untuk berjalan-jalan keluar meski cuacanya sangat dingin untuk beberapa hari kedepan. Setidaknya aku tidak akan melumut di kamar hanya bermain game atau menonton serial. Aku ingin menikmati suasana London.

Selain itu aku juga berbelanja beberapa barang seperti sepatu, pakaian, dan beberapa aksesoris elektronik lainnya. Aku sebenarnya tidak ingin, namun kedua orangtuaku lah yang menyuruhku untuk memberi reward kepada diriku sendiri.

Setelah pesanan burgerku sudah kuambil, akupun langsung beranjak ke taman di dekat sini dan memakan makananku disana. Aku langsung menduduki salah satu bangku yang berada di taman ini.

Sembari aku menikmati santapanku, aku juga memerhatikan orang yang datang dan berlalu. Awalnya ketika aku berbelanja aku tidak memerhatikan apa-apa, namun setelah kuperhatikan lagi, orang-orang yang berjalan melewatiku daritadi kebanyakan adalah sebuah keluarga. Aku juga melihat anak-anak kecil yang digandeng oleh orangtuanya tertawa riang, dan tentu saja aku malah kembali merasa sedikit bimbang dengan keputusanku untuk bekerja di luar negeri. Sepertinya memang benar kata Bella, aku sangat homesick.

"Fuck, kenapa gua nggak pulang aja?"

Namun, keputusan sudah kubuat, dan aku harus menerima keputusanku dan berjuang. Lagipula, ini sudah bulan ke-6 dan pak Ben tidak menunjukkan tanda-tanda kalau dia akan memulangkanku, aku sudah seperempat jalan menuju impianku. Aku tidak bisa pergi begitu saja.

Tak lama kemudian, kudengar teleponku berdering, dan aku langsung mengambil hapeku, dan langsung kulihat Lewis meneleponku.

"Halo, Bee?"

"Kenapa?"

"Kamu lagi diluar, ya?" Tanya Lewis.

"You bet your ass I am, satu hari lagi berdiam diri di dalam flat aku bisa ngentot sama guling" Candaku.

"Hahahahahaha, my brother's out here lonely as hell" Ledeknya.

"By the way, tadi tetangga kita meneleponku, katanya ada yang nanyain kita bertiga tadi" Lanjut Lewis.

"Hah, siapa?"

"Nggak tau sih, aku juga udah tanya apa dia ninggalin nomer yang bisa dihubungi atau nggak, tapi katanya dia cuma nanyain tentang flat kita terus dia pergi" Jelasnya.

"Waduh, apa jangan-jangan dia orang penting?" Tanyaku.

"Well i don't know, you better get home ASAP, bro" Suruhnya, dan akupun langsung mengiyakan dan mematikan telepon, setelah itu aku langsung beranjak pulang.

Di jalan, kulihat Bella mengirimiku sebuah pesan dan beberapa foto. Pesannya hanya berisikan dia bercerita tentang membeli beberapa barang, dan dia juga mengirim foto barang yang dia beli serta foto Bella yang ternyata mengajak anak-anak untuk makan malam bersama di restoran yang cukup mewah. Namun ada yang aneh...

"Kamu nggak ngajak kak Hani, dek?" Tanyaku ke Bella setelah melihat tidak ada Hani di foto.

"Udah kak, cuma kak Hani nggak ngerespon, terus pas kita samper ke rumahnya, kak Hani juga gaada" Jelasnya.

Loh, Hani kemana? Apakah ada sesuatu yang terjadi dengannya?

Akhirnya, aku sampai di flat, dan aku langsung beranjak menuju ke flat bu Hamilton, tetangga yang diberitahu oleh Lewis. Tak lama setelah aku mengetuk pintunya, ibu Hamilton keluar.

"Oh, hey, son, ada apa?"

"Begini bu, tadi Lewis mengabariku ada yang mencariku, Lewis, dan Hughie" Jelasku.

"Ohh, iya, iya, kebetulan tadi juga sudah kuajak untuk masuk kedalam flat-ku, tapi dia menolak, now she's waiting in the park" Balas bu Hamilton menjelaskan.

Hah? She?

"Cepat kesana nak, kasian dia sudah cukup lama menunggu" Suruh bu Hamilton, dan akupun langsung mengangguk dan beranjak ke taman.

Ini aku sedang di prank atau gimana? Tidak ada siapa-siapa disini!! Mungkin kalau aku tadi hanya sekedar pengecualian untuk duduk-duduk di taman, tapi di hari yang dingin seperti ini, hanya orang gila yang bisa bertahan.

Aku terus memerhatikan sekitar, namun tetap saja, aku tidak melihat siapa-siapa. Mungkin orangnya sudah pergi. Baru ketika aku ingin beranjak dari kursi....

Seseorang langsung menutupi wajahku dengan sepertinya sebuah totebag, dan orang itu langsung menarik totebagnya hingga kepalaku ikut tertarik.

"MMMMMFHH!!!... SIAPA INII?!?!..." Teriakku yang masih tertutupi totebag.

"Guess who?" Jawab orang tersebut berbisik tepat disamping telingaku.

"Wait, suara ini... Kok kayak familiar banget?" Jawabku, dan setelah itu, tarikan di totebagnya mengendur, dan aku bisa langsung melepasnya dan berbalik badan.

Oh my, ternyata dia....

"HANI?!?"

=====

Benar, ternyata yang tadi menaruh totebag di kepalaku adalah Hani. Pantas saja dia tidak mengirimkan pesan dan tidak ada dirumah saat Bella datang ke rumahnya.

"Haloo sayanggg" Ucapnya sambil tersenyum manis.

"Yaampunn kok kamu nggak ngabarin mau kesini???"

"Kan biar surpriseee hehehe" Jawabnya, dan Hani langsung beranjak memelukku.

"Nggak gitu dongg, aku aja lagi labil tadi mau pulang ke Indo atau nggak, kalo aku udah keburu pulang gimana??" Balasku, namun Hani tidak menjawab sama sekali.

Kami hanya berdiam diri berpelukan, namun makin lama, terdengar suara isakan, dan tak butuh waktu lama bagiku untuk menyadari kalau Hani sedang menangis dipelukanku.

"Loh kok nangis?? What's going on??"

"Hikss.... Hikss... Akuu.... Akuu kangenn bangettt... Akuu kangenn sama kamuu... Hikss... Hiksss..." Jawabnya sesenggukan, dan aku langsung mengelus-elus kepalanya.

"It's okay, it's okay, kan kamu udah ketemu aku disini, udah yuk masuk kedalem yuk, pasti kamu cape, kan?" Balasku, dan Hani hanya mengangguk sebelum kami beranjak kedalam apartemen.

Sepanjang jalan pun, Hani tidak pernah melepaskan genggamannya dari tanganku, dan genggamannya sangat erat seolah tidak ingin aku kemana-mana. Melihat wajahnya yang tersenyum bahagia sangat membuatku merasa lega, dan melihat wajahnya yang manis benar-benar membuat hatiku menjadi hangat.

Akhirnya, kami sampai di dalam apartemen, dan aku memasuki flat terlebih dahulu, dan Hani setelahnya. Aku langsung menaruh barang-barang Hani sekenanya, dan baru ketika Hani menutup pintu, aku yang memang daritadi sudah tidak tahan juga langsung menyerbu bibirnya untuk kucium.

"Say... UMMFFHH.... Cuupphh... Cccupphh..." Ucapnya yang terpotong karena aku tiba-tiba mencium bibirnya, dan tak butuh waktu lama untuk Hani mengikuti tempo dan membalas ciumanku.


*Ccupphh... Ccupphh...*


Tanganku langsung kugunakan untuk mengangkat kedua paha Hani, dan Hani juga langsung melingkari tangannya di leherku dan kakinya juga langsung menyilangkan tubuhku.


*Ccuupphh... Cccupphh... Ccupphh...*


Kami tak berciuman lama, karena tak lama kemudian, Hani melepaskan ciumannya, dan masih di posisi seperti ini, Hani mengelus-elus poniku.


"Kamu kangen aku, nggak?" Tanyanya.


"Kalo aku nggak kangen mah udah aku tinggal diluar tadi" Jawabku singkat, dan Hani hanya tertawa sambil memintaku untuk menurunkan dirinya.


Setelah Hani sudah kembali berpijak, Hani langsung memintaku untuk membawanya ke kamarku untuk menaruh koper.


"Kamu mau disini sampe kapan?" Tanyaku sembari Hani membuka koper.


"Aku sih udah bilang ke Abbi aku mau disini sampe tahun baru, aku ngomong sama Ayah kamu juga, katanya yaudah, sekalian temenin kamu disini" Jelasnya sambil mengambil sebuah setelan baju.


"Sayang jalan-jalan yuk" Pintanya.


"Loh kamu nggak cape?"


"Nggak sih, aku udah disini dari kemaren, cuma sengaja nggak ngabarin kamu, hehehe" Jelasnya.


"Yaampunn, segalaaa" Balasku singkat.


"Heheheh, yaudahh aku mau mandi dulu tapi yaa, kamu nggak mandi dulu?"


"Nggak usahh, aku begini aja" Jawabku, dan Hani langsung beranjak ke kamar mandi.


------


Setelah Hani berpakaian rapi dan aku memakai jaket tebalku, kami langsung beranjak keluar dari apartemen dan menuju ke pusat kota.


"Kamu mau ngapain sekarangg??" Tanyaku ketika kami sudah sampai di pusat kota.


"Jalan-jalan ajaaa" Jawabnya, dan akhirnya kami berjalan mengelilingi kota.


Aku juga menyempatkan diri untuk melihat-lihat pakaian, dan Hani juga beberapa kali mengajakku untuk melihat-lihat barang-barang di toko. Kami juga beberapa kali mengambil foto selama kami jalan-jalan.


Everything feels so much better when she's around. Keceriaan Hani benar-benar bisa membuat hariku menjadi lebih cerah. Rasanya aku tidak ingin jauh lagi darinya.


Singkat cerita, kami melewati sebuah toko boneka, dan tentu saja Hani sangat bersemangat mengajakku masuk kedalam.


"Sayang!! Sayang!! Mau masuk kedalemmm!!" Ucapnya bersemangat menarikku.


"Ehh iyaa, iyaa" Jawabku yang kewalahan melihat kegembiraannya.


Setelah masuk kedalam toko ini, dalam sekejap mata Hani sudah menghilang entah kemana melihat-lihat boneka di dalam toko ini.


"Yaampun, kamu kalo lagi sama aku jadi kayak anak kecil banget sih sayang" Ucapku dalam hati sambil senyum-senyum.


Akupun langsung berjalan mengitari toko mencari Hani, dan pandanganku langsung tertuju ke salah satu boneka besar yang bahkan mungkin tingginya setengah dari tinggi Hani. Lucu sekali boneka beruang ini, apa aku belikan Hani boneka ini ya?


"Excuse me, miss, is this one for sale?" Tanyaku ke salah satu pegawai.


"Oh, iya, tapi ini tinggal stok terakhir, dan ada perempuan yang menanyakan boneka ini juga tadi" Jawabnya.


"Oh, apakah perempuan itu pake hijab?"


"Benar, pak, tampangnya juga sangat manis kayak anak kecil"


Oh, sudah pasti Hani yang minat dengan boneka ini juga.


"Oh, oke kalau gitu, perempuan tadi pacar saya, saya ambil boneka ini ya" Ucapku sambil mengambil bonekanya dan langsung membawanya ke kasir.


Setelah aku membayar bonekanya, aku langsung pergi keluar dan aku langsung menghubungi Hani.


"Sayang aku tunggu diluar yaa" Isi pesanku.


"Iyaa, aku bete bangett tadi ada boneka lucu gede, pas aku mau ngambil lagi taunya udah ada yang beli" Jawabnya tak tahu kalau aki yang membeli bonekanya.


Tak lama kemudian, Hani keluar dari toko, dan dia langsung terkejut melihatku menggendong boneka yang tadi dia inginkan.


"Loh, kok, kamu..." Ucapnya.


"Kalah cepet kamu hehehe"


"Ihh kok kamu yang beliiii??"


"Ya ini, buat kamu, kalo kamu nggak mau aku simpen aja di apartemen nih" Jawabku sambil menyodorkan bonekanya.


"Ini.... Beneran???"


"Ya masa aku boong"


"Ihhhh makasihhh sayangggg" Ucapnya yang langsung memelukku.


Setelah membeli boneka, kami kembali berjalan mengelilingi kota, dan kami juga membeli beberapa barang lainnya, seperti jaket couple, sepatu, dan mantel panjang untuk Hani yang mulai kedinginan.


"Kamu lagi banyak banget uang kayaknya, ya?" Tanyanya, dan aku langsung menceritakan masalah bonus yang diberi oleh pak Ben.


"Hah? Ihh kok malah kamu hamburin sihh?? Kenapa nggak kamu tabung aja???" Ucapnya.


"Masih sisa kok ini, ini sisanya aku tabung kok" Jelasku, dan Hani hanya mengangguk.


Setelah itu, berhubung kami juga sudah lapar, kami memutuskan untuk makan di restoran yang cukup mewah. Awalnya Hani agak keberatan, namun setelah aku meyakinkan Hani kalau hanya sesekali kami akan makan di restoran ini, Hani akhirnya menyerah.


Kami pun langsung duduk di salah satu meja yang tersedia, dan kami langsung memesan makanan sambil mengobrol menunggu makanan kami datang.


"Gimana, kamu seneng nggak jalan-jalan?" Tanyaku ke Hani.


"Senengg, tapi nggak perlu beli banyak ini-itu lain kali yaaa, aku tetep seneng kok meski cuma jalan-jalan muter-muter sama kamu" Jawabnya membuatku tersenyum.


"Hahahaha, kan gapapa sekali-kali aku traktir pacar aku, kan?"


"Ya nggak begini juga dong sayang, ini udah banyak bangett, masa cuma gara-gara aku kedinginan aja kamu ampe beliin aku mantel?" Jawabnya.


"Hahahaha iyaa deh maaf yaaa" Balasku, dan akhirnya makanan kami sampai.


Selama kami makan, aku terus memerhatikan wajah cantik pacarku ini yang sudah menghilang dari pandanganku selama 6 bulan terakhir ini. Aku tidak ingin dia pergi, aku ingin dia tetap berada disini menemaniku sampai kontrakku habis, dan terus menemaniku selama aku masih bekerja diluar negeri.


Hani pun srpertinya menyadari kalau aku memerhatikannya.


"Kenapa kamu ngeliatin aku?" Tanyanya.


"Aku kangen banget sama kamu" Jawabku singkat yang membuatnya tersenyum sambil menggenggam tanganku.


"Aku juga kangen, sayang, rasanya kayak hampa banget aku nggak ada kamu" Jawabnya.


"Kalo aku minta kamu disini terus, nggak mungkin, ya?"


"Nggak bisa dong sayang, kan tanggung sebentar lagi aku lulus" Jelasnya, dan tiba-tiba terbesit ide di kepalaku.


"Kalo abis lulus kamu nemenin aku disini gimana?"


"Hmmm, aku mau kasih tau kamu sesuatu deh" Ucapnya.


"Kenapa?"


"Aku... Udah ditawarin kerja, sayang" Jelasnya.


"Loh, bagus dong, kerja dimana?" Tanyaku.


"Ada kayak company baru naik daun gitu, kebetulan bidangnya juga sama desain interior kayak yang aku mau," Mulainya.


"Kebetulan juga owner-nya alumni kampus kita, terus beberapa anak di jurusan aku juga ditawarin kerja sama dia, tapi cuma aku sama beberapa yang lain yang nerima soalnya juga gajinya kurang gede sih, tapi uang bonusnya yang bikin gede gajinya" Lanjutnya menjelaskan.


"Oooh gitu, terus mereka nunggu kamu lulus dulu?" Tanyaku


"Iyaa, kata Abbi juga ambil aja, buat nyari pengalaman dulu katanya" Balasnya.


"Okedehh kalo begitu, berarti ajakan aku ditolak yah"


"Heheheh, kamu nggak marah, kan?"


"Nggak kok, aku seneng malah, selamat ya sayang" Ucapku sambil mengelus kedua tangannya yang berada diatas meja, dan Hani hanya tersenyum mendengar ucapanku.


------


Setelah kami selesai makan, kami langsung beranjak pulang, dan sesampainya di flat, aku langsung menaruh barang-barang sementara Hani memberesi hanger kami yang memang sangat berantakan.


"Emang cowok-cowok berantakannya ya ampunn" Ucapnya sambil memberesi hanger serta rak sepatu, sementara aku hanya tertawa sambil duduk di sofa.


Setelah selesai, Hani langsung duduk di sampingku, dan dia langsung memelukku sembari menaruh kepalanya di pundakku.


"Aku sayang kamu, Bay" Ucapnya pelan dan lembut.


"Aku juga sayang kamu, Hani, tunggu aku pulang ya" Jawabku sambil mengelus-elus kepalanya.


Kami bertatapan, dan lagi-lagi, aku tak tahan melihat wajah manisnya, dan tanpa ba-bi-bu, aku langsung melumat bibirnya.


*Ccupphh... Ccupphh...*


Hani juga langsung membalas ciumanku, dan tangan Hani langsung dia taruh di pipiku sementara aku masih menaruh tanganku diatas pahanya.


*Ccupphh... Ccupphh... Ccupphh...*


Kami terus berpagutan, dan karena posisi kami tidak enak, aku langsung mengangkat tubuh Hani dan memindahkannya ke pangkuanku, dan setelah itu aku langsung memindahkan kedua tanganku ke payudaranya.


*Ccupphh... Ccupphh... Ccupphh...*


Tak lupa, aku meremas-remas payudaranya dari balik kaus yang Hani kenakan hingga Hani mendesah pelan.


"Ccupphh... Ummhh... Ccupphh... Ccupphh..."


Melihat kondisi seperti ini pun, Hani langsung membuka jilbabnya, dan setelah itu Hani langsung mengangkat kausnya sampai sebatas payudaranya. Aku juga dengan sigap langsung membuka BH nya.


Setelah payudaranya yang indah terpampang bebas, aku langsung melepas ciumanku dan memindahkannya ke payudaranya.


"Ummhhh... Sayanggg..."


Sembari aku menghisap dan menjilati putingnya yang imut, Hani juga dengan sigap langsung membuka kausnya dan membuka kausku setelahnya, dan kini kami berdua sama-sama telanjang dada.


*Ccupphh... Ccupphh... Slrrppp... Slrrppp...*


Setelah aku puas bermain dengan payudaranya, aku melepas kulumanku di payudaranya, dan aku kembali menciumi bibir Hani.


*Ccupphh... Ccupphh...*


Setelah kami puas berciuman, Hani langsung melepaskan ciumannya, dan Hani langsung beranjak turun berlutut diantara kedua pahaku. Tidak begitu lama bagi Hani untuk membuka resleting serta kancing celanaku, dan setelah Hani menurunkan celanaku, kontolku langsung terpampang bebas.


"Ummhh... Udahh gede ajaa kamuuu... Slrrpp..." Ucapnya ke kontolku sambil menjilat kepala kontolku.


"Urghh... Sayangg..." Desahku.


Hani mulai menjilati kepala kontolku, dan sembari menjilati, tangannya juga mengocok kontolku.


*Slrrppp... Slrrppp... Slrrppp...*


Jilatannya mulai menurun melewati batang kontolku, dan Hani langsung menjilati bijiku, dan terkadang Hani juga menghisap-hisap bijiku hingga aku mulas.


"Ummh... Sayanggg... Terusss..."


*Slrrpp... Slrrpp... Slrrppp...*


Sembari Hani menjilati kontolku, aku juga meremas-remas payudaranya hingga dia mendesah-desah keenakan.


"Slrppp... Slrrppp... Ummhhh... Slrrppp... Sllrrrppp..." Desahnya.


Setelah seluruh permukaan kontolku sudah tersapu oleh lidahnya, Hani mulai memasukkan kontolku kedalam mulut mungilnya.


"Urrghhh..."


Hani langsung melahap kepala kontolku, dan Hani mulai menurunkan kepalanya dan perlahan kontolku mulai memenuhi mulutnya. Setelah kurasa Hani sudah tidak sanggup untuk memasukkan kontolku lebih dalam, Hani mulai menaik-turunkan kepalanya.


*Chlokhh... Chlokhh... Chlokhh...*


Aku juga hanya bisa menikmati perlakuan Hani, dan aku langsung menjatuhkan badanku keatas sandaran sofa.


"Ahh... Gilaa... Enakk..." Lenguhku keenakan.


"Chlokhh... Chlokhh... Emang kamu nggak pernahh keluarin sendiri??... Chlokhh... Chlokhh..." Tanyanya saat Hani melepaskan kulumannya.


"Jarangg... Kan nggak pernahh aku dikeluarinn sama orangg disini... Ahhh... Udahh lama banget semenjak terakhir kamu keluarinn..." Jawabku, dan Hani mengacuhkan jawabanku dan terus menyepong kontolku dan Hani mulai mempercepat sepongannya.


*CHLOKHH... CHLOKHH... CHLOKHH...*


Setelah sekian waktu Hani menyepong kontolku, Hani langsung melepaskan kulumannya dan dia langsung berdiri di hadapanku.


"Pelorotin celana aku, sayang" Pintanya, dan aku langsung menggenggam ujung celana Hani dan langsung menurunkan celana beserta celana dalamnya, dan kini kami berdua sudah sama-sama bugil.


Akupun ikut berdiri, dan setelah itu aku langsung mengangkat tubuh Hani dan membawanya ke dapur.


"Sayanggg... Kokk aku dibawaa ke dapurr??..." Tanyanya kebingungan, namun tidak kujawab, dan aku langsung menaruh Hani diatas meja dapur dan membuka pahanya lebar-lebar.


"Sayanggg... Kokk disinii???..." Kembali tanyanya, namun kembali tak kujawab, dan aku langsung memosisikan kontolku di memeknya, dan setelah pas, aku langsung menggesekkan kontolku di bibir memeknya.


"Ummmhh... Sayanggg... Kokk nggakk dimasukkinnn??" Desahnya ketika kugesekkan kontolku.


"Buru-buru bangett sihhh..."


"Ihhh masukkin dong sayanggg..." Pintanya.


"Ihh... Udah kepengen banget nih??" Godaku hanya ingin melihat ekspresi Hani yang malu dan sebal karena tidak mau menjawab.


"Ihhh kamu mahhh" Ucapnya bete dengan nada manja.


"Hahahaha iya dehh aku nuruttt" Jawabku, dan setelah aku sudah puas menggesek-gesekkan memeknya, aku mulai memasukkan kontolku.


"Ummhh... Sayanggg... Ennakk...." Desahnya.


"Baru kepalanya lohh inii, batangnya belomm" Jawabku sembari terus memperdalam tusukanku.


"Ahhhh... Iyahhh... Terusss lagii... Yangg dalemm... UMMMHHHH..." Jeritnya ketika kuhentakkan kontolku dalam-dalam.


Aku membiarkan menek Hani terbiasa sebentar dengan kontolku karena sudah lama semenjak terakhir aku mengentoti memek Hani, dan sangat terasa sempitnya.


"Ummhh... Ayoo sayangg... Mulaiii..." Pintanya, dan aku mulai mengentoti Hani dengan kecepatan pelan.


*Slebb... Slebb... Slebb...*


"Ummhh... Ennakkk... Teruss sayanggg..." Desahnya.


"Ini baru pelan loh, gimana kalo kenceng entar?"


"Ihh iyaaa... Makinn enakkk donggg..." Jawabnya, dan aku mulai mempercepat genjotanku.


*Plokk... Plokk... Plokk...*


Hani yang daritadi menggunakan tangannya sebagai tumpuan pun memindahkan tangannya menjadi melingkariku.


"Ummhhh... Ennakkk sayanggg... Ahhhh..." Desahnya keenakan, dan Hani langsung mengangkat tubuhnya untuk mencium bibirku.


*Ccupphh... Ccupphh... Ccupphh...*


*Plokkk... Plokkk... Plokkk...* suara selangkangan kami yang beradu menggema di dalam flat ini.


Tanganku tak lupa kugunakan untuk meremas-remas payudaranya, dan Hani makin menggelinjang keenakan.


"Ccupphh... Ahhh... Sayanggg... Ennakk... Terrusss..."


Akupun menuruti permintaannya, dan aku langsung mempercepat genjotanku hingga Hani makin kencang mendesah.


"AHHHH... IYAAAHH SAYANGGG... TERRUSSS.... UMMMHHHH... AHHHH...." jeritnya keenakan tak peduli apakah jeritannya akan terdengar ke sebelah atau tidak.


*PLOKKK... PLOKKK... PLOKKK...*


"UMMHHH... SAYANGGG... AKUU MAUU KELUARRRR...." Jeritnya, dan aku tak berhenti menghujam memeknya sampai Hani mencapai orgasmenya.


"AKUUU NYAMPEEEE.... UMMMHHH..." Lenguhnya ketika Hani mencapai orgasmenya.


Setelah orgasme Hani mereda, tanpa mencabut kontolku, aku kembali membawa Hani ke sofa, dan aku langsung menduduki sofanya yang membuat posisi kami menjadi WOT sekarang.


"Gantian kamu yang gerak, dong" Pintaku, dan Hani tersenyum sambil memulai menggoyangkan pantatnya.


"Ummhhh..." Desahnya keenakan sambil menaik-turunkan tubuhnya.


*Plokk... Plokk... Plokk...*


Hani memang belum bisa menggoyang cepat dan mungkin masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Sindy, let alone Ummi yang benar-benar ahli, namun ketika melihat wajah polos Hani keenakan saat dia menggoyangkan tubuhnya, ini membuatnya menjadi sedikit lebih bersensasi.


"Ummhhh... Ccupphh... Ccupphhh..." Desahnya, dan tiba-tiba Hani mencium bibirku.


*Plokkk... Plokkk... Plokkk...*


Setelah beberapa bulan terakhir ini aku tidak pernah merasakan memek, pejuku rasanya akan segera keluar. Hani sudah menggoyangku selama 10 menit dan sepertinya Hani sudah mulai kelelahan.


"Ummhhh... Sayangg.... Hhhhh... Hhhh... kamu masih lamaa??..." Tanyanya terengah-engah.


"Urgghh... Sebentarr lagii kokkk... Cobaa cepetinn lagii goyangnyaa..." Suruhku, dan Hani langsung berusaha mempercepat goyangannya meski tidak ada perubahan yang signifikan.


"Ummhhh... Sayanggg... Hhhh... Hhhh... Akuu bisanyaa seginii doanggg.... Hhhh... Hhhh... Maaff yahhh..." Ucapnya meminta maaf.


"Hhhh... Hhhh... Iyaa gaperlu minta maaff kokk... Kan masihh belajarr jugaaa..." Jawabku sambil mengelus-elus kepalanya.


"Ummhh... Pastii kamuu kesell yaaa... Ummhh... Akuu pasiff bangett kalo lagii sekss..."


"Hahahha, nggakk kokk, nggakk mungkinn aku kesel karena begituann doanggg... Uhhh... Terusss sayanggg..." Pintaku, dan Hani tak berhenti menggoyangkan pantatnya.


"Ummhhh... Sayanggg... Akuu sedikitt lagii sampee..." Ucapnya diselingi desahan.


"Hhhh... Hhhh... Samaa aku jugaaa..." Jawabku, dan aku langsung menggrip pinggang Hani dan kunaik-turunkan dengan cepat sembari kugerakkan juga pantatku.


"UMMHHH... SAYANGGGG... AHHHH..." Jeritnya, dan Hani langsung menimbunkan wajahnya di bahuku dan bahkan Hani sampai menggigit bahuku karena tak tahan menahan kenikmatannya.


*PLOKKK... PLOKKK... PLOKKK...* Suara selangkangan kami beradu kencang.


Akhirnya, pejuku sudah berada di ujung tanduk, dan Hani sebentar lagi sudah akan muncrat.


"UMHHH... SAYANGGG... AKUU MAU KELUARR... AHHHH..." jeritnya mencapai orgasme, dan cairannya langsung membasahi tubuhku.


Setelah Hani mencapai orgasme, aku langsung mencabut kontolku dari memeknya, dan aku langsung menyuruh Hani untuk mengocok kontolku sembari dia berlutut.


"Ahhh... Iyaaa... Terusss sayanggg... Uhhh..." Desahku, dan Hani mengocok kontolku makin cepat sambil menjulurkan lidahnya.


Akhirnya, pejuku pun keluar, dan pejuku langsung muncrat mengenai wajahnya dan sebagian tertampung di lidahnya cukup banyak. Setelah aku berhenti memuncratkan peju, Hani dengan sigap langsung menelan pejunya yang tertampung dilidahnya, dan setelah itu Hani langsung menjilati sisa-sisa peju yang berada di ujung kontolku sementara aku membersihkan wajahnya yang belepotan dengan sperma dengan tisu.


"Slrrpp... Slrrpp... Tumbenn kamu bersihinnya pake tisuu... Biasanya pake jarii..." Ledeknya, dan aku hanya tertawa sambil mengelus-elus kepalanya.


Setelah Hani selesai menjilati kontolku, aku langsung merebahkan diriku di kasur tak memperdulikan kekacauan yang baru saja kami buat. Hani juga sama, Hani langsung menidurkan tubuhnya di sampingku, dan kami langsung berpelukan sembari bertatapan.


Kami tidak mengatakan apa-apa, hanya saling mengelus wajah masing-masing sampai akhirnya kami berdua mengantuk, dan aku langsung memakaikan selimut yang memang kami tinggal di sofa selama musim dingin ini, dan dibalik selimut ini, tubuh telanjang Hani memeluk erat tubuhku yang juga bugil, dan kami berdua langsung tertidur terlelap.


-To be Continued-
 
I'll be honest, this recent update was so dreadful wkwkwkwk, bahkan ane yang nulis aja juga ngerasa begitu karena ini cuma bagian kecil yang harusnya diceritain di project next story yang nyeritain Bayu di Inggris, so... Mohon maaf dari ane bila tidak memenuhi ekspektasi:((

Anyways, ane usahakan next update besok atau jumat yaa huu, stay tune dan sehat serta sukses selalu ✌✌✌✌
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd