Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kau jual, Aku beli. TAMAT [No Quote]

Status
Please reply by conversation.
Episode 3



Suara nur menggoreng ikan membuyarkan lamunanku akan arisa, gadis sma yang tak pernah kutemui lagi setelahnya. Kini pandanganku fokus ke nur, entah dia melihatku atau tidak. Kuteruskan aktifitasku, aku mandi dan berpakaian rumahan.

Kudekati nur, wangi sabun, rambutnya yang masih basah membuat dia makin menarik.
"caca tidur nur?" tanyaku basa basi
"iya" jawabnya singkat
"kamu marah?" tanyaku lagi sambil memeluknya dari belakang,
nur nampak risih, padahal baru saja dia kubuat harus mandi
"adakah hak ku untuk marah mas?"
"aku rasa tidak" jawabku.

Nur mulai mencoba melepaskan pelukanku, dia masih sibuk masak.
"aku masak dulu mas, jangan ganggu" pintanya agak keras.

Akupun melepaskan nur, aku pergi meninggalkan nur yang sedang memasak, aku naik ke lantai dua rumahku, disana hanya ada tiga tempat, balkon didepan, ruang main yang luas, dan ruang kerjaku disamping. Diruang kerjaku ada sebuah PC all in one dan sebuah PC rakitan spek gaming diatas meja menghadap jendela. Sebuah kasur diatas dipan di ujung kamar, dan beberapa papan tulis dan papan tempel menghiasi setiap dinding.

Kunyalakan pc ku, kuputar tracklist terakhir, sebuah lagu kesukaanku, kurebahkan badanku dikasur, dan kunikmati kesendirian ini. Akupun tertidur.

Adzan magrib membangunkanku, lama juga rupanya, lelah aku ngerjai nur batinku. Aku langsung matikan pc, dan turun kelantai satu. Disana aku temukan cici sedang bermain dengan caca, damai sekali permainan keduanya, cici nampak senang dengan adik barunya.

"ayah kok lama tidurnya" protes cici, dia tidak akan berani membangunkanku kecuali keadaan darurat.
"iya, maaf kak, ayah pusing tadi"
"oh, sudah sembuh sekarang?"
"sudah enakan kok"

Selesai azan, akupun beribadah bersama cici, walau aku pezina, tapi aku tanamkan hal baik ke anakku, aku tak mau dia sepertiku, atau menjadi korban orang sepertiku. Seperti biasa ritual ibadahku selesai sampai isya. Kami pun makan bersama. Aku, cici, nur dan caca, makan berempat seperti keluarga. Nur nampak diam tak ada sepatah katapun yang keluar, dia makan sambil menyuapi caca, ketika aku pandang dia, seolah dia menghindari menatapku. Marah rupanya dia. Selesai makan cici belajar dikamarnya, nur membereskan meja makan dan mencuci piring, aku gendong caca dan mengajaknya bermain, semoga nasibmu lebih beruntung dari ibumu, doaku.

Pukul sembilan malam, cici aku antar untuk tidur, berbagai doa kau panjatkan untuknya. Selepas itu aku keluar kamar, aku matikan lampu kamar cici dan menutup pintu.

Akupun langsung menuju kamar caca dan nur, aku buka sedikit, tak mau aku mengganggu penghuninya kalau sudah tertidur, aku intip keadaan didalamnya. Rupanya nur sedang mangASIhi caca, pemandangan seperti tadi siang kujumpai lagi, namun kali ini caca masih aktif menyedot isi payudara ibunya. Nur yang melihatku seakan trauma, dikerutkannya mukanya, aura ketakutan mengelilingi sosok mungil yang sedang meneteki sang anak.

"nanti kalo caca sudah tidur, bikinkan aku kopi ya, antar keatas, aku dikamar atas" bisikku tak ingin membuat nur berlama dalam ketakutan. Nur pun mengangguk.

Dikamar atas, dikamar kerjaku tepatnya, kuselesikan beberapa pekerjaan ringan sambil menunggu pesananku, kopi susu dipisah, kopi ku minum, susu ku remas.

Hampir satu jam kemudian nur datang membawa segelas kopi pesananku, diletakkannya dimeja dekat aku bekerja, dan dengan cepat nur balik badan meninggalkanku. Nur berjalan masih sedikit ngangkang, ingin ketawa tapi takut dosa, karena aku yang bikin dia jalan seperti itu.

"mau kemana nur? " cegahku
"tidak ada"
"caca sudah tidur"
"sudah"
"duduklah dulu disini,"
"iya" jawab nur sambil berbalik dan mencari tempat duduk.
"duduklah di kasur" pintaku, nur menurutinya dengan ketakutan.

Nur memandangku yang sedang memandangnya, aku perhatikan dari ujung rambut, ujung nenen, hingga ujung kaki. Nur memakai baju tidur gambar doraemon warna biru, model baju lengan panjang dan celana panjang.
"jangan lagi mas, punyaku masih sakit." pinta nur, seakan tahu apa isi pikiranku.
"sesakit itukah?"
"iya"
"mana lebih sakit dari waktu kamu diperawani?"
"ini lebih sakit" jawabnya.

Aku seruput kopi panas bikinan nur, enak, cocok dengan seleraku, nur memang cepat belajar.

"berceritalah nur, aku mau dengar kamu cerita"
"cerita apa mas"
"apa saja"
Nur pun terdiam, dia bingung mau cerita yang mana.

"coba kamu cerita, kenapa keluargamu gak peduli lagi sama kamu" usulku. Nur hanya terdiam, dia menunduk, matanya seperti mencari kenangan dimasa lalu.

"harus ya mas"
"terserah kamu, yang penting bercerita" jawabku sambil terus menikmati kopi buatan nur.

"aku dibuang sama keluargaku karena nikah sama mas iwan." mulainya
"ceritakanlah" perintahku

"aku dulu dijodohkan sama polisi sama ibu dan kakak ku, polisi baru lulus pendidikan, sarjana, anak orang kaya. tapi aku tidak mau, aku sudah pacaran sama mas iwan, sudah cinta mati. Keluarga mas iwan gak suka sama aku, karena beda kasta katanya, dia dari keluarga yang pernah berada, sedang aku dari keluarga miskin sekali." cerita nur, tak ada kata lagi setelahnya.

"tapi kalian bisa nikah?" tanyaku penasaran.
"iya, ayahku tak mempermasalahkan pilihanku siapapun, cuma ayah yang mendukungku. Akhirnya aku sama mas iwan nekat, aku percaya sama mas iwan, aku mau dihamili duluan agar bisa cepat nikah sama mas iwan." lanjut nur sambil menunduk.
"setelah menikah, tak ada yang peduli lagi sama kami, tapi kami bahagia, hidup berdua bersama calon anak kami, hidup sederhana dari gaji kami berdua yang ala kadarnya. makan nasi lauk garam pun aku bahagia." imbuh nur sambil sedikit terisak.

Aku mencerna cerita nur, sungguh mengharukan, perjuanganmu luar biasa, tapi fokus cernaanku di nur hamil duluan, bukan di drama kehidupan kalian.

"jadi kamu hamil duluan"
"iya, awalnya mas iwan maunya ambil perawanku setelah nikah, tapi cuma itu cara biar kami dapat restu."

"emang waktu kamu masih perawan, gimana pacaran kalian?" tanyaku penasaran.
"sudah kayak suami istri mas, cuma tidak sampai masuk. tiap berdua sering aku ditelanjangi mas iwan, semua dia nikmati." jawab nur.

"ceritakan nur, gimana kamu diperawani, sampai kamu hamil"
"mas…., jangan lah"
"ayo lah, cuma ada kita disini"
Nur hanya menunduk, tak ada kata yang keluar dari mulutnya.

Aku dekati nur dengan menggeser kursi kerjaku, aku angkat dagunya, kini nur berada didepan mukaku, aku kecup bibirnya sebentar, aku usap pipinya.

"ceritakanlah nur" rayuku sambil membuka kancing baju tidur nur, tangan nur menghalangiku dengan memegang kancing yang berada didepan putingnya, aku singkirkan tangan itu dengan mudah, dan aku lanjutkan menghabisi kancing baju nur.

"jangan mas, sudah cukup aku kamu nodai tadi siang"
"ceritakan lah nur kejadiannya" perintahku sambil menurunkan baju nur lewat punggungnya, nampaklah dua susu nur yang habis di sedot caca, putingnya masih bengkak, susunya nampak turun, menandakan isinya habis. Nur tidak pakai BH, mungkin biar gampang waktu menyusui caca.

"sudah, jangan mas" pinta nur tapi tidak melakukan apa apa. Akupun hanya memandangnya, kemudian memundurkan kursiku menjauhi nur, kini aku bisa melihat nur utuh, dengan baju terbuka didepan, dan turun dibelakang sampai ke punggung.

Kamar ini jadi sunyi, nur menunduk diam, namun tidak menutupi dadanya yang sedang aku nikmati. Mungkin pikirnya dia telah ternoda, buat apa lagi menutupi dariku yang menodainya. Lama sekali kesunyian ini.

"awalnya ….." lirih nur memulai cerita, membuat dia seperti kembali kemasa lalu, masa seorang perawan dimabuk cinta.

==

"mas iwan" panggil nur
"iya dik" jawab iwan
"ibu sama kakakku makin getol melarang kita mas"
"bapakku juga dik"
"mas"
"iya"
Suasana menjadi hening. Nur bangkit dari duduknya disamping iwan, didudukinya pangkuan iwan, nur menghadap iwan. Dikecupnya bibir iwan oleh nur, kecupan kedua dibarengi lumatan bibir iwan, keduanya berciuman sangat ganas.

"ohh….massss…..aku mau kamu mas… bukan yang lain" rancau nur ketika iwan mulai meremas kedua susu nur. kedua tangan iwan lancar masuk kedalam baju nur, langsung menyelinap di BH nur yang tak begitu ketat.
"terus mas…" pinta nur ketika iwan mulai memelintir puting kecilnya.

Iwan kembali memagut bibir nur, dilahapnya dengan rakus, kini baju nur disibakkan keatas, keluarlah susu nur keduanya, membuat iwan makin bebas mengelus dan meremas bukit kecil jur.

"aku juga maunya kamu dek…." kata iwan ditengah tengah napas yang tidak teratur.

Nur memeluk iwan, dirasakannya penis iwan mengganjal dibawah sana. Mereka menyudahi permainan singkat ini, tanpa membereskan baju. Biasanya akan ada babak penerusnya.

"mas"
"iya dek"
"akus udah pikirkan masak masak"
"soal apa itu?" tanya iwan bingung.
"biar kita bisa nikah"
"bagaimana caranya?" iwan penasaran.

Nur bangkit dari peluknya, dipandangnya wajah pacar tercintanya, diusapnya wajah iwan,seperti sedang merekam setiap detail wajah iwan. Usapan nur turun ke dada iwan, turun lagi, hingga ke penis yang sedang tegang didalam celana, nur tarik sedikit celana iwan, dirogohnya penis yang sudah sering dia jumpai itu, dikeluarkannya penis kesayangan nur dari belenggu celana dan sempak iwan.

Nur mengelus penis panjang iwan, cukup panjang, tapi agak kurus, seperti badan iwan, tinggi kurus. Penis itu mulai mengeluarkan cairan.

Nur memandang wajah iwan dengan serius, kedua tangannya menggenggam penis dengan lembut, tak semua batang dapat nur tutupi dengan tangan mungilnya.

"hamili aku mas" kata nur, mengagetkan iwan.
"gila kamu dek?"
"aku percaya sama kamu mas, aku cinta kamu, aku cuma mau kamu"
"aku juga sama, cinta kamu, tapi bukan begitu caranya" jawab iwan.
"cuma itu mas. ambil perawanku, tumpahkan cintamu didalam rahimku. kita menikah kemudian disaksikan buah hasil cinta kita" pinta nur sambil meneteskan air mata tanpa tangisan.

Keduanya saling memandang, saling membatu, sekeras penis iwan yang sedang digenggaman nur.

"ahhhh…."lengkuh iwan ketika nur mencium bibir iwan, dilumatnya kembali bibir kekasihnya itu, tangan iwan kembali ke susu nur, diremasnya lembut. Nur pun tak tinggal diam, dikocokkannya penis kebanggaan pacarnya itu. Nur menyudahi ciumannya, diturunkannya badannya, nur berlutut didepan iwan yang duduk dikursi panjang ruang tamu rumah nur, dibukanya bulut nur, dan dalam sekejap, penis panjang iwan sudah berada didalam mulut kecil pacarnya itu.

Ini memang bukan penis pertama yang nur layani, tapi ini penis terbanyak yang nur kasih nikmat, punya pacar nur sebelum iwan hanya dapat kocokan saja, tak lebih.

Penis iwan terlalu panjang bagi mulut mungil nur, hanya setengah yang bisa dia masukkan, tapi nur cepat belajar, sering nur mengoral iwan, membuat nur makin lihai memainkan perannya, iwan begitu keenakan, bersyukur punya pacar yang pengertian, mau memenuhi kebutuhan pengecrotannya.

"ah..enak nur,....terus yang cepat…" desah iwan, nur pun memberikan yang terbaik buat kekasihnya.
"ah….ah…. betul...ahh…terus…" iwan keenakan, nur terus mengoral dengan penuh kebahagiaan, tersungging bibirnya tersenyum bangga.

"ah….aku mau sampai dekkkk….."
"ahhhhh..…."
Nur melepas kulumannya, dikocoknya penis iwan.

Crot….crot….. peju iwan keluar menyambar muka nur. Sudah biasa nur dipejuhi iwan, dimuka, disusu, di pantat, diperut, cuma di mulut sama di memek saja yang belum.

"makasih cinta" bisik iwan sambil mengecup bibir nur.
"puas sayang?"
"iya, enak banget"
"beberapa hari lagi aku dapet, setelah itu aku subur, mas bisa ambil yang lebih enak dariku, ambil perawanku sayang. tapi jangan sekarang, aku lagi tidak subur" atur nur
iwan hanya terdiam mendengar nur minta dihamili lagi.

Nur membersihkan penis iwan. dan peju dimukanya.
"masih keras saja mas, aku bakalan puas juga besok." bisik nur.
"kamu yakin sayang?" iwan memastikan.
"yakin sayang, kan sama kamu aku melakukannya" jawab nur meyakinkan.
Keduanya tersenyum tanda kesepakatan.
Nur berdiri, dinaikkannya rok nur, dicopotnya cawatnya. dinaikkannya rok itu hingga ke perut.
"itu sudah siap sayang, tapi bukan sekarang ya."
"iya" jawab iwan sambil memperhatikan vagina nur.

Ini bukan pertama kalinya iwan melihat memek nur, keduanya sudah sering bercumbu tanpa busana, hanya belum memasukkan penis ke vagina saja.

Nur duduk dupangkuan iwan lagi, didudukinya penis tegang itu, diletakkannya dibelahan vagina nur.

"ahhhh...masss…" erang nur.
nur mulai memaju mundurkan pantatnya, kepala penis menyundul klitoris nur.
"ahhh...enak mas… besok aku akan puasi kamu mas, tapi aku juga mau juga dipuasin…" erang nur.

Iwan langsung melumat bibir nur, diremasnya susu yang belum kembali ke sarang.

"ah… susu aku mas…." pinta nur. Tak lama iwan langsung menyosor susu kecil nur, bergantian kanan kiri.

"iya….mas...enak…"
"maaassssssss… aku mau penismu mas…."
"aku sampai…….." nur orgasme di ujung penis, nir terkulai lemas memeluk kekasihnya.

Keduanya berpelukan, setelah lama menikmati kebersamaan, nur membenahi pakaiannya, begitu juga iwan. Cepat iwan pamit, sebelum ada keluarga nur yang pulang. Rumah nur memang sepi kalo siang, kakaknya sudah menikah dan ikut suami, rumahnya tak jauh dari rumah nur, cuma berjarak beberapa blok. Ibu nur dan ayahnya bekerja diladang, mereka mempawah ladang orang, karena memang tidak punya lahan sendiri, biasa menjelang magrib baru pulang.

===

Satu setengah minggu kemudian.
Aku sengaja izin ke orang tua untuk menginap di rumah temanku, segala alasan aku gunakan. Sedang mas iwan katanya dah biasa kalo cuma semalam dua malam gak kelihatan dirumah, jadi tak perlu lagi izin.

Sengaja aku ingin momen spesial ini di malam hari, tak ada istilah siang pertama, adanya malam pertama. Kami pun sepakat untuk menginap di sebuah hotel melati, jauh dari daerah kami, tepatnya dikota, hotel yang kata temanku aman dan biasa dipake untuk urusan ilegal antar dua sejoli tanpa ikatan.

Sore hari setelah ashar aku dijemput dirumah temanku, dia sahabat yang bisa dipercaya, sering kami curhat masalah apapun, bahkan dia cerita setelah diperawani pacarnya, dia juga pendukung hubunganku dengan mas iwan. Sering kami gunakan jasa teman satu ini untuk membuat alasan ketika kami mau kencan.
Sekitar magrib kami tiba di kota, kami makan berdua disebuah rumah makan pinggir jalan, walau sederhana namun suasananya romantis. Setelah makan kami membeli beberapa jajan dan minuman di minimarket, dan langsung ke hotel setelahnya.

Tak ada hambatan bagi kami untuk cek in, memang semua sudah tahu maksud dan tujuan menginap di hotel mereka, apa lagi kalo bukan urusan enak-enak ilegal.

Hotel melati yang cukup nyaman, kamar tidak terlalu kecil, dengan sebuah kasur ukuran besar. Sebuah kamar mandi dengan tempat berendam. Sepasang handuk terletak di atas kasur, dua buah sabun dan sampo diatasnya. Sebuah tv standar ada ditengah kamar menempel di dinding, kamar dingin karena ada AC. Sungguh kamar yang nyaman batinku.

Begitu sampai aku hanya duduk dipinggir kasur, mas iwan duduk dikursi, menyetel tv, mencari siaran yang bisa dilihat. Ini bukan pertama kali kami berdua dikamar, bukan pula pertama kali kita cek in di hotel, tapi ini sangat canggung bagi kami, mungkin karena kami merencanakan sesuatu yang cukup jauh, lebih jauh dari kenakalan kami sebelumnya, cukup jauh hingga tidak bisa kembali lagi.

"dek, mas tanya yang terakhir, kamu yakin dengan yang mau kita lakukan?" tanya mas iwan, aku mengangguk keras dengan senyuman manis.

"aku yakin mas, lakukan dengan pelan ya, punya mas kan panjang" candaku.
"iya sayang"
"aku mandi dulu ya mas"
"iya"

Setelah mandi aku keluar dengan hanya memakai handuk, tak ada malu lagi bagiku, sudah semua pernah mas iwan lihat, pernah juga mas iwan sentuh, bahkan terlalu sering mas iwan nikmati.

"kamu cantik dek"
"makasih mas, semoga kita bisa sama sama puas ya mas"
"iya dek"

Setelahnya mas iwan mandi, aku memandang kasur, apa yang akan aku lakukan untuk memuaskan calon suamiku, aku belum pernah memuaskan dia dengan kelamin, ah biarlah, nanti juga mengalir, aku nikmati saja yang akan terjadi, batinku.

"mas"
"iya dek," jawab mas iwan yang baru keluar dari kamar mandi, handuk melilit di pinggangnya, tercetak penisnya yang mulai menegang.
"pelan ya mas, takut sakit"
"iya dek, mas pasti pelan"

Aku dekati mas iwan, aku peluk ia. Dadaku yang tak tertutup semua menempel didadanya yang bidang. Mas iwan orangnya kurus tinggi, perutnya rata, kotak kotak keras. Kalo aku peluk tinggiku hanya sepundaknya, mas iwan bisa meletakkan dagunya di atas kepalaku.

Aku menengadah, mas iwan mulai cium bibirku, ciuman lembut, aku balas lembut pula. Ciuman sambil berdiri jarang kami lakukan lama, tapi kali ini sangat lama, aku peluk mas iwan, kontolnya terasa mengeras berkedut di perutku. Ah, kontol yang sebentar lagi mengambil perawanku. Aku bahagia.

Mas iwan mengusap dadaku, tangannya menyusup ke handuk yang aku pakai, turun dengan lancar, dijepitnya putingku dengan kedua jarinya, dipelintir enak.
"ahh...mas…." desahku, aku merasa ada yang mengalir di vaginaku, hangat terasa.

Aku tak mau kalah, kutelusupkan tanganku dibelahan handuk mas iwan, tak perlu mencari kemana-mana, penis mas iwan langsung kutemukan. Panas, keras, dan panjang, besarnya cukup untuk membuatku takut, jauh lebih besar dari lubang vaginaku sekarang. Tapi aku tahu, disitulah inti dari diperawani.
Ciuman kami makin panas, makin liar, mas iwan makin kuat meremas susuku, handukku pun sudah tidak terikat lagi, hanya karena tubuh kami berhimpit membuat handuk tidak terjaruh. Kocokanku pun aku buat sebagus mungkin, aku yakin mas iwan sangat menikmati.

Cukup lama kami melakukannya. Akhirnya aku menyerah, aku lepas ciumanku, aku mundur sedikit, handukku terjatuh, begitu pula handuk mas iwan. Aku melihat mas iwan telanjang, begitu pula dia. Mas iwan maju sedikit, dibungkukkannya badannya, dipegangnya pinggangku, disusunya dadaku.

"ahh..enak mas….terus mas...yang satunya juga " desahku, aku peluk kepalanya aku jambak rambutnya.
"masss" erangku, cairan di vaginaku makin banyak yang keluar. nikmat sekali, lebih dari biasanya.

Mas iwan menyudahi permainannya, dia menarik tanganku ke kasur. Secepat itukah? batinku. Tapi tak mengapa lah, mau cepat atau lambat bakal terjadi juga. Tarikan mas iwan terasa kuat dan tiba tiba, aku terjatuh dikasur, mas iwan dengan cekatan menindihku, aku mulai takut.

"mas" panggilku.
Mas iwan tidak menjawab, dia mulai menempatkan seluruh tubuhnya diatasku, aku benar benar mabuk cinta, sudah seperti istri rasanya, telanjang ditindih lelaki idaman yang telanjang juga. Kami berciuman sebentar, kemudian mas iwan menurunkan badannya, dijilatnya seluruh tubuhku, leherku, dadaku, putingku, perutku. diemutnya jembutku, dan diendusnya vaginaku.

"sudah basah dek"
"iya, enak mas"
Mas iwan mulai mengoralku, dijilatnya vaginaku, lidahnya hangat, sedikit kasar menyusuri celah kewanitaanku naik turun.

"massss… enak….banget…"
Mas iwan memang jago mengoral, awal dulu dia cuma bisa sebentar, sekarang ditelannya cairanku tanpa sisa. Enak sekali, tak terhitung aku orgasme karena permainan lidah mas iwan.

"terus masss… enak….ahhhh…. massss… " aku jepit mas iwan dengan pahaku, aku jambak rambutnya, nikmat sekali.

"masss…. aku sampai……… ahhhhhhhhh" aku orgasme, ini yang pertama untuk hari ini.

Nafasku tersengal, nikmat sekali.
"enak banget mas, baru pake lidah, gimana pake kontol nanti ya" aku membayangkan hal gila.
"kita coba saja, nanti juga tahu rasanya.
"keluarin di dalam ya mas, aku mau anakmu di perutku."
"aku juga mau sayang"

Mas iwan bangun, turun dari kasur, dimbilnya sebotol air putih, dibukanya, diberikannya padaku. Kuminum seteguk, kuletakkan botol itu dimeja dekat lampu kamar. Ada sesuatu tergeletak disana, kuambil

"mas"
"apa itu"
"nih" kiberikan beberapa picis kondom, entah fasilitas hotel atau milik orang sebelumnya.
"buat apa, kan kita mau bikin anak" candanya.

Kami tertawa kecil, aku tubruk tubuh mas iwan, dia terjatuh dikasur, aku peluk pinggangnya, langsung kutangkap penis panjang mas iwan, aku lumat, aku jilat, kumasukkan ke mulutku, kukocok dengan mulut naik turun.

"uh…. enak dek…." desah mas iwan ketika lidahku menari dikepala kontol mas iwan.
"malam ini aku spesial untukmu mas" ucapku sambil tersenyum, mas iwan pun tersenyum.

"ahh…. terus dek….. enak.. " rancau mas iwan, sambil meremas susuku, susuku pas sekali digenggamannya, putingnya kecil, dengan lingkaran di pinggirnya kecil pula.

"ohh… enak…. terus sayang…"
aku percepat emutanku, naik turun, kuperkuat sedotanku, pegal terasa, tapi aku hiraukan saja, ini untuk hari spesialku.

" ah…. dikit lagi sayang,.... ah… terus…."

Crot… crot.. crot… terasa penis mas iwan menembakkan pejunya di mulutku. Ini pertama kalinya aku menerima peju dimulut, aku tahan semuanya hingga keluar semua. Rasanya aneh, aku ingin menelannya, tapi aku tak sanggup, hanya sedikit yang berhasil ku telan, sisanya aku muntahkan, aku tampung ditanganku, peju yang banyak. mas iwan mengambil tisu dan mengelapnya.

"enak mas, tapi aku gak bisa telan semua"
Mas iwan tersenyum, dia memelukku, aku memeluknya juga. Cukup lama kami berpelukan.

"aku sudah siap, lakukanlah sayang" kataku memberi kode.
"yuk" jawab mas iwan.
"mau aku yang masukkan apa kamu dek?" tanya mas iwan.
"mas aja, itu milikku untukmu mas"

Tanpa malu lagi aku berbaring, aku kangkangkan pahaku, aku tunjukkan vaginaku ke mas iwan. Mas iwan duduk berlutut diantara pahaku, tepat didepan vaginaku, aku mulai takut lagi, takut sakit, takut akan ada penyesalan. Mas iwan mengusap celah vaginaku perlahan, diusapnya dengan lembut.

"oh… mas…." cairanku mulai datang lagi, lebih panas dari sebelumnya.
Mas iwan mulai mengoralku pelan, dimainkannya vaginaku seperti makanan. Aku mulai kelojotan, kuremas sprei kasur, ketakutanku mulai menjadi. Rasa takut yang belum pernah ada selama aku dinikmati mas iwan.

"massss….. ahhhhh" mas iwan mengoralku lembut, tangannya memelintir putingku. Enak sekali. Aku larut dalam enaknya dicumbu dan takut akan penyesalan.

"massss… aku sampai…. " cairanku banyak keluar, tapi tidak menyembur. Kulemaskan seluruh badanku, aku pasrah akan kelanjutannya.

"masukkan mas, perawani aku, hamili aku, penuhi rahimku dengan pejuhmu" rengekku menutupi betapa groginya aku.

Mas iwan tersenyum, sedikit dimajukannya badanya, dipegangnya penisnya. Terasa keras penis mas iwan ketika menyapu vaginaku.

"kontolmu keras mas, masukkan pelan ya" rengekku.

Mas iwan mulai mencari lubang memekku, dinaik turunkan penisnya mencari lubang yang cocok. Sengaja aku tidak membantu, karena aku sangat grogi dan takut. Tak butuh lama mas iwan menemukannya, mas iwan mulai menekan kepala penisnya dilubangku. Aku merasa itu tidak akan muat. Aku merasa itu tidak akan masuk dengan mudah.

Segala pikiran buruk tiba tiba berputar di kepalaku, badanku tiba tiba terasa sangat dingin, seperti menggigil, kupejamkan mataku, aku ingin segera diperawani, biar pikiranku cepat kosong.

"adek baik baik saja ?" tanya mas iwan khawatir.
Aku beri anggukkan sebagai jawaban.
"lakukan mas"

Mas iwan mulai memasukkan penisnya.

"akh" aku menjerit, itu tidak muat, rasanya sakit, perih, panas seperti terbakar.
"pelan mas… sakit"
mas iwan melambatkan tusukannya, dikeluarkannya kepala penisnya, digesekkannya di vaginaku yang becek, dimasukkannya lagi ke lubang senggamaku.
"akkkhhh… masss… aku cinta kamu" pekikku kesakitan. Rasa takutku mulai menjadi, rasa sakit yang aku takutnya ternyata benar adanya. Sakit sekali, kalo bukan karena mas iwan aku tidak akan mau melanjutkannya.

Mas iwan memaju mundurkan penisnya pelan, dirobohkannya badannya diatasku, tapi tidak menindih, kedua tangannya menjadi tumpuan tubuhnya. pantatnya maju mundur pelan dan sedikit. mulai terbiasa vaginaku.

"dek, sudah hampir masuk semua" kata mas iwan, aku hampir tak percaya, penis sepanjang itu bisa masuk.
"masukkan semua kontolmu mas"

Tiba tiba aku tersentak, aku merasa ada yang menumbur entah apa di vaginaku, itukah perawanku, sampai juga kontol mas iwan disana.
Namun ketakutanku makin menjadi, aku menggigil sejadinya, dingin sekali udara aku rasakan, hanya kontol mas iwan yang aku rasa hangat didalam lubang vaginaku.

"dek, aku mau pecahkan selaputmu, tahan ya" kata mas iwan.
"tunggu mas" cegahku.
"kenapa dek"
"tidak, aku butuh waktu sedikit saja"
Mas iwan menghentikan sodokannya, tapi tidak mencabutnya, aku peluk mas iwan, dia juga memelukku.
"setelah ini nikahi aku mas"
"sudah pasti"
"jaga aku mas"
"tentu saja"
"setelah mas pecahkan, aku milikmu seutuhnya, aku akan hamil anakmu, aku akan jadi istri yang baik buat kamu, aku terima apapun kekuranganmu"
"aku juga begitu dek, percayalah"
"aku percaya, makanya aku mau seperti ini"

Beberapa tarikan napas aku ambil, aku peluk erat tubuh mas iwan.
"lakukan sekarang mas"
Tak butuh waktu lama, mas iwan langsung menyodok perawanku, sekali hentak masuk semua kontol panjangnya.

"ahkkkkhhk…. masssss…. sakitttttttttt " teriakku. aku tak peduli ada yang mendengarnya.

Mas iwan mendiamkan seluruh kontolnya divaginaku, aku mencengkram badan mas iwan, sakit sekali. Aku langsung menangis sejadi jadinya, semua kutumpahkan dalam tangisku, perawanku hilang dengan begitu sakit. Namun juga bahagia karena aku berhasil memberikannya ke yang aku cinta.

Selesai menangis, aku tatap mas iwan, aku usap wajahnya, dia mengusap air mataku.

"nikmati tubuhku mas, aku milikmu, tumpahkan cintamu dirahimku, buahi aku"

Mas iwan mulai menarik penisnya pelan.
"ahhhh.. perih, pelan mas"
setengah penis keluar, mas iwan memasukkannya lagi,

"eeeenaakkk dek"
"nikmatilah mas"

Mas iwan begitu menikmati tubuhku, terutama vaginaku, mukanya menunjukkan sesuatu yang sangat nikmat, namun tidak dengan aku, tak ada enak yang aku rasakan, hanya perih, panas terbakar, namun aku coba sembunyikan.

"ah.. dek… aku mau keluar.."
"kok cepet mas"
"ini enak banget… luar biasa.."
"keluarkan didalam mas"

Serrrr…… crot..crot..crot
"ahhhhhhh….. " desah mas iwan keras.
Aku merasa pejuh mas iwan menembak rahimku, aku tersenyum, aku bahagia, sensasi dibuahi melebihi sakitnya diperawani.

Mas iwan mencabut penisnya setelah habis pejuh disemburkan, dia menjatuhkan diri disampingku, berbaring, aku bergeser, memeluknya dari samping.

"terima kasih sayang" ucap mas iwan sambil mengecup keningku.
"untukmu sayang"
kami tersenyum bersama, rasa sakit di perawani mulai muncul lagi.

"sakit banget mas, jangan minta dulu ya sampai sembuh, habis itu boleh masuk lagi kok kontol mas kesini, tapi harus keluar didalam ya"
"iya sayang, sebentar lagi aku bakalan jadi bapak"
senyum kami makin lebar.

Aku bangun dari kasur, aku lihat sprei dibawah pantatku memerah, darah perawanku, tak banyak, tapi cukup menyeramkan.

"mass"
mas iwan bangkit, melihat apa yang aku lihat.
"sekarang aku tidak perawan lagi mas"
mas iwan senyum lalu memelukku, menciumku.
"kan aku suamimu sayang"
"iya suamiku"

Setelahnya aku mandi bersama mas iwan, mandi penuh kebahagiaan, predikat tak perawan tidak terlalu membebaniku, toh yang memperawaniku orang yang aku percaya.

Sampai pagi tidak ada acara penusukan, hanya petting, saling menikmati seperti sebelumnya.

Tiga hari berikutnya mas iwan datang, rumah sedang sepi, kamipun bercinta lagi, masih sakit, tapi aku mulai bisa sedikit manikmati. Tiga kali mas iwan memasukkan pejunya di rahimku. Dan hari hari berikitnya kami lebih sering lagi mengisi rahimku dengan peju mas iwan.

Dan akupun hamil. Keluarga kami heboh, sempat aku mau diusir dari rumah, tapi ayah membelaku.

Kamipun menikah dengan keterpaksaan dipihak keluarga.

==

Nur mulai menutup dadanya dengan baju yang tak terkancing. Itu akhir dari cerita masalalunya. Nur masih tertunduk, namun kulihat senyuman dibibirnya, kenangan indah masa lalu sedikit menghiburnya, kenangan yang tinggal kenangan.

Aku berdiri menghampiri nur, cerita tadi membangkitkan keinginanku untuk menjahilinya lagi. aku naikkan lagi wajah nur, kukecup lembut.
Kuturunkan celanaku, kontol tegangku langsung meloncat keluar. nur terkaget, sampai mundur kebelakang refleknya, mukanya penuh ketakutan.

"buka mulutmu nur" mintaku sambil menempelkan penisku dimulutnya.
nur tahu akan tugasnya, dimasukkannya penisku ke mulut mungilnya, dioralnya milikku.

"ohhhh…. enak nur… kamu memang hebat"
nur hanya terdiam sambil tetap mengoralku.
"terus yang dalam" perintahku. nur mengkerutkan wajahnya, sedikit dicobanya menelan seluruh penisku, tapi sepertinya nur tak sanggup. masih ada sisa batang di luar mulutnya. aku akui nur hebat dalam pekerjaan oralnya.

Kubuka lagi baju nur, kini aku copot bajunya, nur telanjang dada, aku remas susu kendornya, kendor karena habis disedot habis sang buah hati. kupelintir ringan puting bengkak nur, sepertinya nur kesakitan karena perbuatanku.

"sedikit lagi nur, enak banget emutanmu"
nur langsung mengeluarkan penisku, dikocoknya dengan tangannya.
"emut lagi" perintah cepatkublangsung direspon nur, dioralnya lagi penisku.

cuma butuh waktu sepuluh menit buat nur untuk menjebol pertahananku, kusemburkan sisa pejuh tadinsiang ke mulutnya. nur kaget, gak tau mau diapakan pejuh dalam mulutnya.

"telan nur" nur pun mencoba menelannya, beberapa kali dia mau muntah, namun ditahan. aku berikan sisa kopiku ke nur, diminumnya dua teguk, nur mulai baikan.

"mas jahat, kenapa suruh telan" rengek nur.
"suka aja lihat kamu nelan spermaku"
nur membaringkan tubuhnya dikasur, dadanya yang kecil terlihat naik turun seirama nafasnya.

aku buka celana nur, tak ada penolakan.
"jangan mas, masih sakit, perih mas" pinta nur.
aku tak peduli, ingin kurobek vaginanya, kunikmati sampai pagi. tapi sepertinya tak taga juga.
kini nur telanjang bulat, ditutupinya vaginanya dengan kedua telapak tangan kecilnya.

Aku buka telapak tangannya, terlihat gundukan vagina nur, jembutnya lebat diatas vagina, aku usap pelan mengikuti celah sempit nur.
"ahh… jangan mas…. cukup tadi siang saja" desah nur ketika aku mainkan klitoris nur, sambil aku susu dada kosongnya.
"sudah mas" tangan nur mencoba menghentikan kocokanku di memeknya, tapi sangat lemah, tak akan bisa menghentikanku. Cukup lama aku mainkan memek nur, kedua susu nur juga sudah aku sedot, cupang yang mulai memudar juga sudah aku perbaharui.

Aku rasakan memek nur banjir, katanya sakit nur, batinku. Susu nur pun aku sedot terus, tak ada lagi yang tersisa didalamnya, susu kecil itu penuh tanda merah bekas bibirku. capek dengan susu, aku lumat bibir nur, tak ada pergerakan dari bibirnya, hanya pasrah dengan apa yang aku lakukan. Lidahku menari didalam mulut nur, jariku juga menari dimulut bawah nur.

"ahgggg…. sudah mas" desah nur.
tapi aku tak mau menyudahinya, aku masih ingin mengerjai nur malam ini.

Kubuka seluruh pakaianku, aku berbaring disamping nur, kita sama sama terlentang.
"jangan mas, jangan nodai aku lagi" pinta nur memelas.
"memekmu banjir nur waktu aku nodai kamu" ejekku.

"nur, masukkan kontolku ke punyamu, cuma masuk saja, tak minta sampai keluar"

Agak lama nur bangun, mengangkangkan pahanya tepat diatas kontolku, perlahan nur menurunkan badannya, diambilnya penis tegangku, diarahkannya ke lubang memek nur.

"cuma dimasukkan saja kan" pinta nur
"iya"

Nur menurunkan lagi badannya,
blessss masuklah penisku, hilang ditelan vagina nur.
"ahh… masih sakit mas" desah nur.

aku peluk tubuh nur, dia pasrah saja, aku posisikan nur tidur diatas tubuhku, berbantal pundakku.

"nur"
"iya mas"
"mulai sekarang, aku akan sering minta tubuhmu, kamu harus siap."nur terdiam mendengarnya.
"tapi aku gak mau kamu hamil" tambahku.
"aku juga gak mau hamil anakmu" tambah nur.
"tapi aku gak suka pake kondom, jadi kamu pilih sendiri, mau pake IUD apa spiral, kalo pil sama suntik gak usah" pintaku
"iya mas"
"nanti bidan kenalanku biar aku panggil kerumah, biar KB mu dipasang dirumah saja, kamu tinggal pilih yang mana."
"iya mas" jawab nur pasrah.

"nur"
"iya"
"kamu pernah dimasuki kontol di lubang pantat gak nur"
"enggak, aku gak mau"
"mas pernah?"
"belum" jawabku bohong. memang belum pernah sama istri, tapi dulu waktu pacaran waktu kuliah pernah, pacarku tak mau diperawani, jadi dia berikan lubang satunya.

Tubuh nur terasa hangat menindihku, nur memejamkan mata, tapi aku yakin dia tidak tidur. Aku perhatikan badanya yang belakang, kuusap penggung kecilnya, halus, putih, mulus, sedikit ditumbuhi bulu bulu halus. Alur tulang lehernya menambah keindahan punggung nur, alur dari kepala hingga pantat. Dibawah sana ada sepasang gundukan pantat yang terlihat sangat kenyal, sering sudah aku meremasnya. Usapanku pun sudah sampai pantat nur, tak kalah halus dari susu nur, hanya terasa kulitnya lebih tabal.

Wajah nur terlihat teduh dan damai, kasihan kamu, dibuang keluarga, dijual suami, dan dimainkan majikanmu.

"kamu cantik nur" pujiku sambil meremas pelan pantatnya.
"kamu cuma mau tubuhku mas"
"iya, tubuhmu indah, nikmat sekali" jawabku.
Nur terdiam, tak berubah kedamaian di wajahnya.

"aku terluka mas, aku ternoda, aku terhina" kata nur.
"aku akan melakukannya terus"
"sampai kapan"
"tak tau, mungkin sampai nenek nenek kamu masih enak nur"

Nur terdiam, matanya masih tertutup, tubuh indahnya tak berhenti aku jamah, aku elus kesana kemari, semuanya. Hingga lama dan dingin aku rasa.

"Tidurlah nur" pintaku, sambil menyelimuti tubuh tenajang kami berdua.

Akupun tertidur dalam tindihan telanjang nur, entah kalo nur, tidur atau tidak. Karena waktu aku bangun nur sudah tidak ada dikamar.

Begitu bangun, aku kenakan pakaianku, aku turun, kulihat nur sedang menyiapkan sarapan untuk kami, cici sedang mandi, caca masih tertidur.

"pagi nur"
"pagi" jawabnya.

Aku hampiri nur, aku peluk dari belakang, nur terlihat risih.
Kuramas susu nur, keras, masih terisi penuh nampaknya.

"ahh.. pelan mas…. sakit… isinya masih panuh"
"aku minum ya"
"jangan, caca bentar lagi bangun, ini jatah sarapan caca"
Ya sudah. aku tak tega juga mengambil sarapan anak tiriku, cukup wadahnya saja yang aku ambil.

Kumasukkan kedua tanganku ke baju nur, baju yang semalam dia kenakan, baju tidur doraemon warna biru. Kumasukkan tanganku lewat lubang dibawah, lubang didepan perut nur. Langsung kutangkap susu nur, memang terasa keras ketika aku remas lembut, aku pelintir putingnya yang tak kalah keras.

"jangan mas" pinta nur. Namun aku tak menghentikan permainanku, kurasa tanganku basah, asi nur keluar.

Aku turunkan satu tanganku, tangan kananku menuju ke memek nur, langsung menuju tkp tanpa hambatan. Nur selain tidak memakai BH juga tidak memakai cawat, padahal semalam dipakai cawat itu. Aku elus belahan memeknya, sedikit ditekan di klitorisnya.

"ahh… masss… " nur menghentikan kegiatan masaknya, diletakkannya sayuran yang tadi dia cuci, tanganya memegang pinggiran tempat cuci, tangan sarunya memegang lenganku yang mengarah ke vagianya.

"sudah basah nur" ejekku.
" emmm… mas…. sudah…"
Aku ambil tangan nur yang memegang tanganku, kubawa kebelakang dan kusuruh memegang penisku.

"kocokin nur"
dengan sigap nur menurunkan celanaku, digenggamnya kontolku, dikocoknya lembut.
"enak nur, pintar kamu"

Nur mulai keenakan, ditengadahkan wajahnya, aku sambut dengan melumat bibirnya, kumasukkan lidahku ke mulutnya, mulut nur hanya diam saja, pasrah. Makin lama makin banjir punya nur, punyaku juga sudah basah.

Aku tarik kedua tanganku, nur juga melepas kontolku, kini dia lemas bertumpu pada tempat cucian piring. Aku turunkan celananya, aku kangkangkan kakinya.

"jangam mas" pinta nur, dia tahu apa yang akan aku lakukan. Pantat indah nur terlihat sempurna, tidak besar juga tidak tepos, pas sekali dengan perutnya yang kecil dan pundaknya yang kecil juga. Tubuh nur memang kecil, memakai seragam smp pun masih cocok.

Aku tempatkan kontolku dimemeknya, aku dorong pelan tapi pasti.

"ahhh… mas… sakit…." bisik nur. Kudorong terus penisku hingga masuk semua, kita bersatu kembali, selangkanganku menempel erat di pantat nur, mentok sudah semua batangku dilahap memek nur. Ini pertama kalinya aku dogi dia, lebih enak dari sebelum sebelumnya, lebih sempit memek nur. Aku diamkan sejenak.

Kumasukkan tanganku kebajunya, kuraih susunya yang keras, aku remas. Kutarik pantatku pelan, setengah kontolku keluar, kubenamkan lagi pelan.

"ahhhh…. mas…. " desah nur. Dimana sakit tadi nur, batinku.
Kulanjutkan aktifitas menggenjot memek nur, masih pelan, aku ingin menikmatinya. remasan ku semakin kuat, seirama dengan tusukan kontolku di memek nur.

"ahh…. ahhh… enak mememku nur" desahku didepan kupingnya. aku cupang leher nur, didekat kuping, samping tengkuk.
"masss…. ahhh" nur mendeaah juga.
"ahh… ahhh…. ahh…" desah nur kerika kontolku mentok menghujam memek nur.

Aku percepat genjotanku, begitu juga remasanku. Tanganku basah susu nur yang keluar karena aku remas, aku seperti memerah susu wanita.
"ahhhh…. masss…. aku……. ahhhh" leguh nur. badannya mengencang, cengkraman di tangannya menguat. Memeknya meremas kontolku. Dia orgasme.

"udah gak sakit nur" ejekku. nur memukul tanganku dengan sisa tenaganya.

Aku genjot lagi memek nur.
"ahhhh massss…. sudah mas…."
"aku belum sampai nur.. bentar lagi"
"cepat mas……"
aku percepat genjotanku, enak sekali memek nur.
"enak memekmu nur"
"terserah mas…. ahhhhh.. mas…"
kedutan di kontolku terasa kuat, aku mau sampai.

Aku copot kontolku, aku balikkan badan nur, kudorong kebawah, kusuruh dia mengoral, biar tumpah semua dimulut nur.

"cici" teriak nur. aku terkaget. aku toleh kebelakang.
"cici" panggilku makin terkaget.

Kumasukkan kontolku kedalam celana, semoga cici tak melihatnya. Nur menaikkan celananya dengan cepat.

"ayah sama tante ngapain" tanya cici.
"cici sejak kapan disitu" tanyaku,
"agak tadi" jawabnya, mati aku, batinku.

Aku hampiri cici, aku jelaskan sebisa mungkin.
"ayah bantu tante memotong sayur, agak keras, tante tak kuat. kan tangan tante kecil" jelasku sambil memegang tangan cici.
"kok tangan ayah lengket" cici curiga.
"ini getah sayuran kak, maaf lengket ya."
bohongku, jelas itu asi nur yang aku perah.

"ya sudah, ayah baik mau bantu tante" jawab cici sambil tersenyum.
"baik kan tante? " tanya cici ke nur.
"iya, baik ayah kakak nya" jawab nur dengan senyum yang aku tahu maksudnya. dia menertawakan kegagalanku menyemprotkan pejuk ke tubuhnya.
"ayah mandi gih, nanti kakak telat sekolah, tu bantu tante sampai berkeringat"
"iya kakak"

Akupun menuju kekamar dan mandi, kupandang nur, dia senyum seperti penuh kemenangan, sebuah senyum yang seolah berkata aku sudah sampai, kamu dapat kentang.
Padahal sedikit lagi aku sampai. Mamang rasanya.
Tapi aku tak bisa teruskan. Cici sudah nongkrong di dapur, dimeja makan tepatnya, menyantap roti bakar kesukaannya dengan segelas susu coklat.

Selesai berpakaian aku langsung antar cici sekolah, SD kelas 1 dia sekarang., SD paling faforit didaerahku. Anakku memang ointar, tidak susah masuk ke SD itu, ditambah canelku hingga ke kepala dinas pendidikan, memastikan jalannya tidak akan gagal, walau hanya sebagai rencana cadangan.

Urusan antar akulah yang menyelesaikan, sekalian berangkat kekantor. Tak sempat aku memanaskan mobil, biarlah, sekali sekali, segas dua gas jadilah sebagai pemanasan. Kupacu mobilku bersama anakku, mobil kecil bermerek seperti aliran musik. Sebenarnya ini adalah mobil mendiang istriku.
Setelah antar cici aku langsung kekantor, masih konak, ingin rasanya aku putar kepala, balik kerumah, aku perkosa nur, buat balasan senyumannya tadi.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd