Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kau jual, Aku beli. TAMAT [No Quote]

Status
Please reply by conversation.
Episode 5



Segera kuambil kunci pintu rumah nur, kubuka pintu belakang, pelan kuinjakkan kaki dirumah nur yang berlantai kayu, sesampai didepan kamar nur, kubuka sedikit, terlihat nur telah tertidur, didampingi caca yang juga tidur disebelahnya. rasa tak tega muncul dihati, mempengaruhi pikiran untuk mundur sejenak.

Sedikit kecewa menyelimuti, akupun kembali kerumah ku, kembali ke tempat aku menikmati tetanggaku yang sedang dipake sepupunya. rupanya permainan sudah selesai, sudah tidak ada siapa siapa disana, lampu telah dimatikan, pintu telah di tutup. ya sudah lah, aku tidur saja. sebelum tidur tentu aku memainkan vidio panas yang baru aku dapat, dan tertidur.

Paginya aku terbangun dengan suara nur masak di dapur. bergegas aku kekamar mandi, bersih bersih diri, lalu menghampiri nur.

"pagi nur"
"pagi mas"
"caca belum bangun ya"
"belum, semalam agak rewel"

"padahal aku ada cerita bagus tadi malam" sambil kupeluk nur dari belakang.
"jangan mas"
"kenapa"
"aku lagi dapet"
"yah, aku lagi pengen nur, tadi malam ada kejadian seru"
"kejadian apa mas"

"bu esti, dientot anaknya" ceritaku sambil kuremas susu nur.
"mosok, kok bisa"
"aku juga gak tau, habis itu dia main sama tono, sepupu pak yadi, kontolnya gede banget, lebih gede dari timun itu nur" ceritaku, kini kedua susu nur aku remas, tak ada penolakan maupun keberatan.
"gila bu esti, kok bisa si. tapi beneran segede itu mas, apa gak sakit, punya mas aja masih sakit kalo masuk kepunyaku."
"mungkin sudah biasa nur,”
"tapi serem ah, aku gak mau,"
"ya sudah, dimasukin punyaku aja"
"aku lagi dapet mas"
"berarti kalo lagi gak dapet mau dong"
nur tidak menjawab, dia hanya tertunduk, sepertinya malu, tapi senyum kecil itu terlihat.

"nur"
"iya mas"
"emutin punyaku, aku lagi pengen nur"
"duduklah dikursi"

aku pun duduk dikursi makan, nur mematikan kompor, lalu menghampiriku. dia berlurut didepanku, dibukanya celanaku, aku bantu dengan mengangkat pantatku. nur dengan sigap menangkap kontolku yang telah bangun, dikocoknya pelan dan lembut, dan dimasukkannya kemulut mungilnya.

"ohh.. enak nur" desahku.
nur tak menjawab, dioralnya terus kontolku. nur memang hebat, walau tak sehebat ranti.

"buka bajumu nur" perintahku,
"baju saja ya mas"
"sama bh" nur melepas kontolku, ditelanjanginya dirinya, hingga tak ada yang menutupi tubuh bagian atasnya.

kuangkat nur hingga dia berdiri, kuremas kedua susunya, kupelintir putingnya, dan ku susu keduanya bergantian.

"oh.. mas… pelan… putingnya bengkak.."

cukup lama aku mainkan susu nur, kini aku suruh nur berjongkok lagi, dia tahu kalo harus melanjutkan pekerjaannya, tanpa disuruh lagi, nur langsung memasukkan kontolku ke mulutnya, dinaik turunkan kepala itu. sungguh nikmat. tak lupa aku remas susu kecil nur yang baru saja disedot habis anaknya.

cukup lama nur mengoralku, dibantu kocokan lembut membuatku menikmati pagi ini dengan indah. kontolku sudah basah kuyup, bahkan telurnya pun tak luput dari emutan nur.
dan akhirnya aku keluar.. kutumpahkan semuanya di mulut nur, sengaja aku tahan kepalanya agak tidak kabur sebelum pejuku habis.
nur memuntahkan pejuhku di wastafel cucian piring, mukanya agak asam, seperti mau muntah.

"makasih ya nur" ku kecup keningnya.
"jangan di mukut mas, aku mual"
"nanti juga terbiasa, kalo sudah terbiasa nanti kamu telan juga"
"jangan mas"

lalu aku berlalu, aku mandi dan bersiap kekantor, nur melanjutkan masaknya.
sebelum berangkat, sambil sarapan, aku berpesan untuk siap siap pasang kb, tapi tidak hari ini, siap siap saja. dan nur mengiyakan.

sesampainya dikantor aku terkejut ketika membuka pintu ruanganku, fitri sudah duduk dikursiku sambil manyun, entah apa yang terjadi padanya.

"kenapa pagi pagi begini manyun fit"
"gara gara mas ni"
"kok bisa"
"ya bisa lah" jawab fitri sambil bangun dari kursi, menuju pintu, aku duduk dikursi yang tadi disusuki fitri.

fitri bukannya keluar, malah menutup pintu, menguncinya. lalu berjalan menujuku, dia duduk dipangkuanku. ku elus jilbabnya, "kenapa fit?" tanyaku.

"masih ingat yang aku bilang kemaren disini?" tanya fitri
"jaka?"
"iya"
"masih, kenapa"
"aku ngikutin saran mas"
"terus?" tanyaku

fitri tak menjawab, dia bangun, dipeluknya kepalaku, dibenamkannya didadanya, tak lama dia memelukku. ditatapnya wajahku, dan.. cuppp,dikecupnya bibirku, diciumnya, dilumatnya bibirku, aku balas ciumannya, ini adalah ciuman kedua kami, yang pertama adalah setelah fitri memberi tahu kalo dia jadian sama jaka.

cukup lama kami berciuman, fitri melepas bibirnya, dan terdiam, akupun terdiam, terkejut, entah apa yang terjadi pada fitri.

"mas"
"iya"
"aku sudah diperawani jaka"
"hah…. " aku terkejut sejadi jadinya,

fitri memelukku lagi, aku membalas pelukannya, dan dia menangis dipelukanku. pelukan semakin erat bersamaan dengan tangis fitri yang semakin kencang namun ditahan agar tidak meledak.

setelah menangis, dilepaskannya pelukannya, aku udap air mata fitri, dia masih sesenggukan.

"kok bisa fit"
"kan dah dibilang, ini gara gara mas anto"
aku mencoba mengingat apa yang aku lakukan, dan rupanya karena saranku yang aku berikan pada fitri kemarin.
"maaf fit, kamu menyesal?" fitri menggelengkan kepalanya. lalu menyandarkannya di dadaku.

"kemin itu ulang tahun jaka, dia minta hadiah badanku yang bawah, karena badanku yg atas sudah aku berikan dua tahun lalu. awalnya jaka cuma melihatnya, menyentuhnya, terus mengecupnya, menjilatinya, sampai dia juga ikutan telanjang. aku gak bisa nolak waktu dia letakkan penisnya di vaginaku, tapi aku gak mau diperawani. akhirnya jaka melakukannya juga, sakit, sedih. "

"yang penting jaka tidak berubah cintanya"
"dia jadi lebih perhatian sekarang" jawab fitri agak tersenyum
"bagus kan"
"iya si"

"mas tau enggak, kenapa selama ini aku bolehin mas pegang badanku?" tanya fitri
"kenapa?" tanyaku balik, aku benar benar tidak tahu.

fitri bangkit, senyumnya mekar kembali.
"sekarang tak ada lagi yang perlu aku tahan, semua sudah diambil jaka" perkataan fitri yang aku tak tahu artinya.
fitri kemudian membuka kancing bajunya, dilepasnya baju kemeja kerjanya, terlihatlah dada putih dan besar tertutup bh warna hitam. bekas cupang jaka menghiasi kedua payu daya fitri.
"lepaskan pengait dibelakang mas" pinta fitri, akupun melakukannya.

Kini fitri telah telanjang dada, kepalanya masih tertutup jilbab warna biru, badannya sedikit berisi, dadanya besar menggantung seperti pepaya, namun terlihat membulat padat berisi, putingnya coklat tua sebesar ujung tutup gelas, ini adalah kali pertama aku melihat dada fitri, kali pertama melihat fitri tanpa baju.

"mas, susu aku mas" pinta fitri.
akupun langsung memegang kedua susunya, aku remas keduanya, dan aku susu bergantian keduanya pula.

"pelan mas"
"ahh… geli.. pelan aja mas" desah fitri

Ketika aku sedang sibuk dengan dada fitri, dia juga sibuk mencari kontolku, dibukanya sabuk pinggangku, dan pengait celana, diturunkannya resleting, dan disibakkannya cd ku, kini kontolku telah berada ditangannya, diusapnya pelan dengan kedua tangannya.

fitri menarik dadanya dari mulutku, dia turun dari pangkuanku, lalu berjongkok didepanku, dikocoknya kontolku yang telah keras sempurna, dan hap… dimasukkannya ke mulut fitri.

"ah… enah fit…."
"e.e...e...ee..ee" kata fitri yang tersumbat kontol dan aku tidak tahu artinya.

cukup lama fitri menaik turunkan kepalanya untuk menikmati kontolku, juga memberi kenikmatan padaku. kuluman firi cukup terasa nikmat, tidak sekalipun tersentuh giginya, dia sudah terlatih.

lalu fitri menghentikan kulumannya, dilepaskannya kontolku dari belenggu mulut basah fitri. kontolku dikocoknya dengan satu tangan.

"enak mas"
"enak fit, kamu hebat"
"jaka selalu puas aku kasih ini"
"pantas dia puas, kamu jago"

fitri tersenyum, dia melepas kontolku dililitkannya jilbabnya kenleher dan berdiri.
aku terkejut, kerana ternyata fitri sudah telanjang bulat, rok dan cd nya sudah terlepas, vagina vitri terhimpit pahanya, namun jembutnya yang rimbun terlihat dengan jelas.

fitri naik kembali kepangkuanku, diciumnya bibirku, dilahapnya kembali seperti tadi. lalu tangan fitri meraih kontolku, diarahkannya ke vaginanya, ditempelkan tepat dilubang senggamanya, tapi tidak dimasukkan.

"jadi mas sudah tahu kenapa aku izinkan mas menyentuhku, dan sekarang aku berikan semua ini?" tanya fitri, aku menggelengkan kepalaku. tak mungkin aku menjawab karena sudah melakukannya sama jaka juga kan.

"karena aku cinta jaka, tapi aku cinta jaka karena mas anto yang menyarankan aku menerimanya. dan sebelum aku kenal jaka, mas anto lah yang aku cinta, sampai sekarang." jawab fitri sambil menurinkan pantatnya dan membenamkan kontolku ke vaginanya.

"jaka meminta vaginaku makanya aku kasih, tapi mas anto aku kasih vaginaku tanpa mas minta. kini semua badanku sudah dinikmati jaka, tak ada yang spesial lagi untuk aku tutupi darimu."

Aku masih mematung terkejut, fitri rupanya memendam rasa padaku, rasa bersalah timbul, karena memang aku yang jodohkan fitri dengan jaka. aku yang sarankan fitri kasih yang jaka mau.

"maafkan aku fit, aku tidak tahu"
"tak usah minta maaf mas, aku gak salahkan mas, mas juga tidak salah. sekarang aku cinta jaka, jaka juga cinta aku, ditambah akhirnya aku bisa berikan badanku ke kamu, itu sudah lebih dari bahagia bagiku." jawab fitri.

fitri lalu menaikkan badannya, lalu menurunkannya lagi,
"ahh… masih sakit mas, baru tadi malam aku diperawani jaka" aku hanya tersenyum.

fitri mulai menggoyangkan pantatnya, maju mundur.

"ah… mas…. "
"enak fit…"
"iya mas.. habis ini aku mau sama jaka lagi kayak gini"
"masih mau ya"
"jaka yang minta mas, nanti malam"
"puasin dia fit"
"pasti mas…. ahh… enak…. tapi masih agak sakit"

"mass…" panggil fitri sambil menyodorkan susunya, akupun sedot susu besar fitri.

permainan fitri tak lama, dia mengejang, orgasme diatas pangkuanku. kemudian fitri turun, mengelap vaginanya dengan tisu, tak lupa penisku dia bersihkan juga. lalu disedotnya kembali.

"ahh… terus fit"
"pake mulut aja ya mas, punyaku masih agak perih, tapi enak kok" pinta fitri sambil mengocok pelan, aku iya kan saja sambil meremas susu fitri yang besar dan lembut.

Sepuluh menit aku menikmati servis oral fitri, dan aku keluar juga di mulut centilnya.

"kok cuma dikit mas" tanya fitri sambil menelan pejuhku.
"kamu telan fit?" tanyaku kaget
"iya, dah biasa aku telan punya jaka, hayo kok cuma dikit, dah keluar dimana tadi.. ?" ledek fitri.
"mau tau aja kamu ni"
"biarin" jawab fitri sambil memakai seluruh bajunya, diberesinya jilbabnya, dan kembali seperti biasanya.

"jangan ngecrot sembarangan mas, bahaya, nanti sakit"
"iya, nanti aku cari kamu aja"
"ogah, mau sama jaka saja saya, ini itung itung pembalasan buat jaka, siapa suruh berani perawani aku."
"ya deh" jawabku sekenanya.

lalu fitri mengecup bibirku dan keluar dari ruangan.

Tak berselang lama, dari fitri keluar dari ruanganku, ranti datang dengan wajah penuh senyum, dilihatnya aku seperti ada tulisan diwajahku, diletakkannya setumpuk berkas di meja, namun tatapannya tetap tak lepas dariku.

"habis ngapain mas"
"biasa"
"mosok fitri juga kamu embat mas"
"enggak kok"
"jangan boong, aku tau"
"gak diembat, cuma di nikmati"
"is, dasar cowok"
"enak ran"
"enak lah, barang baru"
"yang lama juga masih enak"
"mau ya"
"capek"
"jangan jangan sudah sama mbak nur juga tadi"
"enggak kok, cuma main sedikit aja"
"is, dasar cowok"

lalu ranti keluar meninggalkanku sendiri beserta segunung berkas yang harus aku teliti.

==

Malam harinya,
malam ini adalah malam sabtu, besok aku libur kerja. malam adalah waktu untukku menemani anakku cici, cici sedang mengerjakan pr nya sambil duduk dipangkuanku, aku sendiri sedang menonton tv, acara yang agak membosankan, sesekali cici bertanya mengenai pr nya.

disampingku ada nur dan caca, nur berbaring terlentang disebelah kiriku, tangan kirinya menjadi bantal caca yang sedang sibuk memainkan mainannya, mainan yang dibeli dari mamang keliling tadi siang.

aku duduk bersandar tembok, cici mengerjakan pr menggunakan meja lantai, seperti meja komputer anak kos, tapi lebih ringan dan lebar. cici menghadap ke kananku, jadi memunggungi nur.

siaran tv cukup membosankan, aku biarkan nur memilih acaranya, sinetron yang tak masuk akal, dasar emak-emak batinku. sebenarnya nur bisa nonton dirumahnya, tapi aku suruh gabung biar seperti keluarga, ini untuk cici dan caca.

dan aku bisa usilin nur, karena dari tadi, tanganku sibuk meremas susu nur, aku masukkan tanganku melalui celah kerah leher, nur diam saja, seolah tidak ada sesuatu di putingnya, dia tetap menonton, walau sesekali mendesah ringan.

malam ini susu nur masih penuh, jatah caca sebelum tidur belum diambil. susu keras, membuat aku harus lebih lunak meremasnya, putingnya basah, asi nya merembes keluar, baju nur sedikit basah.

Setengah sembilan malam, pr cici selesai, selesai juga kenakalanku di dada nur, karena kini cici berpindah kesamping caca, main berdua selayaknya bocah kecil kakak beradik, aku dan nur melihatnya dengan senang, kelucuan kelucuan mereka membuat rumah ini kembali dipenuhi tawa.

cici sangat menyukai caca, begitu pula caca.

Tepat jam sembilan, seperti biasa waktunya cici tidur, tanpa harus diingatkan, cici langsung menuju kamar mandi untuk gosok gigi, pipis, cuci muka tangan dan kaki. kemudian kembali untuk cium pipiku, nur dan caca. lalu mesuk kekamarnya bersamaku. berbagai doa kami panjatkan bersama, hingga aku matikan lampu dan menutup pintu kamar cici. aku kembali ke depan tv. disana nur sedang siap siap berpindah.

"mau kemana?" tanyaku
"mau nidurkan caca"
"dikamar belakang saja"
"iya"

lalu nur membopong caca yang sudah tinggal 10watt, dibawanya ke kamar caca dirumahku. aku matikan tv dan mengikuti nur.

"mas mau ngapain?" tanya nur sambil memposisikan caca, tangannya berhenti ketika mau mengeluarkan susu
"ikut nyusu" jawabku
"gak boleh"
"susuin lah"
"jangan disitu, aku malu"
"kayak belum pernah aku sedot aja"

lalu nur dengan canggung mengeluarkan susunya, kaosnya dinaikkan, sehingga sebagian perut nur terlihat.
aku masuk kekamar, kututup pintu, aku berbaring dibelakang nur, aku peluk nur, kunaikkan kaosnya hingga kedua susunya keluar. nur tidak pakai bh kalo belum nyusui, sakit katanya, mungkin bh nya kekecilan.

nur berbaring miring menghadap caca yang sedang menyusu dada bawah nur, sedang dada atasnya aku elus perlahan, aku elus tanpa meremasnya, susu kecil itu tak luput dari elusanku, perut nur juga mendapat giliran setelahnya.

"jangan mas, nanti caca lihat" bisik nur
"merem dia"
"nakal banget si mas ni, tadi pagi kurang ya"
"mau lagi nur"
"gak ah, mual seharian aku mas"
"kok bisa"
"aku gak pernah keluar dimulut, apalagi tadi pagi ada yang ketelan"
"rasanya gimana nur?"
"hoek" nur seperti mual kembali

kuambil tangan nur yang diatas, kuarahkan kontolku yang telah tegang. susu nur yang keras, dengan puting besar minta disedot memang sangat menggairahkan.
nur tau maksudku, dielusnya pelan kontolku, seperti aku mengelus susunya.

"enak nur"
"ahhh.. iya masss… "

elusnaku turun, aku mencoba masuk kedalam celananya, tapi ditahan nur, masih merah dia bilang. terpaksa aku kembali keatas, bermain dengan perut dan susu nur.

"mas, gantian, aku mau kasih susu yang satunya ke caca" bisik nur sambil sedikit mendesah.

kulepas tanganku, nur juga melepas kontolku, nur bangkit dan berpindah ke sisi sebelah caca, kini caca berada diantara kami.

"masukin tu mas, nanti caca lihat" bisik nur sambil nunjuk segan kontolku yang tegak seperti menara, aku hanya tersenyum.

nur memberikan susu yang tadi aku elus, caca menikmatinya, dan aku juga menikmati pemandangan ini.
tanpa diminta nur meraih kontolku, dikocoknya perlahan, kini lebih leluasa dia. aku remas susu nur yang telah habis isinya, kempes ditangan, putingnya hampir dua kali lipat sebelum disedot.

kumajukan badanku, kusedot susu kosong nur, nur makin mendesah, makin kuat kocokannya.

"pelan mas, sakit, masih bengkak habis disusu caca" pinta nur sambil mendesah ringan.

kupelankan sedotanku, sedikit aku merasa air susu di lidahku, seperti santan murni, tak ada nikmat nikmatnya, untuk keluar dari payudara, jadi masih ada sensasinya.

aku tak tahan lagi, aku bangun dari tempatku menuju keatas kepala nur, ku arahkan kontolku tepat di depan mulutnya, nur tau apa yang harus dilakukan, tapi dia ragu. wajah nur masih mengisyaratkan mual tadi pagi.

"ayo nur" perintahku pelan

dengan berat nur membuka mulutnya, dimajukannya binirnya meraih kepala kontolku, dikecupnya, duputarkannya lidahnya, diusapkannya diseluruh kepala kontolku. lubang keluarnya pejuh juga dia sodok sodong dengan ujung lidah.

"ahhh… enak nur… pintar sekali kamu"

kucoba memasukkan kontolku, nur agak terkejut, kini mulut kecilnya penuh dengan kontolku, disedotnya pelan, tangannya menahan pahaku agak tidak masuk lebih dalam lagi.
kutarik komtolku setengah, dan ku masukkan lagi perlahan, nur mengimbanginya dengan sedotan dan usapan lidah gesitnya.

"terus nur, ahh…. "
tak terasa air liur nur menetes, hampir mengenai embun embun caca, banyak sekali.
semakin lama semakin cepat genjotanku di mulut nur, nur makin cepat pula mengimbanginya, semakin banyak pula lur nur yang menetes.

"aku mau keluar nur"
wajah nur mengkerut, dia menggeleng, aku tak peduli, aku mau keluar didalam.

"telan semua nur… ah…"

nur makin mengerutkan wajahnya, mulutnya tak bergerak sedikitpun, matanya terpejam menunggu semburan pejuhku. ku benamkan kontolku sedalam dalamnya, aku merasa kepalanya diujung kerongkongan nur.

"ah.. aku keluar nur… telan semua nur… ahhh… enakk…."
pejuhku yang tak seberapa banyak menyembur keluar, nur memukul pahaku berkali kali, terasa dia sedang menelan pejuh. selesai semburanku, selesai juga pukulan nur, padahal aku tidak memegang kepalanya, tapi nur tidak melepas kontolku.

kutarik kontolku, nur seperti orang pingsan, namun nafasnya memburu, sesekali ditutupnya mulutnya dengan tangannya agar tidak muntah. dilepaskannya sedotan susuan anaknya, diturunkannya bajunya menutupi dada dan perutnya.

"makasih nur, kamu hebat"
aku kecup kening nur, dan memakai celanaku kembali.

nur mulai sesenggukan, sedikit menangis aku lihat, biarlah.

"mas" panggilnya sedikit memelas,
"ya" jawabku sekenanya,

nur duduk, membenahi bajunya.

"aku jadi seperti ini bukan mauku, aku bukan menjual diriku, aku tetap disini karena caca, bukan karena aku atau kamu. aku tau posisiku, aku masih mau tetap sama caca. tapi tolong, gauli aku dengan baik. nikmati aku tanpa menyakiti aku." pinta nur dengan beruraian air mata.

Aku tatap nur, kasihan memang, tapi nikmat untuk dinikmati. Akupun berlalu, kutinggalkan nur dengan sebuah senyuman.

==

Pagi harinya, hari sabtu, aku libur, tapi tidak dengan cici. selesai sarapan aku antar cici. aku belum melihat nur sepagian namun dia telah selesai masak sarapan, sedang caca masih tidur dikamarnya.
Selesai sarapan aku antar cici kesekolah, tak jauh, mungkin hanya 10 menit tak sampai, 15 menit bolak balik. sesampainya dirumah nur sudah ada didapur, sedang membersihkan sayuran.

"maaf mas, tadi kepasar sebentar" nur membuka pembicaraan.
"iya, gak papa, caca belum bangun?"
"belum"

aku dekati nur, aku peluk dia dari belakang.

"masss…"
"tak apa"

nur melanjutkan membersihkan sayur, sedang aku masih memeluknya. tanganku kueratkan diperutnya, tepat dibawah susunya. cukup lama kita berdiam dengan aktifitas masing masing, hingga caca terbangun dan menangis. aku suruh nur melanjutkan kerjaannya, sedang aku lebih memilih bermain dengan caca.

selesai membereskan sayur dan lauk mentah, nur datang menghampiriku, diucapnya terima kasih kepadaku, aku hanya tersenyum dan melanjutkan bermain. nur kembali kerumahnya, rumah sebelah.

Siangnya, teman lamaku datang setelah kuundang, teman sekolah sma dulu, sekarang dia menjadi pejabat di sebuah puskesmas. teman ini seorang bidan muda, dia aku undang untuk memasang pengaman ke nur, dan nur mau dengan tanpa kendala. teman ini juga yang memasang pada istriku dulu setelah melahirkan cici, dia tahu kenakalanku, jadi tidak heran atas permintaanku.


==

malamnya, semua sudah terlelap, caca dan nur tidur dirumahnya, sepertinya dia lupa mematikan lampu kamar, walau tidak terang namun terlihat dari luar. cici sudah tidur sedari tadi.

malam ini aku duduk sendiri dibalkon lantai dua, ditempat biasa aku duduk ketika menyendiri memandangi langit sambil menikmati segelas kopi.

"klunting" suara hp ku, tanda sebuah pesan masuk.
kubuka pesan itu, dari fitri.

"mas"
"iya, ada apa"

fitri pun membalas dengan mengirim sebuah foto, foto mantap. foto dirinya telanjang bulat, tengah memeluk dan menindih jaka yang telanjang juga. terlihat susu fitri terhimpit dada jaka yang nampaknya telah tertidur.

"waw" balasku terkejut
"jaka kalah mas, dasar perjaka pemula, :p " balasnya
"puas gak?" tanyaku
"aku puas, tapi masih mau"
"ya udah sini"
"ogah, nunggu punya jaka bangun saja"

lalu fitri mengirim sebuah foto lagi, foto dirinya berbaring terlentang diatas dada jaka, tangannya menyilang menutupi putingnya, susunya yang besar tak dapat ia tutupi semua. sedang tangan satunya memegang hp untuk selfi.

seketika kontolku terbangun, kurang ajar fitri ni, aku jadi pengen.

"aku jadi pengen fit" balasku
"sukurin," ejek fitri sambil mengirim satu foto lagi,
kini foto yang dikirim foto memek fitri ketika disumpali kontol jaka, paha fitri putih terlihat jelas, namun selangkangannya agak menghitam. kontol jaka tak terlihat sama sekali, tapi siapapun yang melihat pasti tau kalo kontolnya sedang sembunyi didalam memek.

"itu kemarin tusukan yang bikin perawanku ilang"
"sakit fit?" tanyaku sok tak tau
"sakit banget, berdarah tapi gak banyak"
"kalo yang barusan?" tanyaku lagi
"udah gak sesakit waktu sama mas, sudah bisa menikmati aku, cuma jaka belum bisa lama, aku masih mau lagi dianya dah keok"
"kasihan, nanti aku tambahi"
"gak mau"

"punya jaka gede ya fit?"
"rahasia, :p "
"ye…"

"kayaknya jaka gak bangun lagi sampe pagi, aku tidur juga ya, besok pagi aku masih mau minta jatah ke jaka" pinta fitri
"cie yang sudah tau enak"
"iya lah, enak banget"
"nginep dimana fit?"
"dihotel"
"bulan madu ni"
"iya dong"

lalu fitri mengirim foto terakhirnya malam ini, foto dia memeluk jaka, jaka juga memeluk fitri tanpa sadar, kini susu dan puting fitri terlihat jelas, banyak sekali cupangan dikeduanya, fitri tersenyum disamping muka jaka yang damai dalam lelap, dijururkannya lidahnya, seakan mengejekku yang hanya bisa melihat foto tanpa bisa menikmati tubuhnya.
fitri cukup jauh mengambil sudut foto, pahanya hingga terlihat, kontol jaka yang layu sedikit masuk dalam hasil foto, sedang pantat semok fitri cukup mendominasi penampakan bagian bawah.

"bobok dulu ya, muach" tambah fitri
"ok" balasku, dan percakapan pesan selesai malam ini.

Hampir jam 11 malam, kantuk belum datang, padahal sudah ditungguin sambil ngopi.
hingga terdengar suara seperti langkah orang didepan rumah, siapa malam-malam begini, batinku, maling, rampok, tukang ronda?"
segera aku intip keadaan depan rumah dari balkon tempatku bersantai. rupanya ada seseorang sedang mengintip cendela rumah nur. cukup remang, aku belum bisa menerka siapa dia, tapi dia seorang lelaki yang cukup tinggi dan agak besar.
orang ini mengintip tepat dicendela tempat nur tidur, padahal aku sudah suruh nur pindah kerumahku, namun kadang-kadang dia kembali tidur dirumahnya beserta caca.

apakah maling? aku perhatikan orang itu, dia tidak membawa peralatan apapun, yanya sebuah senter tergantung di tangan kirinya, sedang tangan kananya tak terlihat, cukup lama dia melihat isi kamar nur melalui celah gorden yang tidak sempurna ditutupnya, dan tiba-tiba gerakan kecil namun konstan dia lakukan.
dia ngocok. gila, bukan maling bukan rampok, tukang intip rupanya, apa nur sedang nyusui caca sampai tertidur sehingga susunya lupa dimasuklan, atau nur tidur telanjang, sampai bisa dijadikan bahan onani. tal lama dia ngocok, dia buka pengait celana celana jins, diturunkan resletingnya, dan dikeluarkannya kontolnya, sungguh pemandangan yang menjijikkan. tapi kontol itu seperti aku kenal. ya itu kontol tono, kontol torpedo yang besarnya minta ampun. tono pun kembali mengocoknya dengan gesit.

"oe tono" teriak ku
tono terkaget, dia buru buru memasukkan kontolnya sambil lagi menjauhi dinding menuju jalan.
"ngapain kau?"
"tidak bos, lagi ronda" jawabnya membuat aibi
"tunggu disitu" perintahku, akupun turun dan keluar menemui tono dengan membawa dua buah minuman kaleng dari kulkas.

"ngapain kamu?" tanyaku ulang sambil meletakkan dua kaleng tadi ke meja yang ada diteras.
"ronda bos" jawab tono agak bingung
"sini duduk" suruhku, sedang aku menuju ke tempat tono mengintip nur.

tono pun duduk dikursi terasku, aku lihat intipan tono, terlihat nur sedang tidur miting membelakangiku, hanya sedikit pahanya yang tersingkap, bajunya tidak terbuka sedikitpun, bahkan wajahnya tak terlihat, caca tidur disamping nur. akupun kembali dan duduk dikursi berlawanan dengan tono.

"apa yang kamu intip"
"tak ada bos"
"sudah lah, kayak sama siapa aja"
"tak ada bos, dia membelakangiku"
"oh, pernah dapat ya"
"belum bos"
"jujur saja" kejar ku
"benera bos"
"paling beruntung dapat apa emang"
"pernah sekali lihat pahanya, gak sampai memknya"
"kalo susunya penah gak?"
"gak pernah bos, bajunya nutupin terus"
"oh, kurang beruntung berarti"
"iya, tapi beneran aman kan bos?" tanya tono takut
"aman, tapi jangan ganggu nur lagi ya, dia kerja sama aku sekarang"
"siap bos, makasih bos"

"eh, aku mau tanya ni"
"apa itu bos"

"punyamu kok bisa segede itu, memang dari lahir ya?"
"enggak bos, aku dikerjai kawan"
"kok bisa?" tanyaku penasaran.

"aku sehabis lulus sma kan pergi ke kalimantan sama paman, kerja disana jadi kuli, sama kawan kawan dikasih ramuan biar keras sama kuat kalo sama cewek katanya, aku dikasih tumbukan rempah sama dedaunan, tak tau juga apa isinya, aku disuruh rendam sedikit diair panas, terus kalo sudah hangat itu ku disuruh rendam di air tadi, tiap malam sebelum tidur, eh, setelah seminggu jadi bengkak, sakit, dulu bengkaknya gede banget, habis kempes, itu nya masih tetep gede, keras memang, tapi malah jadi nyusain" cerita tono, aku mengangguk saja.

"kok nyusain, kan bangga harusnya, jadi segede itu"
"enggak lah, habis nikah istriku nangis lihat itu, padahal belum diapa apain, malam pertama dia nangis kesakitan, akunya belum puas, gak mau masuk, padahal istriku tu dah tidak perawan waktu aku nikahi, tapi memang dia belum pernah lihat punyaku. makanya sebulan nikah dia minta cerai, gak sanggup dimasuki punyaku, sampai cerai aku belum pernah masuk sampai mentok malahan."

"jadi begitu ceritanya, sudah juga, tapi bu esti biasa aja tu" cercaku

"hah, kok mbak esti bos"
"walah, sudah lah, aku tau kok, aman sama aku"
"hihihi", tono ketawa kecil penuh ketakutan,
"malah merenges, gimana ceritanya kamu bisa dapat bu esti ?"
"itu cerita lama bos, tapi beneran aman kan, nanti kalo mau boleh aku tawarkan ke esti" rayu tono, kini dia berani panggil bu esti tanpa mbak.
"itu nanti lah"
"esti tu dulu pacarku waktu sma, kita pacaran dari sebelum lulus smp, sampai lulus sma, lima tahun lebih lah, sampai waktu aku di kalimantan aku dengar esti dijodohin sama mas yadi, gak tau kenapa, tapi esti mau saja. lalu dua tahun kemudian aku menikah dan cerai di kalimantan. setelah aku balik dari kalimantan, esti sudah punya anak, sudah sd malah, mas yadi sudah sering keluar kota. dari situ esti sering curhat ke aku, kalo suaminya hampir gak pernah ada dirumah, bahkan yakin kalo disana dia punya simpanan. kelamaan rasa waktu pacaran tumbuh lagi, tiap hari aku kerumah esti, kita seperti pacaran lagi" cerita tono.


"sampai suatu ketika……

"mas tono" panggil esti, yang sedang aku dekap dalam pelukanku, kita duduk berdua diruang tamu tumah esti.
"iya dek"
"aku lagi pengen"
"pengem apa?"
"pengen kamu gantikan mas yadi malam ini"
"hah?"
"maaf ya mas, aku terpaksa mau dinikahkan sama mas yadi, padahal aku cintanya sama kamu"
"gak papa, semua sudah terjadi"
"kamu percaya kan"
"iya"

lalu esti membuka bajunya didepanku, esti tidak lagi memakai bh, ini pertama kalinya aku melihat susu esti setelah dia menikah, dulu waktu pacaran sama aku, susu itu menjadi mainanku setiap apel.

"maaf ya mas, kesukaanmu sudah tak seperti dulu" pinta esti sambil mengelus susunya yang telah mulai turun.
"aku mengerti kok dek, kamu kan sudah punya anak"
"tapi ini kesukaanmu dulu, sekarang milikmu lagi" ucap esti sambil menyodorkannya kemulutku

aku remas susu esti yang tak seberapa, namun lebih besar ketimbang dulu, mungkin karena lebih berumur dan sudah beranak. selama pacaran kedua ini, kita cuma pegangan tangan, berpelukan, dan beberapa kali ciuman, aku tidak meminta apapun karena tahu dia sedang terikat janji dengan mas yadi.
susu esti aku kulum, aku sedot, rasanya masih seperti yang aku ingat dulu, hanya sedikit lebih besar, lebih lembek, dan putingnya lebih gede.
dengan rakus aku mainkan susu itu, sembari bernostalgia masa lalu.

"pelan mas, " desah esti, akupun memelankan sedotanku, dan berpindah dari satu susu ke datunya lagi.

cukup lama aku memainkan keduanya, hingga aku melepasnya, nafasku memburu, begitu juga esti.

"kamu buas banget mas, aku mau dong diterkam" goda esti, aku makin mau menerkamnya.
esti menciumku, ciuman rakus, penuh birahi.

lalu esti bangkit dari duduknya, dia berdiri disepanku, memamerkan badanya yang kecil, seperti tidak ada perubahan semenjak tidak bersamaku.
lalu dia melepas celananya, dia tidak memakai cd, tangannya menutupi vaginanya, hingga esti tenjang bulat, vaginyanya tertutup kedua telapak tangan. waktu pacaran dulu aku pernah bermain dengan vaginanya, hanya belum pernah masuk, entah mas yadi atau siapa yang ambil perawan esti, aku juga tidak pernah bertanya.

"maaf ya mas, kalo aku tau bakal begini, aku bakalan kasih kamu perawanku dulu, walaupun aku nikah sama orang lain, paling tidak perawanku untuk yang aku cintai"
"iya, tidak apa apa dek, jangan disesali" jawabku, disambut senyum esti
"sebagai ucapan maafku, aku siap layani kamu mas kapanpun kamu mau, asal mas yadi gak ada" ucap esti sambil membuka tangannya, memperlihatkan seluruh tubuh telanjangnya.

aku cuma bisa menelan ludah, hampir tidak ada perubahan, badannya masih seperti waktu sma, hanya bekas hamil sedikit menodai perut esti.

"aku kok jadi malu mas" rengek esti manja sambil menerjangku, memelukku.
kita berciuman lagi, aku remas pantat tepos esti, tepos tapi terasa padat.

esti dengan sigap membuka bajuku, kaos ku, dan terhenti ketika membuka celana jins ku. esti seperti melihat hantu, ketika matanya tertuju pada gundukan didalam cd ku. perlahan dia keluarkan, matanya terbelalak, entah apa yang dipikirkannya.

"mas, kok jadi gede banget, dulu gak segini"
"kalo kamu tidak sanggup, aku gak papa kok dek"
"gak papa mas, ini kan hadiahku untukmu"

lalu esti mulai mengoralku, hanya kepalanya saja yang masuk, padahal dulu dia bisa memasukkan semuanya kedamam mulutnya.

"oh, neka dek"
"maaf mas tidak bisa masuk semua" ucap esti sambil mengocok kontolku dengan kedua tangannya

lalu esti mencopot celana dan cd ku, sehingga kita berdua telanjang bulat. esti kembali mengoralku, aku terlentang di kursi sofa panjang. esti naik keatas tubuhku, diarahkannya memeknua ke mulutku.

"ingat gak dek, kita dulu sering begini"
"iya mas, aku selalu puas dulu"
"aku juga" jawabku sambil memulai menjilati memek esti

"ahh, enak mas, kamu memang pintar mainin itu"
"kamu juga, memekmu masih sama rasanya"
"mosok si mas, sudah bekas orang mas.." kata esti sambil meracau
"kan orang tu bekasku juga"
"ah,... iya mas… enak… terus…." esti mendesah kuat

cukup lama kita dalam posisi ini, esti makin banyak mengeluarkan cairan, sedang usahanya memasukkan kontolku ke mulutnya hanya sebatas kepala saja yang bisa.

"terus mas,... kacangku mas… aku hampir sampai…" racau esti
"ahhh….. mas…. aku….. enakkkkk…" esti menegang, dia sampai ke puncaknya.

tak lama esti menjatuhkan badannya, digenggam nyankontolku sebagai pegangan, nawasnya memburu. lalu dia bangun, dan berpindah, ditatapnya wajahku, dia tersenyum, akupun juga.
esti menciumku, kami berciuman, lidah kami beradu.

"makasih mas, enak banget, sudah mala aku gak diginiin"
"kok bisa lama"
"mas yadi tidak mau jilatin memekku, tapi nyuduh diemut terus. padahal baru diemut sebentar sudah ngecrot"
"ya sudah, nanti aku kasih lagi"
"aku mau" esti mengecup keningku

lalu esti duduk di perutku, dimundurkannya pantatnya diraihnya kontolku, diarahknnya ke vaginanya. terlihat ragu di wajahnya.

"jangan dipaksa dek, mungkin gak muat"
"gak papa mas, ini untukmu"
"nanti robek punyamu"
"anggap saja perawan kedua ku mas"

lalu esti mulai menurunkan pantatnya, mukanya mengkerut, pasti sakit. usahanya dimulai, dimaju mundurkannya pantatnya, digoyang vaginanya, tapi belum juga masuk.
"ah.. gila punya mu mas, kok bisa segede ini"
goyangan esti makin memutar, sedikit demi sedikit kontol masuk ke vaginanya, darah segar mengalir, vaginanya robek.

"ah… sakit kayak melahirkan mas"
"sudahlah dek"
"gak papa mas, diperawani tanpa cinta lebih sakit lagi" bela esti

cukup lama esti berusaha, baru sepertiga kontol yang masuk, esti kehabisan tenaga, dia ambrik diatasku, air matanya berlinang. aku usap air matanya, aku kecup keningnya.

"mas dibawah aja ya"
"jangan dipaksa dek,"
"pokoknya mas harus ngecrot di memekku"
"ya sudah"
"dikamar saja yuk mas"

lalu kita berganti menuju kamar esti dan yadi, esti terlentang, membuka vaginanya selebar mungkin, vaginany penuh noda darah, kontolku juga.

perlahan kumasukkan kontolku, sulit memang,

"ah… pelan saja mas"

dengan pelan aku masukkan lagi, memang hanya sebatas usaha esti tadi, aku merasa itu sudah batasnya, aku tak mau menyakitinya lagi. mulai kugenjot memeknya kutarik dan dorong kontolku, nikmat sekali, kalo sama mntan istri dulu aku bisa masuk hampir semua, tapi itu seperti penyiksaan saja. kali ini lebih santai dan lebih bisa diblnikmati.

"pelan mas, sakit, tapi jangan berhenti"
akupin memelankan genjotanku, tusuk demi tusuk aku hayati dan nikmati.

"ahh.. mas… penuh banget mas… " esti mulai meracau, nafasnya mulai habis
"susu aku mas… " pintanya, akupun menggenjotnya sambil menyusu di kedua dadanya bergantian

"aku mau keluar dek…"
"keluarin didalam mas… "
"iya dek….. ah… mas…… keluar…."
aku tumpahkan pejuhku kedalam memek esti, banyak banget, sampai tidak muat memek estin menampungnya.

"enak dek, makasi ya.." sambil kukecup kening esti
"iya mas, sama sama, aku bahagia" jawab esti sambil tersenyum.

aku lihat vagina esti, banyak darah mengalir bersama pejuhku, tak terasa, setengah kontolku masuk ke memeknya. akupun mencabutnya, disertai pekikan esti, perih katanya. vaginanya menganga, darah dimana mana.
akupun berbaring disamping esti, dia berbalik, menindihku, memelukku, dan menangis diatas dadaku. kuusap air matanya, dan kuusap juga rambutnya

"sakit banget mas, tapi aku bahagia" ucap esti
"maaf dek, tapi mas juga bahagia." jawabku

malam ini aku tidur diranjang esti, sambil dia peluk sampai pagi. kata esti anaknya gak pulang, dia main dirumah temennya, mungkin siang baru pulang. azan subuh membangunkanku, aku membersihkan diri, dan pulang. esti menghantarku sambil sempoyongan.

==

"begitu bos ceritanya" ucap tono menutup cerita
"baru tau aku. repot juga ya kalo kegedean"
"iya bos"

"kalo hubungan bu esti sama anaknya, kamu tau?" tantaku
"tau lah"
"kok bisa ton?"
"jadi dia tu pernah mergokin aku sama esti lagi ngentot, dia minta dikasih jatah juga buat nutup mukut ke mas yadi."
"oh, panteslah, bu esti mau"
"iya, kasihan esti, harus rela dientot anaknya"
"mana gak puas lagi" tambahku
"nah itu, kalo dientotnya sekaramg esti dah tidak keberatan, dah biasa, tapi tak puasnya itu yang bikin kecewa."

"eh, selain nur kamu pernah ngintip siapa lagi?"
"ah bos ni"
"ada yang asik enggak?"
"pernah si bos, bini polisi depan tu, tidurnya tak berbaju, habis main langsung tidur dia. masih telanjang berdua" cerita tono penuh semangat
"ada vidionya gak?"
"ah, aku gak kepikiran, lain kali aku bikin kalo ada yang asik"
"mantap"

selesai ngobrol tono pamit pulang, dia harus jaga ronda malam ini. tono berjanji tidak akan ngintip nur lagi.

"jadi, bos gak mau icip esti kan?"
"dia kan kekasihmu, mosok mau aku ganggu"
"aku si gak papa kalo bos yang make"
"gak ah, simpan aja, aku cuma penadaran gimana anaknya ilang perjaka sama dia aja si, apalagi kalo bu esti yang cerita"
"bisa diatur tu, nanti aku kabari"
"gila kau ton,"
"itung itung nitip cerita bis, biar makin aman"
"kayak gak percaya aja sama aku"
"percaya bos, makanya mau dikasih ucaan terima kasih"
"gila kau ton"
"hahahah" tono pun berlalu dijalan dalam remangnya kegelapan.







.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd