Lama tidak bertemu, banyak hal yang terasa hilang tapi sebenarnya masih ada. Entah, semua terkadang harus tiba pada sebuah kehampaan, tetapi apa yang dibilang salah satu sahabatku, kosong dan hampa adalah bagian dari keterisian. Hanya bagian itu masih saja susah aku mengerti.
Ya, rasa hirupan kopi pertama yang selalu aku rindukan, seandainya saja setiap tegukan kopi seperti tegukan pertama, begitu nikmat rasanya, kau juga pernah merasakannya khan?
Aku tak mengenal jenis-jenis kopi, hanya aku menyukainya sebagian, bukan pemilih, tapi memang rasa jauh untuk diperdebatkan, timbul begitu saja lalu pergi juga begitu saja dan selalu nikmat pada hirupan pertama.
Aku pikir banyak yang berubah, atau aku yang telat menyadarinya? Kurasa tidak, memang banyak yang berubah, babak baru, cerita baru, cerita kita yang lain. Kau tahu, kopi masih terasa begitu nikmat pada hirupan pertama.
Kupikir hidup di dunia ini simpel, lahir.. besar.. lalu meninggal.. tetapi lebih rumit dari semua kesimpelan itu.
Setiap meneguk kopi di cangkir, aku selalu mencoba mengeja filosofis kehidupan dalam kopi, berharap jadi plato atau seenggaknya beberapa sahabatku yang menemukannya, tetapi semakin kucari aku semakin menemukan kebodohanku, ya aku selalu berpikir kopi dan hidup tak pernah punya filosofis apapun. Jangan tertawa sahabat, karena aku telah banyak mengerutkan dahi untuk itu semua, bahkan sampai tegukan yang paling akhir, aku tak juga menemukan apa-apa, sebatas semakin terbiasa dengan pahitnya minuman yang aku reguk, Hmm.. memang kalo tidak pahit, kopi nggak enak khan?
Aku bahagia, bahagia dengan liku hidup yang aku jalani, ada saatnya teriring mengayuh langkah dan menghirup kopi bersama, ada pula ketika aku masygul dalam kopiku dan engkau larut dalam teh yang lebih kau pilih, tetapi aku bahagia, kau juga? Ya memang, terkadang selisih jalan harus kita tempuh, bukankah karenanya hidup kita penuh warna?
Aku menyebutnya kopi, seperti kebanyakan orang memanggilnya, kadang aku dan kau menyukainya, terkadang aku suka dan kau memilih minuman yang lain, tetapi cangkirku masih bisa kau reguk, sesukamu. Jika kopi ini habis, biar kuseduh kopi yang kucadangkan di belakang, tetapi aku ingin duduk kita masih sejajar, cangkir kita masih berbagi, aromanya masih kita hirup bersama seperti apapun babak baru yang kita temui.