Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri

hmmm baru saja selesai part 65, part yang bikin semua berubah, besok malam rilis di prem, thanks, untuk part 60 juga akan rilis besok malam di semprot, thank atas atensi dan dukungannya
 
Kelar juga marathon bacanya .. keren hu alur nya dilanjut hu
 
hmmm baru saja selesai part 65, part yang bikin semua berubah, besok malam rilis di prem, thanks, untuk part 60 juga akan rilis besok malam di semprot, thank atas atensi dan dukungannya
mnunggu part 60...mnunggu kegelisahan hati maya...apakah akan kasihan ke adam atau mengejar kenikmatan bersama anto...semangat suhu
 
Bab 3


Sampai di rumah, aku menyalakan lampu depan, aku berniat untuk langsung mandi dan mencoba Lingerie yang kubeli tadi, suara seseorang terdengar memanggilku, aku kembali membuka pintu depan dan kulihat Bu Arif tetangga sebelah rumah, aku menghampiri beliau.

“Bu Arif, ada apa bu?” Tanyaku, rumah kompleks kami tidak memiliki pagar.

“Ini mbak maya, tadi ada kurir ngantar ini, dititipkan ke saya.” Jawabnya sambil menyerahkan sebuah kotak karton berwarna coklat.

Aku mengambil kiriman itu dan membaca siapa pengirimnya, rupanya pesanan skincare ku telah datang, “Terima kasih ya bu.” Ucapku.

“Ya, sama-sama mbak, kalau gitu saya piulang dulu ya.” Ujar Bu arif kemudian.

“Ya bu, makasih ya.” Ucapku, bu arif hanya memberikan jempol dan tersenyum padaku.

Aku kembali masuk ke dalam rumah, setelah mengunci pintu aku menuju kamarku, rumah rasanya sepi banget, andai saja aku sudah memiliki anak, pasti rumah akan ramai, aku melihat jam dinding, hampir jam 7 malam, aku kemudian mandi.

Setelah mandi, hanya dengan menggunakan handuk aku mencari-cari Lingerie yang kubeli siang tadi, aku lupa naruhnya dimana, perasaan tadi setelah Bu Arif datang, aku hanya meletakkan tasku saja, aku mencoba mengingat dimana kuletakkan bungkusan Lingerie yang kubeli.

“Apa jangan-jangan tertinggal di Mobil Taksi Online tadi?” Tanyaku dalam hati.

Pasti tertinggal disana, perasaan aku tak mebawa bungkusan apa-apa saat masuk kerumah, “Ya ampun, pakai ketinggalan segala.” Ujarku kesal.

Aku mencari Hpku didalam tas, aku berniat untuk menelpon kantor taksi online yang membawaku tadi, namun kemudian kuurungkan, aku teringat pada bapak drivernya, besok aja aku tanya ke tempat parkirnya.

Aku kemudian mencari piyama tidurku, “Gak jadi deh pakai lingerie, ahhhhhhhh sebel banget sih pake ketinggalan segala.”

Setelah berganti piyama tidur, aku beranjak ke dapur, perutku rasanya lapar, mau pesan online males juga, akhirnya aku mencari mie instant di dapur, tiba-tiba aku mendengar suara Hpku berbunyi, aku kembali ke kamar, kulihat mas Adam suamiku menelpon.

“yank, kamu sudah dirumah? aku lagi otewe nih, kirain kamu masih di kantor.” Ucap suamiku

“Aku tadi pulang naik Taxol yank, kamu beneran udah pulang? Dah sampe mana?” tanyaku

Suamiku menyebut nama suatu jalan, berarti gak lama lagi suamiku akan tiba, “Yank, hari ini masa Ovulasiku loh..” ujarku.

“Maksudnya yank..ohhhhh ya ya aku paham hehehe, oke yank, aku mau beli sate kambing sekalian buat penambah stamina heheh, kamu mau juga?’ tanya suamiku.

Aku tersenyum mendengar suamiku itu. “gak ah aku gak doyan sate kambing, kamu beliin aku nasgor aja deh, tadinya aku mo bikin mie instant, ya udah aku tunggu ya, cepetan ya..” jawabku.

“Ya sayank, ini aku udah deket rumah kok, oke nanti aku belikan nasi goreng ya, dah dulu ya, love you.” Ujar suamiku menutup pembicaraan.

Aku tersenyum-senyum sendiri, terkadang suamiku itu menyebalkan, terkadang dia bikin kangen juga, “iih pake ketinggalan segala lingerie itu, bikin sebel aja.” Dengusku kesal.

Aku kemudian kembali ke kemar, ku nyalakan TV, kebetulan ada acara komedi di tv, lumayan buat menghibur hatiku yang kesal, setengah jam kemudian kudengar suara mobil suamiku berhenti didepan rumah, aku bangun dan keluar menyambut suamiku.

***​

“Kamu beli dimana yank.” Sambutku sambil mencium tangannya, aku mengambil bungkusan dari tangannya.

“Di perempatan depan, itu loh sebelum masuk kompleks.” Ujar Suamiku.

“Ohh, eh kamu beli nasinya gak, soalnya kan dirumah gak ada nasi.” Tanyaku.

“Udah sekalian dong, aku tau pasti gak ada nasi, Yank, aku mandi dulu ya.” Jawabnya.

“Ya udah, aku siapkan dulu makanannya, eh yank, itu ganti handuknya, yang baru ada di lemari, handuk-handuk yang lama udah aku masukin tas laundri.” Ujarku sambil menuju ke ruang makan.

“Oke bos.” Jawabnya singkat.

Setelah mandi, mas Adam terlihat segar, harum colognenya merebak ke seluruh ruangan tempat makan, Aku dan suamiku makan makanan yang tadi dibawanya, maklumlah aku memang jarang sekali masak, kalaupun masak paling akhir pekan.

Setelah makan, kami berbincang-bincang, mas Adam memberitahu kalau dia sudah mengatur ulang jadwal konsultasi dengan dokter kandungan.

“Yank jumat besok, aku mau ke bandung, ada seminar yang harus aku hadiri, aku nginap disana, sabtu sore aku langsung balik pulang ke Jakarta,” ujarnya.

“Berarti jumat kan dua hari lagi, seminar apa sih yank.” Tanyaku dengan nada sedikit merajuk.

“Ehmm, kamu mau ikut? Kalau mau ikut kita sekalian aja jalan-jalan ke Bandung, pulangnya minggu aja.” Ajak suamiku, tawaran yang cukup bagus sebenarnya.

“Hmmm kayaknya gak bisa deh, besok kan minggu akhir bulan, pasti banyak kerjaan untuk audit yank.” Jawabku.

“hmmm gitu ya, ehh yank..yuk..kita mulai.” Mas Adam menatapku dengan tatapan penuh makna.

“Mulai apaan sih.” Aku tersenyum geli

“ahhhhh suka godain deh kamu.” Tiba-tiba mas Adam membopongku dan membawaku ke kamar, aku terpekik dan tertawa kecil.

“Hus...jangan jerit-jerit gitu, nanti kedengaran tetangga malu.” Ujarnya, aku meletakkan telunjukku ke bibir.

***​

Mas adam mencumbuku, kami saling berpagutan, cumbuannya turun ke leherku yang jenjang. Tangannya sibuk membuka piyama tidurku, aku memang tidak mengenakan dalaman apapun sejak tadi, aku membantu mas Adam untuk membuka bajuku, sedangkan mas Adam mulai membuka kaosnya dan kemudian celana pendeknya, sama sepertiku mas Adam juga tak mengenkan dalaman apa-apa lagi.

Kami berdua telah bugil bagai bayi baru lahir ke dunia, Mas Adam kembali mencumbuku, dia begitu bernapsu melumat habis puting payudaraku, tangannya nakal menjelajah pahaku dan terus naik mengelus belahan vaginaku yang mulai basah.

“Ahmmm sssssssssssss.” Cumbuan Mas Adam di payudaraku sungguh nikmat, aku menyukai saat dia menghisap puting payudaraku.

“aghhhhhhh.” Aku meringis sedikit perih saat penis suamiku mulai menembus vaginaku, kami saling berpelukan, bibir kami saling berpagutan, sekitar 2 atau 3 menit kemudian Mas Adam Mengeram dan mempercepat pompaannya, dan menghentak-hentakkan pantatnya dengan cepat, aku tau kalau dia sudah ejakulasi.

Mas adam melepaskan pelukannya dan beranjak ke sampingku, sebagaimana yang kulihat di artikel, aku kemudian mengangkat pinggulku, menurut artikel cara itu membantu sperma lebih cepat membuahi sel telur, aku menahan pinggulku selama beberapa menit, lalu aku kembali berbaring, aku merasakan ada cairan merayap dipahaku.

Seperti biasa, mas Adam melanjutkan dengan Jarinya, dia menggosok klitorisku sambil mulutnya menghisap puting payudaraku, kali ini tidak seperti biasa, perjalanan orgasmeku agak sedikit lama, saat kurasa orgasme datang, tiba-tiba menghilang, terus seperti itu, hingga akhirnya aku menahan tangan mas Adam, klitorisku terasa perih.

“Kenapa yank, kok kayaknya ketahan terus orgasme kamu.” Tanya mas Adam.

“Gak tau yank, udah ah, perih banget.” Jawabku.

“Beneran? Ya udah besok kita lanjutin lagi ya, kita tidur ya.” Ucap Mas adam, kemudian berbaring di sampingku, dia mengecup keningku lembut, “met malam sayang.”

“Met malam juga sayang.”balasku sambil mememegang lengannya yang memeluk tubuh telanjangku, tak lama terdengar dengkurannya.

Begitulah rutinitas hubungan seks kami, tak pernah ada adegan seks heboh bagai di film-film porno, sejak malam pertama, kami tidak pernah melakukan oral seks, entahlah aku merasa jijik melakukannya, sebenarnya di awal-awal pernikahan kita mencoba melakukan oral seks, namun aku tak tahan dan muntah saat merasakan precum mas Adam.

Begitulah gaya mas adam menyetubuhiku selama ini, hanya dengan satu posisi saja, saat sudah ejakulasi, jari mas Adam yang menggantikan, aku selalu orgasme dengan Jari mas Adam itu.

Aku memandang suamiku yang telah lelap tidur, aku tersenyum dan memejamkan mataku, aku berharap, kali ini sperma mas Adam berhasil membuahi sel telurku, mudah-mudahan.

***

Sebagaimana biasa, rutinitas kami tiap pagi, jam setengah tujuh kami berdua telah keluar dari rumah, mas Adam mengantarku ke kantor, kebetulan kantor kami searah, setelah menurunkan aku didepan kantor, Mas Adam melanjutkan perjalanannya.

Aku melihat Milla temanku melambaikan tangan di kejauhan, aku menunggunya, Milla mengandeng lenganku, kami berjalan bersama memasuki gedung kantor kami.

“May, aku beliin sarapan nih, kamu belum sarapan kan?” tanyanya saat kami sedang mengantri lift untuk naik ke kantor kami.

“Tau aja kamu, wuih nasi bakar, pasti enak nih.” Jawabku sambil mengorek sedikit bungkusan yang dibawa Milla.

“Enak dong, yuk kita masuk.” Milla mendorongku masuk lift, banyak karyawan lain yang juga masuk lift, dan benar saja dugaanku, Lift berteriak keberatan, seorang bapak-bapak gemuk celingak celinguk memandang, sedangkan pandangan kami semua tertuju padanya, akhirnya bapak itu keluar dengan gontai, baru akhirnya pintu lift menutup, kami semua senyum-senyum dikulum. Ya itulah kejadian lucu yang tiap pagi kami lihat.

Tak ada kejadian menarik di kantor, semuanya berlangsung seperti biasa, kebetulan minggu ini banyak audit yang harus dilakukan bagian keuangan, kami semua disibukkan dengan mengecek semua struk pembelian dan struk-struk pengeluaran lain.

Aku sendiri berencana untuk mampir ke Bank, tempat driver online yang mengantarku semalam menjadi petugas parkir, aku berharap pak Anto, driver online itu menyimpan barangku yang tertinggal, dan aku juga berharap pak Anto tidak melihat isinya, aku merasa malu andai pak Anto mengetahui apa isi bungkusanku itu.

Tepat jam 12 saat istirahat siang, aku kemudian meminjam motor dewi, bawahanku di kantor, aku beralasan hendak ke Bank mengambil uang.

“May makan di soto madura yuk.” Ajak Milla siang itu.

“sorry Mill, aku musti ke bank dulu, ini mas Adam nyuruh aku transfer.” Aku berbohong pada Milla.

“Ohh oke deh may, hati-hati ya.” Ujar Milla kemudian pergi bersama teman yang lain.

“ini bu kunci motornya.” Dewi menyerahkan kunci motor padaku.

“kamu gak keluar kan dew, saya cuma sebentar aja kok.” Ujarku.

“gak kok bu, saya tadi pesan makanan online aja, banyak kerjaan soalnya, saya kembali ke tempat saya bu, permisi.”

“Ya dew, makasih ya.” Ujarku, aku lalu bergegas menuju parkiran motor, dan setelah ketemu motor dewi, aku langsung menuju ke bank.

***​

“Mas antonya gak masuk mbak hari ini, apa ada pesan? Biar saya sampaikan.” Ujar petugas parkir yang memperkenalkan dirinya bernama Yono.

“Ohh gitu ya mas, bukannya dia tiap hari jaga parkir disini ya.” Tanyaku.

“ya mbak, tapi tadi pagi mas Anto dapat borongan ngantar orang ke luar kota, saya gak tau apa dia pulang hari ini atau gimana. Coba mbak hubungi langsung aja mas Anto.” Jawab pak Yono.

“Waduh, berarti besok juga Mas Anto belum tentu masuk.” Gumamku dalam hati. “Ehmm pak, boleh saya minta no telepon mas Anto?” tanyaku pada Tukang parkir tersebut

Tanpa bertanya, dia kemudian menuliskan di secarik kertas parkir, dan menyerahkan padaku, “ini mbak, nomornya juga ada Wa nya.”

Aku kemudian pamit padanya, sebelum kembali ke kantor, aku makan siang di warung soto yang tak jauh dari Bank. Sambil makan aku menyimpan nomor yang diberikan pak Yono tadi ke kontak Hpku.

***​

Malam itu setelah mandi dan berganti pakaian tidur aku menelpon nomor mas Anto, namun sepertinya nomornya tidak aktif, aku lalu mengirimkan chat pada mas Anto, aku bertanya apa dia menemukan dan menyimpan barangku yang tertinggal tempo hari, chat yang kukirimkan hanya centang satu. Aku mulai ragu, apakah pak yono tidak salah memberikan nomor.

Aku kemudian membuka bakso yang kubeli tadi sebelum pulang, aku males makan nasi, tapi perutku lapar. Setelah makan aku kemudian berbaring di ranjang sambil menonton TV, tadi mas Adam bilang, dia pulang agak malam karena ada rapat penting, tak lama akupun terlelap.

Aku terbangun saat mendengar suara mobil mas adam, kulihat jam di kamar hampir jam 11 malam, aku merapikan diriku, dan keluar kamar, kulihat mas adam baru saja masuk ke rumah dan sedang mengunci pintu.

“Kok malem banget Yank, ada rapat apa sih sampai malam gini.” Tanyaku setelah mencium tangannya.

“Tadi pak Lukman ngajak makan malam sambil ketemu Klien Yank, ini aku bawa pizza, kamu sudah makan?” mas Adam balas bertanya. Pak lukman adalah pimpinan perusahaan tempat mas Adam bekerja.

“aku sudah makan, malah ketiduran tadi.” Jawabku.

“Aku jadi bangunin kamu ya yank, maaf ya sayang, kita tidur lagi yuk, aku capek banget.” Ujar mas Adam sambil mencubit pelan pipiku.

“kamu gak mandi dulu yank.” Tanyaku heran, biasanya mas Adam selalu mandi sebelum tidur.

“Gak usah ah, udah malem juga ntar masuk angin, yuk kita tidur.” Mas Adam merangkulku menuju ke kamar.

Sepertinya mas Adam memang lelah, di kamar dia langsung tidur tanpa melepas pakaian kerjanya, aku kemudian melepaskan kaos kaki mas Adam, aku kemudian berbaring didekatnya. “Yank.***nti baju dulu dong.” Ucapku lembut, hanya dengkurannya yang menjawab.

Aku mencium aroma sabun seperti sabun-sabun hotel dari tubuh mas Adam, aku mendekatkan hidungku pada tubuhnya, ya ini memang bau sabun hotel, “kenapa mas Adam bau sabun hotel? Ah mungkin itu sabun cuci tangan di restoran tempat dia makan malam dengan bosnya.” Pikirku menepis kecurigaanku.

Aku kemudian keluar kamar hendak pipis, aku juga bermaksud menyimpan pizza yang dibeli mas Adam ke dalam kulkas, tak lupa aku membawa hpku, aku buka aplikasi whatsapp, chat yang kukirim pada mas Anto telah dibalas.

“Ohh ini mbak yang kemaren naik taksi online saya, ya mbak bungkusannya saya simpan, tadinya mau saya kasih kalau ketemu lagi di bank, eh ternyata saya dapat borongan ke luar kota mbak, ini sekarang masih di luar kota, besok sore saya baru sampai Jakarta.”

Demikian balasan dari mas Anto, aku menarik napas lega, baru saja aku ingin membalas, tapi mengingat malam sudah larut, aku mengurungkan niatku. “besok saja aku balas chat ini.”

***


Bersambung
suka cama ceritanya
 
Komennya seru seru ya, banyak prediksi banyak yang baper juga, syukurlah kalau cerita ini dianggap menarik dan mampu membuat terhanyut dalam alur cerita ini
Mantap hu alur cerita menarik, bikin hanyut dan sulit ditebak tpi klo bisa endingnya jangan mengecewakan hu
 
ane suka crita ini,, terserah penulis mau dibawa kemana crita ini,,
 
Diary Seorang Istri
Part 61 - Suasana Canggung



“Dimana aku..” Maya membuka matanya perlahan, dia merasa asing dengan tempatnya sekarang, Maya melihat sebuah selang infus terpasang di tangannya, perlahan Maya mulai teringat kalau dia saat ini di surabaya, dan menyadari kalau dia ada disini untuk melihat suaminya yang mengalami kecelakaan, Maya berupaya bangkit, namun jarum infus yang terpasang menyakiti tangannya, Maya meringis dan berbaring kembali.

“Jangan dipaksakan bergerak mbak, nanti takutnya berdarah,” Suara seseorang mengejutkan Maya, dilihatnya Santoso berdiri di sebelah ranjangnya.

Maya meringis dan melihat perban yang menutup selang infusnya berwarna merah, didalam selang infusnya juga terlihat ada darah, “Nah kan, bentar saya panggilkan suster.” Santoso kemudian memanggil suster melalui tombol yang ada di ranjang Maya.

Tak lama suster datang, dan segera mengganti perban, “sudah selesai bu, mohon jangan terlalu banyak bergerak ya bu.” Suster tersebut tersenyum ramah dan meninggalkan ruangan.

“Kenapa saya di ruangan ini pak? Kok saya diinfus.” Maya kebingungan.

“Tadi malam mbak Maya pingsan, lalu setelah konsultasi dengan perawat dan dokter jaga, Mbak Maya diharuskan istirahat, demi janin yang dikandung mbak Maya juga.” Ujar Santoso.

Maya sepertinya terkejut mendengar ucapan Santoso, namun dia hanya diam tak berkata apa-apa, “bagaimana mas Adam pak? Gimana kondisinya, saya harus kesana melihat suami saya.” tanya Maya terbata-bata.

“Sebelum kesini, saya tadi sempat ke tempat Adam di rawat, saya lihat tim dokter yang merawat beliau sudah tiba, dan sekarang sedang memantau kondisi Adam, mungkin sebentar lagi tim dokter akan mengunjungi kita disini.” Jawab Santoso, terasa sekali dari nada suaranya Santoso sepertinya sangat kesal dengan Maya, namun Santoso masih menahan dirinya untuk tidak emosi.

Terdengar Maya mulai kembali terisak, Santoso melihat dengan pandangan tajam, dalam hatinya santoso merasa perempuan itu penuh dengan drama, seperti kelakuan mantan istrinya, namun Santoso merasa Maya lebih keterlaluan, dia telah menipu semua orang dengan penampilannya, dibalik penampilannya yang anggun dengan hijab, ternyata perempuan ini tak lebih dari perempuan binal yang gatel, Santoso sungguh tak menyangka, Maya yang berwajah lembut bisa melakukan hal nista seperti itu.

“Selamat Siang…” Tiba-tiba suara dokter menyapa, beberapa dokter yang terlihat senior memasuki ruang perawatan Maya.

Santoso bersalaman dengan dokter tersebut, dan memeperkenalkan diri sebagai kerabat Adam, “Ini istri pak Adam dok.” Ujar Santoso.

“Saya dengar ibu dirawat juga, tadi saya sudah cek, tidak ada hal yang mengkhawatirkan, ibu hanya perlu beristirahat saja.” Ujar Dokter yang bernama Profesor Harso.

Maya berusaha tersenyum, “terima kasih dokter, bagaimana dengan kondisi suami saya dok, apa..apa…kondisinya parah?”

“Tenang ya bu, dari hasil pemeriksaan kami, beliau mengalami gegar otak.” Profesor Harso menyebutkan nama yang terdengar aneh, rupanya itu nama ilmiah dari kondisi yang diderita Adam saat ini.

“Ada dua kemungkinan, pak adam bisa melalui semua ini dan bangun kembali dengan normal, atau dia bangun dengan kondisi amnesia, atau bahkan lumpuh, itu hal yang bisa terjadi dari pasien dengan kondisi seperti pak Adam.” Lanjut Profesor Harso. Maya tercekat mendengar penjelasan Profesor Harso, begitu juga dengan Santoso.

“Walau kini kondisi pak Adam bisa dibilang koma, namun indera beliau masih berfungsi sempurna, beliau masih bisa mendengar apa yang di ucapkan oleh orang-orang, beliau juga masih bisa menggerakan tubuhnya walau dalam posisi tak sadar seperti ini.” Ujar Profesor.

“Lalu bagaimana selanjutnya keputusan tim dokter prof?” tanya Santoso.

“Nah saya lanjutkan dulu ya…” profesor kemudian menjelaskan tentang berbagai hal yang mungkin terjadi, hingga kemudian Profesor mengambil kesimpulan agar Adam menjalani perawatan hibernasi.

“Kami gak paham dok.” Ujar Santoso, Maya juga mengangguk sepakat dengan Santoso.

“Begini bu, dan pak santoso, kami akan… istilahnya “mengistirahatkan” pak adam, atau bahasa umumnya adalah menidurkan Pak Adam sambil kami melakukan perawatan yang semestinya, keputusan medis ini kami sarankan agar pak Adam seminimal mungkin terhindar impuls dari luar yang akan menganggu proses pemulihannya, proses ini minimal akan berlangsung selama sebulan. Dan ini adalah jalan terbaik untuk pak Adam bisa kembali secara normal.” Ujar Profesor Suharso panjang lebar

Santoso dan Maya saling berpandangan, mereka tak tahu harus berkata apa, “Kami tahu kekawatiran pihak keluarga, namun kami berkesimpulan ini adalah metode yang paling tepat untuk pak Adam.” Lanjut Profesor.

“Ini semua terserah Mbak Maya sebagai wali Adam, namun saya rasa saran profesor cukup masuk akal, apalagi reputasi Profesor Harso selama ini sangat baik.”

Maya menghela napas, “Baiklah prof, saya menuruti saran medis dari tim dokter, saya yakin itu adalah yang terbaik.” Ujar Maya.

“Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu, nanti perawat akan memberikan ibu surat persetujuan yang harus ditandatangani, kemungkinan kami akan melakukan proses hibernasi nanti sore, kami permisi dulu.” Tim dokter kemudian meninggalkan ruangan Maya, Santoso mengikuti mereka

***

Maya meletakkan hpnya, dia baru saja memberitahu Pak Budi atasannya kalau dia harus izin kerja selama sebulan, Maya dengan panjang lebar menjelaskan apa yang terjadi pada suaminya, dan posisinya berada saat ini, Pak Budi sungguh terkejut dengan pemberitahuan Maya, dia meminta Maya untuk bersabar dan mengurus dulu suaminya, Walau bakalan repot tanpa Maya, namun pak Budi tak bisa berbuat apapun selain mengizinkan Maya untuk mengambil cuti selama dibutuhkan.

Maya menghela napas, diusapnya perutnya, sungguh ini sesuatu yang tak dikehendaki oleh Maya terjadi, ya memang dia ingin anak, bahkan dia sudah tak peduli kalau Anto menghamilinya, tekad Maya sepertinya sudah bulat untuk berpisah dengan Adam, namun kejadian ini membuat segalanya berubah, apa yang terjadi pada Adam seolah menjadi pukulan keras bagi dirinya, tiba-tiba dia merasa apa yang dilakukannya selama ini sungguh nista, Maya merasa kotor, dan merasa sangat bersalah pada Adam, melihat suaminya terbaring tak berdaya Maya sungguh merasa terpukul, kenangan-kenangan indah bersama suaminya seolah terputar kembali di benaknya, Maya kembali terisak, dia sungguh takut kehilangan suaminya, namun disisi lain dia merasa tak pantas lagi untuk suaminya, “Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan..” Maya kembali terisak, air matanya tak terbendung lagi, sosok Anto yang akhir-akhir ini memenuhi benaknya seolah menguap, pikiran dan hatinya dipenuhi kecemasan terhadap suaminya, Maya sungguh takut kehilangan Adam, dan Maya menyadari betapa dia sangat mencintai suaminya itu.

“Ya Mil..” Maya menjawab panggilan sahabatnya Milla, suaranya terdengar serak dan parau.

“May, barusan pak Budi telpon gue, dia cerita semua, ya Tuhan May, lu sabar ya…” Suara Milla juga terdengar cemas.

“Ya Mil..gua bingung mill…” suara Maya tercekat dan terganti dengan sedu sedannya.

“Sabar ya beb…, kalo besok mertua gue dateng, gue minta izin sama pak Budi untuk nemenin lu di Surabaya, Bang Andi juga udah nyuruh gue nemenin lu..”

“Gak usah Mil, bikin repot lu aja nanti, lagian Fajar kan butuh perhatian lu..” Ujar Maya.

“Tenang aja beb…fajar udah jauh lebih baik sekarang, kan nanti ada mertua gua yang bantu jaga, gue juga gak tenang kalau kaya gini say..” Ucap Milla.

“Thanks ya Mil, oh ya gimana keadaan Fajar.” Tanya Maya, dia merasa bersalah pada Milla, kegilaannya bersama Anto membuatnya tak sempat menengok anak sahabatnya itu di rumah sakit.

Milla menjelaskan kalau perawatan fajar membuahkan hasil yang cukup menggembirakan, dari hasil pemeriksaan ternyata Fajar tak mengalami leukimia, “Gue juga lupa namanya syndrom apa gitu, mirip dengan penderita leukimia, alhamdulillah sekarang Fajar udah pulang, lu lagian kemana aja, gak pernah dateng ke rumah sakit.” Ujar Milla.

“Maaf ya Mill, maaf..” Maya memejamkan mata, tentu dia tak bisa memberitahu Milla kalau belakangan ini dia sibuk bercinta dengan seorang pria kekasih gelapnya.

“Gak apa say, gue ngerti, pasti lu sibuk kan, yang penting fajar udah sehat, dan sekarang gue yang perlu nemenin lu, karena lu sahabat gue, kesedihan lu adalah kesedihan gue juga May, ya udah nanti gue kabarin lagi, pokoknya lu harus tenang, dan gak usah terlalu sedih, gue juga akan bantu doa, semoga Mas Adam bisa pulih seperti sedia kala.” Ucap Milla.

“Aamiin, thanks ya beb.” Maya menutup telponnya, perasaan nyeri berkelebat di hatinya, kegilaannya bersama Anto membuat dia lupa segalanya, “harusnya aku ikut mendampingi Milla saat dia berjuang demi anaknya, pasti Milla ingin cerita, pasti Milla butuh dorongan semangat, sama seperti aku sekarang, aku emmang butuh orang untuk bicara..butuh temen untuk berbagi kesedihan ini, maafin gue Mil…”

Hpnya kembali bergetar, maya melihat nama Anto yang memanggil, Maya menghela napasnya, Maya hanya melihat panggilan itu tanpa ingin menjawab, Maya menggigit bibirnya sambil terus menatap ke layar Hp, pikirannya berkecamuk antara ingin menjawab atau membiarkan saja panggilan itu, dan ternyata panggilan itu telah berakhir.

Tak lama handphonenya kembali bergetar, nama Anto kembali muncul, sama seperti sebelumnya Maya hanya melihat hpnya, saat ini Maya merasa tak ingin bicara dengan pria itu.

“Kok gak dijawab ya, apa Maya lagi tidur? Tapi masa udah siang gini belum bangun juga, tadi malam juga dia gak ngabarin kalau udah sampai rumah, ada apa ya? Terakhir gue liat dia diem aja, apa dia sakit?atau ngambek? Masa ya ngambek, emangnya ngambek kenapa? Sebelumnya dipantai dia biasa aja, malahan udah kepingin pisah ama suaminya..ada apa ya.” Anto merasa heran kenapa panggilannya tak dijawab, Anto mencoba sekali lagi untuk menghubungi Maya.

Hp Maya kembali bergetar, nama yang sama kembali muncul, Maya menggigit kuku jari tangannya, tiba-tiba terdengar ketukan di kamarnya, tak lama Santoso dan seorang gadis manis yang tak lain dari Anissa memasuki ruangan, Maya dengan refleks mereject panggilan Anto, dan memandangi kedua orang yang masuk ke ruangannya.

Di tempat lain Anto terkejut saat melihat panggilannya di reject oleh Maya, “loh malah di reject, kenapa dengan Maya ya, apa benar dia marah? Emangnya gue ngapain? Ya udah kalo gitu, awas kalo ntar nelpon gue, bakalan gue reject lagi, palingan minta maaf tuh cewek, dasar cewek rapuh dan tolol, tapi mulus dan montok sih..haahaha..” Anto melemparkan hpnya ke kasur, dia kemudian merebahkan diri di kasur tersebut.

Anissa yang datang bersama Santoso merasa canggung untuk memasuki ruangan tempat Maya di rawat, andai Santoso tadi tak memaksanya ikut, males rasanya untuk menemui perempuan tukang selingkuh ini, namun biar bagaimanapun perempuan ini adalah istri dari atasannya, suka atau tidak suka Anissa harus bersikap sopan pada perempuan ini.

“Mbak Maya ini Anissa sekretaris Adam, apa sudah kenal?” Santoso merasa ada kecanggungan diantara mereka berdua, Santoso mulai menyadari apa yang membuat mereka begitu canggung satu sama lain, sebenarnya Santoso sudah merasa muak dengan kelakuan Maya, dan melihat suasana seperti ini, timbul ide baginya untuk meninggalkan mereka berdua sendirian, bahkan Santoso mulai berharap gadis cantik berparas lembut ini bisa merebut posisi Maya, Santoso merasa tak rela jika Adam kembali bersama perempuan bekas curut got itu.

“Mbak Maya saya pulang dulu ya, nanti sore saya balik lagi, kebetulan ada Anissa disini, oh ya mbak Nissa, saya minta Tolong pantau keadaan Mas Adam ya, kalau ada apa-apa kabarin saya secepatnya.” Santoso kemudian mohon pamit pada Maya, dan meninggalkan ruangan.

Sebelum menutup pintu ruangan Maya, Santoso menyeringai tak senang kepada Maya, “Gue gak ikhlas kalau lu balik lagi jadi istri sahabat gue, ntar lu liat, gue bakalan bikin perhitungan sama pacarlu itu, dasar perempuan gatel..” Santoso mendengus kesal.

***​

Bersambung.
 
part 65 sudah rilis di prem, dan on going part 66, mungkin lusa sudah bisa dirilis di prem
 
Diary Seorang Istri
Part 61 - Suasana Canggung



“Dimana aku..” Maya membuka matanya perlahan, dia merasa asing dengan tempatnya sekarang, Maya melihat sebuah selang infus terpasang di tangannya, perlahan Maya mulai teringat kalau dia saat ini di surabaya, dan menyadari kalau dia ada disini untuk melihat suaminya yang mengalami kecelakaan, Maya berupaya bangkit, namun jarum infus yang terpasang menyakiti tangannya, Maya meringis dan berbaring kembali.

“Jangan dipaksakan bergerak mbak, nanti takutnya berdarah,” Suara seseorang mengejutkan Maya, dilihatnya Santoso berdiri di sebelah ranjangnya.

Maya meringis dan melihat perban yang menutup selang infusnya berwarna merah, didalam selang infusnya juga terlihat ada darah, “Nah kan, bentar saya panggilkan suster.” Santoso kemudian memanggil suster melalui tombol yang ada di ranjang Maya.

Tak lama suster datang, dan segera mengganti perban, “sudah selesai bu, mohon jangan terlalu banyak bergerak ya bu.” Suster tersebut tersenyum ramah dan meninggalkan ruangan.

“Kenapa saya di ruangan ini pak? Kok saya diinfus.” Maya kebingungan.

“Tadi malam mbak Maya pingsan, lalu setelah konsultasi dengan perawat dan dokter jaga, Mbak Maya diharuskan istirahat, demi janin yang dikandung mbak Maya juga.” Ujar Santoso.

Maya sepertinya terkejut mendengar ucapan Santoso, namun dia hanya diam tak berkata apa-apa, “bagaimana mas Adam pak? Gimana kondisinya, saya harus kesana melihat suami saya.” tanya Maya terbata-bata.

“Sebelum kesini, saya tadi sempat ke tempat Adam di rawat, saya lihat tim dokter yang merawat beliau sudah tiba, dan sekarang sedang memantau kondisi Adam, mungkin sebentar lagi tim dokter akan mengunjungi kita disini.” Jawab Santoso, terasa sekali dari nada suaranya Santoso sepertinya sangat kesal dengan Maya, namun Santoso masih menahan dirinya untuk tidak emosi.

Terdengar Maya mulai kembali terisak, Santoso melihat dengan pandangan tajam, dalam hatinya santoso merasa perempuan itu penuh dengan drama, seperti kelakuan mantan istrinya, namun Santoso merasa Maya lebih keterlaluan, dia telah menipu semua orang dengan penampilannya, dibalik penampilannya yang anggun dengan hijab, ternyata perempuan ini tak lebih dari perempuan binal yang gatel, Santoso sungguh tak menyangka, Maya yang berwajah lembut bisa melakukan hal nista seperti itu.

“Selamat Siang…” Tiba-tiba suara dokter menyapa, beberapa dokter yang terlihat senior memasuki ruang perawatan Maya.

Santoso bersalaman dengan dokter tersebut, dan memeperkenalkan diri sebagai kerabat Adam, “Ini istri pak Adam dok.” Ujar Santoso.

“Saya dengar ibu dirawat juga, tadi saya sudah cek, tidak ada hal yang mengkhawatirkan, ibu hanya perlu beristirahat saja.” Ujar Dokter yang bernama Profesor Harso.

Maya berusaha tersenyum, “terima kasih dokter, bagaimana dengan kondisi suami saya dok, apa..apa…kondisinya parah?”

“Tenang ya bu, dari hasil pemeriksaan kami, beliau mengalami gegar otak.” Profesor Harso menyebutkan nama yang terdengar aneh, rupanya itu nama ilmiah dari kondisi yang diderita Adam saat ini.

“Ada dua kemungkinan, pak adam bisa melalui semua ini dan bangun kembali dengan normal, atau dia bangun dengan kondisi amnesia, atau bahkan lumpuh, itu hal yang bisa terjadi dari pasien dengan kondisi seperti pak Adam.” Lanjut Profesor Harso. Maya tercekat mendengar penjelasan Profesor Harso, begitu juga dengan Santoso.

“Walau kini kondisi pak Adam bisa dibilang koma, namun indera beliau masih berfungsi sempurna, beliau masih bisa mendengar apa yang di ucapkan oleh orang-orang, beliau juga masih bisa menggerakan tubuhnya walau dalam posisi tak sadar seperti ini.” Ujar Profesor.

“Lalu bagaimana selanjutnya keputusan tim dokter prof?” tanya Santoso.

“Nah saya lanjutkan dulu ya…” profesor kemudian menjelaskan tentang berbagai hal yang mungkin terjadi, hingga kemudian Profesor mengambil kesimpulan agar Adam menjalani perawatan hibernasi.

“Kami gak paham dok.” Ujar Santoso, Maya juga mengangguk sepakat dengan Santoso.

“Begini bu, dan pak santoso, kami akan… istilahnya “mengistirahatkan” pak adam, atau bahasa umumnya adalah menidurkan Pak Adam sambil kami melakukan perawatan yang semestinya, keputusan medis ini kami sarankan agar pak Adam seminimal mungkin terhindar impuls dari luar yang akan menganggu proses pemulihannya, proses ini minimal akan berlangsung selama sebulan. Dan ini adalah jalan terbaik untuk pak Adam bisa kembali secara normal.” Ujar Profesor Suharso panjang lebar

Santoso dan Maya saling berpandangan, mereka tak tahu harus berkata apa, “Kami tahu kekawatiran pihak keluarga, namun kami berkesimpulan ini adalah metode yang paling tepat untuk pak Adam.” Lanjut Profesor.

“Ini semua terserah Mbak Maya sebagai wali Adam, namun saya rasa saran profesor cukup masuk akal, apalagi reputasi Profesor Harso selama ini sangat baik.”

Maya menghela napas, “Baiklah prof, saya menuruti saran medis dari tim dokter, saya yakin itu adalah yang terbaik.” Ujar Maya.

“Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu, nanti perawat akan memberikan ibu surat persetujuan yang harus ditandatangani, kemungkinan kami akan melakukan proses hibernasi nanti sore, kami permisi dulu.” Tim dokter kemudian meninggalkan ruangan Maya, Santoso mengikuti mereka

***

Maya meletakkan hpnya, dia baru saja memberitahu Pak Budi atasannya kalau dia harus izin kerja selama sebulan, Maya dengan panjang lebar menjelaskan apa yang terjadi pada suaminya, dan posisinya berada saat ini, Pak Budi sungguh terkejut dengan pemberitahuan Maya, dia meminta Maya untuk bersabar dan mengurus dulu suaminya, Walau bakalan repot tanpa Maya, namun pak Budi tak bisa berbuat apapun selain mengizinkan Maya untuk mengambil cuti selama dibutuhkan.

Maya menghela napas, diusapnya perutnya, sungguh ini sesuatu yang tak dikehendaki oleh Maya terjadi, ya memang dia ingin anak, bahkan dia sudah tak peduli kalau Anto menghamilinya, tekad Maya sepertinya sudah bulat untuk berpisah dengan Adam, namun kejadian ini membuat segalanya berubah, apa yang terjadi pada Adam seolah menjadi pukulan keras bagi dirinya, tiba-tiba dia merasa apa yang dilakukannya selama ini sungguh nista, Maya merasa kotor, dan merasa sangat bersalah pada Adam, melihat suaminya terbaring tak berdaya Maya sungguh merasa terpukul, kenangan-kenangan indah bersama suaminya seolah terputar kembali di benaknya, Maya kembali terisak, dia sungguh takut kehilangan suaminya, namun disisi lain dia merasa tak pantas lagi untuk suaminya, “Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan..” Maya kembali terisak, air matanya tak terbendung lagi, sosok Anto yang akhir-akhir ini memenuhi benaknya seolah menguap, pikiran dan hatinya dipenuhi kecemasan terhadap suaminya, Maya sungguh takut kehilangan Adam, dan Maya menyadari betapa dia sangat mencintai suaminya itu.

“Ya Mil..” Maya menjawab panggilan sahabatnya Milla, suaranya terdengar serak dan parau.

“May, barusan pak Budi telpon gue, dia cerita semua, ya Tuhan May, lu sabar ya…” Suara Milla juga terdengar cemas.

“Ya Mil..gua bingung mill…” suara Maya tercekat dan terganti dengan sedu sedannya.

“Sabar ya beb…, kalo besok mertua gue dateng, gue minta izin sama pak Budi untuk nemenin lu di Surabaya, Bang Andi juga udah nyuruh gue nemenin lu..”

“Gak usah Mil, bikin repot lu aja nanti, lagian Fajar kan butuh perhatian lu..” Ujar Maya.

“Tenang aja beb…fajar udah jauh lebih baik sekarang, kan nanti ada mertua gua yang bantu jaga, gue juga gak tenang kalau kaya gini say..” Ucap Milla.

“Thanks ya Mil, oh ya gimana keadaan Fajar.” Tanya Maya, dia merasa bersalah pada Milla, kegilaannya bersama Anto membuatnya tak sempat menengok anak sahabatnya itu di rumah sakit.

Milla menjelaskan kalau perawatan fajar membuahkan hasil yang cukup menggembirakan, dari hasil pemeriksaan ternyata Fajar tak mengalami leukimia, “Gue juga lupa namanya syndrom apa gitu, mirip dengan penderita leukimia, alhamdulillah sekarang Fajar udah pulang, lu lagian kemana aja, gak pernah dateng ke rumah sakit.” Ujar Milla.

“Maaf ya Mill, maaf..” Maya memejamkan mata, tentu dia tak bisa memberitahu Milla kalau belakangan ini dia sibuk bercinta dengan seorang pria kekasih gelapnya.

“Gak apa say, gue ngerti, pasti lu sibuk kan, yang penting fajar udah sehat, dan sekarang gue yang perlu nemenin lu, karena lu sahabat gue, kesedihan lu adalah kesedihan gue juga May, ya udah nanti gue kabarin lagi, pokoknya lu harus tenang, dan gak usah terlalu sedih, gue juga akan bantu doa, semoga Mas Adam bisa pulih seperti sedia kala.” Ucap Milla.

“Aamiin, thanks ya beb.” Maya menutup telponnya, perasaan nyeri berkelebat di hatinya, kegilaannya bersama Anto membuat dia lupa segalanya, “harusnya aku ikut mendampingi Milla saat dia berjuang demi anaknya, pasti Milla ingin cerita, pasti Milla butuh dorongan semangat, sama seperti aku sekarang, aku emmang butuh orang untuk bicara..butuh temen untuk berbagi kesedihan ini, maafin gue Mil…”

Hpnya kembali bergetar, maya melihat nama Anto yang memanggil, Maya menghela napasnya, Maya hanya melihat panggilan itu tanpa ingin menjawab, Maya menggigit bibirnya sambil terus menatap ke layar Hp, pikirannya berkecamuk antara ingin menjawab atau membiarkan saja panggilan itu, dan ternyata panggilan itu telah berakhir.

Tak lama handphonenya kembali bergetar, nama Anto kembali muncul, sama seperti sebelumnya Maya hanya melihat hpnya, saat ini Maya merasa tak ingin bicara dengan pria itu.

“Kok gak dijawab ya, apa Maya lagi tidur? Tapi masa udah siang gini belum bangun juga, tadi malam juga dia gak ngabarin kalau udah sampai rumah, ada apa ya? Terakhir gue liat dia diem aja, apa dia sakit?atau ngambek? Masa ya ngambek, emangnya ngambek kenapa? Sebelumnya dipantai dia biasa aja, malahan udah kepingin pisah ama suaminya..ada apa ya.” Anto merasa heran kenapa panggilannya tak dijawab, Anto mencoba sekali lagi untuk menghubungi Maya.

Hp Maya kembali bergetar, nama yang sama kembali muncul, Maya menggigit kuku jari tangannya, tiba-tiba terdengar ketukan di kamarnya, tak lama Santoso dan seorang gadis manis yang tak lain dari Anissa memasuki ruangan, Maya dengan refleks mereject panggilan Anto, dan memandangi kedua orang yang masuk ke ruangannya.

Di tempat lain Anto terkejut saat melihat panggilannya di reject oleh Maya, “loh malah di reject, kenapa dengan Maya ya, apa benar dia marah? Emangnya gue ngapain? Ya udah kalo gitu, awas kalo ntar nelpon gue, bakalan gue reject lagi, palingan minta maaf tuh cewek, dasar cewek rapuh dan tolol, tapi mulus dan montok sih..haahaha..” Anto melemparkan hpnya ke kasur, dia kemudian merebahkan diri di kasur tersebut.

Anissa yang datang bersama Santoso merasa canggung untuk memasuki ruangan tempat Maya di rawat, andai Santoso tadi tak memaksanya ikut, males rasanya untuk menemui perempuan tukang selingkuh ini, namun biar bagaimanapun perempuan ini adalah istri dari atasannya, suka atau tidak suka Anissa harus bersikap sopan pada perempuan ini.

“Mbak Maya ini Anissa sekretaris Adam, apa sudah kenal?” Santoso merasa ada kecanggungan diantara mereka berdua, Santoso mulai menyadari apa yang membuat mereka begitu canggung satu sama lain, sebenarnya Santoso sudah merasa muak dengan kelakuan Maya, dan melihat suasana seperti ini, timbul ide baginya untuk meninggalkan mereka berdua sendirian, bahkan Santoso mulai berharap gadis cantik berparas lembut ini bisa merebut posisi Maya, Santoso merasa tak rela jika Adam kembali bersama perempuan bekas curut got itu.

“Mbak Maya saya pulang dulu ya, nanti sore saya balik lagi, kebetulan ada Anissa disini, oh ya mbak Nissa, saya minta Tolong pantau keadaan Mas Adam ya, kalau ada apa-apa kabarin saya secepatnya.” Santoso kemudian mohon pamit pada Maya, dan meninggalkan ruangan.

Sebelum menutup pintu ruangan Maya, Santoso menyeringai tak senang kepada Maya, “Gue gak ikhlas kalau lu balik lagi jadi istri sahabat gue, ntar lu liat, gue bakalan bikin perhitungan sama pacarlu itu, dasar perempuan gatel..” Santoso mendengus kesal.

***​

Bersambung.
ya bagus adam jgn balik lg ke maya krn maya bekas org...klo janda gpp,tp maya kan terikat pernikahan..bisa jd maya akan melakukan perselingkuhan lg jk di maafkan..mkasih update nya suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd