Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT TETANGGA PERKASA

Sang Penyelamat




Menjelang malam mobil yang membawa Asty memasuki sebuah areal gudang kosong di pinggiran kota. Tak jauh dari sebuah pelabuhan kecil di utara Jakarta. Pelabuhan yang hanya dipakai bersandar oleh kapal kapal nelayan berukuran kecil hingga sedang.

Asty digiring memasuki ruangan gudang yang pengap dan gelap tanpa bisa berbuat apa apa. Sekujur tubuhnya terasa letih sekali setelah digarap habis habisan di mobil tadi.

Salah satu pria penjemput lantas mendekati sebuah panel yang tertempel di dinding bagian kanan dekat pintu masuk. Jejeran saklar tersusun rapih didalam Panel kecil yang pintunya sudah tak bisa lagi ditutup karena engselnya yang berkarat.

Ketika sebuah saklar paling ujung di "cletekkan" Ke atas, seketika ruangan gudang berubah terang benderang. Lampu besar berbentuk kotak menyala menerangi penjuru gudang tua. Sangat menyilaukan mata yang memandangnya.

Di ujung gudang bagian belakang terdapat sebuah ruangan tertutup yang lampunya menyala redup terlihat dari celah pintu kayu tebal yang terkunci dari luar.

"Kenapa aku dibawa kesini...? ". Asty tentu saja heran dan lantas bertanya.

" Untuk sementara kamu tunggu disini. Besok pagi pagi sekali kapal penjemput akan datang... ". Jawab salah satu Pria disamping Asty.

" Kapal penjemput..?. Aku mau dibawa kemana...? ". Asty jelas saja kaget setengah mati. Sementara pria yang tadi bicara hanya tertawa tawa..

" Kalian akan dikirim ke Hongkong... ". Lelaki berjaket merah yang tadi menyalakan lampu gudang menukas.

" TIDAK..!! KALIAN PASTI BERCANDA KAN...? ".

Asty ketakutan sekali. Kenapa pula dia akan dikirim ke Hongkong...?
Siapa yang minta....?. Dia kesini kan cuma ingin kerja jadi pembantu di Jakarta, kenapa pula sampai ke Hongkong segala...?

" Kalian pasti salah orang... ". Asty tetap tak bisa percaya. Tapi ketiga pria itu cuma tertawa saja.

" Masuk kekamar sekarang... ". Pria jaket merah membuka kunci pintu ruangan yang seperti sebuah kamar besar itu dan menyeret tangan Asty setengah memaksa masuk. Asty meronta dan berusaha lari keluar gudang. Tapi tentu saja tak mungkin bisa. Setidaknya untuk saat ini. Tenaga ketiga pria itu jauh lebih besar. Dua pria telah membuktikan nya tadi didalam mobil.

"Jangan pernah mencoba kabur. Atau kami tak segan segan menembak kepala mu... ". Hardik salah seorang dari mereka membuat nyali Asty menciut seketika. Akhirnya wanita itu menurut saja ketika tubuhnya didorong masuk kedalam kamar kemudian pintu kamar besar itupun kembali dikunci dari luar.

Didalam kamar Asty terkejut bukan main. Ada sembilan orang wanita yang sedang meringkuk antara tidur atau terjaga. Semua berwajah cantik dan masih muda. Beberapa ada yang sepantaran Asty,dan selebihnya berusia jauh lebih muda. Mungkin dua puluhan lebih sedikit. Dua tiga orang malah seperti baru berusia belasan tahun.

Beberapa saat kemudian kesepuluh wanita cantik itu merapat berangkulan menumpahkan segala keluh kesah setelah sebelumnya saling bercerita asal muasal kenapa mereka bisa sampai disini.



_______________



Menjelang tengah malam..

Diluar gudang tampak ada belasan penjaga. Mereka bergerombol, ada juga beberapa yang hilir mudik mengawasi keadaan sekitar. Sebentar lagi kesepuluh wanita didalam gudang akan diberangkatkan menggunakan sebuah kapal nelayan berukuran sedang.

Tujuan pertama adalah kapal besar yang menunggu ditengah laut. Dengan kapal besar itulah rencananya kesepuluh wanita cantik itu akan diberangkatkan ke Hongkong. Sesuai pesanan bos besar yang dipanggil Mr. Chang.


Tepat pukul 01.00 dini hari..

Angin laut terasa dingin menusuk pori pori. Belasan penjaga pun terlihat mulai ada yang terkantuk-kantuk didepan gudang. Sementara itu dibalik semak semak dibelakang gudang besar itu terlihat gelap dan sepi.

Seekor kucing betina tiga warna mengeong keras seperti terkejut ketika mata Sang binatang melihat sekelebat bayangan hitam mengendap endap. Dibelakang bayangan hitam itu samar samar terlihat ada puluhan bayangan lain yang tak kalah hitam. Kali ini sangat kucing betina tak berani mengeong dan memilih berlari cepat meninggalkan belakang gudang itu.

Puluhan bayangan hitam itu bergerak sangat hati hati mendekati pintu belakang yang sepintas terlihat tanpa penjagaan.

Bayangan paling depan memberi kode untuk mengajak Lima rekannya menuju kearah depan. Sementara bayangan sisanya berusaha membuka pintu belakang yang terkunci. Bayangan hitam paling belakang yang tidak ikut rombongan kedepan gudang tampak sedikit ragu. Langkahnya tak semantap dan segagah yang lain. Dia hanya diam memperhatikan ketika yang lain berusaha keras membuka pintu tanpa mengeluarkan suara.

Lima sosok bayangan yang menuju kearah depan mengendap endap dengan sedikit merundukkan kepala merendahkan badan. Jelas sekali mereka tak mau ketahuan para penjaga gudang. Setidaknya jangan dulu..

Tangan kelimanya menggenggam sesuatu. Mereka terus melangkah tanpa suara. Sementara para penjaga gudang sama sekali tak menyadari ada bahaya yang sedang mengancam.

Kemudian........

"ANGKAT TANGAN..!! "... Satu suara menggelegar lantang.

" JANGAN BERGERAK... !! ". Suara lain kemudian menyusul.

Belasan penjaga tersentak kaget dan kehilangan rasa kantuk seketika. Tapi mereka bukan kelas penjaga kaleng kaleng. Tak ada terlihat kepanikan diwajah para penjaga itu. Justru sesaat kemudian dari tangan belasan penjaga gudang itu meletus suara rentetan tembakan disusul desingan peluru peluru tajam. Semua penjaga gudang rupanya menyandang senjata api laras panjang.

Tak ayal Lima bayangan yang tadi menyerbu melompat cepat dan bergulingan menyelamatkan diri. Mereka tak menyangka kedatangan mereka akan disambut berondongan tembakan. Untung saja selain kepala yang dilindungi helm baja, tubuh merekapun dilindungi rompi anti peluru.

Mendengar telah terjadi baku tembak didepan, sebagian penyerbu yang masih berkutat dengan pintu terkunci dibelakang gudang akhirnya memutuskan untuk mendobrak pintu secara paksa.

Tak kurang tujuh kali terjangan kaki dengan ancang ancang penuh menghantam pintu Plat besi itu. Suara pintu besi terhantam kaki terdengar sampai jauh. Tapi sang pintu belum goyah. Bahkan penyokpun tidak sama sekali. Andai punya bibir, sang pintu pasti sedang tersenyum pongah..

Bayangan hitam penendang terakhir mengeluarkan sebuah Pistol kecil dari balik pakaian, kemudian memberi isyarat pada yang lain untuk mengikutinya menyusul suara baku tembak yang masih terdengar bersahutan. Tinggal dia sosok saja dibelakang.

Salah satu sosok yang lebih tegap dari yang satunya kemudian mendekati rekannya yang sedari tadi cuma diam mengawasi kemudian mereka berdua berjalan hati hati melewati semak belukar kecil disisi kiri gudang untuk memutar menuju arah depan.

"Pintu itu gak mungkin bisa dibuka.. ". Bisiknya berlahan.

" Apa gak lebih baik kita menunggu dimobil saja Mas... ?". Balas sang rekan dengan suara yang berbeda. Itu suara seorang wanita.

"Kamu saja yang menunggu dimobil. Ini sangat berbahaya buat kamu.. ".

" Mas sendiri....? ".

" Kepalang tanggung. Aku ingin terlibat lebih jauh... ". Sang Pria menyahut.

Si wanita cuma mengangkat bahu dan lalu berbalik kearah mobil yang terparkir cukup jauh dibelakang gudang ditengah kegelapan malam.

Pria yang tinggal seorang diri disemak semak terlihat terpaku sejenak. Jaket bomber berwarna abu-abu sedikit dibasahi keringat. Pria ini berbeda dengan rekan rekannya yang menyerbu kedepan tadi. Dia tidak dibekali helm tempur dikepala, dan juga tidak mengenakan rompi anti peluru ditubuhnya.

Mengendap endap si Pria akhirnya sampai diarea depan gudang. Sesekali suara letusan senjata api terdengar yang langsung dibalas berondongan senjata laras panjang.

Belasan penjaga gudang terlihat berlindung dibalik tiang tiang beton penyangga atap teras. Ada juga beberapa yang berlindung didalam bekas selokan yang sudah kering dan cukup dalam. Sesekali senjata api ditangan meledak melesatkan peluru tajam ke arah ujung gudang sebelah kanan yang ditumbuhi Dua batang pohon beringin yang tumbuh liar tak terawat dan beberapa pot bonsai berukuran sangat besar.

Lima rekan penyerbu yang maju kedepan gudang paling dahulu samar samar terlihat berlindung dibalik pohon pohon dan pot besar.

Pria berjaket bomber terkesiap kaget ketika merasakan bahunya dicolek pelan.

"Mas tunggu disini saja. Kami akan menyerbu penjaga itu dari belakang.. ". Rupanya disekitar pria itu bertiarapan rekan rekannya yang tadi gagal mendobrak pintu belakang. Untung tidak ada yang terinjak kaki si Pria.

Ditengah serunya aksi berbalas peluru para penyerbu disekeliling pria berjaket bomber kemudian berdiri serentak begitu sosok paling depan memberi aba aba. Lantas dengan cepat mereka menyerbu kedepan mengepung para penjaga gudang.

"LEPASKAN SENJATA.. KALIAN SUDAH TERKEPUNG..!! ". Teriak sosok paling depan.

Tapi para penjaga itu mana mau menyerah begitu saja. Sembari melepaskan tembakan membabi buta mereka bergerak mundur kesamping sebelah kanan gudang yang berupa tanah lapang bekas lapangan sepakbola. Tapi tak lagi sepenuhnya lapang karena telah ditumbuhi rumput rumput liar setinggi pinggang dan beberapa pohon perdu yang tumbuh subur. Lapangan itu juga dipenuhi tumpukan peralatan gudang seperti roli roli bekas, mesin mesin besar yang sudah usang, jejeran drum drum kosong, dan juga tumpukan batu Split dan pasir pasir yang menggunung. Sungguh tempat yang cocok untuk saling baku tembak.

Melihat para penjaga bergerak mundur ke arah tanah lapang, Lima penyerbu pertama bergerak menjauhi arah langkah para penjaga, Mereka tak ingin jadi sasaran tembak para penjaga yang membabi buta.

Para penjaga gudang itu sudah nekat. Lebih baik mati daripada menyerah.

Pria berjaket bomber melihat ada kesempatan. Dia lantas berlari cepat menuju pintu gudang yang sudah tak terjaga. Tapi nyalinya sedikit menciut mendapati didalam ruangan gudang, didepan pintu sebuah kamar masih ada lima penjaga.

Para penjaga bertubuh tinggi besar berwajah seram melangkah mendekati sosok Pria yang baru masuk. Pria berjaket bomber berwarna abu-abu sedikit lega karena kelima penjaga gudang itu tidak ada yang bersenjata api. Hanya menggenggam sejenis senjata tajam berupa golok kecil yang berkilatan ditimpa lampu gudang yang menyala terang.

Sekilas mata si Pria melihat pintu belakang gudang sudah terbuka lebar. Sepertinya para penjaga yang tersisa berniat kabur lewat pintu belakang itu. Si pria berjaket tak sempat bertanya dimana para wanita disekap, karena kelima penjaga serentak menyerangnya dengan golok ditangan yang siap mencacah tubuh.

Sabetan golok pertama dihindari si Pria dengan cara berkelit kesamping. Kemudian sekuat tenaga tinjunya dihantam kan kedepan. Menghajar rahang si penyerang dengan telak membuat tubuh besar itu tersentak sesaat dan jatuh terjengkang. Membuat empat serangan golok lain terhenti karena yang punya golok terperanjat kaget melihat si Pria berjaket mampu menghindar dan balik menyerang.

"KURANG AJAR.. SIAPA KAU...!! ". Teriaknya marah sambil tangan kiri menyeka darah yang meleleh disudut bibir tebal hitamnya.

Keempat kawan si penjaga sontak meradang dan empat golok pun berkelebat memburu. Pria berjaket bomber sedikit menekuk kaki dengan dua tangan terkembang.

" Rawe rawe rantas, malang malang putung... ". Dia tak mungkin mundur, sudah kepalang tanggung.

" MODAR YO WIS...!! ".

__________________

Satu babatan golok datang mendahului yang lain. Babatan ganas dari atas kebawah seperti ingin membelah kepala. Si Pria yang diserang bukannya melompat mundur tapi justru maju menyongsong. Gerakan maju yang sangat cepat membuat hanya bagian lengan penyerang yang mampu mengenai bahu kanannya. Seketika itu juga si pria sedikit memutar badan kekanan dan tangan kirinya memiting leher penyerang kemudian membawa tubuh lawan jatuh terlentang ke lantai gudang.

Tangan kanan pria berjaket berhasil merebut golok yang lantas dipakai menangkis sabetan golok kedua yang mengarah ke belakang leher. Benturan dua golok memercikkan bunga api, tangan pria berjaket yang memegang golok terasa kesemutan.

"Hampir putur leherku... ". Keluh si pria.

Dan leher itu akan benar benar putus jika si Pria tidak sigap menjatuhkan badan sejajar lantai ketika golok ketiga datang menyerang.

Begitu serangan golok lewat hanya beberapa milimeter dari kepalanya, Si Pria kemudian menyapu kaki lawan dengan tendangan memutar dari bawah.

Terdengar bunyi tulang kering beradu, kemudian disusul suara teriak kesakitan dan tubuh tinggi besar sang penyerang jatuh terjengkang. Si Pria berjaket mengeluh, kakinya yang barusan menghantam lawan juga terasa sangat sakit. Ngilu sekali.

Mendengar suara gaduh didekat pintu kamar, Asty mencoba melihat untuk mengetahui apa yang terjadi. Suara tembakan senjata api yang dari tadi terdengar membuat para wanita itu ketakutan sekaligus penasaran.

Begitu mencapai pintu dan berhasil melihat keluar, mata Asty terbelalak kaget. Dilihat nya seorang pria berjaket abu abu sedang dikeroyok empat penjaga bersenjata golok.

Sementara satu penjaga lagi tidak memegang apa apa, karena bertepatan dengan Asty keluar melihat, pada saat itu si pria berjaket berhasil merebut satu golok.

Dan ketika si pria berjaket itu mencoba bangkit berdiri dengan sedikit tertatih karena kaki yang terasa sakit habis dipakai menghantam kaki lawan tadi, Asty tercekat. Dia mengenali pria berjaket.

"Mas Amin....? ".. Ada semacam rasa yang tak jelas apa namanya membuncah di dada si wanita. Mas Amin nya bertaruh nyawa demi menyelamatkannya.

" HATI HATI MAS...!! ". Asty berteriak kencang ketika melihat empat bilah golok tajam kembali berkelebat.

Mendengar suara sang wanita pujaan, pria berjaket bomber berwarna abu abu yang ternyata memang benar adalah Amin menyempatkan diri tersenyum meski tak bisa lama. Dia kemudian berjibaku menghadapi serangan dengan semangat yang berlipat lipat.

Sang wanita pujaan sekarang sedang menanti dengan harap harap cemas akhir dari perjuangannya. Tentu saja Amin ingin happy ending. Asty tentu akan sangat kecewa kalau Dia sampai kalah dan tewas dihajar golok golok ini.

Sementara itu diluar gudang baku tembak masih berlangsung seru. Empat penjaga tergeletak ditanah berdarah darah, sedangkan satu orang dari penyerbu yang sekarang terlihat jelas adalah Tim dari kepolisian tampak duduk bersender dibatang pohon palem sambil memegangi dada kiri yang mengucurkan darah. Seperti tertembus peluru.

"Bagaimana lukamu Bimo....? ". Rekan yang posisinya paling dekat bertanya pada pria yang tersandar dibatang pohon.

" Cuma luka kecil komandan.. Tak apa apa". Bimo tersenyum menyeringai. Dia lantas hendak bangkit tapi kemudian diurungkan begitu rasa sakit teramat sangat berdenyut didadanya.

"Untung dilapisi rompi, jika tidak dadaku pasti sudah jebol hancur... ". Keluh Bimo sedikit bersyukur.

" Kamu disini saja. Cari tempat berlindung yang aman..". Sang Komandan yang melihat itu kemudian berkata lagi.

"Lawan kita kali ini bukan main main... ". Lanjut Sang Komandan kemudian.

" Siap Komandan... ".


_________________


Salah satu sosok bayangan hitam penyerbu yang tadi memilih mundur dan menunggu di mobil ternyata adalah Dewi.

Wanita itu terlihat sangat ketakutan. Dia sedikit menyesal kenapa tadi memaksa ikut. Amin tadi sudah mencegah dan memintanya untuk menunggu saja di kontrakan. Tapi wanita itu ngeyel. Dikiranya Operasi penyelamatan Asty ini akan berlangsung menyenangkan seperti sebuah liburan.



______________



Tadi sore Amin menghubunginya melalui telepon seluler dan kemudian mereka berjanji untuk bertemu di sebuah restoran. Cukup lama mereka di restoran itu, mengisi perut sambil bertukar cerita tentang kenapa Amin sampai berada di kota besar ini.

Dewi cukup mengenal Amin. Mantan istri Pria itu adalah teman sekelas Dewi waktu sekolah SMA di ibukota provinsi. Bahkan Dewi turut hadir sewaktu acara resepsi pernikahan sahabat nya itu. Tapi sebelumnya Dewi tak tahu kalau mereka sudah bercerai lama.

Ketika Amin memberi tahu alasannya ke kota ini adalah atas permintaan Deni untuk menjemput Asty, Dewi seperti mendapatkan sebuah pencerahan. Seperti baru sadar dari sebuah kesalahan, Dewi mengajak Amin kekontrakan. Tapi kontrakan kecil itu sudah kosong ketika Dewi dan Amin datang menjelang magrib.

Amin lantas menghubungi Sang Kakak yang seorang petugas kepolisian di kota ini. Kebetulan sekali Sang kakak memang tengah mengumpulkan data dan menyusun strategi untuk membongkar praktik ilegal PT. Semesta Kasih.

Jadilah kemudian rombongan itu meluncur cepat menuju gudang kosong di utara kota atas petunjuk penting dari Dewi.



______________



Dalam takutnya Dewi memilih untuk tetap berdiri diantara dua mobil polisi yang berjejer. Ada tiga mobil semuanya. Tapi mobil terakhir berupa Pick up yang bagian belakangnya terbuka dan terdapat dua bangku panjang yang berjejer beradu sandaran di atas bak nya.

Jarak Dewi sekitar 300 meter dibelakang gudang. Ada jalan kecil disitu. Jalan yang sengaja dibangun mengelilingi areal gudang itu. Mungkin dulu jalan itu semacam jalan lingkar yang digunakan oleh Satuan Pengamanan gudang.

Diliputi rasa takut dan juga karena kondisi sekitar yang gelap gulita, Dewi tak menyadari ada beberapa sosok yang berlahan sekali mendekatinya. Wanita itu hanya terdiam kelu dalam keterkejutan ketika suatu benda keras dan dingin terasa menempel di tengkuknya. Sebuah Pistol...

"Diam Kau penghianat. Jangan bersuara kalau ingin selamat.. ". Sebuah suara berbisik. Dewi tak sempat berucap apa apa karena belum habis suara bisik terdengar, mulut Si Wanita dibekap dan kemudian ditutupi semacam lakban tebal.



________________



Didalam gudang.....

Amin berdiri tegak dengan kuda kuda yang cukup kokoh. Jaket bomber nya robek besar dibagian pinggang. Sepertinya sempat tersambar golok. Sementara dihadapannya tiga penjaga siap siap kembali menyerang. Golok ditangan diputar putar seperti kipas angin.

Dua sosok penjaga meringkuk disamping kanan. Lebih Tepatnya terkapar dengan luka menganga dibagian paha dan dada. Membuat tiga penjaga yang tersisa menjadi semakin bernafsu untuk mencincang cincang tubuh pria berjaket itu.

"MATI KAU BANGSAT...!! ". Tiga golok menyerang bersamaan. Amin cuma diam menunggu. Asty yang melihat itu sangat khawatir.. Dia tak ingin Jagoannya terluka dan kalah..

Asty menahan nafas ketika kemudian dia melihat Amin menyongsong serangan tiga buah golok dengan gerakan yang sangat cepat sekali. Tahu tahu sosok penyerang sebelah kiri jatuh berdebum dihantam tinju, Disusul sebuah tendangan keras mendarat telak diwajah penyerang sebelah kanan. Tanpa ampun wajah brewokan itu hancur dilanda tendangan. Hidung berdarah, gigi copot beberapa.
Yang punya gigi kemudian pingsan..

Melihat Empat rekannya tumbang di lantai dan tak lagi bergerak, satu penjaga tersisa lantas berlari kabur keluar pintu belakang dan menghilang dikegelapan.

Asty bersorak. Wajahnya bersemu ketika Amin melangkah mendekat dengan senyum mengembang. Kemudian tubuh mungilnya tenggelam dalam pelukan hangat. Sangat hangat karena dada sang penyelamat basah berkeringat.



_____________



Komandan penyerbu gudang yang bernama Bripka Hanif memutar otak mencari cara untuk segera mengakhiri pertempuran ini. Cukup satu saja anak buahnya yang terluka. Sang Komandan tak ingin penyerbuan nya malam ini gagal. Apalagi penyerbuan nya malam ini diikuti oleh sang adik tersayang. Dia tak ingin malu dihadapan Amin, adik lelaki satu satunya yang sudah hampir 5 tahun tak pernah berjumpa.

Bripka Hanif kemudian memberi kode pada beberapa anak buahnya. Kode jari yang merupakan sandi rahasia.

Anggota penyerbu paham kode itu. Kemudian mulai berpencar kesegala penjuru lapangan mencari posisi yang terbaik. Sasaran utama adalah pemimpin Penjaga. Dengan menumbangkan Sang pimpinan, dipastikan para penjaga lain akan kacau dan gerakan mereka tak lagi terorganisir dengan rapih.


Dengan begitu, tentu akan mudah memberantas mereka.

Taktik Bripka Hanif ternyata berjalan dengan baik.
Setelah berhasil memastikan yang mana diantara para penjaga gudang itu yang merupakan pimpinannya, satu lesatan peluru tajam dari tangan Sang Komandan tim penyergap berhasil menembus badan pria tinggi besar berjaket merah tepat ditengah tengah kening.

Tembakan yang sebenarnya untung untungan. Karena untuk senjata api berjenis pistol, menembak sasaran berjarak hampir seratus meter adalah sebuah usaha yang tidak bisa dijamin keakuratannya.

Tapi Sang Komandan Tim penyergap itu sedang beruntung malam ini. Entah kenapa pula kepala Sang pimpinan penjaga gudang itu malah nongol dibalik tumpukan drum bekas sehingga memudahkan Bripka Hanif membidik. Dia tersenyum sedikit dan mengucap syukur.

Begitu melihat Sang pimpinan tumbang, belasan penjaga lain langsung ciut nyali. Mereka terlihat bingung. Sambil memberondongkan tembakan membabi buta mereka mundur kearah gelap. Kearah yang semakin gelap dan kemudian berondongan suara tembakan terdengar semakin jarang. Sampai akhirnya tak terdengar lagi.

Suasana malam disekitar gudang pun kembali sunyi.





Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Action nya diceritain dengan detil..inikan bukan forum action mas bro
Maaf hu...🙏🙏🙏
Tapi Kayaknya cerita lain juga gitu.. Cerbung Jalak karya suhu tomatto malah lebih detail lagi penggambaran actionnya .
Tapi kalo ini mengganggu ya udah.. Saya minta maaf hu... 🙏🙏🙏🙏🙏

Saya akui,saya memang gak bisa bikin cerita yang sesuai dengan ekspektasi..maafkan saya suhu.... 🙏🙏🙏
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd