Cerita 017
Tidak seperti biasanya Puput memberikan pelayanan seperti itu kepada Arman di tempat yang tidak privasi seperti di rumah makan barusan. Pasca hal mesum tadi, keduanya sekarang terlihat canggung satu sama lain sambil memakan tusuk demi tusuk sate. Arman terlihat sudah menghabiskan dua porsi nasi dan sate kambing sementara Puput hanya baru menyantap tiga sendok dari setengah porsi nasinya dan dua tusuk sate. Terlihat yang lebih merasa canggung adalah Puput sementara Arman dengan cuek menyeruput sop kambing di sampingnya setelah sempat menawarkan ke Puput.
“Tumben lo makan pelan banget?” tanya Arman yang juga sudah mulai kembali rohnya setelah diinjak tongkat nabi Musa nya oleh Puput tadi.
“Dah jem setengah 2 pagi, udah masuk waktunya gw hibernasi cantik. Eh lo nya malah ngajak nyate. Rese lo..!!” omel Puput sambil sibuk mengunyah.
“Kalo gak ngajak entar lo nya mati kelaperan lagi dalem kamar.”
“Gak tuh, biasa aja. Lebay banget lo jadi orang! Kan gw bisa mesen sama pihak penginapannya mau makan apa…!!”
Puput kembali ke setelan judesnya setelah rasa laparnya perlahan terpuaskan. Kembali Arman hanya tinggal mengurut dadanya kuat2 mendengar ocehan ketus perempuan cantik di depannya ini yang tidak hentinya memasang ekspresi tajam sambil mengunyah sengit. Setelah ia tadi disuguhkan dengan wujud setan binal Puput, kini ia harus mendengarkan omelan demi omelan yang masih ditanggapi sesantai mungkin meskipun telinga sudah memanas.
“Put?”
“Paan?”
“Dah kenyang?” tanya Arman melihat piring yang sudah kosong di hadapan Puput.
“Dah.”
“Nambah lagi gak?”
“Gak mau! Tar gendut! Lo aja sono!” Puput masih menjawab dengan ketus.
“Yaudah gw mau mesen wedang. Lo mau?”
“Gak!”
Arman pun memesan segelas wedang jahe untuk menghangatkan dirinya. Beberapa menit kemudian datanglah wedang tersebut dengan asap hangat yang mengepul diatasnya. Ia menyeruput pelan setelah itu mengeluarkan suara desis yang cukup nyaring. Puput diam2 memperhatikan gerak gerik Arman namun sempat membuang tatapannya ketika Arman menatap balik.
“Ahhh, ini lah… dah lama kagak ngewedang. Enak banget kalo dingin2 begini.” gumam Arman menikmati hangatnya rasa dan efek wedang yang mengalir di tubuhnya.
Arman kembali melirik sekilas kearah Puput. Nampaknya kali ini ia berhasil memergoki Puput yang sedang menatapnya diam2. Perasaan gengsinya telah kembali ke dirinya saat ini dan Puput tentu tidak mau mengakuinya jika ia sebenarnya juga ingin mencicipi.
“Liat2 aja daritadi. Mau gak jadinya?”
“Gak mau! Ish, dibilangin!”
“Yaudah nyicip dulu sini dah. Sesendok mau?”
Arman mengambil sendok dari tempat alat makan untuk menyendok air wedang dan menyuapi Puput. Jelas saja, Puput masih menolak mentah2 dan semakin melototkan matanya.
“Apaan sih? Orang dibilangin gak mau ya gak mau! Maksa banget ihhh…!!”
“Ssstt… dah malem Put. Jangan teriak2 gitu ah lo nya…” Arman menasehati Puput sambil kedua tangannya mengarahkan sendok yang sudah dicedok wedang.
“Yaudah jangan maksa..” Puput merendahkan nada suaranya sedikit.
“Iye2 gak maksa. Nih dah…” Arman menaruh sendok yang ia ambil diatas tisu, melihat Puput yang semakin sengit menolak.
“Gw mau minum sendiri.”
“Hah?”
“Sini gelasnya!”
Tiba2 Puput langsung ingin mencicipi tanpa tawaran seruputan sendok dari Arman. Persis sekali Puput tadi menolak habis2an, namun sekarang mendadak ia mengambil gelas wedang Arman yang berusaha menyeruputnya sendiri.
“Yaudah, pelan2…” pesan Arman ketika Puput menyentuh gelas tersebut dengan hati2.
“Ya..”
“Panas…”
“Hmm..”
“Panas beneran, Put….”
“Bawel!”
Namun tiba2….
“Aduh shh!!”
“Nah kan gw bilang apa.”
Lidah Puput langsung tersundut oleh panasnya air wedang tersebut. Ia memegang erat mulutnya yang perih karena rasa panas yang menusuk di lidahnya.
“Dah2, minum aer dulu ini.” Arman menyodorkan segelas teh tawar yang sudah mendingin ke Puput agar rasa panas tersebut reda.
“Kok lo bisa sih minum panas2 begini????” tanya Puput menatap tajam Arman dengan penuh rasa sakit.
“Ada yang namanya ditiup dulu, Kyla Susanti Puput. Kek lo makan popmi aja kan pasti ditiup dulu kan sebelom dimakan.”
“Tapi gak sepanas ini! Aduhh…. lidah gw sakit…”
“Mana sini gw cek…”
Arman berpindah tempat duduk ke samping Puput. Ia perlahan membuka mulut Puput dengan menyentuh ujung bibir sambil mengecek apakah luka tersebut terlihat parah karena Puput cukup kesakitan.
“Henngah huhah hehai heh hanghe hehihi huha…!!” keluh Puput masih dengan mulut terbuka.
“Ngomong apa sih, neng? Hahaha….”
Namun sikap Arman yang mengecek tadi membuat Puput jadi salah tingkat perlahan. Ia merasa berdebar ketika Arman mendekatkan wajahnya di hadapannya saat ini. Tatapannya sengaja ia buang lantaran tidak sanggung menatap Arman yang memperhatikan bagian rongga mulutnya.
“Sono2 ih! Deket2 mulu lo perasaan sama gw!” Puput dengan kasar mendorong tubuh Arman menjauh agar tidak semakin terintimidasi.
Mendadak dari arah masuk terdengarlah suara berdehem nyaring dari salah satu gerombolan pengunjung yang datang. Sontak mereka berdua langsung menengok asal suara tersebut.
“Ehemmm…!!”
“......”
“Ohhhhh, jadi Puput sama Arman sekarang? Ternyata yang di pulau membuahkan hasil tooooohhh…??”
“Eh? EH? IH LO NGAPAIN DISINI?????”
Puput panik ketika melihat Jessica memandang mereka berdua dengan ekspresi penuh arti, dalam arti terkejut namun dibuat2 sambil menutup mulutnya yang menganga dengan buku2 jarinya. Disampingnya juga ada Marlo yang sedang ia gandeng erat sambil diremas lengan Marlo kuat2 mengisyaratkan bahwa ini adalah temannya dan sedang ketahuan berjalan bersama laki2 lain.
“Euuum, ya laper atuh. Kan hanjawar asupan orang2 kota kek akuhh, bersama dengan Marlo ku sayang, gw kan laper jadi… HMMMPP!!”
Ocehan tanpa arah Jessica langsung dibungkam kuat2 oleh Puput. Tatapannya begitu kaget ketika melihat teman dekatnya tanpa sengaja bisa memergoki ia dengan Arman.
“Be… cabeeee???? Plis jangan kasih tau siapa2 beeee!!”
“Hmmmpp hmmmpp??”
“Hah? Apa?” Puput melepaskan tangannya dari mulut Jessica karena omongan tidak jelas barusan.
“Puahhhh!! Lho emang kenapa be??” tanya Jessica sembari tersenyum senang.
“Ya pokoknya jangan! Kesannya tuh gw cewe yang begimana2!!”
“Begimana maksudnya gimana sih?”
Lalu dari belakang Arman menghampiri dan meraih kedua pundak Puput. Ia berusaha menenangkan perempuan itu namun langsung ditepis sambil memberikan pandangan sinis.
“Ini Jessica ya?” tanya Arman ramah.
“Iyaaa. Arman yang waktu itu kan yaaa??”
“Iya. Tumben?”
“Ya biasa lah, jalan2 malem. Terus kepengen sate. Tapi bosen kalo sate di ibukota, gitu2 aja. Makanya gw kesini sama gebetan gw…. eh kenalin btw ini Marlo namanya.” Jessica meraih pergelangan Marlo untuk disodorkan ke Arman.
“Marlo.”
“Arman.” Arman memberikan ‘fist bump’ kepada Marlo yang memberikan jabatan tangan.
“Dan ini, Puput?” Marlo menunjuk kecil kearah Puput yang tersenyum singkat membalas sapaan Marlo “jadi lo berdua pacaran?”
“Hah, iya?” tanya Jessica semakin heboh.
“Enggak. Hehehe…” jawab Puput ramah.
“Ya gitu dah.” sambung Arman tersenyum datar.
“Gak ya!” Puput sontak menyanggah sambil memberikan tinju di pinggang Arman yang tampaknya tidak terasa sakit sama sekali.
“Yaaa… kalo udah mah gapapa juga kali, Puuuut. Tapi gw seneng kok akhirnya lo udah nemu yang baru, akhirnya bebas juga lo dari hubungan yang katanya toxic itu.” ucap Jessica masih dengan nada ramah berusaha menyemangati Puput.
“Beeee… gak gitu.” Puput terlihat semakin panik. Ia meraih pergelangan Jessica dan meremaskan kuat2 agar Jessica tidak mengatakan hal lain yang terlalu jauh.
“Eh, yuk daripada diri disini mending makan.” Marlo meluruskan percakapan sambil mengajak Jessica masuk kedalam.
“Iya juga. Eh ayuk masuk lagi yuk, kita ngobrolnya di dalem aja, Put.” ajak Jessica ke Puput.
“Engg… tapi gw dah mau balik.”
“Lho kok gitu? Gw baru aja sampe…” terlihat raut kecewa dari Jessica mendengar penolakan dari Puput.
“Soalnya kita udah dari tadi nih, Jess. Si Puput udah ngantuk juga, jadi kek nya kita mau langsung balik aja ke penginapan.” gantian Arman memotong percakapan.
“Oalaaah gitu, eh ngomong2 lo pada bedua nginep dimana emang?” tanya Jessica penasaran.
“Ada lah pokoknya di jalur bawahan dikit deket Gunung Mas. Hihihi…”
“Hemmm kayaknya gw tau deh tempatnya dimana. Yang waktu itu lho Aaayy… yang kita hampir mau order disitu” Jessica menarik lembut lengan Marlo mengajaknya mengingat kembali pemesanan hotel yang ingin mereka tempati “yuk kapan2 yuk disitu nanti kita nginep.”
“Boleh, yuk kapan2. Sekalian nih ‘double date’ juga kalo mau.” ajak Marlo ramah.
“Boleh2 aja.” ucap Arman santai.
“Hehehe… ya kapan2 ya kalo ada waktu.” Puput membalas dengan senyum kaku sambil sekilas melotot seram kearah Jessica yang menatap heran.