Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA QUEEN BEE - Puput New Story's

Cerita 017



Tidak seperti biasanya Puput memberikan pelayanan seperti itu kepada Arman di tempat yang tidak privasi seperti di rumah makan barusan. Pasca hal mesum tadi, keduanya sekarang terlihat canggung satu sama lain sambil memakan tusuk demi tusuk sate. Arman terlihat sudah menghabiskan dua porsi nasi dan sate kambing sementara Puput hanya baru menyantap tiga sendok dari setengah porsi nasinya dan dua tusuk sate. Terlihat yang lebih merasa canggung adalah Puput sementara Arman dengan cuek menyeruput sop kambing di sampingnya setelah sempat menawarkan ke Puput.

“Tumben lo makan pelan banget?” tanya Arman yang juga sudah mulai kembali rohnya setelah diinjak tongkat nabi Musa nya oleh Puput tadi.

“Dah jem setengah 2 pagi, udah masuk waktunya gw hibernasi cantik. Eh lo nya malah ngajak nyate. Rese lo..!!” omel Puput sambil sibuk mengunyah.

“Kalo gak ngajak entar lo nya mati kelaperan lagi dalem kamar.”

“Gak tuh, biasa aja. Lebay banget lo jadi orang! Kan gw bisa mesen sama pihak penginapannya mau makan apa…!!”

Puput kembali ke setelan judesnya setelah rasa laparnya perlahan terpuaskan. Kembali Arman hanya tinggal mengurut dadanya kuat2 mendengar ocehan ketus perempuan cantik di depannya ini yang tidak hentinya memasang ekspresi tajam sambil mengunyah sengit. Setelah ia tadi disuguhkan dengan wujud setan binal Puput, kini ia harus mendengarkan omelan demi omelan yang masih ditanggapi sesantai mungkin meskipun telinga sudah memanas.

“Put?”

“Paan?”

“Dah kenyang?” tanya Arman melihat piring yang sudah kosong di hadapan Puput.

“Dah.”

“Nambah lagi gak?”

“Gak mau! Tar gendut! Lo aja sono!” Puput masih menjawab dengan ketus.

“Yaudah gw mau mesen wedang. Lo mau?”

“Gak!”

Arman pun memesan segelas wedang jahe untuk menghangatkan dirinya. Beberapa menit kemudian datanglah wedang tersebut dengan asap hangat yang mengepul diatasnya. Ia menyeruput pelan setelah itu mengeluarkan suara desis yang cukup nyaring. Puput diam2 memperhatikan gerak gerik Arman namun sempat membuang tatapannya ketika Arman menatap balik.

“Ahhh, ini lah… dah lama kagak ngewedang. Enak banget kalo dingin2 begini.” gumam Arman menikmati hangatnya rasa dan efek wedang yang mengalir di tubuhnya.

Arman kembali melirik sekilas kearah Puput. Nampaknya kali ini ia berhasil memergoki Puput yang sedang menatapnya diam2. Perasaan gengsinya telah kembali ke dirinya saat ini dan Puput tentu tidak mau mengakuinya jika ia sebenarnya juga ingin mencicipi.

“Liat2 aja daritadi. Mau gak jadinya?”

“Gak mau! Ish, dibilangin!”

“Yaudah nyicip dulu sini dah. Sesendok mau?”

Arman mengambil sendok dari tempat alat makan untuk menyendok air wedang dan menyuapi Puput. Jelas saja, Puput masih menolak mentah2 dan semakin melototkan matanya.

“Apaan sih? Orang dibilangin gak mau ya gak mau! Maksa banget ihhh…!!”

“Ssstt… dah malem Put. Jangan teriak2 gitu ah lo nya…” Arman menasehati Puput sambil kedua tangannya mengarahkan sendok yang sudah dicedok wedang.

“Yaudah jangan maksa..” Puput merendahkan nada suaranya sedikit.

“Iye2 gak maksa. Nih dah…” Arman menaruh sendok yang ia ambil diatas tisu, melihat Puput yang semakin sengit menolak.

“Gw mau minum sendiri.”

“Hah?”

“Sini gelasnya!”

Tiba2 Puput langsung ingin mencicipi tanpa tawaran seruputan sendok dari Arman. Persis sekali Puput tadi menolak habis2an, namun sekarang mendadak ia mengambil gelas wedang Arman yang berusaha menyeruputnya sendiri.

“Yaudah, pelan2…” pesan Arman ketika Puput menyentuh gelas tersebut dengan hati2.

“Ya..”

“Panas…”

“Hmm..”

“Panas beneran, Put….”

“Bawel!”
Namun tiba2….

“Aduh shh!!”

“Nah kan gw bilang apa.”

Lidah Puput langsung tersundut oleh panasnya air wedang tersebut. Ia memegang erat mulutnya yang perih karena rasa panas yang menusuk di lidahnya.

“Dah2, minum aer dulu ini.” Arman menyodorkan segelas teh tawar yang sudah mendingin ke Puput agar rasa panas tersebut reda.

“Kok lo bisa sih minum panas2 begini????” tanya Puput menatap tajam Arman dengan penuh rasa sakit.

“Ada yang namanya ditiup dulu, Kyla Susanti Puput. Kek lo makan popmi aja kan pasti ditiup dulu kan sebelom dimakan.”

“Tapi gak sepanas ini! Aduhh…. lidah gw sakit…”

“Mana sini gw cek…”

Arman berpindah tempat duduk ke samping Puput. Ia perlahan membuka mulut Puput dengan menyentuh ujung bibir sambil mengecek apakah luka tersebut terlihat parah karena Puput cukup kesakitan.

“Henngah huhah hehai heh hanghe hehihi huha…!!” keluh Puput masih dengan mulut terbuka.

“Ngomong apa sih, neng? Hahaha….”

Namun sikap Arman yang mengecek tadi membuat Puput jadi salah tingkat perlahan. Ia merasa berdebar ketika Arman mendekatkan wajahnya di hadapannya saat ini. Tatapannya sengaja ia buang lantaran tidak sanggung menatap Arman yang memperhatikan bagian rongga mulutnya.

“Sono2 ih! Deket2 mulu lo perasaan sama gw!” Puput dengan kasar mendorong tubuh Arman menjauh agar tidak semakin terintimidasi.

Mendadak dari arah masuk terdengarlah suara berdehem nyaring dari salah satu gerombolan pengunjung yang datang. Sontak mereka berdua langsung menengok asal suara tersebut.

“Ehemmm…!!”

“......”

“Ohhhhh, jadi Puput sama Arman sekarang? Ternyata yang di pulau membuahkan hasil tooooohhh…??”

“Eh? EH? IH LO NGAPAIN DISINI?????”

Puput panik ketika melihat Jessica memandang mereka berdua dengan ekspresi penuh arti, dalam arti terkejut namun dibuat2 sambil menutup mulutnya yang menganga dengan buku2 jarinya. Disampingnya juga ada Marlo yang sedang ia gandeng erat sambil diremas lengan Marlo kuat2 mengisyaratkan bahwa ini adalah temannya dan sedang ketahuan berjalan bersama laki2 lain.

“Euuum, ya laper atuh. Kan hanjawar asupan orang2 kota kek akuhh, bersama dengan Marlo ku sayang, gw kan laper jadi… HMMMPP!!”

Ocehan tanpa arah Jessica langsung dibungkam kuat2 oleh Puput. Tatapannya begitu kaget ketika melihat teman dekatnya tanpa sengaja bisa memergoki ia dengan Arman.

“Be… cabeeee???? Plis jangan kasih tau siapa2 beeee!!”

“Hmmmpp hmmmpp??”

“Hah? Apa?” Puput melepaskan tangannya dari mulut Jessica karena omongan tidak jelas barusan.

“Puahhhh!! Lho emang kenapa be??” tanya Jessica sembari tersenyum senang.

“Ya pokoknya jangan! Kesannya tuh gw cewe yang begimana2!!”

“Begimana maksudnya gimana sih?”

Lalu dari belakang Arman menghampiri dan meraih kedua pundak Puput. Ia berusaha menenangkan perempuan itu namun langsung ditepis sambil memberikan pandangan sinis.

“Ini Jessica ya?” tanya Arman ramah.

“Iyaaa. Arman yang waktu itu kan yaaa??”

“Iya. Tumben?”

“Ya biasa lah, jalan2 malem. Terus kepengen sate. Tapi bosen kalo sate di ibukota, gitu2 aja. Makanya gw kesini sama gebetan gw…. eh kenalin btw ini Marlo namanya.” Jessica meraih pergelangan Marlo untuk disodorkan ke Arman.

“Marlo.”

“Arman.” Arman memberikan ‘fist bump’ kepada Marlo yang memberikan jabatan tangan.

“Dan ini, Puput?” Marlo menunjuk kecil kearah Puput yang tersenyum singkat membalas sapaan Marlo “jadi lo berdua pacaran?”

“Hah, iya?” tanya Jessica semakin heboh.
“Enggak. Hehehe…” jawab Puput ramah.

“Ya gitu dah.” sambung Arman tersenyum datar.

“Gak ya!” Puput sontak menyanggah sambil memberikan tinju di pinggang Arman yang tampaknya tidak terasa sakit sama sekali.

“Yaaa… kalo udah mah gapapa juga kali, Puuuut. Tapi gw seneng kok akhirnya lo udah nemu yang baru, akhirnya bebas juga lo dari hubungan yang katanya toxic itu.” ucap Jessica masih dengan nada ramah berusaha menyemangati Puput.

“Beeee… gak gitu.” Puput terlihat semakin panik. Ia meraih pergelangan Jessica dan meremaskan kuat2 agar Jessica tidak mengatakan hal lain yang terlalu jauh.

“Eh, yuk daripada diri disini mending makan.” Marlo meluruskan percakapan sambil mengajak Jessica masuk kedalam.

“Iya juga. Eh ayuk masuk lagi yuk, kita ngobrolnya di dalem aja, Put.” ajak Jessica ke Puput.

“Engg… tapi gw dah mau balik.”

“Lho kok gitu? Gw baru aja sampe…” terlihat raut kecewa dari Jessica mendengar penolakan dari Puput.

“Soalnya kita udah dari tadi nih, Jess. Si Puput udah ngantuk juga, jadi kek nya kita mau langsung balik aja ke penginapan.” gantian Arman memotong percakapan.

“Oalaaah gitu, eh ngomong2 lo pada bedua nginep dimana emang?” tanya Jessica penasaran.

“Ada lah pokoknya di jalur bawahan dikit deket Gunung Mas. Hihihi…”

“Hemmm kayaknya gw tau deh tempatnya dimana. Yang waktu itu lho Aaayy… yang kita hampir mau order disitu” Jessica menarik lembut lengan Marlo mengajaknya mengingat kembali pemesanan hotel yang ingin mereka tempati “yuk kapan2 yuk disitu nanti kita nginep.”

“Boleh, yuk kapan2. Sekalian nih ‘double date’ juga kalo mau.” ajak Marlo ramah.

“Boleh2 aja.” ucap Arman santai.

“Hehehe… ya kapan2 ya kalo ada waktu.” Puput membalas dengan senyum kaku sambil sekilas melotot seram kearah Jessica yang menatap heran.
 
“Ehhh, yuk balik dah malem. Gw udah ngantuk banget nih rasanya. Yukkk….” tanpa ingin menambah basa basi yang riskan, Puput mengajak Arman untuk segera kembali ke penginapan. Ia tidak ingin omongan demi omongan dari Jessica atau Arman semakin membocorkan hubungan jalan belakangnya. Namun jika Jessica sudah mengetahui hal tersebut, berarti hanya 10% kemungkinan rahasia Puput akan dijaga, 90% nya akan keluar entah dari gossip ketika berada di dalam grup chat atau dalam acara kumpul2 cantik bersama kawan2 mereka karena Jessica terkenal di dalam geng dengan julukan ‘Queen of Cepu’. Rahasia apapun ketika sudah terdengar olehnya tidak akan pernah aman tanpa terkecuali.

Itulah mengapa saat ini Puput sedang begitu sengitnya mengirimkan chat klarifikasi ke kontak Jessica. Ia menjelaskan panjang lebar sedetail mungkin kepada Jessica bahwa hubungannya dengan Arman bukanlah apa2. Namun Jessica sudah terlanjur mengasumsikan bahwa ia sedang main belakang.

“Gak kelar2 daritadi chat nya. Kenapa sih btw?” tanya Arman mulai mengkhawatirkan Puput yang tidak melepas pandangan sama sekali dari ponselnya.

“Gw tuh gak mau sampe semua pada tau kalo kita tuh kayak gini, Man.”

“Ya terus kenapa emangnya?”

Pertanyaan tersebut membuat Puput langsung tajam menatap Arman.

“Ya lo mikir lah! Gw tuh udah tunangan sama cowo gw, terus kalo mereka tau gw sampe jalan sama lo entar gimana. Apalagi si Jessica… mulutnya nggak dijaga sama sekali!!”

“Bukan gitu maksud gw Put sebenernya.” jelas Arman masih fokus ke arah jalan.

“Terus?”

“Gini dah logikanya, elo kan jelas2 udah tunangan nih sama cowo lo yang siapa tuh namanya….?? Lupa gw.” tanya Arman sambil menggaruk kepalanya.

“Rangga!”

“Ya itu, Rangga.”

“Kenapa????”

“Kalo jelas2 lo udah tunangan sama dia, atau jalan lama sama dia, kenapa sekarang lo lagi di mobil gw, nginep sama gw, bahkan ngeue sama gw??? Kenapa lo gak ambil tindakan aja buat ngelarin hubungan lo sama si Rangga itu???”

Arman sudah mulai terus terang karena dalam hatinya ia sudah muak dengan hubungan kucing2an seperti ini. Ia ingin semuanya jelas seperti hubungan pada umumnya. Kalau pun jelas dan Puput tidak jadi dengan Arman, setidaknya ia ingin terlepas dari hubungan tidak jelas seperti ini. Namun jika ingin diteruskan, Arman pun tetap siap walaupun ia harus menanggung segala resiko yang ada termasuk berhadapan dengan Rangga yang menurutnya hal yang sangat kecil.

“Ya gak mau lah gw ngelarin! Enak aja lo bilang!!” Puput tidak mau kalah sengit. Ia sudah siap dengan segala argumen yang diberikan oleh Arman.

“Terus lo mau pertahanin hubungan lo aja gitu?”

“Emang kenapa?? Bukannya suka2 gw kalo gw mau putus mau enggak…??”

“Gak gitu Put cara mikirnya. Kok kesannya lo egois amat sih kayak gitu dah??”

“Emang gw egois! Mau apa lo!!??”

Seperti biasa, semua tanggapannya dicampur adukan dengan kejudesannya. Tidak seperti biasanya Puput seperti ini jika berdebat. Ketika duduk di SMA dulu, ia selalu memenangkan juara perlombaan debat antar provinsi, atau ketika ia tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Psikologi di kampusnya, ia adalah orang yang paling dihormati karena kewibawaan dan kharismanya dana memimpin organisasi. Semua ‘soft skill’ tersebut seakan2 luntur di hadapan Arman saat ini. Padahal yang Arman ucapkan adalah sebuah pertanyaan untuk meluruskan segalanya agar suatu hari nanti ia tidak menjadi kambing hitam di hubungan orang lain.

“Put, ayolah! Lo tuh kan pinter! Gw tau dari beberapa orang bilang kalo lo tuh paling di rispek di kampus soal organisasi apalah2 itu! Tapi lo ngejawab gw aja udah kek anak remaja labil gini! Napa sih lo?”

“Tau darimana lo gw di kampus gimana!? Anjir! Lo ‘stalking’ IG gw!!??”

Arman mengusap kuat wajahnya. Sepertinya tidak ada gunanya berdebat dengan Puput yang sedang dalam kondisi setengah mengantuk seperti ini.

“Gw… gw tuh…”

“Kenapa lo?”

“Gw…”

“Yang bener Put ngomongnya. Asli dah jadi kena ‘nerf’ lo kali lagi sama gw….” Arman semakin tajam omongannya saking ia sudah habis akal.

“Hikkss…. hiksss…”

Terdengar suara isak tangis pelan dari dalam mobil. Puput akhirnya mengeluarkan senjata pamungkasnya ketika sudah lelah berdebat; menangis.

Arman pun menghentikan omongannya untuk membiarkan Puput mengeluarkan tangisannya terlebih dahulu. Padahal ia begitu gondok karena Puput telah curang menghentikan perlawanan dengan menangis sambil membuang tatapannya ke jendela mobil.

“Hikks… hikkss…”

“......”

“Gw tuh hinnh… hikkss… gw tuh kesel Maaaannn…”

“Kenapa?” Arman mengecilkan suaranya agar tidak membuat suasana semakin carut.

“Gw… gw tuh kesel ditinggal terus sama Rangga!!!! Dia tuh pergi2 terus lah, kemana lah, bilangnya kerjaan lah, apa lah!!!”

“Lalu?”

“Ya gw capeeee, gw cape ditinggaaaaallll!!!”

Puput semakin terisak. Ia mengusap berkali2 air matanya dengan punggung tangannya “gw gak bisa digituin terus tau gakkkk!!”

“Hmmm…”

“Yaudah sekarang gw udah sama lo begini!!! Cuman gw tuh sampe sekarang…. hikkksss… sampe sekarang… hhhhnnhh huhuuu hikkss!!”

“Kenapa?”

“Hhhh hikss… hiksss…”

“Yaudah gw tunggu lo ampe tenang deh ya….” Arman akhirnya mengalah dan membiarkan Puput menangis terlebih dahulu.

Jiah, gini mah kagak jadi dah gw sikat. Ngambek anaknya
 
Singkat cerita sampailah mereka kembali di penginapan. Tidak perlu waktu lama karena lalu lintas tidak begitu padat. Puput yang masih dalam kondisi sendu pun langsung berjalan cepat menuju kamar cabin mereka. Arman langsung mengejar Puput yang terlihat tidak mengetahui letak cabin, terlihat dari dirinya yang celingak celinguk kesana kemari melihat marka jalan yang diterangi remang lampu.

“Put? Mau kemana?”

“Ke kamar lah! Pake nanya…!!”

“Ke arah sini yang bener.” Arman menunjuk ke arah jalan yang benar.

Puput yang masih bersedih dan sedikit tengsin langsung berlari melewati Arman menuju ke cabin. Sesampainya disana, mereka pun langsung masuk ke dalam kamar. Puput langsung menjatuhkan diri di kasur dan membenamkan wajahnya di bantal masih terisak menangis.

“Hikss… hikkss…”

“Mau sampe kapan begini terus, Put?” tanya Arman duduk di samping Puput.

“Gak tau… sampe gw puas! Hikss… udaaah lo jangan ganggu gw!!”

“Yaudah2… masih mau mewek?”

“Bacod!” bentak Puput di dalam dekapan bantal “dah sono lo sonoooo!!”

Arman menarik napas berat melihat Puput yang mengambek. Waktu juga menunjukan pukul setengah 4 pagi dimana Arman sudah merasa sangat lelah. Daripada harus meladeni Puput yang tak kunjung adem, lebih baik ia pergi tidur. Namun dirinya tentu merebah tidak jauh dari Puput, alih2 jika perempuan ini membutuhkan sesuatu atau apapun yang terjadi, ia sudah sigap untuk bertindak. Tak butuh waktu lama, suara dengkuran mulai terdengar dari Arman yang sudah lelap tertidur. Puput yang sudah sedikit membaik mengintip Arman dari bantal.

“Berisik ish… sebel!” omel Puput menampar pundak Arman.






____________________________________________________________



Sinar matahari sudah mulai menyinari masuk menembus jendela kamar cabin Puput dan Arman. Udara dingin pagi seperti biasa menusuk kulit memaksa untuk bangun karean beberap anggota tubuh seperti kaki mulai terasa kebas karena dingin. Arman yang setengah sadar berusaha bangun dari tidurnya yang tidak terlalu panjang karena hanya beberapa jam saja ia terlelap.

Pagi ini adalah hari terakhir dimana mereka menginap. Hari sebenarnya sudah berpindah ke hari Senin dimana harusnya Puput sudah berada di ruangannya untuk bekerja. Namun saat ini ia terlihat sedang berada bukan disamping memeluk Arman melainkan di antara kedua paha Arman.

“Shhh… agh Put..”

Ternyata Puput sedang mengocok batang penis Arman sambil ujung kepala penisya dicumbu lembut oleh Puput yang masih terlihat sayu dengan rambutnya yang kusut dan lepek.

“Ghh… anjir pagi2 udah nyepong aja lo… ohhh…” ucap Arman dengan suara beratnya setelah bangun tidur.

Puput tidak memberikan tanggapan ketus seperti biasanya. Ia hanya melirik Arman dengan pucuk bola matanya lalu melanjutkan emutan demi emutan di penis Arman. Tangan kirinya juga bergerak naik turun memijat serta mengocok bagian tengah berurat penis tersebut sementara tangan lainnya meremas zakar yang mulai dilakukan sebelum Arman bangun.

“Oughh.. Put.. hhhh…”

“Nape… mmh..??”

“Pagi2 dah nyepong aja…”

“Lo udah ngulang itu tadi… sllpphh….”

“Ya emang kenapa? Kan nanya… ghhh..” ejek Arman mengelus rambut samping Puput.

“Gak usah banyak tanya… mending lo diem aja, biar gw sepongin punya lo. Lagian siapa suruh lo ngaceng sampe nyembul gitu tadi di celana lo???” Puput menanggapi dengan ketus, kembali ke setelannya ketia berinteraksi dengan Arman.

Arman menikmati setiap emutan dan kocokan Puput. Nampaknya waktu dini hari tadi nafsu mereka berdua belum dituntaskan lantaran Puput terlanjut melodramatis sampai2 ditinggal tidur oleh Arman. Sebenarnya setelah menangis, Puput ingin sekali dimanja oleh Arman dengan pelukan dan elusan di kepalanya. Namun laki2 bodoh ini malah menyerah dengan kantuknya dan hanya memyisakan suara dengkuran tepat disamping telinga Puput.

Maka dari itu, pagi ini sebelum mereka check out, Puput ingin menuntaskan semuanya. Mau tidak mau juga harus ia yang memulai karena ia ingin mengungkapkan sesuatu dari aksinya ini.

“Rebahan…” pinta Puput kepada Arman yang sedang duduk menyandar di tembok dekat kasur.

“Lho kenapa?”

“Rebahan cepet! Gak usah banyak nanya!!”

Puput menggalak lalu mendorong Arman agar kembali di posisi tertidur. Lalu perlahan ia merayap dan naik diatas tubuh Arman. Luka cakaran di dada Arman yang diberikan olehnya dielus perlahan. Jika diingat kembali betapa ngerinya Puput jika sedang dalam hasrat binalnya sampai2 ia rela menyakiti Arman seperti ini.

“Sakit gak?”

“Apanya?”

“Inihh… yang kemaren gw sampe gituin elo..?”

“Ya perih dikit sih, cuman entar juga ilang sendiri.”

“Hmm gitu….”

“Cie, lo ngawatirin gw ya?” Arman kembali mengejek Puput “agh anjir! sakit weh sakit!” ejekannya barusan pun mendapat tamparan pedas tepat di luka cakaran tadi oleh Puput yang mengulum bibirnya sambil menatap Arman kesal.

“Rese banget sih lo, Man!”

“Yeeehh, rese2 juga doyan kan lo?”

“Gak tuh! Biasa aja… KYAHHH ARMAANN!”

Puput berseru kaget karena tiba2 posisi tubuhnya berganti dengan Arman. Saat ini ia berada dibawah ditimpa oleh Arman yang sudah mengangkat kedua paha montok nan kencang Puput.

“Nge gym lo ya?” tanya Arman meremas paha kiri Puput “paha lo bagus banget soalnya…”

“Nghhh… shhh perasaan lo udah pernah nanya gituan deh ke gw… mmhh..” desah Puput memejam ketika gerayangan tangan Arman mulai berpetualang di bagian sana.

“Ah yang bener lo?”

“Shhhh… udah ahhh… sekarang lo mau ngapain emang nnhh….???” tanya Puput mulai gusar karena celana leggingnya mulai ditarik lepas serta cd nya juga. Kemudian kepala penis Arman mulai menggesek menggoda Puput yang semakin blingsatan.

“Gw?”

“Nnnhh…. he-engghh… shhh emmhh…”

“Bukannya kemaren gw udah bilang ke lo pas di chat itu?”

“Emmmhh… bilang apa sihh euuhmm… hhnnn itu ternyatahhh ahh…”

Puput teringat ancaman balas dendam Arman atas apa yang dirinya lakukan ketika berada di rumah makan malam itu. Mengingat kata demi kata tersebut membuat selangkangan Puput ngilu mendadak lantaran Arman yang sudah menatap Puput dengan buas. Ia merasa pasrah namun tidak mau memberikan semuanya karena Puput juga ingin memberikan perlawanan yang seimbang. Kapan lagi ia menguasai seorang laki2 perkasa seperti Arman, setelah sebelumnya dirinya yang selalu kalah didominasi.

“Hhheeennhh… pagih2 udah mau ngeue aja lohh ennhh…” keluh Puput dengan suara yang terdengar parau namun seksi. Tatapannya kian menyayu seiring dengan gesekan penis di bibir vagina lalu menggesek sedikit klitorisnya, membuatnya terkadang kaget sambil mengigit bibir bawahnya.

“Kan ada yang memulai duluan…”

“Annhh… lagian sape suruh sihhh qontol lo ngaceng2 begituhhh… hnnnhh… emang boleh ya qontol segede gituhhh ennnhh???” Puput masih tidak mau mengalah namun suaranya semakin terdengar berat dan seksi.

“Jadi gimana nih? Mau gw stop aja, hah?”

Pertanyaan bernada ‘tombol suren’ tersebut langsug dihadiahi cengkraman di kedua pipi Arman oleh Puput yang menatap tajam. Saat ini bukanlah hal yang tepat untuk Arman mundur karena sebentar lagi mode putri binalnya akan muncul menerima hujamat penis gagah Arman.

“Hhhh hhhh…. lo jangan coba2!! Hhhh lo berhenti… hhmmhhh gw remes peler lo ampe putus nanti!! Liatin ajahh ahhhh…. hoohh shhh!!”

“Woi, serem amat ancemannya…” balas Arman sedikit kaget namun tidak diambil hati.

“Yaudah makanya cepet-AAAAAANNHHH NYAHHHH!!”

Puput kaget setengah mati ketika penis Arman langsung menyusup masuk ke dalam vaginanya bahkan sampai setengah bagian. Penis panjang, keras, dan cukup tebal tersebut langsugn terang2an menyentuh dinding vagina Puput yang sudah gatal bukan main. Namun saat ini ia malah terengah2 lantaran rasa kaget, sensasi gatal, dan syok yang bercampur aduk.

“LO GILA YAHH!!”

“Lah, gw kira mah lo udah biasa…”

“YHA GAK GINI YUGAKKHH AHHHH!! ANJINGAAAHH!!”

Puput tak henti2nya melototi Arman sambil mulutnya menahan dessahan yang hampit terdengar liar jika ia tidak menahannya. Pekikan tadi juga terdengar cukup nyaring di dalam kamar bahkan mungkin terdengar sampai keluar.

“Ahhh ahhh… awhh ahhh… hahhh…”

“Hahg haghh hghhh udah gw bilang apa kah!! Udah gw bilang apa kan kemaren Put!!” seru Arman memaju mundurkan pantatnya menghujam liang kewanitaan Puput “GW ABISIN LO AMPE LO LUMPUH!!”

“Nghhh ghhh ahhh… ahhh ahh ngahhh ahhh…”

Hanya desahan tertahan yang dikeluarkan oleh Puput selama Arman mengoceh. Tanpa sadar Puput meraih kedua tangan Arman dan diarahkan ke payudara ranumnya yang yang tertutup kaos warna abu untuk diremas juga bagian sana. Salah satu aset daya tarik tentu tidak boleh terlewatkan begitu saja, begitu pikir Arman.

“Nnhh ahhh… ahhh… bentar2 gw buka baju dulu Mann… shhh…”

“Nape lo? Gerah?” tanya Arman masih menggerakan pantatnya.

“Hhh… nnhh.. nnnhh… biar lohh… ennnghh… biar lohhh makin puas NGEREMESIN TOKET GW!!! HAHH…. ANJIINGN AHHH….!!”

Benar saja, kedua payudara yang tanpa tertutup busana milik Puput terlihat sangat menggirukan. Ukurannya yang tidak terlalu kecil maupun besar serta teksturnya yang kenyal bergoyang layaknya agar membuat Arman tida tahan untuk tidak melesatkan tangannya meremas bagian sana.

“Nnahh… shhh… auhhh…”

Arman meremas sambil mencubit kedua puting susu Puput. Ia tekan dan remas dengan jari telunjuk dan jempol seakan2 sedang membuat adonan kecil. Terkadang juga ia tarik organ tersebut lalu dilepaskan, seperti sedang menarik sebuah benda lentur. Remasan demi remasan lembut lalu kasar tidak hentinya diberikan oleh Arman yang masih terlihat stabil tempo gerakannya.

“Ahhhwwahh… shhh… toket gw Maanhhh…”

“Shhh… ini nih…. ini nihhh yang biasanya si Rangga remes tiap hari nih??? Yang begini aja masih sering ditinggalin ama dia!! Brengsek emank tuh orang!!”

“Ahhh ahhhehhahhh… enggkakk yahhh… toket gw masih sering ahhhh… masih sering digituin enhhh sama diahhh…!!” bantah Puput di sela desahannya.

“Tapi pernah dia giniin kagak????”

Lalu Arman mendekatkan wajahnya dan menghisam puting sebelah kiri toket Puput. Ia hisap secara bergantian dari kiri ke kanan, atau ia satukan lalu hisap keduanya sekaligus. Puput semakin merasakan nikmat ketika Arman memberikan hal mesum tersebut kepada dua aset montoknya.

“Hyahh… ahhhghhh… gak taukkk ahhh… ennnhh.. gw gak ingett ahhh…”
 
“Ya berarti kagak pernah lahhh… sllpphh.. cllhppp… mmmhh… cllhphh..”
“Ihhh lupakkk…. ennnghh… dia pernahhhh ngemut susu gwehhh ahhh… ka-kayaknyahhhh…”

“Kalo gini juga pernah??”

Arman berpindah dari payudara Puput ke bagian ketiaknya. Sudah diduga Arman pasti akan mengarah kesana sambil memberikan endusan,jilatan, serta cumbuan di kulit mulus ketiak Puput.

“Hhhaahh… gilakkk… Puttt… sumpah ketek loohh…”

“Nnhh.. nnhhh… apahh!! Gak usah lo komen apa2an soal ketek gw!!! Lo jilatin ya jilatin ajahhh udahhh iiihh ahh!!” Puput dengan cepat mencegah Arman supaya tidak berkata macam2 mengenai ketiaknya yang sudah terasa basah semenjak ‘blowjob’ tadi.

Namun diomeli seperti itu nampaknya tidak membuat Arman gentar. Ia asik menjilat dan mencium ketiak Puput dan memberikan tanggapan semesum mungkin.

“Ahhh.. .slpphh… dibilangin gw suka sama ketek lohh… sllpphh… nnnhh….”

“Hhhnnhh yaudah sihhh nnnhh…”

“Ketek lo bau…. sllpphh…”

“Aaaaaa Armaaaannhh… nnhh..”

“Lo cantik tapi ketek lo bau banget, Put…”

“Ahhh ehha udaaaahhhh Maaannn gw maluuuu!!”

“Biarin! Slllrpphhh…. orang gw doyan kok, ngapain lo mesti malu sih???”

“Ahhh.. ennnhh ya maluuuukk… ketek gw gampang basah… nnnhh… terus kadang suka bauuu… nnnhhh… gwehhh.. gwehh malu kalo gw bau ketek Maaaannnhh ahhhh!!”

“Lah buktinya gw suka??? Ngapain sih lo malu2 segala??? Sllpphh.. yang malu mah si Rangga nohhh… gw yakinn sllpphh… gw yakin dia risih kan sama bau ketek lo, Put???”

Mendengar perkataan tersebut membuat Puput teringat ketika sedang bercinta dengan Rangga. Rangga memang selalu terlihat tidak semangat atau turun hasratnya ketika Puput sudah mengangkat lengannya ketika mereka sudah berbalas penentrasi kelamin. Atau ketika Puput barus saja persis pulang kantor, Rangga pasti akan sebisa mungkin menghindar untuk tidak melakukannya dengan Puput. Mengingat lagi akan hal tersebut membuat Puput merasa semakin sedih lantaran kekurangannya yang terbilang sepele membuat hubungannya dengan Rangga menjadi terganggu.

“Ennhh… hikss… hhiinkk ennhh… shhh..”

“Eh? Kenapa Put, nangis lagi?”

Arman menghentikan segala aktivitasnya di tubuh Puput sampai ia juga mencabut penisnya dari dalam vagina Puput. Ia tidak ingin membuat kacau kembali untuk kedua kalinya, makanya Arman langsung menghentikan dan menenangkan Puput.

“Jangan berhenti…”

“Yang bener lo? Lo lagi mewek begini. Kenapa? Keinget doi?” Arman menerka2.

“Pokoknya jangan berhenti!!!!” seru Puput berusaha memasukan batang penis Arman kembali ke vaginanya.

Arman jadi terlihat ragu ketika melihat Puput yang nampak tidak stabil secara emosi. Tidak biasanya dia yang melemah seperti ini dihadapan Arman. Ada hal yang menyulut dia menjadi histeris dalam libidonya dari perkataan Arman barusan.

Ah fuck lah, jadi mewek begini nih cewe… apa gw terusin aja apa gimana ya?
 
Perasaan tidak tega pun muncul di hati Arman. Ia memang brutal dalam hal seks, namun melihat Puput yang mengusap berkali2 air matanya membuat diriya jadi luluh. Gerakannya pun terlihat semakin pelan karena ia fokus kepada ekspresi sedih Puput.

“Kok lo malah makin pelan sih!!??” omel Puput menabok rahang kiri Arman.

“Dicepetin aja nih?” tanya Arman mengonfirmasi.

“Yaiyalah!! Orang gw nangis tuh karena enak!! Karena gw enak sama…. ennhhh sama qontol lohh!!” cercau Puput menutupi tangisannya.

“Ohhh gitu…”

“Kyahhnnhh Armaaannhh…!!”

“Gini kan? Enak kan begini??” tanya Arman mempercepat tusukan batang penisnya yang dibalas tatapan tajam Puput.

“Annnhh Armannhh ngyahhh!!”

“Gini kan??? Begini kan harusnya?? Iya kannhh???”
“Hee ennhh… hiyahhh beginihhh… begini lo harusnya ngeue gwehhh!!! Ahhh ahhh!!”

Puput semakin blingsatan bukan main. Rasa gundah dan amarahnya mengingat Rangga semua seakan2 keluar membakar tubuhnya. Namun perasaan ini sungguhlah beda. Ia merasa kesal namun juga nikmat sampai tidak bisa dijelaskan dengan kata apapun. Yang hanya Puput inginkan sekarang adalah Arman megnhujam kewanitaannya keras2, sampai ia puas, atau mungkin ia sekarang dalam kondisi merasa tidak akan puas.

“Heuunnnh… hhenngg fuckk!! Fuckkk ahhh enak banget memeq gwehh Mannh sumpahh!!”

Arman semakin semangat menghentakan pantatnya. Bosan dengan posisi misionaris seperti ini, ia pun membalik paksa tubuh Puput menjadi tengkurap. Arman meraih pinggang Puput, mengangkatnya untuk membuat posisi menungging. Nampaklah sekarang bongkahan pantat bulat semampai yang seksi milik perempuan yang meracau binal di balik dekapan bantal.

“Nhhh…”

Puput mengaduh ketika pantatnya ditampar setelah dielus oleh Arman.

‘PLAK!’

“Unhh…”

‘PLAK!’

“Nnnhh… mmhh…”

‘PLAK!’

“Nnnhh shhh sakiit…” ucap Puput lirih namun manja.

“Ini lah rasanya pas lo nabok2 badan gw tiap kali ngentod sama lo…” bisik Arman di telinga kanan Puput.

“Nnnffhh… awhh!! Ahh!! Ahhh!!”

Arman masih gemas menabok pantat Puput di bagian kiri dan kanan. Terlihat bekas rona merah mulai samar muncul disana akibat Arman tak henti2nya meremas dan memukul bongkahan seksi tersebut.

“Hhhhnh sakit…”

“Hah? Sakit?”

‘PLAK!’

“Annhhh nnnhh… shhh hiyahhh..”

‘PLAK!’

“Annnhh shhh!!”

“Sakit kan??”

‘PLAK!’

“Ahhhh… nnhh…”

‘PLAK!’

“Jawab kali…”

‘PLAK!’

“Nnn hiyahh sakiitt!!! Jangan ditabokin teruuuss!! Pantat gw perihhh shhnhh!!” omel Puput mulai menggoyangkan pantatnya karena kesal ditampar terus menerus oleh Arman.

“Terus maunya diapain?”

“Mmmhh… maunya digituin lagihhh…”

“Diginiin maksud lo..” Arman kembali memberikan tamparannya.

“Aennhh… gak gitu anjinng ahhh…. tolol banget sih lo jadi cowohh ennnhh… shhh… pantat gw sakiiit Mnaanhh ihh!!” Puput semakin gondok ketika Arman kembali menampar pantatnya.

Tentu saja ia ingin yang lebih dari Arman. Kegiatan tusuk kelaminnya sempat terhenti lantaran Arman meminta dirinya untuk menungging. Namun bukannya kembali dihujam oleh penis kekar, bongkahan pantatnya malah dijadikan samsak tampar menampar oleh Arman. Memang Puput merasa kesal, namun diam2 ia juga menyukai perilaku tersebut. Bahkan Rangga pun tidak pernah seberingas itu dengan dirinya termasuk menampar salah satu aset kewanitaannya. Ia tidak menyangka bahwa tamparan demi tamparan di pantatnya semakin membuat darahnya deras berdesir. Sampai2 vaginanya terasa semakin membanjir di setiap tamparan dan remasan disana.

“Nhhh Mannhh… masukin lagih punya lo di gw cepetann…” rengek Puput menggoyangkan pantatnya ke kiri dan kanan.

“Hehehe… santai Put, emang gw mau masukin lagi kok ini….”

“Nh hiyahhh cepetannn… memeq gw masih gatelll…”

Namun permainan tidaklah seru jika Arman tidak melihat tingkah laku mupeng Puput. Kepala penisnya ia gesek dan tekan di bagian bibir vagina Puput dari atas kebawah. Sensasi licin karena cairan cinta yang membasah memudahkan Arman untuk menggoda Puput. Sementara Puput sendiri blingsatan seperti biasa memohon untuk segera dipuaskan kembali bagian sana. Gesekan demi gesekan kelapa penis tersebut bahkan memberikan efek semu gesekan di dinding vagina Puput, seakan2 penis kekar Arman sudah mulai meneysak masuk kedalam sana.

“Armaaannnhh… hhhnnhh shhh jangan digesek2 doang kayak gituhhhh…. shhhh gw makin gatell memeqnyahhh…”

“Ya gimana ya…. ghhh gw demen liat lo sange begini sih….” ucap Arman dengan nada mengejek.

“Hhh… lo liat yhahhh… gwehhh.. nnnhh… gw bales lohh entar anjing nnhh… CEPETAN MASUKIN GAKKHH SETAAAAAAAANNN!!!”

Puput memekik galak namun manja karena Arman tak kunjung memasukan penisnya. Karena sudah tidak tahan, ia pun sampai memundurkan pantatnya lalu berusaha meraih penis Arman untuk ia masukan sendiri.

“Eitt… eitt.. mau ngapain sih andaa??? Hahaha…”

“MASUKINNN… NNHH MASUKIN CEPETAN QONTOLL LOHHH…. NNNHHH!!”

Karena tidak kunjung dipuaskan, Puput pun menampar lengan Arman sekuat mungkin. Namun dengan posisi menungging seperti itu ia kebanyakan hanya menampar angin ketimbang lengan Arman.

“Eh Put??”

“Hhhh paaaaann!!?”

“Kalo lo mau masukin…”

“Nnhh… kode kan!!??? Dah tau gw nyeeett ahhh….!!” dengan cepat Puput langsung menebak apa maksud Arman.

“Pinter…” ucap Arman mengelus kepala Puput sekaligus menampar pantat perempuan itu.

“Enggak!! Enggak usah pake kode2an!! Hhnnnhh… gw mau langsung to the point!!! Shhh… gw mau dientod!! Cepetannnhh…. nnnnhh cepetan lo entod gw Mnaaahhh!!”

“Mau banget lo gw entod, hah????” Arman sedikit meninggikan suaranya dan kembali mendekat ke Puput.

“Hh… hhh… hiyahhh…. gw mau dientott!! Cepetan Mannhhh lo masukin lagi qontol lohh ke memeq gw Armaaaannn!!!”

“Hahahaha… jadi skor sekarang tiga dua nih kek nya???? Hahhh…??”

Arman masih memberikan pertanyaan bertubi2 ke Puput. Ia tidak mau langsung menusuk memeq temben tersebut. Ia suka melihat Puput yang ‘desperate’ memohon untuk segera dipuaskan. Sambil mengoceh galak namun dengan nada suara yang sudah serak karena sibuk mendesah dan menangis tadi, Puput semakin tidak tahan dengan perilaku Arman yang seakan2 menggantung libidonya.

“Ennnghh… ennnhh hhhuhuuu…. Armaaannhh… jangan giniin gwehhh… nnnhh… shhh..”

“Giniin gimanaaa?”

“Annhh… jangan bikin kentang beginihhh teruuushhh nnh… hikkss.. nnhh..”

Tangisan Puput kembali terdengar disana. Kali ini ia menangis bukan karena mengingat Rangga melainkan nafsunya yang tidak kunjung ditanggapi oleh Arman. Sampai sebegitunya ia menurunkan harga dirinya ingin dipuaskan segera oleh Arman yang kurang ajar terus2an menggoda Puput.

“Yaudah mana mohonnya…??”

“Hhhnnhh… hhhnnhh… shhh… gwehhh… pliiss entot gwehhh… entot gw sampehhh ennnhh… sampe lumpuhhhh ahhhnnnhh…!!”

“Mau selumpuh apa tuhhh??” Arman masih terus menggoda Puput.

“Nnnhh… ahhh… gak tauuukk pokoknya sampe…. ahhh gak taukk ahh Armaaannn!!! GW KESEL SAMA E-.... KYAAHHHH!!”

Mendadak Arman beringas memasukan penisnya kedalam vagina Puput. Sudah cukup ia bermain2 dengan mangsanya, kali ini santapan sudah siap dihidangkan. Jika ia menunggu terlalu lama bisa2 terlalu matang dan malah tidak dapat disantap. Begitulah kira2 analogi yang terlintas di kepala Arman ketika ia buas meghujam pantat Puput sekencang mungkin.

“NGAHHH NGAHHH AHH AHH AHH AHHH AEHH ENNHH EHHH!!”

“Gini kann!!?? Ennnhh… gini kan yang lo mau hah!!?? Gini kan yang memeq lo mau Put??”

“Nhhh ahhh hiayhhh… hiahh inihh ahhh… hiahhh inihhh diginiinn memeq gwehhh…. ennnhh daritadi kek lo anjing, bangsat, qontolll ahhh!! Anjing enak bangeeeet memeq gwehh Armaaannhhh!!!”

Seluruh makian binal kembali keluar dari bibir tipis Puput. Ia tidak dapat mendeskripsikan betapa nikmat vaginanya yang sudah dihujam penis Arman. Sangat nikmat sampai2 sensasinya menyeruak ke sekujur tubuhnya, mengencangkan payudaranya, menggelitik selangkangannya, dan membuat kedua ketiaknya semakin basah berkeringat karena tubuhnya yang kian menghangat.

“NGAHHH ARMAAANN AHHH ENAAAKKK….!!”

“Gw… gw juga enakkk Put nyodok memeq lo kayak begini!! Gw suka ngeliat lo nunggung beginihhh….!!! Gw genjot lo aja kali ya tiap hari!!???”

“Hiahhh… ahhh hiyahhh genjot gw tiap hari Mnnaahhnnn… nnnggghh… gw enak banget dientod sama lo beginihhhh!!! Enak banget qontol lo nusuk2 memeq gw beginihhhh ahhhh… shhh!!”

Melihat Puput yang sudah sebinal itu, Arman kembali ingin menguji sesuatu setelah ide buruk nan cemerlang terlintas di pikirannya.

“Jadi gimanah?? Hahh… enakan gw apa Rangga???”

“Ahhh… nnnhh… nhhh… gak usah bawa2 diaaa!!! Gak penting ahhh!!” Puput cepat berkilah. Kewarasannya ternyaya masih berada di dalam dirinya.

“Yeee elahhh… jawab dulu… ghhh… gw apa dia yang enak???”

“Nnnhh… emmmh… nnnhh ahhhh ahhh…”

“Kalo lo gak jawab gw stop nih ngentodnya…” ancam Arman langsung mengeluarkan penisnya kembali.

“AH AH AH AHHHHH JANGAAAAANNN!! JANGAN BERHENTIII!” pekik Puput histeris menghentakan tubuhnya “Arman kok berhenti siiiiihhhhhhhh!!!” Puput menengok kearah Arman dengan sinis menekuk kedua alisnya.

“Jawab dulu.”

Arman tidak sepenuhnya berhenti. Ia kembali dengan manuver menggesek kepala penisnya di bibir vagina Puput. Namun kali ini klitorisnya juga diremas oleh Arman agar semakin membuat Puput salah tingkah.

“Nyahh… nnhh… shhh… gak tauuukk…. nnnhh..”

“Jehhh kek gitu mah gw setop bener2 nihhh…”

“IH APAAN SIH LOHHH NNNHH…. KOK LO GITU BANGET SIH ANJING CARANYAHHH AHHH…”

“Ya makanya jawab, qontol gw apa qontol gw yang enak??”

“Hhhh… hhmmhh shhh…” Puput semakin terlihat gelagapan. Ia semakin tidak bisa berpikir jernih karena gesekan jari Arman di klitorisnya serta kepala penis yang terus menerus menggoda di bibir vaginanya semakin memecah akal sehatnya.

“Punhahh… punyahhh lohh…”

“Hah?? Apa? Kagak jelas lo ngomong, Put…” Arman meninggikan suaranya sambil menampar pantat Puput kembali.

“Nhh!! Punyahhh loooooohh… punya looo yang enakkk!!”
“”Apanya yang enak??”

“Ihhh Armaaaaaannn!!”

“Maksud lo qontol gw yang enak????” Arman kembali melesatkan penisnya kedalam sana.

“Aennnhh!! Ahhh ahhh hiyahh qontoll lo yang enaaaakkk!! Annnhh hahhh… hahhh…”

Akhirnya Puput menyerah. Ia harus mengakui bahwa memang hanya Arman saja yang bisa memuaskan dirinya seperti ini. Meskipun hatinya terasa berat karena masih terlintas Rangga di pikirannya, ia dan tubuhnya harus jujur karena laki2 brengsek ini begitu nikmat dan juga….. tampan.

“Ennng.. udahh kannn!! Puas looo ahhh… puas lo gw jawab begituhh AAAHHH… ARMANNH OOHH!!”

Arman tidak menanggapi ocehan kesal Puput. Mendengar jawaban tersebut, Arman pun menghadiahi hujaman kembali penisnya. Kali ini tanpa fafifu lagi, Arman sekencang mungkin memaju mundurkan pantatnya agar semakin maksimal menusuk vagina Puput.

“HAHAHAHAHA…. anjiirr lahhh…!! Puas banget gw dengernya!!”

“HHH… HH… AHHH… AHHH HAHH NGENTOD LO MNAHHHNN… LO TUH ANJINGG AHHH…. LOHH… LOH TUHH AHHH… AHH… AHHH BANGSAT MEMEQ GWEHHHH AHHH!!”

“Kenapa??? Enak kan??”

“AHHH… NNGAHHH…”

“ENAK KANNN??? WOI JAWAB!”

“AHHHH ENAAAKKK!! HIYAAA HIYAAAAHHH ENAK MEMEQ GWEHHH MNAAAHHNNN…. AOOHHH… ENTOT GWEHHH… ENTOOOT GWEHH TERUS MNAHHHNNN!!! MEMEQ GW ENAK BANGET DIENTOT SAMA QONTOL LOHHH ANJIINNNG AHHH!!”

“JADI ENAKAN SIAPA!!??”

“ENAKAN ELOHHH AHHHH… NNHH…”

“APANYA YANG ENAKKK!!??”

“QONTOL LOHH…!! QONTOL LOH ENAAAKKK!!”

“JADI RANGGA GAK ENAK!!??”

“ENNNHHH… ENGGAAHH… ENGGAH!! QONTOL DIA GAK ENAAKKK AHHH…. ENAKAN PUNYA ELOHHH MNAHHHNN AHHHH!!! AHHH AHHH TERUSIN MAANNHH… ENGAK USAH BANYAK BACOD LO ANJINGG!!! AHHHH TERUSINNN!! ENTOT GW MNAAHHHNN…. AHHH AHHH AOOHH ANJIIINNGG MEMEQ GWEEHH ENAK BANGEEEETTT!!!”

“YAUDALAH BATALIN AJA MENDING TUNANGANNYA!! KAN KATA LO KAGAK ENAK QONTOLNYA, NGAPAIN LO MASIH AMA DIA???”

“AHHHHEENAA…. AHHH… BACOODDD LOOOH MANNHH… BACOOOD LOHH BACOOODD AHH AHHH BACOOD AAAAAAAAAAAA GILAAAAA MEMEQ GWEHHHHH!!”
 
Berkali2 terdengar suara bersin dari Rangga yang sedang duduk di meja komputernya. Hari ini ia terlihat sibuk seperti biasa dengan urusan pekerjaannya. Walaupun jadwalnya hari ini ia sedang bekerja di rumah, tetap saja jadwal yang super padat membuatnya tidak bisa berpaling dari layar laptop yang sudah sejak pagi dibuka. Sambil ditemani secangkir kopi hitam, Rangga masih terlihat suntuk memandangi layar yang penuh dengan susunan tabel ‘eksel’ disana.

“Hahhh… bos sialan. Semua kerjaan dikasih ke gw begini. Mana anak buah pada gak bisa kerja bener. Gimana sih?”

Sekitar sepuluh menit memaksa diri, akhirnya Rangga pun sudah menemui batasnya. Ia mendorong kursinya menjauh dari meja lalu merenggangan tubuhnya yang pegal karena terus menerus tegap disana.

Ia sedang bekerja di rumah tamu rumahnya karena rumah milik Rangga terbilang nyaman dan cukup besar. Ornamen2 alam tahun 90an banyak terdapat di segala sudut rumah karena rumah ini adalah milik dari orang tua Rangga. Sempat ia berpikiri untuk tinggal di rumah yang telah ia beli di luar ibukota beberapa tahun lalu, namun orangtuanya mewajibkan ia tinggal di rumah. Sampai nanti ia telah menikah barulah Rangga dapat pindah dan hidup tenang bersama dengan Puput.

Ya kira2 seperti itulah rencana awal yang disusun oleh Rangga pribadi tanpa memberitahu Puput selama ini. Di umurnya yang sudah menginjak angka 25, ia masih saja harus berada di rumah orangtuanya tanpa boleh keluar sama sekali untuk tinggal sendiri. Maka dari itu alasan ia ingin menikah adalah agar ia dapat terbebas dari keluarganya yang terkesan mengekang dan merepotkan dirinya.

“Anjir, mumet banget gw sampe mikir kesono2 segala…” gumam Rangga sambil memijat pelipisnya.

Sambil menengok ke arah jam di meja kerjanya, ia pun meraih ponselnya lalu mengecek notifikasi yang muncul disana. Salah satunya dari aplikasi chat yang tidak umum dipakai oleh orang banyak. Ada 3 notifikasi yang muncul disana, dua diantaranya dari perempuan yang sepertinya terlihat akrab dengan Rangga.

Rangga pun membalas chat mereka dengan tersenyum tipis. Namun lama kelamaan senyuman tersebut semakin sumringah sampai terdengar suara tawa kecil. Kedua jempol Rangga terlihat gesit menggeser dan menekan layar ponsel ape gigit terbarunya tanpa melepaskan senyumannya sama sekali.

Beberapa saat kemudian sebuah panggilan telepon masuk di ponselnya. Rangga pun langsung mengangkat telepon tersebut yang berasal dari salah satu kontak yang sedang mengobrol dengannya.

“Haloo??”

“Heeeiii, lagi apa kamuh Rangga?” jawab orang tersebut ramah.

“Kerja nih. Cuman akunya lagi ngaso bentar, soalnya mata cape banget ngeliatin layar laptop terus2an.”

“Adududuh kasian banget sih! Sini deh aku semangatin kamu!”

“Hahaha, bisaan aja kamu mah. Semangatin kayak gimana emang?”

Lalu panggilan berubah menjadi panggilan video. Terlihat di layar ponsel Rangga seorang perempuan sedang merapihkan rambut brunette kemerahannya disana. Ia tersenyum ramah menyapa Rangga yang juga membalas ramah.

“Eh, aku liat dong laptop kamu.” ucap perempuan tersebut.

“Nih, liat deh. Sibuk banget kan?” Rangga mengarahkan layar ponselnya kearah laptopnya.

“Hemmm, iya sih ya. Cuman aku gak ngerti ah apa yang kamu lagi kerjain ituhhh. Hihihi….”

“Ah nanti juga kamu ngerti kok. Ini kan cuman eksel2an doang sebenernya..”

“Kalo eksel2an doang kenapa sampe bikin kamu mumet gitu, sayang?”

“......”

“Kok diem? Ada apa?”

“Ah gak apa2 kok.” Rangga memecah lamunannya sendiri “udah ya, aku mau lanjut kerja lagi. Byee…”

“Hemmm yaudah, byeee. Eh bentar2 Rangga…” perempuan itu menghentikan Rangga mematikan percakapan video mereka.

“Kenapa?”

“Besok ketemuan lagi yuk, kangen….” ucap manja perempuan itu.

“Kan udah sering. Kapan2 aja ya say, entar ketauan sama tunangan aku.”

Perempuan itu merengut sambil mengulut bibirnya. Ia tidak suka Rangga mengatakan hal tersebut, termasuk menyebut kata ‘tunangan’. Terdengar seperti hal yang mengiritasi gendang telinganya saat itu juga.

“Ck, kamu masih aja mau seriusin dia….” perempuan itu menjadi ketus nada bicaranya.

“Ya gimana ya…”

“Yaudah berarti kamu emang belom berani mutusin gimananya kan?? Kenapa sih masih mempertahanin orang kayak gitu????”

“Bukan gitu maksud aku.”

“Yaudah kalo gitu aku pengen ketemu, orang kangen.”

“Nanti ya aku kabarin. Aku lagi kerja nih soalnya, lagi sibuk banget.”

“Hemmm yaudah. Entar jangan lupa vidcall lagi…” pinta perempuan itu sambil berusaha tersenyum walau kesal.

“Iyaa. Janji…”

“Bye Rangga.”

“Bye Windy.”

Rangga mematikan panggilan videonya. Lalu ia menggeletakan ponselnya di meja dan kembali merenggangkan tubuhnya. Ia menatap langit2 ruang tamu sambil menarik napas pelan.

“Apa gw kelarin aja ya mendingan?” gumamnya tersirat suatu maksud.





つづく
 
woahh suhu yang ditunggu
Suhu is back.
Mudah mudahan bisa tamat ni cerita.
Lanjutkan Suhu
min g ada arman?
waaah tuan @kudaAirrrrrr apa kabar ? absen dulu di trit tuan yang baru
Wah ini, suhu akhirnya balik
Akhirnya muncul lagi... Welcome suhu... 🙏
Wih.. Milinial Gen nih....
Ikut numpang yak huuu
Semoga sampe tamat.
Wah ada yg baru nih dr puput.
Semoga lancar ya smp tamat nnt
30F? Gak salah hu? :aduh:
Kok Puput jadi agak 'S' sekarang ya?:Peace:

Anyway,
Congrats buat karya barunya hu
Another fresh start, new plot
Kita2 bakal selalu pantau kelanjutan nya hu
Semangat hu:semangat:
Oalah ini project barunya, gila bener updatenya, gw buka sampe Chrome not responding wkwkw
Horeee.
Makasih hu KudaAir akhirnya series Puput fav ane ada yang baru.
Semoga lancar ceritanya gak macet2 sampe Puput terburket2
Asiikkk puput udh nongol lagii
Semoga lancaarr yaakk cerita barunya si puputtt
Puput is back hehe
Lanjutkan suhu
Maaf saya susah masuk forum , sejak negara api menyerang ( inet+ )
Hanya saat pakai WiFi baru bisa masuk. Jadi gak bisa banyak komentar 🙏🏻🙏🏻
wah cerita puput yang lama diganti sama yg ini ya hahaha. tapi bener sih cerita puput yg lama itu belakangan sedikit berbeda dengan awal-awal cerita, entah apa sebenarnya yang bisa membuatnya beda.

well, yang cerita dr stella pending ya hu? hahaha ane demen juga cerita yang itu hahaha
menunggu aksi puput vs arman..
Kukira arman itu masa lalu puputyak?
4taun, dari gw blm punya bocah kedua, sampe skrg jadi duren setia menanti karya suhu satu ini. Dari cerita normal sampai setengah sycho adegan culik menculik di session pertama.
Skrg? Makin keren aja the new era of Puput. Semangat Hu, jangan berhenti di tengah jalan yaaa..
Ceritanya beda ya sama yg sebelumnya, tapi nama karakternya sama
si Puput binalnya ngga berkurang dari dulu yaa...awalnya ngga mau, lama-lama minta dianu..
Ini masih puput dan arman yg sama kan hu? Atau versi multiverse lain?
Put...puput..
thanx gan atas update nya..soal korea kok mengahayati bener yak hhhh
Walaupun udh update tp kok berasa kurang ya. Mungkin sang TS bisa membaut para pembaca utk ikut mengalir dalam alur ceritanya.
Bangsat random bgt, saltingnya nendang coba, apes bener si Arman wkwkwk
Makin mantep & seru aja ini sih puput, lanjut terus Hu jangan macet lagi 😁
Tetap semangat huu.. semoga segera dapet inspirasi buat nulis lagi
seneng nih liat puput mulai luluh
Sumpah , baca nya fun banget hahahaha
Wajib d tunggu, akan kah puput menjadi milik arman seutuhnya!!! Atau kah puput masih jual mahal k arman stlh ap yg sdh trjdi d mlm itu.
Yaela put, blg aja pen ngewe. Tinggal si arman kuat ga tuh, mana abis ladenin si pita pan




memanggil para suhu dan pembaca sekalian
sudah update nich wkwkwk
buktikan klean2 bukanlah hanya sekadar komen minta lanjut tanpa membaca atau titip sempak atau patok disini
 
Wkwkwk si burket puput walaupun udh sange masih jaim juga yaakk
Untung si arman sabar, eh tp si arman sabar juga kan dikasih memeq wkwkwk
Nuhun updatenya yaa
 
:beer::beer:
Akhirnya datang juga, terlihat Puput kita tersayang sudah mulai takluk dan rincian 'pertandingan' mulai terlihat jelas meskipun ujungnya masih gantung:Peace:
Belum lagi tambahan drama diantara mereka:tepuktangan:
Jadi gak sabar kelanjutannya hu:ampun::mantap:
 
Bimabet
Sudah kuduga pasti si rangga juga ada punya pacar lain selain si puput, udahlah mumpung belom terlambat put, kelarin aja udah terus mending lanjut aja sama arman..

Kok kebawa emosi yah baca nya hahaha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd