Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA QUEEN BEE - Puput New Story's

kudaAirrrrrr

Tukang Semprot
Daftar
27 May 2017
Post
1.278
Like diterima
5.369
Lokasi
Kamar Taj
Bimabet
Salam Semprot para pembaca sekalian. Akhirnya ane kembali lagi serius ke forum ini dengan mengunggah cerita buata ane. Cerita kali ini adalah hasil dari evaluasi segala kegagalan ane pada tahun 2018 lalu sampai awal 2022 lalu.
Semoga cerita kali ini dapat menghibur dan ane juga dapat konsisten untuk mengembangkan cerita ini tanpa ada mandeg2 lagi seperti dahulu. :ampun::ampun:



Ah hampir lupa, ane juga mau ngucapin terimakasih

untuk suhu @Cah_kuper buat motivasinya di lapak sebelah :ampun:

untuk the legend @ethan yang salah satunya sudah menginspirasi ane sampai saat ini :ampun::ampun:

untuk kawan gout suhu @AndreDiaz yang pernah menjadi tempat curhat keluh kesah kalo pusing gak dapet ide cerita :cendol::cendol::pandaketawa:
tambahan juga untuk queen @nympherotica dengan cerita si nakal Dea nya yang membuat ane termotivasi kembali menulis di penghujung tahun 2022 ini. welcome back to this lustful-but-useful forum :ampun:


dan beberapa pembaca setia yang bela2in up lapak ini meskipun ceritanya hiatus cukup lama :((:((:ampun:


ane ucapkah terimakasih banyak untuk kalian. semoga kalian tetap sehat dan selamat tanpa mendapat merah2 dari momod


:beer: :beer: :beer: :beer:

Sebelum membaca cerita, ada rules yang harus dibaca terlebih dahulu dibawah ini

- cerita ini murni fiksi dan tidak ada kaitannya dengan siapapun. jika benar ada, hal tersebut hanyalah sebuah kebetulan dan ide yang terlintas.

- semua mulustrasi yang akan digunakan harap tidak di unggah dan disebarluaskan! para pembaca tentu sudah cukup tahu diri dengan peraturan utama forum ini mengenai mulustrasi (ilustrasi yang dipakai untuk mendukung jalannya cerita) yang dipakai!

- cerita ini mengandung unsur 'FETISH' KETIAK. bagi para pembaca yang kurang nyaman dengan unsur tersebut bisa membaca cerita yang lain atau meng 'skip' bagian-bagian tersebut dalam cerita.

- DILARANG KERAS QUOTE JIKA BERKOMENTAR!


- cerita akan ane usahakan tetap dengan alur yang sewajarnya, maka dari itu untuk segala rekues alur akan ane tampung terlebh dahulu dan tidak langsung dimasukan ke dalam cerita.

- agar tetap mejaga 'plot' supaya teratur dan juga karena cerita ini juga mengandung unsur 'drama', adegan 'sex scene' tidak akan ane taruh di segala 'chapter'. bisa saja ada beberapa 'chapter' yang mempunyai 'sex scene' yang sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. jadi jika ingin membaca ini dan ingin langsung SANGE, mungkin sebaiknya ane sarankan ke lapak IGO atau cerpan yang punya banyak 'sex scene' nya

- alur cerita ini dibuat berbeda dari cerita Puput sebelumnya. maka dari itu segala alur dan beberapa karakter serta latar belakang ane buat berbeda.





Akhir kata, selamat menikmati :adek::adek:



_____________________________________________________________________________________________________________________


Mulustrasi




_____________________________________________________________________________________________________________________

Bagian Satu
Bagian Dua
Bagian Tiga
Bagian Empat
Bagian Lima

Bagian Enam
Bagian Tujuh
Bagian Delapan
Bagian Sembilan
Bagian Sepuluh (comeback deket2 akhir taun)
Bagian Sebelas

Bagian Duabelas
Bagian Tigabelas
Bagian Empatbelas
Bagian Lima Belas
Bagian Enambelas
Bagian Tujuhbelas
Bagian Delapanbelas
Bagian Sembilanbelas
Bagian Duapuluh
Bagian Dua Puluh Satu (menuju 'end of Season 1')



_____________________________________________________________________________________________________________________
 
Terakhir diubah:
Lo enggak akan bisa keganti, aneh banget kalo elo sampe mikir kayak gitu!

Lo enggak boleh pergi dari hidup gw! Lo enggak boleh!

…….

Kenapa sih!? Kenapa elo pergi!? Bahkan sampe sekarang kayak gini aja elo tetep nyebelin!!

Gw udah sayang sama elo!! Kenapa sih enggak ngerti2!?

Lo enggak boleh pergi!!

Lo mau kemana!!??

…….

Pokoknya elo punya gw!! ENGGAK ADA YANG BOLEH NGEREBUT ELO!!

YOU! ARE! FUCKING! MINE!















Bagian Satu



“Put? Put?? Eh bangun. Malah molor…”

Dorongan demi dorongan di pundak Puput terasa begitu intens ketika ia sedang tertidur lelap di meja warung bakso di depan kantor tempat ia bekerja. Mukanya terlihat begitu bingung dan kuyu, kebingungan karena dibangunkan mendadak oleh Resti, teman sekantornya.

“Elo enggak makan siang?” Tanya Resti sembari mengelap sendok yang ia akan gunakan dengan tisu.

Puput menggeleng pelan. Siang ini ia tidak tertarik untuk makan dan hanya ingin menuntaskan kantuknya yang sudah seminggu ini selalu muncul dikala siang maupun sore.

“Ngapain lagi sih dikau? Pasti semalem abis nge drakor lagi nih ya? Apa abis dinasehatin sama pak Rahman gegara anak magang yang direkrut waktu itu ada ulah?”

“Ngak… anak magang aman2 aja kok, enggak ada masalah apa2.”

“Yang bener? Bukannya waktu itu ‘user’ ampe empet gara2 pak Rahman ampe bolak balik nyeramahin elo berdua?”

“Ah, enggak kok. Itu mah emang lagi ‘job desc’ nya doi aja yang kasih arahan ke gw sama ‘user’. Jan sok tau dech…” timpal Puput yang perlahan mulai terkumpul nyawanya.

“Iya deh iyaaa. Si Ha Er kesayangan pak Rahman mah.”

“Kesayangan pale lo! Hihihi…”

Resti pun menyantap bakso Malang pesanannya ditambah setengah porsi nasi dengan lahapnya. Sementara Puput hanya makan dengan sebuah roti stroberi dengan susu kotak rasa vanila. Konsumsi yang biasanya umum dimakan ketika sarapan kini ia makan di jam siang karena sedang…. tidak mood makan2an berat.

“Put, kalo gw nebak2 ya nih, kayaknya belakangan ini elo cape bukan gegara drakor atau soal pak Rahman deh ya.” Tebak Resti setelah menelan nasi dan bihun dari mangkok bakso.

“Emang bukan dua2nya, Resti Uriana. Elo udah nebak ini ada kali sekitar 3 kali dari kemaren.” Jawab Puput malas.

“Terus gara2 apa dong? Gw liat juga belakangan ini elo suka ngigo sendiri gitu kalo tidur pas jem istirahat.”

Kali ini Puput diam, tidak langsung menanggapi. Ia memberikan picingan kaget ke Resti sambil mengemut sedotan susu vanila nya.

“Ngiiiigo?”

Resti mengangguk “Kok elo kaget?”

“Eh, yang bener???” Tanya Puput memastikan.

“Iyaa. Ih, dibilangin enggak percaya lo mah. Apa mau sekalian entar gw tanyain, Yono, mbak Selvi, sama Andrian, atau si Odie atau Los. Soalnya kan mereka paling deket nih sama meja elo, terus mereka juga denger pastinya kalo elo suka ngedumel2 pas tid… mmmp!”

Puput dengan cepat menutup mulut kawannya itu supaya tidak semakin nyerocos. Sontak pipinya terlihat merah padam karena malu salah satu aib nya terbongkar dan tidak ada yang bercerita sama sekali di kantor. Mungkin karena orang2 disana segan dengan Puput yang terlihat lelah, atau mereka sungkan memberitahu dan memilih menceritakannya dibelakang seperti hal nya orang berghibah pada umumnya.

“Ti?”

“Mmmmp…??”

“Eh, I’m sorry.” Puput melepaskan tangannya dari mulut Resti lalu mengelap telapaknya lantaran minyak kuah bakso yang menempel di bibir Resti kini berada di telapak tangan Puput.

“Ti..?”

“Apaan?”

Puput mendekat kearah telinga Resti dan berbisik “tadi emang lo denger gw ngigo enggak?”

“Oh kalo tadi barusan mah enggak.”

“Ish seriusaaaan!!??”

“Seriusaaaaan.” Resti tak kalah sengitnya menjawab.

“Aaa.. aduh gimana doooong!”

“Dih kok elo panik? Ngigo mah wajar kali, Put. Yang enggak wajar tuh kalo elo tidur terus tetiba lagi ganti asbes atap rumah elo, tapi sambil tidur.” Celetuk Resti diselingi lawakan kering.

“Aduh! Pertama nih ya, omongan elo tuh aneh banget! Si ada tuh yang ‘sleepwalking’ tapi kasusnya ampe ganti asbes rumah. Kedua, elo tuh enggak tauuuuu….”

“Hah, apa sih Put?”

Puput jadi panik bukan main. Rasa malu kian menggegogoti pikirannya yang sedang diingat2 apa yang ia ocehkan ketika mengigau. Bisa jadi sesuatu yang memalukan seperti masa lalunya ketika ia masih berkuliah, atau masa lalu percintaannya semasa remaja.

Singkat cerita mereka berdua pun kembali ke kantor setelah jam makan siang berakhir. Sesampainya di lobi utama, satpam beserta karyawan lainnya reflek menegur ramah Puput. Ada yang memberikan senyuman, anggukan kecil, atau cengiran ramah nan mesum dari salah satu ‘office boy’, Ismail.

“Udah selesai bu makan siangnya?” Tanya Ismail sambil menggenggam pel nya.

“Iya nih, udah. Hehe…”

Puput memberikan senyuman hangatnya. Sontak Ismail semakin melebarkan cengirannya karena meleyot melihat kecantikan Puput yang tersenyum lembut.

“Enggak! Boong tau Mail! Dia cuman makan roti doang sama susu tadi!” celetuk Resti tanpa pikir panjang.

Tamparan pelan pun mendarat di pundak Resti. Ia pun cekikikan melihat Puput yang menahan geramnya dibalik senyumannya.

“Mari, Mail. Kita naek dulu ya.” Pamit Puput diikuti oleh anggukan cepat Ismail.

Setelah memasuki lift, Puput masih memberikan cubitan di lengan Resti

“Kupret lo, Ti! Udah tau tadi lagi rame…” gumam Puput merapatkan bibirnya erat2.



















Tibalah mereka di lantai 22, tempat divisi Puput dan Resti bekerja. Sekadar informasi singkat, perusahaan tempat mereka bekerja adalah perusahaan yang bergerak di bidang toko daring. Kantor tempat mereka bekerja adalah perusahaan induk dari sekian banyaknya kantor cabang pembantu yang berada di seluruh Indonesia. Resti berada di divisi ‘Marketing’ bidang ‘Copywriter’, sementara Puput di divisi ‘Human Resource’.

Dua bulan belakangan ini divisi Puput sedang gencar2nya menerima lamaran pekerjaan silih berganti akibat dari efek pemutusan hubungan kerja di beberapa karyawan setengah tahun lalu. Maka dari itu banyak sekali posisi yang kosong dan sedang diseleksinya calon karyawan untuk bekerja. Dan sudah dua bulan belakangan ini Puput sedang susah beristirahat lantaran banyak sekali laporan dari manager mengenai rekrutan karyawan yang agak tidak memuaskan lantaran performa yang tidak sesuai dengan standar yang diberikan perusahaan.

Akhirnya Puput bersama dengan ‘user’ mesti bekerja semakin keras untuk menyeleksi berbagai jenis calon karyawan yang masuk. Dan tentu saja ini menguras energi dan mentalnya yang salah satunya membuatnya lelah di siang hari.

“Siang bu?” salam salah satu karyawan yang membawa dokumen tebal di lengan kirinya.”

Puput seperti biasa memberika senyumannya. Walaupun ia terlihat begitu lelah, ia tetap menunjukan kharismanya sebagai karyawan senior yang disegani disana. Ya, tahun ini ia baru saja menginjakan kaki di usia 25 tahun di bulan April 2022 ini.

Ia duduk di kursi kantornya yang diberikan banyak sekali bantal kecil dan penyangga di sana sini. Puput merenggangkan badannya sebelum ia membuka laptop merk ‘apel gigit’ nya kembali.







“Wis ngopi?” Tanya Andrian, bagian ‘Data Engineer’ melongok kearah meja Puput yang berada di depannya.

“Eh, enggak. Lagi enggak ngopi dulu gw.”

“Lah tumben, biasanya doyan bener ngopi tiap pagi.”

“Lagi enggak, Andrian.” Puput menuntaskan jawabannya sambil memberikan senyuman di muka lelahnya “Thank you ya udah nawarin.”

“Engg.. iya2.”

Mereka pun kembali ada pekerjaannya masing2. Sekadar gambaran, suasana di kantor tempat Puput bekerja sangat khas sekali dengan suasana milenial. Cat tembok warna warni, ruang bersantai di salah satu sudut, atau mesin kopi di ‘pantry’ yang selalu berbunyi bising setiap pagi, atau para karyawan yang rata2 masih berusia dibawah 35 tahun membuat suasana terlihat seperti tempat kursus bahasa dibanding menara cabang utama aplikasi toko daring. Memang begitulah suasana yang dibuat lantaran ide dari sang CEO, Robert Shu, seorang pengusaha asal Taiwan yang sukses mengelola aplikasi ini di negaranya dan membentangkan cabangnya sampai ke Indonesia.

“Corporate slave lope lope…. Hah? Enggak salah elo kastom kaos beginian?” Tanya Rosianti heran ke Odie, salah satu karyawan yang duduk disamping mejanya setelah ia menunjukan barang belanjaannya yang sehari lalu dibeli di toko daring.

“Ye buat lucu2an ae, ye kan?” Odie berbangga hati.

“Asli dah! Gw sih amit2, Di. Elo malah dijadiin tulisan di kaos gitu.”

Odie tertawa pelan. “Ye biarin, justru ini menjadi pertanda buat gw di masa depan ketika gw sukses, gw menjadikan kaos ini sebagai kenangan masa lalu gw yg berusaha keras berjuang sampai menuju kesuksesan.” Ucap Odie penuh percaya diri.

Rosianti (atau biasa dipanggil ‘Los’ oleh teman2 kantornya) bergidik jijik mendengar pernyataan narsis Odie. Ia lantas langsung mengadu ke Puput yang sedang mengetik suatu dokumen di laptopnya.

“Ih kak, denger enggak tadi Odie ngomong apa!!??”

Puput melirik Los yang masih memasang ekspresi jijik “Apa say?”

“Ituuu!! Si Odie masa mau jadi budak korporat terus selama idupnya? Mana bangga lagi.”

“Lhoooo, bukannya tadi Odie udah ngejelasin ke kamu soal latar belakang dia bikin kaos itu buat apa…” sahut Puput pelan kembali melirik laptopnya. Jari jemarinya tidak berhenti mengetik huruf demi huruf di ‘keyboard’ eskternal berwarna hijau tosca dan merah muda.

“Buat pamer…”

“Enggak say, ada lagi kok dia ngomong apa itu.”

“Enggak tau.”

“Dia kan tadi bilang kalo dia mau jadiin itu sebagai bukti kalo dia udah sukses nanti. Jadi yaudah gapapa kali, tinggal kita aminin aja omongan dia kalo dia nanti sukses. Iya toh?” Ucap Puput bijaksana.

“Tapi jijikk kaaak!! Enggak cocok banget omongan dia sama kelakukan dia. Tuh liat sekarang muka dia aja begitu!” timpal Los dengan perasaan kesal, ditambah lagi melihat ekspresi Odie yang pernyataan penyemangat idup nan nyelenehnya didukung oleh Puput.

“Santai aja dong muka lo! Jijik!!”

“Yeee sirik ae louu!!”

Lalu Puput menghentikan ketikannya sejenak dan melirik kearah mereka berdua.

“Kawan2. Adek2ku sayang. Tau enggak aku sama yang lainnya lagi ngapain?” Tanya Puput manis.

Seketika Los dan Odie pun terdiam sambil menatap Puput dengan tegang.

“Di, lagi ngapain kira2?”

“Kerja, kak.”

“Naahh. Jadi kalo udah tau aku, kamu, dan kita lagi kerja, boleh ya jangan ribut2 dulu. Yuk dilanjut dulu kerjaannya masing2. Entar pak Rahman turun dari lantai atas terus dia ngeliat kalian lagi ngoceh2 begini, entar dia ‘joinan’ lho sama kalian buat ngoceh2 juga.”

Sontak keduanya pun kembali ke posisi masing2 lalu mengerjakan pekerjaan mereka masing2. Puput pun kembali dengan ketikannya sambil menghela napas pelan.

“Lagian nihhh… biasanya setau aku, kalo cewe sama cowo ribut terus ceng2an, kemungkinan sih bakal jadian enggak lama lagi.”

“KAAAAAAKK!!?? AAAA JANGAN GITUUUU!!” pekik Los semakin jijik.

Puput terkekeh pelan sambil menutup bibirnya.













Tak terasa waktu menunjukan pukul 6 sore. Waktunya para karyawan untuk segera pulang kerumah. Karena hari ini masih hari Senin, tidak ada yang melakukan lembur. Hal ini membuat lega karyawan2 yang menunggu cemas kabar dari pak Rahman mengenai lembur yang selalu mendadak pada H - 1 bahkan hari H.

“Enggak ada pizza, enggak ada kopi susu aren ‘mantan indah’. Berarti kagak lembur cui…” ucap salah satu karyawan ke karyawan lainnya melihat meja utama yang kosong. Biasanya, salah satu pertanda karyawan diwajibkan lembur adalah adanya konsumsi tambahan untuk menemani waktu lembur, beberapa diantaranya sekotak pizza, nasi Padang, sate taichan, atau kopi susu gula aren.

Mereka pun terlihat merapikan meja masing2. Tak terkecuali Puput yang merapikan laptop beserta dokumen penting untuk dimasukan ke dalam rak arsip di samping kirinya. Berbicara mengenai meja kerja, terlihat beberapa ornamen berupa catatan tempel, foto para karyawan, kata2 penyemangat, dan catatan tugas yang harus dilakukan sepanjang minggu. Terlihat sangat mencerminkan sekali meja karyawan teladan yang rajin.

Berbeda sekali dengan meja Andrian yang dipenuhi oleh tempelan foto idol Korea, Jepang, atau band2 Metal favoritnya. Los dengan pernak pernik Boyband Korea favoritnya, dan juga Odie dengan ‘action figure’ dari ‘anime’ bajak laut kesukaannya. Puput kadang tertawa sambil geleng2 kepala sendiri melihat kelakuan junior2nya yang masih menikmati masa muda dengan apa yang mereka suka masing2, sampai2 terdeskripsikan jelas di meja kerja mereka masing2.

“Heun Heun ku sayang, aku pulang dulu ya. Besok kita ketemu lagi. Muahhh...” gumam Los pelan memberi kecupan ke foto idolanya yang dimasukan ke dalam laci meja kerjanya.



Melihat tingkah tengil Los, kali ini giliran Odie mendelik sambil tersenyum geli.



“APE LO!? BIASA AJA NGELIATIN NYA!!” bentak Los galak.



“Lo kenapa sih?”



“Dih, serah gw mau ngapain! Ribet lu!”



Los mengenakan ransel merah mudanya lalu berlalu setelah berpamitan singkat dengan Puput dan yang lainnya. Tentu saja Odie dilewati begitu saja tanpa memberikan sepatah kata pun.



“Heran, jadi cewek jutek betul tuh orang. Dia yang aneh cipok2 poto, gw yang diteriakin depan komuk...” keluh Odie gondok menutup resleting tas hitamnya.



“Sabar, Die. Sabar. Emang dia begitu orangnya.” Puput menenangkan Odie.



“Udah sabar, kak. Dia nya aja yang nggak nyantai.”
 
Sesampainya Puput di lobi lantai bawah, ia langsung menelepon seseorang untuk menjemputnya pulang. Terlihat wajahnya yang perlahan gelisah sambil menengok ponselnya berkali2. Tidak ada jawaban yang pasti dari orang tersebut.



“Telepon siapa, bu Putri?” tanya salah satu satpam sehabis membukakan pintu mobil untuk salah satu karyawan.



“Eh, ini… temen saya. Saya mau minta tolong buat jemput, tapi dia enggak ngangkat2.”



“Kenapa enggak pesen ojol aja, bu?”



“Ah, enggak. Dia soalnya udah bilang ke saya dari kemaren mau jemput saya, pak.” jawab Puput ramah.



Setelah berbincang singkat dengan satpan tersebut, Puput kembali sibuk dengan ponselnya menghubungi orang yang mengatakan akan menjemputnya. Sambil ia juga mendapat sapaan pamit dari karyawan lain serta juniornya yang berlalu.



“Duluan kak.”



“Iya, ati2.”



“Mari Put, saya duluan.”



“Mari bu, hati2 dijalan.”



“Put, aku duluan ya.”



“Iya Mel, hati2 ya.”



Sampailah Resti kali ini menghampiri Puput dengan pakaiannya yang serba lengkap untuk bermotor. Mulai dari masker hitam, jaket hitam, sampai sarung tangan untuk berkendara. Di tangan kirinya sudah tertenteng helm berwarna oranye yang masih sangat baru.



“Pupuuuut. Elo sama siapa balik?” tegur Resti menghampiri Puput.



“Dijemput nih kebetulan.”



“Oh, sama si ono?”



“Hah, si ono maksudnya apa dah…?”



“Ih, si Rangga.”



“Nah, bilang aja sih si Rangga. Hihihi…”



“Ohhh, yaudah. Tapi beneran emang dia mau jemput, kata elo dia belakangan ini lagi sibuk banget?”



“Dia sih udah janji kemaren. Katanya jam 6 lewat 15an dia mau jemput.”





“Oke deh, kalo gitu gw duluan ya.” pamit Resti sambil mengarah ke parkiran motor karyawan.



Puput membalas dengan lambaian pelan ke Resti.





Waktu pun menunjukan pukul setengah tujuh lewat setelah karyawan terakhir menyapa Puput di depan pintu masuk. Raut wajahnya semakin cemas dan tidak nyaman dengan kondisinya saat ini karena pikiran positif yang tadi masih melintas kini luluh. Ia merasa Rangga kembali tidak menepati janjinya sampai membuatnya menunggu seperti ini. Apa lagi ia tidak mengangkat panggilan masuk dari Puput, membuatnya jadi merasa khawatir sekaligus kesal.



“Kemana sih dia… katanya mau jemput tapi enggak dateng2…”



Sekali lagi, Puput menelepon Rangga tentang keberadaannya saat ini.



‘Tttuuuuut’



‘Tttuuuuut’



‘Tttuuuuut’



‘Tttuuuuut’



“Halo…”



Suara ‘tenor’ Rangga akhirnya terdengar dari seberang sana.



“Kamu dimana sih!!??” Puput agak meninggikan suaranya karena perasaannya bercampur antara lega dan frustasi akibat menunggu terlalu lama.



“Aduh, I am truly, truly sorry Put…”



“Tuh kan!!”



“Maaf aku baru ngasih kabar banget ke kamu sekarang.”



“Kamu dimana?? Daritadi pertanyaan aku itu belom dijawab sama kamu.” Puput semakin tegas.



“Maaf banget, Put.”



“Apa sih!? Kamu dimana sekarang!?”



Rangga menjawab dengan ragu. Puput pun semakin naik pitam karena tingkah laku Rangga.



“Kalo kamu enggak bisa jemput tuh kasih kabar, Ga!! Aku enggak perlu nungguin kamu kayak begini!!”



“Ya maaf, aku enggak maksud Put.”



“Kamu udah berkali2 banget begini, Ga! Bilang mau jemput tapi tau2 mendadak ada urusan lah, enggak ada kabar lah, atau pergi kemana lah!! Apaan coba kayak gitu!!??”



Puput habis2an melampiaskan amarahnya yang memuncak di depan pintu masuk utama kantor yang sudah terlihat sepi. Hanya tatapan tegang satpam yang sedang berjaga memperhatikan Puput yang tidak biasanya menunjukan sikap galaknya.



“Yaudah aku jemput kamu sekarang ya. Kamu masih didepan kantor kan?”



“Enggak perlu, Ga. Aku udah pesen ojol…”



“Udah, aku jemput sekarang.”



“ENGGAK USAH!! NGERTI BAHASA INDONESIA ENGGAK!?”



Puput langsung mematikan panggilannya lalu beralih ke aplikasi pemesanan ojek daring. Ia menari napas berkali2 lantaran emosinya yang meluap tak terbendung sesak di dadanya.














“Dengan ibu Kyla Susanti Putri?” tanya sopir ojol ke Puput yang sedang menunggu di halte bus.



Puput memberikan anggukan pelan. Ia sangat malas mengeluarkan kata2 lantaran konfliknya dengan Rangga beberapa menit lalu. Saat ini yang ia inginkan hanyalah pulang ke kosan lalu beristirahat habis2an melepas emosi negatifnya. Mungkin menambah durasi mandinya karena hari ini ia ingin menenangkan pikirannya sambil berendam atau luluran.



“Makasih banyak ya pak.” ucap Puput pelan kepada ojol ketika ia sudah sampai di kosan elit yang tidak hanya berjarak 10 menit dari kantornya.



Lalu ia bergegas menuju lift dan menekan tombol 5. Sesampainya di lantai 5, Puput pun menuju ke kamar kos nya yang terletak di paling ujung lorong kanan diantara puluhan kamar lainnya. Sekadar informasi, kos tempat Puput tinggal berbentuk seperti losmen dengan interior ala milenial dengan sentuhan aksen industri bercampur ‘vintage’.




salah satu contoh kamar yang ada di indekos
tempat Puput menyewa. kurang lebih kayak gini lah
bentukan polosnya. mohon maaf karena sulit sekali
mencari mulustrasi yang spesifik apa lg kamar Puput
sendiri :((


Umumnya orang akan mengira bahwa ini adalah kedai kopi masa kini berukuran besar atau hotel milenialis. Nyatanya ini adalah indekos modern dengan biaya sewa seharga setengah dari upah minimum regional ibukota tahun 2022. Beruntung perusahaan tempat Puput bekerja memberikan gaji yang bisa dibilang cukup karena pengaruh kinerja perusahaan yang sedang cukup baik walaupun sedang gencar PHK belakangan ini serta performa pribadi dari seorang Puput sendiri.

Suasana kos pun juga tidak terlalu ramai karena penghuninya rata2 karyawan/i yang bekerja di pusat kota. Jam pulang mereka umumnya berkisar diantara pukul 6 sore sampai 9 malam. Oleh karena itu setiap pagi atau siang, kos ini selalu dalam keadaan sepi di hari kerja.



Sesampainya ia di depan pintu, Puput pun membuka dengan menekan bagian tengah engsel pintu dengan sidik jarinya karena tentu saja, indekos modern, fasilitas pun juga modern termasuk pintu kamar kos yang sudah berbentuk elektronik.



Ia langsung melepas ‘flat shoes’ nya, menaruh di rak sepatu, menghempaskan tas nya ke arah meja panjang yang terlihat banyak sekali susunan buku disana, lalu menjatuhkan dirinya ke ranjang empuk dengan kain sprei berwarna hijau tosca. Tatapan kosong melihat langit2 kamar yang penuh dengan tempelan stiker ‘glow in the dark’.



Kamar kos dengan ukuran 4 x 8, dengan kamar mandi dalam serta kasur tipe ‘queen’, ditambah dengan aksesoris berupa foto ‘polaroid’ yang digantung dengan seutas tali tambang dihiasi lampu LED berwarna kuning temaram, serta dua buah boneka beruang putih dan coklat membuat kesan yang sangat berbeda dengan pribadi Puput yang terlihat elegan di kantor. Sangat terlihat menunjukan kesan ‘girly’ ketika siapapun yang masuk. Aroma lembut buah ceri dan semangka dari parfum yang berada di meja rias di samping meja bacanya masih sangat terasa tahan lama, membuat kaum laki2 jadi mendidih karena manis aroma tersebut seakan2 menghipnotis mereka.



“Hhhh….” Puput menghembuskan nafasnya berat. Masih sangat terasa sekali perasaan gondoknya kepada Rangga hari ini. Rasanya ia sangat tidak ingin bertemu dengan pacarnya hari ini, besok, atau lusa.



Lalu Puput bangun dari rebahannya dan melepas celana bahan ketat berwarna hitamnya dan melemparnya ke samping kiri kasur. Terlihat jelas paha mulus nan sekal Puput. Kebiasaannya melepas bagian bawah pakaiannya sendari SMA setelah melakukan aktivitas masih biasa lakukan ketika hanya ia seorang dikamar. Baginya, ia merasa lega menggerakan kakinya kesana kemari tanpa sehelai benang menutup panjang kakinya. Tentu saja masih memakai cd nya karena tidak ingin terlihat terlalu mesum.



“Bete…”



Guman Puput pelan sambil melepas bra dengan motif renda berwarna hitam selaras dengan cd nya, membuat toket berukuran 30F terjatuh bebas dibalik blus biru mudanya.



“Bete banget…”



Puput masih bergumam kesal. Ia kembali merebahkan tubuh seksinya, kali ini dengan goncangan kuat di kedua toketnya yang cukup besar dan kenyal walaupun tanpa ditutupi oleh bra sekalipun.



“Beteeeeee…..”



Ia mengambil sebuah bantal tidur lalu menutupin wajahnya yang masih dibalur riasan.



“HUAAAAAA…… BETEEEEEE YA LOOOOOOORRDDD!!!” teriaknya dibalik bantal tersebut.



“AHH!! Anjing banget sumpah! Yang tadinya udah bete gara2 tuh dua anak labil, malah sekarang si kampret Rangga nambah2in pikiran aja!! AGHH!!”



Puput mulai mengoceh kesal dengan sendirinya. Emosinya yang sudah tertahan semenjak siang tidak dapat dibendung kembali. Ditambah lagi belakangan ini ia sedang kesulitan untuk tidur, menambah lelah yang sudah bercampur aduk.



“Kesel! Kesel! Kesel! Pokoknya semua ngeseliiiinnn!!” Puput memberontakan kedua kakinya ke ranjang.



Lalu ia mengambil posisi tengkurap sambil melihat ke arah ponselnya. Terlihat puluhan panggilan tak terjawab dari Rangga ada di layar utama. Sudah pasti Puput tidak mau menjawab dan mematikan ponselnya segera. Ia muak melihat atau mendengar nama laki2 tersebut.



“........”



Lalu Puput duduk di kasur nya sambil merenung sejenak. Perlahan ia mulai menunjukan ekspresi lelah hasil dari ledakan emosi di balik bantalnya tadi.



“Males mandi.” Gumam Puput malas.



Tapi ketek gw bau banget. Mana burket banget tadi di kantor.



Puput melirik blus nya di bagian ketiak sambil mengelus bagian sana untuk memastikan keringatnya sudah mengering apa belum.



“Hmm… bau banget lagi!”



Tapi males mandi! Tapi ketek gw bau banget! Tapi males mandi! Tapi ketek gw bauuuu!! Duhhh kenapa sih gw cantik2 begini tapi ketek gw bau!? Mana gampang basah jugaaa!!



Pergelutan konyol dalam batin Puput akhirnya membuat ia kembali menguras sisa2 energinya. Akhira ia pun terbaring di kasur lalu terlelap.
 
Terakhir diubah:
Suara ketukan pintu berkali2 membangunkan paksa Puput yang sudah terlelap dua jam lamanya. Ia mengira awalnya itu hanya salah satu bagian dari mimpi buramnya, ternyata suara itu betul2 ada di depan pintu kamar kos nya kali ini.

‘Tok tok tok tok’

“Mmmmmm….”

‘Tok tok tok tok’

“Mmmmmmhh…”

‘Tok tok tok tok’

Apa sih anjir, ganggu orang lagi tidur aja ah!

Dengan malas dan gusar, Puput pun terpaksa bangun dari tidurnya. Ia tidak langsung mengecek siapa yang mengetuk pintu melainkan duduk di pinggir kasur, kembali merenung dengan kantuknya.

‘Tok tok tok tok’

“Iya sebentaaarr.”

Puput lalu berjalan pelan menuju pintu lalu mengintip dari lubang pintu.

“Puput? Bukain bentar, Put.”

“Ck…”

Puput pun membukakan pintu sambil melongokan setengah kepalanya. Rambut kusut, tatapan tajam nan dingin serta bibir yang cembetut menyambut seorang Rangga yang terlihat senyum2. Rangga juga membawa dua bungkus nasi ayam sambal matah, salah satu makanan kesukaan Puput sebagai penebusan dosanya hari ini.

“Put, sorry banget ya hari ini.”

Sontak Puput dengan cepat menutup kembali pintu kamarnya. Rangga pun dengan cepat menahan pintu sambil meminta maaf berkali2.

“Put, bentar dulu! Dengerin dulu penjelasan aku!”

Puput masih bersikeras memahan Rangga supaya tidak masuk kedalam.

“Put! Putt!!”

“Keluar!!”

“Dengerin dulu!”

“Keluaaaaarrr!!”

“Dengerin dulu penjelasan aku! Aku minta maaf!”

“Keluar gak!?”

Sekitar setengah menit mereka berkutat di depan pintu, akhirnya Rangga berhasil masuk ke dalam kamar kos Puput. Karena sudah pasrah mendorong Rangga yang bertubuh sedikit lebih tinggi, Puput akhirnya membiarkan masuk. Lalu ia duduk kembali di ranjang sambil berpangku lengan tidak mau melihat wajah Rangga.

“Tadinya kan enggak harus begini juga.” Ucap Rangga pelan.

Puput tidak menjawab. Kedua alisnya menyerit tajam. Tatapannya dibuang kearah jendela kamarnya, tidak sudi melihat Rangga.

“Put, aku minta maaf.”

Puput masih tidak menjawab. Dan kali ini Rangga tidak sesengit beberapa saat lalu. Ia terdiam lalu duduk di lantai, menyiapkan dua bungkus nasi ayam, segelas ‘strawberry milkshake’, dan es teh tawar.

“Yuk, makan dulu.”

Puput masih tidak menjawab. Ia masih kesal dengan Rangga.

“Yaudah aku cuci tangan dulu ya.”

Rangga beranjak dari duduknya lalu pergi ke wastafel di dalam kamar mandi. Beberapa saat kemudian ia melihat nasi tersebut masih tidak disentuh oleh Puput sama sekali.

“Kamu enggak cuci tangan?” Tanya Rangga.

Puput melirik Rangga sekilas, masih dengan tatapan sinis.

Lalu Rangga duduk kembali di lantai sambil mengambil salah satu nasi ayam. Ia lalu menyuapi Puput perlahan sambil menyodorkan sesendok.

“Makan dulu.”

“Mhhh! Ish apaan sih!!”

“Ini kan kesukaan kamu…”

“Emangnya aku anak kecil apa, pake disuap2in!!”

Puput lalu merebut sendok serta mangkok pembungkus nasi ayam tersebut. Ia lalu berpindah duduk ke lantai sambil menyantapnya sesuap.

Rangga pun sedikit bisa bernapas lega karena melihat ‘umpan’ nya ditanggapi oleh Puput, meskipun masih dengan ocehan galak.

“Kamu enggak cuci tangan?” Tanya Rangga pelan.

Puput menghentikan makannya lalu bergegas cepat pergi ke wastafel. Bongkahan pantat sekalnya yang hanya tertutup cd hitam terlihat kenyal menggeol ketika ia berlari galak menuju kamar mandi.

Setelah mencuci tangan, Puput kembali menyantap nasi ayamnya. Kali ini ia juga telah mengganti blus ketat warna biru mudanya dengan kaos longgar merah tua dan bawahan ‘hot pants’ warna hitam bergaris putih di tepi jahitannya. Rangga terlihat agak kecewa dengan pakaian Puput yang sekarang agak tertutup dibanding dengan yang tadi. Namun menikmati keindahan tubuh seorang Puput bukan tujuan utamanya kali ini. Saat ini ia harus memperbaiki ‘mood’ pacarnya dengan semangkuk nasi ayam sambal matah.

“Enak enggak?”

“Mm…” jawab Puput singkat.

“Nih kesukaan kamu juga.” Rangga memberikan sebotol susu stroberi.

Puput mengambil dengan ketus tanpa melihat kearah Rangga. Perasaannya masih kesal, walaupun sedikit demi sedikit sudah mulai membaik karena perutnya sudah terisi asupan makanan.

Laper ternyata nih cewek.















Singkat cerita makanan pun telah habis. Puput menghabiskan sampai hampir tidak tersisa, sementara Rangga tidak sampai habis lantaran ia memang tidak terlalu suka pedas.

“Kok enggak diabisin?” Tanya Puput pelan.

“Enggak. Aku salah beli tadi.”

“Dasar bodoh…” ucap Puput pedas, lebih pedas dari sambal matah yang ia makan.

“Nih kalo kamu mau, abisin aja punya aku.”

“Gak… udah kenyang…”

Rangga menarik napas panjang mendengar Puput yang kembali jutek. Tapi ia tutupi dengan senyuman ramah nan pahit.

“Put?”

“Apa lagi? Nanya2 terus…”

“Maaf ya.”

“Mm..”

Puput memutar bola matanya ke lain arah, kembali bertolak dari Rangga.

“Tadi aku abis ada urusan di temapt kerjaan aku, mendadak banget.”

“Mm..”

“Aku lupa ngabarin kamu karena lagi padet banget tadi, soalnya ‘leader’ udah ngajak buat online meeting.”

“Mm..”

“Put…??”

“Paan..?”

“Masih marah?”

“Enggak tau.”

Rangga mengusap wajahnya pelan mendengar jawaban ‘template’ perempuan ngambek. Ia sudah mulai buntu menangani ambekan Puput yang tidak kunjung reda. Salah satu cara lain adalah saling berdiam diri, tanpa berbicara.

Ia pun duduk tepat disamping Puput. Tanpa berbicara sedikit pun. Namun semakin Rangga mendekatkan dirinya, Puput semakin menggeserkan tubuhnya menjauh dari Rangga.

“Yaudah kalo gitu, aku diem aja deh.”

Lallu mereka berdua pun diam satu sama lain. Hanya terdengar suara AC di kamar dan kendaraan lalu lalang diluar sana.
 
Sudah lima belas menit mereka tidak berinteraksi satu sama lain. Puput masih betah dengan posisi duduknya sementara Rangga memperhatikan nya dari samping.

“Diem aja terus kayak orang bego….” Puput memecah keheningan dengan kesinisannya.

“Nanti kalo ngomong entar salah lagi akunya.”

“Ya emang salah, mau ngomong apaan lagi emang?”

“Yaudah salah deh iya…”

Mereka kembali diam. Namun perlahan Rangga mendekatkan dirinya erat dengan Puput. Kali ini terlihat tidak ada respon penolakan dari Puput sama sekali.

“Puutt..?” Tanya Rangga dengan suara pelan.

“Mmm…?”

“Kamu masih marah ya?”

“Enggak tau…”

“Hmmm, apa perlu aku joget2 depan kamu kayak yg di video tictoc yang kamu kirimin waktu itu ke aku?”

“Paan sih. Enggak jelas. Jayus dasar…”

Puput mulai memberikan tanggapan. Agak lebih baik dibanding tanpa ada tanggapan sama sekali. Rangga pun berpikir keras supaya perkataan selanjutnya tidak menyinggung perempuan kesayangannya ini.

“Yaudah aku joget nih ya…”

Rangga beranjak dan berdiri tepat di depan Puput. Ia sudah siap mengambil kuda2 untuk menjadi ‘badut asmara’ malam ini demi membuat Puput tersenyum kembali.

“Mau ngapain??”

“Joget.”

“Ih!! Apaan siiiihhh!! Jangan kayak gitu ahhhh!! Enggak jelas banget heran!!” Puput meremas kedua pergelangan Rangga kuat2 menahan agar tidak membadut.

“Ya abisnya enggak mau sembuh2. Joget juga nih lama2.”

“Apaan sih? Sembuh2!! Emang lagi sakit apa!?”

“Yaudah jadi maafin gak nih?”

“Enggak tauuuuuu!!! Udah aaahh duduk aja kayak biasa!! Jangan aneh kayak gituuu!!”

Rangga menurut permintaan Puput. Salah satu cara untuk berbaikan dengan pasangan kita adalah menuruti apa kemauannya. Ya, untung saja Rangga memberikan suatu hal yang kelihatannya tidak disukai Puput saat ini, jadi ia bisa menolak dan memberikan sesuatu yang bersifat netral. Kembali duduk kalem contohnya.

“Puuutt…?”

“Apa siiiiiihhh!! Nanya2 melulu kayak ojol loo!!! Berisik!!”

“Lho emang aku ojol kamu kan?? Hihihi….”

“Apa sih!? Tau ah!! Orang lagi kesel!! Diginiin terus!!!”

Sialnya, Puput kembali dengan ambeknya. Rangga yang sudah melihat adanya kesempatan pun menjadi pusing kembali. Ia menggaruk rambut belakangnya kuat2 dan kembali duduk di samping Puput.

Apa gw pake rencana B aja ya ke nih orang??

Rangga yang mulai kehabisan akal pun merencanakan sesuatu hal. Mungkin akan tidak terlalu mulus, namun ia rasa ini akan berhasil.
 
Rangga mendekat kembali kearah Puput. Kali ini ia mendaratkan lengannya ke samping pinggang perempuannya. Perlahan namun pasti, Rangga sudah memperhitungkan apa saja tanggapan yang akan diberikan Puput. Dan benar saja, ia pun kaget sambil mendorong dada Rangga kuat2.

“Eh! Apaan sih kamu!!?? Lepasin!!”

Rangga tahu jika Puput akan memberikan perlawanan seperti ini. Tentu ia langsung berpindah kembali posisinya ke depan lalu mendorong tubuh seksi Puput kuat2 sampai jatuh ke kasur.

“Ahh, Rangga apaan sih!! Lepasinn enggak!!!”

Rangga tidak meghiraukan pekikan kesal Puput. Ia berusaha keras menahan kedua pergelangan Puput agar tetap menempel di kasur. Puput memberikan perlawanan namun hampir terlihat sia2. Rangga sudah berada diatas tubuhnya sekarang.

“Ranggahh!! Ishh apa sihh Gaaa….!! Hahhh.. ahh!!”

Rangga memberikan kecupan di leher bagian kanan Puput. Ia juga memberikan endusan kuat sambil mengemut kulit halus Puput disana, membuatnya mengerang kaget.

“Anhanghh!! Ranggaahh!!”

Puput menutup kuat2 bagian yang dikecup oleh Rangga agar wajahnya tidak bisa meringsek kesana. Namun kali ini ia melepas pergelangan Puput dan berpindah ke bongkahan toket sekal Puput. Rangga meremasnya, mencubit puting susu yang tidak hanya tertutup kaos longgar merah tua, memijatnya kuat, serta tetap memberikan cupangan maut di leher kanan.

“Anghhagh!! Ranggahh janganhh ahh!!”

“Hnnhhh!! Hnnghh kalo elo enggak bisa diapa2in, cara satu2nya gw harus ngentotin elo Puthh!!” ucap Rangga yang mulai terbakar nafsunya.

“Hahh apa sih!!! Kok elo jadi ginihhh enngghhh!! Enggak ginihhh uhhh…!!”

Puput masih bersusah payah memberontak. Tenaga yang ia keluarkan dirasa sangat percuma lantaran Rangga sudah menyentuk beberapa titik sensitif tubuhnya. Terlihat samar bercak cupangan merah mulai timbul di lehernya, serta puting toket yang sudah mengeras tercetak jelas dibalik kaos yang dikenakan.

“Nggghhh… jangan Ranggahhh…”

Puput hanya bisa mencegah dengan mengeluarkan desahan putus asa. Hal tersebut malah membuatnya semakin seksi karena suaranya jadi terdengar serak dan basah.

ANJING! BENER AJA KAN MESTI GW GINIIN DULU NIH CEWE!! MELEYOT KAN LO JADINYA, HAH!!

Dengan kasar Rangga melepas kaos yang dikenakan Puput beserta celana pendek dan cd nya. Puput masih berusaha melawan di titik sisa yang ia punya, namun Rangga masih terlihat lebih beringas berusaha menjinakan Puput.

Sontak Rangga menelan ludah kuat2 melihat Puput yang sudah telanjang bulat. Dengan postur tubuh yang sangat seksi dan terawat (karena Puput rajin pergi ke GYM setiap tiga kali seminggu), toket yang kenyal sekaligus kencang, pinggul yang semampai, sampai di kewanitaanya yang terlihat merekah tembem dengan rambut kemaluan yang halus.

“Hahhh hahhh hahhh!! Anjing Put lo seksi banget!!”

Rangga mengelus bagian pinggang Puput naik turun. Sontak Puput mengelinjang sambil menekukan badannya kesana kemari. Sama seperti tenguk dan toketnya, bagian pinggang juga adalah salah satu titik sensitif di tubuhnya. Entah mengapa cukup banyak sekali titik erogen di tubuh perempuan jutek ini.

“Emmmhhh… mmhhh!! Rhanhahh!!”

Puput masih berusaha mendorong tubuh Rangga, namun dorongan tersebut berubah menjadi remasan karena jari tengah Rangga mulai mengelus bagian meki Puput yang sudah lembab.

“Ngghhhh!! Mau ngapain sihhh ennhh!!”

“Mhau colmekin lo…!!”

“Jhangann enhh!! Jangaann!! Lepasin jarinya enghhh!!”

Puput mendesah susah payah mencegah Rangga bertindak lebih jauh. Ia kesal, namun entah kenapa perasaan kesalnya malah membuat tubuhnya semakin terasa sensitif. Dengupan di dadanya juga semakin kuat dan darahnya berdesir deras, membuat sensasi seakan2 ada setruman listrik di titik kewanitaannya yang sedang dikocok perlahan oleh Rangga.

“Rhannghh ahhh!! Enggak mhauuu!”

Desahannya pun berubah dari yang tegas perlahan menjadi manja dan seksi. Ia sudah tidak kuat membendung nafsunya yang tidak bisa lagi diajak kompromi. Sekarang, semakin Puput merasa kesal, ia semakin merasa terangsang juga. Apa lagi meliat Rangga yang sudah sedikit demi sedikit melepas kemeja biru tua dan celana jeans ketatnya. Tepat di depan mata Puput postur tubuh kurus dan sedikit berotot sedang menimpa tubuhnya saat ini. Ukiran urat samar berwarna hijau keunguan juga terlihat di pergelangan Rangga yang sudah mulai intens memberikan kocokan brutal.

“Haoohh Rhannhhahh!! Ahh ahh ahhh anjiirr!! Ahh!!”

Rangga semakin terbelalak melihat ekspresi mesum Puput. Tatapannay terlihat sayu, wajahnya sudah memerah karena tenggelam oleh kobaran nafsu. Toketnya pun terkadang tanpa sadar ia remas sendiri karena muncul sensasi geli di bagian sana.

“Hahhh ahhh ahhh emmfffh…. mmmhhh…”

“Puuttt!! Elo seksi bangeett!! Hahh hahhh!!” puji Rangga ditengah dengusan nafsunya yang begitu berat.

“Eunnnhh… emmhh… udahhh… Rhannhahh gw enggak mhauuu!!”

“Enggak mau enggak mau, tapi kok tangan elo sekarang ada di qontol gw sihhhh… nnnhhh…”

Tanpa sadar Puput meremas kejantanan Rangga yagn sudah menegang kuat.

“Aehhnnn… enngg… enggak thaukk!! Engghh ahh udah ahhh…”

“Jadi mau enggakhh?”

“Ahhhnnhh… emmhh… enggaaakkhh… engghhh…” Puput menggeleng sebisanya.

“Bener nihhhh???”

Puput termakan sendiri oleh egonya. Ia benar bimbang antara menuruti akal sehatnya untuk tetap menjaga ‘pride’ nya, atau memberi celah untuk ‘inner devilish’ nya menguasai dan menjadi seksi dan… nakal.

“Ahhhh ahhh… hanjiinnggg!! Anjing lohhh… ennhhh…. Anjing lohoh Ranggahhh….!!”

“Lho kok ‘anjing lo Rangga’ ??? Jadi mau enggak nihhh…?? Kalo enggak ya gw lepas kayak gini nihhh!!”

Rangga menghentikan kocokannya sambil menunjukan jarinya yang sudah basah mengkilat akibat cairan cinta dari meki Puput.

“Ahhh… ennhahhh…!!! Enggak mau berhentiiiiiiii!!!” pekik Puput galak tapi manja.

Kena lo sekarang sama gw!!

Sontak ia pun mendorong kuat2 tubuh Rangga sampai terjatuh di kasur. Rangga pun mengaduh bukan karena kesakitan melainkan kaget lantaran Puput yang mendadak agresif.

“Aghh! Anjir mendadak jadi kuat nih orang!!”

‘PLAK!’

Tamparan keras mendarat di pipi Rangga. Ia pun kaget setengah mati namun juga bingung. Di depan matanya terlihat Puput yang sekarang menimpa tubuhnya sambil meremas kedua toketnya. Puput sudah memasuki mode wanita jalang.

‘PLAK’

Kembali tamparan tertempel di pipi Rangga. Kali ini ia mengaduh kesakitan, namun hal itu malah membuat Puput menderu seksi.

“Hmmmhhh…. Hhhnnhh… hnnnhh…”

“Puuutt… kan ditabok gini sakit..”

“Ennghh biarin aja anjinkk..!! Gw… engghhh gw…. Ennhhh shhhh… ahhh…” Puput terdengar sulit melanjutkan kata2nya. Jari jemarinya kali ini sedang sibuk mengobel meki basahnya yang merekah merah.

“Ennhhh…. Ini nihhh!! Ini nihhh!!! Engghh iniiihhh… anjing emang qontol inih!!!”

Puput mengelus batang qontol Rangga seerotis mungkin. Buah zakarnya ia remas kuas2 sampai Rangga memekik kaget kesakitan.

“Aghh Put ngilu!!!”

“Nnnhh oohh elo ngilu!!!?? Mhhh… mmmhhh iyahhh… elo ngiluukk??? Hahhh…??”

“Ahhh… iyahhh…”

“Oohhh gituhhh…. Enghhh sekarang gimana kalo gw giniihh hah??”

Puput berpindah posisi ke hadapan qontol Rangga sambil menungging terang2an menunjukan pantat semoknya.

“Hennnhhh… emhh cllpphh…”

Kecupan mungil dari tipis Puput menyentuh ujung kepala qontol Rangga. Kedua tangannya memijat kuat bagian tengah serta zakarnya.

“Cllhpphh… mmmhh… emuahhh… cllrpphh…”

“Ohhh… Put… anjing lahhh!! Enak banget wehh!!”

“Cllrpphh.. cllpphh.. emm hehehe…. Gw hap ya??” ucap Puput manja.

Rangga memberikan anggukan sengit karena sudah pasti ia akan dapat rangsangan nikmat tiada tara dari emutan Puput.

“Hauppp… emmmhhh… mmmhhh sllrpphh.. sllrrpphhh mhh…”

“Ahhh aghh Put anjing enak banget aghh!!”

Rangga melenguh bukan main. Emutan, hisapan, serta gigitan yang diberikan Puput seolah2 menghantam bagian selangkangannya habis2an. Ia tidak dapat menahan ekspresi bodoh dan mesumnya lantaran manuver erotis yang diberikan Puput di qontolnya.

“Cllhppp… mmhh… mmhh.. cllphph… mm ehehehe… emmmhh.. cllrpp.. rahain hih… hara2 huhah hihin hue hangehh… ennhh..”

Beberapa kali Puput memberikan lirikannya kearah Rangga yang terlihat semakin tidak bisa membendung konaknya. Ia juga berkali2 menyibak rambut sampingnya agar tidak menutupi pandanganya. Melihat dua pemandangan panas tersebut berkali2 membuat Rangga semakin terdengar beringas deru napasnya. Ia ingin segera menyetubuhi Puput. Ia ingin menghancurkan Puput. Ia ingin membuat Puput lemas tak berdaya.

“Shhh… henakk henggak?” Tanya Puput dengan suara serak basahnya sambil tetap mengocok batang qontol Rangga.

“Ennnghh enakkk!!”

‘PLAK’

Kembali tamparan sadis mendarat namun kali ini di dada Rangga.

“Gw enggak denger suara elohhh…” ucap Puput dingin.

“E… enhh… enakk Put..”

‘PLAK!! PLOK!! PLAK! PLOK!!’

“Yang kenceng anjinggg!! Gw enggak denger suara elohhh… ennhh…!!” pekik Puput serak setelah menampar bolak balik wajah Rangga.

“Enakk Put anjing!!”

“Ennhhh nhahhh gituhh…!!”

Deru napas mereka berdua semakin terdengar nyaring di kamar kos itu. Mereka tidak dapat membendung nafus satu sama lain. Bagi Rangga, hal ini seperti mendapat durian runtuh. Awal mula Puput yang bersikeras menolak habis2an menjadi Puput yang berjiwa jalang habis2an menguasai dirinya. Sementara Puput? Ia sedang tidak bisa diajak berbicara normal saat ini. Ia sedang dirasuki oleh jiwa ‘lonte nakal’ nya setelah berkali2 dirangsang oleh Rangga.

“Mhau masukinnn… nnh..” pinta Puput sambil mengigit bibir bawahnya.

Mendengar hal itu Rangga pun kembali berusaha menguasai Puput. Ia bangun lalu membiarkan Puput terlentang di kasur. Tubuh yang tadi sudah dideskripsikan kali ini mulai terlihat licin karena keringat yang mulai bercucuran, terlebih di bagian ketiaknya.

“Annhh…” pekik Puput ketika ujung kepala qontol Rangga menggesek bagian luar mekinya.

“Mau diapain tadii??”

“Mmm.. mhauu dimasukhiinnn nnghhh….”

“Apa?” Rangga mempermainkan Puput sambil menggesek palqonnya keras2 di bagian luar meki.

“Nnnnhh!!! Rangga udah ahhh!!! Cepetan dimasukinnn…!! Sange banget gwehhh!!”

Tanpa banyak rayuan gombal lagi, dengan posisi Rangga pun melesatkan qontolnya kedalam lubang kewanitaan Puput. Seketika qontolnya ambles hampir tanpa sisa karena licinnya cairan cinta Puput.

“NGAOHH!!”

Tubuh Puput meleting kaget karena sensasi seperti kejutan listri menyeruak di sekujur tubuhnya. Ia tidak dapat membendung ekspresi wajahnya yang terbelalak membuka mulut karena sensasi ini.

“Ehhnnhh… ennhh… ennhhh…”

Dengan reflek, Puput menggoyangkan pinggulnya, diikuti oleh Rangga yang memaju mundurkan qontolnya. Denyutan demi denyutan sangat terasa sekali didalam sana, memijat batang Rangga dengan begitu kuat.

“Ahhh ahhh ahhh…”

“Ahhh… shhh… Puttt…”

“Aehhhh… ennhh… ennhh…”

Keduanya saling bertatap2an. Puput yang sebelumnya jijik karena kesal melihat Rangga kini tatapannya penuh dengan erotisme yang tajam. Ia tidak melepaskan pandangannya ke wajah atau tubuh Rangga sambil mendesah setiap kali Rangga menghujam qontolnya kedalam lubang nikmatnya.

“Nnnhhh… nnhh… nnhahhh Ranggaaahhh…”

“Ennhh… enak enggak Put!??”

“Enak… enak bangettt… qontol lo enak bangett…”

“Iya… enak banget yahhh??”

“He ennhh… enak bangettt… memeq gw jadi enak banget gara2 qontol elohhh… ennhhh…”

“Hennhh gimana tuhhh enaknyaa…??”

“Enghh… enggak tauuhhk… enakk bangettt.. enhh..”

“Ahh hahaha… masa jawab enggak tauu juga.. aghh…”

“Emhh enakk bangettt… ennhh… nhhh…” Puput tidak perduli akan perkataan Rangga yang sebenarnya bermaksud iseng untuk menyinggung. Kelihatannya Puput sudah hilang kesadaran dengan dirinya yang penuh wibawa dan elegan.

“Ahhh enhhh Ranggahhh… ennnhh…” desah Puput sambil mengigit bibir bawahnya.

Setelah kedua tangan Puput meremas dada dan pundak Rangga, ia pun mengangkat lengannya lalu meletakannya di bantal dan terlihat seperti sedang mengangkat tangan. Terlihatlah kedua ketiak mulus Puput yang sudah licin karena keringat disana. Aroma feromon khas perempuan bercampur parfum perlahan menyerebak dan sampai ke penciuman Rangga.

Wait… Oh fuck! Fuck!! Jangan diangkat kayak gitu anjirrr!!!

Manuver Rangga terlihat agak berbeda dibanding sebelumnya. Gerakannya tidak seberingas tadi karena ternyata ada sesuatu yang mengganggu dirinya. Lebih tepatnya mengganggu penciumannya.

Asli nih cewe! Bau banget keteknya! Udah gw beliin deodoran apa kagak dipake ya sama dia…. Agh!

Melihat Rangga yang tidak seagresif yang dirasa sebelumnya, Puput pun mulai mengoceh dibalik desahannya.

“Mhhh Ranggahh kok jadi pelan sih emmhh.. ayo dikencengin lagihhh…”

“Ahhh enggak kok… enggak… ennhhh… ini gw kencengin nihh…”

Saat ini Rangga tidak bisa terus terang karena takut menyinggung dan membuat Puput kembali kesal. Namun semakin ia tahan, semakin ia merasa tidak nyaman akan aroma feromon dari ketiak mulus Puput.

Duh, keteknya kok bau cewe sekolahan banget dah nih orang. Enggak2, lebih ke bau mbak2 baru gede… ah enggak2!! Masa iya dari puber ampe sekarang kagak berubah2 aromanya... enggak asem.. cuman begini banget baunya heran!!

Goyangan Rangga pun perlahan sangat terlihat sekali berbeda dari biasanya. Perlahan hal tersebut membuat Puput semakin sadar akan kejanggalan tingkah laku Rangga.

“Ishh Rangga kok… malah… malah ciut sihhh…”

“Hahh… ehh kok… enggak kok Put… hhhnnhh…”

Tanpa sadar ukuran qontol Rangga juga mengecil lantaran dari efek pikirannya yang berkecamuk.

“Enggak kok Puuutt… ini gw kenceng lagi kokk….”

Gesekan demi gesekan masih diberikan oleh Rangga. Nanum apa daya, seberapa keras usaha yang diberikan, kepunyaan Rangga kian layu dan kembali ke posisi normal.

Keduanya pun saling bertatapan masih dengan posisi misionaris. Rangga dengan canggungnya, dan Puput dengan tatapan risihnya.

“Put…. engghh…”

“Ga…?”

“Iyaaa…?”

“Lo jadi ifeel gara2 ketek gw ya…?” Puput cepat menebak.

Mendengar pertanyaan terus terang tersebut, Rangga jadi kelabakan bukan main. Ia tidak menyangka bahwa Puput tahu apa masalah utama penyebab ia menjadi ‘impoten’.

“Ahh enggak kok apaan sih…??”

Puput masih menatap Rangga risih, bahkan semakin risih karena merasa bahwa ia bisa mencium aroma ketiaknya yang memang agak mengganggu.

“Put… enggak gitu…”

“Bangun…” Puput mendorong tubuh Rangga dan beranjak dari situ.

“Eh Put mau kemana…?” Rangga menatap Puput yang bergegas menuju kamar mandi.

“Rangga, mending lo pulang sekarang. Besok gw masih ngantor.”

“Tapi Put, dengerin gw dulu… maksud gw bukan-”

“Plis, Ga. Gw enggak mau pake ribut2 lagi kayak tadi. Kali ini lo dengerin gw… pliis banget. Gw udah cape banget hari ini….”

Rangga pun menyerah dan menuruti kemauan Puput. Ia juga tidak mau kejadian serupa terulang kembali. Padahal dala hati kecilnya ia bingung dengan keadaan ini. Entah siapa yang dapat disalahkan atau siapa yang benar. Yang jelas terlihat saat ini Puput sudah mengenakan handuk bersiap untuk mandi sambil menatap Rangga yang sedang memakai pakaiannya kembali.

“A.. aku pulang dulu ya, Put. Kamu jangan tidur malem2 entar.” Ucap Rangga berusaha terlihat ‘manly’.

“Hmm” gumam Puput pelan “kamu juga ati2 dijalan, udah malem banget.”

Setelah Rangga pulang, Puput masuk kedalam kamar mandi dan menyalakan air hangat di ‘bath tub’ nya sambil menuangkan sabun untuk berendam disana. Persiapan pertama sebelum luluran tentunya. Lalu ia memakai plastik pelindung untuk rambut hitam panjangnya.

Di dalam ‘bath tub’, ia kembali merenung. Merenung karena lelah, karena sensasi bercinta barusan yang terkesan sangat ‘kentang’, dan ekspresi Rangga yang melihat dirinya.

“Ah fuck lah! Emang semua cowo sama aja ngeselinnya!!” omel Puput kesal lalu merendam setengah wajahnya ke dalam ‘bath tub’. Terlihat matanya sedikit berkaca disana memikirkan kejadian tadi.

Kenapa sih dia begitu terus... padahal tinggal jujur aja kalo ketek gw bau…. Kupret!!





つづく
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd