Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA QUEEN BEE - Puput New Story's

Ane berdoa supaya suhu sehat selalu hu :beer:
Emang waktu yang pas recovery sambil gali ide buat plot ini karya ke depannya:semangat:
Selalu menanti ke-tsundere-an puput di episode mendatang hu:Peace:
 
Wajib d tunggu, akan kah puput menjadi milik arman seutuhnya!!! Atau kah puput masih jual mahal k arman stlh ap yg sdh trjdi d mlm itu.
 
Wah bakal kangen lagi nih dengan si Puput, sekalian dong titip pesan TS, kalau Puputnya nongol lagi jangan jaim-jaiman lgi sama si Arman
 
ijin nongkrong + kopi dulu :ngeteh: ada aroma-aroma update nih kayanya
 
Bagian Delapan




Tidak terasa sudah kembali ke hari Senin. Hari pertama yang banyak tidak disukai oleh orang2 dikarenakan identik dengan hari pertama berkegiatan. Pada hari ini juga di kantor tempat Puput bekerja, suasana berjalan seperti biasa, hanya saja beberapa karyawan terlihat suntuk lantaran tidak rela meninggalkan waktu liburan mereka. Beberapa juga sudah puas dengan waktu 3 hari mereka terlepas dari penat pekerjaan meskipun ada juga yang tetap dihubungi untuk memberi laporan pekerjaan di waktu libur. Mungkin saja orang2 ini adalah mereka yang sedang memasang wajah suntuk dan kusam ketika mengisi segelas kopi hitam di ‘pantry’.

Begitu juga dengan Puput yang sedang berada di ruangannya saat ini. Ia membawa oleh2 berupa foto di ponselnya bersama dengan kawan2nya, beberapa luka di kaki kirinya akibat terjatuh dari sepeda saat sedang mengejar suara anak kucing, dan pengalaman bercintanya dengan Arman. Mengingat hal tersebut membuat dirinya menjadi kesal kembali, apa lagi bayang2 wajah Arman yang tersenyum ketika ia sedang duduk di pangkuan laki2 tersebut membuatnya tersentak sambil menggebrak sedikit ‘keyboard’ hijau tosca nya.

“Agh! Ribet! Ngapain sih tau2 kelintas hal yang kayak gitu!?” gerutunya sambil menatap tabel susunan data karyawan yang sedang dipilihan untuk diseleksi.

Puput kembali mengetik sambil menatap tajam, berusaha menghapus memori menyebalkan tersebut. Entah mengapa bisa2nya ia tertarik untuk melakukan hal yang tidak senonoh tersebut dengan seorang laki2 gondong dengan brewok tipis dan tatapan tajam serta tubuh yang kekar nan altetis. Membayangkan ciri2 Arman secara tak sadar membuatnya menarik napas panjang lalu memijat kedua pelipisnya. ia pun mengambil waktu sejenak untuk menenangkan dirinya. Memang membutuhkan waktu untuk melupakan sesuatu, termasuk hal2 bodoh yang ia lakukan di pulau waktu itu.

Setelah kembali dari sana, Marina yang memergoki kejadian Puput dan Arman masih saja dilontari pernyataan demi pernyataan untuk tidak membocorkan hal tersebut kepada siapapun termasuk teman2 mereka. Sampai2 Marina merasa sedikit lelah menanggapi kekhawatiran Puput. Sampai saat jam makan siang, Puput masih bersikeras mengingatkan Marina perihal kegiatan mesumnya waktu itu lewat panggilan masuknya siang ini.

“Mar, lo beneran kan gak bilang siapa2?”

“Iya Put iyaaaa. Masa sih lo gak percaya sama gw…?” ujar Marina yang sudah terdengar lelah dengan sikap ragu Puput.

“Hemm iya2 percaya. Cuman emang gw tuh-..”

“Gak ada apa2 sama Arman” sanggah Marina sudah hafal dengan omongan Puput “Yaudah sih, Put. Kalo anak2 emang kagak tau yaudah, aman kok. Kita gak ada sama sekali bikin grup baru terus ngomongin lo disitu. Gak kayak jaman kuliah juga kali yang kita bikin grup laen buat ngomongin Theresia doang.”

Marina mengungkit masa2 kuliah mereka ketika sedang membuat grup ber ‘ghibah’ dengan teman satu geng mereka, Theresia. Theresia adalah teman satu geng Puput dan yang lainnya, namun sikapnya yang agak membuat Puput dan yang lainnya risih membuat mereka akhirnya membuat grup chat tanpa ada seorang Theresia di dalamnya, dan salah satu kegunaan grup itu adalah membicarakan hal2 kejelekan Theresia. Sekarang kabarnya sudah tidak terdengar lagi oleh yang lainnya. Kabar terakhir yang diketahui Cecil ia sudah berada di luar negeri bersama dengan suaminya yang berusia cukup jauh darinya.

“Jadi gitu, Put. Lo gak perlu khawatir berlebihan banget kok. Masa sih seorang Kyla Susanti Putri khawatir soal cowo? Bukannya lo tuh paling jarang khawatir diantara kita2?” Marina memperjelas pertanyaannya yang semoga saja ini adalah pernyataan penutup topik perihal rewelnya Puput.

“Hmm iya sih.”

“Lo juga gak ada apa2 kan sama Arman?”

“Iya.”

“Nah, yaudah Put. Kenapa mesti galau banget gituu??”

“Emmm, abisnya…”

“Apa lagi nih? Pasti ada alesan laen lagi...”

Puput merenung sejenak. Ia menopang pipinya menatap kosong layar monitor yang menunjukan ‘dekstop wallpaper’ sebuah pemandangan malam dengan bintang2 gemerlap. Marina memang benar, ia tidak seharusnya memikirkan hal tersebut terlalu larut. Toh, harga dirinya lebih dari itu semua. Yang sudah berlalu biarlah tertinggal di pulau tersebut.

“Lagian lo juga dapet enaknya kan, Put? Gw denger lo ampe susah payah nahan sampe ngomong kasar ke si Arman gitu…” celetuk Marina agak berbisik di ‘mic’ ponsel nya.

“MAAAAAAAAARR!! Ah males deh diungkit lagi!” keluh Puput menggeram sambil memanyunkan bibirnya.

“Hihihihi!! Ya enggak enggak enggaaaaak!!”





_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________





Beberapa menit setelah Puput mengakhiri obrolannya, terdengar suara ketukan dari depan pintu kaca ruangannya. Perlahan pintu pun terbuka lalu sebuah wajah mengintip dari sana menatap Puput.

“Masuk aja, Ti.” sahut Puput kepada Resti yang melongo perlahan.

Resti lantas membuka pintu lebar sambil tersenyum menatap Puput “Makan ciang kuyyy!”

“Gw makan di ruangan gw nih kayaknya.” Puput mengeluarkan kantong kain merah berisi kotak makannya. Malam sebelumnya ia sempatkan diri untuk memasak nasi dari penanak nasi yang ia beli dari toko daring.

“Ciee, masak nih bund keliatannya?” Resti menghampiri Puput dengan nasi bungkus yang ia beli di kantin dengan indekosnya.

“Eh kayaknya ada yang kelupaan den, Put.”

“Apa tuh?” tanya Puput penasaran.

Setelah menaruh plastik berisi nasi bungkus di meja, Resti kembali pergi keluar. Tidak lama kemudian, ia membawa Los sambil menarik pergelangan gadis tersebut.

“Tadaaa!” seru Resti mengenggam kedua pundak Los.

Puput dan Los terlihat saling menatap. Sontak Los langsung tertunduk lantaran ia masih merasa trauma akan peristiwa waktu itu dimana ia dipergoki oleh Puput sedang berduaan dengan Odie.

“……”

“Kok diem aja, Los? Ngomong dong.” ujar Resti menepuk pundak kanan Los.

“Engg.. anu kak….” Los masih tertunduk tidak berani menatap keduanya.

“Los?” tanya Puput menanggil Los.

“I-iya kak…?”

Lalu perlahan Puput beranjak dari kursinya lalu menghampiri Los. Ia perlahan membentangkan kedua lengannya untuk membiarkan Los memeluk dirinya.

“Sini….”

Lantas Los pun langsung terisak menangis dan memeluk Puput seerat mungkin sambil membenamkan wajahnya di kedua toket kenyal Puput.

“Hhhhuhuhuuuuu….!!!!”

“Kemaren2 kamu kemana? Aku nungguin kamu buat cerita malah gak ngontak2 aku…” tanya Puput lembut kepada Los.

“Hhhhnnn… hikss… hikkss… nnn takut…” ujar Los manja disela tangisannya.

“Takut apa sih…? Emang aku ngegigit kamu?”

“Takut kak sama Odie.”

“Ohhh. Dia kan udah ngundurin diri waktu itu, kenapa masih takut?”

“Nnnnhhh… hikss… nanti kalo dia ngejahatin aku diluar gimana?”

Puput sontak terenyuh. Ia merasa sikap Los yang sedang ditenangkan mirip sekali dengan dirinya. Ia sedang mengkhawatirkan hal yang tidak penting sama seperti Los yang mengkhawatirkan hal yang sangat jarang terjadi.

Odie saat ini sudah tidak bekerja di kantor mereka lantaran ia mengundurkan diri karena performa yang menurut drastis. Maka dari itu HRD pun mengambil tindakan berupa sebuah surat teguran. Namun karena performa yang kian memburuk, akhirnya ia dengan berinisiatif mengundurkan diri. Sebuah tindakan yang cukup berani mengingat kantor tempat Puput bekerja adalah sebuah perusahaan menengah keatas yang memilki gaji karyawan setidaknya diatas upah minimum ibukota. Mungkin saja salah satu pengaruh ia keluar adalah tidak tahan menerima siksaan moral yang diberikan oleh Puput atau Los.

Sekarang hanya tersisa Los yang meskipun kinerjanya masih cukup baik, ia tetap saja terlihat seperti seorang anak perempuan yang butuh kasih sayang dari seorang ibu. Belakangan ini ia terlihat menghindari Puput lantaran dirinya yang dilabrak waktu itu. Namun Puput pada dasarnya memang akrab dengan Los dan tidak mau permasalahan konyol tersebut semakin diperpanjang. Ia pun membuka dirinya dan memposisikan sebagai seorang kakak perempuan bagi Los. Dan begitulah, setiap ada kesempatan Los akan menemui Puput untuk memeluknya dan menangis di dekapan dada besar nan kenyal.

“Udah? Masih mau nangis?” tanya Puput melepas dekapan Los di dada nya.

“Emmhh…” Los mengusap kedua mata sembab nya memberanikan diri menatap Puput. Poni di dahinya terlihat lepek karena air mata yang membasah sampai kesana.

“Duileee Put. Emang bener dah lo tuh ha er de rasa guru be ka. Hihihihi….” celetuk Resti setelah menyuap nasi bungkusnya.

“Sssttt… penonton lanjutin makan siang aja.” balas Puput tersenyum tipis.

“Nhhh tau kak Resti, rese!”

“Yaudah mending lo berdua makan siang. Pelokan melulu kayak teletabis.” sambung Resti cengar cengir mulai merasa suntuk melihat mereka berdua.




_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________





Mari kita mundur kembali di hari dimana Puput dan yang lainnya baru saja tiba di dermaga ibukota. Cuaca terasa terik menyengat lantaran mereka berangkat dari pulau tempat berlibur pada siang menuju petang. Farhan terlihat kembali menjadi budak romantis bagi Cecil, Dewi dan Citra. Sekujur tubuhnya terlihat penuh membawa barangnya beserta barang2 para perempuan tersebut. Dari belakang, Dewi dan Cecil menyoraki Farhan yang melangkah pelan di dermaga menuju gerbang keluar. Arman, Bian, serta Yosep hanya menggelengkan kepala saling menatap satu sama lain melihat betapa mirisnya kawan mereka yang sampai rela menjadi kuli panggul demi mendapatkan sebuah ciuman untuk setiap barang yang dibawanya.

Sementara Puput terlihat agak kesakitan dengan luka di kakinya. Ia juga menggengam erat lengan Jessica agar langkahnya tidak terantuk sesuatu karena ia berjalan cukup susah payah. Arman sebenarnya ingin membantu dirinya, namun tentu saja ia mendapat usiran terselubung dari Puput yang menatap sinis.

“Lo entar balik sama siapa, Put?” tanya Jessica kepada Puput.

“Gak tau nih, kayaknya gw dijemput deh entar.”

“Sama doi?”

Puput mengangguk pelan.

Arman diam2 mendengarkan percakapan mereka dari belakang. Ia mendengar Puput akan dijemput oleh seseorang. Padahal ia sebenarnya ingin berinisiatif menyewakan sebuah taksi daring untuk dirinya serta Puput. Namun karena mendengar hal tersebut, ia mengurungkan niat baik hatinya dan tetap menguping dari arah belakang.

Sesampainya mereka di warung tempat mereka berkumpul ketika berangkat waktu itu, Puput kembali mendapat pengobatan dari Jessica dan Dewi. Ia sempat menolak lantaran kakinya memang sudah ditempeli plester disetiap lukanya, namun Jessica masih memberikan bantuan berupa obat tetes merah dan plester baru. Jelas saja Puput menolak, apa lagi ada obat tetes merah yang terasa perih bukan main ketika terkena luka.

“Jess... udah ah. Jangan diapa2in lagi, gw gak kenapa2 banget kok.” ujar Puput menolak halus.

“Ih seriusan Put?” tanya Jessica memastikan kembali.

Puput kembali mengangguk yakin sambil meluruskan kakinya.

“Nih minum dulu.” Marina memberikan sebotol air minum dingin kepada Puput dan Jessica.

“Tengsss be…” Jessica membuka botol tersebut lalu mengenggaknya setengah bagian.

Sementara para perempuan sedang mengobrol dan para lelaki sedang merokok sambil mengoper korek api Tomi, beberapa dari mereka perlahan sudah dijemput oleh taksi daring. Dewi, Cecil, dan Citra berangkat bersama Farhan dan Tomi, sementara Marina, Jessica, Yosep, dan Riki bersama dengan CRV milik Bian. Tersisa Puput dengan Arman yang duduk cukup berjarak satu sama lain. Arman sempat melirik kearah Puput yang membalas pamitan Dewi dan Citra yang pulang terlebih dahulu. Ia sama sekali tidak mencuri pandang sedikit pun kearah Arman karena masih berlaga tidak ada sesuatu yang terjadi antara dirinya dengan Arman.

“Pssttt…” bisik Arman memberi isyarat tanpa menatap Puput.

Puput tidak menanggapi dan sibuk merogoh tas kecilnya. Sepertinya ia memang tidak mendengar suara Arman yang begitu jauh. Kalau pun ia mendengar, palingan tidak digubris sama sekali seperti biasanya.

“Ehemm.. hemm..” Arman sekali lagi berisyarat dengan sedikit lebih lantang.

Puput masih tidak menghiraukan dan sibuk mengambil sebuah permen stroberi di tas nya. Lalu ia beralih ke ponselnya dan sibuk membalas notifikasi yang masuk disana.

“Uhukkk uhukkk!” kali ini Arman tidak peduli dengan keadaan sekitar sambil memberikan suara batuk yang keras.

“Berisik lo!” celetuk Puput keras tanpa melepas tatapan dari ponselnya.

“Oh, ngedenger toh ternyata daritadi?”

“Hih…” Puput mendengus memutar bola matanya malas.

“Gimana kaki lo? Masih sakit?” tanya Arman mulai perlahan mendekat kearah Puput.

“Gak tau. Gak usah sok akrab…” Puput langsung menutup percakapan dengan kalimat dingin nan tajamnya.

Arman tersenyum tipis namun kecut. Perempuan ini kembali memasang tembok tebal2 supaya tidak dimasuki oleh Arman. Kejadian saat di pulau harus ia terima sebagai kenangan manis belaka lantaran Puput kembali dengan mode juteknya. Arman pun dalam2 menghisap rokoknya sambil menghadapkan wajahnya ke langit yang tertutup asbes warung lalu menghembuskan asapnya. Terlihat Puput mengibaskan tangannya pelan di depan karena terganggu dengan asap rokok yang dikeluarkan Arman.

“Sorry2.”

Arman yang melihat sekilas gelagat Puput langsung beranjak dari kursi dan berdiri di pinggir jalan sambil menikmati rokok filternya. Ia pun menyibukan dirinya dengan ponselnya dengan membuka kembali aplikasi saham miliknya. Selang beberapa lama Jessica dan Marina kembali bersama Bian dari suatu tempat dengan membawa tentengan plastik berisi minuman pesanan mereka yang masih berada disana. Puput mengambil segelas teh susu serta Jessica dan Marina dua kopi susu gula aren dengan tambahan gula dan es. Bian lalu menghampiri Arman sambil memberi segelas es kopi hitam pesanan Arman.

“Sendirian aja, brodi?” tanya Bian mengatur tombol di ‘vape’ nya.

“Ya gitu dah.”

“Doi masih judes sama lo?” Bian ternyata sudah cukup mengetahui sikap Puput kepada Arman.

“Kalo kagak judes gak mungkin gw diri disini sambil ngudut.”

Bian tertawa kecil lalu menyenggol pelan lengan Arman. Ia merasa kasihan dengan Arman yang terus menerus menjadi korban pedasnya tabiat Puput. Bian juga sebenarnya tidak habis pikir mengapa Arman juga terkesan masih mau mendekati seorang seperti itu. Padahal bisa saja Arman mencari sosok yang jauh lebih baik dari segi karakternya, tidak harus seorang Puput.

“Kan ada si Dewi, Cecil, sama siapa tuh satu lagi… Citra ya?” Bian memberikan rekomendasi nama2 perempuan yang bisa didekati oleh Arman.

“Gak dah, skip gw kalo sama mereka2 mah.”

“Kenapa emangnya? Bukannya mereka kagak sejudes si Puput? Emang sih pada sengklek2…”

“Tuh tau lo jawabannya. Hahaha…” ujar Arman tidak perlu memikirkan jawaban karena sudah ditebak sendiri oleh Bian.

“Tapi kan mereka kagak galak kayak yang ono, Man. Yang ono kan gw liat ketus banget pas lo ajak ngomong aja.”

“Ketus2 tapi dia goyang juga pas di pangkuan gw.”

“Pffttt!! UHUKK UHUKKK!! Kampret, hahahahaha!!” Bian hampir tersendak asap ‘vape’ yang dihisapnya ketika mendengar penyataan sombong Arman.

Sedang asiknya mereka berdua mengobrol, Marina memanggil Bian untuk menghampiri dirinya. Ia lalu kembali diikuti Arman dari belakang. Setibanya, Marina meraih pergelangan Bian untuk diajak jabat tangan dengan seorang laki2 yang baru saja tiba disana.

“Bian, kenalin ini namanya Rangga, cowo nya Puput.”

Rupanya Rangga baru saja tiba disana untuk menjemput Puput. Ia mengendarai mobil sedan hitam nya karena mendengar kabar bahwa Puput terjatuh pada saat di pulau. Maka dari itu ia ingin membuat Puput senyaman mungkin dengan salah satu mobil yang dipinjam dari ayahnya.

“Bian.” ujar Bian ramah menatap Rangga yang tersenyum.

“Rangga.”

“Kamu belom pernah ketemu sama Rangga ya sebelomnya?” tanya Marina kepada Bian.

“Paling satu atau dua kali sih.”

Dari belakang Bian, terlihat Arman sedang memperhatikan sesosok Rangga. Jessica lalu memanggil Arman untuk diajak berkenalan dengan Rangga.

“Man, sini2. Kenalan…”

Arman perlahan menghampiri sambil menaikan kedua alisnya menyapa Rangga yang tidak melepas senyumannya.

“Rangga.”

Uluran jabat tangan diberikan oleh Rangga. Arman pun menyambut sambil menggenggam erat tangan Rangga. Tatapan keduanya terlihat begitu ramah satu sama lain.

“Jadi… Arman ini tuh yang ngebantuin Puput kemaren pas jatoh. Ga.” jelas Jessica menghampiri mereka berdua.

“Oh gitu. Makasih banyak ya bro udah bantuin cewek gw.”

“Selow2.” jawab Arman santai.

Tepat dihadapannya seorang laki2 kurus setinggi badannya adalah seorang kekasih dari Puput. Mendengar kata ‘cewek’ keluar dari mulut Rangga entah mengapa membuat hati Arman terasa sesak. Ia perlahan menjadi panas ketika melihat penampilan Rangga dari atas sampai bawah yang menggunakan pakaian serapih mungkin. Padahal tidak ada yang salah dengan hal itu, namun entah bagaimana sosok Rangga membuat darahnya sedikit mendidih. Mungkin juga ia sempat teringat cerita dari Puput waktu di pulau kemarin masalah yang dibuat laki2 ini.

“Oke deh, gw cabut dulu ya. Thank you bro sekali lagi…” Rangga kali ini menepuk pundak Arman.

Arman hanya memberikan senyuman untuk membalas keramahan Rangga. Setelah semua barang telah masuk kedalam mobil, Marina dan Jessica pun berpamitan dengan Puput.

“Be, kalo udah sampe rumah kabarin kita ya.” ujar Jessica memeluk Puput erat.

“Iya nanti gw kasih tau. Thank you ya kawan2…”

“Bye Put.”

Singkat cerita berangkatlah Puput dan Rangga dari situ. Tersisa Bian, Marina, dan Jessica disana yang sedang merapihkan barang mereka masing2 untuk menuju parkiran mobil. Sedang melihat Marina dan Jessica mengambil tas mereka masing2, Bian pun sekilas sempat menghampiri Arman diam2.

“Ternyata anjingnya ngejemput, Man.” bisik Bian.

Arman hanya menghembuskan asap rokoknya lalu membuang puntungnya di tanah sambil menyentilnya. Ia menatap dingin mobil Rangga yang semakin menjauh.

“Sukanya yang culun2 ternyata.” lanjut Bian juga menatap sama seperti Arman.

Mendadak hentakan keras kaki Arman tepat mengenai puntung rokok yang baru saja ia buang. Bian pun terdiam lalu menatap kaget Arman yang berlalu mengambil barang2nya.

“Yuk cabut.” ajak Arman kepada Bian.

“Sabar brodi, sabar.”

“Ya. Ayuk udah cabut, tadi gw nginjak bara api yang masih ada sisanya.” ujar Arman terlihat menutupi panas di hatinya.






_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________






Kembali lagi ke hari Senin dimana hari bekerja seperti sedia kala. Kali ini Puput diajak oleh Resti dan Los mengunjungi salah satu kedai kopi yang baru saja buka dekat kantor mereka. Namun antrian terlihat begitu ramai karena kedai tersebut juga memberikan diskon sebesar 40 persen jika membayar dengan aplikasi uang eletronik. Diantara Puput, Rest, dan Los, jelas yang paling terlihat berani dengan keramaian adalah Resto seorang sementara dua diantaranya adalah ‘introvert’ yang muak akan kumpulan orang banyak.

“Rame banget, dah lah lo aja yang ngantri ya. Plisss…” rayu Puput kepada Resti dengan ekspresi melas “Ayo Los bantu aku ngerayu kakak Resti yang cantik…” Puput menoel pundak Los yang sedikit tersentak menatap Resti.

“Oh.. eh iya2. Hmmm plis ya kak Resti…”

“Emang pukimaq kalian berdua…” maki Resti lalu masuk kedalam barisan antrian.”

“Sama2!” ujar Los polos tanpa mengetahui arti kata tersebut.

Selagi asik mereka menunggu Resti mengantri, Puput dan Los mengobrol satu sama lain diluar kedai. Los sebenarnya masih merasa sedikit canggung, namun Puput terlihat bersikap ramah dengan Los seakan tidak ada kejadian apapun. Dibalik itu semua Puput juga tidak mau membahas masalah konyol yang dilakukan junior nya ini. Toh, Odie sudah mengundurkan diri dan tidak ada hubungannya lagi dengan Los. Los pun juga bisa kembali fokus dengan kinerjanya karena tidak perlu memikirkan seorang yang sudah tidak ada tersebut. Makanya, di beberapa obrolan Puput sempat menasehati Los secara eksplisit mengenai pekerjaan dan hubungannya dengan Odie.

“Jadi menurutku sih, mending nyari yang laen lagi gak sih… atau kamu bisa maen aplikasi yang buat nyari jodoh gitu lho, Los.”

“Ih, aku pernah tau kak maen gituan. Terus abis itu cowonya tuh pada sok iye gitu. Masa sih langsung ajak ketemuan segala macem tanpa nge chat nomor aku dulu gitu?”

“Kalo yang itu mah skip aja atuh, dek. Kan banyak tuh pilihannya, tinggal ati2 aja seleksinya. Sama kalo bisa kamu juga ngatur bio kamu yang menarik supaya cowo makin penasaran pengen ‘match’ sama kamu.” jelas Puput terlihat sudah seperti seorang ahli biro jodoh.

“Noted2! Terus apa lagi kak yang aku butuhin?” tanya Los antusias.

“Apa ya? Palingan pas pasang poto, kalo bisa tuh yang senatural mungkin atau tanap efek gitu, karena biar makin nyaring lagi sih cowo mana yang ngeliat kamu pas kamu lagi gak pake efek dari kamera. Tapi tetep ya yang pas kamu lagi cantik2nya juga.”

“Oohhh, itu biar apa emang kak?” tanya Los polos.

“Biar ketauan mana cowo mana yang mandang fisik, mana enggak.”

“Noted2!”

“Tapi jangan pas kamu lagi dekil2nya juga ya.”

“Ihhh kakaaak…”

Los kembali dengan tingkah laku gemasnya. Puput sedikit tersenyum melihat karyawati mungil ini kembali ceria saat ini. Ia akhirnya semakin lama bisa terbebas dari dekapan wajah Los di dada nya setiap siang sambil menangis tersedu.

“Gitu dong, udah gak mewek lagi kan tuh kamu.”

“Kaaakk… emang aku cengeng ya…??” tanya Los kembali dengan polosnya.

“Gak gitu sayang. Maksud aku tuh aku seneng liat kamu udah ceria lagiiii…” Puput menoyor dahi Los yang tertutup poni rambutnya.

“Kak, aku mau nanya deh.” Los menyandarkan kepalanya ke pundak Puput.

“Apa?”

“Kalo cowo kakak yang sekarang itu juga dapetnya dari aplikasi yang kakak bilang ya?”

“Hah, kok nanyanya begitu?” tanya Puput kaget mendengar pertanyaan Los.

“Abisnya kakak tuh kayak pinter gitu ngasih aku saran soal pake aplikasi yang itu.” Los masih dengan kepolosannya.

“Enggak kok. Aku kenal dia dulu pas acara antar kampus dulu. Kebetulan aku peserta terus dia panitia gitu.”

“Oh, terus2?”

“Terus dia ngedeketin aku semenjak ikut acara itu. Abis itu jadian deh sampe sekarang.” cerita Puput tidak terlalu jelas.

Ia sebenarnya sedang malas membahas Rangga. Jangankan membicarakannya, mengingatnya saja sepertinya membuat Puput sangat tidak berselera. Hubungan mereka berdua sudah terasa sangat garing dengan interaksi yang seadanya saja. Itulah yang dianggap Puput sekarang ini, tidak tahu dengan tanggapan Rangga yang mungkin saja berbeda. Semenjak Rangga menjemput Puput dari dermaga waktu itu, ia berusaha mengobrol dengan Puput ditambah selingan permintaan maaf tentu saja. Puput tidak terlalu meladeni karena sudah lelah untuk menuangkan emosi2nya kepada Rangga. Maka dari itu ia lebih memilih menjawab apapun yang terlintas di pikirannya.

“Jadi hubungan kakak sama kak Rangga lagi gimana kak?” tanya Los kembali.

“Baik2 aja kok. Cuman belakangan ini seperti biasa orang itu selalu sibuk, keluar2 kota terus, terus sekalinya dateng udah kayak ninja… mendadak2 banget.”

Los mengangguk memperhatikan penjelasan Puput. Ia sangat ingin menghentikan obrolan mengenai Rangga, namun Los terus2an menatapnya antusias.

“Udah yuk, bahas yang laen aja yuk say.” Puput mengalihkan topik obrolan mereka.

“Bahas apa kak?” tanya Los juga kebingungan.

Obrolan terhenti ketika Resti menghampiri mereka dengan tiga buah cangkir kopi susu yang dia beli tadi. “Lagi ngomongin gw ya lo berdua?”

“Idih. Ge er banget deh…” ejek Puput risih.

“Iya kak Resti ge er!” sambung Los juga ikutan risih.

Resti sontak menempelkan gelas kopi yang dingin ke pipi Los. Gadis itu pun kaget lalu cembetut menatap Resti yang cekikikan “Dasar bocil…”

“Ihhh kak Resti! Dingin!”

“Dinginan mana sama doi?”

Sontak Puput menatap jijik temannya yang berkata sesuatu hal yang garing.

“Resti!?” tanya Puput sambil menusuk sedotan di es kopi nya.

“Lah, emang salah gw nanya gituan?”

Resti tidak menyadari pertanyaan barusan membuat Los kembali sedikit muram karena hal tersebut mengingatkannya kepada sesosok Odie. Sontak ia pun langsung diomeli habis2an oleh Puput lalu dipaksa meminta maaf kepada Los.

“Minta maaf cepetan!”

“Hmmm…. maaf ya Los. Aku keceplosan….” Resti menepuk kepala Los pelan.

“Iya kak, hehehe. Gapapa…” Los tersenyum manis tersipu menerima permintaan maaf Resti.
 
Terakhir diubah:
Sekembalinya mereka ke kantor, Puput mendapatkan sebuah paket berisi nasi kotak dari seorang ojol yang mengantar sampai ke lobi. Seorang satpam memberikan bungkusan itu kepada Puput yang berlalu melewati meja resepsionis.

“Mbak, ini ada makanan tadi dari ojol.”

“Atas nama siapa, pak?” tanya Puput melihat bungkusan tersebut.

“Atas nama Kyla Susanti Putri.”

“Maksud saya… siapa yang kirim?”

“Waduh, disini sih gak ditulisin sih mbak.” ujar satpam tersebut melihat bon yang tertempel di depan plastik.

Puput melihat isi plastik tersebut. Dari aromanya sepertinya ia sudah tahu makanan apa yang berada di dalam sana. Bahkan ia juga tahu siapa orang misterius yang mengirim makanan ini.

“Makasih ya pak.” Puput pun mengambil nasi kotak tersebut.

Setibanya ia di depan lift, Puput mengeluarkan ponselnya lalu menelepon seseorang. Resti dan Los juga saling bertatapan satu sama lain lalu menatap Puput bersamaan.

“Halo?”

“……”

“Ini pasti kerjaan kamu ya?”

“……”

“Hmmmm…”

“…..”

“Ngaku aja. Aku gak suka misterius2 begini….”

“…..”

“Yaudah2. Makasih banyak ya. Tapi lain kali bilang2 dulu sebelom mesen….”

“…..”

“Iyaaa… nanti dimakan…”

“……”

“Hmmm….”

“……”

“Iyaaa… kamu juga semangat meetingnya…”

“…..”

“Ish apa sih…??”

“……”

“Love you….”

“……”

“LOVE YOUUU…. dah puas??”

“……”

“Hmmm….”

“…..”

“Yaudah byeee…”

Puput memasukan kembali ponselnya kedalam saku celana bahannya. Sontak Resti dan Los menatap Puput dengan sangat berbinar karena mereka sepertinya juga sudah tahu siapa yang ditelepon oleh Puput barusan.

“Cieee Puput. Enak banget sih dipesenin makan siang sama ayank beb….” celetuk Resti mesem2.

“Berisik…”

Los tidak mengucap apa2. Ia hanya tersenyum tanpa bisa menahan lekukan bibirnya melihat betapa manisnya obrolan Puput dengan Rangga di telepon tadi. Walaupun terlihat seperti itu, Puput sebenarnya sedang enggan untuk makan siang ini. Selain karena ia sudah makan, Puput tidak ingin ada interaksi apa2 dengan Rangga untuk saat ini termasuk mendapatkan sesuatu seperti kiriman makanan atau yang lainnya. Entahlah, Puput sedang merasa jenuh dengan Rangga mungkin semenjak dirinya seringkali pergi meninggalkan Puput. Atau mungkin semenjak kejadian dirinya yang bercinta dengan Arman waktu di pulau. Semua jawaban berada di pikiran dan perasaan Puput saat ini dan tidak ada yang mengetahuinya dengan pasti.




_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________





Semua hal masih terasa begitu suntuk bagi Puput. Bahkan ketika ia sudah terbaring di kamar kos nya saat ini, perasaan lelah dan lesu masih saja menempel di dirinya. Seharusnya kegiatan ‘healing’ nya di pulau membuat dirinya kembali segar seperti sedia kala. Namun ia merasa semuanya itu hanya menambah beban lelahnya bertambah. Ia sampai membawa salah satu oleh2 berupa luka di kakinya yang sudah mengering namun terasa sedikit gatal dan nyeri. Rasanya Puput ingin mengulang waktu liburannya kembali. Ia ingin benar2 bersantai menikmati pemandangan pagi dan sore tanpa terganggu oleh orang2 rusuh, minuman, keras, dan dua makhluk seperti Arman dan Rangga.

Berpikir sekilas soal Arman pun membuatnya sedikit uring2an. Puput tidak henti2nya berguling di ranjangnya sambil memeluk boneka beruangnya erat2 dan membenamkan wajahnya disana. Hanya sekilas terlintas saja sampai membuat sekujur tubuhnya berusaha keras menghapus memori memalukan di pulau. Mulai dari insiden dirinya terjatuh, dilempar ke laut, atau melakukan hubungan terlarang di depan teras. Semua hal tersebut membuatnya semakin tidak karuan sambil berteriak di benaman boneka beruangnya.

“Nnnnnngghhhhh!!!!!”

Kegelisahannya memang benear2 mengganggunya saat ini. Akhirnya ia memutuskan untuk membukan kembali laptopnya dan melanjutkan tontonan drama Korea yang belum selesai. Namun baru saja lima menit berjalan, mood nya semakin terasa semakin jatuh. Ia sangat tidak menikmati tontonannya malam hari ini. Ia sampai bingung apa yang harus dilakukan untuk menghapus perasaan gundah gulananya ini.

“Apa gw berendem aja ya? Eh, tapi gw belom beli bath bomb gw. Atau gw baca buku gw lagi ya? Hmmm…. tapi mata gw cape banget malem ini…. aduhhh ayok Puttt, apa2 jangan dibawa bingung giniiiii!!!” Puput mulai bergumam sendiri karena kesal dengan perasaannya.

Sedang ia mengoceh sambil duduk diatas ranjang, ponselnya berdering panggilan masuk. Dilihat dari ekspresi suntuknya, sepertinya kita sudah tahu siapa yang meneleponnya.

“Apa, Ga?”

“Gimana kaki kamu, Put?” tanya Rangga dari sana.

“Udah enggak apa2 kok. Udah kering juga…”

“Bagus deh.”

Suasana pun berubah menjadi canggung karena keduanya tidak melanjutkan obrolan satu sama lain. Puput sibuk memutar ujung rambutnya dengna telunjuk sambil menatap kosong ke ranjang sementara Rangga sama sekali tidak bersuara disana.

“Mau ngomong apa lagi, Rangga?”

“Engg… gini Put?”

“Mau pergi keluar kota lagi?” Puput langsung menebak omongan Rangga selanjutnya.

“Enggak kok, enggak.” Rangga dengan cepat menyanggah tebakan tersebut.

“Terus?”

“Aku mau ajak kamu makan nanti.”

“Dimana?”

“Di Grand Merrie, yang deket kantor kamu itu lho.”

“Ohh, itu.”

Nada bicara Puput terlihat tidak suntuk seperti biasanya, namun tetap sedikit terdengar datar. Akhirnya ia mendengar sesuatu dari Rangga yagn bukan tentang meminta izin untuk pergi ke luar kota lagi.

“Hari Sabtu ini bisa gak?” tanya Rangga memastikan.

“Jam?”

“Jam 8 malem.”

“Hmmm, bisa kok.”

“Oke deh. Mau sekalian beli dress lagi kayak waktu itu?” tawar Rangga ke Puput.

“Hmmm…” Puput memutar bola matanya sambil mengigit kedua bibirnya.

“Pasti mau nih, hehehehe…”

“Enggak tuh.” kali ini ia mengigit jari telunjuknya sambil menghempaskan tubuhnya ke ranjang “Tentuin dulu dong dresscode nya apa nanti.”

“Emm yaudah2. Kalo item gimana?”

“Terserah.”

“Kamu ada kan dress item?”

“Emmm…. ada gak ya…??” Puput mulai berbicara dengan nada manja sambil melirik lemari pakaiannya.

“Yaudah deh kita beli yuk nanti.” ucap Rangga langsung peka terhadap omongan Puput.

“Emang siapa yang minta beliin? Orang masih ada kok dress aku….”

“Ohhh gitu, bener nih kagak mau beli?”

“Enggak…”

“Tapi emang kamu pake warna apa aja cantik kok, Put.”

“Iihh kalo aku pake polkadot emang cocok?” canda Puput menutupi salah tingkahnya.

“Hahaha… cocok kok cocok, tinggal di make up putih sama kasih rambut keriting terus daftar sirkus deh…”

“Ihhh apa sih, mulai jayus deh kamu kayak Arman…”

“Siapa?”

Sontak Puput menyadari jika mulutnya menyebutkan nama terlarang tersebut. Ia lantas bergegas cepat mengalihkan pembicaraan ke topik lain sambil menutupi paniknya.

“Ah! Ka-kayak temen akuuuu!! Si Cecil itu lho!! Tau gak sih kalo dia jayus??”

“Kenapa dia emang?”

“Jayus!! Kayak kamu tadi!!”

“Hahahaha… jayus2 tapi sayang kan?”

“Iiiihhhh Ranggaaaa!!”

“Sayang gak?”

“Iyaaa sayang!”

Puput bisa sedikit bernapas lega karena obrolan cepat teralihkan. Bisa2nya ia menyebutkan nama haram tersebut ketika mengobrol dengan Rangga. Jika Rangga tahu bisa saja akan ada topik obrolan yang lebih membahayakan nyawanya dan hubungannya, meskipun hubungannya sudah terasa semakin hambar.



_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________




Di suatu tempat lain tepatnya di kos campur yang juga di ibukota, terdengar suara sayup menggema di lorong lantai 3 kamar kos. Lorong tersebut terlihat begitu kecil, sempit, dan penuh dengan barang milik setiap penghuni. Suara sayup terserbut terdengar dari kamar 310 dengan sebuah ornamem gantungan di bagian tengah pintu bertuliskan ‘Luspita’s Room’ dengan tulisan tambahan dibawahnya “paket dari ojol taroh aja di depan pintu”.

Di dalam kamar, terlihat Luspita atau Pita sedang menungging seksi sambil lubang kewanitaannya ditusuk oleh rudal tempur Arman. Malam hari ini adalah malam terakhir Pita berada di kos sebelum akhirnya ia akan tinggal bersama dengan tunangannya nanti. Oleh karena itu Pita memakai kesempatan ini untuk memuaskan nafsunya dengan Arman untuk terakhir kalinya sebelum ia memulai lembaran hidup baru bersama dengan laki2 lain.

“Ahhh…. ennhh… mmhh…” Pita mendesah sambil membenamkan wajahnya di bantal putihnya.

Suara erotisnya sempat terdengar lantang memenuhi lorong, sampai2 ia harus menutupinya agar tidak terdengar oleh penghuni lainnya. Namun karena batang penis Arman yang menggesek dinding vagina miliknya begitu agresif, Pita tidak bisa sepenuhnya menahan gejolak kenikmatan yang mengalir panas di sekujur tubuhnya.

“Armmhanhh… nnhhmmhh… mmhh…”

‘PLAK!’ sebuah tamparan keras mendarat pedas di pantat sekal Pita.

“Aughh!!”

‘PLAK!’

“Aughhh!!”

‘PLAK!’

“Oughh! Shh…. mmhh!!”

Bunyi basah gesekan kelamin mereka berdua kian juga terdengar nyaring sama seperti tamparan tadi. Pita tidak pernah merasa tidak puas ketika Arman mengasari dirinya sambil menghujam bibir vaginanya.

“Pit, Pita!?”

“Heemmhh… mmhh???”

“Gw… ghhh…” omongan Arman terhenti oleh erangannya.

“Mhannn…. enak banget anjinghh…”

“Gw keluarin di dalem yahh…”

“Shh.. ahh… ennhhh hiyahhh…. di dalem aja plisss…” desah Pita memohon supaya rahimnya disembur oleh cairan putih milik Arman.

“Tapihh…”

“Mmhh… tapi apahhh emmhh…”

“Ghh… kagak… kagak jadiihhh…. aghhh ngentod aghhh!!”

Arman semakin mengerang garang sambil mempercepat kocokannya. Pita pun juga ikutan terhentak dengan ritme yang begitu kuat. Kedua tangannya semakin meremas bantal dan membenamkan wajahnya semakin dalam.

“Nnhh… mmhh… mmmhh… Mhannn…. aduhhh… Mhannn…!!”

“Gw keluar nih, anjing!!”

“Nnhhh hiyahhh keluarin ajahh!! Keluarin di dalemmmhhh!!!”

“Ghh aghhh!!!”

Sontak tubuh Arman menegang menekuk agak ke belakang lalu menekan keras penisnya lebih dalam ke lubang kewanitaan Pita. Cairan sperma pun kian deras menyembur di dalam sana sampai2 meleleh keluar ketika Arman mencabutnya.

“Awhhh Armannhh!!”

Tidak berhenti sampai disitu, ketika Arman mencabut penisnya ia langsung memasukan jari tengah dan telunjuknya ke dalam vagina Pita kembali. Lalu dengan cepat ia mengocok lubang tersebut yang masih beleleran sperma dan cairan cinta Pita. Sontak Pita pun kembali blingsatan dan melembarkan kedua matanya.

“Oughhh!! Ouuh… oshhiitt… mmhh…”

‘clepph clepph clepph clepph clepph!!’

“Ouuhh mai gawd oughhh maii gawhdd!! Armanhhh ooohh…”

Pita yang masih menungging sontak kembali mendesah kacau. Ia tidak menyangka Arman yang habis menyuntikan sperma di dalam liangnya juga mengocok vagina nya sampai kembali berbunyi becek yang nyaring. Tidak luput juga lubang pantat Pita ditusuk lalu dikobel dengan jari jempol Arman, membuat Pita semakin tidak karuan.

“Udah gilah ya lhooo!!! Uhghhg…. lobang pantat gwehh lo pain jugaahhh!!?? Ngauhhh!!”

“Tapi enak kan, nyet?????” tanya Arman menantang balik Pita.

“Nnghhh… hiyalah anjinggg!! Nnnhh fuckkk… ouhhh!!”

“Enakan mana sama Roni?”

“Ahhh… mmhh… ahhh… enak lo anjingg… Mhannn… nnnhh….!!”

“Hahahahaha, jujur amat tuh mulut!” seru Arman menahan senyuman karena merasa puas telah menguasai Pita.

“Hhhhh bacod ahhh…. nnhh… lo kocokin aja terus memeq gwehhh nnhh…. gak usah banyak bacod AHHHH!!”

“Hah? Apa?”

“Ahhh… ahhh… ahhh… gak usah ahhhh…. ahhh anjing Armanhh!!”

“Mau muncrat juga kan lo???”

Arman merasakan tubuh Pita semakin mengejang kuat seiring denngan kocokan oleh jari2nya. Sepertinya tanda2 orgasmenya juga semakin mendekat. Arman pun semakin kuat mengocok jarinya dengan begitu brutal. Pita yang sudah berada diujung juga merasakan kalau di vagina nya akan mengeluarkan sesuatu yang membuatnya. Aliran darah semakin berdesir kuat menghangatkan setiap inci tubuhnya. Beberapa titik sensitif seperti puting susunya juga semakin terasa gatal. Klitorisnya juga masih terlihat merekah merah karena bibir vagina yang terus menerus diberikan rangsangan kasar.

“NNGHH NNGHHH MNAHHH!!”

“Muncrat lah lo, anjing!!”

“NNNHH HIYAHH GW MUNCRATT!! GW MUNCRATTT!! GW KLUAR ANJIIIIIIIIIINNGG!!”

Seketika keluarlah semburan cairan deras membasahi tangan Arman dan selangkangan Pita. Cairan tersentu begitu deras sampai membasahi kasur yang lecek. Arman terlihat tidak menghentikan aksinya dan masih dengan kurang ajarnya mengocokan jarinya.

“AHAAAA ANJINNNGGG!!! AOOHH AOHH AOHHH AOHH AOHH AOHHH ARMAN AOHHH!!”

Pita melengkungkan pinggulnya kuat2 merasakan sensasi deras orgasme yang membuat dirinya serasa ringan namun ngilu secara bersamaan. Sebuah perasaan yang mungkin hanya dimengerti oleh kaum hawa ketika mencapai titik kepuasan seksual. Namun apapun perlakuan Pita, Arman terlihat tidak melepas ekspresinya yang tersenyum puas.

“AHHH AHHH…. AH.. ahh… nnh… mmhh…”

Setelah kurang lebih satu setengah menit dilanda gejolak membahagiakan tersebut, Pita perlahan menenangkan dirinya dengan posisi tengkurap. Tubuhnya begitu enggan untuk berganti posisi karena masih merasa lelah karena gelombang orgasme tadi. Arman juga sudah melepaskan jarinya yang terasa lengket dan basah. Setelah melepas, ia memberikan sekali lagi tepukan di pantat Pita yang bergoyang kenyal ketika ditampar.

“Uhhmhh..”

“Semoga sukses buat acara nikahannya nanti.” celetuk Arman mengelap cairan2 di tangannya dengan beberapa lembar tisu.

“Hm, setan lo Man…”

“Yeee kok kupret? Kan gw ngucapin selamet ke lo. Gimana dah?”

“Iye iye iyeee…” jawab Pita malas sambil memanyunkan bibirnya.

“Entar juga kasih tau gw ya malem pertama gimana sama si Roni. Setau gw sih orang diatas 30 maennya kuat.”

“Dih sok tau lo, geblek. Hihihi…”

Arman hanya tertawa kecil lalu mengambil sekotak rokok di kantong jaketnya. Setelah menyalakan lalu menghembuskan asapnya, ia membuka ponselnya lalu mengecek grafik saham seperti biasa. Warna merah masih menghiasi beberapa lajur perusahaan yang ia beli, membuat Arman akhirnya membuka game ‘MOBA’. Daripada ia harus stres kembali dengan grafik yang banyak didominasi warna merah tersebut, lebih balik dirinya membantai orang2 disana.

“Man?” tanya Pita pelan sambil berganti ke posisi berbaring.

“Oi?”

“Manda gimana kabarnya?”

“Tau dah.” jawab Arman singkat lalu menghisap rokoknya tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya “Asbak mana sih?”

Pita memberikan sebuah asbak kaca kepada Arman “Marahan lagi sama dia ni ceritanya?”

“Gak juga.” Arman masih memberikan jawaban singkat.

“Lagian lo ****** sihhh, udah tau cewe matre masih dipacarin.” Pita bangung lalu duduk di samping Arman. Ia juga menoyor pelipis Arman pelan.

“Makanya gw kagak mau ****** lagi kan.”

“Eh, jadi lo udah putus?” tanya Pita melebarkan matanya karena kaget mendengar pernyataan ambigu Arman barusan.

“Gw sih anggep nya begitu.”

“Terus dia gimana?” Pita mengambil batang rokok yang menempel di mulut Arman lalu menghisapnya.

“Masih nelponin gw sih kemaren2, cuman kagak gw tanggepin. Gw blok satu nomor tau2 ada lg pake nomor baru dia nelponin gw.”

“Dih, ngeri amat tuh cewe. Kalo gw jadi lo sih udah gw damprat…” ujar Pita menunjukan ego nya.

“Justru gw kagak mau ladenin dia. Ribet kalo diterusin mah, bisa ampe ke media sosial bahas2nya.”

“Emang dia tipikal orang yang apa2 suka viralin orang ya?” Pita masih tidak habis pikir.

“Menurut lo aja, Pit. Orang dia pernah makan di suatu tempat bareng sama gw, terus gw liat dia sibuk ngedit2 video restoran yang gw berdua lagi makan disono. Katanya sih mau viralin soal pelayanannya dll…”

“Anjir! Terus lo gak cegah dia?” Pita semakin memanas.

“Dulu pernah, cuman tanggepannya ya lebih nyolot dia.”

“Najis! Udah paling bener banget sih lo putusin dia.”

“Tuh, akhirnya lo setuju kan sama gw.”

Arman pun memulai permainannya yang ditandai dengan suara narator khas game ‘MOBA’ tersebut. Sementara Pita pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dari sisa2 permainan erotisnya tadi.



Edit:

Dikarenakan adanya revisi dari segi penyusunan cerita, maka bagian delapan tidak jadi dibuat dalam bentuk mini update
para pembaca dapat melanjutkan di page 14

mohon maaf atas perubahannya :ampun:
 
Terakhir diubah:
Sumpah , baca nya fun banget hahahaha

Ane berdoa supaya suhu sehat selalu hu :beer:
Emang waktu yang pas recovery sambil gali ide buat plot ini karya ke depannya:semangat:
Selalu menanti ke-tsundere-an puput di episode mendatang hu:Peace:

Wajib d tunggu, akan kah puput menjadi milik arman seutuhnya!!! Atau kah puput masih jual mahal k arman stlh ap yg sdh trjdi d mlm itu.

Weekend tlah tibo hore hore hore.
mengapa ane baca ini pake nada ya? wkwkwkw :D:D


Wah bakal kangen lagi nih dengan si Puput, sekalian dong titip pesan TS, kalau Puputnya nongol lagi jangan jaim-jaiman lgi sama si Arman
ane udah sampaikan, kira2 begini lah balesan dari dia hu:

"Makasih banyak ya pesannya :hati:, tapi sorry ini idup saya, jadi gak perlu ngatur2 bgt saya mau jaim apa gak sama si cowo kampret satu itu :)
Semoga kmu tetep sehat... 🥰🥰
"



Maap ya hu, agak jutek dia orangnya :((:((

ijin nongkrong + kopi dulu :ngeteh: ada aroma-aroma update nih kayanya

baru mini update sih brow wkwkwkwk

mumpung ada ide sekalian aja uplaod dulu dah :pandaketawa:


Seru bangett sih ini, lanjutkan!
thank you hu
kapan2 mampir lg ya :ampun::ampun:
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd