Sudah sekitar 5 atau 6 tahun geng pertemanan para perempuan ini terjalin. Berawal dari masa ospek calon mahasiswa di kampus mereka, masa2 kuliah, masa2 mendukung dalam tugas akhir masing2, sampai akhirnya mereka telah menyelesaikan pendidikan mereka. Beberapa diantaranya masih betah melajang, menjadi wanita karir, sebagai ibu rumah tangga muda, atau sekadar menikmati masa muda.
Jessica, Dewi, dan Yuli adalah beberapa teman satu fakultas dan jurusan dengan Puput yaitu Psikologi. Saat ini yang terlihat masih melanjuti karir mereka di jurusan kuliah yang diambil hanya Puput yang bekerja di bidang ‘Human Resource and Development’ dan Yuli yang menjadi guru bimbingan konseling di sebuah sekolah dasar sambil juga menjadi seorang ibu muda dengan satu anak perempuan berusia dua tahun.
Sementara Jessica, perempuan bertubuh langsing nan kurus ini, menjadi seorang selebgram menengah kebawah dengan ‘followers’ yang masih dibawah satu juta namun begitu rajin dalam mengembangkan konten2 buatannya. Lalu Dewi yang beralih profesi menjadi ‘streamer’ sebuah gim ‘MMORPG’ yang mengudara di internet hampir setiap hari. Sebelumnya ia bekerja sebagai karyawan swasta bagian administrasi selama satu setengah tahun dan mengundurkan diri lantaran permasalahan lingkungan sosial di kantor yang tidah sehat.
Lalu Citra yang saat ini bekerja sebagai administrasi bimbingan belajar di dekat rumahnya yang juga sempat berkali2 jatuh bangun di dalam hubungan asmaranya namun tetap tegar di setiap ekspresi yang ia tunjukan. Fakta menarik dari Citra adalah beberapa orang yang bertemu dengannya ketika sedang bersama dengan Dewi menganggap mereka adalah saudara kembar karena memiliki kemiripan dari rambut yang sama2 pendek, atau bentuk hidung yang sama mancungnya. Namun Citra tidak sakit hati dan menjadikannya itu sebagai unsur kedekatannya dengan Dewi yang punya hobi dan kegilaan yang sama yaitu konten ‘Korean Pop’.
Annisa yang baru saja melamar menjadi pustakawan setelah lulus dari strata dua di salah satu universitas negeri setelah ia mendapatkan tawaran beasiswa dari salah satu dosen pembimbingnya dulu. Saat ini ia juga menjadi istri seorang pemilik bisnis ‘start up’ sebuah pakaian pria yang sedang berkembang.
Siska yang saat ini sedang rajin2nya pergi liburan atau menonton konser akustik hasil dari uang pemberian suaminya. Baru saja beberapa hari yang lalu ia pulang dari Labuhan Bajo dan berpikir mungkin akan mengulang suasana kencan ketika pacaran dulu. Realitanya, suaminya hanya mengajaknya liburan sekaligus menemaninya kedinasan selama dua minggu disana.
Dan terakhir ada Cecil dan Marina. Cecil adalah seorang perempuan betubuh mungil sama seperti Los. Hanya saja Cecil terlihat lebih manis dan terkesan centil dengan parasnya yang masih terlihat seperti wajah seorang mahasiswi baru. Diantara mereka semua, Cecil adalah satu2nya yang masih sangat menikmati masa bandelnya sampai sekarang. Seperti mengikuti ‘live music’ setiap malam di salah satu bar terkenal dengan kepakan sayap sucinya, menyerang salah satu orang yang menikung mantan pacarnya dulu dengan sebotol bir kosong di dalam sana, bergonta ganti pasangan dengan berbagai gender, sampai melakukan kegiatan seksual yaitu ‘swing’ atau bercinta sambil bertukar pasangan.
Marina, salah seorang yang paling kaya dari segi finansial pribadi dan keluarga diantara mereka semua, disusul oleh Jessica dan Cecil. Rumah yang ditempatinya untuk berpesta sekarang adalah rumah keempat dari enam rumah yang dimiliki keluarganya. Karena punya banyak uang dan juga royal dengan teman2nya, tentu saja Puput dan lainnya sempat kecipratan harta milik Marina. Seringkali mereka diajak liburan ke dalam atau luar negeri, menyewa satu bioskop untuk menonton dengan teman2nya, atau menyewa beberapa bagian pulau untuk dipakai liburan oleh keluarganya. Dan sepertinya pulau yang berada di luar ibukota tersebut akan segera dibeli oleh ayah Marina.
Tunangannya kali ini pun adalah seorang anak konglomerat. Ayah dari tunangannya pun juga akan segera mencalonkan diri sebagai seorang anggota legislatif suatu partai besar di Indonesia, membuat Marina sempat berpikir apakah ia akan sebebas dulu ketika ia sudah menikah dengan anak keluarga politisi. Namun disamping itu, tentu ia sedang berbahagia saat ini, tidak peduli anak konglomerat atau bukan, toh tunangannya memperlakukan dirinya seperti seorang ratu.
Begitulah kira2 latar belakang setiap orang dalam geng ‘Ghibah Syariah’, nama grup chat yang dibuat oleh Jessica lalu diberikan nama nyeleneh dari Dewi dan disetujui oleh Cecil sebagai salah satu admin grup. Walaupun sempat ditentang habis2an oleh Puput, Annisa, dan Siska, tetap saja nama grup itu dipakai sampai sekarangi ini.
“Jadi gitu saja gengs… dah ya jangan kepo2 lagi.” Ucap Puput menutup ceritanya dalam duduk2 manja di sofa ala penceramah kepada Jemaah.
“Jadi elo beneran ngegantiin posisi bu Vera ini jadi kepala HRD???” Tanya Jessica memastikan.
“Engga tau juga sih, liat kedepannya aja leader gw bilangnya gimana ya. Yang pasti pindah ruangan kayaknya udah ‘fix.’ At least gw bisa tenang tanpa harus melihat keributan anak remaja di depan mata gw dari pagi ampe siang.”
“Menurut gw lo kasih es pe aja sih.” celetuk Dewi agak gregetan.
“Hampir Dew, cuman gw masih agak menolerir sejauh ini. Lagian juga berantemnya gak gede2 banget tuh anak dua.”
“Si Odie sama si Los2 itu? Haup..” Tanya Annisa lalu memakan kue Muffin coklat berisikan coklat putih.
Puput mengangguk dan menyeruput teh hijau kaleng nya.
“Tambah ini Put, biar makin jujur” Cecil menawarkan sebotol alkohol merk Korea kepadanya.
“Gw jitak lo ya! Lagi begini2 gak mau minum gituan gw!”
“Yaudah kalo gitu ‘cheers’ dulu keles buat pertemanan kita. Iya gaaakk…” seru Dewi mengangkat botol minumannya.
“AYOOK CHEEERS!!” sambung Cecil memberikan ‘cheers’ kepada semua teman2nya.
“Cheers buat sobat semok kita yang bentar lagi jadi bini konglomerat! Jangan lupain kita ya sayaaangg!” ucap Jessica menyenderkan kepalanya ke bahu Marina.
“Uuu tayank! Enggak lah gila, mana gw ngelupain lo semua! Kecuali Cecil sih, anjing emang dia… hahahahahahaha!!!”
“Hahaha! Ngepet lo!! Mending lo cerita sekarang soal si Bian gimanaaaa…” hardik Cecil membuka topik obrolan baru.
“Ya gak gimana2. Tetap kaya dan tampan seperti biasanyaaaa….”
“BUKAN ITU SINGKONG! ITU MAH KITA JUGA TAU!!” seru Cecil kembali. Suaranya sudah mulai terdengar sengau karena efek alkohol yang naik di tubuhnya.
“Apa lagi ege yang mau lo tau dah?”
“Enggak2. Udah Cil, lo mah gitu keponya. Orang kemaren si Marina udah cerita juga.” Sanggah Yuli cepat.
“Ihhh yang itu lho belom!”
“Yang mane lagi emang?” Marina memastikan.
“Gini2 coba gw terjemahin si cilik ini ya, Mar” Jessica memotong untuk menjelaskan “Dia tuh mau dikenalin sama temen2nya si Bian. Katanya waktu itu dia sempet ngeliat ada yang ganteng atau apalah. Gitu maksudnyaaaa.. ye kagak?”
“Enggak kok, yeeee kata siapa!” seru Cecil sambil terkekeh menutupi salah tingkahnya.
“Udah sih jujur aja. Lo demen ama yang mana nih? Yang brewokan atau yang pentil tetenya ada enem????” celetuk Dewi tanpa saringan kata sama sekali.
“Sialan! Bukan yang ituuuu!!”
“Abis yang mana?”
“Aaduuuhh yang itu lho, yang lo tunjukin di poto lo waktu ituuuu!!” Cecil menarik kemeja Citra yang daritadi hanya memperhatikan saja.
“Loh kok akuh dibawa2? Aku tak tau apa2.” Sepik Citra pura2 lupa diri.
“Pale lo! Mana sini hape elooo!”
Cecil memaksa Citra untuk membuka ponselnya dan mengecek galeri foto. Terlihat beberapa foto hasil jepretan dari acara sebulan lalu bersama dengan teman2 dari tunangannya Marina, Bian. Acara tersebut dilakukan di salah satu restoran menengah keatas didaerah elit pinggiran kota.
“Nah yang ini nih orangnyaaa” tunjuk Cecil di layar ponsel Citra, seorang laki2 berambut agak ikal berkacamata bulat duduk disamping Bian “nih lho Mar, orangnya.”
“Oalaahhh yang itu. Itu siapa ya namanya, lupa gw…”
“Dani?” sahut Puput karena sepertinya hanya ia seorang yang mengingat.
“YAAA ITU! DANI!!”
“Cieee kok inget sih yang manis2 begini…” celetuk Citra menoel paha Puput.
“Lagian lo pada kagak ada yang suka ngingetin nama orang, heran gw.” Omel Puput tidak habis pikir.
“Ah, gw inget kok. Nihhh.... ini tadi namanya Dani, terus ini sampingnya Farhan, yang rada item orangnya, terus ini Raymond yang putih sipit kayak orang Jepang, terus ini Yosep yang rada gendut terus botak, terus ini Tomi, terus ini…” Cecil mengoceh panjang lebar menyebutkan nama laki2 didalam foto tersebut satu per satu.
“ITU APAL KAMPRET! GW CEMEK JUGA NIH TOKET LO!” geram Citra merapatkan bibirnya sambil merebut ponselnya kembali.
“Yee emang gw apal semua!!”
“Coba yang titidnya gede yang mana hayoooo…??” kembali Dewi melontarkan pertanyaan nyeleneh yang langsung disoraki oleh Siska dan Puput.
“Dah gila ya lo, be!”
“Hemmm, pasti yang namanya Farhan2 ini nih titidnya gede.” Jawab Jessica yang langsung mendapatkan picingan maut penuh risih oleh Siska.
“Ah enggaaaak! Dani sih kayaknya yang gede mah! Liat noh celananya dia yang ngejendol gede gituuu!” sambung Cecil tidak mau kalah dengan jawabam mesumnya.
“Heh!” pekik Siska ke Cecil.
“Apaan sih, orang jelas2 si Tomi tuh!” Jessica ikut2an.
“Woi!”
“Ngaco lo semua! Orang Dani noh yang paling gede! Setuju gw sama Cecil!” sambung Annisa yang memberika tos kepada Cecil.
“WOOOOIII!!!” Siska semakin panik melihat kemesukan teman2nya.
“Kalo aku syudah pasti gengs, the one and only is… Bian. Bergetar weh rahimku ditusuk oleh punya dia… ulalaaa!!” celetuk Marina tidak kalah mesum diikuti oleh pekikan dan tawa dari mereka semua, kecuali Siska yang memekik geram.
“MARINAAAA!!”
“Hahahahahha!!”
“Eh yang ini belom ditanya nih!” Citra meremas kuat paha Puput yang daritadi hanya diam memperhatikan. Remasan mesum yang hampir mengenai pangkal selangkangannya membuat Puput kaget dan mendesah tertahan.
“Ahh.. apa sih kok gw tau2!? Orang waktu itu gw cabut duluan gara2 ada urusan!”
“Yang mana menurut lo yang titidnya gede?????” Tanya Cecil sengit.
“Mana gw tau anjir! Ya kali gw peratiin satu2!”
“Coba aja nebak2…”
“Apa jangan2 yang ini nih…??” Citra mengecek kembali fotonya lalu menyebutkan seseorang yang hampir terlupakan.
“Nah yang ini nih, yang orangnya rada berisi tapi keker, terus rambutnya rada gondrong, hmmm… tapi ganteng juga sih yang ini, kok lo malah lupa sama yang ini sih, Cil?” omel Citra setelah melihat satu laki2 yang berada paling kanan dengan kaos hitamnya sedang memegang sebuah vape sambil tersenyum dingin.
“Orang elo udah keburu ngebetot hape elo tadi, nyet!!” seru Cecil membela diri.
Citra menunjukan orang yang dimaksud kepada Puput “ih gak tau gw siapa dia, pas gw cabut bukannya dia baru dateng?”
“Itu mah si Arman bukan?” Yuli memberikan jawaban.
“Nah iya ituuuu!!! Itu lho yang ganteng banget, yang disamping si item ini nih!!” seru Cecil kembali.
“Ohhh Arman…” Puput membeo sambil menggeser foto tersebut “B aja sih menurut gw…”
“Dih, udah sedeng ya lo! Yang kayak gitu dibilang b aja sama dia!!” omel Citra diikuti gerutu dari Dewi dan Cecil. Rata2 hampir semuanya menggerutu karena pernyataan Puput.
“Tapi wajar gengs, seorang Puput mah emang agak milih2 gak sih kalo soal cowo? Udah cantik, pinter, seksi, valid2 aja kalo dia ngomong kayak gitu lah yaaa?” bela Marina lalu memberikan jempol kearah Puput yang senyum2 salah tingkah.
“Ah inces bisa aja. Cantikan elo lah hari ini tau… Hehehehe…”
“Iya siiiih…” Cecil menyetujui tanggapan Marina “Tetenya dia aja lebih gede dari kita2. Coba liat punya Jessica, hasil usaha dokter bedah, kalo Dewi sama Citra juga biasa aja, Marina juga ngikutin postur semok, nah… gw? GUE GIMANA!? TEPOS RATA DAH KEK TRIPLEK ANJIR!!” Ceroros Cecil sudah mulai bernada semakin mesum “udah yang paling natural montoknya tuh punyanya Puput sama Yuli. Yuli kan baru punya anak, jelas masih gede. Nah kalo Puput tuh… lo liat aja ampe nonjol ngebusung gitu dibalik kemeja dia!!”
“Eh ngomong2 soal tete gede, kita berdua kagak disebut, setan!?” potong Siska kesal karena dilewati begitu saja.
“Tau!! Parah banget enggak disebut2 mereka berdua!” sambung Puput mengalihkan pembicaraan.
Ia mengalihkan pembicaraan lantaran agak risih jika kedua toketnya dikomentari. Asetnya ini memang terlihat sedikit lebih besar dibanding teman2nya. Atau juga dijadikan sebagai objek fantasi mesum para laki2 yang melihatnya ketika sedang berinteraksi dengan dirinya secara empat mata. Seringkali pandangan mereka reflek teralihkan ke bagian besar membusung disana dan bergoncang pelan. Hal ini kadang membuat Puput menutup rapat2 toketnya kadang dengan ‘cardigan’ hitam yang ia kenakan di kantor karena risih dengan orang2 seperti ini.
“Udah lah, jangan cerita lagi soal gini2an ege. Kayak tongkrongan kita tuh mesum banget kesannya… hahahaha.” Puput berusaha menghentikan topik obrolan.
“Yaudah sekarang bahas Rangga dong, gimana doi?” Cecil kembali meluncurkan sikap kepo nan rewelnya. Memang terlihat berulah sekali perempuan mungil ini ketika sedang dalam pengaruh alkohol. Semua hal yang terlintas di dalam pikiran dia keluar dari mulutnya tanpa ‘filter’ etika berbicara sama sekali.
“Loh kok tau2 ke dia?”
“Kan kepo.”
“Enggak ada apa2 kok. Lancar2 aja sama dia.”
“Ohhh gituuu… masa sihhhh??” Cecil masih berusaha membongkar apa yang ditutupi oleh Puput.
“Iyaaa.”
Puput yang sudah tahu perilaku Cecil berusaha untuk mengalihkannya. Saat ini ia hanya ingin bercerita mengenai keadaan di pekerjaannya, bukan hubungannya dengan Rangga.
“Tapi gw denger2 Rangga belakangan ini lagi sering pergi ya, Put?” Cecil masih melanjutkan rasa penasarannya.
“Ya namanya kerjaan, lagi sering ada acara diluar kota gitu kayak ketemu ‘vendor’.”
“Ohhh gituuu…. masa sihhhhhh??”
“Iyaaa.”
Kepo banget dah! Untung lagi mabok lu, kalo enggak udah gw tabok mulut lo kenceng2… kurang ajar!!
Ekspresinya sudah terlihat tidak mengenakan ketika mendengar pertanyaan beruntun dari Cecil. Melihat suasana sudah tidak pada ‘mood’ nya, Jessica berinisiasi untuk mengajak mereka ‘Insta Story’ setelah mengeluarkan ponselnya.
“Hai geeeeeeeennnggss! Liat kameraaa!!”
Jessica menyorot semua orang yang berada disana. Dewi dan Citra dengan gaya manis sambil menunjukan ‘peace’. Annisa dan Siska yang tidak mau kalah cantiknya. Yuli yang sekadar melambaikan tangannya. Dan Cecil yang mengangkat tangannya tinggi2 menunjukan ‘peace’, memamerkan ketiak putihnya karena ia memakai ‘tube top’ merah muda. Lalu bintang utamanya yaitu Marina yang disorot berkali2.
“Akhirnya satu lagi sudah diresmikan sebentar lagiiiii!! Gimana bund perasaannyaaaaa…??”
“Yeeeyy, seneng duuunnd…!!”
“Oalahhh…. cerianya temen gw satu ini.”
Lalu Jessica mengarahkan sorotan kamera kali ini ke Puput sebagai penutup.
“Liat gaes, ibu ha er de ini. Heiii kauuu…. heii kamu… gile, doi baru dari kantor aja masih cantik begini kan gaes??” puji Jessica disela2 rekaman.
“Ishh!! Lagi dekiiiiilll!!” Puput menutup setengah wajahnya karena malu.
Cecil mendadak memberika sambaran pelukan erat ke Puput karena masih ingin masuk ke dalam momen di ‘Insta Story’ Jessica. Memang terlihat sangat labil sekali teman Puput satu ini berkat tegukan minuman memabukan.
“Lop yuuuuu Puput!! Dekil kuuuu!!”
“Staycation? Sama siapa?”
Malam ini di suatu restoran yang menjual roti panggang, Arman sedang berkencan dengan Amanda setelah sekian lama akhirnya mereka dapat pacaran tanpa harus melakukan belanja barang mahal atau jalan2 ke suatu tempat yang ‘fancy’ atau ‘hidden gem’.
Walaupun Arman termasuk ke dalam golongan keluarga yang cukup mempunyai banyak harta, gaya hidupnya tidak terlihat dari kebiasaannya. Atau gaya hidupnya yang lebih suka menghabiskan waktu di tempat yang lebih banyak dikunjungi oleh orang pada umumnya seperti warung kopi beberapa malam kemarin bersama dengan Farhan.
Dan saat ini ia sedang bertanya seputar dirinya dan Amanda yang diajak pergi berlibur di suatu tempat nun jauh dari ibukota, yang menjadi salah satu surga tersembunyi bagi para warganet tictoc.
“Sama temen2 aku, sama Lolita, Desi, dia2 padaaa. Mereka juga ajak cowo2 mereka kok. Kamu pokoknya mesti ikut!”
“Dimana sih tempatnya emang? Enggak terlalu tau aku.”
“AH KAMU! Masa gak pernah ‘up to date’ sih soal gitu2an!??”
“Lah kan aku orangnya ‘home sweet home’ banget. Kayak enggak tau aja kalo aku mageran.”
“Pret! Lu bilangnya ‘home sweet home’ tapi demen motoran sama temen segala macem.” Amanda agak meninggikan nada suaranya sambil tetap mencari konten yang ia maksud.
“Ini lho!! Ini! Bagus kan tempatnya!? Perginya minggu lagi, jadi masih ada waktu buat kamu berbubah pikiran.”
Arman memperhatikan video dokumentasi penginapan yang bernuansa alam hijau, bahkan beberapa titik masih terlihat seperti hutan lindung dengan burung berterbangan diatasnya. Video tersebut berfokus menyoroti pemandangan, interior kamar, fasilitas yang didapat, lokasi tempat, sampai nominal harga per malam. Penginapan itu terlihat asri dan modern, tentu saja dengan harga yang lumayan per malam nya ditunjukan di bagian akhir video. Namun lokasi, suasana, dan harga tentu bukan menjadi alasan utama mengapa Arman terlihat menunjukan tanda2 penolakan.
“Kan aku beberapa hari lagi wawancara kerja, Nda. Masa iya tau2 pas udah masuk aku ambil cuti buat ngikut kamu doang?”
Amanda pun menunjukan ekspresi ketidaksukaannya. Bagi nya, Arman hanya memberikan alasan untuk tidak mau ikut kembali setelah berkali2 diajak pergi ke tempat seperti ini.
“Apaan sih!? Kok kamu nolak terus kalo diajak pergi kemana2??”
“Bukannya nolak, Nda. Masa iya kamu gak tau jadwal aku sekarang? Aku kan kapan aja bisa dipanggil buat ‘interview’ kerjaan. Terus sekarang kamu ngajak ginian sama temen2 kamu segala macem…”
“Alah! Kamu aja yang aku ajak gak pernah mau!! Make bela2in diri segala lu!!” Amanda semakin meninggikan suaranya.
Suasana restoran yang ramai penunjung dan suara musik kini beradu keras dengan ocehan Amanda. Arman hanya memperhatikan kekasihnya yang sedang mengomel sambil mengeluarkan kata makian tiada henti.
“Lu mah emang enggak jelas, Man! Gw udah dari kemaren tuh ngerasa kalo elo emang rada aneh, anjing!!”
“Yaudah kalo aneh mah. Coba aja lo mikir gw mesti nurutin elo tiap saat. Kerjaan dipilihin, tempat tinggal elo yang pilihin, baju elo yang pilihin! Bayi kali gw!!”
“Oh, lo gak seneng jadinya, hah!!?? Kok lo ngungkit2 hal begituan sekarang!!????”
“Gw suruh lo mikir!! Biar kagak egois lo doang yang dialem terus tiap hati!! Lo kira gw gak punya idup, ngeladenin mau elo tiap kali!?” Kali ini giliran Arman yang membalas tak kalah tinggi.
“Eh ngentod! Gw juga tau diri kali ngeliat cowo nganggur kayak elo!!” Amanda tidak mau kalah kasar.
“Tau diri mah diputusin, nyet! Lo mah masih ama gw gara2 duit gw kan!? Basi anjing!!”
Sampailah pesanan berupa topi bakar coklat pesanan Arman. Beberapa detik ketika piring diletakan di meja, Amanda langsung melemparkannya kearah Arman. Sontak ia langsung menghindar cepat dan piring tersebut hampir mengenai pelayan yang sedang mengantar es teh tawar.
“Dah gila lah!”
“LO YANG GILA, ANJING!! EH ASAL LO TAU YA GW GAK BUTUH DUIT ELO!!”
“Terus lo butuhnya apaan!!??”
Amanda tidak menjawab dan sibuk memaki. Beberapa pelayan dan satu penjaga mulai datang menghampiri mereka berdua untuk dipisahkan satu sama lain.
“JAWAB BANGSAT!! ELO AJA ENGGAK BISA JAWAB KAN BUTUHNYA APAAN!!? MAKE GALAK2 SEGALA LO ******!!”
“ANJING LO MAN!! LO LIAT YA NGENTOT!!”
“Enggak usah dipisahin mas, biarin coba gw pengen denger jawaban dia apaan! Lonte matre gini mah kagak mandang cinta2an!! DUIT TERUS PANDANG!! SOK2 ATUR ORANG AJA KERJAAN LO ANJING!!”
Beberapa pelanggan disana mulai mengeluarkan ponsel mereka untuk merekam kejadian tersebut. Amanda masih sengit memaki sambil ditenangkan oleh pelayan sementara Arman bergegas pergi sambil diantar keluar oleh ‘security’.
“Udah mas mending pulang ya. Jangan bikin kegaduhan disini.” Ujar penjaga yang berbadan sedikit lebih besar dari Arman.
Arman yang sudah berada di depan pintu masuk pun mengeluarkan dompet lalu memberikan satu lembar uang seratus ribu kepada penjaga tersebut.
“Nih pak, tolong bayar ke kasir pesenan saya. Tadi saya belom bayar. Keburu tuh orang ngamuk.”
“Oh iya ya ya. Yaudah mas mending pulang aja mas ini entar-..”
Belum selesai bercakap tiba2 keluarlah Amanda sambil berlari dan melayangkan pukulan mentah ke Arman. Kembali, Arman menangkis dan menghindar dari serangan sembrono tersebut.
“ANJING LO MANNN!!! PERGI DARI SINI NGENTODDD!!!! KITA PUTUS ANJING!!! GW ENGGAK MAU LIAT MUKA ELO LAGI!!!”
Tanpa basa basi apapun, Arman pergi ke parkiran lalu menyalakan motornya. Ia meninggalkan Amanda yang masih histeris sambil menangis keras.
“Emang kontol! Entar juga gw yang disalah2in di tongkrongan dia!!!” keluh Arman dalam perjalanan.
Puput menarik napas lega ketika ia selesai menyusun dokumen di sekat rak ruangannya yang baru. Tumpukan demi tumpukan salinan CV, resume, dan data karyawan masih bersisa di sudut kiri ruangan. Untung saja zaman sudah modern dan sebentar lagi dokumen2 kertas ini akan dimasukan ke dalam data elektronik perusahaan. Maka dari itu Puput tidak perlu merasa sesak lagi untuk kedepannya. Namun karena semua dokumen harus di ‘input’ ke dalam komputer kantor yang berada di dalam ruangannya, ia harus bekerja ekstra keras dan terkesan monoton karena memasukan begitu banyak data diri.
“Kenapa mesti ha er yang masukin data2nya sih? Kenapa gak setiap individu karyawan nya aja yang disediain formulir online buat mereka input sendiri…??” gumam Puput sambil membetulkan kunciran rambutnya.
Hari ini ia memakai blus berwarna krem serta celana bahan dan… sandal jepit warna ungu. Ya, karena ia sedang berada di dalam ruangan seorang diri, ia merasa bisa sedikit bebas melakukan apapun, salah satunya mengenakan sandal karena jempol kakinya sedang terluka sehabis terantuk ujung meja baca di kosannya. Karena bengkak dan sakit ketika menggunakan ‘flat shoes’, ia memutuskan membawa sandal ungu nya untuk dikenakan dalam ruangan pribadi.
“Hemmm, tapii.. gw bisa naroh sesuatu yang bikin ruangan ini semakin ekstetik. Mungkin dengan sentuhan2 papan ‘quotes’ dari kosan beberapa gw pindahin kesini, atau foto nyokap di meja kerja gw, tinggal beli ‘frame’ baru soalnya yang lama rusak. Atau gw bisa membuat ruangan ini menjadi kamar baca gw selaen di kosan. Hmmm menarik Put….” pungkasnya memproyeksikan sudut demi sudut ruangan.
‘Tok tok tok’
Suara ketukan di pintu kaca buram terdengar dari luar ruangan.
“Iya, silahkan masuk.”
Masuklah pak Rahman menyapa Puput ramah dengan cengirannya. Puput ikut menyapa sambil merunduk singkat.
“Halo Put?”
“Siang pak.”
“Gimana, sama ruangan kamu yang baru?”
“Bagus kok pak, nyaman. Terimakasih ya pak sekali lagi buat ruangannya.”
“Sama2. Eh ini AC nya dingin kan ya?”
“Iya pak, dingin kok.”
“Ohhh baguslah kalo gitu. Biar kamunya juga gak kegerahan, hehehee.”
“Iya, hihihi.”
“Yaudah kalo gitu saya minta data ‘interview’ nya ya ke saya, kemaren Vidya juga udah ngirim versi ‘user’ juga.”
“Bapak masih perlu data dari HRD pak?”
“O iya dong, kan saya ‘leader’ yang memperhatikan karyawan saya secara spesifik.” Pak Rahman tersenyum ramah.
“Yaudah Put, saya lanjut keatas lagi ya mau ngecek2. Semangat kerjanya.”
“Sama2 pak. Bapak juga.” Puput kembali merunduk singkat.
Setelah pak Rahman keluar, ia kembali mengecek dokumen yang harus ia susun.
Ngapain sih om2 mesum itu? Kemaren ngecek ruangan gw, sekarang ngecek lagi… kok jadi gimana ya kesan nya….
Sedang bersungut risih, ponselnya yang berada di meja berbunyi notifikasi masuk. Ternyata dari Jessica yang meminta saran ke Puput seputar kedekatannya dengan seorang laki2 belakangan ini. Ngomong2, saat di rumah Marina, hampir semua tidak ada yang tahu mengenai kisah percintaan Jessica belakangan ini. Selain karena Jessica tidak mem ‘publish’ ke teman2nya karena kurang nyaman jika dijadikan bahan omongan, ia juga lebih mempercayai Puput karena saran ampuhnya dan tetap menjaga kerahasiaan.
Me
emangnya udah jem makan siang?
Jessica
ini udah 12.05 ya nyet
sentil nih
Me
eh iya ehehehe
maklum lah lagi sibuk membereskan ruangan baru aku tuh
Jessica
cieee ruangan baru ni yeeeeeww enak banget
Me
semangatin gw dong! lg sibuk nih gw nata2 barang gw!
Jessica
mau video call aja?
Me
boleh, tapi gw sambil mamam siang ya
eh mana semangatnya, oncomm??
Jessica
bacod kau bestiee
gass hayukkk vidcall
Percakapan mereka pun berpindah ke panggilan video. Setelah tersambung, Puput memberikan ‘room tour’ singkat sambil merekam sekitar ruangannya untun menunjukan ke Jessica.
“Gileeee! Gw aja pas jaman masih ngebudak korporat kagak dapet luh ruangan2 mah!”
“Ya lo kan staff ya, ruangannya satu untuk semua. Kalo saya kan personalia, udan gitu disuruh ngegantiin posisi si kepalanya sementara pula…”
“Jadi bagus apa jelek nih lo dapet benefit ginian?”
“Ya gak bagus gak jelek sih. Syukuri yang ada aja, kan tinggal dijalanin dengan bijak…”
“Aseeeeekkk. Demen nih aku tuh kalo Puput udah begini!!”
Keduanya tertawa heboh sembari memberikan makian kasih sayang pertemanan.
“Eh jadi cerita gak be?” Puput meletakan ponselnya di ‘standing’ warna kuning dengan ornament telinga kucing sambil membuka kotak makannya. Siang ini ia makan dengan nasi seperempat porsi dengan lauk tempe orek dan capcay yang di beli di warung nasi dekat kos nya.
“Ih iyaaa! Jadi itu orang ngajak gw ketemuan coy!!”
“Dimana?”
“Di sayap suci.”
“Sayap suci? Tempat yang kayak diskotik itu?”
“Ya enggak diskotik banget sih, kadang ada ‘live music’ nya juga.” Jessica berdalih.
“Hmm pas gw tiap liat lo ‘update’ kesono sih kagak ada ‘live music’ nya sih, adanya lagu2 EDM gitu yang dibawain sama DJ nya.”
“Itu kan pas jam2 tujuh. Entar kalo sepuluh keatas mulai rame tuhhh yang begituan…”
“Yaudah. Lo diajak ketemuan di sayap suci, terus?”
“Hmmm, terus….”
“Ape?”
“Gw minta elo nemenin gw.”
“Hah? Udah gila ya! Buat apa anjir? Gw jadi nyamuk??”
“Ihhh!! Malem Sabtu kok, Put. Tenang aja gak mengganggu kerjaan elo..”
“Ini maksudnya jadi anjelo gitu, Jess?”
“Anjelo, anter jemput lonte kan!? Sialan lo sapi Cimori!!”
“Ssssttt!! Gila ya!! Ngomongnya gak dijaga! Hihihihi….” Puput reflek memeluk kedua toketknya sambil terbelalak panik melihat kearah jendela.
“Kagak gitu maksud gw. Maksudnya tuh, lo temenin gw buat ketemuan sama cowo ini gituuuu!!”
“Emang yang laen kenapa sih?”
“Dibilangin kalo yang laen gw gak cerita2! Lo tau sendiri kan mulut kawan2 kita, apa lg si Cecil. Pengen gw jepret itilnya kadang2!!”
“Aduuuh nih orang, dibilangin bacodnyaa!!” Puput makin panik karena umpatan mesum Jessica. Sekilas terasa sensasi menggelitik dibagian sensitifnya karena omongan tadi “entar kalo karyawan masuk ke ruangan gw gimana, geblek!? Lo mah enak tinggal matiin panggilan!”
“Hahahahahaha!!!”
“Tawa lo setan!!” Puput semakin melotot kesal ke Jessica.
“Ih, jadi gitu lah Puuut! Bisa gak temenin gw jadinya?”
“Kapan sihhh??”
“Jumat ini. Sabtu malem lah gitu…”
Puput mengecek kalender di mejanya. Coretan serta catatan spidol warna warni terlihat sangat jelas memenuhi setiap kolom tanggal. Ia melihat hari yang diminta oleh Jessica masih belum dicoret atau diberikan catatan mengenai jadwal apapun.
“Kosong sih gw, jadi yaaa…”
“BISA???”
Puput mengangguk mengiyakan.
“Iyeeeeyyyy!! Thank you bestiieeeee!! Entar gw traktir minuman, selawww!!”
“GAK! LO TAU SENDIRI KAN GW KALO MABOK GIMANA!!??”
“Gak tau. Hahahaha. Udeh sihhh entar minum yg enteng2 aja!! Gw juga gak mau mabok2 banget kok. Atau entar chiken popcorn ajaa??”
“Idihhh, si tidak bakal mabok tuh. Liatin aja kalo ampe lewat sih gw tinggalin di kloset nanti! Biarin gumoh2 sekalian!! Awas aja lo!!”
“Yaudah byeeee!! See you on Friday night ya bestieee!! Lopp you!!”
“Gak love ahhh!!”
“Dih gitu ya lo sama gw!!”
“Ya yaaa!! Love you bestieee!! Hehehehe… dah ah gw mau lanjut makan siang, entar keburu abis jam makan siang gw!!”
Puput mematikan panggilan videonya lalu kembali menyantap makan siang. Baru saja satu suap, kali ini suara ketukan muncul kembali di depan pintu.
Kampret, baru juga ngunyah mulut gw! Laen kali gw pasangin tanda juga nih depan gagang pintu biar kagak ada yang ganggu!”
“Ya, masuk.”
Pintu pun terbuka sedikit. Lalu muncullah Los dan Resti mengintip dari luar sana.
“Hei. Kalian pada ngapain sih gaeeess…?” Puput terkekeh melihat mereka menyusun kepala sambil mengintip kecil.
“Cie…”
“Ciee…”
“Cieeeeee… ruangan baruuuu!” Resti dan Los menyahut bersamaan.
“Heh! Ish! Apa sih? Masuk aja masuukk yuk, jangan depan pintu gitu!”
Mereka berdua pun masuk kedalam ruangan dengan girangnya.
つづく