Puput sudah segar kembali sehabis mandi. Dengan lilitan handuk putih di kepalanya, ia juga memakai masker wajah gel lidah, dan kaos hitam serta bawahan celana pendek biru tua. Saat ini ia terlihat sengit dengan ponsel nya membalas notifikasi chat yang masuk, termasuk dari Jessica yang bertanya kelanjutan kisah kemarin.
Jessica:
Jadi kemaren lo kemana be?
Jessica:
Gw udah mabok banget soalnya, kagak nginget apa2an dah
Me:
Gw dianterin balik sama orang kemaren
Tiba2 Puput merasa ia tidak bisa cerita dahulu ke Jessica karena kejadiannya lebih dari itu. Ia merasa masih belum siap dan malu karena masih merahasiakan pertemuannya dengan Arman yang notabene salah satu teman dari Bian. Alhasil Puput menghapus pesan tersebut sesaat sebelum Jessica melihat.
Me:
This Message Was Deleted
Jessica:
Apaan tuuhhhh????
Kok di delete sih??
Me:
Kepencet stiker tadi
Jessica:
Ohhh, stiker Jun Kok bukan?
Me:
Pala kau stiker Jun Kok
Jessica:
Wkwkwkwkwkwk
Me:
Jadi gimana looo? Masih di tempat si Marlo apa gimana???
Jessica:
Nih gw lagi jalan sama dia ke Gandharya City
Jessica: Lagi mau jajan gelatoooo
Me:
Uwawww, bentah ya buun keliatannya
Jessica:
Ya dunnndd hihihihihi
Saran rasa yg enak dong
dia lagi ngantri nih soalnya
Me:
ah gak bakalan nemu pasti selera lidah lo sama lidah gw be…
Jessica:
iya juga sih ya, lo mah gak jauh2 dari stroberi sama beri2 yg laennya
Me:
tuh tauuu
tapi lo kudu cobain rasa raspberry, redberry, blueberry, sama vanilla,
sama tiramisu… eh jangan lupa stroberi juga… fix itu!
Terus sama Choco mint
Jessica:
Woooww banyak ya be! Dasar cewe kue, doyannya yang manis2… wkwkwkwk
Me:
Kan situasional aku tuh. Di kantor jadi cewe mamba, kalo lagi sendiri cewe bumi, kalo lagi sama monyet2 gw ya jadi cewe kue…
Jessica:
Maksud lo monyet2!?
Gw gitu salah satunya!!
Setan lo be!
Me:
WKWKWKWKWKWK
Percakapan mereka berdua pun ujung2nya tidak mengarah ke peristiwa bungkus membungkus lagi. Puput bisa sedikit bernapas lega karena Jessica dengan mudahnya teralihkan. Sementara ini ia tidak perlu menjelaskan panjang lebar, terlebih lagi Puput tidak ingin kejadian ini terdengar juga sampai telinga Rangga karena masalah akan menjadi panjang.
Berbicara mengenai Rangga, Puput mendapat notifikasi masuk darinya saat sedang mengobrol dengan Jessica. Ia sebenarnya masih sedikit kesal, namun pada dasarnya Puput juga adalah seorang yang tidak pendendam. Dirinya mudah memaafkan seseorang meskipun kesalahan tersebut cukup parah. Namun siapa yang tahu sebenarnya hati dan pikiran dari seorang Puput. Terkadang ia tegas dan berwibawa, kadang ingin dimanja dan melampiaskan emosinya dalam tangis, atau kadang ia ingin menyendiri untuk merefleksikan dirinya dalam sebuah bacaan buku di meja kos nya. Dan saat ini ia sedang ingin memaafkan Rangga karena sedang lelah, tidak mau mengisi pikirannya dengan banyak masalah.
Rangga (love):
Put…?
Me:
Kenapa?
Rangga (love):
Lagi apa?
Me:
Lagi cape
Kenapa?
Rangga (love):
Ohh… baru mau nyamper
Me:
Gak bisa hari ini ya, Ga
Sorry bgt
Rangga (love):
Emang abis ngapain?
Puput lupa jika Rangga akan bertanya akan hal itu. Walaupun beberapa skenario dan jawab sudah terpikirkan, tetap saja ia agak kelabakan untuk menanggapinya. Entah mengapa ia merasa sangat cemas mengobrol dengan Rangga saat ini. Mungkin karena ia habis jalan dengan Arman tadi atau melakukan hubungan terlarang malam kemarin.
Rangga (love):
Put?
Me:
Aku abis olahraga kemaren, terus karena belom pemanasan jadinya agak pegel kakinya…
Rangga (love):
Waduh…
Mau aku bawain koyo gak?
Me:
gak usah, aku mau tidur aja.
palingan senderin bantal ke betis atau pakein salep, entar juga mendingan
Rangga (love):
Yakin?
Me:Ya
Rangga (love):
Tapi aku kangen sama kamu
Hishhh… giliran begini aja sempet lo ngepet!! Kemaren kemana aja??
Me:
Yaudaaaah nyamper bentaran aja
Aku cape bgt soalnya, mau tidur
Rangga:
yaudah2, aku otw yaaa
Singkat cerita 15 menit kemudian Rangga pun sampai di depan kamar kos Puput. Ia kembali membawa sebuah kantong plastik berisikan sesuatu sambil menunjukan ke Puput.
“Itu apaan lagi…?” Tanya Puput pelan sedang malas diberikan sesuatu.
“Buat kamu sarapan besok, nasi ayam karage…”
“Oven sama kulkas aku kan belom dateng, Ga. Mana bisa dipanasin buat besok…”
“Bukannya bisa dipanasin di oven kantor kamu? Atau kamu taroh di kulkas di dapur kosan nanti?” ucap Rangga sambil menaruh plastik tersebut di meja.”
“Yaudah2, makasih…”
Lalu Puput duduk di kasur kembali memainkan ponselnya. Ia terlihat sibuk menggeser setiap chat yang belum dibalas. Salah satu yang membuat ia terkejut sambil melebarkan matanya adalah sebuah chat dari nomor Arman yang berisikan foto2nya berada di kontaknya ternyada berada disana. Sontak ia langsung menghapus nomor tersebut sebelum dilihat oleh Rangga. Foto2 yang belum sempat ia unggah pun juga akhirnya terhapus semua.
“Kenapa Put? Kok kaget gitu keliatannya?”
“Ah, oh enggak2. Ini ada urusan kantor aku yang mesti selesain besok.”
“Oh gitu. Ngomong2 nasi nya gak mau dimakan sekarang aja?”
“Kan aku kalo udah jam 7 keatas gak makan berat lagi. Gimana sih…” ucap Puput dengan nada ketusnya.
“O iya lupa2…”
Lalu Rangga menghampiri Puput dan duduk di kasur bersamanya. “Aku pijitin ya kakinya.. pegel kan?” Ia memijit kedua kaki Puput perlahan.
Puput hanya memperhatikan telapak tangan yang bergerak mengelus dan menekan bagian betisnya. Beberapa sentuhan kecil di pahanya terkadang membuat Puput reflek mendesis. Bukan hanya disana terasa pegal, namun disitu juga salah satu titik sensitifnya berada.
“Shhh…”
Semakin lama sentuhan Rangga mulai berada terus menurut di bagian paha Puput. Ia tentu sadar jika Rangga terlihat semakin berbuat mesum dan tidak memijatnya lagi.
“Mhh…”
“Pegel banget gak?”
“He eh..” Puput mengangguk pelan mengigit bibir bawahnya.
“Pegel apa pegel nih?” Rangga mulai menggoda Puput.
“Pegel ih.. jangan makin keatas2 gitu mijitnyahh..”
Semakin lama kedua tangan Rangga menekan gemas bagian paha sekal Puput. Tekstur kenyal namun cukup kekar sangat terasa sekali disana karena hasil dari kegiatan gym nya. Makanya Rangga betah berlama2 disana, tentunya bukan untuk memijat menghilangkan pegal disana.
“Hmmfh..” Puput mendongakan kepala keatas sambil memejamkan matanya. Ia mulai terbawa untuk menikmati setiap pijitan. Namun ia masih memasang pertahanan dengan mendorong tubuh Rangga yang semakin mendekat di hadapannya.
“Ih lagi gak mauhh… nnhhh..”
“Kamu yakinn..?” Rangga semakin menggoda Puput.
Puput menggeleng. Ia menolak karena memang sedang tidak ‘mood’, tapi karena dirangsang seperti itu membuat aliran darahnya berdesir deras, terutama di bagian panggulnya. Bagian tengah selangkangannya juga mulai terasa gatal dan lembab. Karena ia tidak memakai celana dalam, rembesan lembab pun jelas sekali terlihat disana.
“Nhh Rangga udah ahh…”
Puput masih bersikeras menolak, namun tubuhnya sendiri seakan2 memintanya untuk jujur akan sensasi rangsangan yang sangat disuka. Rangga juga sudah tahu jika Puput masih gengsi. Ia menolak mungkin karena masih kesal dengan kelakukan2nya yang terkesan ‘memberi harapan palsu’ atau kejadian bercinta yang gagal waktu itu.
“Ahh.. Ranhhah…”
Rangga memulai manuver pembukanya dimana ia mulai mencium leher kiri Puput. Aroma beri tercium lembut dibagian sana, membuat libido Rangga naik sangat pesat. Hari ini Puput sedang cantik dan harum, tidak seperti kemarin. Ia rasa ini adalah kesempatan keduanya untuk melampiaskan hasratnya yang gagal waktu itu.
“Shhh… Gahhh udah sihhh nhh…”
“Put… wangi kamu lagi enak banget… hhhh…” Rangga mendesah menikmati aroma pendidih darah dari tubuh Puput.
“Emmhhh… orang abis mandi… jelas wangi lahh nnhh…” Puput masih galak disela2 desahannya.
“Ngewe yukkk Put…” Rangga sudah terus terang meminta tanpa ada ditutupi lagi.
Puput masih berusaha mendorong tubuh Rangga. Namun rangsangan di lehernya membuat tenaganya melemas karena menggelitik titik sensitifnya setelah remasan di kedua pahanya tadi.
“Nnnhh… mmhh…”
Selepasnya dari sana, Rangga mengarahkan bibirnya untuk mencium Puput. Kecupan basah pun mendarat di bibir tipis merah muda perempuan cantik ini. Ia berusaha mengimbangi gerakan bibir dan lidah Rangga yang langsung bergerak agresif.
“Slllrpphh… clphh… emmhh.. mh..!!”
Saliva mereka berdua tercampur aduk satu sama lain ketika Rangga perlahan melepaskan ciumannya. Puput menatap Rangga dengan sedikit tajam namun sayu. Rangga sudah terdengar mendengus ingin segera melahap Puput habis2an. Pacarnya sedang cantik malam ini dan ia tidak ingin menyia2kan hal tersebut.
“Mau liatin ampe kapan..??” Tanya Puput pelan seakan menantang Rangga.
“Hihihi, aku pengen nikmatin kecantikan kamu dulu dong.”
“Apa sih… jayus banget..” Puput mencubit pipi Rangga.
Nah gini kek dari kemaren, Put. Jadinya kan enak maju ke tahap selanjutnya….
Lalu Rangga memasukan tangannya kedalam tanktop Puput perlahan. Sontak ia menahan desahannya kuat2 sambil memejamkan matanya.
“Hemmpph… hhhh…”
“Tuh kan, udah dibilang dilepasin aja, jangan ditahan2 kayak gitu…”
“Nnnhh… hmmmhh…” Puput menggeleng. Ia masih keras kepala tidak mau langsung terlihat menikmati sentuhan jantan Rangga.
“Auhh… annhh!”
Puput terperanjat ketika kedua toket montohnya mulai diremas oleh Rangga dibalik sana.
“Dilepas ajahhh tanktopnyahhh… shhh…”
Puput bergegas melepas pakaian yang menempel di tubuhnya. Begitu juga Rangga yang melepas kaos merah dan celana panjangnya. Keduanya kali ini telanjang tanpa selehai benang pun di tubuh masing2. Rangga yang melihat tubuh Puput bergeleng tidak habis pikir, tanggapan yang selalu ia berikan ketika melihat mulus dan seksinya tubuh pacarnya tersebut.
“Geleng2 melulu kalo ngeliat aku… emangnya aku apaan sih…” Puput menutup toket dan vaginanya karena risih.
“Enggak kok… kan kamu cantik banget. Pengen rasanya cepet2 aku happ…”
“Ihh apa sih.. ennhh…”
Rangga memberikan sekali lagi ciuman di leher Puput, membuatnya mendesis kaget.
“Nnnnfhh… Ranhhhahh..”
Ia masih bertahan dengan kegengsiannya, walaupun rangsangan itu adalah salah satu kesukaannya karena membuatnya menjadi basah di bagian kewanitaannya.
Rangga dengan lembut mulai memindahkan rangsangannya. Mulai dari remasan di area kedua aset Puput, dengan pelintiran di kedua puting, membuatnya mengelinjang kaget.
“Awhh… nhahhh!”
Puput membuka mulutnya tanpa bisa ditahan lagi. Rangsangan tersebut sudah mulai meruntuhkan pertahanannya kali ini. Sebentar lagi mode ‘setan binal’ nya aka segera terbangun jika terus menerus diperlakukan erotis seperti ini.
“Ranhhhahh… Ranhhhahh…”
“Apa sayang?”
“Annnhhh… Rannhhhahh…. nnhh Ranhhhahhh…”
Puput tak henti2nya menyebut nama Rangga dalam desahan seksinya. Tentu saja Rangga sangat suka mendengar melodi penyulut libido tersebut. Ia pun jadi semakin semangat meremas toket Puput.
“Rannhhahh…. Annhhh… Ranhhahh…”
“Apa sayaanng?? Daritadi manggil2 aku terus nih…. Hehehehe…”
“Enaakk…”
“Apanyaa??”
“Ahhh… enakkk…”
“Apa sih? Apanya yang enakkk?”
“Enaakkk…”
“Ini maksudnya?”
Rangga pun memindahkan tangannya menuju bagian kewanitaan Puput. Sontak pemiliknya mengelinjang lalu tegang secara bersamaan. Bola matanya terbelalak dan mulutnya terbuka membentuk vokal A.
“Aaaaahhh…. nnhh… Ranhhhahh…”
“Ini kan yang enak? Iyahh?”
“Hhhh… hiyahhh… enakk itunyahhh….”
“Apanya itunya tuhh??”
“Memeq akuhhh…. memeq akuh enak bangeeett… nnnhh…”
Tatapan Puput kian memelas memohon untuk segera dipuaskan. Tidak ada lagi ekspresi galak atau mencegah sama sekali, pertahananya kali ini telah dihancurkan oleh Rangga dan kebinalan setan dalam diri Puput.
“Rannhahhh…”
“Apaa?”
“Enak bangeeettt….”
Vaginanya kian dikorek sekasar mungkin oleh Rangga. Dua jari telunjuk dan tengah mengobel sambil memaju mundurkan kuat2, membuat Puput semakin menatap minta dipuaskan.
“Ranggahhh enakkk…. enak banget anjingngg…. ahhh…!!”
“Kalo diginiin juga enak?”
Rangga pun semakin meremas klitoris yang sudah merah membengkak di bagian tengah kewanitaan Puput. Sontak ia meronta kuat2 akibat salah satu bagian sensitifnya diremas habis2an oleh Rangga.
“AHHHJINNNGGG!!! EMMGGHHHH!! NNGHH!! NNGHH!! NNGHH!!”
Rangga semakin ketagihan melihat keerotisan Puput. Tentu saja batangnya sudah mengeras sekeras mungkin ingin segera menusuk kepunyaan Puput. Oleh karena itu ia mulai mengarahkan kesana sambil tangan satunya tetap mengocok dan meremas klitoris Puput.
“Ngaahhh…. Ranggaahhh…. Ranggahhh… Ranggah…. Ranggahhhh.. ahhh Ranggahhh!!!”
Puput tidak habis2nya menyebut Rangga. Ia sudah benar2 kesetanan lubang vaginanya dihancurkan dengan garangnya oleh Rangga. Namun itu dirasa tidak cukup. Ia ingin rangsangan yang lebih brutal. Ia ingin semakin dihancurkan oleh kejantanan Rangga yang sudah mengarah di depan liang kewanitaannya.
“Mnnhhh…. mauuukk…!!”
“Mau apa tuh?” Tanya Rangga sambil menggesek ujung penisnya di bibir vagina Puput.
“Mhauuu itu kamuhhh… nnnfhhh… nnhhh…”
Puput mendekatkan tubuhnya kearah penis Rangga. Namun Rangga tidak mau memasukan dan masih ingin menggoda Puput yang terlihat binal dan menggemaskan. Klitorisnya yang merona membesar pun dicubit dan dipilin sama seperti yang ia lakukan dengan kedua puting susu diatas
“Aaaaaaahhh cepetaaann!! Cepetannn dimasukiiiinnn…. Iiiiihhh!!!”
“Masukin apa sayang..?? Aghh..”
Penis Rangga mulai diraih dan dikocok oleh Puput. Ia sudah tidak tahan dengan rayuan2 tidak penting. Yang ia inginkan penis keras ini segera menghantam ‘little princess’ nya yang sudah menangis mengeluarkan cairan cinta tersedu2.
Sabar ya sayang… ini ya aku masukin qontol iniiihhh…. Enhh… MASUK GAKKK!!!?? ANJING LO RANGGA!!! GW UDAH SANGE BANGEEET PENGEN NGENTOOOOODDD!!! GAK MAU MASUK2 QONTOL LO HERANNN!! DITAHAN2 TERUUUSSS!!!
“Puuutt…?? Udah gak tahan yaahh??”
“He ennhh…. ayukk dimasukin punya kamuhhh…. NNNHH…” Puput semakin merengek.
Ahhh anjing lah Put, lonte banget lo kalo dah kayak gini!!
Rangga pun langsung menusukan batang penisnya. Terasa licin, basah, dan berdenyut2 kuat didalam sana, membuat Rangga mengerang tertahan. Puput juga terbelakak kuat namun puas karena akhirnya rasa gatal yang menusuk geli di vaginanya pun dimasuki oleh penis Rangga.
“AOOOHH!! ANJINGG RANGGAHHH!! Ahhh…”
Rangga pun mulai menggerakan pinggulnya maju mundur secepat mungkin. Temponya terlihat berantakan lantaran nafsunya yang sudah tidak terkendali.
“Ahhh ahhh ahhh ahhh ahhh ahhh ahh Rangghhhahh ahh Rangghhhahh!!”
Puput mendesah heboh bukan main. Ia sudah tidak peduli apapun. Yang ia mau hanyalah hujaman kuat penis Rangga yang terus menerus memuaskan liang kewanitaannya. Beberapa kali remasan kuat juga diberikan Puput di pundak Rangga karena Rangga sempat2nya masih meremas kuat toket Puput dan memilih atau menghisap kuat puting susunya.
“Hhhhnnff… Ranggahhh!!”
“Enak Puthh… nhhh??”
“Hhh enak bangeettt…. qontol kamu enak banget…. Nnnhh fuckkk…. Ouhhh!!”
Sedang asiknya memberikan manuver jantannya, ponsel Rangga berkali2 bergetar panggilan masuk di samping kanan Puput. Rangga sempat melihat layar ponselnya yang menyala, namun tidak digubrisnya karena sedang keenakan bercinta dengan Puput.
“Ahhhnhh… Ranggahh… enakk bangeeet memeq akuhhh sumpahhh….!!”
“Ennnhh iya yaahh… ennhh…”
Rangga sudah mulai mencercau tidak jelas sama seperti Puput. Nampaknya ia sudah semakin terujung karena keasikan menghujam vagina Puput tanpa memikirkan temponya. Ia sudah ketagihan dengan pemandangan serta desahan erotis Puput yang terdengar cukup berisik.
“Ennnhhh…. Rannghaahhh… Rangghahh…” Puput mengangkat kedua lengannya lalu menyandarkannya di bantal setelah lelah meremas pundak Rangga. Sontak Rangga langsung meraih pergelangan Puput agar ia tidak mengangkat lengannya. Ia tahu bahwa aroma ketiak Puput dapat membuatnya menjadi tidak bernafsu mendadak. Ia tidak ingin kejadian bodoh waktu itu terulang kembali hanya karena hal sepele seperti itu.
Anjiirr hampir aja…. gw tau nih cewe udah mulai bau ketek nih…. Keliatan banget lembab keteknya…. udah samar2 juga bau badan dia…
Namun Puput jelas hanya menurut saja. Ia tidak peduli keadaan sekitar, apa yang dilakukan Rangga, atau siapapun yang mendengar mereka. Yang ia mau hanyalah terus dipuaskan oleh penis Rangga yang sudah menunjukan kedutan kuat di ujungnya.
“Puuutt…. nghh!”
“Hmmmhhh…. Nnhhh enak bangettt Ranggahhh qontol elohhh!!”
“Hiyahhh… eghhh… aghh aghhh…”
“Ahhh ahnnhh… Rangahh!!”
Sontak Rangga cepat2 mencabut batang penisnya dan mengarahkan ke wajah Puput. Beberapa detik kemudian semburan cairan putih sperma Rangga membasahi disana. Cairannya menyembur sampai ke leher dan dada Puput, membuatnya menjadi lengket disana.
“KYAHH!! AHH!!”
Puput memekik kaget memejamkan matanya kuat2. Namun mulutnya masih terbuka lebar karena kaget penis Rangga langsung tercabut dari vaginanya.
“AGHHHH PUUUUTT!!”
Seketika Rangga terkulai lemas di samping kanan Puput. Ia hari ini benar2 puas menyalurkan nafsunya setelah kemarin loyo karena aroma yang mengganggu penciumannya.
“Enak banget gak Put…??” ucap Rangga pelan masih terengah2.
“Emmhhh…”
Lalu Puput beranjak dari kasur dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang lengket karena keringat dan cairan sperma Rangga. Ia sama sekali tidak menanggapi pertanyaan Rangga barusan.
Ketika terdengar bunyi pintu kamar mandi terkunci, Rangga langsung bergegas mengecek ponselnya untuk melihat notifikasi yang masuk. Terlihat ekspresinya begitu panik menggeser dan mengetik di layar ponselnya. Matanya juga terlihat reflek berkedip berkali2 masih memperhatikan ponselnya. Ia sedang membalas chat seseorang yang membuatnya masih dengan tatapan tegang dan berkali2 menengok kearah kamar mandi.
Ck… ngapain sih make telpon2 segala nih orang? Dah tau lagi begini juga….
‘Ctek!’
Mendengar pintu kamar mandi terbuka, Rangga pun panik lalu mematikan layar ponselnya dan berpura2 rebahan. Puput telah keluar dengan keadaan bersih, walaupun dirinya masih terasa sangat gerah karena bercinta tadi.
“Kamu udah bersih2nya?” Tanya Rangga menatap Puput.
Puput hanya memberikan anggukan. Ia terlihat semakin lelah sambil duduk di kasurnya.
“Kenapa?” Rangga menghampiri Puput.
“Lagi cape banget… masih nanya.”
Ia kembali ke mode dingin nan ketusnya. Ditambah dirinya semakin lelah lantaran aksi binalnya tadi, membuat Puput jadi malas untuk mengobrol.
“Kamu mau pulang apa masih mau rebahan disini?” Tanya Puput pelan.
“Enngg… rebahan dulu deh.”
“Yaudah aku mau tidur bentar ya, aku cape banget. Entar kalo udah mau balik baru bangunin. Kalo mau nonton Netplik nonton aja…”
Puput memakai kembali pakaiannya lalu tidur di samping Rangga. Tidak butuh waktu lama sampai akhirnya ia terlelap. Lalu Rangga menengok kearah Puput perlahan, mengecek apakah benar ia sudah pulas.
Cepet juga tidurnya… biasanya gak pernah cepet kayak gini….
“Put?” Tanya Rangga memanggil Puput. Tidak ada jawaban darinya.
Melihat hal tersebut, kembali ia mengecek ponselnya perlahan. Ia kembali membalas chat dari orang yang tadi menghubunginya. Cukup lama ia berkutat disana sampai akhirnya ia membangunkan Puput untuk berpamitan pulang.
“Yaudah, bye. Makasih ya ayamnya…” ucap Puput lirih setengah terbangun.
“Sama2. Aku pulang ya… thank you buat hari ini.” Rangga memberikan ciuman di kening Puput.
“Mm…”
Ketika keluar dari kamar kos, Rangga masih terlihat sibuk membalas chat tersebut. Kali ini beberapa kali terlihat senyuman di wajahnya dan tawa kecil.
つづく