Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA QUEEN BEE - Puput New Story's

cerita 018

“Agh anjing! Dikit lagi!”

Riuh ramai Farhan serta kawan2nya gaung terdengar di salah satu arena futsal di daerah pinggrian ibukota. Tidak seperti biasanya mereka melakukan aktivitas olahraga fisik malam2 seperti ini semenjak jaman kuliah dulu. Namun sekarang Farhan, Arman, serta kawan2 yang lainnya memutuskan untuk kembali menguras keringat serta mencari kram kaki. Seperti yang sedang dialami oleh Farhan dimana betis kanannya kali ini kram cukup berat saking tidak pernah berolaraga berat selama beberapa tahun.

“Lo sih, jangan banyakin coli makanya.” celetuk Tomi sambil menekuk pergelangan kaki Farhan.

“Pala lo coli! Gw udah lama nih kagak gocek2 gini! Orang gw mau siu2 kek babang dodo entar!” Farhan tidak mau kalah membadut.

“Sok2an lo bayem! Udah minggir dulu, ganti sama si Arman dulu sono!”

Tomi menyuruh Farhan yang pincang bergeser ke tepi lapangan untuk mengistirahatkan kaki cekingnya yang kelelahan.

“Man! Masuk, Man! Gantiin si bangsat nih, putus dia kakinya!” seru Tomi menepuk tangannya memanggil Arman.

Di pinggir sana, Arman sedang sibuk dengan ponselnya mengetik dan menggeser setiap urutan chat nya dengan seorang Puput. Sudah dua minggu lebih sejak pertemuannya dengan perempuan itu terjadi. Namun setelah itu, Puput seakan2 memberikan jarak agar ia tidak lagi bertemu dengan Arman. Ada rasa sungkan, malu,kesal, dan bimbang yang dirasakan oleh Puput semenjak ia memberikan hasrat romansa nakalnya kepada Arman yang seakan2 mengerti dirinya walaupun laki2 tampan itu wajahnya terkadang ingin Puput berikan jurus “kick boxing’ nya.

Dan hari ini chat dari Arman semakin lama semakin jarang dibalas oleh Puput. Pernah di beberapa hari hanya ia balas setengah hari kemudian, atau bahkan 3 hari kemudian. Jarak diantara mereka semakin jauh, atau lebih tepatnya sengaja dijauhi oleh hal yang belum diketahui pasti oleh Arman.
“Man? Oi?? Maen sini!” teriak Tomi sekali lagi.

“Entaran lagi! Nih si Riki aja dulu yg maen!” sahut Arman tidak melepas tatapannya dari layar ponsel.

“Ah elah, pacaran melulu lo ngab! Amanda entaran lagi aja udah!” balas Farhan setelah menenggan sebotol besar air mineral dingin.

“Apaan Amanda? Udah kagak tau kemana gw tuh orang….”

“Wihhh, jadi siapa nih? Masa si Puput2 yg waktu itu dah??” Farhan langsung berubah mimik wajahnya menjadi girang penasaran.

Arman tidak langsung menjawab. Ia masih sibuk dengan ponselnya serta rokok yang baru ingin ia nyalakan.

“Yaaaah, kalo udah ngudut mah kelar ini mah udah maennya…” Farhan melengos malas.

“Ya udah lah, gw udah maen tiga game daritadi. Lo aja yang datengnya ngaret tadi.”

Arman tetap cuek menyalakan rokoknya sementara Farhan berpindah membadut ke teman2nya yang sedang berfutsal di lapangan. Sekali2 Farhan kembali pindah ke Arman namun tidak digubrisnya.

Terlihat sekali Arman yang gusar melihat perubahan tabiat Puput. Ia sebenarnya sudah mengetahui jika suatu saat Puput akan menjauhi dirinya karena masih berubungan dengan Rangga. Namun ia tidak menyangka sehari setelah Arman mengantar Puput kembali keesokan harinya kumpulan chat serta panggilan masuknya hampir tidak ditanggapi.

Kayaknya udah kelar nih kebutuhan nih cewe sama gw… jadinya di selekin begini gw….

Sambil menghembuskan pelan asap rokok yang telah dihisap, Arman berusaha tidak mau ambil pusing lagi dengan ini semua. Sudah seringkali hubungannya dengan seorang perempuan kandang begitu saja, entah dengan Amanda, Pita, atau pun Puput. Ia sudah semakin tangguh walaupun sebenarnya merasa gondok.

“Weh gas ayo! Gw turun!” seru Arman membuang puntung rokoknya kembali bermain di lapangan.



+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Di waktu yang sama, Puput sedang sibuk dengan ‘tablet PC’ nya menggeser setiap menu yang menyediakan paket pernikahan terjangkau namun tetap elegan. Berkali2 ia membandingkan paket satunya dengan yang lainnya supaya dana n bisa seefisien mungkin dipakai untuk keperluan lain.

“Eh, ini bagus gak, Ga?” tanya Puput kepada Rangga yang sedang berbaring disampingnya.

“Hm? Mana sini liat?” Rangga membalikan punggungnya lalu mengambil tab Puput “yaaa boleh sih, kamu pilih aja mana yang kamu suka, Put. Entar kalo udah bilang aku aja ya…”

“Bener nih gapapa?” tanya Puput meyakinkan kembali.

“Iya atuh. Kayak kamu gak tau aku aja, hihihi…” Rangga mengelus kepala Puput pelan.

“Emmm, deket2 begini mau lo sok2 manis. Kemaren2 kemane aje enteeee…?? Huhhh…” gumam Puput mengambek manis.

“Ya kan aku bekerja demi menghidupi kehidupan kita berdua kelak, Put. Wajar aku sibuk, hahaha…” Rangga membalas ambekan Puput dengan candaan.

“Sibuk sibuk sibuk… huhhh sebel banget sama kamu tau gak waktu itu.”

Rangga mengecup dahi Puput “sekarang masih sebel gak nih?”

“Mmmm… masih.”

“Masihhhh??” Rangga kembali mengecup dahi Puput “masih gak?”

“Ehehehe… masiiiihh. Pokoknya masih keseeeeeelll….” Puput semakin manis menanggapi Arman.

“Cup cup cup cupppp…. masih keseelll???” Rangga kali ini memberikan ciuman beruntun ke dahi serta pipi dan bibir Puput.

“Ennnhh… Ranggaaaa. Hihhi… ih itu pilih duluukk!!”

Puput tentu tidak sebal dengan Rangga saat ini. Ia suka diperlakukan seperti itu oleh pasangannya yang telah kembali ke pelukannya setelah sering menghilang kala dulu. Rasa rindu yang selalu menempel di raganya kini sudah benar2 lengkap terpenuhi dengan kehadiran Rangga. Sementara untuk Arman? Puput juga merasakan dilema yang benar2 besar di dirinya ketika merasakan momen ini. Di satu sisi ia juga merasa bersalah karena telah menjadikan Arman sebagai wadahnya untuk memuaskan rada rindunya. Ia tidak mau munafik terus2an karena di dalam hati kecilnya Puput juga menikmati setiap momen bersama dengan Arman waktu itu. Namun akal sehatnya mengatakan bahwa itu adalah kesalahan dalam suatu hubungan yang sehat. Tidak seharusnya ia bermain curang dengan Arman yang hanya sebatas “teman dalam manfaat”. Harusnya ia tetap setia dengan Rangga yang sudah kembali ke dalam dekapannya saat ini.

“Rangga?” tanya Puput setelah habis2an mencium mesra wajah tunangannya.

“Ya sayang?”

“Kalo nanti aku udah nikah, boleh gak pas anak kita yang pertama dah lahir, aku lanjut ambil S2?”

“S2? Kenapa emang mau ambil S2, Put?”

“Ya gapapa. Aku kan emang rencananya setelah nikah mau terus belajar. Lagian kayaknya aku lebih cocok ngajar deh daripada jadi HR gitu2, soalnya emang demen aja gitu ngebagi ilmu ke orang2.” jelas Puput sambil mematikan layar ‘tab’ nya.

“Hemmm…. gitu ya.”

Rangga tidak banyak menanggapi. Ia hanya memberikan elusan pelan tangannya ke rambut panjang Puput.

“Boleh gak? Boleh ya?” tanya Puput kembali memastikan.

“Boleh2 aja sih, cuman…”

“Cuman apa?” Puput memandang Rangga perlahan.

“Kalo aku bilang kamu ngurus rumah aja, kamu mau gak?”

“Ngurus rumah? Aja?” Puput menaikan tipis alis kanannya.

“Iya. Sebenernya aku sih gapapa kamu ambil S2 atau apalah gitu, cuman kamunya gapapa emang, Put? Nanti kamu kecapean gak? Nanti kamu bisa gak ngurus rumah sama anak2 kita?”

“Maksudnya? Jadi aku cuman boleh ngurus rumah aja gitu????” Puput memastikan penjelasan Rangga namun dengan nada bicara yang mulai perlahan meninggi.

“Engga gitu, Put. Maksud aku tuh nanti kalo kamu sibuk ini ono selaen ngurus rumah tangga, takutnya kamu keteteran lagi.”

“Hmmm…” hanya gumaman singkat diberikan oleh Puput mendengar tanggapan Rangga yang terdengar kontra dengan Puput.

“Maksud aku, kenapa juga harus S2? Bukannya kamu bisa ambil kursus yang lebih gak nyita waktu gitu? Kayak masak? Atau kursus dandan gitu? Atau nyetir? Itu aku siap deh nyebiayain…”

Puput mendadak menatap sengit Rangga. Semua tawaran yang Rangga berikan seakan menandai Puput adalah seorang yang tidak memiliki semua kemampuan dasar tersebut. Baginya sebuah gelar master adalah salah satu pencapaian yang ia impikan, bukan pelatihan2 yang sebagian sudah Puput pelajari bahkan dari kecil, kecuali mengemudikan kendaraan yang masih oleng sana sini.

“Kursus? Kamu kira aku anak remaja yang baru bisa ini itu apa????”

“Gak gitu maksud aku, Put.”

“Ya terus apaan? Masa aku disuruh kursus dandan? Orang itu skill dasar yang aku terapin tiap hari sebelom ngantor. Terus masak? Kamu ngiranya aku tinggal di kos2an kayak gini apa ak gak pernah masak apa????” Puput semakin ketus karena kali ini ia merasa kesal sungguhan dengan Rangga.

“Yaa, kursus yang laen kan bisa kalo itu semua kamu bisa.” Rangga masih bersikeras dengan pendapatnya.

“Apa???? Pasti kursus yang receh2 kamu tawarin ke aku??”

“Tapi kan gak S2 juga sayang…”

Kali ini Puput semakin menatap Rangga sengit, tidak dengan tatapan samping tajamnya.

“Jadi aku gak boleh S2???”

“Gak gitu, Put maksud aku…”

“Ishhh…” seketika Puput melepas rangkulan lengan Rangga. Ia mendadak jengah ketika Rangga menunjukan gelagat bahw ia tidak setuju Puput mengambil jalur pendidikan yang lebih serius.

“Yaudah deh S2, yaudah. Tapi masa psikologi lagi?” tanya Rangga semakin memperkeruh suasana.

“Gak tau ah!” Puput membelakangi Rangga memasang ekspresi ketidaksukaannya.



++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++






Arman berkali2 menghirup ‘vape pod’ nya ketika sedang duduk di ‘outdoor’ lantai 2 kedai kopi. Tatapannya sedang fokus melihat susunan surat dan dokumen di laptop milik kakaknya saat ini. Siang ini ia dan kakaknya, Ardan, sedang membicarakan mengenai perpindahan pengelola kedai kopi yang telah dirintis oleh Ardan beberapa tahun belakangan ini. Setelah beberapa cabang telah dibuka olehnya, cabang utama yang ditinggali Arman saat ini rencananya akan diberikan olehnya untuk dikelola. Namun tidak hanya asal mengelola begitu saja, ada syarat dan ketentuan yang harus Arman baca terlebih dahulu serta dijelaskan oleh Ardan.

“Yaudalah, daripada lo kelilang keliling nyari kerjaan sana sini kagak dapet2, mending udah lo kelola aja nih coffee shop. Gw kasih buat lo urus…” ucap Ardan menyeruput kopi hitam yang ia buat di lantai bawah tadi.

“......”

“Kok diem? Gimana jadinya? Itu udah lo baca semua kan apa2an aja yang harus diurus?” tanya Ardan melihat Arman tidak menjawab sama sekali dan hanya memberikan tarikan napas panjang.

“Ya tar liat dah, bang.”

“Lah, kenapa lo jawabnya begitu ke gw, Man? Jadi lo mau urus apa kagak ini???? Jangan kek gitu jawabnya!!” Ardan meninggikan suaranya melihat Arman yang mau tidak mau mendapatkan tawaran ini.

“Mau sih, cuman ya gimana…”

“Apaan sih, anjing!? Lo tuh makin kesini gw liat makin linglung, Man!! Udahlah, cerita sini..!!” bentak Ardan semakin tidak suka melihat adik tengahnya berkelakuan seperti ini.

“Ya kagak2, entar gw baca dulu ginian.”

“Jangan lo jawab cuman kagak2 Man!! Gw tuh ngasih nih tempat buat lo karena lo adek gw!! Gw udah terlanjur mager milih temen2 gw atau orang luar lagi buat ngurus nih tempat!! Itu artinya gw udah percaya ama lo!! Kalo lo jawabnya aja begitu gimana gw bisa percaya lagi sama lo!!??”

“......”

Ardan mengambil napas panjang setelah meninggikan suaranya dihadapan Arman. Ia melihat kondisi Arman yang sedang tidak bisa diajak koordinasi mengenai hal yang serius seperti ini. Ardan mau tidak mau harus mengalah sebagai seorang kakak yang melihat adiknya sedang merasa hampa.

“Napa sih, bro…?? Lo pusing banget gw liat, asli dah!” tanya Ardan sambil menawarkan rokok kreteknya.

“Ya biasa lah bang, lagi cape ama idup.” Arman menyalakan rokok yang diberikan oleh Ardan.

“Lo pusingin apa sih? Umur dah mau 27 juga lo gw liatin makin kesini makin asem, heran.”

“Yaa gitu lah, bang.”

Ardan tidak mendapat jawaban yang ia mau. Hanya tanggapan seadanya saja dari Arman yang menatap langit2 balkon dengan kosong.

“Yaudah gini dah, lo mending pikirin dulu aja gimana, semua gw balikin ke lo sekarang. Kalo lo mau ambil nih tempat ya lo urus, entar gw ajarin gimana aja caranya. Tapi kalo lo kagak mau entar lo bilang gw, biar gw suruh orang gw si Herman yang ngurus dah.”

“Gw sih kagak bilang gw kagak mau ngurus, bang.” jawab Arman memberikan jawabannya yang masih terdengar ambigu.

“Terus gimana? Lo aja masih kesono kemari gw liat! Asli dah Man, heran gw ngeliat lo sekarang begini bener!!” Ardan kembali meninggikan suaranya.

Sedang Ardan mengomeli Arman, seorang perempuan dengan anak laki2 menghampiri mereka berdua.

“Ayaaah…?? Panggil anak laki2 tersebut ke Ardan.

“Hush adek, itu ayah lagi ngobrol sama bang Arman gak boleh ganggu.” cegah seorang perempuan berusia 30an kepada anak tersebut.

“Gapapa2 Mah... sini abang sama ayah sini duduk….”

“Ayah, itu rokoknya dimatiin dulu.” pinta Donna, istri Ardan.

“Ya2…” Ardan menusuk ujung rokoknya di asbak lalu memangku putra sulungnya, Arvin di pangkuannya.

“Man, gw bentar lagi udah mesti pindah lagi ke luar kota buat ngurusin gudang pabrik segala macem peninggalan bapak. Kalo gw ngurus ginian lagi udah kagak kepegang sama gw. Jadi satu2nya cara, dan semoga satu2nya adalah gw ngasih nih tempat ke lo buat ngurus. Tapi semua kayak yang tadi gw bilang ke lo, balik lagi dah ke lo nya gimana. Lo udah seumuran gini menurut gw sih udah bisa nentuin enaknya gimana. Lo kan bukan si Aldi atau si Dini dua bontot itu yang masih bingung ama idupnya ampe sekarang…..” jelas Ardan menaruh harapan penuh kepada Arman.

“.......”

Arman masih diam tidak mau asal menanggapi lagi. Namun tatapannya kali ini terlihat menunjukan keyakinan setelah meresapi apa yang dikatakan kakak nya barusan.

“Man?” tanya Donna lembut ke Arman.

“Kak?” balas Arman singkat menaikan kedua alisnya menatap Donna.

“Yang terbaik aja ya buat kamu. Kalo kamu sanggup urus kita berdua sangat bersyukur, tapi kalo kamu gak bisa ya gapapa. Kamu masih muda, masih banyak peluang diluar sana. Tapi mungkin siapa tau ini adalah peluang yang terbuka kan buat kamu coba?”

“Makasih kak.”

“Tuh, bini gw aja udah ampe bilang begitu ke lo. Gimana dah tuh? Hahahaha…” canda Ardan menatap Donna untuk menunjukan rasa terimakasihnya karena telah membantu meyakinkan Arman.

“Ya tar gw kabarin sebelom lo berangkat ke Garut, Bang.”

“Bener kagak ini?”

“Yaa… lo gak liat muka gw sekarang seyakin apa?” tanya Arman kembali guyon.

“Iya iya iyaaa… ck. Yaudah lo pikirin dah tuh gimananya. Gw percaya lo bisa sukses ngurus F&B beginian. Gw aja bisa ngurusnya, dan kayakna sih gw liat lo bisa dan lebih jago dari gw nantinya…” ucap Ardan merapihkan segala yang ada diatas meja.

“Peres lo, anjing! Hahaha…!!”

“Woi, bacodnya! Anak gw denger!!” seru Ardan menunjuk Arman sambil melotot.

“Iya2! Arvin, maafin bang Arman yaaa…” ucap Arman menatap Arvin ramah.

Arvin mengangguk sambil memeluk Ardan erat. Ia tidak terbiasa dengan kondisi seperti ini lantaran kesehariannya memang lebih sering ia habiskan di rumah saja bersama dengan ibu dan ayahnya.

“Eh itu, satu lagi….” Ardan menghentikan aktivitasnya.

“Apaan?”

“Lo sama Amanda gimana?”

“Hadehh, dah orang kesekian nih yang nanya2in beginian nih!!” Arman membuang wajahnya enggan menjawab pertanyaan receh Ardan.





++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++





Tidak terasa seminggu sebelum acara pernikahan Puput. Seperti biasa lingkaran pertemanan para perempuan barbar nya mengadakan acara mandi pengantin yang umum dilakukan termasuk pada Marina waktu itu. Acara pernikahan mereka bisa dibilang cukup berdekatan hanya berbeda dua minggu saja. Namun acara Marina bisa dibilang lebih dahulu diakanan karena acara ‘bridal shower’ nya tidak hanya sekali diadakan dengan Puput dan teman2 brutalnya melainkan juga pertemanan yang lainnya seperti teman kantor dan lain sebagainya. Wajar, Marina adalah salah satu gadis sosialita yang mempunyai banyak ‘circle’ setelah Jessica dan Cecil.

“Jadi gimana ibu Puput, sebentar lagi anda akan resmi menjadi seorang istri dari….. DARI SIAPA SIH JODOH DIA WEH?” tanya Dewi mendadak bodoh bertanya hal yang seharusnya Dewi dan teman2nya tahu.

“Ih Ituuuuu, si Rangga!! Bloon lo ya!!” seru Citra memukul pundak Dewi.

“Ooooh iya Rangga. Jadi sebenernya kalo sama yang itu ternyata emang cuman…. yaa gitu2 doang lah ya gengsssss…. ah ah adududuhhh sakit ege!! Lo mah nyubitnya gak ngira2 ih!!” Dewi meringis kesakitan setelah ucapan tanpa rem tangannya meluncur lancar dan harus diberikan cubitan oleh Citra dan Marina.

“Iyaa gengs, jadiiii… tolong ya jangan bahas2 dia lagi. Rangga sudah kembali ke pelukan gw seutuhnya dan sebentar lagi suah mau resmi. Dan makasih juga buat acara2 beginiannya…. dan kue…. kue apalah ini gw enggak tau ya gengs… hihihi…” ucap Puput memberikan klarifikasi mengenai hubungannya dengan Arman beberapa waktu lalu.

“Iye2, jadi sekarang udah beneran serius nihhhhhh???” tanya Jessica memastikan.

“Iya dooong! Kalo belom serius tidak mungkin cincin ini berada di jari dakuu!!”

“Yang beneeeer????”

“Iyaaaa…”

“Emmm… terus yang waktu itu di Handjawar sia-... aoww!!”

Kali ni Jessica yang mendapat cubitan maut dari Puput karena tidak bisa diam. Hampir saja timbul gosip baru di acara sakral ini. Ia tidak mau suasana menjadi riuh hanya karena omongan teman2nya yang sudah tinggi dengan minuman beralkohol.

“Ini nih!! Orang acara bridal shower juga, pake pada minum2 Sodju segala!! Siapa sih yang ngidein??? Entar kalo pada tepar lagi kayak di pualu waktu itu gimana???” keluh Puput yang diiringi oleh suara tawa teman2nya.

“Gak tau tuh, Cecil kali…” ucap Annisa melempar salah ke Cecil yang memang tanganya sedang memegang sebotol miras Korea.

“Dih, orang cuman minum dikit kok!! Gw cemek ya toket lo Nis, entar!” bentak Cecil mesum.

“Yaowoh, ihh Cecil!!” seru Annisa menyilangkan kedua lengannya menutup dadanya.

“Udah2! Ih orang acaranya si Puput malah pada rusuh begini! Mending foto2 kita cepetan, sekarang!!” Marina mengajak rombongan tersebut untuk berkumpul mendekati Puput berfoto bersama.




_________________________________________



Acara turun temurun bagi kaum hawa tersebut sengaja diadakan di rumah Marina karena memang rumahnya cukup ideal untuk melaksanakan pesta termasuk perayaan pengantin seperti ini. Dibandingkan mereka harus menyewa tempat seperti restoran, lebih baik Marina menawarkan tempatnya selagi ia masih tinggal disana. Lagipula, hal tersebut juga ditentang oleh Citra dan Siska sebagai duet ratu hemat yang menyarankan harus memakai tempat yang lebih terjangkau namun tetap memiliki kesan manis. Tidak ada jawaban yang pasti selain kediaman Marina atau bar tempat nongkrong Cecil.

Dan saat ini waktu sudah terlihat semakin larut. Beberapa diantara mereka memutuskan untuk menginap dan beberapa tidak. Contohnya Yuli yang harus segera pulang ke rumah karena harus mengantar anaknya besok mengambil laporan belajar dan Dewi yang harus berangkat pagi sekali untuk pergi ke suatu acara ‘Comic Con’ di suatu daerah di luar ibukota. Sempat2nya Cecil menyerukan Dewi karena tidak asyik, namun langsung ditentang dan diberikan pengertian oleh Marina.

“Mau mandi!” seru Cecil manis mengambil handuk dan peralatan mandi yang ia bawa dari rumahnya.
“Di kamar mandi tamu ya, beb.” ucap Marina menunjuk kearah kamar mandi yang berada di belakang ruang tamu.

“Ih, masa disitu? Gak ada aer panasnya dong?”
“Bawel ishh!! Entar lama2 gw mandiin juga nih bocil!” seru Jessica risih setelah merapihkan dekorasi yang telah dihias tadi.

“Mau dimandiin…. hehehe…” balas Cecil imut.

Malam ini mereka berencana untuk mengadakan pesta piyama setelah ‘Brida’ Shower’ yang telah diselenggarakan. Mengingat dua teman mereka yang lain sebentar lagi akan menjadi milik seseorang, Jessica dan yang lainnya berencana untuk mengadakan malam dimana mereka akhirnya bisa bercakap2 dari hati ke hati. Terakhir mereka mengadakan hal seperti ini disaat jaman berkuliah di semester akhir, namun bukan hal tersebut malah lebih terlihat seperti perjuangan menuju strata satu ketimbang pesta piyama walaupun mereka semua waktu itu menggunakan piyama masing2.

Karena malam semakin larut, beberapa diantara mereka memutuskan untuk mandi bersama seperti Marina dan Jessica. Sempat2nya mereka berdua menghentikan Cecil yang bersikeras untuk ikutan, bukan hanya karena Cecil yang telah selesai mandi melainkan juga mereka tidak mau gadis biseks ini menggerayangi mereka dengan tujuan selain memberiskan tubuh.

“Sono2 hiiiiiihh!!” seru Jessica mendorong Cecil untuk tidak masuk kedalam kamar mandi pribadi di kamar tidur Marina.

“Tapi mau joiiinn!!”

“Ciiill, udah ah jangan begitu lo nya! Tunggu aja disitu udaaahhh!!” tambah Marina menyeret singkat Cecil lalu membiarkannya duduk di kasur.

“Huh, gak seru! Awas aja entar lo berdua colmek2an!!”

“Justru itu yang kita kagak mau kalo ada elo masuk, singkong!! Sono lo kocok kartu dulu aja udahhhh!!” Jessica semakin merasa jengkel lalu bergegas masuk dan cepat mengunci pintu kamar mandi.

Efek minuman keraslah yang membuat perempuan bertubuh mungil tersebut menjadi sedikit liar dan rewel. Itulah mengapa Puput sangat tidak menyarankan untuk adanya minuman seperti ini di acara dia saat ini. Namun nasi sudah menjadi nasi goreng, Cecil tetap tidak bisa diam dan mengoceh apapun yang lewat di pikiran dan pandangannya saat ini. Termasuk perlakuan mesumnya seperti memeluk Citra dengan erat serta mencium pipinya berkali2. Atau menusuk bagian tengah pantat Annisa yang sedang menungging mencari kartu yang terjatuh di kolong ranjang, membuat ia memekik kaget lalu menepuk punggung tangan Cecil begitu keras.

“Cecil! Heh, udah ya gak boleh begitu lo nyaa!!” bentak Puput seperti menasehati seorang gadis kecil.

“Hemmm kan becanda!”

“Ya tapi gak begitu juga! Astaga Cecil, sampe kaget gw!!” geram Annisa menatap Cecil yang tersenyum nakal.

“Emmm iya2 maap… huhh..” Cecil hanya cembetut menerima segala kekesalan teman2nya.

Singkat cerita setelah Cecil sedikit anteng dan semua sudah segar dan harum dengan piyama masing2, mereka semua duduk berkumpul membentuk lingkaran di karpet bulu warna merah tua, setelah itu mereka mulai bercerita apa yang ingin mereka ceritakan berdasarkan dari tema di kartu yang telah dikocok oleh Cecil. Kartus tersebut bertuliskan topik2 dan pertanyaan yang akan mereka pribadi bahas di lingkarang tersebut. Seharusnya kegiatan ini mereka juga adakan di pulau waktu itu, namun suasana terlalu liar dan memang banyak para laki2 yang tidak sesuai dengan hal seperti ini; ‘sharing’ mengenai pengalaman hidup sambil dibumbui tangis harus jika salah satu cerita terlalu menyentuh untuk didengar.

Namun hal itu tentu hanyalah ekspektasi sebuah pertemanan gadis2 manis kalem yang tidak terlihat bersalah. Baru saja Citra mengambil kartu dan bercerita, sudah banyak gelak tawa dan guyon sana sini dari beberapa orang termasuk Cecil yang masih tidak bisa diam.

“Lah terus pas lo udah chat, si cowonya itu kemana lagi?” tanya Cecil membeo penasaran.

“Gak tau! Sebulan dua bulanan chat sama gw pas abis kenal dari tindeer, udah tuh… mulai jarang2 chat lagi. Ya iya sih kadang juga gw yang lagi mageran aja nge chat karena emang lagi kagak mood nya, cuman pas gw nyariin dia ternyata dia juga gak terlalu nanggepin gw gitu.” jelas Citra panjang sambil memeluk bantal boneka hiu milik Marina.

“Yah sayang banget Cit. Tapi yaudalah ya, cowo kan masih banyak juga diluaran sono ya, ngapain mesti mikirin juga yang ginian.” sambung Siska yang sudah melepas hijabnya ketika memakai kaos tidur longgarnya.

Lalu Citra kembali memasukan kartu tersebut ke dalam dek dan dikocok olehnya. Giliran Marina kali ini mengambil kartu tersebut.

“.....”

Marina menatap tulisan di kartu dengan seksama. Perlahan bibirnya terukir senyuman tipis lalu mengembalikan kartu tersebut kedalam dek.
“Apa pertanyaannya, Mar?” tanya Puput.

“Tulisannya ‘siapa orang yang paling disayang di dalam percakapan ini?’ ucap Marina menatap teman2nya secara bergantian “kalian udah tau lah ya siapa ajaaaaa….”

Lalu Marina membentangkan lengannya untuk memberikan pelukan kepada mereka semua.

“Aaaaaaa sayang bangeeeeett sama lo Maaaarr!!” seru Jessica manis memeluk Marina mesra serta teman2nya sekalian.

“Tapi kalo boleh milih, emang lo milih siapa sih yang paling lo sayang??????” Cecil melemparkan pertanyaan yang mengharuskan Marina lebih spesifik lagi.

“Emmmm, masa iya mesti milih yang paling disayang sih?” Marina memawar2.

“Ya doooonng, satu aja coba sapaa…”

“Siapa ya?”

Marina kembali memperhatikan teman2nya satu per satu. Ngomong2 pesta piyama malam hari ini tidak semuanya memakai piyama tidur seperti yang dijual di toko daring pada umumnya. Di mulai dari yang paling sopan seperti Siska dan Anniya yang memakai kaos longgar dan celana basket ¾ ditambah dengan jaket karena tidak terbiasanya dengan udara AC kamar Marina yang begitu dingin.

Citra dengan piyama merah muda panjang motif daun2 minimalisnya dan Puput dengan piyama yang sama dengan hanya berbeda motif, warna, dan versi lengan dan celana pendek. Sementara Jessica dan Marina adalah dua perempuan yang paling terlihat paling seksi disini karena mereka mengenakan daster tipis model ‘lingerie’ masing2 berwarna ungu dan merah.

Hampir saja Puput juga ingin mengenakan tanktop dan celana gemesnya karena itu adalah pakaian ternyamannya dikala tidur (ralat, tanpa bawahan dan cuman pake cd….) namun mengingat bahwa hari ini adalah pesta piyama maka Puput harus memamerkan piyama lucunya dihadapan teman2nya. Ia juga menghindari tangan2 jahil seperti Cecil yang bisa saya bertindak macam2 semisal ia menggunakan tanktop yang membuat payudaranya terkesan mengencang dan memamerkan belahannya kemana2.

Makanya, ketika melihat Puput tidak memakai pakaian panas tersebut, terlihat kekecewaan dari Cecil sambil memasang mulut cembetut karena ia tidak bebas untuk sesekali meremas aset Puput. Namun sepertinya piyama yang dikenakan oleh Puput sekarang ini pun masih tidak luput dari aksi mesum Cecil yang duduk tepat disampingnya. Terkadang Cecil mendengarkan cerita Jessica dkk sambil memeluk manis tubuh Puput namun telapak tangannya sekilas menggerayangi selangkangan serta mencolek payudara Puput, membuat Puput berdecak lalu cepat2 menyingkirkan Cecil dari kemesumannya.

“Gw tabok lo ya…” bisik Puput galak menatap Cecil.

“Hmmm… sopan banget sih lo ni hari, Put. Padahal kan gw umush… tapi gapapa sih, lo pake ginian juga gak kalah umush kok hihihi…”

“Ssstt…!!”

Puput menenangkan ocehan genit Cecil karena ia tidak bisa fokus mendengarkan giliran Siska.
 
Tibalah giliran Cecil kali ini yang bercerita. Dengan genitnya, ia mengambil kartu paling atas lalu membaca tulisannya.

“Awas lo ya bokep!” ancam Jessica kepada Cecil karena ia sudah tahu apa yang akan dikatakan perempuan mungil itu.

“Gak kok! Siapa juga?” Cecil kembali membaca tulisan tersebut “haaaaa… gantengan Jae Min atau Dae Sung???? Apaan nih perta-... KYAHH!”

Belum selesai Cecil mengeluh, Citra memberikan jepretan karet kearah paha Cecil. Citra, semua teman2nya, serta Cecil tahu jika tidak ada pertanyaan mengenai siapa yang paling tampan termasuk membahas personel ‘boyband’ Korea.

“Eh sawi, yang bener gak!?” seru Citra merasa kesal namun juga geli karena tingkah laku Cecil.

“Bagus Cit, bagus! Kalo perlu sekalian incer meki nya aja sekalian biar diem dia..!!” tambah Jessica sadis.

“Iyaaa, biarin! Padahal kan kita udah tau yaaa jawabannya siapa….” sambung Annisa memberikan ekspresi heboh.

“Ya Dae Sung lah!” jawab Siska cepat tidak kalah heboh.

“Jae Min! Apaan sih lo!?” Citra memotong jawaban Siska keras.

“Dih! Dae Sung!!”

“Jae Min!!”

“Dae Suuuung!!”

“Jae Miiiinnn!!”

Citra dan Siska terlihat sengit beradu idola mereka masing2. Cecil yang melihat keributan tersebut hanya menyampah berkoar kesana kemari sementara Jessica dan Marina tidak henti2nya diberikan pertanyaan oleh mereka berdua siapa yang paling tampan. Beruntung Puput saat ini tidak dapat bagian cipratan pertanyaan tersebut karena baginya kedua artis idola Citra dan Siska sama sekali tidak termasuk dalam seleranya yang lebih liar dibanding mereka berdua yang idolanya sama dengan pemudi2 gen Z.

Huh, dasar selera jelata! Untung aja selera gw yang waktu itu telanjang dada pas kemeja nya disobek paksa sama si Min Ja…. roti sobeknya itu lhoooo hehehehehe… eh aduhhhh gak boleh sampe ketauan sama mereka… stay calm Put…. lo gak ditanya… lo gak ditanyaaa….
Tibalah saat yang ditunggu2. Giliran ratu lebah kita yang mengambil dek kartu untuk membacakan pertanyaan.

“Apa yang kamu lihat dari dirimu 7 tahun kedepan?”

“Hmmm… berat juga pertanyaanya.” celetuk Annisa menggelengkan kepalanya.

Sambil mengembalikan kartu tersebut kedalam dek, Puput memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan di momen ini. Sempat terlintas recananya untuk menitih pendidikan strata dua nya, namun secara bersamaan juga denga perdebatan dirinya dengan Rangga membicarakan hal tersebut.

“Hmmm…” Puput menarik napas singkat menekuk bibirnya, memberikan tatapan kosong.

“Kayaknya beneran berat deh, sampe2 Puput yang sebegitu pinternya gak bisa jawab ginian juga….” ucap Siska pelan menatap Puput yang terlihat perlahan galau dari ekspresinya.

“Gimana ya gengs…. gw rada bingung nih gimana bilangnya ya…”

“Bingung kenapa? Tumben banget lo bingung sama pencapaian diri lo sendiri?” tanya Jessica antusias.

“Yaa gimana ya, ada banyak yang pengen gw kejar sebelom usia gw 30 nanti. Salah satunya mau ngelanjut S2 itu lho.” ucap Puput menjelaskan isi hatinya perlahan sambil pinggangnya tetap dipeluk oleh Cecil.

“Wooow S2…” seru Siska dan yang lainnya takjub.

“Kok gw gak tau yang ini sih?” tanya Cecil baru mengetahui informasi tersebut.

“Makanya sekarang lo tau kan… dan stop elus perut gw sama ngobel2 puser gw!! Geliiiii!!” pekik Puput semakin jengah dengan tingkah Cecil.

“Keren banget lo, Put!”

“Iya, tapi wajar sih Puput. Emang pinter banget nih orang dari jaman kuliah juga!”

“Terus gimana? Lo ngambil beasiswa gitu apa gimana?”

“Kayaknya sih harus beasiswa deh, soalnya kan biayanya juga lumayan gede tau kalo buat lanjut S2 atau S3 gitu2.”

Teman2nya mulai riuh membicarakan pencapaian Puput yang bahkan ia sendiri belum menjelaskan secara detil. Namun ia lega sekaligus terharu teman2nya mendukung apa yang ingin dicapai dirinya. Kalau pun ada yang menyangkal itu adalah pendapat mereka dan biasanya akan kembali dibicarakan bagaimana seharusnya. Namun tetap, apapun pendapat teman2nya, sepertinya langkah untuk melanjutkan pendidikan akan tetap ditempuh oleh Puput… kecuali dengan pertanyaan satu ini.

“Lo udah omongin sama Rangga belom?” tanya Marina.

Sudah jelas, Puput tidak langsung menjawab dan hanya menunjukan senyuman lembut menatap Marina. Marina tahu sekali kawan dekatnya ini jika sudah menunjukan ekspresi tersebut. Ada hal terselubung yang sedang Puput tutupi yang sepertinya cukup berat untuk diceritakan.

“Tuh kan, pasti ada sesuatu deh….” lanjut Marina mendekatkan tubuhnya kearah Puput.

“Enggak kok, cuman emang kalo sama Rangga harus diomongin pelan2 aja.” hardik Puput meluruskan.

“Put….” Jessica masuk dalam percakapan “kita tuh tau banget elo, Put. Makin kesini lo tuh udah susah banget buat nutupin diri lo kalo lo sebenernya ada sesuatu di lo….”

“Ih enggak, Be. Biasa ajaaa…”

“Rangga gak setuju lo ngambil gituan emang?” tanya Citra langsung ke inti permasalahan. Sempat pahanya ditabok pelan oleh Marina karena pertanyaan Citra yang terlalu terus terang tadi.

“........”

“Put…?” Marina mengecilkan suaranya melihat Puput yang semakin terlihat hampa.

“Semua bisa didiskusikan, kawan2. Mungkin emang belom saatnya, tapi gw percaya suatu hari nanti ada kok kesempatannya.” Puput kembali meluruskan.

“Bukan itu ege yang kita tanyain…” celetuk Jessica tidak tahan ingin ikut campur “lo kan selama ini kita liat mandiri banget nih, apa aja bisa lo gapai dll, cuman…. untuk yang ini kok rada alot yaaaa??”

“Lo sama Rangga baik2 aja kan, Put? Bentar lagi lho….” tanya Siska penasaran.

“Baik kok, baik. Sekarang dia udah gak sibuk lagi dan fokus buat ngurusin nikahan segala macemnya.”

“Yakin lo?” tanya Marina masih ragu.

“Gengs, percaya sama gw semuanya baik2 aja. Rangga itu emang orangnya rada kolot2an kalo sama gw, cuman yaaaa…. semuanya bisa diomongin kok…”

“Kalo si Arman?” tanya Cecil mendadak mematahkan topik.

“Cil! Orang lagi bahas apa lo tanya lagi yang laen!” bentak Marina mulai kesal kembali diikuti ramai teman2nya yang lain

“Udah2, kenapa mesti same begitu deeeehh… gapapa kok gapapa….” Puput menenangkan kehebohan “kalo Arman kan emang gak ada hubungan apa2 sama gw, kemaren doang dia ngebantuin gw pas jatoh di pulau waktu itu karena emang kebetulan aja dia nemuin gw pas lagi jatoh dari sepeda ituuuu…”

“Jadi…. Arman bukan siapa2 nih???” tanya Citra memastikan.

“Ya iyalah, gimana sih. Orang gw sama Rangga udah tunangan segala macemnya, masa masih belok sana belok sini gw nya????”

Citra mengangguk setuju dengan perkataan Puput, begitu juga dengan yang lainnya. Namun Jessica dan Marina tentu saja tidak yakin dengan omongan temannya satu ini. Mereka berdua telah melihat langsung bagaimana hubungan Puput dengan Arman terjadi. Tetapi karena ingin menjaga kondisi tetap kondusif serta suasana hati Puput, mereka pun melirik satu sama lain sepakat untuk tidak membahas hal tersebut malam ini.


++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Bunyi suara ketikan laptop nyaring terdengar di dalam kamar hotel kelas menengah keatas. Di meja samping kasur, Rangga sedang sibuk2nya mengetik suatu file yang cukup penting berhubungan dengan pekerjaannya. Berkali2 ia juga mengusap wajah lelahnya serta mengambil gerakan merenggangkan tubuhnya sambil berteriak singkat melepas pegal di tubuhnya.

Setelah mengambil napas panjang, ia kembali dengan fokusnya menyelesaikan pekerjaannya. Selang beberapa lama, seorang perempuan berpostur tinggi dengan kelapa dibalur handuk mandi dan kimono di tubuh mulusnya menghampiri Rangga perlahan. Ia memberikan pijatan lembut di kedua pundak Rangga lalu mendekatkan wajahnya perlahan disamping.

“Sibuk banget ciii, sampe malem pun juga masih ketak ketik aja aku liatnnya nih.” ucap Windy, perempuan yang sibuk menggoda Rangga dalam kesibukan pekerjaannya.

“Yaaa biasa lah ya, namanya juga idup. Kalo misalnya aku gak begini ya gimana aku bisa beli ini ono.” Rangga mengelus pipi Windy dengan lembut sambil jemarinya menyentuh hidung serta bibir Windy yang sudah bersih dari riasan wajah.

“Beli ini ono nya buat siapa tuh?” tanya Windy pelan namun genit.

“Hemmm, buat kamu lah Win.”

“Yang beneeeerr??” tanya Windy memastikan sambil menaikan alis kanannya.

“He-em…” Rangga mengangguk dan tersenyum kecil “apa sih yang gak buat kamu mah Win?”

Rangga memberikan kecupan mesranya di pipi Windy yang semakin mendekat. Namun baru saja Rangga ingin menempelkan bibirnya disana, Windy segera menghindar dan membuang wajahnya begitu saja. Rangga pun sedikit terheran lalu menatap Windy yang perlahan beranjak menuju kasur.

“Lho kok gak mau di sun?”

“Hemm, abisnya kamu ngibulin aku gitu.” Windy memangku lengannya lalu memasang ambek tanpa menatap Rangga.

“Ngibulin gimana sih, Win?” Rangga menghampiri Windy lalu duduk di depannya. Laptopnya ia biarkan begitu saja di meja. Beberapa notifikasi masih bermunculnya di pojok layar sebelah kanan, namun tidak dihiraukan Rangga karena burung pipitnya sedang mengambek saat ini.

“Windy?” tanya Rangga pelan.

“Apa?”

“Kenapa sih? Sini aku tayank2 dulu….”

“Gak mau.”

“Lho kok gak mau? Kenapa?”

“Abisnya kamu sayangnya sama dua orang sih.” Windy tajam menyindir Rangga yang masih menjalin dengan Puput.

“Hahaha, aduh Windy! Kenapa sih? Emang kenapa sama si Puput?”

“Ya gak tau, coba aja mikir sendiri deh ya. Kan sekarang kamu udah deketnya sama aku, terus kamu masih aja pacaran… eh tunangan sama si Puput2 itu. Jadi kamu tuh sebenernya milih aku apa dia?” Windy semakin meracau kesal dan masih tidak mau menatap Rangga.

“Win…” Rangga mengelus paha Windy, namun langsung ditepisnya “kalo urusan Puput mah biar aku yang atur semua nanti. Sekarang kan di depan aku kan kamu nih, jadi jangan mikir yang kesono2 ya.”

“Selalu. Kamu kalo aku lagi ngebahas soal kepastian kita, selalu bilangnya kayak begitiu. Coba aja kamu bayangin sekarang kamu udah pasangin dia cincin, terus bentar lagi kamu nikah, terus bentar lagi kamu berkeluarga sama dia, terus punya anak. Rangga, aku cape jadi pelakor tau gak. Dulu dua kali aku kena getahnya karena jadi pelakor di keluarga orang, sekarang aku jadi pelakor di bakal calon keluarga orang! Aku tuh cape Rang!! Aku tuh pengen di hubungan yang pasti2 aja!! Gak mau aku kayak gin terus!!”

Windy semakin sengit. Nada suaranya terdengar bergetar menahan emosi yang selama ini selalu ia pendam. Perlahan air matanya turun membasahi pipinya karena amarah dan lelah hati dengan posisi yang tidak diinginkannya kembali.

“Windy…”

“Rangga, jawab aku dulu!”
“Jawab apa?”

“JAWAB DULU!” Windy semakin bersikeras melepaskan genggaman tangan Rangga di poaha dan pergelangannya

“Haahhh… yaudah apa?” Rangga menarik napas panjang yang terasa begitu berat.

“Kamu pilih aku atau dia?”

“Win..”

Rangga tidak bisa menjawab. Pertanyaan tersebut begitu simpel terdengar jika melihatnya dalam sudut pandang ketiga, termasuk yang tidak mendukung posisi Rangga saat ini.

“AKU MAU KAMU JAWAB! JANGAN DIEM BEGINI!!”

“Windy, dengerin dulu!”

“Apaan sih!? JAWAB RANGGA!!”

“Iya aku pilih kamu!”

“Rangga!!”

“Aku pilih kamu, Windy!!”

“RANGGA!! KAMU JANGAN BOONG!! HIKSS…!!”

Windy pun terisak. Ia masih tidak bisa menerima jawaban setengah hati dari Rangga. Ia tahu Rangga tidak tulus menanggapi pertanyaannya tadi karena Windy tahu hati Rangga yang bimbang masih berada di Puput saat ini.

“WINDY!!”

“RANGGA JANGAN BOONGIN AKU TERUS!! AKU GAK SUKA DIBOONGIN!!”

Rangga memeluk erat wajah Windy lalu mendekapkannya di dada. Di balik sana Windy sudah histeris bukan main sambil memukul lemas dada dan pundak Rangga. Kesedihan Windy yang sudah lelah dengan keadaan seperti ini membuat dirinya harus memutuskan hal yang lebih serius kepada Rangga yang masih linglung. Ia tidak ingin melepas Puput, namun disatu sisi ia juga tidak ingin Windy pergi dari dirinya.

“AKU CAPE RANGGA!! AKU GAK MAU JADI PELAKOR LAGI!! AKU BUKAN PEREMPUAN MURAHAN YANG NGEGANGGU HUBUNGAN ORANG, RANGGAAAAAA!!! HUAAAA HAAAAA…!!”

Rangga semakin mendekap Windy. Suasana malam yang romantis berubah menjadi tangis frustasi seorang Windy yang berusaha keras ditenangkan oleh Rangga.




+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Di waktu dini hari saat ini, memang nikmatnya bersantai malam dengan segelas kopi dan sebatng rokok sambil membicarakan uang dan kuasa bersama sayuran sore. Namun hal itu tentu hanya berlaku di kumpulan para lelaki filsuf teras rumahan, bukan Puput dengan geng nya. Sekitar pukul dua dini hari, beberapa diantara mereka yang telah menyelesaikan obrolan hati ke hati sudah mulai terlelap tidur di kamar Marina. Termasuk Puput yang tadi sempat terlelalp terlebih dahulu namun sekarang ia sedang duduk diatas ranjang Marina, merunduk lalu menggaruk2 kepalanya karena terbangun. Suara dengkuran Cecil dan Citra yang tidur di sofa kamar Marina membuat Puput menatap mereka berdua sengit dan seram.

Cakep2 kalo tidur ngoroknya kayak banteng!! Ishhh!!


Puput pun berusaha tidur kembali dengan memasang earphone di kedua telinganya. Namun hal itu tidak membuahkan hasil dan tetap saja ia terjaga sampai 15 menit kemudian. Akhirnya Puput memutuskan keluar dari kamar dan pergi ke ruang tamu atau ke dapur untuk mengambil segelas air minum.

Di ruang tamu tepatnya di meja makan, Jessica dan Marina sedang mengobrol sambil menghisap ‘vape pod’ mereka masing2. Keduanya memang tidak berada di dalam kamar karena juga terganggu dengan suara dengkuran dayang2 tadi.

“Kenapa be, berisik ya?” tanya Jessica mengelus lengan Puput.

“Hmm..”

“Mereka berdua tuh emang parah sih kalo udah tidur. Tapi gw gak tau kalo Citra juga sampe seberingas itu suaranya…..” ucap Marina pelan merenyitkan alisnya.

Puput masih dalam hawa kantuknya dan tidak menanggapi segala macam omongan yang dilontarkan Jessica dan Marina mengenai Cecil dan Citra. Ia mengambil kursi di samping Jessica dan duduk termenung disana, tidak bersuara dan hanya merunduk kecil dengan rambut yang dikuncir karena kusut akibat bantal.

“Gapapa kita nge pod ya, Put?” tanya Jessica meminta ijin ke Puput.

“Hmm..” Puput mengangguk melirik Jessica sekilas.

Suasana pun kembali hening. Hanya sunyi malam dengan remang lampu ruang makan disertai hembusan asap ‘vape pod’ mereka berdua.

“Be?” tanya Marina ke Jessica yang dibalas kedua alis menaik.

“Mau bilang sekarang?”

“Gapapa emangnya?”

“Ya gimana, daripada jadi ghibahan anak2 lagi lho entar.”

Jessica dan Marina kompak menatap Puput yang masih termenung. Sadar karena diperhatikan seperti itu, Puput perlahan mengangkat wajahnya dan menatap mereka berdua bergantian. “kenapa? Kok ngeliatin gw gitu amat?”

“Put, sebelomnya kita say sorry banget kalo nanya begini ke elo….” Jessica memberikan klarifikasi sebelumnya.

“Hah? Kenapa?” tanya Puput heran.

“Emmm… gimana ya be…” ucap Marina ragu masih menatap Puput.

“Kalo lo gak pede, mending gw aja yang nanya ke dia.” sanggah Jessica menghentikan Marina.

“Kenapa?” Puput semakin heran. Ia semakin sengit menatap mereka berdua, seakan2 ada sesuatu yang sedang disembunyikan darinya.

“Jadi gini, kita tuh tadi sebenernya sempet ngomongin soal keseriusan si Rangga ke lo Put.” Jessica memulai terlebih dahulu “jadi tadi gw sama si Marina tuh ngebahas soal lo yang keliatannya lebih ekspresif ketimbang lo sama Rangga. Tapi gimana ya gw bilangnya ke lo gitu, be…”

“Gini2… yang waktu itu di pulau, Bian tuh cerita ke gw soal hubungan lo sama Arman. Bian bilang katanya pas lo sama Arman, lo tuh jadi orang yang berubah banget, lebih… apa tadi lo bilangnya be itu?” tanya Marina ke Jessica mengenai istilah yang diucapkannya tadi.
“Ekspresif?”

“Iyaaa. Itu…!!” seru Marina menunjuk Jessica “Put, jujur kita sebagai temen lo, kita tuh turut seneng dengan kelanjutan hubungan lo yang akhirnya udah nemu titik terangnya. Tapi…. kalo kita ngeliat sebagai temen2 deket lo…. lo tuh kalo sama Rangga kayak…. aduh gimana ya bilangnya, be….” Marina kehabisan kata2 dan meminta bantuan Jessica untuk melanjutkan omongannya.

“Intinya kita liat lo tuh lebih nyaman sama Arman ketimbang Rangga, bener gak?”

Puput terdiam. Ia sibuk menatap Jessica dan Marina bergantian kembali. Namun kali ini tatapannya terlihat seperti sedang melihat seseorang yang mengkhianati dirinya.

“Kalian gak salah bilang begini ke gw sekarang??”

“Maksudnya?” tanya Jessica tidak mudeng.

“Guys, gw kan sama Rangga udah 4,5 taon hubungan. Lo tau sendiri gimana gw sama dia. Terus sekarang lo pada bisa2nya bilang kalo gw tuh lebih cocok sama Arman. Biar lo pada tau aja ya, gw sama dia tuh beneran udah gak ada apa2 sekarang. Mungkin yang terakhir lo ketemu gw waktu itu be…” Puput menatap Jessica sengit “itu bener2 terakhir kali gw ketemu dia, dan udah gak pernah lagi gw mau ketemu dia lagi!”

“Jadi lo sama Arman hubungannya apa emang?” tanya Jessica langsung terus terang.

“Ya gak ada apa2! Kenapa sih lo pada!?” Puput mulai membentak.

“Put, kita gak maksud apa2 Put. Seriusan. Btw sorry banget kalo kita sampe kepo soal hubungan elo…. tapi to be honest banget, kita berdua perasaannya gak enak banget soal hubungan lo sama Rangga.” Marima berusaha menenangkan situasi.

“Gw ga suka kalo lo2 pada sebut nama si Arman lagi! Dan tolong, tolong banget ya temen2, gw bentar lagi dah mau nikah! Tolong lo pada jangan ngomong yang macem2 soal hubungan gw sama Rangga! Toh dia udah spare waktunya buat gw saat ini!”

Jessica dan Marina tidak mau menanggapi. Mereka hanya sibuk menenangkan Puput yang sudah naik pitam. Suatu kesalahan besar ketika mereka memutuskan untuk terus terang mengenai firasat yang mereka rasa kepada Puput yang sedang dalam mode setengah mengantuk. Suasana pun menjadi canggung seketika akibat Puput yang menunjukan amarahnya.



++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++



Di satu tempat lain, Rangga sedang menghabisi Windy diatas kasur setelah sebelumnya menangis sendu. Windy memakai gaya ‘doggy style’ dengan tubuh atasnya yang menempel erat di kasur, membuatnya terlihat menungging maksimal menunjukan bongkahan pantat sekalnya. Rangga juga terlihat bersemangat menusuk batang penisnya habis2an sambil menampar pantat Windy berkali2.

“Enngg ennnggg Ranggahh enaakk!!” desah Windy dibalik bantal.

“Enak??? Hahhh… enak ajahh apa enak bangett???”

“Enaaakk bangeett!! Hhaaahhh… ahhh!!”

Lalu Rangga meraih rambut basah Windy dan menjambaknya sekuat tenaga. Ia tarik sampai tubuh Windy melengkung ke belakang.

“Ngahahhhh… ahhh… ahhh auuhh!”

“Aku… ennnhh… ennhh gak bisa denger suara kamu Winnnn….” ucap Rangga disamping telinga Windy lalu mengigit daun telinga perempuan binal tersebut.

“Ahhh Ranggahh… qontol kamuhh enaaakkk… enak banget di memeq akuhhh… berasa gituhhh gesekannya sumpahhh ahhhh!!”

“Ahhh… yang bener kamuhhh????”

“Hiyahhh… beneer Rangg… ahhh… terusin… terusin entotannyahhh… entot aku terusss Ranggahhh… enak bangeeettt!!”

Setiap kalimat binal yang dilontarkan Windy membuat libido Rangga kian membara. Ia semakin mempercepat gerakan pinggulnya meskipun suara napasnya semakin terengah lelah.

“Ranggaaahhh… ahhh enaahhkkk!!”

“Ahh aku juga enak Winnn… ghohhh… ahhh!!”

“Jadihhh… ahhh enakan aku kannn??? Hahhhh….. enakan aku kan dibanding si Puputttt itu kannnn… ahhh!!??” Windy kembali bertanya disela erangannya.

“Hhnnnhh… ghh… hiyahh… ini enakan kamu emang… ahhhh… tau gak kenapa lebih enakan kamuhh???” Rangga bertanya balik dengan susah payah.

“Hhhh hapahh emannhh ahh??”

“Kamuhhh… kamuhhh bisa diginiinn soalnyahhh… kamu nurut sama akuhhh… kamu gak ngelawan kalo aku euee… kamuhh… ooohhh… syittt… aku suka ngedominasi kamu Windyyy!!!”

Rangga melolong sangar lalu semakin mempercepat gerakannya. Tangan satunya masih keras menarik rambut Windy, namun bukannya kesakitan Winddy malah semakin merasa nikmat dan nakal. Denyutan di vaginanya kian mengeras karena sensasi ini, sementara Rangga yang sudah diujung waktunya juga sudah memberikan tanda2 seperti suara napasnya yang semakin berat.

“Hohhh… hohhh Windyyyy!!”

“Rangga kamu mau keluar ahhh???”
“Ho ohhh… hooohh aku mau muncratt ooohh!!”

“Enhhhh… di dalem ajahhhh… udah didalem ajahhhh muncratinnyahhhhh!!!”

“Ahhh… ahhh entar kamu bunting gimahahhh?? Ahhh ahhh ahhh ahhh fuckk!!”

“Ennnhh… yaudah sihhh ennnhh… biar itu nunjukin keseriusan ahhhh… keseriusan kamMUHHH…. OHHH RANGGAHH AHHH!!”

Rangga yang sudah pasrah pun akhirnya menuruti permintaan Windy. Ia menekan kuat tubuhnya ke pantat Windy dan menyemburkan cairan spermanya di dalam rahim Windy kuat2. Dengusan tertahan Rangga menunjukan betapa nikmatnya ia menyemprot bagian dalam vagina Windy.

“Ohhh… ohhh Windy… oohhh…”

Keduanya pun terbaring di kasur karena lelah setelah permainan tadi. Rangga berusaha mengambil napas menenangkan dirinya karena dini hari ini ia kembali tidak tanggung2 menusuk vagina Windy kembali. Sebelumya sempat ia bermain sebanyak 2 kali dengan Windy, dan itulah mengapa Rangga sampai selelah ini untuk ketiga kalinya caira spermanya muncrat.

“Rangga?” tanya Windy pelan dengan suara serak.
“Hm?”

‘Cup’

Windy mencium pipi Rangga dengan mesra. Lalu ia memeluk tubuh laki2 tersebut sambil menarik napas panjang.

“Plis, Rangga. Kali ini jangan bikin aku jadi pelakor lagi…” bisik Windy lirih.

Rangga tersenyum singkat. Ia membalas Windy dengan kecupan di pipi lalu mengelus rambut Windy dengan lembut.

“Iya…”



つづく
 
Yaa kalo Puput nya ama Rangga, engga bakal dijilatin lg ketek nya dong Hu...
Rangga khan paling anti ama burket nya Puput...
 
Sengit dah sengit GPP Puput nikah sama Rangga dong
Trus Windi hamil

Jeng jeng
 
Waduh... Waduh.... Abis marathon baca... Dibuat enggap nafas naik turun ritme nya.... Keren... Keren banget plot nya..... Deep but also light to read......
 
Waduuhh kok malah si rangga mau nikah sama si puput yaa
ya namanya udah..... udah apa yaaaaaaa wkwkwk


Pelakor ? emang enaaak sih
ngeri2 sedep hu
cuman si windy kayaknya udah cape punya deh


Semoga windy hamil.. semoga ga jadi nikahnya puput sama rangga
waduh, ada amin gak nih jamaah2 yg diberkahi jumat ini?????

Sengit dah sengit GPP Puput nikah sama Rangga dong
Trus Windi hamil

Jeng jeng
jeng jeeeeeeeeeeng wwkwkwkwk

Waduh... Waduh.... Abis marathon baca... Dibuat enggap nafas naik turun ritme nya.... Keren... Keren banget plot nya..... Deep but also light to read......
wahhhh, ini nih yg ane notice yg emang baca
kasih emotnya ada jeda, gak cuman likes jempol doang, gak cuman titip komen makasih dah update tapi gak baca

makasih banyak hu udah sempetin waktu baca cerita ane ya
 
@kudaAirrrrrr ya masa ga dibaca suhu..... Terus ngapain donk di thread ini 🤔

Menunggu waktu yg tepat baca karya suhu yg lain.... Udah ke buka di tab masing2... Tinggal nyiapin waktunya..... Klo ga pas waktunya ntar ga berasa feel nya pas baca soalnya......

Thanks a lot suhu dah share buah pemikiran nya
 
@kudaAirrrrrr ya masa ga dibaca suhu..... Terus ngapain donk di thread ini 🤔

Menunggu waktu yg tepat baca karya suhu yg lain.... Udah ke buka di tab masing2... Tinggal nyiapin waktunya..... Klo ga pas waktunya ntar ga berasa feel nya pas baca soalnya......

Thanks a lot suhu dah share buah pemikiran nya
waduh, klo soal pertanyaan diatas ada lah hu
yg cuman nengok bentar trus kasih like doang, atau cuman nitip komen2an
tapi di satu sisi ane kebantu sih sama mereka yg sering komen, lapak ane jadi naek lg gegara mereka
cuman ya gitu lah, kadang kesel aja jadi lapak ane atau lapak author yg laen jadi kesannya cuman tempat titip komen
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd