Bagian Tujuh
Udara dingin AC menusuk setiap lapisan kulit mulus Puput. Ia sempat terbangun untuk menaikan suhu dari remote yang tepat berada di sampingnya. Ketika baru lima menit kembali terlelap setelah mengganti suhu AC, ia merasa ada sesuatu yang aneh menggerayangi tubuhnya. Perasaannya semakin was2 ketika sensasi misteris itu berpindah ke bagian seperti toket dan selangkangannya, serasa disentuh oleh seseorang dengan lembut. Puput masih setengah sadar ketika ia merasakan sensasi tersebut. Lama kelamaan ia membuka matanya mencoba sepenuhnya sadar untuk mengecek apakah perlakuan mesum di tubuhnya tersebut hanya mimpi atau bukan.
“Duhh apa sihh… iiihh…”
Karena lampu di kamar sedang dimatikan, Puput tidak terlalu jelas melihat siapakah seorang yang mesum yang dengan lancangnya berbuat kurang ajar dengan tubuhnya. Namun cahaya lampu dari ruang tamu sempat menyorot orang tersebut karena pintu kamar yang terbuka. Puput sepertinya tahu siapa orang kurang ajar yang saat ini berpindah mengelus selangkangannya meskipun orang tersebut hanya terlihat berbentuk siluet.
“Ceciil!!”
“Ehehehe… kok elo tau sihhh!! Kan padahal ge… gelap..”
Ternyata Cecil sedang tiduran di samping sambil meremas toket serta mengelus selangkangan Puput dari luar celana pendeknya. Ia sempat berusaha merogoh masuk ke bagian dalam namun dicegah sengit oleh Puput.
“Aduhhh Cecill!! Ngapain sihhh!!??” omel Puput setengah mengantuk.
“Emmm!! Mau ngewe sama elo…”
Tercium juga aroma minuman keras yang pekat dari nafas Cecil ketika berujar manja dari belakang leher Puput. Malam ini memang sedang diadakan pesta api unggun diluar sana melanjutkan pesta yang kemarin sempat tidak jadi dilaksanakan.
Malam api unggun ini juga dimeriahkan oleh Fahan dan geng berpentas ria dengan lantunan gitar yang secara bergantian dimainkan. Namun tentu saja suasana tidak afdol jika hanya ditemani oleh sebuah gitar. Arman, Farhan, dan Bian masing2 mengeluarkan minuman andalan mereka yang sudah disimpan salah satunya untuk acara seperti ini. Sebotol anggur merah milik Farhan, sebotol JD (Jek Denis. Harusnya beberapa udah pada tau lah ya. Ane gak enak kalo sebut merk wkwkwkwkwk) milik Arman, dan beberapa botol minuman keras bertuliskan Korea.
Minuman2 tersebut dituangkan ke semua orang yang berada disana termasuk Cecil dan para perempuan. Selang beberapa waktu kemudian, lantunan vokal nyanyi bersama berubah menjadi tawa dan teriakan heboh diiringi tarian kesana kemari karena efek minuman yang cepat sekali merangsang titik sadar mereka masing2.
Farhan yang juga sudah terbawa suasana pun memberikan atraksi melompati api unggun. Sontak ia pun mendapat ciuman di kedua pipinya oleh Cecil dan Dewi setelah sukses melakukan aksi nekat tersebut. Marina yang sudah tertawa geli pun sempat ingin diembat oleh Tomi, namun dihadang oleh Bian. Jessica pun juga terlihat tertawa lalu kemudian menangis tersedu, namun masih semapt tertawa ketika mendengar lawakan garing Farhan.
Sementara Cecil melakukan berbagai macam hal mulai dari menendang pasir kuat2 untun memadamkan api unggun, atau meremas toket Jessica sampai ia mengerang kuat, atau mengajak Farhan berjoget walaupun tidak ada musik. Sempat2nya ia meremas batang Farhan sampai2 membuat Farhan melolong nikmat. Namun Marina dan Bian langsung mencegah perlakuan Cecil. Karena tidak mendapat yang ia inginkan, sambil sempoyongan Cecil masuk kembali kedalam ‘cottage’ lalu membuka pintu kamar dan menggarap Puput yang sedang tertidur pulas.
“Hayooo Put jooinnn…” ujar Cecil menarik lengan Puput kuat2.
“Ihh apa sihh Cecil!!”
Puput menyadari bahwa temannya satu ini sudah dalam keadaan mabuk minuman keras. Berkali2 ia menarik tubuh Puput atau mencoba untuk mencium bibirnya. Aroma alkohol yang sangat menyengat membuat Puput menjadi mual. Ia berusaha keras mendorong tubuh Cecil dan mengusirnya keluar dari kamar.
“Cilll, keluar dulu yuk. Entar gw join deh yaa…” ujar Puput merayu Cecil.
“Hihhh!! Hik… sekarang aja join nyaahh!! Hikk.. mmmh…”
“Sekarang mau tidur dulu gw. Udah malem tuh, liat jem di dinding deh.” Puput membujuk Cecil seperti membujuk seorang anak kecil. Ia menyadari kalau Cecil tidak bisa diajak berbicara layaknya orang yang sedang sadar. Maka dari itu Puput harus sedikit bersabar menggiring Cecil keluar kamar dan membawanya kembali ke perkumpulan orang2 teler diluar sana.
“Ihhh gak mauuukkk!! Ayok Puput join ajaaahhh!!” Cecil masih bersikeras menarik lengan Puput keluar.
“Lagi ngantuk, Cil.”
“Ah alesah lo anjing! Hik…”
Sedang pusing2nya ia menolak ajakan Cecil, masuklah Marina melihat insiden tarik menarik tersebut. Marina yang masih sedikit sadar pun berusaha membawa Cecil keluar agar tidak menggangu istirahat Puput.
“Sorry ya Put, lo tau sendiri kan ya temen kita yang ini kalo mabok gimana….” ucap Marina menahan Cecil kuat2.
“Iya2 Mar. Thank you ya udah mau bantu2.”
“Sip2” Marina menunjukan jempolnya kepada Puput setelah berhasil menarik Cecil ke hadapannya “Ayo Cecil gak boleh ganggu Puput! Dia kan lagi sakit!”
“Nnnnhh tapi mau nenen!!! Mau nenen di tete nya Puput!!!” rengek Cecil manja.
Sontak Puput menyilangkan kedua lengannya menutup toketnya mendengar celotehan mabuk Cecil. Marina hanya tertawa geli sambil berusaha mendorong Cecil keluar dari ‘cottage’.
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Waktu menunjukan sekitar jam 2 pagi. Pesta api unggunyang ramai tadi pun sudah berakhir. Hanya terlihat api unggun yang sudah mulai memadam sedikit demi sedikit. Farhan dan yang lainnya sudah kembali kedalam ‘cottage’ namun tidak tertidur di kamar melainkan di segala sisi ruang tamu. Farhan dan Tomi pingsan di lantai. Riki serta Yosep juga tepar depan pintu kamar mereka. Dewi dan Citra dan Cecil sudah berada di dalam kamar mereka beradu irama dengkuran satu sama lain dengan para laki2 diluar sana. Sementara Marina dan Bian menenangkan Jessica yang sedang menangis tersedu menceritakan segala kegalauannya dalam pengaruh minuman keras.
Tentu saja walaupun hampir semuanya sudah tewas seketika seperti itu, tetap saja yang paling merasa terganggu adalah Puput. Ia kembali terbangun karena suara dengkuran teman2nya serta aroma minuman keras yang memenuhi kamar. Puput masih berusaha untuk kembali tidur namun ia tidak bisa karena suasana ini lebih mengganggunya ketimbang perlakuan mesum Cecil beberapa jam lalu.
“Lo kebangun ya be?” tanya Marina melihat Puput yang mengintip dari pintu dengan ekspresi kusut.
“Mhh…”
Marina tidak bisa berbuat banyak. Ia juga agak kewalahan menangani Jessica yang masih terisak sedih sambil menggenggam erat lengan Marina. Sementara Bian juga memberikan senyuman pahit tanda meminta maaf kepada Puput karena keadaan menjadi agak carut marut.
“Padahal rusuhnya diluar, tapi sisa2annya malah lebih berasa ya be…” celetuk Marina tertawa miris.
“Gw keluar bentar deh.” ucap Puput setelah mengambil ‘cardigan’ hitamnya dari dalam kamar.
Setibanya ia diluar, Puput mengambil sebuah kursi lalu duduk sambil menikmati secangkir teh hangat buatanya. Luka di kakinya masih terasa nyeri dan tubuhnya kian menghangat lantaran perlawanan atas infeksi dari luka tersebut. Ia masih sangat mengantuk dini hari ini, namun ia juga tidak bisa tidur dengan tenang karena keadaan di dalam ‘cottage’ yang sudah seperti ‘after party’ sebuah klub malam. Sempat Puput terlelap ketika sedang duduk di kursi, namun kembali terbangun karena hampir terjatuh berkali2.
Ketika terbangun dan berusaha melebarkan matanya, Puput melihat api unggun yang ternyata masih menyala terang di ujung sana. Di dekat situ juga ada seorang yang sedang memangku gitar sedang fokus dengan ponselnya. Karena Puput penasaran dan juga sedang tidak nyaman dengan posisi kantuknya saat di kursi, ia pun menghampiri orang tersebut. Terlihat Arman sedang duduk disana membalas sebuah ‘chat’ dari seseorang namun tidak terlalu jelas dilihat oleh Puput yang perlahan mendekat.
“Hai, kok kebangun?” tanya Arman menatap Puput setelah mengantongi kembali ponselnya.
“Di dalem berisik, terus pada bau alkohol…” ucap Puput lirih.
Lalu ia duduk di samping Arman sambil menatap cahaya api unggun yang menghangatkan tubuhnya. Kedua telapaknya di hadapkan kepada api tersebut agar menambah kehangatan. Keduanya tidak berbicara satu sama lain dan sibuk menatap api unggun di depan mereka. Hanya ada suara deburan ombak, angin sepoi2, serta percikan bara api menemani sunyi antara mereka berdua.
Lalu Arman kembali mengambil ponsel dari kantong celananya karena mendapat notifikasi. Ia sedikit menyeritkan alisnya melihat pesan yang masuk barusan. Selang beberapa detik berbunyilah panggilan masuk dari kontak tersebut. Arman tidak langsung mengangkat dan hanya berdecak bibir lalu mematikan panggilan tersebut. Sempat berkali2 panggilan tersebut berbunyi ketika ponselnya kembali dimasukan kedalam saku celana.
“Kok gak diangkat?” tanya Puput memperhatikan Arman yang menatap dingin api unggun tidak mempedulikan panggilan masuk tersebut.
“Biarin aja. Orang stres.”
“Kok orang stres lo tambahin di kontak hape lo?” tanya Puput menatap polos sambil menyeritkan alisnya.
“Awalnya dia orang normal. Terus selang 4 taun baru keliatan dia stres nya.” jelas Arman yang tidak terlalu dimengerti oleh Puput.
Kemudian mereka kembali terdiam. Arman mulai memetik pelan gitarnya sambil menatap setiap penekanan senar demi senar oleh jari jemarinya. Melodi gitar pun juga mengiringi senyap mereka berdua. Namun suasana kembali terganggu lantaran panggilan masuk masih berbunyi di ponsel Arman.
“Tuh hape lo masih bunyi.” ujar Puput tanpa memalingkan pandangannya dari api unggun.
“Ya, biarin aja udah.” jawab Arman juga tidak melepas pandangannya dari jarinya di senar gitar.
Namun semakin lama nada dering panggilan masuk tersebut mulai sangat mengganggu Arman serta Puput. Akhirnya Arman pun memutuskan untuk mematikan ponselnya agar suasana benar2 tentram tanpa ada berisik tersebut.
“Man?” tanya Puput pelan.
“Kenapa?”
“Gw…” Puput menghentikan perkataanya sejenak “Gw… mau minta maaf soal yang kemaren. Maaf kalo gw ngebentak2 elo…”
Arman masih tidak melepas pandangannya dan masih sibuk memetik melodi demi melodi dari gitarnya.
“Sama… emm…”
“Apa?”
“Makasih banyak ya udah nolongin gw pas jatoh.”
Mendengar Puput yang melunak tidak seperti biasanya, Arman pun merasa sedikit kaget. Tidak biasanya perempuan jutek ini menjadi lemah lembut meminta maaf dan berterimakasih kepadanya. Meskipun ia sudah bisa menebak mungkin saja habis ini atau nanti Puput akan kembali mengoceh lantaran tanggapan yang diberikan olehnya. Saat ini ia terlalu malas untuk menanggapi macam2 dan lebih memilih mendengarkan atau berbicara seperlunya.
“Sama2. Kaki lo masih sakit?” tanya Arman mulai menatap Puput.
“Udah mulai kering sih, tapi masih nyeri.”
“Ohh..”
Arman kembali memaikan gitarnya. Suasana sangat cepat berubah canggung tanpa ada lanjutan interaksi satu sama lain. Ia juga masih agak kesal dengan sikap Puput kemarin malam ketika sedang mengamuk tidak jelas.
“Man?”
“Hmmm?”
“Maafin gw.”
“Iya.” jawab Arman singkat kembali dengan petikan gitarnya.
“Iiiihh… yang bener jawabnya, jangan kayak gitu!”
“Iyaaa, Kyla. Gw maafin…”
“Ish apa sih!”
“Kok ‘apa sih’ ??” Arman menengok kearah Puput dengan tatapan heran.
“Jangan panggil gw Kylaaa!”
“Lho nama lo bukannya Kyla Susanti Putri Siregar?” ujar Arman berguyon.
“Apaan sih!? Terus kenapa nama gw ada Siregar nya coba!? Emangnya gw inang2 Batak apa!!??”
Puput kembali dengan setelan judesnya. Arman tentu sudah menduga Puput akan kembali lagi seperti ini. Makanya ia sudah tidak peduli akan segala ocehan demi ocehan keran nan tajam menusuk telinganya.
Anying lah, Put….
“Jadi?” tanya Arman singkat.
“Apanya jadi??”
“Jadi gw panggil elo siapa?”
Arman menatap Puput sambil menyenderkan dagunya di badan gitar. Perlahan Puput kembali merona entah mengapa ketika ditatap seperti itu oleh Arman. Ia mengedipkan mata berkali2 sambil menutup kedua pipinya lantaran salah tingkah harus menjawab apa.
“Pa-panggil gw….”
“Panggil apa?”
“Ya panggil gw Puput aja! Orang semuanya manggil gw begitu kok!!”
“Hahaha, sama aja dong. Gw kira ada panggilan sayang gitu atau apa…”
Sontak tamparan keras mendarat tepat di pundak kekar Arman. Mendapat tabokan keras dari Puput yang jengah juga sudah diketahui dirinya. Ia hanya bisa pasrah sambil tetap menatap Puput yang masih malu2.
“Liatinnya biasa aja sih! Begitu banget!” oceh Puput risih.
“Paan sih, orang udah biasa gw begini kok.”
Arman kembali memainkan gitarnya karena tidak mau memperpanjang omelan perempuan disampingnya. Daripada ia harus menyakiti telinga dan pundaknya, lebih baik Arman memetik kembali gitar hitamnya di depan api unggun yang masih berkobar tertiup angin malam.
“Man?” Puput bertanya kembali “Maaan??” kali ini ia juga menarik ujung kaos Arman berkali2 “Iihhh maafin gw!”
Arman menarik napas panjang mendengar permintaan2 maaf yang ia rasa sudah diberikan jawaban barusan.
“Put?”
“Hah?”
“Lo gak kedinginan disini?” tanya Arman menatap pakaian yang dikenakan Puput.
“Emm.. dikit sih.” Puput mengelus lehernya perlahan.
Lalu Arman mengambil sebotol JD, minuman kerasnya yang masih kurang lebih tersisa seperdelapan disamping kirinya. Ia juga memindahkan gelas kosong yang digunakan untuk menuangkan minumannya.
“Ini apa?” tanya Puput heran melihat minuman yang dituangkan oleh Arman kedalam gelas.
Kemudian Arman memberikan gelas tersebut kepada Puput “Nih biar gak dingin2 banget.”
Puput mengambil gelas tersebut dan menghirup aromanya. Sontak aroma alkohol tercium semerebak dari cairan tersebut, membuatnya mengeluarkan ekspresi jijik.
“Ih gak mau ah! Lo nyekokin gw ginian ya!!??”
“Minumnya dikit2, jangan sekaligus semua lo telen…” saran Arman masih menyodorkan gelas tersebut.
“Gak mau! Enak aja!!”
“Yaudah kalo gak mau mah.”
Arman menaruh gelas tersebut disamping Puput. Lalu ia kembali memainkan gitarnya sambil menusuk2 beberapa bagian api unggun yang sudah mulai padam. Baru sedikit saja padam udara terasa menjadi semakin dingin. Mendadak Puput menjadi bersin ketika angin bertiup dari arah laut.
“Hasyii!! Achii!!”
“Tuh kan bersin2!” ujar Arman menatap Puput malas.
“Pokoknya enggak mau minum gituan… ahh… hahhh… achyiii!!”
“Yaudah biarin aja bangkis2 melulu kek gitu….” ujar Arman lalu menenggak sedikit minuman yang ia tuang tadi.
Setelah itu ia kembali bermain gitar namun sambil diiringi suara vokal bergumam dari lagu yang dimainkan. Puput pun meninggalkan Arman yang sibuk bernyanyi untuk kembali kedalam ‘cottage’ mana kala suasana sudah kembali tentram. Namun ketika ia membuka pintu, suara dengkuran semakin keras terdengar. Terlihat Yosep tertidur di atas sofa kali ini karena Jessica, Marina, dan Bian tidur di kamar para laki2. Di kamar para perempuan suara dengkuran juga masih santar terdengar, bahkan Cecil sempat mengigau sambil tangannya merogoh celana ‘legging’ hitamnya untuk mengocok mesum vaginanya.
“Emmh… nnhh… hehehee… Jae Min sayanghhh.. ehehehe… mau ngentod… ehehe emm..”
Puput memutar bola matanya menggeleng malas melihat keadaan yang masih kacau. Ia pun lantas keluar kembali menyusul Arman disana.
“Kok balik lagi?” tanya Arman menatap Puput yang kembali duduk di sampingnya.
Tanpa menjawab pertanyaan Arman, Puput meraih gelas berisi JD disampingnya lalu meneguknya sampai habis. Sontak Arman melotot kaget namun heran melihat tindakan Puput yang 180 derajat berbeda dari yang tadi.
“Weh kok tau2 malah…”
“Kata elo biar badan anget minum ini kan??”
“Iya emang.”
“Yaudah.”
Arman masih bengong memperhatikan tindakan yang sangat berbeda tadi.
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Arman sebenarnya ingin memberitahu bahwa efek minuman miliknya memiliki kadar alkohol yang cukup kuat. Ia menyarankan untuk tidak menenggaknya dalam jumlah banyak sekaligus. Namun baru saja dua tegukan Puput sudah terdengar cerewet bercerita panjang lebar tidak berhenti.
“Gw tuh juga samaaaa, Man. Cowo gw tuh sih Rangga ituhh… dia tuh gak jelas deh pokoknya! Sering banget pergi2! Sering banget ngasih harapan2 palsu ke gw… kayak… kayak gak nepatin janji gitu tau gak sih!!”
Arman mengangguk pelan mendengar ocehan Puput sambil menusuk ranting kayu di api unggun. Ia sudah tidak bia memainkan gitarnya lagi karena celotehan Puput menutupi irama lagu yang dimainkan. Puput juga bersikeras tidak membiarkan Arman memetik gitarnya dan memaksa untuk mendengarkan.
“Arman! Lo gak dengerin gw ya!?”
“Dengerin kok, dengerin.”
“Hihhh, boong! Orang elo malah maen2 gitar elo!! Apanya coba yang dengerin!?”
Mau tidak mau Arman menaruh gitarnya disamping kirinya dan menghadapkan badannya ke Puput. Lalu Puput pun kembali melanjutkan curahan hatinya yang tidak biasa ia ceritakan dalam kondisi sadar. Puput memang tidak terlalu mabuk seperti waktu itu, namun efek ‘tipsy’ membuatnya tidak berhenti mengoceh apapun yang terlintas di hati dan pikirannya.
“Terus ya, masa nih di kantor gw tuh udah kayak sekolahan banget. Gw tuh kayak guru Be Pe harus nge handle karyawan2 yang mentalnya masih pada kek bocil! Emang sih kerja mereka bagus, cuman ada yang pernah ampe bermasalah banget gituuu!!! Masa sih blablablablablabla!! Terus abis itu blablablablablabla!! Udah gila kan!! Aduh kesel banget deh pokoknya!! Anjing banget pokoknya blablablablabla!! Terus blablablabalblabla….. ih kesel banget sumpah!!”
Kicauan Puput semakin tidak terbendung arahnya kemana. Karena merasa tenggorokannya kering, ia mengambil gelas minuman tadi lalu meneguknya sampai habis. Arman yang melihat tindakan Puput mencegahnya agar tidak semakin kebablasan, namun Puput mendorong tubuh Arman kuat2 agar tidak menahannya.
“Gluk gluk gluk….emmh fuahhh!! Emmhh… yaudah gitu, stres banget gw tau gak!! Udah mana cowo gw begitu, si Los sama Odie begitu, terus pak Rahman juga sok2 ganteng gitu ke gw!! Aneh banget pokoknya aneeeehhh!!! Gw tuh… gw tuh kuliah nih yaaa… i pe gw tuh empat koma nol berturut2… terus kenapa gw mesti dapet kerjaan yang kayak begini sihhhhhhhh!!???”
Melihat Puput yang mulai semakin tidak jelas bercerita, Arman diam2 menggeser gelas dan botol minumannya ke sisi yang lain agar Puput tidak asal menuang meminumnya kembali. Ia tidak mau kejadian di hotel waktu itu terulang kembali. Bukan soal bercintanya, melainkan efek Puput setelah sadar pasti akan sama seperti waktu di rumah makan dan di ‘City Escape’; mengambek tidak tahu arah.
“Maaaannn?” tanya Puput yang sudah mulai terdengar sedikit sengau.
“Ape?”
“Diem aja! Ngomong kek lo!”
“Kan daritadi elo kagak berhenti ngomong. Udah gitu katanya disuruh diem tadi juga. Mana nih yang bener??”
“Ih yaudah, sekarang gantian lo yang ceritaaa!! Gw dengerin nihhh, dengeriiinn!!”
“Mau cerita apa?”
“Apa aja!! Udah cepetan2!!”
Puput mendekatan tubuhnya ke Arman sambil menatap menunggu cerita Arman.
“Pada suatu hari, hiduplah seorang putri cantik bernama.. aduh!”
Tiba2 tamparan keras kembali mendarat pedas di lengan Arman.
“Yang beneeeer, bangskaaat!!”
“Katanya mau denger gw cerita!?”
“Apaan sih!? Gak gituuu!! Jayus banget tau2 ngedongeng!!” oceh Puput menampar lengan Arman bertubi2.
“Kalo gw gak mau cerita, gimana?” balas Arman mulai terus terang.
“Kalo gw kepo, gimana???” sambung Puput tidak mau mengalah.
“Yaudah tetaplah kepo dah. Hahahaa…”
Arman kembali mendapat tamparan keras masih di tempat yang sama. Namun kali ini diiringi dengan pekikan gemas Puput.
“Aaaah! Males ah!! Cepetan ceritaaaaa!!!”
Arman tidak mau terlalu terbuka untuk saat ini kepada Puput. Disamping melihat Puput yang sudah mulai mabuk perlaha, ia juga tidak mau membicarakan perihal apapun saat ini termasuk hubungannya dengan Amanda. Panggilan2 masuk yang berbunyi terus menerus di ponsel Arman tadi sebenarnya berasal dari Amanda yang masuh sibuk mencari keberadaan dirinya. Arman juga tidak mengabari Amanda jika dirinya sedang pergi liburan jauh dari dirinya. Baginya sekarang, Amanda hanya seorang asing yang terus menerus menghubungi nomornya yang mungkin nanti akan segera Arman masukan kedalam daftar blokade nomor. Dan entah mengapa juga Amanda masih terus menghubunginya setelah insiden kacau waktu itu seakan2 masih mengharapkan kasih sayang dari Arman.
“Man? Man?? Maaaaaannn??? Heh, kok diem ajaaaa???” Puput menggoyangkan tubuh Arman melihat Arman yang termenung melihat api unggun.
“Ngantuk.” ujar Arman hanya beralasan.
“Yaudah tidur! Malah bengong!!”
“Yaudah yuk masuk.”
“Gak mau..” Puput menolak sambil menggelengkan kepalanya.
“Lah kenapa?”
“Di dalem berisik!”
“Entar disini masuk angin.”
“GAK MAUUUU! DI DALEM BERISIKKK!!” Puput mulai membeo sambil menarik lengan Arman.
Arman menyadari ada yang tidak beres dari Puput. Kelihatannya alkohol di dalam tubuh Puput sudah naik menyentuh kesadarannya.
Agh anjing…. mulai lagi dah nih kek nya nih cewe….!!! Emang paling bener lo minum akua aja dah udah!!
“Ayuk2 masuk yuk! Kaki lo kan lagi sakit, entar lama lho sembuhnya.”
“Apa sih!? Mana ada hubungannya masuk angin sama kaki sakit!?” Puput mencubit lengan berurat Arman kuat2.
“Ayo dah! Lo udah mabok begini soalnya, Put….” ujar Arman mulai sedikit kesal karena sedikit trauma mengingat kejadian waktu itu.
“Enggak kok! Siapa bilang gw mabok?? Emang kayak waktu itu apa!? Yeeee!!”
Puput berdalih mengatakan dirinya tidak mabuk. Ia membuktikannya sambil menunjukan posisinya yang berusaha berdiri tegak. Namun terlihat beberapa kali sempat sedikit oleng kesana kemari.
“Ih ih ih gak mabooook! Yaudah coba tes gw sekarang!!”
“Tes apaan, Put?”
“Ya tunjukin jari coba ke gw!!!”
“Ini?” tanya Arman menunjukan angka dua di jarinya.
“Dua.”
“Ini?” Arman menunjukan angka lima di jarinya.
“Lima.”
“Ini???”
“Engg… delapan!! Eh, eh iya delapaaan!!!”
Arman terkekeh mendengar jawaban percaya diri Puput ketika menebak angka delapan yang sebenernya sembilan.
“Tuh kan gak mabok kan gw!!??”
“Yaudah, tapi balik yuk kedalem. Ini api unggunnya mau gw matiin soalnya.”
“Ihhh kenapa!?”
“Mau balik ke cottage….” ujar Arman bernada enggan.
“Gak mau balik kesitu!”
“Puutt…”
“Gak mauuu gak mauuu gak mauuuuuuu!!!”
Puput menarik sambil menghentak berkali2 kedua lengan Arman. Ia mencegah supaya Arman tidak kembali kedalam ‘cottage’ dan terus menemaninya disini. Namun Arman melihat bahwa kondisi Puput sudah mulai kusut karena pengaruh minumannya. Suatu kesalahan yang sama terulang kembali seperti waktu ia menyelamatkan Puput ketika berada di ‘Sayap Suci’.
“Terus maunya apa???” tanya Arman yang kedua lengannya masih dihentakan oleh Puput.
“Temenin gw disini!!”
“Ngapain Put???”
“Ihh ngapain aja kek!! Gitaran kek! Curhat kek! Apa…. apa kalo gak nyanyi deh nyanyii!!! Ayo kita nyanyiii!!”
“Gak mau ah.”
Sontak Puput semakin menarik Arman agar tidak pergi dari situ. Ia lantas menarik pergelangan Arman lalu memeluk tubuh Arman kuat2.
“Jangan pergi, Armaaaaannn!!!”
Arman pun kaget setengah mati melihat Puput yang kembali menjadi manja. Ia kembali merasakan dekapan dua atribut feminim Puput kali ini tepat berada di dadanya. Arman dapat merasakan betapa empuk dan lembut dibagian sana, membuatnya dadanya berdengup sangat keras.
Ah ngentood!! Toket lo Put, nemplok di dada gw!!!!
Arman berusaha melepaskan pelukan Puput namun Puput menahan sekuat mungkin agar tidak terlepas. Ia juga membenamkan wajahnya ke dada bidang Arman kuat2.
“Putt???”
“Mmmmmm!!!” Puput menggelengkan kepalanya kuat mendengar pertanyaan Arman yang bernada penolakan.
“Yaudah enggak yaudah!!”
Arman melepaskan lekatan pelukan Puput. Ia menatap Puput yang memasang wajah memelas nan polos. Seketika Arman kembali berdebar keras melihat cantik wajah Puput yang juga merona merah karena efek minuman keras.
“Man???”
“Apaa?”
“Jangan pergi!”
“Iyaaa enggak pergi!!”
“Hmmm… gitu dong. Hehehehe… yuk duduk lagi duduuuukk!” ajak Puput kepada Arman ke tempat mereka semula.
Kali ini Puput tidak sungkan untuk menyandarkan kepalanya ke pundak Arman. Ia juga merangkul lengan Arman sambil memberikan elusan lembut mengikuti urat nadi yang samar disitu. Arman lantas semakin merasa merinding diperlakukan seperti itu.
“Maafin gw ya kalo gw udah galak sama elo...”
Arman menengok kearah Puput, menatapnya sedikit heran namun lega. Akhirnya pada hari ini ia terus2an bisa mendengar permintaan maaf dari seorang Puput walaupun dalam keadaan sangat lelah menangani perempuan ini.
“Lo mau maafin gw gak?” tanya Puput manja.
“Kalo gitu lo kasih tau dulu dong, kenapa lo kesel banget sama gw?” Arman mulai memakai momen ini untuk membongkar sedikit demi sedikit pribadi Puput yang kesal dengan dirinya.
“Emmm kepo….” jawab Puput singkat.
Arman menarik napas perlahan. Butuh kesabaran untuk menggali perempuan ini agar mau terus terang.
“Kalo gitu gw tinggal nih kedalem.”
“Iiihhh!!” Puput meremas lengan Arman sambil menunjukan cembetutnya.
“Yaudah kasih tau dulu.”
“Emmm… ya lo nyebelin abisnya!”
“Nyebelin gimana?”
“Gapapa! Nyebelin aja. Udah gitu lo jayus banget, kalo ngelawak suka gak lucu!”
Arman tertawa pahit mendengar kejujuran Puput mengenai dirinya. Wajah saja jika Puput menganggap diri Arman adalah seorang yang jayus karena ia adalah pribadi yang sulit menerima lawakan dari orang yang pernah berulah kepada dirinya. Dan Arman adalah salah satu orang yang sudah diberi tanda sebagai orang yang garing.
“Terus apa lagi?” tanya Arman masih penasaran.
“Emmm… terus apa lagi ya…” Puput memutar bola matanya berpikir mencari2 sesuatu dari pirbadi Arman.
“Lo gak bilang gw keren?”
Sontak Puput merinding setengah mati mendenger perkataan penuh percaya diri dari Arman. Ia memasang ekspresi jijik dengan sengit lalu menyeritkan alisnya heran menatap Arman.
“Hihhh!! Tuh kan jayus banget sihh lohh!!” Puput cembetut lalu memeluk kedua lututnya.
Namun disamping segala macam komentar Puput, Arman merasa lega kalau dini hari ini Puput mau mengobrol dengan dirinya tanpa harus ada cekcok terlebih dahulu seperti biasanya. Biarlah Puput dalam keadaan mabuk atau apapun itu, ia hanya ingin berbicara santai tanpa mengelus dada mendengar ocehan judes.
“Man… aus.”
“Yaudah kedalem yuk ambil minum.” Arman kembali membujuk Puput kembali ke ‘cottage’.
“Gak mau. Maunya itu..”
Puput menggeleng lalu menunjuk minuman yang tadi ia teguk tepat berada di sisi kiri Arman. Jelas Arman tidak memberikan minuman haram tersebut lagi kepadanya karena tidak mau Puput berubah semakin kacau. Karena Arman tidak memberikan minuman tersebut, Puput semakin mengambek dan berusaha merebut botol tersebut.
“Mauuu ituuu!!”
“Eh dibilangin!! Entar mabok lagi gimanaa!?”
Puput tidak peduli. Tenggorokannya sedang kering dan butuh dilegakan kembali dengan minuman. Ia yang sedang setengah mabuk tidak menghiraukan Arman yang menjauhkan botol minuman yang sudah tersisa sedikit.
“Iiihh Armaaaan!!”
Seketika tubuh Puput menimpa Arman sambil tetap meraih botol yang sedang digenggam Arman kuat2. Tanpa sadar Puput sudah menggesekan kedua pahanya di perut Arman, membuat Arman terperanjat bukan main. Arman yang terbaring masih berusaha mendorong Puput, namun perempuan ini semakin sengit untuk meminum minuman tersebut.
“Puuuttt!!!”
Puput langsung menyadari jika ia sedang berada diatas tubuh Arman. Tetapi Puput tidak langsung beranjak melainkan menatap Arman dalam. Mereka berdua terdiam satu sama lain saling memandang. Cahaya api unggun menerangi pemandangan romantis dadakan ini dengan angin malam di pantai yang meniup sepoi. Puput juga merasakan ada sesuatu yang mengganjal di tengah selangkangannya ketika ia duduk di bagian bawah tubuh Arman.
“Engg… Put?” tanya Arman pelan.
Terdengar deruan napas yang berat dari Puput. Ia memalingkan wajahnya sambil menutup kedua pipinya yang bertambah merah. Biasanya ia langsung melompat dan berkata sekasar mungkin kepada Arman, namun karena saat ini ia dalam pengaruh minuman, sepertinya pikiran dan perasaannya memaksanya mengarah kearah yang buruk nan menyenangkan.
“Sampe kapan lo mau nimpa gw kayak begini?” tanya Arman lagi berusaha mengangkan tubuh Puput.
Puput beranjak dari situ dan kembali ke posisi duduknya. Lalu mereka berdua tidak berbicara satu sama lain. Puput merasa dadanya berdebar kuat sementara Arman menarik napas panjang karena senjata tempurnya kini berdiri tegak sehabis tertindih oleh pantat semok nan kencang Puput.
“Gw mau balik deh, kalo lo masih mau disini entar balik sendiri ya.” Arman beranjak dari duduknya sambil mengambil gitarnya.
Puput dengan cepat menahan lengan Arman agar tidak pergi dari sana. Ia menarik dengan kuat agar Arman kembali duduk disampingnya. Seketika Puput mendekat ke wajah Arman lalu mendadak memberikan ciuman panas yang agresif. Arman pun kelabakan ketika diberikan manuver erotis tanpa ada ancang2 tersebut di bibirnya. Ia berusaha menarik napas karena Puput sudah memasukan lidahnya, menyentuh lidahnya untuk berpaut basah. Puput perlahan merangkul tubuh Arman dan duduk diatas paha laki2 tersebut. Ia masih menikmati setiap gerakan bibir dan lidah yang mulai diberikan perlawanan oleh Arman.
“Mhhh.. cllpprhh… mmhh…”
Perlahan Puput melepaskan ciumannya dan menatap Arman dengan dengusan napas yang lembut namun penuh dengan libido yang membara. Udara malam pun mulai terasa menghangat karena tubuh mereka berdua yagn mulai mendesir nikmat. Apalagi karena efek minuman membuat Puput merasa seksi dan bernafsu tinggi. Ia kesal dengan Arman, namun di satu sisi pikirannya menuntut untuk bercinta dengan Arman yang ia kesali.
“Nnnhh… Mannn…”
“Lo beneran lagi sadar gak nih?” tanya Arman memastikan jika Puput sedang mabuk atau tidak.
“Dibilangin gak mabok… mmh…”
“Kalo gak mabok, tumben2 banget lo mau ciuman sama gw…??”
Puput tidak bisa menjawab. Mulutnya terasa terkunci rapat. Sejujurnya ia sudah mulai merasa mabuk, namun masih sedikit sadar. Dirinya yang sedang sadar sepenuhnya pasti akan memaki Arman habis2an, namun saat ini entah mengapa tubuhnya menjadi panas. Vaginanya perlahan berdenyut seiriing tatapannya yang tidak lepas dari wajah Arman yang malam hari ini terlihat….. tampan.
“Mmhh… gak tau gw Mann…”
“Lho? Kok gak tau…??” tanya Arman pelan menggoda Puput.
Puput mengigit bibir bawahnya menahan sensasi seksual yang semakin juga memabukan dirinya. Ia begitu haus, namun bukan dahaga yang ingin dipuaskan melainkan hawa feminimnya yang mengebu2 saat ini. Lalu Puput memberikan ciumannya kembali kepada Arman. Arman juga sudah cukup lihai membalas silatan lidah yang beradu basah. Lalu Puput meraih wajah Arman untuk semakin memberikan ciuman panasnya.
“Hhhnhh… cllpphhh… mmhh…”
Kembali ia melepaskan ciumannya namun kali ini kedua tangan Puput mengelus lehernya lalu bergoyang pelan seseksi mungkin. Benar2 pemandangan yang begitu erotis ketika Arman melihat Puput yang berlaku binal.
“Ahhh…”
Desahan kaget dilontarkan Puput ketika kedua tangan Arman menyusup ke dalam tanktop hitamnya yang tertutup oleh ‘cardigan’. Akhirnya saat ia bisa menyentuh tubuh mulus Puput tanpa harus kena pukulan. Semakin Arman mengelus setiap centi di bagian pinggang Puput, semakin Puput mendesah namun menahannya sambil mengigit bibirnya. Ia terlihat begitu senang dan menikmati rangsangan di salah satu titik erogen favoritnya.
“Annhhh… Armannhh…”
“Ckckck…. kapan lagi Puutt gw bisa ngelus elo. Biasanya mah jangankan kayak begini, ngelus kepala lo aja bisa dianjing2in kali…” celetuk Arman curhat.
“Emmmh… yahh… yaudah sih, sekali ini ajahh! Gw juga lagi begini karena… nnhh karena…”
“Karena apa?”
Arman mengarahkan kedua tangannya keatas menuju bongkahan toket Puput yang tidak tertutup sama sekali oleh bra. Ia bisa merasakan dengan jelas betapa kenyal, kencang, dan besarnya keindahan toket Puput. Arman meremas dengan lembut sambil mencubit puting susu tersebut. Puput mengelinjang kaget karena tidak siap dengan sensasi setruman yang merembet di sekujur tubuhnya. Ia mendesah namun masih menahannya dengan susah payah.
“Ngahh fhhh… mffhh..”
Arman betul2 menikmati ekspresi Puput yang menahan erotisnya. Tatapannya menjadi sayu karena efek alkohol dan libido yang terombang ambing dirangsan oleh Arman. Tidak berhenti sampai di toket dan puting susu, tangan satunya Arman juga perlahan berpindah ke bagian selangkangan Puput. Ia mengelus bagian tengah disana yang masih tertutup celana pendek biru tua. Semakin Arman mengarahkan tangannya, semakin berat pula napas Puput. Ia memalingkan wajahnya keatas langit sambil menggeleng ke kiri dan ke kanan. Titik rangsangan di tubuhnya menjadi sangat sensitif seiring dengan efek minuman yang masih mengalir deras di tubuhnya.
“Mhannnhhh….”
Puput jadi gregetan karena elusan di tengah selangkangannya masih berada diluar celana yang ia kenakan. Sontak ia meraih tangan Arman lalu sengaja memasukannya kedalam celananya, memaksanya mengelus bibir vaginanya yang sudah sangat basah.
“Nhhahhhh…. annhhh….”
Sensasi di vagina Puput kembali menghentakan tubuhnya. Rasanya begitu geli dan nikmat denga setiap denyutan kuat di dinding vagina dan klitorisnya. Karena Arman sudah cukup berpengalaman nampaknya, ia dengan cepat meraih organ kecil tersebut yang terasa semakin membesar. Arman meremasnya kuat, memilin sama seperti yang ia lakukan dengan puting susu Puput. Tentu saja Puput mengelinjang kuat karena daerah paling sensitifnya diperlakukan seperti itu. Ia tidak bisa menahan desahannya dan kini menjadi lenguhan seksi.
“Ngooouuhh…. Arman itil gwehh ouuhh!!”
“Nape itil lo?” Arman kembali menggoda Puput dengan dengusan napasnya yang juga kian memberat.
“Ngghhouuhh… nnhh itil gweehhh jangan diremes behituhhhhhh!!!”
“Gapapa! Orang kalo diremes lo nya jadi lepas ngedesah kan??”
Puput blingsatan bukan main. Tidak biasanya klitorisnya diremas oleh lawan mainnya termasuk Rangga sekalipun. Baru kali ini oleh seorang Arman biji sensitif tersebut diremas sekuat mungkin, membuat Puput mendesah cepat dan merasa sedikit ngilu.
“Armmmhahhnn… Mhannn…. nnnhhhh!!”
“Apaa??”
“Nnhh… mmhh…”
“Apa Put???”
“Nhh ennhh… ennnhhakk…”
“Apa tuh? Kalo ngomong yang jelas atuhh…”
“Kocokan lo enaaaaaak!!! Nnhhuunnhh…” seru Puput susah payah ketika Arman kali ini mengocok lubang vagina Puput.
Setelah puas meremas klitoris, Arman memasukan jari tengah dan telunjuknya kedalam lubang yang sudah basah berdenyut. Ia sangat menikmati setiap kocokan demi kocokan yang mengorek kasar disana. Arman juga tidak henti2nya tersenyum puas melihat Puput yang sudah semakin terhanyut dalam syahwatnya.
“Emmhh mmhann…”
Puput lalu meraih bagian selangkangan Arman. Terasa ada bagian yang sudah mengeras dibalik sana ketika Puput memberikan elusannya. Kali ini Arman yang menahan erangannya ketika kejantanannya disapa oleh lentik jari Puput.
“Ghhh!! Aghh..”
Seketika Arman beranjak dari sana lalu menggendong Puput di kedua lengannya. Ia mencari sebuah tempat yang cukup gelap dan tidak terlihat oleh siapapun karena tidak mungkin merela melakukannya di depan api unggun yang jelas2 begitu terang benerang atau diatas pasir tanpa ada alas apapun. Sampailah mereka di sebuah susunan batu karang yang tidak terlalu besar namun cukup menutupi aksinya nanti. Kali ini cahaya dari bulan lah yang menyoroti lanjutan erotisme mereka.
“Anhh.. nnhh..”
Kemudian Puput diturunkan dan disandarkan di salah satu sudut yang agak gelap. Ia membalikan tubuh Puput dan menurunkan celana pendeknya. Lalu terpampang dengan samar sebuah gundukan vagina tembem berwarna merah muda yang licin karena cairan yang terus menerus merembes disana. Arman menggeleng tidak habis pikir meliat indahnya sebuah aset Puput yang lain. Sebenarnya ia sudah melihat ketika waktu itu Arman mengantar Puput ke hotel, namun kali ini dengan momen yang berbeda Armang jelas merasa lebih puas dan bangga.
“Jangan diliatin doang sih…” keluh Puput ketika ia hanya didiamkan saja oleh Arman. Tubuhnya terlihat sedikit menungging menghadap batu karang.
“Abisnya memeq lo seksi banget Put…”
“Nhh apa sih… memeq seksi memeq seksi…!!” Puput masih berusaha judes namun dengan nada yang seksi.
Arman semakin merasa gemas denan tingkah laku serta kemolekan dari tubuh Puput. Akhirnya ia benar2 kesampaian menggarap tubuh perempuan judes ini dibawah sinar rembulan diantara pemandangan temaram pantai. Arman mulai menempelnya ujung rudalnya di bibir vagina yang sudah licin tersebut. Puput merasakan sensasi sentuhan nikmat yang sebentar lagi akan menyeruak masuk kedalam lubang kewanitaannya. Tubuhnya bahkan sudah membayangkan sendiri sensasi gesekan demi gesekan batang Arman, membuat dinding vagina Puput berdenyut kuat seperti denyutan otot yang keram.
“Nhhh.. nnfhhh.. Mhann…”
“Put…. gw masukin ya…” bisik Arman gagah mendekatkan wajahnya di samping telinga kiri Puput.
“Nhhh…” Puput mengangguk cepat menyetujui aksi tersebut.
Sontak ia mendadak menahan napas sampai melebarkan matanya karena batang penis tebal nan keras sudah masuk setengah bagian. Namun baru begitu saja, Puput sudah tidak bisa menutup mulutnya yang reflek mengeluarkan desahan.
“AHHH… nghhhfhh ahh…”
Arman juga merasakan pijitan nikmat di dalam lubang tersebut. Cengkraman ini sangat berbeda dengan kepunyaan Amanda atau Pita. Sensasinya begitu sempit, hangat, dan becek secara bersamaan. Berbeda sekali dengan kepunyaan Amanda yang terkesan mengendur karena kebiasaan lamanya yang suka bergonta ganti pasangan serta sering melakukan hubungan seksual.
“Anyingg…. nnhh… fhh Put!!”
“Nhh… nnh.. mhh… Mhan jangan diem kayak giniihh!!”
“Ennhh…. mmhh… ah… abisnya memeq lo sempt banget woii!! Ghh…!!”
Mendengar pujian mesum dari Arman, Puput menjadi malu setengah mati sambil menggelengkan kepalanya. Entah mengapa dalam dirinya merasa sangat senang mendengar pujian vulgar tersebut.
“Mhannn… ayooo ihh… males banget ah cuman… nhh… cuman diem ajahh!!”
Puput menggoyangkan pantatnya maju mundur untuk memberikan isyarat kepada Arman agar dirinya segera dipuaskan. Arman yang sudah mulai menguasai sesi pembuka mulai meresponi Puput sambil memaju mundurkan penisnya.
“NGAHHH SHHH… GITUHH… EMMHH!!”
Arman merah pinggul Puput lalu dengan agresif mengocok kuat2 penisnya di dalam vagina basah itu. Puput pun tidak bisa lagi menahan desahannya karena sensasi kocokan di vaginyanya menyentuh dan menggaruk setiap milimeter dinding vaginanya. Bahkan ia merasa g-spot nya juga digesek nikmat didalam sana, membuatnya merasakan sensasi ekstasi tiada tara di sekujur tubuhnya.
“Awhh mhaii gaaawwdd!! Hhnnhh…. ahhh…. ahhh…”
Terdengar sangat seksi sekali desahan dan cerocosan Puput. Arman juga semakin gregetan dan mulai mengeksplor bagian tubuh Puput. Di mulai dari remasan di toket sebelah kanannya dari balik tanktop nya. Cardigan hitamnya masih ia kenakan dan agak menggangu gerakan tangan Arman karena ia tidak bisa melihat lekuk tubuh Puput dengan jelas.
“Gw lepas ya cardigan lo…” pinta Arman masih mengelus dan meremas toket Puput.
“Nhhh… mmhh… ahhh… engghh…”
Puput tidak memberikan tanggapan. Ia tidak mendengar omongan Arman karena tubuhnya sedang mendidih berdesir menikmati tiap gesekan di vaginanya. Melihat Puput yang sudah mengawang erotis, Arman memutuskan untuk melepaskan sendiri cardigan yang dikenakan Puput. Puput juga menurut saja sambil mengangkat kedua lengannya. Ia juga melepaskan celana pendek serta cd Puput yang berada di paha.
Puput pun terlihat telanjang bulat dengan tubuhnya yang masih menungging ditusuk dari belakang oleh Arman. Ia sudah tidak peduli dilucuti pakaiannya oleh Arman. Puput sedang merasakan sensasi yang sudah lama ia tidak rasakan bersama dengan Rangga, yaitu seks. Seks yang begitu nikmat memecut dirinya keras.
“Emhh… hmmmhh…. Mhann… ngghh kok gw bugil sihhh…. nhh…” desah Puput bingung masih dihujam dari belakang.
“Ya gapapa donng…. kan lo nya juga enak kan??”
“Mmhh… ennhh… mmhh iyahh… gw nyahh enakk…. ennhh… mmhh…”
Rasa nyeri di kakinya sudah tidak ia rasakan sama sekali. Rasa nyeri tersebut berpindah semua ke titik sensitif tubuh Puput yang sedang dipuaskan nikmat. Setelah puas meremas, Arman berpindah kembali ke pinggul Puput, meremas bagian sana dengan gemas.
“Nghuhhnnh… nnhh… mmhhh… mmhhh…”
Arman memeluk Puput, mendekatkan wajahnya ke punggung yang begitu mulus. Tericum aroma losion yang lembut serta aroma yang membuat Arman menjadi semakin bernafsu; feromon. Aroma tubuh Puput membuatnya semakin berdebar. Fenomena yang tidak biasa dialami oleh seorang laki2 ketika terangsang dengan bau badan perempuan.
“Nhhh… ahh…”
Arman membalikan tubuh Puput, membuatnya bersandar di batu karang yang tidak terlalu tajam namun masih terlihat curam di bagian tengahnya. Ia mengangkat kedua lengan Puput tinggi2. Terpampanglah ketiak mulus yang terlihat licin dan basah karena keringat. Sebuah bulir keringat juga terlihat menetes perlahan dibagian sana. Namun Puput yang masih setengah sadar tentu masih dapat merasa risih ketika ia diperlakukan seperti itu, apa lagi Arman menatapnya serta kedua ketiaknya membuat Puput berusaha keras menurunkan lengannya.
“Nghiihh Armaaann apaa sihhh… ngapain liatin ketek gw ampe kayak gituhhh!!??”
Arman tidak menjawab apapun. Sontak ia langsung memberika jilatan di bagian ketiak yang terlihat tetesan keringat tadi.
“Ahh! Ihh ihhh Armaaaaannn!! Nnhh…. ngapain dijilatinnn iiiihhh!!??”
“Slllpph… kenapa emang?”
“Ihh gak mau!! Jangannn!! Ke-ketek gw…. ketek gw bauuu…” keluh Puput dengan suara bergetar karena malu.
“Emang kenapa kalo bau? Slrllhpph…”
“Apasihhh!! Ih udah ahhh…. nnhh… lo apaan sih jilat2in burket gw Maannn!!??”
“Yaudah sih…. sllrpphh… orang gw…. slllrpphh… orang gw juga… juga suka…” Arman juga mengakui sambil malu2.
Puput malah semakin jengah mendengar pengakuan tidak masuk akal Arman. Hal yang menjadi kekurangan dirinya malam hari ini sedang dinikmati oleh seorang tampan yang dengan mesumnya menjilati dengan bernafsu. Walaupun begitu ia merasa senang karena ada yang mau menerima sisi aneh dirinya, namun tetap saja malu setengah mati jika diperlakukan seperti ini.
“Nnhh udahhh ahhh!! Aduhhh makin basah ketek gw Armaaannhhh!!!”
“Put…. slllrpphh…??”
“Paan?? Shhh… mh..”
“Lo gak pake deodoran ya?”
Diberikan pertanyaan seperti itu semakin membuat Puput malu. Ia lantas menghentakan cengkraman tangan Arman di pergelangannya dan langsung terlepas dengan cepat. Puput juga menutup lengannya kuat2 dan menyilangkan pergelangannya menutup kedua toketnya.
“Put…??”
“Gw gak suka…” ujar Puput lirih. Mood bercintanya mendadak menurun karena diperlakukan seperti tadi.
“Ehnnn yaudah2 gw minta maaf…” Arman menyadari sikapnya yang berlebihan terhadap Puput.
Lalu Puput mengambil pakaiannya yang terhempas dan segera memakainya kembali. Ia juga mengelap bagian2 tubuhnya seperti ketika dan vaginanya yang terasa lengket.
“Put?”
Puput tidak menghiraukan Arman. Ia masih merasa jengah serta tidak nyaman. Lalu Puput bergegas pergi dari sana kembali ke ‘cottage’. Perasaannya menjadi luntur karena celetukan sepele yang sangat menyentuh ego.
“Tunggu dulu, Put.”
Puput berusaha melepaskan genggaman tangan Arman. Terlihat matanya sedikit berkaca2 karena air mata yang perlahan mengalir.
“Gw minta maaf banget kalo udah berlebihan.”
“Yaudah, Man. Sekarang gw mau balik kedalem, gw cape….”
“Tapi dengerin gw dulu, plisss.”
“Lo mau ngomong apa lagi sih? Lo mau ngewe lagi, hah??” Puput kembali dengan omongan kasarnya.
Seketika Arman menarik lengan Puput lalu mendekap memeluknya erat. Ia benar2 menyesal dengan perbuatan konyolnya tadi yang menyakiti hati Puput, walaupun Arman sempat berpikir jika masalah ini hanyalah masalah sepele. Namun melihat Puput yang mengambek, Arman mengambil tindakan untuk menenangkan perempuan tersebut.
“Maafin gw.” ujar Arman pelan.
“Hmmhh…”
“Sorry gw meluk lo begini. Maafin gw ya…”
“Lepasin…”
“Gw gak mau lepasin sampe Kyla minta maaf.”
“Man, lepasin…”
“Maafin dulu…”
“Lepasiinn!! Badan gw seseeeek!!” seru Puput tercecik oleh dekapan kuat tubuh Arman.
“Ah, sorry2!”
Arman melepaskan pelukannya. Ia menatap Puput agak dalam, membuat Puput sempat memalingkan pandangannya. Ia merasa malu, kesal, jenuh, dan sedikit senang. Benar2 perasaan yang bercampur aduk pada malam hari ini. Ditambah dengan dekapan Arman tadi membuat tubuhnya memanas karena menempel erat dengan tubuh kekar serta wajah tampan Arman.
“Putt??” tanya Arman kepada Puput yang masih membuang pandangannya.
“Apa sih? Nanya melulu kayak karyawan baru!”
“Maafin gw tadi.”
“Ish, iya2! Udah sih jangan bahas lagi ah!!”
“Bener nih maafin gw?”
“Batu lo dibilanginnya! Kalo gw bilang jangan bahas lagi ya jangan bahas lagi!!”
Arman merasa lega karena Puput terlihat tidak bete seperti tadi, meskipun ia kembali ke setelan awal dengan sikap judesnya, namun tidak apa2. Toh, Puput sepertinya bersikeras tidak mau membahas hal memalukan tadi.
“Gw mau balik ke cottage…” pinta Puput masih mendekap tubuhnya dengan kedua pergelangannya.
“Yaudah Put, balik gih. Gw mau ngambil gitar deket api unggun tadi…”
Ketika Arman bergegas untuk mengambil gitarnya, Puput menahannya dengan menarik ujung bawah kaos Arman.
“Eh, kenapa?”
Puput menatapnya dengan tatapan malu. Wajahnya memerah padam dan bibirnya tertutup sangat rapat.
“Mann…? tanyanya dengan sangat pelan.
“Apa? Kenapa?” Arman kembalu menghampiri Puput.
Lalu Puput mendekat untuk berbisik di samping kanan Arman “Tadi…. tadi bau banget gak sih ketek gw…??”
Puput bertanya dengan nada suara yang gemetaran. Arman hanya menatap Puput bingung. Jelas2 Puput berkata bahwa hal tersebut tidak mau dibahas lagi, namun perempuan ini malah bertanya kepada dirinya yang masih merasa sedikit bersalah.
“Engg.. gimana ya Put?”
“Jawab jujur…”
“Tapi lo entar bete lagi kagak nih?”
Puput menggeleng pelan masih dengan ekspresi malu nya.
“Emmhh… ya gimana ya… namannya manusia pasti kan punya yang namanya… aduh!”
Arman mendapatkan tamparan sekali lagi di lengannya oleh Puput. Ia begitu kesal karena Arman melontarkan basa basi tidak penting.
“Langsung ke intinya aja bisa kagak sih, nyet!!?”
“Tapi janji nihhh jangan baper!”
“IYA ENGGAK!!” Puput membentak kesal.
“Emm… tapi gw suka sihh…”
“Suka apa????”
“Yaaa ituu…” Arman menggaruk belakang rambutnya karena bingung mengeluarkan istilah yang membuat Puput tidak terbawa perasaan kesal kembali.
“Tinggal jawab aja aduhh!!” omel Puput tidak sabaran.
“Iye2!! Gw suka sama ketek looo!”
“…..”
“Terus yaaa… gw suka sama…. aduhhh bangsat lah…. ini aneh banget sih Put, tapi gw suka sama bau ketek lo!!!” sekarang giliran Arman yang menahan malu.
“…..”
“Semenjak yang waktu itu, yang waktu lo mabok terus gw bawa ke hotel. Lo inget kan kalo lo tuh sange terus gitu2an ke gw…. nah itu lahhh!!”
“A-apanya itulah??”
“Ya ituuuu!!!” Arman menggertakan gerahamnya kuat.
“Yaudah sih… ju-ju…. jujur aja…” Puput menunduk ragu dengan omongannya sendiri.
“Ah fuck lah! Yaudah2! Ketek lo bikin gw sange, bau ketek lo bikin gw sange, bau… bau badan lo itu enak!! Bikin gw sa… mmp!!”
Sontak mulut Arman langsung ditutup kuat2 oleh Puput. Ia tidak tahan mendengar kejujuran yang berlebihan keluar dari Arman. Saat ini yang Puput rasakan ia ingin menghilang dari muka bumi atau ditelan oleh lautan, atau minimal ia berlari ke pantai, menuju ke laut lalu menenggelamkan dirinya. Tubuhnya kembali memanas namun bukan karena terangksang melainkan karena rasa tengsin karena omongan Arman barusan mengenai aroma tubuhnya. Benar2 hal yang tidak wajar bagi seorang laki2 menyukai salah satu bagian dari perempuan selain penampilan dan karakter.
“Mmmph!” Arman masih berusaha berbicara namun Puput tetap menahannya.
“Udah cukup!!!!! Plis jangan dilanjutin lagi!! PLIIIIISSS!!!”
“Mpuahh!! Yaudah gakk!!” Arman juga terlihat memerah karena mengakui hal yang tidak semestinya ia akui di depan perempuan cantik nan seksi seperti Puput “Tapi jangan salah sangka juga!! Lo juga cantik kok, terus seksi… terus… MMMPPH!!”
“Udah gw bilang setooopp!!!!!!” Puput semakin tengsin ketika malah dipuji seperti itu.