Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA QUEEN BEE - Puput New Story's

Walaupun udh update tp kok berasa kurang ya. Mungkin sang TS bisa membaut para pembaca utk ikut mengalir dalam alur ceritanya.
 
Ceritanya campur aduk...ada lucunya, ada dramanya, ada romantisnya sampaikan skidipapapnya juga ada..emang mantep ini kisah
 
Bagian Tujuh




Udara dingin AC menusuk setiap lapisan kulit mulus Puput. Ia sempat terbangun untuk menaikan suhu dari remote yang tepat berada di sampingnya. Ketika baru lima menit kembali terlelap setelah mengganti suhu AC, ia merasa ada sesuatu yang aneh menggerayangi tubuhnya. Perasaannya semakin was2 ketika sensasi misteris itu berpindah ke bagian seperti toket dan selangkangannya, serasa disentuh oleh seseorang dengan lembut. Puput masih setengah sadar ketika ia merasakan sensasi tersebut. Lama kelamaan ia membuka matanya mencoba sepenuhnya sadar untuk mengecek apakah perlakuan mesum di tubuhnya tersebut hanya mimpi atau bukan.

“Duhh apa sihh… iiihh…”

Karena lampu di kamar sedang dimatikan, Puput tidak terlalu jelas melihat siapakah seorang yang mesum yang dengan lancangnya berbuat kurang ajar dengan tubuhnya. Namun cahaya lampu dari ruang tamu sempat menyorot orang tersebut karena pintu kamar yang terbuka. Puput sepertinya tahu siapa orang kurang ajar yang saat ini berpindah mengelus selangkangannya meskipun orang tersebut hanya terlihat berbentuk siluet.

“Ceciil!!”

“Ehehehe… kok elo tau sihhh!! Kan padahal ge… gelap..”

Ternyata Cecil sedang tiduran di samping sambil meremas toket serta mengelus selangkangan Puput dari luar celana pendeknya. Ia sempat berusaha merogoh masuk ke bagian dalam namun dicegah sengit oleh Puput.

“Aduhhh Cecill!! Ngapain sihhh!!??” omel Puput setengah mengantuk.

“Emmm!! Mau ngewe sama elo…”

Tercium juga aroma minuman keras yang pekat dari nafas Cecil ketika berujar manja dari belakang leher Puput. Malam ini memang sedang diadakan pesta api unggun diluar sana melanjutkan pesta yang kemarin sempat tidak jadi dilaksanakan.

Malam api unggun ini juga dimeriahkan oleh Fahan dan geng berpentas ria dengan lantunan gitar yang secara bergantian dimainkan. Namun tentu saja suasana tidak afdol jika hanya ditemani oleh sebuah gitar. Arman, Farhan, dan Bian masing2 mengeluarkan minuman andalan mereka yang sudah disimpan salah satunya untuk acara seperti ini. Sebotol anggur merah milik Farhan, sebotol JD (Jek Denis. Harusnya beberapa udah pada tau lah ya. Ane gak enak kalo sebut merk wkwkwkwkwk) milik Arman, dan beberapa botol minuman keras bertuliskan Korea.

Minuman2 tersebut dituangkan ke semua orang yang berada disana termasuk Cecil dan para perempuan. Selang beberapa waktu kemudian, lantunan vokal nyanyi bersama berubah menjadi tawa dan teriakan heboh diiringi tarian kesana kemari karena efek minuman yang cepat sekali merangsang titik sadar mereka masing2.

Farhan yang juga sudah terbawa suasana pun memberikan atraksi melompati api unggun. Sontak ia pun mendapat ciuman di kedua pipinya oleh Cecil dan Dewi setelah sukses melakukan aksi nekat tersebut. Marina yang sudah tertawa geli pun sempat ingin diembat oleh Tomi, namun dihadang oleh Bian. Jessica pun juga terlihat tertawa lalu kemudian menangis tersedu, namun masih semapt tertawa ketika mendengar lawakan garing Farhan.

Sementara Cecil melakukan berbagai macam hal mulai dari menendang pasir kuat2 untun memadamkan api unggun, atau meremas toket Jessica sampai ia mengerang kuat, atau mengajak Farhan berjoget walaupun tidak ada musik. Sempat2nya ia meremas batang Farhan sampai2 membuat Farhan melolong nikmat. Namun Marina dan Bian langsung mencegah perlakuan Cecil. Karena tidak mendapat yang ia inginkan, sambil sempoyongan Cecil masuk kembali kedalam ‘cottage’ lalu membuka pintu kamar dan menggarap Puput yang sedang tertidur pulas.

“Hayooo Put jooinnn…” ujar Cecil menarik lengan Puput kuat2.

“Ihh apa sihh Cecil!!”

Puput menyadari bahwa temannya satu ini sudah dalam keadaan mabuk minuman keras. Berkali2 ia menarik tubuh Puput atau mencoba untuk mencium bibirnya. Aroma alkohol yang sangat menyengat membuat Puput menjadi mual. Ia berusaha keras mendorong tubuh Cecil dan mengusirnya keluar dari kamar.

“Cilll, keluar dulu yuk. Entar gw join deh yaa…” ujar Puput merayu Cecil.

“Hihhh!! Hik… sekarang aja join nyaahh!! Hikk.. mmmh…”

“Sekarang mau tidur dulu gw. Udah malem tuh, liat jem di dinding deh.” Puput membujuk Cecil seperti membujuk seorang anak kecil. Ia menyadari kalau Cecil tidak bisa diajak berbicara layaknya orang yang sedang sadar. Maka dari itu Puput harus sedikit bersabar menggiring Cecil keluar kamar dan membawanya kembali ke perkumpulan orang2 teler diluar sana.

“Ihhh gak mauuukkk!! Ayok Puput join ajaaahhh!!” Cecil masih bersikeras menarik lengan Puput keluar.

“Lagi ngantuk, Cil.”

“Ah alesah lo anjing! Hik…”

Sedang pusing2nya ia menolak ajakan Cecil, masuklah Marina melihat insiden tarik menarik tersebut. Marina yang masih sedikit sadar pun berusaha membawa Cecil keluar agar tidak menggangu istirahat Puput.

“Sorry ya Put, lo tau sendiri kan ya temen kita yang ini kalo mabok gimana….” ucap Marina menahan Cecil kuat2.

“Iya2 Mar. Thank you ya udah mau bantu2.”

“Sip2” Marina menunjukan jempolnya kepada Puput setelah berhasil menarik Cecil ke hadapannya “Ayo Cecil gak boleh ganggu Puput! Dia kan lagi sakit!”

“Nnnnhh tapi mau nenen!!! Mau nenen di tete nya Puput!!!” rengek Cecil manja.

Sontak Puput menyilangkan kedua lengannya menutup toketnya mendengar celotehan mabuk Cecil. Marina hanya tertawa geli sambil berusaha mendorong Cecil keluar dari ‘cottage’.






_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________







Waktu menunjukan sekitar jam 2 pagi. Pesta api unggunyang ramai tadi pun sudah berakhir. Hanya terlihat api unggun yang sudah mulai memadam sedikit demi sedikit. Farhan dan yang lainnya sudah kembali kedalam ‘cottage’ namun tidak tertidur di kamar melainkan di segala sisi ruang tamu. Farhan dan Tomi pingsan di lantai. Riki serta Yosep juga tepar depan pintu kamar mereka. Dewi dan Citra dan Cecil sudah berada di dalam kamar mereka beradu irama dengkuran satu sama lain dengan para laki2 diluar sana. Sementara Marina dan Bian menenangkan Jessica yang sedang menangis tersedu menceritakan segala kegalauannya dalam pengaruh minuman keras.

Tentu saja walaupun hampir semuanya sudah tewas seketika seperti itu, tetap saja yang paling merasa terganggu adalah Puput. Ia kembali terbangun karena suara dengkuran teman2nya serta aroma minuman keras yang memenuhi kamar. Puput masih berusaha untuk kembali tidur namun ia tidak bisa karena suasana ini lebih mengganggunya ketimbang perlakuan mesum Cecil beberapa jam lalu.

“Lo kebangun ya be?” tanya Marina melihat Puput yang mengintip dari pintu dengan ekspresi kusut.

“Mhh…”

Marina tidak bisa berbuat banyak. Ia juga agak kewalahan menangani Jessica yang masih terisak sedih sambil menggenggam erat lengan Marina. Sementara Bian juga memberikan senyuman pahit tanda meminta maaf kepada Puput karena keadaan menjadi agak carut marut.

“Padahal rusuhnya diluar, tapi sisa2annya malah lebih berasa ya be…” celetuk Marina tertawa miris.

“Gw keluar bentar deh.” ucap Puput setelah mengambil ‘cardigan’ hitamnya dari dalam kamar.

Setibanya ia diluar, Puput mengambil sebuah kursi lalu duduk sambil menikmati secangkir teh hangat buatanya. Luka di kakinya masih terasa nyeri dan tubuhnya kian menghangat lantaran perlawanan atas infeksi dari luka tersebut. Ia masih sangat mengantuk dini hari ini, namun ia juga tidak bisa tidur dengan tenang karena keadaan di dalam ‘cottage’ yang sudah seperti ‘after party’ sebuah klub malam. Sempat Puput terlelap ketika sedang duduk di kursi, namun kembali terbangun karena hampir terjatuh berkali2.

Ketika terbangun dan berusaha melebarkan matanya, Puput melihat api unggun yang ternyata masih menyala terang di ujung sana. Di dekat situ juga ada seorang yang sedang memangku gitar sedang fokus dengan ponselnya. Karena Puput penasaran dan juga sedang tidak nyaman dengan posisi kantuknya saat di kursi, ia pun menghampiri orang tersebut. Terlihat Arman sedang duduk disana membalas sebuah ‘chat’ dari seseorang namun tidak terlalu jelas dilihat oleh Puput yang perlahan mendekat.

“Hai, kok kebangun?” tanya Arman menatap Puput setelah mengantongi kembali ponselnya.

“Di dalem berisik, terus pada bau alkohol…” ucap Puput lirih.

Lalu ia duduk di samping Arman sambil menatap cahaya api unggun yang menghangatkan tubuhnya. Kedua telapaknya di hadapkan kepada api tersebut agar menambah kehangatan. Keduanya tidak berbicara satu sama lain dan sibuk menatap api unggun di depan mereka. Hanya ada suara deburan ombak, angin sepoi2, serta percikan bara api menemani sunyi antara mereka berdua.

Lalu Arman kembali mengambil ponsel dari kantong celananya karena mendapat notifikasi. Ia sedikit menyeritkan alisnya melihat pesan yang masuk barusan. Selang beberapa detik berbunyilah panggilan masuk dari kontak tersebut. Arman tidak langsung mengangkat dan hanya berdecak bibir lalu mematikan panggilan tersebut. Sempat berkali2 panggilan tersebut berbunyi ketika ponselnya kembali dimasukan kedalam saku celana.

“Kok gak diangkat?” tanya Puput memperhatikan Arman yang menatap dingin api unggun tidak mempedulikan panggilan masuk tersebut.

“Biarin aja. Orang stres.”

“Kok orang stres lo tambahin di kontak hape lo?” tanya Puput menatap polos sambil menyeritkan alisnya.

“Awalnya dia orang normal. Terus selang 4 taun baru keliatan dia stres nya.” jelas Arman yang tidak terlalu dimengerti oleh Puput.

Kemudian mereka kembali terdiam. Arman mulai memetik pelan gitarnya sambil menatap setiap penekanan senar demi senar oleh jari jemarinya. Melodi gitar pun juga mengiringi senyap mereka berdua. Namun suasana kembali terganggu lantaran panggilan masuk masih berbunyi di ponsel Arman.

“Tuh hape lo masih bunyi.” ujar Puput tanpa memalingkan pandangannya dari api unggun.

“Ya, biarin aja udah.” jawab Arman juga tidak melepas pandangannya dari jarinya di senar gitar.

Namun semakin lama nada dering panggilan masuk tersebut mulai sangat mengganggu Arman serta Puput. Akhirnya Arman pun memutuskan untuk mematikan ponselnya agar suasana benar2 tentram tanpa ada berisik tersebut.

“Man?” tanya Puput pelan.

“Kenapa?”

“Gw…” Puput menghentikan perkataanya sejenak “Gw… mau minta maaf soal yang kemaren. Maaf kalo gw ngebentak2 elo…”

Arman masih tidak melepas pandangannya dan masih sibuk memetik melodi demi melodi dari gitarnya.

“Sama… emm…”

“Apa?”

“Makasih banyak ya udah nolongin gw pas jatoh.”

Mendengar Puput yang melunak tidak seperti biasanya, Arman pun merasa sedikit kaget. Tidak biasanya perempuan jutek ini menjadi lemah lembut meminta maaf dan berterimakasih kepadanya. Meskipun ia sudah bisa menebak mungkin saja habis ini atau nanti Puput akan kembali mengoceh lantaran tanggapan yang diberikan olehnya. Saat ini ia terlalu malas untuk menanggapi macam2 dan lebih memilih mendengarkan atau berbicara seperlunya.

“Sama2. Kaki lo masih sakit?” tanya Arman mulai menatap Puput.

“Udah mulai kering sih, tapi masih nyeri.”

“Ohh..”

Arman kembali memaikan gitarnya. Suasana sangat cepat berubah canggung tanpa ada lanjutan interaksi satu sama lain. Ia juga masih agak kesal dengan sikap Puput kemarin malam ketika sedang mengamuk tidak jelas.

“Man?”

“Hmmm?”

“Maafin gw.”

“Iya.” jawab Arman singkat kembali dengan petikan gitarnya.

“Iiiihh… yang bener jawabnya, jangan kayak gitu!”

“Iyaaa, Kyla. Gw maafin…”

“Ish apa sih!”

“Kok ‘apa sih’ ??” Arman menengok kearah Puput dengan tatapan heran.

“Jangan panggil gw Kylaaa!”

“Lho nama lo bukannya Kyla Susanti Putri Siregar?” ujar Arman berguyon.

“Apaan sih!? Terus kenapa nama gw ada Siregar nya coba!? Emangnya gw inang2 Batak apa!!??”

Puput kembali dengan setelan judesnya. Arman tentu sudah menduga Puput akan kembali lagi seperti ini. Makanya ia sudah tidak peduli akan segala ocehan demi ocehan keran nan tajam menusuk telinganya.

Anying lah, Put….

“Jadi?” tanya Arman singkat.

“Apanya jadi??”

“Jadi gw panggil elo siapa?”

Arman menatap Puput sambil menyenderkan dagunya di badan gitar. Perlahan Puput kembali merona entah mengapa ketika ditatap seperti itu oleh Arman. Ia mengedipkan mata berkali2 sambil menutup kedua pipinya lantaran salah tingkah harus menjawab apa.

“Pa-panggil gw….”

“Panggil apa?”

“Ya panggil gw Puput aja! Orang semuanya manggil gw begitu kok!!”

“Hahaha, sama aja dong. Gw kira ada panggilan sayang gitu atau apa…”

Sontak tamparan keras mendarat tepat di pundak kekar Arman. Mendapat tabokan keras dari Puput yang jengah juga sudah diketahui dirinya. Ia hanya bisa pasrah sambil tetap menatap Puput yang masih malu2.

“Liatinnya biasa aja sih! Begitu banget!” oceh Puput risih.

“Paan sih, orang udah biasa gw begini kok.”

Arman kembali memainkan gitarnya karena tidak mau memperpanjang omelan perempuan disampingnya. Daripada ia harus menyakiti telinga dan pundaknya, lebih baik Arman memetik kembali gitar hitamnya di depan api unggun yang masih berkobar tertiup angin malam.

“Man?” Puput bertanya kembali “Maaan??” kali ini ia juga menarik ujung kaos Arman berkali2 “Iihhh maafin gw!”

Arman menarik napas panjang mendengar permintaan2 maaf yang ia rasa sudah diberikan jawaban barusan.

“Put?”

“Hah?”

“Lo gak kedinginan disini?” tanya Arman menatap pakaian yang dikenakan Puput.

“Emm.. dikit sih.” Puput mengelus lehernya perlahan.

Lalu Arman mengambil sebotol JD, minuman kerasnya yang masih kurang lebih tersisa seperdelapan disamping kirinya. Ia juga memindahkan gelas kosong yang digunakan untuk menuangkan minumannya.

“Ini apa?” tanya Puput heran melihat minuman yang dituangkan oleh Arman kedalam gelas.

Kemudian Arman memberikan gelas tersebut kepada Puput “Nih biar gak dingin2 banget.”

Puput mengambil gelas tersebut dan menghirup aromanya. Sontak aroma alkohol tercium semerebak dari cairan tersebut, membuatnya mengeluarkan ekspresi jijik.

“Ih gak mau ah! Lo nyekokin gw ginian ya!!??”

“Minumnya dikit2, jangan sekaligus semua lo telen…” saran Arman masih menyodorkan gelas tersebut.

“Gak mau! Enak aja!!”

“Yaudah kalo gak mau mah.”

Arman menaruh gelas tersebut disamping Puput. Lalu ia kembali memainkan gitarnya sambil menusuk2 beberapa bagian api unggun yang sudah mulai padam. Baru sedikit saja padam udara terasa menjadi semakin dingin. Mendadak Puput menjadi bersin ketika angin bertiup dari arah laut.

“Hasyii!! Achii!!”

“Tuh kan bersin2!” ujar Arman menatap Puput malas.

“Pokoknya enggak mau minum gituan… ahh… hahhh… achyiii!!”

“Yaudah biarin aja bangkis2 melulu kek gitu….” ujar Arman lalu menenggak sedikit minuman yang ia tuang tadi.

Setelah itu ia kembali bermain gitar namun sambil diiringi suara vokal bergumam dari lagu yang dimainkan. Puput pun meninggalkan Arman yang sibuk bernyanyi untuk kembali kedalam ‘cottage’ mana kala suasana sudah kembali tentram. Namun ketika ia membuka pintu, suara dengkuran semakin keras terdengar. Terlihat Yosep tertidur di atas sofa kali ini karena Jessica, Marina, dan Bian tidur di kamar para laki2. Di kamar para perempuan suara dengkuran juga masih santar terdengar, bahkan Cecil sempat mengigau sambil tangannya merogoh celana ‘legging’ hitamnya untuk mengocok mesum vaginanya.

“Emmh… nnhh… hehehee… Jae Min sayanghhh.. ehehehe… mau ngentod… ehehe emm..”

Puput memutar bola matanya menggeleng malas melihat keadaan yang masih kacau. Ia pun lantas keluar kembali menyusul Arman disana.

“Kok balik lagi?” tanya Arman menatap Puput yang kembali duduk di sampingnya.

Tanpa menjawab pertanyaan Arman, Puput meraih gelas berisi JD disampingnya lalu meneguknya sampai habis. Sontak Arman melotot kaget namun heran melihat tindakan Puput yang 180 derajat berbeda dari yang tadi.

“Weh kok tau2 malah…”

“Kata elo biar badan anget minum ini kan??”

“Iya emang.”

“Yaudah.”

Arman masih bengong memperhatikan tindakan yang sangat berbeda tadi.






_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________






Arman sebenarnya ingin memberitahu bahwa efek minuman miliknya memiliki kadar alkohol yang cukup kuat. Ia menyarankan untuk tidak menenggaknya dalam jumlah banyak sekaligus. Namun baru saja dua tegukan Puput sudah terdengar cerewet bercerita panjang lebar tidak berhenti.

“Gw tuh juga samaaaa, Man. Cowo gw tuh sih Rangga ituhh… dia tuh gak jelas deh pokoknya! Sering banget pergi2! Sering banget ngasih harapan2 palsu ke gw… kayak… kayak gak nepatin janji gitu tau gak sih!!”

Arman mengangguk pelan mendengar ocehan Puput sambil menusuk ranting kayu di api unggun. Ia sudah tidak bia memainkan gitarnya lagi karena celotehan Puput menutupi irama lagu yang dimainkan. Puput juga bersikeras tidak membiarkan Arman memetik gitarnya dan memaksa untuk mendengarkan.

“Arman! Lo gak dengerin gw ya!?”

“Dengerin kok, dengerin.”

“Hihhh, boong! Orang elo malah maen2 gitar elo!! Apanya coba yang dengerin!?”

Mau tidak mau Arman menaruh gitarnya disamping kirinya dan menghadapkan badannya ke Puput. Lalu Puput pun kembali melanjutkan curahan hatinya yang tidak biasa ia ceritakan dalam kondisi sadar. Puput memang tidak terlalu mabuk seperti waktu itu, namun efek ‘tipsy’ membuatnya tidak berhenti mengoceh apapun yang terlintas di hati dan pikirannya.

“Terus ya, masa nih di kantor gw tuh udah kayak sekolahan banget. Gw tuh kayak guru Be Pe harus nge handle karyawan2 yang mentalnya masih pada kek bocil! Emang sih kerja mereka bagus, cuman ada yang pernah ampe bermasalah banget gituuu!!! Masa sih blablablablablabla!! Terus abis itu blablablablablabla!! Udah gila kan!! Aduh kesel banget deh pokoknya!! Anjing banget pokoknya blablablablabla!! Terus blablablabalblabla….. ih kesel banget sumpah!!”

Kicauan Puput semakin tidak terbendung arahnya kemana. Karena merasa tenggorokannya kering, ia mengambil gelas minuman tadi lalu meneguknya sampai habis. Arman yang melihat tindakan Puput mencegahnya agar tidak semakin kebablasan, namun Puput mendorong tubuh Arman kuat2 agar tidak menahannya.

“Gluk gluk gluk….emmh fuahhh!! Emmhh… yaudah gitu, stres banget gw tau gak!! Udah mana cowo gw begitu, si Los sama Odie begitu, terus pak Rahman juga sok2 ganteng gitu ke gw!! Aneh banget pokoknya aneeeehhh!!! Gw tuh… gw tuh kuliah nih yaaa… i pe gw tuh empat koma nol berturut2… terus kenapa gw mesti dapet kerjaan yang kayak begini sihhhhhhhh!!???”

Melihat Puput yang mulai semakin tidak jelas bercerita, Arman diam2 menggeser gelas dan botol minumannya ke sisi yang lain agar Puput tidak asal menuang meminumnya kembali. Ia tidak mau kejadian di hotel waktu itu terulang kembali. Bukan soal bercintanya, melainkan efek Puput setelah sadar pasti akan sama seperti waktu di rumah makan dan di ‘City Escape’; mengambek tidak tahu arah.

“Maaaannn?” tanya Puput yang sudah mulai terdengar sedikit sengau.

“Ape?”

“Diem aja! Ngomong kek lo!”

“Kan daritadi elo kagak berhenti ngomong. Udah gitu katanya disuruh diem tadi juga. Mana nih yang bener??”

“Ih yaudah, sekarang gantian lo yang ceritaaa!! Gw dengerin nihhh, dengeriiinn!!”

“Mau cerita apa?”

“Apa aja!! Udah cepetan2!!”

Puput mendekatan tubuhnya ke Arman sambil menatap menunggu cerita Arman.

“Pada suatu hari, hiduplah seorang putri cantik bernama.. aduh!”

Tiba2 tamparan keras kembali mendarat pedas di lengan Arman.

“Yang beneeeer, bangskaaat!!”

“Katanya mau denger gw cerita!?”

“Apaan sih!? Gak gituuu!! Jayus banget tau2 ngedongeng!!” oceh Puput menampar lengan Arman bertubi2.

“Kalo gw gak mau cerita, gimana?” balas Arman mulai terus terang.

“Kalo gw kepo, gimana???” sambung Puput tidak mau mengalah.

“Yaudah tetaplah kepo dah. Hahahaa…”

Arman kembali mendapat tamparan keras masih di tempat yang sama. Namun kali ini diiringi dengan pekikan gemas Puput.

“Aaaah! Males ah!! Cepetan ceritaaaaa!!!”

Arman tidak mau terlalu terbuka untuk saat ini kepada Puput. Disamping melihat Puput yang sudah mulai mabuk perlaha, ia juga tidak mau membicarakan perihal apapun saat ini termasuk hubungannya dengan Amanda. Panggilan2 masuk yang berbunyi terus menerus di ponsel Arman tadi sebenarnya berasal dari Amanda yang masuh sibuk mencari keberadaan dirinya. Arman juga tidak mengabari Amanda jika dirinya sedang pergi liburan jauh dari dirinya. Baginya sekarang, Amanda hanya seorang asing yang terus menerus menghubungi nomornya yang mungkin nanti akan segera Arman masukan kedalam daftar blokade nomor. Dan entah mengapa juga Amanda masih terus menghubunginya setelah insiden kacau waktu itu seakan2 masih mengharapkan kasih sayang dari Arman.

“Man? Man?? Maaaaaannn??? Heh, kok diem ajaaaa???” Puput menggoyangkan tubuh Arman melihat Arman yang termenung melihat api unggun.

“Ngantuk.” ujar Arman hanya beralasan.

“Yaudah tidur! Malah bengong!!”

“Yaudah yuk masuk.”

“Gak mau..” Puput menolak sambil menggelengkan kepalanya.

“Lah kenapa?”

“Di dalem berisik!”

“Entar disini masuk angin.”

“GAK MAUUUU! DI DALEM BERISIKKK!!” Puput mulai membeo sambil menarik lengan Arman.

Arman menyadari ada yang tidak beres dari Puput. Kelihatannya alkohol di dalam tubuh Puput sudah naik menyentuh kesadarannya.

Agh anjing…. mulai lagi dah nih kek nya nih cewe….!!! Emang paling bener lo minum akua aja dah udah!!

“Ayuk2 masuk yuk! Kaki lo kan lagi sakit, entar lama lho sembuhnya.”

“Apa sih!? Mana ada hubungannya masuk angin sama kaki sakit!?” Puput mencubit lengan berurat Arman kuat2.

“Ayo dah! Lo udah mabok begini soalnya, Put….” ujar Arman mulai sedikit kesal karena sedikit trauma mengingat kejadian waktu itu.

“Enggak kok! Siapa bilang gw mabok?? Emang kayak waktu itu apa!? Yeeee!!”

Puput berdalih mengatakan dirinya tidak mabuk. Ia membuktikannya sambil menunjukan posisinya yang berusaha berdiri tegak. Namun terlihat beberapa kali sempat sedikit oleng kesana kemari.

“Ih ih ih gak mabooook! Yaudah coba tes gw sekarang!!”

“Tes apaan, Put?”

“Ya tunjukin jari coba ke gw!!!”

“Ini?” tanya Arman menunjukan angka dua di jarinya.

“Dua.”

“Ini?” Arman menunjukan angka lima di jarinya.

“Lima.”

“Ini???”

“Engg… delapan!! Eh, eh iya delapaaan!!!”

Arman terkekeh mendengar jawaban percaya diri Puput ketika menebak angka delapan yang sebenernya sembilan.

“Tuh kan gak mabok kan gw!!??”

“Yaudah, tapi balik yuk kedalem. Ini api unggunnya mau gw matiin soalnya.”

“Ihhh kenapa!?”

“Mau balik ke cottage….” ujar Arman bernada enggan.

“Gak mau balik kesitu!”

“Puutt…”

“Gak mauuu gak mauuu gak mauuuuuuu!!!”

Puput menarik sambil menghentak berkali2 kedua lengan Arman. Ia mencegah supaya Arman tidak kembali kedalam ‘cottage’ dan terus menemaninya disini. Namun Arman melihat bahwa kondisi Puput sudah mulai kusut karena pengaruh minumannya. Suatu kesalahan yang sama terulang kembali seperti waktu ia menyelamatkan Puput ketika berada di ‘Sayap Suci’.

“Terus maunya apa???” tanya Arman yang kedua lengannya masih dihentakan oleh Puput.

“Temenin gw disini!!”

“Ngapain Put???”

“Ihh ngapain aja kek!! Gitaran kek! Curhat kek! Apa…. apa kalo gak nyanyi deh nyanyii!!! Ayo kita nyanyiii!!”

“Gak mau ah.”

Sontak Puput semakin menarik Arman agar tidak pergi dari situ. Ia lantas menarik pergelangan Arman lalu memeluk tubuh Arman kuat2.

“Jangan pergi, Armaaaaannn!!!”

Arman pun kaget setengah mati melihat Puput yang kembali menjadi manja. Ia kembali merasakan dekapan dua atribut feminim Puput kali ini tepat berada di dadanya. Arman dapat merasakan betapa empuk dan lembut dibagian sana, membuatnya dadanya berdengup sangat keras.

Ah ngentood!! Toket lo Put, nemplok di dada gw!!!!

Arman berusaha melepaskan pelukan Puput namun Puput menahan sekuat mungkin agar tidak terlepas. Ia juga membenamkan wajahnya ke dada bidang Arman kuat2.

“Putt???”

“Mmmmmm!!!” Puput menggelengkan kepalanya kuat mendengar pertanyaan Arman yang bernada penolakan.

“Yaudah enggak yaudah!!”

Arman melepaskan lekatan pelukan Puput. Ia menatap Puput yang memasang wajah memelas nan polos. Seketika Arman kembali berdebar keras melihat cantik wajah Puput yang juga merona merah karena efek minuman keras.

“Man???”

“Apaa?”

“Jangan pergi!”

“Iyaaa enggak pergi!!”

“Hmmm… gitu dong. Hehehehe… yuk duduk lagi duduuuukk!” ajak Puput kepada Arman ke tempat mereka semula.

Kali ini Puput tidak sungkan untuk menyandarkan kepalanya ke pundak Arman. Ia juga merangkul lengan Arman sambil memberikan elusan lembut mengikuti urat nadi yang samar disitu. Arman lantas semakin merasa merinding diperlakukan seperti itu.

“Maafin gw ya kalo gw udah galak sama elo...”

Arman menengok kearah Puput, menatapnya sedikit heran namun lega. Akhirnya pada hari ini ia terus2an bisa mendengar permintaan maaf dari seorang Puput walaupun dalam keadaan sangat lelah menangani perempuan ini.

“Lo mau maafin gw gak?” tanya Puput manja.

“Kalo gitu lo kasih tau dulu dong, kenapa lo kesel banget sama gw?” Arman mulai memakai momen ini untuk membongkar sedikit demi sedikit pribadi Puput yang kesal dengan dirinya.

“Emmm kepo….” jawab Puput singkat.

Arman menarik napas perlahan. Butuh kesabaran untuk menggali perempuan ini agar mau terus terang.

“Kalo gitu gw tinggal nih kedalem.”

“Iiihhh!!” Puput meremas lengan Arman sambil menunjukan cembetutnya.

“Yaudah kasih tau dulu.”

“Emmm… ya lo nyebelin abisnya!”

“Nyebelin gimana?”

“Gapapa! Nyebelin aja. Udah gitu lo jayus banget, kalo ngelawak suka gak lucu!”

Arman tertawa pahit mendengar kejujuran Puput mengenai dirinya. Wajah saja jika Puput menganggap diri Arman adalah seorang yang jayus karena ia adalah pribadi yang sulit menerima lawakan dari orang yang pernah berulah kepada dirinya. Dan Arman adalah salah satu orang yang sudah diberi tanda sebagai orang yang garing.

“Terus apa lagi?” tanya Arman masih penasaran.

“Emmm… terus apa lagi ya…” Puput memutar bola matanya berpikir mencari2 sesuatu dari pirbadi Arman.

“Lo gak bilang gw keren?”

Sontak Puput merinding setengah mati mendenger perkataan penuh percaya diri dari Arman. Ia memasang ekspresi jijik dengan sengit lalu menyeritkan alisnya heran menatap Arman.

“Hihhh!! Tuh kan jayus banget sihh lohh!!” Puput cembetut lalu memeluk kedua lututnya.

Namun disamping segala macam komentar Puput, Arman merasa lega kalau dini hari ini Puput mau mengobrol dengan dirinya tanpa harus ada cekcok terlebih dahulu seperti biasanya. Biarlah Puput dalam keadaan mabuk atau apapun itu, ia hanya ingin berbicara santai tanpa mengelus dada mendengar ocehan judes.

“Man… aus.”

“Yaudah kedalem yuk ambil minum.” Arman kembali membujuk Puput kembali ke ‘cottage’.

“Gak mau. Maunya itu..”

Puput menggeleng lalu menunjuk minuman yang tadi ia teguk tepat berada di sisi kiri Arman. Jelas Arman tidak memberikan minuman haram tersebut lagi kepadanya karena tidak mau Puput berubah semakin kacau. Karena Arman tidak memberikan minuman tersebut, Puput semakin mengambek dan berusaha merebut botol tersebut.

“Mauuu ituuu!!”

“Eh dibilangin!! Entar mabok lagi gimanaa!?”

Puput tidak peduli. Tenggorokannya sedang kering dan butuh dilegakan kembali dengan minuman. Ia yang sedang setengah mabuk tidak menghiraukan Arman yang menjauhkan botol minuman yang sudah tersisa sedikit.

“Iiihh Armaaaan!!”

Seketika tubuh Puput menimpa Arman sambil tetap meraih botol yang sedang digenggam Arman kuat2. Tanpa sadar Puput sudah menggesekan kedua pahanya di perut Arman, membuat Arman terperanjat bukan main. Arman yang terbaring masih berusaha mendorong Puput, namun perempuan ini semakin sengit untuk meminum minuman tersebut.

“Puuuttt!!!”

Puput langsung menyadari jika ia sedang berada diatas tubuh Arman. Tetapi Puput tidak langsung beranjak melainkan menatap Arman dalam. Mereka berdua terdiam satu sama lain saling memandang. Cahaya api unggun menerangi pemandangan romantis dadakan ini dengan angin malam di pantai yang meniup sepoi. Puput juga merasakan ada sesuatu yang mengganjal di tengah selangkangannya ketika ia duduk di bagian bawah tubuh Arman.

“Engg… Put?” tanya Arman pelan.

Terdengar deruan napas yang berat dari Puput. Ia memalingkan wajahnya sambil menutup kedua pipinya yang bertambah merah. Biasanya ia langsung melompat dan berkata sekasar mungkin kepada Arman, namun karena saat ini ia dalam pengaruh minuman, sepertinya pikiran dan perasaannya memaksanya mengarah kearah yang buruk nan menyenangkan.

“Sampe kapan lo mau nimpa gw kayak begini?” tanya Arman lagi berusaha mengangkan tubuh Puput.

Puput beranjak dari situ dan kembali ke posisi duduknya. Lalu mereka berdua tidak berbicara satu sama lain. Puput merasa dadanya berdebar kuat sementara Arman menarik napas panjang karena senjata tempurnya kini berdiri tegak sehabis tertindih oleh pantat semok nan kencang Puput.

“Gw mau balik deh, kalo lo masih mau disini entar balik sendiri ya.” Arman beranjak dari duduknya sambil mengambil gitarnya.

Puput dengan cepat menahan lengan Arman agar tidak pergi dari sana. Ia menarik dengan kuat agar Arman kembali duduk disampingnya. Seketika Puput mendekat ke wajah Arman lalu mendadak memberikan ciuman panas yang agresif. Arman pun kelabakan ketika diberikan manuver erotis tanpa ada ancang2 tersebut di bibirnya. Ia berusaha menarik napas karena Puput sudah memasukan lidahnya, menyentuh lidahnya untuk berpaut basah. Puput perlahan merangkul tubuh Arman dan duduk diatas paha laki2 tersebut. Ia masih menikmati setiap gerakan bibir dan lidah yang mulai diberikan perlawanan oleh Arman.

“Mhhh.. cllpprhh… mmhh…”

Perlahan Puput melepaskan ciumannya dan menatap Arman dengan dengusan napas yang lembut namun penuh dengan libido yang membara. Udara malam pun mulai terasa menghangat karena tubuh mereka berdua yagn mulai mendesir nikmat. Apalagi karena efek minuman membuat Puput merasa seksi dan bernafsu tinggi. Ia kesal dengan Arman, namun di satu sisi pikirannya menuntut untuk bercinta dengan Arman yang ia kesali.

“Nnnhh… Mannn…”

“Lo beneran lagi sadar gak nih?” tanya Arman memastikan jika Puput sedang mabuk atau tidak.

“Dibilangin gak mabok… mmh…”

“Kalo gak mabok, tumben2 banget lo mau ciuman sama gw…??”

Puput tidak bisa menjawab. Mulutnya terasa terkunci rapat. Sejujurnya ia sudah mulai merasa mabuk, namun masih sedikit sadar. Dirinya yang sedang sadar sepenuhnya pasti akan memaki Arman habis2an, namun saat ini entah mengapa tubuhnya menjadi panas. Vaginanya perlahan berdenyut seiriing tatapannya yang tidak lepas dari wajah Arman yang malam hari ini terlihat….. tampan.

“Mmhh… gak tau gw Mann…”

“Lho? Kok gak tau…??” tanya Arman pelan menggoda Puput.

Puput mengigit bibir bawahnya menahan sensasi seksual yang semakin juga memabukan dirinya. Ia begitu haus, namun bukan dahaga yang ingin dipuaskan melainkan hawa feminimnya yang mengebu2 saat ini. Lalu Puput memberikan ciumannya kembali kepada Arman. Arman juga sudah cukup lihai membalas silatan lidah yang beradu basah. Lalu Puput meraih wajah Arman untuk semakin memberikan ciuman panasnya.

“Hhhnhh… cllpphhh… mmhh…”

Kembali ia melepaskan ciumannya namun kali ini kedua tangan Puput mengelus lehernya lalu bergoyang pelan seseksi mungkin. Benar2 pemandangan yang begitu erotis ketika Arman melihat Puput yang berlaku binal.

“Ahhh…”

Desahan kaget dilontarkan Puput ketika kedua tangan Arman menyusup ke dalam tanktop hitamnya yang tertutup oleh ‘cardigan’. Akhirnya saat ia bisa menyentuh tubuh mulus Puput tanpa harus kena pukulan. Semakin Arman mengelus setiap centi di bagian pinggang Puput, semakin Puput mendesah namun menahannya sambil mengigit bibirnya. Ia terlihat begitu senang dan menikmati rangsangan di salah satu titik erogen favoritnya.

“Annhhh… Armannhh…”

“Ckckck…. kapan lagi Puutt gw bisa ngelus elo. Biasanya mah jangankan kayak begini, ngelus kepala lo aja bisa dianjing2in kali…” celetuk Arman curhat.

“Emmmh… yahh… yaudah sih, sekali ini ajahh! Gw juga lagi begini karena… nnhh karena…”

“Karena apa?”

Arman mengarahkan kedua tangannya keatas menuju bongkahan toket Puput yang tidak tertutup sama sekali oleh bra. Ia bisa merasakan dengan jelas betapa kenyal, kencang, dan besarnya keindahan toket Puput. Arman meremas dengan lembut sambil mencubit puting susu tersebut. Puput mengelinjang kaget karena tidak siap dengan sensasi setruman yang merembet di sekujur tubuhnya. Ia mendesah namun masih menahannya dengan susah payah.

“Ngahh fhhh… mffhh..”

Arman betul2 menikmati ekspresi Puput yang menahan erotisnya. Tatapannya menjadi sayu karena efek alkohol dan libido yang terombang ambing dirangsan oleh Arman. Tidak berhenti sampai di toket dan puting susu, tangan satunya Arman juga perlahan berpindah ke bagian selangkangan Puput. Ia mengelus bagian tengah disana yang masih tertutup celana pendek biru tua. Semakin Arman mengarahkan tangannya, semakin berat pula napas Puput. Ia memalingkan wajahnya keatas langit sambil menggeleng ke kiri dan ke kanan. Titik rangsangan di tubuhnya menjadi sangat sensitif seiring dengan efek minuman yang masih mengalir deras di tubuhnya.

“Mhannnhhh….”

Puput jadi gregetan karena elusan di tengah selangkangannya masih berada diluar celana yang ia kenakan. Sontak ia meraih tangan Arman lalu sengaja memasukannya kedalam celananya, memaksanya mengelus bibir vaginanya yang sudah sangat basah.

“Nhhahhhh…. annhhh….”

Sensasi di vagina Puput kembali menghentakan tubuhnya. Rasanya begitu geli dan nikmat denga setiap denyutan kuat di dinding vagina dan klitorisnya. Karena Arman sudah cukup berpengalaman nampaknya, ia dengan cepat meraih organ kecil tersebut yang terasa semakin membesar. Arman meremasnya kuat, memilin sama seperti yang ia lakukan dengan puting susu Puput. Tentu saja Puput mengelinjang kuat karena daerah paling sensitifnya diperlakukan seperti itu. Ia tidak bisa menahan desahannya dan kini menjadi lenguhan seksi.

“Ngooouuhh…. Arman itil gwehh ouuhh!!”

“Nape itil lo?” Arman kembali menggoda Puput dengan dengusan napasnya yang juga kian memberat.

“Ngghhouuhh… nnhh itil gweehhh jangan diremes behituhhhhhh!!!”

“Gapapa! Orang kalo diremes lo nya jadi lepas ngedesah kan??”

Puput blingsatan bukan main. Tidak biasanya klitorisnya diremas oleh lawan mainnya termasuk Rangga sekalipun. Baru kali ini oleh seorang Arman biji sensitif tersebut diremas sekuat mungkin, membuat Puput mendesah cepat dan merasa sedikit ngilu.

“Armmmhahhnn… Mhannn…. nnnhhhh!!”

“Apaa??”

“Nnhh… mmhh…”

“Apa Put???”

“Nhh ennhh… ennnhhakk…”

“Apa tuh? Kalo ngomong yang jelas atuhh…”

“Kocokan lo enaaaaaak!!! Nnhhuunnhh…” seru Puput susah payah ketika Arman kali ini mengocok lubang vagina Puput.

Setelah puas meremas klitoris, Arman memasukan jari tengah dan telunjuknya kedalam lubang yang sudah basah berdenyut. Ia sangat menikmati setiap kocokan demi kocokan yang mengorek kasar disana. Arman juga tidak henti2nya tersenyum puas melihat Puput yang sudah semakin terhanyut dalam syahwatnya.

“Emmhh mmhann…”

Puput lalu meraih bagian selangkangan Arman. Terasa ada bagian yang sudah mengeras dibalik sana ketika Puput memberikan elusannya. Kali ini Arman yang menahan erangannya ketika kejantanannya disapa oleh lentik jari Puput.

“Ghhh!! Aghh..”

Seketika Arman beranjak dari sana lalu menggendong Puput di kedua lengannya. Ia mencari sebuah tempat yang cukup gelap dan tidak terlihat oleh siapapun karena tidak mungkin merela melakukannya di depan api unggun yang jelas2 begitu terang benerang atau diatas pasir tanpa ada alas apapun. Sampailah mereka di sebuah susunan batu karang yang tidak terlalu besar namun cukup menutupi aksinya nanti. Kali ini cahaya dari bulan lah yang menyoroti lanjutan erotisme mereka.

“Anhh.. nnhh..”

Kemudian Puput diturunkan dan disandarkan di salah satu sudut yang agak gelap. Ia membalikan tubuh Puput dan menurunkan celana pendeknya. Lalu terpampang dengan samar sebuah gundukan vagina tembem berwarna merah muda yang licin karena cairan yang terus menerus merembes disana. Arman menggeleng tidak habis pikir meliat indahnya sebuah aset Puput yang lain. Sebenarnya ia sudah melihat ketika waktu itu Arman mengantar Puput ke hotel, namun kali ini dengan momen yang berbeda Armang jelas merasa lebih puas dan bangga.

“Jangan diliatin doang sih…” keluh Puput ketika ia hanya didiamkan saja oleh Arman. Tubuhnya terlihat sedikit menungging menghadap batu karang.

“Abisnya memeq lo seksi banget Put…”

“Nhh apa sih… memeq seksi memeq seksi…!!” Puput masih berusaha judes namun dengan nada yang seksi.

Arman semakin merasa gemas denan tingkah laku serta kemolekan dari tubuh Puput. Akhirnya ia benar2 kesampaian menggarap tubuh perempuan judes ini dibawah sinar rembulan diantara pemandangan temaram pantai. Arman mulai menempelnya ujung rudalnya di bibir vagina yang sudah licin tersebut. Puput merasakan sensasi sentuhan nikmat yang sebentar lagi akan menyeruak masuk kedalam lubang kewanitaannya. Tubuhnya bahkan sudah membayangkan sendiri sensasi gesekan demi gesekan batang Arman, membuat dinding vagina Puput berdenyut kuat seperti denyutan otot yang keram.

“Nhhh.. nnfhhh.. Mhann…”

“Put…. gw masukin ya…” bisik Arman gagah mendekatkan wajahnya di samping telinga kiri Puput.

“Nhhh…” Puput mengangguk cepat menyetujui aksi tersebut.

Sontak ia mendadak menahan napas sampai melebarkan matanya karena batang penis tebal nan keras sudah masuk setengah bagian. Namun baru begitu saja, Puput sudah tidak bisa menutup mulutnya yang reflek mengeluarkan desahan.

“AHHH… nghhhfhh ahh…”

Arman juga merasakan pijitan nikmat di dalam lubang tersebut. Cengkraman ini sangat berbeda dengan kepunyaan Amanda atau Pita. Sensasinya begitu sempit, hangat, dan becek secara bersamaan. Berbeda sekali dengan kepunyaan Amanda yang terkesan mengendur karena kebiasaan lamanya yang suka bergonta ganti pasangan serta sering melakukan hubungan seksual.

“Anyingg…. nnhh… fhh Put!!”

“Nhh… nnh.. mhh… Mhan jangan diem kayak giniihh!!”

“Ennhh…. mmhh… ah… abisnya memeq lo sempt banget woii!! Ghh…!!”

Mendengar pujian mesum dari Arman, Puput menjadi malu setengah mati sambil menggelengkan kepalanya. Entah mengapa dalam dirinya merasa sangat senang mendengar pujian vulgar tersebut.

“Mhannn… ayooo ihh… males banget ah cuman… nhh… cuman diem ajahh!!”

Puput menggoyangkan pantatnya maju mundur untuk memberikan isyarat kepada Arman agar dirinya segera dipuaskan. Arman yang sudah mulai menguasai sesi pembuka mulai meresponi Puput sambil memaju mundurkan penisnya.

“NGAHHH SHHH… GITUHH… EMMHH!!”

Arman merah pinggul Puput lalu dengan agresif mengocok kuat2 penisnya di dalam vagina basah itu. Puput pun tidak bisa lagi menahan desahannya karena sensasi kocokan di vaginyanya menyentuh dan menggaruk setiap milimeter dinding vaginanya. Bahkan ia merasa g-spot nya juga digesek nikmat didalam sana, membuatnya merasakan sensasi ekstasi tiada tara di sekujur tubuhnya.

“Awhh mhaii gaaawwdd!! Hhnnhh…. ahhh…. ahhh…”

Terdengar sangat seksi sekali desahan dan cerocosan Puput. Arman juga semakin gregetan dan mulai mengeksplor bagian tubuh Puput. Di mulai dari remasan di toket sebelah kanannya dari balik tanktop nya. Cardigan hitamnya masih ia kenakan dan agak menggangu gerakan tangan Arman karena ia tidak bisa melihat lekuk tubuh Puput dengan jelas.

“Gw lepas ya cardigan lo…” pinta Arman masih mengelus dan meremas toket Puput.

“Nhhh… mmhh… ahhh… engghh…”

Puput tidak memberikan tanggapan. Ia tidak mendengar omongan Arman karena tubuhnya sedang mendidih berdesir menikmati tiap gesekan di vaginanya. Melihat Puput yang sudah mengawang erotis, Arman memutuskan untuk melepaskan sendiri cardigan yang dikenakan Puput. Puput juga menurut saja sambil mengangkat kedua lengannya. Ia juga melepaskan celana pendek serta cd Puput yang berada di paha.

Puput pun terlihat telanjang bulat dengan tubuhnya yang masih menungging ditusuk dari belakang oleh Arman. Ia sudah tidak peduli dilucuti pakaiannya oleh Arman. Puput sedang merasakan sensasi yang sudah lama ia tidak rasakan bersama dengan Rangga, yaitu seks. Seks yang begitu nikmat memecut dirinya keras.

“Emhh… hmmmhh…. Mhann… ngghh kok gw bugil sihhh…. nhh…” desah Puput bingung masih dihujam dari belakang.

“Ya gapapa donng…. kan lo nya juga enak kan??”

“Mmhh… ennhh… mmhh iyahh… gw nyahh enakk…. ennhh… mmhh…”

Rasa nyeri di kakinya sudah tidak ia rasakan sama sekali. Rasa nyeri tersebut berpindah semua ke titik sensitif tubuh Puput yang sedang dipuaskan nikmat. Setelah puas meremas, Arman berpindah kembali ke pinggul Puput, meremas bagian sana dengan gemas.

“Nghuhhnnh… nnhh… mmhhh… mmhhh…”

Arman memeluk Puput, mendekatkan wajahnya ke punggung yang begitu mulus. Tericum aroma losion yang lembut serta aroma yang membuat Arman menjadi semakin bernafsu; feromon. Aroma tubuh Puput membuatnya semakin berdebar. Fenomena yang tidak biasa dialami oleh seorang laki2 ketika terangsang dengan bau badan perempuan.

“Nhhh… ahh…”

Arman membalikan tubuh Puput, membuatnya bersandar di batu karang yang tidak terlalu tajam namun masih terlihat curam di bagian tengahnya. Ia mengangkat kedua lengan Puput tinggi2. Terpampanglah ketiak mulus yang terlihat licin dan basah karena keringat. Sebuah bulir keringat juga terlihat menetes perlahan dibagian sana. Namun Puput yang masih setengah sadar tentu masih dapat merasa risih ketika ia diperlakukan seperti itu, apa lagi Arman menatapnya serta kedua ketiaknya membuat Puput berusaha keras menurunkan lengannya.

“Nghiihh Armaaann apaa sihhh… ngapain liatin ketek gw ampe kayak gituhhh!!??”

Arman tidak menjawab apapun. Sontak ia langsung memberika jilatan di bagian ketiak yang terlihat tetesan keringat tadi.

“Ahh! Ihh ihhh Armaaaaannn!! Nnhh…. ngapain dijilatinnn iiiihhh!!??”

“Slllpph… kenapa emang?”

“Ihh gak mau!! Jangannn!! Ke-ketek gw…. ketek gw bauuu…” keluh Puput dengan suara bergetar karena malu.

“Emang kenapa kalo bau? Slrllhpph…”

“Apasihhh!! Ih udah ahhh…. nnhh… lo apaan sih jilat2in burket gw Maannn!!??”

“Yaudah sih…. sllrpphh… orang gw…. slllrpphh… orang gw juga… juga suka…” Arman juga mengakui sambil malu2.

Puput malah semakin jengah mendengar pengakuan tidak masuk akal Arman. Hal yang menjadi kekurangan dirinya malam hari ini sedang dinikmati oleh seorang tampan yang dengan mesumnya menjilati dengan bernafsu. Walaupun begitu ia merasa senang karena ada yang mau menerima sisi aneh dirinya, namun tetap saja malu setengah mati jika diperlakukan seperti ini.

“Nnhh udahhh ahhh!! Aduhhh makin basah ketek gw Armaaannhhh!!!”

“Put…. slllrpphh…??”

“Paan?? Shhh… mh..”

“Lo gak pake deodoran ya?”

Diberikan pertanyaan seperti itu semakin membuat Puput malu. Ia lantas menghentakan cengkraman tangan Arman di pergelangannya dan langsung terlepas dengan cepat. Puput juga menutup lengannya kuat2 dan menyilangkan pergelangannya menutup kedua toketnya.

“Put…??”

“Gw gak suka…” ujar Puput lirih. Mood bercintanya mendadak menurun karena diperlakukan seperti tadi.

“Ehnnn yaudah2 gw minta maaf…” Arman menyadari sikapnya yang berlebihan terhadap Puput.

Lalu Puput mengambil pakaiannya yang terhempas dan segera memakainya kembali. Ia juga mengelap bagian2 tubuhnya seperti ketika dan vaginanya yang terasa lengket.

“Put?”

Puput tidak menghiraukan Arman. Ia masih merasa jengah serta tidak nyaman. Lalu Puput bergegas pergi dari sana kembali ke ‘cottage’. Perasaannya menjadi luntur karena celetukan sepele yang sangat menyentuh ego.

“Tunggu dulu, Put.”

Puput berusaha melepaskan genggaman tangan Arman. Terlihat matanya sedikit berkaca2 karena air mata yang perlahan mengalir.

“Gw minta maaf banget kalo udah berlebihan.”

“Yaudah, Man. Sekarang gw mau balik kedalem, gw cape….”

“Tapi dengerin gw dulu, plisss.”

“Lo mau ngomong apa lagi sih? Lo mau ngewe lagi, hah??” Puput kembali dengan omongan kasarnya.

Seketika Arman menarik lengan Puput lalu mendekap memeluknya erat. Ia benar2 menyesal dengan perbuatan konyolnya tadi yang menyakiti hati Puput, walaupun Arman sempat berpikir jika masalah ini hanyalah masalah sepele. Namun melihat Puput yang mengambek, Arman mengambil tindakan untuk menenangkan perempuan tersebut.

“Maafin gw.” ujar Arman pelan.

“Hmmhh…”

“Sorry gw meluk lo begini. Maafin gw ya…”

“Lepasin…”

“Gw gak mau lepasin sampe Kyla minta maaf.”

“Man, lepasin…”

“Maafin dulu…”

“Lepasiinn!! Badan gw seseeeek!!” seru Puput tercecik oleh dekapan kuat tubuh Arman.

“Ah, sorry2!”

Arman melepaskan pelukannya. Ia menatap Puput agak dalam, membuat Puput sempat memalingkan pandangannya. Ia merasa malu, kesal, jenuh, dan sedikit senang. Benar2 perasaan yang bercampur aduk pada malam hari ini. Ditambah dengan dekapan Arman tadi membuat tubuhnya memanas karena menempel erat dengan tubuh kekar serta wajah tampan Arman.

“Putt??” tanya Arman kepada Puput yang masih membuang pandangannya.

“Apa sih? Nanya melulu kayak karyawan baru!”

“Maafin gw tadi.”

“Ish, iya2! Udah sih jangan bahas lagi ah!!”

“Bener nih maafin gw?”

“Batu lo dibilanginnya! Kalo gw bilang jangan bahas lagi ya jangan bahas lagi!!”

Arman merasa lega karena Puput terlihat tidak bete seperti tadi, meskipun ia kembali ke setelan awal dengan sikap judesnya, namun tidak apa2. Toh, Puput sepertinya bersikeras tidak mau membahas hal memalukan tadi.

“Gw mau balik ke cottage…” pinta Puput masih mendekap tubuhnya dengan kedua pergelangannya.

“Yaudah Put, balik gih. Gw mau ngambil gitar deket api unggun tadi…”

Ketika Arman bergegas untuk mengambil gitarnya, Puput menahannya dengan menarik ujung bawah kaos Arman.

“Eh, kenapa?”

Puput menatapnya dengan tatapan malu. Wajahnya memerah padam dan bibirnya tertutup sangat rapat.

“Mann…? tanyanya dengan sangat pelan.

“Apa? Kenapa?” Arman kembalu menghampiri Puput.

Lalu Puput mendekat untuk berbisik di samping kanan Arman “Tadi…. tadi bau banget gak sih ketek gw…??”

Puput bertanya dengan nada suara yang gemetaran. Arman hanya menatap Puput bingung. Jelas2 Puput berkata bahwa hal tersebut tidak mau dibahas lagi, namun perempuan ini malah bertanya kepada dirinya yang masih merasa sedikit bersalah.

“Engg.. gimana ya Put?”

“Jawab jujur…”

“Tapi lo entar bete lagi kagak nih?”

Puput menggeleng pelan masih dengan ekspresi malu nya.

“Emmhh… ya gimana ya… namannya manusia pasti kan punya yang namanya… aduh!”

Arman mendapatkan tamparan sekali lagi di lengannya oleh Puput. Ia begitu kesal karena Arman melontarkan basa basi tidak penting.

“Langsung ke intinya aja bisa kagak sih, nyet!!?”

“Tapi janji nihhh jangan baper!”

“IYA ENGGAK!!” Puput membentak kesal.

“Emm… tapi gw suka sihh…”

“Suka apa????”

“Yaaa ituu…” Arman menggaruk belakang rambutnya karena bingung mengeluarkan istilah yang membuat Puput tidak terbawa perasaan kesal kembali.

“Tinggal jawab aja aduhh!!” omel Puput tidak sabaran.

“Iye2!! Gw suka sama ketek looo!”

“…..”

“Terus yaaa… gw suka sama…. aduhhh bangsat lah…. ini aneh banget sih Put, tapi gw suka sama bau ketek lo!!!” sekarang giliran Arman yang menahan malu.

“…..”

“Semenjak yang waktu itu, yang waktu lo mabok terus gw bawa ke hotel. Lo inget kan kalo lo tuh sange terus gitu2an ke gw…. nah itu lahhh!!”

“A-apanya itulah??”

“Ya ituuuu!!!” Arman menggertakan gerahamnya kuat.

“Yaudah sih… ju-ju…. jujur aja…” Puput menunduk ragu dengan omongannya sendiri.

“Ah fuck lah! Yaudah2! Ketek lo bikin gw sange, bau ketek lo bikin gw sange, bau… bau badan lo itu enak!! Bikin gw sa… mmp!!”

Sontak mulut Arman langsung ditutup kuat2 oleh Puput. Ia tidak tahan mendengar kejujuran yang berlebihan keluar dari Arman. Saat ini yang Puput rasakan ia ingin menghilang dari muka bumi atau ditelan oleh lautan, atau minimal ia berlari ke pantai, menuju ke laut lalu menenggelamkan dirinya. Tubuhnya kembali memanas namun bukan karena terangksang melainkan karena rasa tengsin karena omongan Arman barusan mengenai aroma tubuhnya. Benar2 hal yang tidak wajar bagi seorang laki2 menyukai salah satu bagian dari perempuan selain penampilan dan karakter.

“Mmmph!” Arman masih berusaha berbicara namun Puput tetap menahannya.

“Udah cukup!!!!! Plis jangan dilanjutin lagi!! PLIIIIISSS!!!”

“Mpuahh!! Yaudah gakk!!” Arman juga terlihat memerah karena mengakui hal yang tidak semestinya ia akui di depan perempuan cantik nan seksi seperti Puput “Tapi jangan salah sangka juga!! Lo juga cantik kok, terus seksi… terus… MMMPPH!!”

“Udah gw bilang setooopp!!!!!!” Puput semakin tengsin ketika malah dipuji seperti itu.
 
Arman mengusap2 wajah serta dagunya karena bagian sana diremas kuat oleh tangan Puput tadi. Mereka berdua berjalan kembali menunju ‘cottage’ setelah memadamkan sedikit api unggun dan mengambil gitar yang tergeletak tadi di dekat sana. Arman berjalan lebih dulu dan sempat menunggu Puput, namun Puput sengaja berjalan agak berjarak di belakang karena tidak mau terlihat berduaan dengan Arman. Arman memanggil2 Puput namun Puput memberikan gelengan kepala dan gestur tangan yang mengusir untuk memberi isyarat agar jalan terlebih dahulu. Arman hanya menarik napas pelan lalu kembali berjalan.

Sesampainya di teras, ternyata pintu ‘cottage’ terkunci dari dalam. Arman sempat menggedor dari luar namun tidak ada jawaban sama sekali di dalam. Ia mengintip dari arah jendela dan melihat Farhan dan lainnya masih terkulai tak berdaya sambil mendengkur keras.

“Farhaaaannn??? Biaaaaannn???” seru Arman memanggil dari luar.

Selang beberapa lama Puput menghampiri dan melihat Arman yang duduk pasrah di kursi teras. Ia terlihat bingung sambil melirik kearah pintu dan jendela.

“Lho, kok gak masuk?” tanya Puput.

“Dikonciin kita….”

“Hah??? Sumpahh!!”

Giliran Puput yang mengetuk sambil menyerukan nama teman2nya dari luar. Ia menggerakan gagang pintu yang terasa percuma karena terkunci dari dalam.

“Marinaaaaa!!?? Maaaar???”

Arman hanya memperhatikan Puput yang sia2 berteriak dari luar. Semua orang yang didalam ‘cottage’ sudah terlelap karena kantuk dan alkohol. Setelah lelah berteriak, Puput pun duduk di tangga teras sambil menunduk membenamkan wajahnya di kedua lututnya.

“Duduk di bangku sini.” ujar Arman memanggil Puput menawarkan tempat duduk di sampingnya.

Puput hanya menoleh sekilas sambil memicingkan matanya “Gara2 elo kita dikonciin kan!”

Arman tidak meladeni omelan Puput. Ia menggertakan giginya karena sudah menduga pasti akan menjadi kambing hitam atas keadaan ini. Dua menit setelah merenung di tangga teras, Puput beranjak lalu berpindah tempat duduk sendiri ke kursi di samping Arman. Namun kursi tersebut ia tarik sejauh mungkin dari Arman dan meletakannya di posisi pojok teras yang lumayan gelap.

“Hei, jauh bener duduknya?” tanya Arman kepada Puput yang menopang wajah membuang tatapannya.

Puput tidak menjawab sambil memasang ekspresi ‘badmood’. Apesnya lagi, ponselnya juga ia tinggal di dalam kamar. Alhasil Puput hanya duduk termenung menunggu kantuk yang entah bagaimana tidak kunjung datang. Ketika sedang bengong, Puput kembali merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Ia merasa merinding di tenguk leher dan kedua kakinya sambil melirik ke bawah kursi. Dan benar saja, seekor hewan kecil melintas perlahan diatas pagar teras. Sontak Puput melotot dan beranjak cepat dari kursinya lalu menghampiri Arman.

“Lah, tau2 balik…” ujar Arman melihat Puput yang berlari kecil tanpa mengambil kursinya.

“Ada kecoak…”

“Hah?” tanya Arman sekali lagi karena tidak mendengar suara Puput yang kecil.

“Ada kecoaaaakk!! Ih budeg!!”

“Yaudah duduk disini aja kalo takut mah.” Arman memberikan tempat duduknya kepada Puput.

Lalu Puput menghempaskan pantatnya ke kursi merah Arman. Ia sempat menggerutu kesal karena banyaknya serangga menyebalkan tersebut di pulau ini.

“Aneh banget! Masa di pulau banyak kecoak sih!!”

“Ya namanya masih tinggal di bumi, pasti ada aja atuh serangga kayak gitu.”

“Enggak usah nyaut! Gw gak ngomong sama elo!!” hardik Puput dengan pedasnya.

Arman memutar bola matanya karena Puput yang masih judes. Kaerna tidak mau ambil hati, Ia pun duduk di teras sambil menyalakan kembali ponselnya.

Baru saja beberapa menit mengecek ponselnya, mendadak bagian lengan kiri kaosnya terasa seperti ditarik. Arman menoleh kearah Puput yang memasang wajah merona dan sedikit terlihat menyesal.

“Nape?”

“Ma-maafin tadi omongan gw ketus….” ujar Puput pelan sambil memutar bola matanya.

“Yaudalah Put, namanya juga lo lagi ngantuk kali.” ucap Arman datar.

“Emm… yaudah maaf.”

“Iye…”

Puput masih menarik kaos Arman menyuruhnya beranjak dari sana.

“Man…?”

“Apa lagi?”

“Mmm… duduk disamping gw aja...” pinta Puput lirih masih dengan wajah yang menunduk.

“Biar gw tebak, lo mau gw temenin buat ngusir kecoak ya?” celetuk Arman menerka2.

“Engg, gak juga kok!”

“Terus apa?”

“Yaaa… ya duduk aja samping gw!”

“Lo mau gw duduk disamping lo, Put? Gak salah nih?” Arman iseng memastikan sambil senyum2 mengejek.

“Ya-yaudah kalo gak mau mah! Gw gak maksa kok!!” dalih Puput mulai goyah dengan omongannya.

“Hahaha, apaan sih? Masalah duduk disamping aja ampe jutek2 begini.” Arman beranjak dari tangga teras lalu kembali ke kursi.

Terlihat hanya ada satu kursi saja untuk duduk. Satunya lagi berada diujung dan sedang dihinggapi oleh kecoak diatasnya. Arman pun duduk di kursi yang berada di dekat mereka dengan santainya.

“Nah kan, aneh lagi sikapnya.” celetuk Arman menatap Puput yang hanya terdiam menatap sambil merapatkan giginya.

Dan selanjutnya tidakan Puput benar2 membuat Arman kaget. Puput lantas duduk diatas pangkuan Arman dengan lugas. Kedua pahanya ia bentangkan sambil tangannya mencengkram erat pundak Arman. Tatapanya tajam menatap Arman namun juga malu2 secara bersamaan.

“Mau ngapain Put? Kok ngeliatnya begitu?” tanya Arman bingung.

“L-lo… lo di-diem aja!!!” ucap Puput terbata karena rasa kelu di dadanya menyeruak sampai ke lidahnya.

Semakin lama semakin terdengar suara napas Puput yang berat sambil tangannya semakin meremas pundak Arman. Arman yang sedang berada di posisi bawah sempat kelimpungan karena sikap Puput yang berubah drastis. Namun ia tidak mau bersikap munafik begitu saja. Ia juga suka melihat Puput yang binal seperti ini dengan kedua toket penuhnya yang naik turun karena napasnya yang memburu, walaupun keadaan seringkali berubah 180 derajat.

“Kalo mau lanjutin yang tadi, jujur aja kali Put….” Arman tersenyum tipis mengelus pinggul Puput.

“Enhh…. enggak tuh… gw…. gw cuman…” Puput masih berbicara gagap mulai mendesah.

“Cuman apa…??”

“Cu… cuman… pengen… nnhh… pengen…. ah…”

Puput semakin sulit untuk berbicara lantaran toketnya mulai dipijat oleh tangan Arman yang langsung menyusup ke dalam ‘tanktop’ Puput. Puput merasakan sensasi geli namun nikmat ketika Arman kembali meremas dua gunungnya. Di sela desahannya, ia masih sibuk mengoceh berdalih jika ia tidak menikmati pijitan demi pijitan tersebut.

“Mhh… mmfhh.. apasihh remes2 emmhh..”

“Hihihi… gw sebenernya penasaran sih, Put…”

“Penasaran apaan!? Emhhh..” tanya Puput bernada kesal.

Arman melepaskan remasannya dan kembali meraih pinggang Puput. Ia lalu menarik tubuh Puput dan mendekatkan wajahnya dengan wajah Puput. Sontak Puput jadi memanas karena tatapannya sangat dengan dengan Arman.

“Hhhh apasih Mhann…”

“Gw jadi penasaran, sejauh apa sih lo gengsi sama gw…” bisik Arman disamping telinga Puput.

Mendengar bisikan maskulin tersebut, Puput semakin berdesir dan dadanya berdengup sangat kencang. Entah mengapa sensasi seperti ini malah berbeda ketika mereka sedang melakukannya tadi di karang yang tidak jauh dari api unggun. Sensasi ini terasa lebih intim dan lebih panas. Mungkin karena Puput dapat dengan jelas melihat ekspresi Arman yang menatapnya tegas.

“Jangan enhh… jangan liatin gw begitu sih!! Ihh…!!” omel Puput menampar dada Arman gemas.

Arman tidak menanggapi. Lantas ia langsung meremas pinggul Puput serta menusukan jempolnya ke perut dan pusar Puput. Seketika Puput mengelinjang geli menekukan tubuhnya keatas sambil mengigit bibirnya.

“Hauffhh… emmhh.. Arman gelihhh…”

“Ohh geli…?”

Arman semakin mengelus bagian tubuh Puput yang ramping tersebut. Ia juga kembali mengarahkan tangan kirinya ke toket Puput. Terlihat kedua puting susunya sudah mengeras dan tercetak di tanktop ketat hitamnya bahkan ketika ia duduk di pangkuan Arman. Sepertinya Puput berinisiasi untuk kembali melanjutkan nakalnya dengan Arman setelah terganggu dengan celetukan Arman tadi.

Hmmm hmmm… ok…. pokoknya gw jangan celetuk soal bau ketek si Puput… kali ini gw udah ngerti… gw gak akan ngelakuin kesalahan yang sama lagi di tempat tadi…

Arman mulai mencabut kedua puting yang sudah menegang tersebut. Puput pun mendesah nikmat merasakan sensasi rangsangan yang memenuhi sekujur toketnya yang terasa sampai ke bagian bawah tubuhnya. Ia memejamkan mata pelan menikmati setiap sentuhan mesum Arman yang berpindah dari toket ke puting nya.

“Mmfhh.. mfhhh.. Mhann… mmh..”

“Enak gak?” tanya Arman pelan.

“Mhh.. nhh.. mhh gak taukk…” Puput menggeleng tidak mau mengaku.

“Kalo gak tau, kenapa ampe goyang2 gini nih pantat lo?”

Arman mulai merasakan tekanan di selangkangannya oleh goyangan panggul dari Puput. Perempuan ini diam2 mulai terangsang, namun tetap dengan gengsinya. Puput memang memulai manuver mesum terlebih dahulu, namun ia juga bingung bagaimana meneruskannya karena sikap gengsi yang masih melekat kepada Arman.

“Ahhh! Armhann…”

Puput memekik pelan ketika tangan Arman mulai merogoh masuk ke dalam celana pendeknya. Di dalam sana Arman kembali merasakan hangat dan basah lubang vaginya yang kini kembali berdenyut. Karena Arman juga tidak mau memberikan basa basi mesra, ia langsung ingin membakar hawa nafsu Puput. Dimulai dengan jari tengah dan telunjuknya yang menusuk masuk kedalam liang basah tersebut. Namun tidak hanya itu, Arman juga menyentuh, menggesek, dan meremas klitoris Puput. Sontak Puput melebarkan matanya lantaran kaget setengah mati salah satu bagian paling sensitif kelaminnya dikasari seperti itu. Ia mendesah kesal namun merasa nikmat tiada tara.

“Ohhh! Ouhh udah gilah yahh ooohh…. nnhh… nnhhauhh!!”

Arman semakin gregetan dengan ekspresi mesum Puput. Ia semakin meremas biji kewanitaan Puput yang membengkak seiring dengan rangsangan yang diberikan Arman. Puput juga melotot karena rasa ngilu yang nikmat menyeruak ke seluruh tubuhnya karena jari jemari bejat Arman.

“Armahh auhh… nnnhhfhh… itil gw…. itil gw ngapainhh oohuuhh… jangan diremes oouuhh… mmh… kayak gituhhh nhuuuhhh!!!” desah Puput menatap Arman nalar sambil membuka lebar mulutnya.

“Biarin! Abisnya lo gengsi terus! Lagian enak kan itil lo gw giniin??”

“Nhhhuhh… nnfahh… ahhh… ahhh gak tauhhh!! Gak tau!!! Gak tauuu!! Gahhh… ahhh fuckk!! Gaaahh… ahhh!!”

Kesal namun terasa nikmat dan ngilu, Puput tidak dapat berbuat banyak selai meremas kuat pundak Arman dan mendesah tak tertahan. Kedua puting susunya terlihat semakin tercetak keras dibalik tanktop hitamnya. Saking mengerasnya sampai2 terlihat seakan2 menusuk keluar dari kain tanktopnya. Arman semakin brutal memberikan kocokan jarinya di lubang vagina yang mulai terdengar becek di setiap gerakan maju mundur jari Arman.

“Nhhh mmhh… mmhh… mmhh fuckk… nhh…”

“Gimana? Masih gak mau ngaku?”

“Mhh… nnhh… mmhh… nnghh…”

“Ngaku gak?”

“Mhhh… mmhh ahh…”

“Ngaku gakkk???”

“Nhhh… nnhh bacod!!”

Seketika bagian selangkangan Arman diremas dengan begitu kuat oleh Puput. Remasan tersebut tepat mengenai rudal Arman yang sudah tegak mengeras dibalik celananya.

“Aghh! Put!!” Arman mengeluh kaget.

“Hmmhh… nnhh… bacod lo… lo tau bacod gak anjingg… nnhh..!!”

Muncullah sudah ‘iblis binal’ Puput yang langsung agresif membalas merekas penis Arman. Sambil tetap mendesah kesal, Puput tidak mau kalah mengelus, meremas, dan mencubit kepunyaan Arman. Ia juga langsung merogoh masuk kedalam celana pendek Arman dan meraih batang kekar berurat tersebut.

“Hhhh… ini kahnn.. ini kann yang lo mauhh?? Nhh?? Ini kahhnn… nnhh.. fuckk…” geram Puput masih mendesah enak.

“Aughh!! Shhh… ahh… Put… Putt… anjing lahh gercep amat tau2 nyomot punya gw agh!!”

“Ngghh biarin!!!! Emang lo doang yanghh… nhh yang cuman bisa ngobel2 memeq gw hah!!??”

Puput dengan jalangnya mengocok penis Arman. Celana pendek Arman sempat ditarik paksa oleh Puput sampai ke paha. Kini terpampang jelas penis berwarna coklat kemerahan di bawah sana yang sedang mengacung tegak. Puput kembali terbelalak sambil mengigit bibirnya karena takjub melihat ukuran aset Arman yang begitu gagah.

Gede banget ternyatya punya si bangsat ini…. hhhh… anjing lahhh… makin nyut2an gw ngebayangin kalo ginian masuk ke memeq gw….ahhh fuckkk…. sabar ya ‘little princess’… gara2 tadi kamu dikocokin, jadi gak berhenti mewek daritadi… apa lagi ngeliat nih qontol…. aduhhh…. sumpah basah bangeeeeett kamu tehhh…!!!

Jari jemari Puput membelai erotis batang penis Arman. Puput juga merasakan kocokan Arman sempat terhenti lantaran penisnya dirangsang di bagian ujung kepala penisnya yang dicubit dan ditusuk lubang kencingnya dengan jari. Arman pun ikutan mendesah tertahan karena diperlakukan seperti itu. Gantian Puput yang tersenyum mengigit bibir bawahnya karena ia berhasil membalaskan dendamnya karena vaginanya yang telah dikorek mesum.

“Hghh Put!”

“Hhh.. hehehe… ohh jadih sekarang eloh yang keenakan?? Hahh… elo yang keenakan sekarang kan??? Hiyahh kann???”

“Hhhn… ghh… kalo iya kenapahh??”

Arman tidak mau menyerah begitu saja dengan rangsangan Puput. Ia juga semakin mengencangkan kocokannya di lubang vagina Puput, membuat Puput mengelinjang tertahan.

“Ennhh… mmff… bangshatt.. emmhh.. Armanhh!!”

Arman begitu puas melihat ekspresi Puput yang menahan konak habis2an sambil berkata kasar. Tatapannya masih berusaha galak dan tajam namun perlahan menjadi sayu karena diam2 ia juga menikmati setiap kocokan di vaginanya. Arman juga tidak hentinya menggesek klitoris Puput gara perempuan ini semakin mabuk dalam libidonya yang mendidih panas.

“Engahh… ahh… ahuuhh…. fhhhakk…!!”

Puput mulai goyah dengan kocokannya. Arman yang melihat ini lantas semakin mengencangkan kocokannya sebrutal mungkin. Ia juga memberikan ciuman di leher kiri lalu berpindah ke bibir merah muda Puput.

“Cllhpphh.. ahhmmhh… mmhhh… clphp… cllphh… mmhh!!”

Puput melepaskan genggaman di penis Arman dan meraih kedua pipi Arman. Ia meresponi ciuman panas di bibirnya dan membalas tidak kalah panasnya. Lidahnya bermain diantara lidah Arman, menyilang, saling menjilat, saling menghisap, atau mengigit bibir bawah Arman dengan binalnya.

‘Plak!’

Mendadak Puput memberikan tamparan keras di pipi Arman. Sontak Arman kaget dan menatap bingung Puput yang semakin menderu napasnya menatap kuyu dengan wajah yang memerah.

“Lho kok??”

‘Plak’

“Aduh!”

Arman tidak bergeming dengan tamparan tersebut namun tetap ia merasa kesakitan. Ia melihat Puput semakin menderu sampai2 dadanya semakin naik turun begitu cepat.

“Hhhh… hhhhh… hhhh… hhh…”

Sempat2nya Puput ingin menampar Arman kembali, namun tangan Puput langsung digenggam dengan erat ketika melayangkan tamparan tersebut.

“Heh, gak boleh nampar2!”

“Hhhh… hhhmhh… shhh…”

Puput kembali mendesah namun ekspresinya seperti juga sedang menahan sesuatu. Ia mengigit bibir bawahnya kuat2 sambil menekan kuat vaginanya diluar celana pendek biru tuanya yang terlihat rembesan basah di bagian tengahnya.

“Ahhh fuckk… hahhh… hahhh…”

Puput kembali ingin menampar Arman dengan tangan satunya, namun dengan sigap Arman kembali menahan tangan tersebut.

“Hei! Dibilangin sakit!!” sergah Arman berusaha menahan kedua tangan Puput.

“Hahh… hahh… Armannhh… Armanhhh…”

“Ape??”

“Lepasinnn… lepasin tangan gw… hhh..”

“Yaudah tapi jangan nabok2…”

“Hiyaaahh…” Puput menganggun menuruti permintaan Arman.

Ketika kedua tangannya dilepas, Puput dengan agresif kembali mencium Arman. Ciumannya tidak kalah panasnya dengan yang tadi. Malahan ia berciuman sambil menutup mata dan mendesah seksi.

“Ammh… mmmh… cllpphh… cllhpp… mmhhahh… mmhh… cllhpp..”

Kedua tangan Puput kembali meraih pipi Arman. Tangannya berpindah perlahan menuju leher sambil mengelus rambut belakang Arman. Lalu setelah itu dengan lembut namun erotis tangan Puput pindah ke dada bidang serta perut Arman yang terasa keras dengan lapisan otot kotak2nya.

“Clpphh… nnnhh… mmh.. mmhh.. mmhh…”

Arman sungguh sangat menikmati perlakuan seksi Puput. Ia kembali tidak menyangka perempuan jutek ini dapat bermain dengan panas dan erotis seperti seorang perempuan binal. Bahkan jika dirasakan setiap pergerakannya, kebinalannya satu atau dua tingkat diatas Amanda ketika dalam ‘mood’ yang tinggi.

“Nhh… mh..” Puput melepaskan ciumannya dan menatap bagian perut Arman yang sedang ia remas dengan gemas.

“Lo suka yang keker2?”

Puput terpaksa mengangguk namun masih malu2. Ia tidak habis pikir akhirnya ia mengakui betapa kekar tubuh Arman. Impian terdalam Puput juga akhirnya terpenuhi saat ini yaitu bercinta sambil menikmati tubuh perkasa Arman. Sama hal nya dengan Arman yang akhirnya sudah dapat menaklukan Puput beserta menikamti keseksian tubuhnya. Kedua toket ranum milik Puput juga bersandar kenyal menempel di dadanya. Sungguh sensasi yang membuat Arman melayang menembus melebihi langit ketujuh.

“Mann…?”

“Apa?”

“Emmhh.. gw…”

Puput berbisik sambil tersipu. Ia juga kembali menggenggam dan mengelus batang Arman yang masih tegang disana. Seakan sudah tahu maksud Puput, Arman pun tersenyum mesum sambil menggangguk pelan.

“Mau masukin..?” tanya Arman.

“Mhh… he-ehh…” Puput mengangguk pelan.

“Kalo di gw ada peraturannya, Put.”

“Ihhh… peraturan apaaa..??” decak Puput bernada manja namun tetap mengocok penis Arman.

“Ada passwordnya…” Arman kembali memasukan kedua jarinya ke vagina Puput.

“Ahh… ah.. ihh pake password2 segalak! Ribet lo emmhh…”

“Mau masukin gak…??” Arman meremas klitoris Puput, membuat Puput kembali kaget dan reflek meremas batang Arman.

“NGAHH!! Nhhh… nnhh… apasih passwordnyahhh….!!?? Hauhh… nhh…”

“Gampang kok.. ghh… mmmhh… yang pertama bilang ‘lo mau’, tapi subjeknya diganti pake nama lo. Jadi bilang ke gw ‘Puput mau dimasukin’. Gampang kan..??”

“Hhhnnnhh… alay lo hhnnhh!! Dasar jayuss ennhh… hnnhh fuck!”

“Yee kalo jutek2 gini mah, gw kocokin terus ampe muncrat nih…” ancam Arman setelah mendapat jawaban ketus.

“Mmhh.. hemmhh… biarinnhh.. lo alaay!! Gak mau gw bilang ennhhh!! Ehhh.. AHHH AHH AHHH AHH ARMANN AHHH!!!”

Arman semakin mempercepat kocokan jarinya ditambah dengan remasan di toket Puput. Sambil kembali memilin puting susu serta mengocok lubang vagina dan mencubit klitoris Puput, tentu saja membuat Puput blingsatan bukan main. Ia lantas mendesah seksi tak tertahan karena sensasi nikmat menyeruak habis2an di tubuhnya.

“Hhnnn Armahhnn aghh ahhh…!!”

“Ayo, jadi gimana?”

“Mhhh… enhh… ahh.. ahhh..”

“Kalo gak mau nurut mah, gw giniin aja terus…”

“Mmmhh… nhhh… Pu-Puput… Puput… emmhh… Puput mauuu…” cercau Puput susah payah diantara desahannya.

“Hah? Apa? Gak denger gw, Put.”

“Ah bacooood!! Ahhh gw mau ngentoooooddd!!! Cepetan lo masukin qontol lo anjing!! Gatel banget memeq gweeehh!!”

“Kok pake kata ‘gw’????”

“Ahhh ennh gak tau.. gak tau gak tau gak tauuuuuu!!!”

Puput meronta kesal dan menggenggam kuat penis Arman. Ia melepaskan celana pendeknya lalu dibiarkan menggantung di paha kirinya. Rasa sakit di kakinya kembali tidak terasa karena sudah tertutup oleh sensasi gatal yang menyenangkan di vaginanya.

“Hehh… hehhh… hehhh… emmhh… mh… NGHUUHH FUCKK!!”

Puput mengarahkan ujung penis Arman ke vaginanya. Baru saja seperempat bagian masuk sudah membuat Puput menahan napas karena sensasi penuh yang menekan setiap dinding vaginanya.

“Nnhuuhh… fuckk.. ouhh fuckk…!!”

Arman juga merasakan kembali hangat serta denyutan lubang vagina Puput. Terasa begitu licin namun sempit secara bersamaan disana. Arman melihat Puput yang habis2an menahan ekspresi mesumnya yang walaupun sudah tidak bisa ia bendung. Puput terlalu senang sampai2 ia ternganga tidak bisa menutup mulutnya yang mengeluarkan desahan di setiap inci penis Arman yang perlahan masuk.

“Ghhh, anjingg… Put…. memeq lo sempit banget ternyata!”

“Nhhh.. fhhh…. nnhh qontol elo yang kegedean di memeq gwehh… hnnnhh…!!”

“Nhh… tapi enak khan???”

“Emh… enhh… enggak tuhh.. mmhh.. biasah ajahh!!” ujar Puput dengan kurang ajarnya tidak mau berkata jujur.

Padahal ia menahan napas kuat2 agar tidak mengeluarkan desahan manjanya yang semakin keluar tanpa sadar di setiap gesekan penis Arman yang masih terkesan pelan menggesek nikmat dinding vaginanya.

“Mmhh… mmh… Mhannn… mmhh Mhannn…”

“Apaaa…?? Nanya melulu nihh…”

Arman mulai menggerakan pantatnya untuk mengocok penisnya di dalam vagina Puput. Gerakan pelan yang berganti ke cepat membuat Puput blingsatan sambil berpegang erat di kedua pundak Arman. Mulailah mereka berdua bergoyang satu sama lain saling memberikan rangsangan.

“Ahhh… ahhh… ahhh… Armannhh… ahhh… ahhh…”

“Aghh… Put.. ghhahh…”

Keduanya saling bertatapan. Puput semakin memperhatikan dengan dalam wajah Arman yang perlahan terlihat semakin tampan. Sementara Arman juga melihat Puput yang semakin cantik dan seksi dengan desahan liarnya. Suara becek kedua kelamin mereka juga terdengar semakin nyaring diiringi udara yang semakin menuju pagi.

“Hahh… hahhh… hahh… Armanhh… ahh…”

“Hnn… enak gak Puttt???”

“Ahhh… ahh… enaakk… enakk… qontol lo enak bangettt…. hhnnhh…”

“Hahaha… anh.. kayak gimana tuh enaknya??” Arman semakin menggoda Puput untuk melontarkan perkataan mesum.

“Hnnhh.. hnhhh… nnhh… ahh… enakkk bangeeett… nnhh.. penuh banget di memeq gwehh… nnhh… penuhh… nnhh..”

“Ah yang bener??”

“Hnnnh… hiyahhh… hiyahh anjingg… enak bangeeet… ahh…”

Semakin Puput mengeluarkan kata2 bejat, semakin ia merasa vaginanya gatal. Ia merasa dirinya sangat binal saat ini. Ia juga merasa bahwa qontol Arman lebih tahan lama dibanding kepunyaan Rangga yang hanya bertahan kurang dari 10 menit. Tanpa sadar Puput sudah semakin terhanyut oleh mode ‘jalang’ nya yang menuruti segala perkataan Arman dan tidak galak seperti kepada Rangga.

“Hhnnn… Mhann lo entot gw enak bangettt… nnhh… mmhaahh..”

“Hehehe… bagus dah kalo gitu…”

“Hihh… emmhh… gitu doanggg… emmhh… gituhh doang tanggepannya hahhh…!!”

“Abis mau tanggepan yang kayak gimana, HAH!!??” ujar Arman menghentakan penisnya kuat semakin menusuk vagina Puput.

“NGAOOHH!! Ahhh… ahh… ennhh… enggg… gak taukkk… ennnhh… enn enak banget qontol lohhh..”

Arman hanya tersenyum lebar melihat Puput yang kebingungan sambil mendesah. Perempuan yang galak2 kucing ini sudah ia taklukan tubuhnya dengan sukses. Tinggal hati dan omongan tajamnya saja yang terkadang masih mengoceh pedas di sela2 desahan.

“Manhh.. emmhh…”

“Apa sih? Manggil melulu kayak pelanggan…”

“Emmhh… maukkk… emmhh maukkk…”

“Mau apa??”

“Mau… emmhhh… aduh emm mau pipisss…!!”

“Ohhh…”

Mendengar omongan Puput yang ingin buang air kecil, Arman malah semakin mengencangkan gerakan pantatnya sambil meraih pantat Puput. Ia kencangkan sampai2 membuat Puput kembali blingsatan dan mengerang nikmat.

“Hahhh…. hahhh…. hahhh… ahhh… ahhh… mau pipiss… mau pipisss… aduh aduh aduhaaaahh…”

Puput semakin tidak bisa mengendalikan suaranya. Sensasi menggelitik kain menajam di vaginanya, menggetarkan seluruh tubuhnya dari ujung kepala sampai kaki. Semakin Arman mengocokan penisnya di dalam sana, semakin Puput merasa jika vaginanya semakin gatal dan akan memuncratkan sesuatu.

“Gilahhh Armannnn…. emmmhh….. aaaahhhhh!!!”

“Lo mau keluar kan? Lo mau keluar kannn???”

“Ahhh…. ahhh… hiyahhh… gw mau keluar bentar lagihhh… hnnnhh terus Mannnn… teruss… terussss. terus, terus, terus, terus, terus oohhh!!!”

Desahan Puput semakin terdengar liar. Kedua toketnya juga terlihat memantul menggemaskan yang masih tertutup tanktop. Ia juga mendekapkan kepala Arman ke tubuhnya lantaran tidak kuat menahan sensasi setruman yang semakin tajam di tubuhnya. Arman pun jadi kesulitan bernapas karena didekap oleh kedua toket Puput. Namun disamping itu, ia juga mencium aroma tubuh Puput yang membuat darahnya berdesir. Dekapan kenyal toket mengkal serta aroma feminim dari tubuh Puput membuat Arman juga ikutan kesetanan sambil menggoyangkan pantatnya brutal.

“Aghh!! Bangsat Puuuuutt!!”

“AOOOH AOOHH… ADUHHH GILA DARITADI KEK!!! NGHHH AHHH DARITADI KEK IKUTAN GOYANG MAAANNN!!”

“Gw goyang gegara disekep toket lo!!! Gw goyang gegara nyium…. ghhh… nyium bau ketek lo!!”

“AAAHHH APAISHHH AAHH!!” desah Puput jengah ketika hal sensitif tersebut kembali disebut oleh Arman.

“Bodo amat anjing! Lo seksi banget Put, tapi… nnhhh… tapi ketek lo bau!! Tapi… tapi… ah ngentod lah!! Tapi gw suka sama ketek lo yang bauuu!!” cercau Arman sambil berusaha mengakui fantasi anehnya.

“IIIIHH ARMAAAAAAAAANNN!!! AHH AHHH AHHH AHH ADUHH ADUHH GW KELUAAAAAARRR!!!”

Puput bergetar hebat sambil meremas kuat pundak Arman. Ia akhirnya orgasme sambil menyemburkan cairan dalam vaginanya yang masih tersumpal penis Arman.

“NNHH NNHH NNHH… MMHHH AHHH!!!”

Sekitar 30 detik Puput betul2 merasakan sensasi ekstasi yang begitu nikmat. Tubuhnya terasa begitu ringan, segala titik sensitif di tubuhnya juga menajam kuat seiring dengan semburan cairan cintanya. Setelah itu ia perlahan terkulai lemas diatas tubuh Arman. Napasnya masih terdengar begitu berat pasca orgasmenya tadi.

“Mmhh.. mmmhh… mmhh…”

Arman mengelus kepala Puput dengan lembut sambil menenangkannya. Namun dalam hatinya ia bersorak girang karena telah berhasil menaklukan perempuan cantik yang seksi nan judes ini.

Wiiiiiiiii arrr de cempiiiionnnnnnnnn…. mai freeeeeeeeennnn!!! En wiiiiii kip on faitiiiiiiiinnggg til dii eeeeeeennn!!! Ngentod lah, lagu Queen juga gak cukup kali buat jadi soundtrack gw yang berhasil ngewe sama nih cewe!!!!

Perlahan Puput mencabut batang penis tersebut dari vaginanya diiringi desisan lembut karena sensasi yang sangat sensitif disetiap gesekan vaginanya. Arman kembali mengelus kepala Puput, namun yang ia dapat adalah sebuah tamparan keras di dadanya.

“Kenapa lagi?”

“Hmm tadi… bilang apa lo barusan!?” tanya Puput lirih.

“Maksudnya?”

“Ihhh… gak usah pura2 begooo!! Bilang apa lo tadii!!?” Puput bernada kesal namun juga manja.

“Enngg… yang soal itu lo…?”

“YA!”

“Yaa gimana Put… maaf aja dah gw mending jujur dah sekalian sama elo. Sama kayak yang tadi gw bilang di deket karang itu kan….”

Seketika Puput memberikan tamparan di tempat yang sama. Pipinya kembali merona malu karena merasa risih ketika hal tersebut kembali disebut.

“Kenapa sih lo… lo suka sama bau ketek gw…?? Kan jijik banget…” Puput menunduk tidak berani menatap Arman. Ia juga meraih ‘cargidan’ nya menutup erat tubuhnya.

“Gak tau dah. Aromanya…. ya enak aja. Enggak asem, enggak kayak kaen lap demek. Enak aja gitu…”

“AAAAAA UDAH AAAAAHH!!! APAAN SIH KAEN DEMEK KAEN DEMEK!!!” Puput semakin risih lalu menutup kedua lengannya erat2.

“Yaudalah Put. Gw juga sebenernya gak bisa pendem terus2an. Lagian ini juga ngebuat lo akhirnya lega kan?”

“GAK! RISIH GW!!” jawab Puput galak.

Lalu mereka berdua merapihkan pakaian masing2. Setelah itu, keduanya saling bertatapan satu sama lain. Puput yang sudah sadar sepenuhnya pun kembali dengan perasaan salah tingkahnya ketika ditatap oleh Arman.

“Apa sih, ngeliatinnya begitu banget…”

“Put?”

“Apaa??”

“Makasih ya tadi. Lo enak banget…”

Arman sudah siap dengan kedua tangannya menghadang serangan Puput yang merasa risih. Namun ternyata Puput memberikan anggukan pelan sambil tetap membuang tatapannya, tidak berani melihat Arman.

“Lo… lo juga enak…”

“Apa?”

“Ish!! Lo juga enakk bangetttt….”

“Hahaha… sama2 Kyla.”

“Jangan panggil gw Kylaaa!!”

“Terus apa?”

“Yaa… panggil…. panggil Puput aja…” Puput mengecilkan suaranya kembali membuang tatapannya.

“Oke sip, Puput.”

Lalu Puput yang sempat beranjak dari pangkuan Arman kini kembali duduk disana. Ia berusaha menatap Arman walaupun pipinya merona merah karena detak jantungnya yang kembali berdengup keras.

“Cupp..” Puput memberikan ciuman singkat ke pipi Arman “I-i-ini buat ucapan terimakasih udah muasin gw! Sa-sama… sekalian ucapan terimakasih karena… emmm karena gak risih sama bau badan gw…” ujarnya lirih memerah padam.

“Eh.. hahaha. Yaelah kocak amat sih lo, Put.”

“Iihhh!!”

Ketika sedang berpangkuan, perlahan mereka menyadari ada sesuatu yang aneh disekitar mereka. Pintu ‘cottage’ yang tadinya terkunci kini sudah terlihat terbuka setengah bagian. Namun disela2nya ada dua orang yang sedang mengintip mereka berdua. Satunya menatap sambil tersenyum bangga, dan satu lagi melebarkan matanya sambil menutup mulutnya.

“Marina!!” hardik Puput kaget ketika melihat Marina dan Bian mengintip dari pintu menatap mereka berdua “sejak kapan lo berdua disitu!!??”

“Aduh, sejak kapan ya? Hmm, sejak kapan tuh say?” tanya Marina kepada Bian.

“Waduh, aku juga gak tau tuh. Hihihi….”

“Ih enggaaaak!! Kalian jangan mikir yang macem2!! Orang kita tuh gak ngapa2in!!!” Puput langsung membela diri sambil putus asa.

“Hmmm iya deh iyaa. Tapi kok kalo enggak ngapa2in, kok gw ngedenger elo tadi ngoceh2 nyebut nama Arman yaaaaaa….??”

Sontak Puput semakin memerah karena ternyata Marina mendengar suara Puput yang memang agak keras sampai2 terdengar ke dalam ‘cottage’.

“HAH!!?? ADUH YANG LAEN!! ADUH ADUH!!”

Marina menahan Puput yang begitu panik melongo ke jendela melihat orang2 yang terbangun selain Marina dan Bian.

“Tenang Put tenaaang. Baru kita doang kok yang bangun…”

“Maaarrr…. plis jangan kasih tau siapa2!” Puput berbisik sengit meremas kedua tangan Marina.

“Iya2, gw gak kasih tau siapa2 kok.”

“Janji??”

“He-eh, janji..”

“Hhuhu makasihhh Maaar!!” Puput memeluk Marina erat.

Sementara Bian menghampiri Arman yang sedang menyalakan rokoknya. Bian lalu terlihat menyodorkan kepalan tangannya kepada Arman.

“Gimana brodi?” bisik Bian kepada Arman.

Arman memberikan ‘fist bump’ serta senyuman pertanda ada sesuatu yang berhasil ia capai.

“Ck… gokil dah kawan gw satu ini!” puji Bian menggelengkan kepalanya.

Lalu Puput bergegas menghampiri Arman kembali. Seketika ia memberikan sepakan kuat kearah tulang kering Arman.

“Aduh! Apaan nih!!”

“Tendangan random buat orang random yang ngeselin kayak elo! Wekk!” Puput menjulurkan lidahnya lalu kembali masuk ke ‘cottage’ bersama Marina, meninggalkan Arman yang sedang mengerang kesakitan.





つづく
 
Bukan waras
Dia blm nongol kebinalannya
Kan di buka dikit cerita nakal nya dia jaman kuliah pas ketemu dildo
Dan di tambah dia sibuk kerja plus LDR sama rangga trus datang tiba tiba arman

sempet mau ngewe eh arman sempet bete karna si puput cantik nan seksi ini bau ketek walaupun si puput suka nyadar ketika burket

Bahkan ane pernah suka ama cewek
Kayak nya dia lagi cape banget
Asli bau banget ketek nya
Tapi beda sih bau keteknya cewek ama ane sendiri sebagai cowok mah

Bedanya tergantung orang

Kalau lagi berduaan memadu kasih
Pas main ketawan bau ketek nya kalau cewek ketika lagi dapet pas lagi enak pas lagi cemewew cm nanya ya awow kok bau sayang keteknya sampe keringetan lagi tapi gak apa apa lagi enak banget yg kenceng syang terus

.nah kalau saya yang laki ketika dapet cewek bau ketek
kadang belum cemewew aja udah ilfil orang nya

Padahal kita juga gak ferpek banget

Bantu komen aja sih
gimana ya hu, kadang sih cewe ytg punya aroma2 gitu tergantung sih klo menurut ane
ada yg bau emang, cuman entah knapa bikin deg2an, ada yg bau dan malah bikin kesel (ane pernah ketemu ade2an di tempat ibadah ane, deket doi udah kayak ke bantar gebang, tajem bener baunya :tidak:)
nah klo case ane (atau bisa dibilang fetish ane), ane lebih demen kayak yg aroma yg gak tajem2 bgt. yg kayak gitu biasanya bikin ane jadi linglung mendadak trus sama deg2an, apa lg klo ceweknya cantik/manis :pandaketawa:





cerita ente emang nagih berasa baca novel plus plus hahahaha...
sebenernya ini mau ane upload di website huruf W, cuman terlalu eksplisit bgt soal fetish nya :((:((



btw, puput klo keluar manja+ngambeknya emang beban dah tuh cewek, hahaha :pandaketawa:
ribet emang, cuman ngegemesin, cuman ya ribet hu. kasian si arman sama rangga suka ngebatin :sendirian::sendirian:


Walaupun udh update tp kok berasa kurang ya. Mungkin sang TS bisa membaut para pembaca utk ikut mengalir dalam alur ceritanya.
iya nih, ane juga dikit ngerasa kayak gitu
kayaknya gara2 waktu itu masih dalem pemulihan gara2 sakit, jadi ngetik ceritanya gak konsen :((:((



Ceritanya campur aduk...ada lucunya, ada dramanya, ada romantisnya sampaikan skidipapapnya juga ada..emang mantep ini kisah
ada yg ngeinspirasi ane buat nulis kayak gini soalnya :pandajahat:
 
Yah menurut ane sih kalau cewek bau mah bisa kita rubah

Dengan kita pake body lotion
Trus pakai minyak wangi deket dia

Jd dia pun akan ikutin kita
Cm moment pake nya aps mau jalan atau kondangan

Atau gak kasih surpraise
Bilang

Aku mau majain kamu
Beliin dia lulur
Hand body
Trus ajakin mandi bareng pakein lulir nya trus sekalian sex quickly

Trus pakain hand body nya sambil kita peluk

Nanti dia berubah kok


Petish orang beda beda kok

Contoh kayak ada cowok demen meqi yg gundul karna buat ngejilmeq nya enak gak ada rambut nyangkut di mulut kita

Ada juga yang demen gondrong

Tapi rata rata cewek versih demennya nya malah botak meqi nya mereka

Toh buat mereka juga ibadah
 
Arman ma Puput emg cocok banget, sih. Gw suka chemistry yg terbangun diantara mereka. Gw yakin tanpa minum pun Puput sebenernya pasti mau sama Arman, alkohol cuma faktor pendorong aja, hahaha. Cewek tsundere emg kadang bikin geregetan~

(btw, gw kok bayanginnya si Puput kalo ML berisik bgt, ya, kayak artis JAV, wakakakaka) :pandaketawa:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd