kudaAirrrrrr
Tukang Semprot
“Atchiiii!! Hatchiii!!!”
Terdengar suara bersin keras Marina dari dalam kamar mandi pagi ini. Beberapa orang yang masih tertidur pun terpaksa sedikit terbangun karena dikagetkan dengan suara garang tersebut. Waktu menunjukan pukul 8 di jam dinding ‘cottage’. Banyak dari mereka yang masih nyaman dengan suasana kasur. Dewi, Citra, dan Cecil terlihat sangat kacau di atas kasur karena posisi tidur mereka yang tidak karuan. Sama seperti Farhan, Yosep, dan Tomi yang beradu dengkuran keras satu sama lain. Sementara itu di tepi pantai, Puput sedang duduk diam dengan beralaskan matras kecil untuk mendaki gunung yang ia pinjam dari Irvan. Tatapannya tidak berkedip ketika melihat gerakan semu terbitnya matahari pagi ini, dengan cahaya oranye yang membias air laut.
Berkali2 ia mengambil napas panjang menenangkan dirinya, meresapi nikmat teduh pemandangan pagi ini. Oh iya, ia juga sedang menikmati segelas coklat panas untuk sarapannya pagi ini melanjutkan sesi pemulihan batin dan fisiknya.
Lega banget gw ngeliatin begini pagi2…
Namun perlahan ia mendengar suara langkah kaki menghampirinya dari belakang. Sepertinya Puput sudah tahu siapa seorang yang mendekatinya.
“Ngapain, Man?” tanyanya kepada Arman yang melangkah membawa gitar hitamnya.
“Wih, kok lo tau gw yang nyamperin?”
Arman pun duduk di samping Puput yang tidak memberi tanggapan. Pagi ini ia berusaha tidak mau merasa kesal, meskipun Arman sedang duduk di sampingnya lalu mendentingkan nada di gitarnya. Lanutan melodi gitar serta angin pantai searasa membuat Puput menjadi tenang tetap memejamkan mata. Arman berkali2 melirik kearah Puput yang perlahan terpejam mengarah ke langit.
“KAU HANCURKAN AKU DENGAN SIKAAAAAPMUUUU!! TAK SADARKAN KAU TELAH MENYAKITIKUUUU!!??”
Mendadak instrumen gitar lembut berubah menjadi nyanyian keras. Sontak Puput tergoncang dan langsung naik pitam karena cowok brengsek ini telah mengacaukan suasana teduhnya.
“Bisa diem gak!?”
“Maap2... abisnya lo tenang banget…” Arman kembali membunyikan dentingan pelan di gitarnya.
“Orang lagi nikmatin momen lo malah koar2! Udah gila kali ya lo!!”
Arman tidak menjawab dan sibuk dengan gitarnya. Puput pun kembali dengan sesinya. Ia kembali diam meresapi pemandangan pagi ini. Tarikan napas panjang perlahan ia ambil untuk kembali fokus. Namun kembali, Arman melantunkan nada gitar yang terdengar sedikit aneh, bahkan menjadi sangat asing di telinganya.
“Lo maenin lagu apa sih?” tanya Puput mulai risih.
“Lagu pergilah kasih dari demasif, kenapa emang?”
“Kok gitu sih nadanya!?”
“Emang begini nadanya.” Arman tidak memperhatikan Puput yang menatapnya heran.
“Ih, apaan sih… bedaa!!”
“Dibilangin gak percayaan, Put.”
“BEDA! LO TUH FALES BANGET NADA GITARNYA!!” Ia mengomeli Arman sengit karena gelisah mendengar nada gitar yang tidak pas dengan vokal nya.
“Gini, gw kan maen versi nada gitarnya nih, dariapda lo gondok gegara denger gw maen gitarnya kata elo.. ‘fales’, kenapa gak nyanyi aja coba?” Arman tersenyum menantang Puput.
“Hah? Kok tiba2 suruh gw nyanyi????”
“Ayo dong. Apa jangan2 sebenernya lo kagak bisa nyanyi…??”
Mendengar cemoohan tersebut, Puput menjadi tersulut emosinya. Ia melebarkan matanya, menatap Arman kesal karena telah menghinanya.
“OH GITU, OKE!! MAENIN TUH GITAR LO, CEPETAAN!!”
“Nah gitu dong. Mau lagu apa, Put?”
“Mahalini! Sisa rasa!”
“Ohh itu. Anak jaman sekarang banget lo ya ternyata…”
“Enggak bisa kan lo maeninnya????”
Lalu Arman memainkan petikan nada lagu yang diminta oleh Puput. Lantunan gitar tersebut membuatnya sedikit terkesima memperhatikan setiap gesekan dan petikan jari jemari Arman.
“Yok… tu… wa.. ga…”
“Eh kok kok… apa sih? Masuknya pas kapan ituuuu??”
“Ah elo… ulang2..”
Lalu Arman kembali memainkan gitarnya. Kali ini Puput berusaha fokus memperhatikan setiap nada agar vokalnya tidak melenceng lagi.
Melihatmu bahagia, satu hal yang terindah
Anug'rah cinta yang pernah kupunya
Kau buatku percaya ketulusan cinta
Seakan kisah sempurna 'kan tiba
….
Masih jelas teringat pelukanmu yang hangat
Seakan semua tak mungkin menghilang
Kini hanya kenangan yang telah kau tinggalkan
Tak tersisa lagi waktu bersama
Merdunya suara vokal Puput yang bernyanyi membuat Arman juga berbalik pangling. Ia memperhatikan Puput begitu mendalami setiap lirik yang ia nyanyikan. Tanpa sadar Puput perlahan meneteskan air mata membasahi pipinya ketika memasukin bagian ‘refrain’.
Mengapa masih ada
Sisa rasa di dada
Di saat kau pergi begitu saja?
Mampukah ku bertahan
Tanpa hadirmu, sayang?
Tuhan, sampaikan rindu untuknya
…..
Arman menghentikan permainan gitarnya. Ia memperhatikan Puput yang menarik napas menatap kosong Arman dengan genangan basah di bola matanya.
“Put?”
“Eh, hah??? Eh kok…..???” Ia terlihat bingung lalu mengusap air matanya cepat2.
Aduhh!! Kok gw mewek sih di depan dia!!??
Arman masih dia memperhatikan Puput yang memalingkan pandangannya kembali kearah matahari terbit yang semakin meninggi.
“Btw, suara lo bagus banget.” Puji Arman pelan kembali melanjutkan lagu yang tadi ia mainkan.
“Huh, kicep kan lo tadi!” Ujar nya dengan judesnya seperti biasa.
“Iye2… kicep gw kicep.”
“Makanya jangan ngebacod gede dulu! Gw buktiin langsung diem kan lo!”
“Iya2, tapi nih ya…” senyuman kecil tersungging dari ekspresi Arman “Thank you ya udah mau nyanyi bareng tadi. Tadi sengaja gw stop karena kalo gw lanjutin takutnya lo makin kejer lagi nangisnya…”
Sontak kedua pipi Puput merona mendengar perkataan Arman barusan. Ia memutar bola matanya berusaha menutupi rasa berdebarnya sambil menenggak habis coklat panasnya yang mulai mendingin.
“Fuahhh!! Apa sih, sok muji2 lo dasar!!”
Ia merapihkan matrasnya lalu bergegas kembali ke ‘cottage’ meninggalkan Arman yang memperhatikannya dari jauh.
Mana tadi gw pake nyanyi2 gituan pula. Malah jadi baper gini kan!!!
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Sekembalinya Puput kedalam ‘cottage’, ia disambut dengan Cecil dan Dewi yang sedang membuat konten joget di ruang tamu untuk di unggah ke tic toc. Musik jedag jedug dari DJ lokal keras berputar dari ponsel Cecil diiringi gerakan tarian mereka berdua. Ketika Puput masuk, ia pun langsung ditarik untuk masuk kedalam video. Namun sudah pasti Puput menolak habis2an.
“Cecil!! Gak mau ahhhh!! Belom mandi gw, astagaa!”
“Emang lo kira kita berdua udah mandi???”
“Ayo dong Put. Sekali ajaaa! Kapan lagi ngonten bareng kita??” Dewi membujuk Puput yang menolak sambil bermalas2an.
“Ajak si Jessica sama dia2 pada aja sih…”
“Masih pada molor ituh berdua. Apa lagi si Citra, masih kenceng banget ngoroknya!”
Lalu Puput bergegas masuk ke dalam kamar dan melihat Citra dan Jessica beradu suara dengkuran satu sama lain. Karena ia tidak mau dijadikan konten oleh Dewi dan Cecil, ia lantas membangunkan paksa dua kawannya ini.
“Woi bangun!”
Puput menepuk2 pantat Jessica dan Citra. Mereka berdua masing2 hanya menggusar lalu membalikan tubuh di balik guling. Cecil pun ikutan masuk dan menghampiri Jessica. Ia merebahkan diri disamping lalu menyusupkan tangannya ke dalam celana pendek Jessica.
“Bangun kagak!”
Tidak tanggung2, Cecil meremas klitoris Jessica dengan bejatnya sampai2 Jessica terbangun dan memekik kaget.
“Ohh!! Ouhhh!! Ahh be lo apaan sih!! Oghh…!!”
“Eh, basah banget meki lo, be! Mimpi apaan lo tadi, hah?”
“Aduh Ceciiiilll!! Ahh….”
Jessica meronta berusaha keras melepaskan perlakuan mesum Cecil. Namun semakin ia berusaha, semakin Cecil memasukan jari tengah dan telunjuknya kedalam vagina Jessica yang melembab. Klitoris Jessica juga ia pilin dengan kasar, membuatnya semakin merekah merah.
“Itil gw lo apaaiinn!!?? OUUUHHH… NNHH… MMPPHH…. MMMHH!!”
“Gw cemek biar lo bangun!”
“Ahh udah be udaaaahh!! Ahhh… ahhh… nhh!!”
Karena perlakuan bejat Cecil semakin menjadi, akhirnya membuat tubuh Jessica semakin meronta. Namun bukan meronta untuk melepaskan diri melainkan menahan sensasi orgasme yang semakin menyeruak mendenyutkan dinding vaginanya.
“Ahh… be udah… udah… udah aahhh…”
Jessica memejamkan matanya kuat sambil menganga kareka tidak bisa menahan desahan dan sensasi menggelitik di vaginanya.
“Lo mau keluar beneran, be??”
“Hhh… nnhh… nnhh.. be!!”
“Ehhh, udah gila ya lo berdua!!!!!????”
Mendadak Puput menyergap mereka berdua yang sedang berlaku mesum. Namun Jessica sudah terlihat tidak perduli dengan teguran keras Puput. Pikirannya sudah keras mengisyaratkan bahwa ia akan orgasme pagi ini oleh kebejatan jari jemari Cecil.
“Ahhh Pupuuuuttt….!! Ooohhhh….”
Jessica pun orgasme dengan membasahi celananya. Rembesan cairan menyeruak perlahan dengan tangan Cecil yang masih berada di dalam celana. Jessica mengelinjang bukan main sambil melengkungkan tubuhnya ke bagian belakang Cecil.
“Nhhh… nnnhhh… nnnhh… ngentooodd… itil gweehh!!”
Cecil terlihat terkekeh mesum melihat temannya klimaks dengan begitu erotis. Ia pun mengigit daun telinga Jessica dengan gemas. Sedang asyik2nya berlaku mesum, tiba2 lemparan bantal tepat mengenai wajah mereka berdua.
“UDAHAN KAGAK!!!??”
Terlihat Puput berdengus geram menatap Jessica dan Cecil tajam. Pagi ini ia tidak menyangka akan melihat adegan lesbian dua temannya. Wajahnya juga terlihat memerah padam karena juga sempat membayangkan hal yang tidak senonoh ketika melihat orgasme Jessica.
“Lo ya! Bener2 berdua!! Di kamar pada sibuk colmek!!” Puput menegur Cecil dan Jessica dengan galak.
“Apaan sih…. horang dia yang gituin gwehh tadi…. shhh…” ucap Jessica lemas sambil menggaruk rambut kusutnya.
“Gituin gituin gituin!! Bangun lo mending!! Mau emang entar abis ini diisepin memeq lo sama nih bocil!!?” Puput masih mengomel sambil berkacak pinggang.
“Gw sih mau2 aja ngisepin…. agh!”
Celetukan mesum Cecil pun mendapat sambitan bantal kedua dari Puput “Lo diem gak!? Udah gila kali ya ngocok2 memeq temen lo sendiri!!”
Omelan kerasnya pun terdengar sampai ke kamar para lelaki. Ia tidak sadar bahwa amukannya yang juga mengandung kata2 mesum didengar diam2 oleh Farhan dan yang lainnya dari dalam kamar. Terlihat masing2 dari mereka menempelkan telinga ke tembok dan pintu mendengarkan setiap ocehan Puput dan desahan Jessica barusan.
“Mantap jon!” desus Farhan mengacungkan jempol ke Tomi dan Yosep yang juga sedang menempelkan telinga mereka ke tembok.
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Acara liburan pada hari ini dimulai dengan mereka yang akan melakukan ‘snorkling’. Salah satu fasilitas umum yang biasa disediakan oleh pengelola pulau setiap ada pengunjung. Marina dan Bian sebenarnya ingin melakukan ‘diving’, namun peralatan menyelam mereka hanya ada tiga pasang. Oleh karena itu mereka pun akhirnya memilik ‘snorkling’ lalu dilanjutkan pergi ke sebuah pulau kecil tak berpenghuni untuk sekadar bersantai di pinggir pantainya.
“Ada yang bisa berenang disini?” tanya Bian ketika mengecek ketersediaan pelampung bersama dengan pak Agus “Tolong angkat tangan bentar!”
Hampir semuanya mengangkat tangan disana, kecuali Dewi, Cecil, Yosep dan Riki.
“Ada yang pernah berenang di laut?” tanya Bian sekali lagi.
Kali ini hanya terlihat Arman dan Farhan yang masih mengangkat tangan. Dua bolang ini memang mahir berenang, baik di sungai atau danau di kampung halaman mereka dulu, atau di laut lepas ketika lomba berenang yang mereka ikuti saat kecil.
“Anjay! Pernah lo jadi manusia ikan?” tanya Farhan ke Arman.
“Sekali dua kali doang.”
Bian pun mengangguk pelan melirik mereka beruda “Yaudah, entar kalo ada yang kram atau tenggelem, tolong bantuannya ya cui? Lo berdua kan udah pernah nih…”
“Lah? Ngapa mendadak gw jadi tim SAR dah???” Farhan tidak terima dengan tawaran Bian barusan.
Seketika Dewi dan Cecil mendekatan diri mereka ke Farhan. Mereka berdua menatap manja Farhan sambil memanyunkan bibir masing2.
“Farhaaaan…?” tanya Cecil dengan centilnya.
“Baek dehhh…” tambah Dewi tidak kalah genit “Nanti tolong yaaa, kalo kita kenapa2… plis.”
Farhan melonjak semangat mendengar rayuan Cecil dan Dewi. Ditambah Cecil yang juga merangkul lengannya, membuat Farhan semakin melayang tinggi.
“OKEEE BOSKUUUU!! SERAHKAN SAMA BABANG FARHAN!!”
“Yeeeyy… maaciiihh!!” pekik Cecil semakin mengeratkan rangkulannya, membuat Farhan meledak egonya.
Jessica dan yang lainnya memicing mereka sambil tertawa jijik. Apa lagi ditambah Cecil mengedipkan sebelah matanya diam2 ke Jessica dan Puput, makin membuat mereka berdua geram karena centilnya teman mereka satu ini.
“Kita ceburin enak kali be…” gumam Jessica kepada Puput.
“Gak usah… lelepin aja kepalanya ke pasir nanti…” balas Puput tidak kalah mengerikan.
Terdengar suara bersin keras Marina dari dalam kamar mandi pagi ini. Beberapa orang yang masih tertidur pun terpaksa sedikit terbangun karena dikagetkan dengan suara garang tersebut. Waktu menunjukan pukul 8 di jam dinding ‘cottage’. Banyak dari mereka yang masih nyaman dengan suasana kasur. Dewi, Citra, dan Cecil terlihat sangat kacau di atas kasur karena posisi tidur mereka yang tidak karuan. Sama seperti Farhan, Yosep, dan Tomi yang beradu dengkuran keras satu sama lain. Sementara itu di tepi pantai, Puput sedang duduk diam dengan beralaskan matras kecil untuk mendaki gunung yang ia pinjam dari Irvan. Tatapannya tidak berkedip ketika melihat gerakan semu terbitnya matahari pagi ini, dengan cahaya oranye yang membias air laut.
Berkali2 ia mengambil napas panjang menenangkan dirinya, meresapi nikmat teduh pemandangan pagi ini. Oh iya, ia juga sedang menikmati segelas coklat panas untuk sarapannya pagi ini melanjutkan sesi pemulihan batin dan fisiknya.
Lega banget gw ngeliatin begini pagi2…
Namun perlahan ia mendengar suara langkah kaki menghampirinya dari belakang. Sepertinya Puput sudah tahu siapa seorang yang mendekatinya.
“Ngapain, Man?” tanyanya kepada Arman yang melangkah membawa gitar hitamnya.
“Wih, kok lo tau gw yang nyamperin?”
Arman pun duduk di samping Puput yang tidak memberi tanggapan. Pagi ini ia berusaha tidak mau merasa kesal, meskipun Arman sedang duduk di sampingnya lalu mendentingkan nada di gitarnya. Lanutan melodi gitar serta angin pantai searasa membuat Puput menjadi tenang tetap memejamkan mata. Arman berkali2 melirik kearah Puput yang perlahan terpejam mengarah ke langit.
“KAU HANCURKAN AKU DENGAN SIKAAAAAPMUUUU!! TAK SADARKAN KAU TELAH MENYAKITIKUUUU!!??”
Mendadak instrumen gitar lembut berubah menjadi nyanyian keras. Sontak Puput tergoncang dan langsung naik pitam karena cowok brengsek ini telah mengacaukan suasana teduhnya.
“Bisa diem gak!?”
“Maap2... abisnya lo tenang banget…” Arman kembali membunyikan dentingan pelan di gitarnya.
“Orang lagi nikmatin momen lo malah koar2! Udah gila kali ya lo!!”
Arman tidak menjawab dan sibuk dengan gitarnya. Puput pun kembali dengan sesinya. Ia kembali diam meresapi pemandangan pagi ini. Tarikan napas panjang perlahan ia ambil untuk kembali fokus. Namun kembali, Arman melantunkan nada gitar yang terdengar sedikit aneh, bahkan menjadi sangat asing di telinganya.
“Lo maenin lagu apa sih?” tanya Puput mulai risih.
“Lagu pergilah kasih dari demasif, kenapa emang?”
“Kok gitu sih nadanya!?”
“Emang begini nadanya.” Arman tidak memperhatikan Puput yang menatapnya heran.
“Ih, apaan sih… bedaa!!”
“Dibilangin gak percayaan, Put.”
“BEDA! LO TUH FALES BANGET NADA GITARNYA!!” Ia mengomeli Arman sengit karena gelisah mendengar nada gitar yang tidak pas dengan vokal nya.
“Gini, gw kan maen versi nada gitarnya nih, dariapda lo gondok gegara denger gw maen gitarnya kata elo.. ‘fales’, kenapa gak nyanyi aja coba?” Arman tersenyum menantang Puput.
“Hah? Kok tiba2 suruh gw nyanyi????”
“Ayo dong. Apa jangan2 sebenernya lo kagak bisa nyanyi…??”
Mendengar cemoohan tersebut, Puput menjadi tersulut emosinya. Ia melebarkan matanya, menatap Arman kesal karena telah menghinanya.
“OH GITU, OKE!! MAENIN TUH GITAR LO, CEPETAAN!!”
“Nah gitu dong. Mau lagu apa, Put?”
“Mahalini! Sisa rasa!”
“Ohh itu. Anak jaman sekarang banget lo ya ternyata…”
“Enggak bisa kan lo maeninnya????”
Lalu Arman memainkan petikan nada lagu yang diminta oleh Puput. Lantunan gitar tersebut membuatnya sedikit terkesima memperhatikan setiap gesekan dan petikan jari jemari Arman.
“Yok… tu… wa.. ga…”
“Eh kok kok… apa sih? Masuknya pas kapan ituuuu??”
“Ah elo… ulang2..”
Lalu Arman kembali memainkan gitarnya. Kali ini Puput berusaha fokus memperhatikan setiap nada agar vokalnya tidak melenceng lagi.
Anug'rah cinta yang pernah kupunya
Kau buatku percaya ketulusan cinta
Seakan kisah sempurna 'kan tiba
….
Masih jelas teringat pelukanmu yang hangat
Seakan semua tak mungkin menghilang
Kini hanya kenangan yang telah kau tinggalkan
Tak tersisa lagi waktu bersama
Merdunya suara vokal Puput yang bernyanyi membuat Arman juga berbalik pangling. Ia memperhatikan Puput begitu mendalami setiap lirik yang ia nyanyikan. Tanpa sadar Puput perlahan meneteskan air mata membasahi pipinya ketika memasukin bagian ‘refrain’.
Mengapa masih ada
Sisa rasa di dada
Di saat kau pergi begitu saja?
Mampukah ku bertahan
Tanpa hadirmu, sayang?
Tuhan, sampaikan rindu untuknya
…..
Arman menghentikan permainan gitarnya. Ia memperhatikan Puput yang menarik napas menatap kosong Arman dengan genangan basah di bola matanya.
“Put?”
“Eh, hah??? Eh kok…..???” Ia terlihat bingung lalu mengusap air matanya cepat2.
Aduhh!! Kok gw mewek sih di depan dia!!??
Arman masih dia memperhatikan Puput yang memalingkan pandangannya kembali kearah matahari terbit yang semakin meninggi.
“Btw, suara lo bagus banget.” Puji Arman pelan kembali melanjutkan lagu yang tadi ia mainkan.
“Huh, kicep kan lo tadi!” Ujar nya dengan judesnya seperti biasa.
“Iye2… kicep gw kicep.”
“Makanya jangan ngebacod gede dulu! Gw buktiin langsung diem kan lo!”
“Iya2, tapi nih ya…” senyuman kecil tersungging dari ekspresi Arman “Thank you ya udah mau nyanyi bareng tadi. Tadi sengaja gw stop karena kalo gw lanjutin takutnya lo makin kejer lagi nangisnya…”
Sontak kedua pipi Puput merona mendengar perkataan Arman barusan. Ia memutar bola matanya berusaha menutupi rasa berdebarnya sambil menenggak habis coklat panasnya yang mulai mendingin.
“Fuahhh!! Apa sih, sok muji2 lo dasar!!”
Ia merapihkan matrasnya lalu bergegas kembali ke ‘cottage’ meninggalkan Arman yang memperhatikannya dari jauh.
Mana tadi gw pake nyanyi2 gituan pula. Malah jadi baper gini kan!!!
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Sekembalinya Puput kedalam ‘cottage’, ia disambut dengan Cecil dan Dewi yang sedang membuat konten joget di ruang tamu untuk di unggah ke tic toc. Musik jedag jedug dari DJ lokal keras berputar dari ponsel Cecil diiringi gerakan tarian mereka berdua. Ketika Puput masuk, ia pun langsung ditarik untuk masuk kedalam video. Namun sudah pasti Puput menolak habis2an.
“Cecil!! Gak mau ahhhh!! Belom mandi gw, astagaa!”
“Emang lo kira kita berdua udah mandi???”
“Ayo dong Put. Sekali ajaaa! Kapan lagi ngonten bareng kita??” Dewi membujuk Puput yang menolak sambil bermalas2an.
“Ajak si Jessica sama dia2 pada aja sih…”
“Masih pada molor ituh berdua. Apa lagi si Citra, masih kenceng banget ngoroknya!”
Lalu Puput bergegas masuk ke dalam kamar dan melihat Citra dan Jessica beradu suara dengkuran satu sama lain. Karena ia tidak mau dijadikan konten oleh Dewi dan Cecil, ia lantas membangunkan paksa dua kawannya ini.
“Woi bangun!”
Puput menepuk2 pantat Jessica dan Citra. Mereka berdua masing2 hanya menggusar lalu membalikan tubuh di balik guling. Cecil pun ikutan masuk dan menghampiri Jessica. Ia merebahkan diri disamping lalu menyusupkan tangannya ke dalam celana pendek Jessica.
“Bangun kagak!”
Tidak tanggung2, Cecil meremas klitoris Jessica dengan bejatnya sampai2 Jessica terbangun dan memekik kaget.
“Ohh!! Ouhhh!! Ahh be lo apaan sih!! Oghh…!!”
“Eh, basah banget meki lo, be! Mimpi apaan lo tadi, hah?”
“Aduh Ceciiiilll!! Ahh….”
Jessica meronta berusaha keras melepaskan perlakuan mesum Cecil. Namun semakin ia berusaha, semakin Cecil memasukan jari tengah dan telunjuknya kedalam vagina Jessica yang melembab. Klitoris Jessica juga ia pilin dengan kasar, membuatnya semakin merekah merah.
“Itil gw lo apaaiinn!!?? OUUUHHH… NNHH… MMPPHH…. MMMHH!!”
“Gw cemek biar lo bangun!”
“Ahh udah be udaaaahh!! Ahhh… ahhh… nhh!!”
Karena perlakuan bejat Cecil semakin menjadi, akhirnya membuat tubuh Jessica semakin meronta. Namun bukan meronta untuk melepaskan diri melainkan menahan sensasi orgasme yang semakin menyeruak mendenyutkan dinding vaginanya.
“Ahh… be udah… udah… udah aahhh…”
Jessica memejamkan matanya kuat sambil menganga kareka tidak bisa menahan desahan dan sensasi menggelitik di vaginanya.
“Lo mau keluar beneran, be??”
“Hhh… nnhh… nnhh.. be!!”
“Ehhh, udah gila ya lo berdua!!!!!????”
Mendadak Puput menyergap mereka berdua yang sedang berlaku mesum. Namun Jessica sudah terlihat tidak perduli dengan teguran keras Puput. Pikirannya sudah keras mengisyaratkan bahwa ia akan orgasme pagi ini oleh kebejatan jari jemari Cecil.
“Ahhh Pupuuuuttt….!! Ooohhhh….”
Jessica pun orgasme dengan membasahi celananya. Rembesan cairan menyeruak perlahan dengan tangan Cecil yang masih berada di dalam celana. Jessica mengelinjang bukan main sambil melengkungkan tubuhnya ke bagian belakang Cecil.
“Nhhh… nnnhhh… nnnhh… ngentooodd… itil gweehh!!”
Cecil terlihat terkekeh mesum melihat temannya klimaks dengan begitu erotis. Ia pun mengigit daun telinga Jessica dengan gemas. Sedang asyik2nya berlaku mesum, tiba2 lemparan bantal tepat mengenai wajah mereka berdua.
“UDAHAN KAGAK!!!??”
Terlihat Puput berdengus geram menatap Jessica dan Cecil tajam. Pagi ini ia tidak menyangka akan melihat adegan lesbian dua temannya. Wajahnya juga terlihat memerah padam karena juga sempat membayangkan hal yang tidak senonoh ketika melihat orgasme Jessica.
“Lo ya! Bener2 berdua!! Di kamar pada sibuk colmek!!” Puput menegur Cecil dan Jessica dengan galak.
“Apaan sih…. horang dia yang gituin gwehh tadi…. shhh…” ucap Jessica lemas sambil menggaruk rambut kusutnya.
“Gituin gituin gituin!! Bangun lo mending!! Mau emang entar abis ini diisepin memeq lo sama nih bocil!!?” Puput masih mengomel sambil berkacak pinggang.
“Gw sih mau2 aja ngisepin…. agh!”
Celetukan mesum Cecil pun mendapat sambitan bantal kedua dari Puput “Lo diem gak!? Udah gila kali ya ngocok2 memeq temen lo sendiri!!”
Omelan kerasnya pun terdengar sampai ke kamar para lelaki. Ia tidak sadar bahwa amukannya yang juga mengandung kata2 mesum didengar diam2 oleh Farhan dan yang lainnya dari dalam kamar. Terlihat masing2 dari mereka menempelkan telinga ke tembok dan pintu mendengarkan setiap ocehan Puput dan desahan Jessica barusan.
“Mantap jon!” desus Farhan mengacungkan jempol ke Tomi dan Yosep yang juga sedang menempelkan telinga mereka ke tembok.
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Acara liburan pada hari ini dimulai dengan mereka yang akan melakukan ‘snorkling’. Salah satu fasilitas umum yang biasa disediakan oleh pengelola pulau setiap ada pengunjung. Marina dan Bian sebenarnya ingin melakukan ‘diving’, namun peralatan menyelam mereka hanya ada tiga pasang. Oleh karena itu mereka pun akhirnya memilik ‘snorkling’ lalu dilanjutkan pergi ke sebuah pulau kecil tak berpenghuni untuk sekadar bersantai di pinggir pantainya.
“Ada yang bisa berenang disini?” tanya Bian ketika mengecek ketersediaan pelampung bersama dengan pak Agus “Tolong angkat tangan bentar!”
Hampir semuanya mengangkat tangan disana, kecuali Dewi, Cecil, Yosep dan Riki.
“Ada yang pernah berenang di laut?” tanya Bian sekali lagi.
Kali ini hanya terlihat Arman dan Farhan yang masih mengangkat tangan. Dua bolang ini memang mahir berenang, baik di sungai atau danau di kampung halaman mereka dulu, atau di laut lepas ketika lomba berenang yang mereka ikuti saat kecil.
“Anjay! Pernah lo jadi manusia ikan?” tanya Farhan ke Arman.
“Sekali dua kali doang.”
Bian pun mengangguk pelan melirik mereka beruda “Yaudah, entar kalo ada yang kram atau tenggelem, tolong bantuannya ya cui? Lo berdua kan udah pernah nih…”
“Lah? Ngapa mendadak gw jadi tim SAR dah???” Farhan tidak terima dengan tawaran Bian barusan.
Seketika Dewi dan Cecil mendekatan diri mereka ke Farhan. Mereka berdua menatap manja Farhan sambil memanyunkan bibir masing2.
“Farhaaaan…?” tanya Cecil dengan centilnya.
“Baek dehhh…” tambah Dewi tidak kalah genit “Nanti tolong yaaa, kalo kita kenapa2… plis.”
Farhan melonjak semangat mendengar rayuan Cecil dan Dewi. Ditambah Cecil yang juga merangkul lengannya, membuat Farhan semakin melayang tinggi.
“OKEEE BOSKUUUU!! SERAHKAN SAMA BABANG FARHAN!!”
“Yeeeyy… maaciiihh!!” pekik Cecil semakin mengeratkan rangkulannya, membuat Farhan meledak egonya.
Jessica dan yang lainnya memicing mereka sambil tertawa jijik. Apa lagi ditambah Cecil mengedipkan sebelah matanya diam2 ke Jessica dan Puput, makin membuat mereka berdua geram karena centilnya teman mereka satu ini.
“Kita ceburin enak kali be…” gumam Jessica kepada Puput.
“Gak usah… lelepin aja kepalanya ke pasir nanti…” balas Puput tidak kalah mengerikan.
Terakhir diubah: