Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA QUEEN BEE - Puput New Story's

Bimabet
“Atchiiii!! Hatchiii!!!”

Terdengar suara bersin keras Marina dari dalam kamar mandi pagi ini. Beberapa orang yang masih tertidur pun terpaksa sedikit terbangun karena dikagetkan dengan suara garang tersebut. Waktu menunjukan pukul 8 di jam dinding ‘cottage’. Banyak dari mereka yang masih nyaman dengan suasana kasur. Dewi, Citra, dan Cecil terlihat sangat kacau di atas kasur karena posisi tidur mereka yang tidak karuan. Sama seperti Farhan, Yosep, dan Tomi yang beradu dengkuran keras satu sama lain. Sementara itu di tepi pantai, Puput sedang duduk diam dengan beralaskan matras kecil untuk mendaki gunung yang ia pinjam dari Irvan. Tatapannya tidak berkedip ketika melihat gerakan semu terbitnya matahari pagi ini, dengan cahaya oranye yang membias air laut.

Berkali2 ia mengambil napas panjang menenangkan dirinya, meresapi nikmat teduh pemandangan pagi ini. Oh iya, ia juga sedang menikmati segelas coklat panas untuk sarapannya pagi ini melanjutkan sesi pemulihan batin dan fisiknya.

Lega banget gw ngeliatin begini pagi2…

Namun perlahan ia mendengar suara langkah kaki menghampirinya dari belakang. Sepertinya Puput sudah tahu siapa seorang yang mendekatinya.

“Ngapain, Man?” tanyanya kepada Arman yang melangkah membawa gitar hitamnya.

“Wih, kok lo tau gw yang nyamperin?”

Arman pun duduk di samping Puput yang tidak memberi tanggapan. Pagi ini ia berusaha tidak mau merasa kesal, meskipun Arman sedang duduk di sampingnya lalu mendentingkan nada di gitarnya. Lanutan melodi gitar serta angin pantai searasa membuat Puput menjadi tenang tetap memejamkan mata. Arman berkali2 melirik kearah Puput yang perlahan terpejam mengarah ke langit.

“KAU HANCURKAN AKU DENGAN SIKAAAAAPMUUUU!! TAK SADARKAN KAU TELAH MENYAKITIKUUUU!!??”

Mendadak instrumen gitar lembut berubah menjadi nyanyian keras. Sontak Puput tergoncang dan langsung naik pitam karena cowok brengsek ini telah mengacaukan suasana teduhnya.

“Bisa diem gak!?”

“Maap2... abisnya lo tenang banget…” Arman kembali membunyikan dentingan pelan di gitarnya.

“Orang lagi nikmatin momen lo malah koar2! Udah gila kali ya lo!!”

Arman tidak menjawab dan sibuk dengan gitarnya. Puput pun kembali dengan sesinya. Ia kembali diam meresapi pemandangan pagi ini. Tarikan napas panjang perlahan ia ambil untuk kembali fokus. Namun kembali, Arman melantunkan nada gitar yang terdengar sedikit aneh, bahkan menjadi sangat asing di telinganya.

“Lo maenin lagu apa sih?” tanya Puput mulai risih.

“Lagu pergilah kasih dari demasif, kenapa emang?”

“Kok gitu sih nadanya!?”

“Emang begini nadanya.” Arman tidak memperhatikan Puput yang menatapnya heran.

“Ih, apaan sih… bedaa!!”

“Dibilangin gak percayaan, Put.”

“BEDA! LO TUH FALES BANGET NADA GITARNYA!!” Ia mengomeli Arman sengit karena gelisah mendengar nada gitar yang tidak pas dengan vokal nya.

“Gini, gw kan maen versi nada gitarnya nih, dariapda lo gondok gegara denger gw maen gitarnya kata elo.. ‘fales’, kenapa gak nyanyi aja coba?” Arman tersenyum menantang Puput.

“Hah? Kok tiba2 suruh gw nyanyi????”

“Ayo dong. Apa jangan2 sebenernya lo kagak bisa nyanyi…??”

Mendengar cemoohan tersebut, Puput menjadi tersulut emosinya. Ia melebarkan matanya, menatap Arman kesal karena telah menghinanya.

“OH GITU, OKE!! MAENIN TUH GITAR LO, CEPETAAN!!”

“Nah gitu dong. Mau lagu apa, Put?”

“Mahalini! Sisa rasa!”

“Ohh itu. Anak jaman sekarang banget lo ya ternyata…”

“Enggak bisa kan lo maeninnya????”

Lalu Arman memainkan petikan nada lagu yang diminta oleh Puput. Lantunan gitar tersebut membuatnya sedikit terkesima memperhatikan setiap gesekan dan petikan jari jemari Arman.

“Yok… tu… wa.. ga…”

“Eh kok kok… apa sih? Masuknya pas kapan ituuuu??”

“Ah elo… ulang2..”

Lalu Arman kembali memainkan gitarnya. Kali ini Puput berusaha fokus memperhatikan setiap nada agar vokalnya tidak melenceng lagi.



Melihatmu bahagia, satu hal yang terindah
Anug'rah cinta yang pernah kupunya
Kau buatku percaya ketulusan cinta
Seakan kisah sempurna 'kan tiba

….

Masih jelas teringat pelukanmu yang hangat
Seakan semua tak mungkin menghilang
Kini hanya kenangan yang telah kau tinggalkan
Tak tersisa lagi waktu bersama



Merdunya suara vokal Puput yang bernyanyi membuat Arman juga berbalik pangling. Ia memperhatikan Puput begitu mendalami setiap lirik yang ia nyanyikan. Tanpa sadar Puput perlahan meneteskan air mata membasahi pipinya ketika memasukin bagian ‘refrain’.


Mengapa masih ada
Sisa rasa di dada
Di saat kau pergi begitu saja?
Mampukah ku bertahan
Tanpa hadirmu, sayang?
Tuhan, sampaikan rindu untuknya

…..






Arman menghentikan permainan gitarnya. Ia memperhatikan Puput yang menarik napas menatap kosong Arman dengan genangan basah di bola matanya.

“Put?”

“Eh, hah??? Eh kok…..???” Ia terlihat bingung lalu mengusap air matanya cepat2.

Aduhh!! Kok gw mewek sih di depan dia!!??

Arman masih dia memperhatikan Puput yang memalingkan pandangannya kembali kearah matahari terbit yang semakin meninggi.

“Btw, suara lo bagus banget.” Puji Arman pelan kembali melanjutkan lagu yang tadi ia mainkan.

“Huh, kicep kan lo tadi!” Ujar nya dengan judesnya seperti biasa.

“Iye2… kicep gw kicep.”

“Makanya jangan ngebacod gede dulu! Gw buktiin langsung diem kan lo!”

“Iya2, tapi nih ya…” senyuman kecil tersungging dari ekspresi Arman “Thank you ya udah mau nyanyi bareng tadi. Tadi sengaja gw stop karena kalo gw lanjutin takutnya lo makin kejer lagi nangisnya…”

Sontak kedua pipi Puput merona mendengar perkataan Arman barusan. Ia memutar bola matanya berusaha menutupi rasa berdebarnya sambil menenggak habis coklat panasnya yang mulai mendingin.

“Fuahhh!! Apa sih, sok muji2 lo dasar!!”

Ia merapihkan matrasnya lalu bergegas kembali ke ‘cottage’ meninggalkan Arman yang memperhatikannya dari jauh.

Mana tadi gw pake nyanyi2 gituan pula. Malah jadi baper gini kan!!!






_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________








Sekembalinya Puput kedalam ‘cottage’, ia disambut dengan Cecil dan Dewi yang sedang membuat konten joget di ruang tamu untuk di unggah ke tic toc. Musik jedag jedug dari DJ lokal keras berputar dari ponsel Cecil diiringi gerakan tarian mereka berdua. Ketika Puput masuk, ia pun langsung ditarik untuk masuk kedalam video. Namun sudah pasti Puput menolak habis2an.

“Cecil!! Gak mau ahhhh!! Belom mandi gw, astagaa!”

“Emang lo kira kita berdua udah mandi???”

“Ayo dong Put. Sekali ajaaa! Kapan lagi ngonten bareng kita??” Dewi membujuk Puput yang menolak sambil bermalas2an.

“Ajak si Jessica sama dia2 pada aja sih…”

“Masih pada molor ituh berdua. Apa lagi si Citra, masih kenceng banget ngoroknya!”

Lalu Puput bergegas masuk ke dalam kamar dan melihat Citra dan Jessica beradu suara dengkuran satu sama lain. Karena ia tidak mau dijadikan konten oleh Dewi dan Cecil, ia lantas membangunkan paksa dua kawannya ini.

“Woi bangun!”

Puput menepuk2 pantat Jessica dan Citra. Mereka berdua masing2 hanya menggusar lalu membalikan tubuh di balik guling. Cecil pun ikutan masuk dan menghampiri Jessica. Ia merebahkan diri disamping lalu menyusupkan tangannya ke dalam celana pendek Jessica.

“Bangun kagak!”

Tidak tanggung2, Cecil meremas klitoris Jessica dengan bejatnya sampai2 Jessica terbangun dan memekik kaget.

“Ohh!! Ouhhh!! Ahh be lo apaan sih!! Oghh…!!”

“Eh, basah banget meki lo, be! Mimpi apaan lo tadi, hah?”

“Aduh Ceciiiilll!! Ahh….”

Jessica meronta berusaha keras melepaskan perlakuan mesum Cecil. Namun semakin ia berusaha, semakin Cecil memasukan jari tengah dan telunjuknya kedalam vagina Jessica yang melembab. Klitoris Jessica juga ia pilin dengan kasar, membuatnya semakin merekah merah.

“Itil gw lo apaaiinn!!?? OUUUHHH… NNHH… MMPPHH…. MMMHH!!”

“Gw cemek biar lo bangun!”

“Ahh udah be udaaaahh!! Ahhh… ahhh… nhh!!”

Karena perlakuan bejat Cecil semakin menjadi, akhirnya membuat tubuh Jessica semakin meronta. Namun bukan meronta untuk melepaskan diri melainkan menahan sensasi orgasme yang semakin menyeruak mendenyutkan dinding vaginanya.

“Ahh… be udah… udah… udah aahhh…”

Jessica memejamkan matanya kuat sambil menganga kareka tidak bisa menahan desahan dan sensasi menggelitik di vaginanya.

“Lo mau keluar beneran, be??”

“Hhh… nnhh… nnhh.. be!!”

“Ehhh, udah gila ya lo berdua!!!!!????”

Mendadak Puput menyergap mereka berdua yang sedang berlaku mesum. Namun Jessica sudah terlihat tidak perduli dengan teguran keras Puput. Pikirannya sudah keras mengisyaratkan bahwa ia akan orgasme pagi ini oleh kebejatan jari jemari Cecil.

“Ahhh Pupuuuuttt….!! Ooohhhh….”

Jessica pun orgasme dengan membasahi celananya. Rembesan cairan menyeruak perlahan dengan tangan Cecil yang masih berada di dalam celana. Jessica mengelinjang bukan main sambil melengkungkan tubuhnya ke bagian belakang Cecil.

“Nhhh… nnnhhh… nnnhh… ngentooodd… itil gweehh!!”

Cecil terlihat terkekeh mesum melihat temannya klimaks dengan begitu erotis. Ia pun mengigit daun telinga Jessica dengan gemas. Sedang asyik2nya berlaku mesum, tiba2 lemparan bantal tepat mengenai wajah mereka berdua.

“UDAHAN KAGAK!!!??”

Terlihat Puput berdengus geram menatap Jessica dan Cecil tajam. Pagi ini ia tidak menyangka akan melihat adegan lesbian dua temannya. Wajahnya juga terlihat memerah padam karena juga sempat membayangkan hal yang tidak senonoh ketika melihat orgasme Jessica.

“Lo ya! Bener2 berdua!! Di kamar pada sibuk colmek!!” Puput menegur Cecil dan Jessica dengan galak.

“Apaan sih…. horang dia yang gituin gwehh tadi…. shhh…” ucap Jessica lemas sambil menggaruk rambut kusutnya.

“Gituin gituin gituin!! Bangun lo mending!! Mau emang entar abis ini diisepin memeq lo sama nih bocil!!?” Puput masih mengomel sambil berkacak pinggang.

“Gw sih mau2 aja ngisepin…. agh!”

Celetukan mesum Cecil pun mendapat sambitan bantal kedua dari Puput “Lo diem gak!? Udah gila kali ya ngocok2 memeq temen lo sendiri!!”

Omelan kerasnya pun terdengar sampai ke kamar para lelaki. Ia tidak sadar bahwa amukannya yang juga mengandung kata2 mesum didengar diam2 oleh Farhan dan yang lainnya dari dalam kamar. Terlihat masing2 dari mereka menempelkan telinga ke tembok dan pintu mendengarkan setiap ocehan Puput dan desahan Jessica barusan.

“Mantap jon!” desus Farhan mengacungkan jempol ke Tomi dan Yosep yang juga sedang menempelkan telinga mereka ke tembok.




_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________





Acara liburan pada hari ini dimulai dengan mereka yang akan melakukan ‘snorkling’. Salah satu fasilitas umum yang biasa disediakan oleh pengelola pulau setiap ada pengunjung. Marina dan Bian sebenarnya ingin melakukan ‘diving’, namun peralatan menyelam mereka hanya ada tiga pasang. Oleh karena itu mereka pun akhirnya memilik ‘snorkling’ lalu dilanjutkan pergi ke sebuah pulau kecil tak berpenghuni untuk sekadar bersantai di pinggir pantainya.

“Ada yang bisa berenang disini?” tanya Bian ketika mengecek ketersediaan pelampung bersama dengan pak Agus “Tolong angkat tangan bentar!”

Hampir semuanya mengangkat tangan disana, kecuali Dewi, Cecil, Yosep dan Riki.

“Ada yang pernah berenang di laut?” tanya Bian sekali lagi.

Kali ini hanya terlihat Arman dan Farhan yang masih mengangkat tangan. Dua bolang ini memang mahir berenang, baik di sungai atau danau di kampung halaman mereka dulu, atau di laut lepas ketika lomba berenang yang mereka ikuti saat kecil.

“Anjay! Pernah lo jadi manusia ikan?” tanya Farhan ke Arman.

“Sekali dua kali doang.”

Bian pun mengangguk pelan melirik mereka beruda “Yaudah, entar kalo ada yang kram atau tenggelem, tolong bantuannya ya cui? Lo berdua kan udah pernah nih…”

“Lah? Ngapa mendadak gw jadi tim SAR dah???” Farhan tidak terima dengan tawaran Bian barusan.

Seketika Dewi dan Cecil mendekatan diri mereka ke Farhan. Mereka berdua menatap manja Farhan sambil memanyunkan bibir masing2.

“Farhaaaan…?” tanya Cecil dengan centilnya.

“Baek dehhh…” tambah Dewi tidak kalah genit “Nanti tolong yaaa, kalo kita kenapa2… plis.”

Farhan melonjak semangat mendengar rayuan Cecil dan Dewi. Ditambah Cecil yang juga merangkul lengannya, membuat Farhan semakin melayang tinggi.

“OKEEE BOSKUUUU!! SERAHKAN SAMA BABANG FARHAN!!”

“Yeeeyy… maaciiihh!!” pekik Cecil semakin mengeratkan rangkulannya, membuat Farhan meledak egonya.

Jessica dan yang lainnya memicing mereka sambil tertawa jijik. Apa lagi ditambah Cecil mengedipkan sebelah matanya diam2 ke Jessica dan Puput, makin membuat mereka berdua geram karena centilnya teman mereka satu ini.

“Kita ceburin enak kali be…” gumam Jessica kepada Puput.

“Gak usah… lelepin aja kepalanya ke pasir nanti…” balas Puput tidak kalah mengerikan.
 
Terakhir diubah:
Sampailah mereka di tengah2 perairan dimana terlihat deretan terumbu karang dan ikan2 yang berenang disana. Pak Agus yang diperintahkan Bian memutuskan untuk menghentikan kapal mereka untuk melakukan ‘snokrling’ disekitar sini. Mereka mempersiapkan diri memasang pelampung dan kacamata renang untuk berenang di sekitar. Puput juga sedang sibuk memasang pelampung di tubuhnya dibantu oleh Jessica.

“Katanya lo bisa berenang be, tapi kok pake ginian?” tanya Jessica memasang pengait pelampung yang dikenakan Puput.

“Gw lagi mager nyelem…”

Kaitan pelampung nampaknya tidak dapat menyatu dengan sempurna karena terhalang dibagian dada. Puput pun merasa sedikit sesak lantaran kedua toket mengkalnya terhimpit oleh pelampung.

“Mending jangan dikaitin gini deh, neken banget ke tete gw jadinya…” gumam Puput ketika melepas kaitan di pelampungnya.

“Tuh kan, ngapain lagi lo pake pelampung kalo udah ada ginian nih.” ucap Jessica membuka kaitan lalu merogohkan tangannya meremas toket Puput. Sontak tangannya mendapat tamparan keras dari sang pemilik yang melotot geram.

“Lo jangan mulai ya, be…”

“Iye2 ish! Noh, udah ditungguin kita ege.” Jessica melirik kearah rombongan yang sudah siap dengan atribut mereka masing2.

“Yaudah siapa nih yang mau nyebur duluan?” tanya Bian kepada mereka semua.

Tidak ada jawaban. Semua terlihat ragu dan cuek, terlebih para perempuan yang mendorong satu sama lain.

“Yaudah gw dah, ah elah timbang lompat doang!” Farhan mengajukan diri dengan gagah perkasa.

Sontak terdengar tepuk tangan yang keras dari mereka semua, termasuk Dewi dan Cecil yang memberikan jeritan histeris melihat Farhan yang sudah berada di ujung dek kapal.

“Aaaaa Farhaaaaaannn!!”

“Aku padamu, Farhaaaaann!!”

Farhan semakin meleyot diteriaki seperti itu. Namun ia terlihat tidak melompat sama sekali dan masih terhanyut dalam keriangan hatinya mendengar teriakan manja Dewi dan Cecil.

Ayo dong, dukung gw lagi plis!

Mendadak Arman dan Tomi memberikan tendangan ke pinggang Farhan. Sontak ia pun berhasil jatuh ke laut dengan sukses dibantu terjangan sepak Arman yang sudah gregetan melihat Farhan yang berkacak pinggang tidak melompat.

“Puahhh!! Sialan lo dua!!” teriak Farhan dari bawah sana.

“Lagian lama!!” balas Arman setelah membuka kaosnya.

Terlihatlah tubuh kekar Arman dengan tato di lengan kirinya serta beberapa luka parut kecit di pinggang dan punggungnya. Sontak Jessica dan para perempuan sekilas menahan napas melihat betapa ‘macho’ laki2 yang akan segera melompat ini. Tak terkecuali Puput yang juga takjub namun buru2 langsung memalingkan pandangannya kearah lain.

Arman pun langsung menjatuhkan dirinya diikuti Tomi dan yang lainnya. Sementara Riki terlihat turun menggunakan tangga di samping karena takut dengan perairan, sementara Yosep sibuk merekam mereka sambil merokok diatas dek kapal.

“Lo pada kagak mau nyemplung?” tanya Yosep kepada para perempuan.

Mereka pun langsung bertatapan satu sama lain. Karena tidak tahu siapa yang akan terjun duluan, mereka pun melakukan ‘hom pim pa’. Suatu hal yang sebenarnya tidak harus mereka lakukan, namun karena ada rasa gengsi dari masing2 mereka, akhirnya cara konyol inilah yang mereka ambil sebagai penentuan.

“Tuh kan, udah pasti lo pada yang harus nyebur duluan!” seru Jessica ketika melihat Cecil dan Marina yang kalah suit.

“Udah2, apa mau kita bantuin sini!?” ujar Citra memberikan ide buruk nan cemerlang.

“Eh eh eh, ngapain sihhhh….”

Sontak kaki dan tangan Marina langsung diraih oleh Jessica dan kawan2. Mereka menggotong Marina yang memekik panik tepat ke pinggir kapal untuk melemparnya.

“Satu!!!”

“Duaa!!”

“Tiga!!”

“Empat!!”

“Lima!!”

“Jangan lama2 ngitungnya, kampreeeeet!!!”

“Enam!!”

“Wooooooiiii!!!”

Seketika Marina pun tercebur ke hamparan laut. Cipratan air sampai mengenai Jessica karena begitu kencang Marina terlempar.

“Ayo, abis ini sia- AGHHH!!”

Jessica pun menjadi korban kedua setelah didorong oleh Dewi. Setelah itu berlanjut sampai tersisa Puput di belakang. Ia menengok teman2nya yang sudah berada di air sambil berenang2 ria.

“Ayo Puuuuut!!”

“Ayoo nyeburrr!! Curang banget gak mau nyebur…!!”

Puput menunjukan senyumannya sambil memutar bola matanya mengejek teman2nya. Ia antas merekam mereka dari atas menggunakan ponselnya.

“Staycation sambil berenannnngg…” gumamnya sambil merekam Jessica dan yang lainnya serta para laki2 yang menghampiri.

“Dahh gengs, have funnnn…. aku ingin bersantai diatas sini menikmati kembali pemandangan.”

“AAAAA KOK GITUUU!!!” seru Cecil tidak terima.

“Aishhh parah sihh parahhhh!!” tambah Dewi sambil mengusap wajahnya yang sudah basah terkena air laut.

‘Gruduk gruduk gruduk!’

Beberapa saat kemudian setelah Puput berlalu, terdengar suara sayup dari atas kapal serta langkah2 kaki. Jessica dan yang lainnya memperhatikan keadaan yang tak terlihat tersebut dari bawah.

“Eh eh mau ngapain lo!!??”

“…..”

“Gw tampol ya!!”

“…..”

“KYAHHH!!”

“…..”

“Arman!! ARMAAAAAAAAAANNN!!!”

Lalu munculah Arman menggotong Puput tepat diatas pundaknya. Ia sudah berada diujung untuk bersiap melempar Puput kebawah.

“Turunin gak!!!”

“Turunin?” tanya Arman pelan.

“TURUNIN SEKARAAAANNGG!!”

“Oke…”

Tiba2 Arman menceburkan Puput ke laut sama seperti Marina dan Jessica. Ia memekik keras menutup kedua dadanya erat ketika melesat jatuh ke air.

“KYAAAAHHH!!!”

‘Jebyurr!!’

Puput segera memunculkan dirinya dan menengok kearah atas kapal. Terlihat Arman sudah tidak berada disana karena ia sudah kembali berenang. Sontak Jessica dan para perempuan kompak menyoraki Puput dengan keras.

”CIEEEEEEEE PUPUUUUUUUUUTT!!!”

“ADUADUADUADUHHHHH!!!”

“MAU DI ENDONKKK JUGA DOONNNGG AKU TUHHH!!!”

“CIE CIE CIEEEEEEE!!!”









_________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________










Setengah jam sudah mereka bermain2 air di perairan lepas pantai. Beberapa dari para perempuan sudah naik keatas kapal karena merasa lelah, namun para lelaki masih ramai menikmati atraksi lompat melompat mereka dari atas kapal sambil direkam oleh Riki yang berada di atas. Seperti biasa, Cecil, Dewi, dan lainnya yang masih bersemangat ikutan melompat sambil eksis di depan rekaman ‘action cam’ milik Bian.

Beberapa dari yang sudah lelah melihat mereka dari atas sambil tertawa dengan tingkah laku rusuh mereka termasuk Puput dan Marina yang duduk berduaan. Cuaca di laut hari ini tidak begitu terik, membuat Puput merasa nyaman karena tidak perlu takut gosong terkena sinar matahari. Maka dari itu ia bersama Marina bersantai di pinggir kiri ujung kapal sambil melambaikan tangan kepada Cecil dan yang lainnya untuk berfoto.

“Gengs!! Liat sinii!!”

“Eh, itu Puput mau potooo!!” seru Dewi menunjuk kearah Puput yang sudah menyorot kamera ponselnya.

“Ayo guys ngumpul2! Satu… duaaa!!”

Puput mengambil beberapa momen teman2nya yang berada dibawah sana. Lalu Marina mengambil ponsel Puput dan menggantinya ke mode swafoto. Ia ingin mengambil foto berdua bersama dengan Puput sambil berpose cantik.

“Duh, cantik banget kita ya Put?” puji Marina melihat hasil foto mereka berdua.

“Ahaha cantikan elo, Mar.” sanggah Puput agak tersipu.

“Udeh2, elo berdua cantik kok.” celetuk Bian dari belakang sedang meneguk teh kalengan dan sebatang rokok di tangan kanannya.

“Ih mauuu!” pekik Marina manja mengulurkan tangannya meminta minuman Bian.

Bian memberikan kaleng minumannya yang baru ia teguk. Marina jelas menolak karena ia ingin yang baru “Ah, yang baru gak ada???”

“Cobain dulu punya aku, nanti kalo doyan baru aku kasih.” Bian masih menyodorkan miliknya.

‘Gluk gluk gluk’

Marina menenggak menghabiskan setengah minuman Bian. Dengan tatapan tak bersalah, ia masih bersikeras meminta satu kaleng baru untuknya.

“Ambil dih di box biru itu tuh.”

“Ambilin.” pinta Marina manja sambil senyum2.

“Aegoooo… cinca!!” keluh Bian dalam bahasa Korea yang kacau berjalan menuju ‘ice box’ tempat minuman berada.

“Apasihhh aego2an kamu?? Entar diomelin Puput lho ngaco2 gitu Korea nya. Hihihi…”

“Hush, kok bawa2 gw???” sela Puput tidak terima.

Perlahan dari samping, ada tangan yang memberikan Puput kaleng minuman sama seperti yang diminum Bian. Kaleng dingin tersebut ditempelkan ke pipi Puput, membuatnya sedikit kaget lalu menengok ke asal tangan yang iseng tersebut. Rupanya Arman menyodorkan minuman yang telah ia ambil juga tadi bersama dengan Bian.

“Mau gak?” tanya Arman ke Puput yang menatap dingin namun bingung.

“Enggak, makasih.” tolaknya pelan sambil menggelengkan kepala.

Namun Arman malah menaruh kaleng tersebut tepat disamping Puput “Nih dah gw taroh aja disini. Hati2 jatoh..”

Puput masih terus menolak tawaran Arman, namun ia malah beranjak pergi kembali ke belakang untuk mengambil korek api milik Farhan untuk menyalakan rokoknya. Lalu perlahan Puput menengok ke arah Marina. Senyuman tipis tersungging dari wajah cantik Marina melihat temannya sedang ‘dimodusin’ oleh salah seorang tampan diantara para rombongan laki2.

“Maaaarr!” tukas Puput seakan tahu apa yang Marina pikirkan.

“Iya2 gak kok, gak macem2…”

“Emang beneran gak macem2 kok gw, Mar!” Puput bersikeras meluruskan apa yang terjadi.

“Iya2. Gw sih iyain aja dulu, Put. Entar kan waktu yang ngejawab. Intinya Rangga kasih tau atuh…” celetuk Marina pelan masih tersenyum mengejek.

“Ihhh Marinaaa!” Puput menggoyangkan tubuh Marina kuat2.

“Eh eh eh, jatoh2! Putriii, jatoh kita entar berduaaaa!!” pekik Marina panik.

“Yaudah jangan mikir yang enggak2. Gw serius gak ada apa2 sama dia!”

“Iyaaaa… ish dibilangin lo mah gak percayaan!” ujar Marina setuju demi menyelamatkan dirinya yang hampir terjatuh dari kapal “Tapi ngomong2 nih, Put…”

“Ngomong2 kenapa?”

“Lo udah kasih tau beneran ke Rangga kalo lo lagi pergi ‘staycation’ di pulau?”

“Hmmm…”

Mendengar Puput bergumam ragu, sepertinya Marina sudah mengetahui jawaban yangaka diberikan selanjutnya.

“Nape? Pasti ribut lagi nih lo berdua?” potong Marina menyenggol lengan mulus Puput.

“Enggak juga sih, palingan dia lagi sering keluar kota aja, terus jarang ada kabar. Sekalinya ada kabar ya gitu2 aja…” Puput mulai curhat perlahan.

“Gitu2 gimana sih, say?” Marina semakin menggali lebih dalam.

“Seadanya aja. Terus juga dia lagi sering php ke gw, suka gak konsisten sama janji2nya, atau… ya gitu deh.”

“Ya gitu deh maksudnya apa sih, Put? Gak paham gw…”

“Intinya gw lagi suntuk sama dia. Nah, udah ya… entar accuu oversharing nih, hihihi.” Puput menghentikan omongannya karena sedang malas untuk bercerita terlalu dalam. Ia ingin menikmati pemandangan dan cuaca di laut lepas, bukan bercerita mengenai urusan percintaannya dengan Rangga yang membuat pikirannya mumet.

“Ahaha, iyadeh. Maaf yaa bebss gw juga kelewatan nih. Tapi entar kalo dah siap cerita2 ya sama gw…” Marin memeluk Puput mesra.

“Hmm kalo gw siap ya…”

“Eh tapi beneran deh Put” Marina kembali menambahkan. Kali ini ia berbisik ke arah telinga Puput “Menurut gw sih kalo Arman udah deketin lo, lo boleh kali buka sedikit2 pintu buat dia… buat liat2 dalem bentar kan gak salah. Daripada… you know lahhh… Rangga…”

Puput menatap nalar Marina. Ia risih ketika temannya kembali menyebut nama Arman, apa lagi memintanya untuk Arman masuk kedalam hidupnya. Puput masih merasa gengsi, atau memang dia tidak nyaman jika dijodohkan oleh seorang Arman yang walaupun tampan namun terlihat berandal. Sesekali ia juga bingung dengan perasaan tidak wajar ini. Perasaan semu yang sangat tidak penting yang harus berlarut2 dalam dirinya.

“Apa sih Mar. Udah ah males gw…”

Puput beranjak meninggalkan Marina sendirian yang memanggilnya berulang kali. Namun ia tidak menghiraukan lantaran sudah merasa enggan membahas hal privasinya.

Rangga melulu…. Arman melulu…. emang idup gw cuman buat cowo doang apa…





_________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________






Singkat cerita setelah ‘snorkling’, mereka melewati sore dengan beristirahat karena fisik yang cukup lelah. Para laki2 terlihat sedang bermain ‘game’ sepakbola di laptop yang dibawa oleh Tomi, sementara para perempuan menikmati waktu rebahan mereka sambil beberapa ada yang tertidur lelap.

“Aihhh… aihhh… aihhhh!!! Bek gw dua kagak gerak gitu dah, anjing!!!” geram Farhan ketika kebobolan satu gol dari Arman “Setiknya kagak enak nih!!”

Arman kemudian menoyor kepala Farhan keras mendengar alasan ala anak rental PS barusan “Kebiasaan! Kayak bocil PS lo, kalo kalah nyalah2in setik!”

Singkat cerita Arman berhasil membantai Farhan dengan skor 5-2. Farhan bersikeras menantang Arman kembali. Namun karena merasa lelah karena kegiatan ‘snorkling’ tadi, Arman memberikan kontroler kepada Tomi untuk menggantikannya bermain.

“Entar kalo udah jago baru kabarin gw lagi.” cibir Arman sambil terkekeh.

Lalu ia pergi ke depan teras bersantai menikmati angin sore ini. Sambil ditemani segelas kopi hitam dan sebatang rokok. Arman kembali fokus dengna ponselnya melihat lajur grafik saham hari ini yang kian memburuk karena goncangan pasar yang cukup signifikan. Terlihat ekspresinya sedikit masam memicing memperhatikan setiap batang grafik yang menenggelamkan warna hijau dengan dominasi warna merah. Namun Arman tidak mau hal ini memusingkan dirinya terlalu larut. Masa iya waktu liburannya dihabiskan dengan melihat hal yang biasa Arman perhatikan ketika berada di kota?

Ia pun mengantongi ponselnya dan menyeruput seduhan kopi tubruk hitamnya. Arman bersantai di kursi plastik hijau sambil mengenakan kacamata hitam. Beberapa saat ia menyandarkan tubuh, Arman melihat Puput sedang sibuk mondar mandir di pantai sambil mengayunkan ponselnya keatas dan kebawah. Sepertinya ia sedang tidak mendapatkan sinyal di pulau ini dilihat dari tangannya yang mengarahkan ponselnya keatas langit. Arman pun diam2 memperhatikan Puput dari kejauhan. Kaos gombrong hitam yang ia kenakan serta rambut panjang kunciran kudanya tertiup angin pantai, membuat poni nya terlihat kusut berkali2.

“Agh! Susah banget sinyal disini!” keluhnya geram melihat batang sinyal ponselnya.

Perlahan Puput merasa ada sesuatu yang tidak mengenakan di dirinya. Dan benar saja, seorang Arman sedang duduk santai mengenakan kacamata hitam diam2 sedang memperhatikan dirinya dari kejauhan. Puput yang merasa risih pun bergegas pergi dari sana tanpa melirik kearah Arman.

“Ishh, paan sih..”

Arman pun melihat Puput berjalan pergi meninggalkan area pribadi ‘cottage’. Ia melihat Puput berjalan menuju tempat parkir sepeda yang khusus dipakai di pulau tersebut. Melihat Puput yang pergi menggunakan sepeda, Arman diam2 mengikuti dari belakang dengan berjalan kaki. Sebelum pergi, ia melihat bagian dalam ‘cottage’ masih ramai dengan teman2nya yang bermain sengit.

“Ayo maen lagi, anjing!” ajak Farhan melihat Arman yang mengintip dari balik pintu.

Arman tidak meladeni tantangan Farhan dan berlalu keluar lalu mengejar Puput.




_________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________





Arman berjalan melewati perumahan dan beberapa ‘homestay’ kosong maupun terisi oleh pengunjung yang dikelola warga sekitar. Ia sempat menyapa beberapa warga untuk bertanya mengenai seorang perempuan cantik yang menaiki sepeda melewati jalur ini. Banyak dari mereka yang menunjukan arah ketika mengetahui orang yang disebut oleh Arman.

“Tadi sih kesono dia mas, arah pantai satu lagi.” ujar salah satu warga yang sedang duduk di teras rumah.

“Oh iya, makasih ya bu. Mari…”

Arman mengikuti setiap petunjuk yang ia dapat tadi. Sekitar lima menit berjalan, sampailah ia di jalur pasir yang luas dikelilingi rumput ilalang. Jalan tersebut mengarah ke pantai yang dimaksud oleh para warga tadi. Sesampainya di pintu masuk, Arman bertanya kali ini kepada warga yang menjaga gerbang masuk.

“Bang, ada nemu perempuan pake kaos gombrong celana pendek naek sepeda gak kesini?”

“Perempuan kaos gombrong….?” orang tersebut terlihat berpikir sejenak “Waduh, enggak liat tuh mas.”

“Enggak liat?”

“Iya, daritadi saya liat orang lalu lalang kagak ada yang kayak mas bilang.”

Arman mengeluarkan ponselnya dan membuka galeri. Ia mencari foto Puput yang waktu itu diambil ketika di ‘City Escape.’

“Kayak gini bang orangnya.”

“Ohhh… iya kagak ada mas. Nanti dah kalo ketemu saya bilangin mas nya.” ucap warga tersebut menggaruk2 kepalanya.

“Yaudah bang, makasih banyak ya.”

Arman pun akhirnya melihat sendiri sekitar pantai tersebut mulai dari bagian pesisir, hamparan luas pasir dengan banyaknya orang bermain voli pantai, sampai di bagian ‘food court’. Ia sama sekali tidak menemukan Puput dimana pun.

“Mungkin bukan disini kayaknya.” gumamnya sambil menengok sekitar.

Akhirnya ia pergi keluar dari pantai sambil mengecek ponsel untuk mengabari Puput lewat chat. Ketika Arman sedang mengetik beberapa kalimat, ia melihat jejak roda sepeda yang terlihat tidak beraturan. Jejak tersebut mengarah ke jalur kecil menembus ilalang dengan banyak pepohonan jauh di ujung jalur. Arman sempat berpikir apakah Puput melewati jalur ini hanya demi mendapat sinyal. Namun ia juga penasaran dan akhirnya berjalan mengikuti jejak tersebut, siapa tahu firasatnya benar membayangkan betapa putus asanya perempuan kantoran tersebut jika tanpa sinyal di ponselnya. Padahal bisa saja Puput meminta ‘hotspot’ dari ponsel teman2nya atau dari Arman.

“Emang kadang suka ngeribetin diri sendiri nih cewek.” gumam Arman berjalan pelan mengikuti jejak sepeda yang semakin buram.

Tiga menit berikutnya setelah melewati jalur sempit nan panjang, sampailah Arman di sebuah pantai kecil dengan rimbunan pohon dan banyaknya ranting dan pasir yang cukup kotor dengan kerikil. Terlihat tempat tersebut tidak terlalu terawat seperti pantai yang tadi Arman kunjungi. Di salah satu kursi panjang terbuat dari bambu, ia melihat Puput sedang duduk disana. Namun terlihat ada yang tidak beres karena Puput terlihat merintih kesakitan.

“Lho, Susanti?” tegur Arman memanggil nama tengah Puput.

Terlihat kaki kiri Puput begitu lecet di bagian mata kaki dan punggung telapak kaki. Ia meluruskan kakinya sambil memijat menahan nyeri disana.

“Kaki lo kenapa?????” Arman sedikit panik bergegas menghampiri Puput.

“Eh, kok!? Lo bisa tau gw disini??” tanya Puput malah kaget melihat kehadiran Arman.

“Ini kaki lo kenapa?” tanya Arman tidak peduli pertanyaan Puput barusan.

“Bukan urusan elo!”

Mendengar Puput yang masih galak dengan dirinya, Arman menatap dingin Puput sambil menarik napas panjang. Disaat seperti ini saja perempuan ini masih bersikap judes dengan dirinya. Namun perduli setan dengan ocehan kenakan2an Puput, Arman pun bergegas memeriksa luka di kaki Puput.

“Eh mau ngapain lo!??”

“Lo tadi jatoh dimana??” tanya Arman melihat bagian tubuh Puput apakah ada luka lainnya.

“Dibilangin bukan urusan lo!!”

“LO JATOH DIMANA!!?? TINGGAL JAWAB GITU AJA BUKAN URUSAN GW BUKAN URUSAN GW TERUS!!!”

Arman membentak kuat Puput. Kali ini ia menunjukan sikap galaknya ke Puput lantaran dari tadi ia terus menerus menjawab ketus. Puput pun tersontak kaget lalu terdiam sejenak.

“JAWAB!”

“Disono tadi!”

Nada suara Puput masih terdengar garang namun sedikit melunak. Ia menunjuk lokasi terjatuh dari sepeda tadi yang berada di jalur kecil dekat dengan semak tinggi.

“Coba liat sikut lo.” pinta Arman meraih pergelangan kiri Puput.

“Ihh, ngapain sih!”

Arman menarik pergelangan Puput sedikit keras karena Puput masih terus menerus mengoceh. Terlihat luka lecet berwarna merah juga ada di sikutnya. Karena tarikan pergelangan tadi, tubuh Puput jadi terlihat sangat dekat dengan Arman. Mendadak jantungnya berdengup kencang karena posisi Arman begitu dekat sama seperti hari kemarin ketika mereka berada di pantai.

Deket banget woiiii!!! Ngapain sihh aduhhh!!!

Arman pun membersihkan sisa2 kotoran yang masih menempel di dua luka tersebut. Terdengar rintihan kesakitan dari Puput menahan rasa perih.

“Bisa jalan?” tanya Arman pelan.

Puput menggeleng pelan. Ia menatap Arman dengan tatapan kesal, namun tidak seperti biasanya. Saat ini ia membutuhkan bantuan untuk beranjak pergi dari tempat ini, makanya Puput mau tidak mau meluapkan perasaan ketusnya terlebih dahulu. Arman mengecek bagian sepeda apakah ada kerusakan dari insiden tadi. Hanya stang kemudi yang terlihat miring namun masih bisa diputar dengan sedikit paksaan. Lain dari itu terlihat masih aman untuk dikendarai.

“Ayo naek.” pinta Arman ke Puput untuk duduk di sadel belakang.

Puput diam sambil menatap Arman. Ia masih memasang ekspresi judes seperti biasanya.

“Lo mau begitu terus ampe maghrib apa gimana!? Cepetan naek!!” Arman kembali tegas, membuat Puput kembali reflek terperanjat.

Puput perlahan menaiki sadel tersebut sambil mendesis kesakitan. Lalu mereka pun pergi dari tempat tersebut melewati semak belukar tempat jalur kecil yang dilewati tadi. Beruntung mereka dapat keluar dari sana sebelum hari benar2 gelap. Arman tidak langsung membawa Puput menuju ke ‘cottage’ melainkan ke pantai yang tadi didatangi. Sempat2nya Puput menolak dan ingin meminta langsung kembali ke ‘cottage’. Namun karena melihat luka yang terlihat mengenaskan tersebut, Arman memutuskan untuk singgah di salah satu ‘food court’ pantai tersebut untuk sekadar mencuci luka dan memberikan obat ke luka Puput.

“Mau balik aja emang kenapa sih…!!” Puput masih tidak mau menuruti Arman yang sudah memarkirkan sepeda.

Tanpa basa basi lagi, Arman meraih paha dan punggung Puput lalu menggendongnya kearah ‘food court’ terdekat di sebelah kanan arah masuk pantai. Sontak Puput memekik kaget dan sedikit meronta untuk minta diturunkan.

“Kyaah!! Armaaaan!!”

Lalu sesampainya di depan kedai kopi, Puput digeletakan di salah satu kursi panjang. Sandal yang ia kenakan dilepaskan oleh Arman. Puput menatap jutek namun tetap menuruti setiap perlakuan Arman.

“Bentar ya, gw mau beli aer dulu sama plester.”

Puput tidak menjawab dan memperhatikan Arman yang berlalu begitu saja. Ia sudah tahu Puput pasti akan mencegahnya dengan segala rewelannya. Daripada sibuk meladeni lebih baik ia segera mencari pertolongan dengan membeli sebotol air, obat tetes luka, tisu, dan plester.




_________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________





“Shhh!! Awhh!!” rintih Puput ketika luka di kakinya dibasuh oleh air.

“Bentar ya, gw keringin dulu. Abis itu gw pakein ini terus ini…” ucapnya melakoni seorang palang merah dengan begitu baik.

“Man…”

“Tahan ya.”

“Maaaannn…”

“Tahan…”

“Armaaaaann!!”

Puput semakin panik lalu kesakitan ketika lukanya diteteskan obat antiseptik. Ia mengigit bibir bawahnya sambil merejang kuat menahan perih obat tersebut.

“Nggghh!!! Nggghhhfhh!!”

“Nah, udah beres. Gitu dong, gak rewel.”

Arman mengelus kepala Puput seakan menenangkan seorang gadis kecil. Sontak Puput menepuk keras tangan Arman untuk menyingkirkan dari kepalanya.

“Gak usah elus2!!!”

“Sama2.” ucap Arman menganggap perkataan tersebut adalah tanda terimakasih.

Lalu Arman berpindah ke pergelangan Puput. Kali ini langsung dicegah keras oleh Puput karena ia ingin melakukannya sendiri.

“Yang bener lo?” Tanya Arman terlihat ragu.

“Iyaaa!! Mana sini itu botol aer sama perkakas P3K lo!?”

Singkat cerita beberapa rintihan kesakitan kemudian, luka2 tersebut sudah selesai diobati. Waktu juga sudah menunjukan pukul setengah 7 malam. Suasana di pantai terlihat cukup ramai karena malam ini adalah malam minggu. Banyak pengunjung pulau menikmati malam ini dengan bersantai di ‘food court’ sambil meminum air kelapa atau menyantap ikan bakar. Lantunan musik ‘SKA’ keras terdengar dari salah satu pengeras suara di ‘food court’ tersebut. Suasana terasa semakin ramai dengan beragam macam pengunjung yang rata2 berasal dari ibukota.

“Rame juga ya makin malem.” ucap Arman melirik jam tangannya yang menunjukan pukul setengah tujuh lewat.

Arman dan Puput pun saling diam satu sama lain. Sesekali Arman menengok Puput yang membuang pandangannya. Ia sama sekali tidak mau melihat kearah Arman karena perasaannya saat ini sedang bercampur aduk. Puput merasa kesal karena Arman ternyata membuntutinya, namun ia juga bersyukur bahwa Arman menolong dirinya. Perasaannya semakin kacau ketika tangan Arman tadi sempat mengelus kepalanya, seakan2 hatinya ikut berantakan sama seperti rambutnya ketika dielus tadi.

“Put, laper gak?” tanya Arman menyentuh lengan Puput.

“Enggak.”

Tentu saja Puput akan memberikan jawaban seperti itu, jawaban ‘template’ untuk menutupi gengsinya.

“Yaudah gw mau beli sosis bakar dulu ya.”

Arman pun pergi ke kedai yang menjual jajanan tusukan salah satunya sosis dan bakso bakar. Setelah mengantri ia pun kembali dengan pesanannya.

“Gile, lima biji segini udah abis 50 rebuan.” keluh Arman menggelengkan kepalanya pelan melihat tiga buah sosis dan bakso bakar yang dibaluri saos dan mayonaise.

“Lo gak mau Put?” tanya Arman sekali lagi menawarkan kepada Puput.

Puput menggeleng. Ia terlihat tidak memberikan jawaban penolakan seperti tadi.

“Yaudah gw abisin aja ya.”

Lalu Arman melahap dua potong sosis dan satu bakso tusuk. Tersisa masing2 satu sosis dan bakso disitu. Ia terlihat kembali menyodorkan kearah Puput namun tidak berkata apa2. Kali ini Puput melihat makanan tersebut sambil juga berkali2 melirik kearah Arman.

“Ck… lo mah Put.”

Arman menaruh mangkuk kertas tempat makanan tersebut lalu mengambil satu tusuk sosis bakar dan menyuapi ke arah Puput. Sontak Puput memasang ekspresi kaget sambil menatap kearah makanan tersebut.

“Ih apa sih!!”

“Cepetan a…”

“Gak mau!”

“A...!!”

“Entar gw gendut!!!”

“Yeee, ngomong begitu malah makin gw paksa nih!!”

Mau tidak mau Puput membuka mulutnya dan mengigit ujung sosis tersebut. Ia mengunyah pelan lalu menelannya sambil kembali melemparkan pandangannya.

“Enak kagak?”

“Mmmm…” Puput mengangguk pelan sambil memutar bola matanya.

“Nih lagi…”

“Ihh… enggak!”

“A…”

Kembali disodorkan seperti itu membuat Puput kembali membuka mulutnya. Namun karena ia baru sadar bahwa Arman sedang menyuapinya, ia sigap merebut sosis tersebut dan memakannya sendiri.

“Lepasin! Biar gw makan sendiri!”

“Gitu kek dari tadi. Nih sekalian baksonya abisin.” ujar Arman lega melihat Puput akhirnya menurut.

Tanpa berkomentar apapun, Puput mengembat bakso tusuk yang tersisa disana. Ia memakannya dengan begitu lahap namun masih menahan rasa laparnya yang terpuaskan karena sedang duduk disamping Arman.

“Huh, gara2 elo ni hari jadi ‘cheat day’ mendadak kan gw!” omelnya sambi mengunyah bakso tersebut.

Arman tidak menanggapi dah hanya menahan tawanya karena melihat Puput yang masih gengsi dengan dirinya.

Ngomel2 tapi diembat juga sama elo….





_________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________







Setelah menyantap cemilan tadi, Arman mengajak Puput kembali ke ‘cottage’ karena ‘food court’ pinggir pantai semakin terlihat ramai oleh pengunjung. Ia mencoba membopong Puput namun Puput ingin mencoba untuk berjalan sendiri. Puput juga melakukan hal itu demi menjaga hatinya agar tidak kembali berdebar dekat dengan Arman. Namun ketika dibonceng dengan sepeda di belakang, dirinya malah sama saja berdebarnya, bahkan membayangkan kejadian ketika ia jatuh dan diobati oleh Arman.

“Kok diem aja?” tanya Arman memecah sunyi diantara mereka bedua sambil melewati jalan setapak yang sepi dan dingin.

“Enggak kok. Lo aja yang enggak ngajak omong.”

“Oh, jadi mau ditanyain lo nya?” cibir Arman pelan.

“Apa sih? Ya kalo enggak ada obrolan ya gak ngomong kali.”

“Jadi lo mau ngobrol nih sama gw?”

“Tauk ah! Dasar cowo sengklek!”

Puput berseru karena kesal dengan kalimat2 yang dilontarkan Arman. Seketika ia menutup erat mulutnya karena takut mengganggu ketenangan warga.

“Kaki lo masih sakit?”

“Hmm…” jawab Puput bergumam pelan.

“Kok bisa2nya lo sampe ke tempat terpencil kayak gitu?” Arman mulai mencari tahu mengapa Puput bisa berada di tempat terpencil seperti itu.

“Gw… tadi lagi cari sinyal buat hape gw. Terus pas gw naek sepeda, tau2 gw sampe di depan pantai padang putih, abis itu…”

“Abis itu?”

“Abis itu gw ngedenger suara anak kucing di jalan kecil tadi, terus gw langsung ikutin arah suaranya, abis itu tau2 gw udah sampe di pantai terpencil. Pas di depannya, gw gak sengaja kelindes batu gede. Yaudah sepeda yang gw bawa oleng terus jatoh ke tanah.”

Puput menjelaskan kronologis bagaimana ia bisa terjatuh tadi. Namun seiring ia bercerita, suaranya semakin terdengar mengecil karena malu kejadian yang dialami terdengar seperti insiden anak2 yang terjatuh karena tidak fokus memperhatikan keadaan sekitar.

“Terus kucingnya ketemu?”

“Emm… enggak.”

Mendadak Arman menghentikan sepedanya di depan warung yang sepi. Puput pun menatap Arman yang menatapnya dingin namun terlihat tidak habis pikir.

“Kok berhenti??”

‘Dug!’

Arman memberi jitakan keras di kepala bagian kiri kepala Puput. Sontak ia pun merintih kesakitan sambil balik menampar lengan Arman keras2.

“Ih! Sakiiitt!! Apaan sih jitak2 kepala orang!!??”

“Lagian bloon! Ngapain coba nyari sinyal ampe jauh2, ngejar anak kucing, ampe tau2 jatoh!”

“Ya namanya juga lagi panik! Emang elo gak pernah dapet notifikasi penting dari kerjaan apa di grup chat lo, sampe2 lo mesti nyari sinyal buat ngebalesin!!??”

“Kagak.”

“Yaudah jangan sok galak kalo kagak tau!!”

Puput kembali menampar pergelangan Arman keras. Ia kesal karena Arman mengomelinya seakan2 seperti orangtuanya. Bahkan Rangga saja tidak pernah protes soal apa yang dilakukan Puput selama ini, baik insiden seperti ini atau hal apapun.

“Kan elo bisa nanya sama orang2 di cottage buat nyalain hotspot bentar.”

“Yaudah sih terserah gw! Orang gw juga mau sekalian jalan2 nyari angin!!” Puput bersikeras tidak mau mengalah.

Keduanya sama2 tidak mau mengalah. Namun Arman melihat bahwa Puput juga adalah orang yang tak dapat ditentang ketika sedang berargumen seperti ini. Hal ini sedikit membuatnya teringat mengenai seorang Amanda yang sama keras kepalanya dengan Puput, hanya saja Puput terlihat tetap cantik meskipun sedang marah sementara Amanda seperti tante2 tua rewel yang hilang aura cantiknya ketika sedang mengamuk.

“Heh, mau kemana??” tanya Arman melihat Puput yang turun dari sepeda lalu berjalan meninggalkan dirinya.

“Mau balik ke cottage!!”

“Yaudah gih.” ujar Arman santai menyandarkan pergelangannya di kemudi sepeda.

Puput yang sedang meninggi emosinya bergegas pergi dengan langkah terseok2. Arman masih memperhatikan Puput yang semakin menjauh. Ia sebenarnya tidak tega melihat Puput yang terlihat menutupi rasa sakitnya dengan amarahnya. Puput semakin berjalan menjauh meninggalkan Arman dan berhenti di salah satu perempatan sejenak. Dengan mengendarai sepeda, Arman menghampiri diam2 dari arah belakang. Namun belum juga mendekat, Puput sudah bergegas pergi ke arah kanan sambil menerka2 jalan menuju ‘cottage’.

Arman memutuskan untuk berhenti di pertengahan perempatan sambil menyandarkan sepedanya. Tidak jauh dari situ ada sebuah warung yang masih terlihat beberapa pelanggan karena warung tersebut juga ada menyediakan kedai kopi. Arman pergi menuju kulkas yang berada di samping etalase lalu membeli dua botol air dingin. Ia kembali ke sepedanya lalu menunggu disana selama sekitar beberapa menit. Tidak lama kemudian munculah Puput kembali dari jalur yang berbeda kembali ke perempatan tersebut dengan tampang lelah sambil menahan perih di kakinya.

“Udah?” tanya Arman memperhatikan Puput dari atas sampai bawah.

Puput tidak melunturkan ekspresi judesnya. Ia tidak sudi melihat Arman karena hatinya masih sangat panas karena kesal.

“Nih.” Arman memberikan sebotol air dingin kepada Puput.

“Gak!!” bentak Puput galak.

Lalu Arman membukakan tutup botol air minum dan kembali memberikannya kepada Puput “Nih.”

Puput sejenak terdiam memperhatikan botol tersebut. Entah mengapa air tersebut terlihat begitu menggugah kerongkongannya yang terasa haus karena rasa lelah setelah berjalan mencari jalan pulang tadi. Tanpa sadar ia menelan ludahnya sendiri memperhatikan botol yang disodorkan Arman.

“Mendingan minum. Aus kan lo?” ucap Arman sekali lagi menawarkan.

Mau tidak mau Puput menerima tawaran tersebut sambil mengambil botol air itu dengan ketus. Ia menghabiskan hampir seluruh bagian dari air di botol tersebut saking haus dan keringnya tenggorokan.

“Lagi?” Arman memberikan botol miliknya.

“Gak!!”

“Yaudah, yuk pulang.”

Arman tersenyum lalu mengelus rambut Puput. Sontak ia terperanjat kaget karena ulah sok manis dari Arman. Hatinya pun juga kembali berdebar bukan main karena elusan kembali di kepalanya.

“UDAH DIBILANGIN JANGAN ASAL ELUS2 PALA ORANG!!”

“Ssstt! Jangan teriak2 malem begini!”

“BIARIN!!”

Puput mengambil sepeda yang disandarkan Arman lalu berusaha mengendarainya. Namun ketika ia ingin mengayuh sepeda tersebut, kakinya terasa sangat sakit karena bekas luka terjatuh tadi. Puput kembali merintih kesakitan sambil sedikit terisak.

“Hnnh sakit…”

“Mana yang sakit?” tanya Arman mengecek luka di kaki Puput.

“Kaki gw sakit…”

“Yaudah, lo pindah ke belakang mending.” pinta Arman memindahkan Puput ke kursi belakang sepeda.

Ia segera berpindah namun masih tetap cembetut. Arman hanya menarik napas panjang melihat perempuan ini tak kunjung usai ambeknya.

“Udah?” tanya Arman ketika bersiap mengayuh sepeda.

“Hm…”

“Yaudah.”

Arman nmengemudikan sepeda setelah berpamitan dengan seorang bapak pemilik warung. Di perjalanan suasana kembali canggung seperti sedia kala. Namun Arman tentu tidak terlalu menyukai suasana seperti ini. Disamping itu, jalanan juga semakin terlihat sepi karena hari sudah malam. Daripada mendengar suasana suram dengan sinaran remang lampu rumah warga, lebih baik ia memikirkan topik obrolan yang bisa ia bicarakan. Namun dengan kondisi Puput yang seperti ini Arman harus berpikir sangat keras agar tidak membuat tersinggung.

“Kalo lo mau minjem hotspot, entar pake punya gw aja ya.” ujar Arman menawarkan bantuan.

“Hm..”

“Kebetulan hape gw disini ada sinyal kok, jadi tenang aja.”

“Hm….”

“Gw juga lagi beli kuota unlimited buat bulan ini, soalnya di tempat abang gw lagi gak pasang wifi di lantai atas.”

“Hm……”

Suasana masih tetap dingin dengan tanggapan Puput yang seadanya. Di belakang sana memang ia terlihat sedang membuang wajahnya melihat arah sebelah kiri. Terkadang Puput juga menunduk karena sedang suntuk dan menahan rasa nyeri di kaki dan sikutnya.

“Put?”

“Hm?”

“Masih sakit gak?”

“Mending cepetan lo ngegoes sepedanya, pir. Gak usah banyak bacod…” ujar Puput ketus karena kesal tidak habis2 diberi pertanyaan oleh Arman.

Mendengar pertanyaan menusuk barusan, Arman memutuskan menghentikan obrolannya dan fokus mengemudikan sepeda. Namun ketika baru saja beberapa saat obrolah berhenti, mereka dikagetkan dengan seekor tikus yang sedang lewat di tengah jalan. Sontak Arman pun menghentikan sekuat mungkin dengan rem sepeda yang sudah reyot dibantu dengan kedua kakinya. Puput yang berada di belakang langsung terhimpit menabrak punggung Arman kuat2.

“Kampret! Hampir aja kelindes!” maki Arman melihat tikus tersebut masuk ke sebuah selokan.

Ketika ingin mengayuh sepeda kembali, Arman merasa bahwa tubuhnya dipeluk erat oleh Puput dari belakang. Begitu erat sampai2 kedua toketnya menempel di punggungnya. Seketika Arman pun berdesir merasakan sensasi empuk di punggungnya dari tekanan kedua aset indah Puput.

“Engg… Put?” tanya Arman canggung.

“Man…”

“Put…??”

“Man??”

“Ini… sorry banget nih sebelomnya… itu lo…”

“Maaaannn!? Cepetan jalaaaan!!!”

Puput semakin erat memeluk tubuh Arman. Ia merasa bahwa pelukan Puput kali ini malah penuh dengan perasaan takut.

“Kenapa Puuutt??”

“Ituuu ituu…”

Puput menunjuk ke sebuah tempat sampah dimana sekumpulan kecoak sedang merayap disana. Salah satu dari kecoak tersebut terlihat mendekat kearah mereka, membuat Puput panik setengah mati lalu memeluk Arman erat2.

“Kyaaah!! Arman! Jalan cepeettttt!!!”

“Iya iya iyaaa ini lagi mau goes lagiii!!”

“Hiiii!! Itu kecoaknya nyamper kesiniiiii!!!”

Puput semakin kuat memeluk Arman, bahkan kali ini terkesan lebih meremas sambil mencakar dada Arman.

“Agh! Puuutt, ngapa pake cubit2 dahhh!!”

“Ihhh yaudah cepetan jalannyaaa!!”

Saking paniknya, tanpa sadar satu tangan Puput mengarah ke bagian perut sampai selangkangan Arman. Ia lantas reflek meremas bagian tengah tersebut sampai membuat Arman menahan erangan.

“Ghaghh!! Puuut agh!!”

“Armaaaaann!!”

Arman menjadi oleng kesana kemari akibat perlakuan mesum Puput yang sedang panik bukan main Dengan cepat namun kacau, mereka segera bergegas pergi dari sana sambil diiringi pekikan satu sama lain.
 
Akhirnya sampailah mereka dengan selamat sentosa di ‘cottage’ Bian. Arman pun memarkirkan sepeda lalu turun dari situ dengan perasaan yang sangat absurd. Wajahnya juga terlihat pucat karena ‘junior’ nya sempat diremas kuat oleh Puput yang masih tidak menyadari perlakuannya sampai kembali di ‘cottage’. Puput juga berkali2 mengelus dadanya karena perasaan panik yang masih melekat merindingkan bulu kuduknya. Kecoak adalah salah satu serangga yang sangat ia tidak sukai selain katak dan kaki seribu.

“Dah sampe nih…” ujar Arman tertunduk mengambil napas panjang karena napasnya terasa hampir habis.

Puput bergegas meninggalkan Arman begitu saja. Namun kali ini Arman dengan cepat meraih pergelangan Puput agar tidak langsung pergi.

“Apa sih!?” tanya Puput ketus.

“Kaki lo masih sakit gak?”

“Masih!” Puput melepaskan cengkraman tangan Arman dari pergelangannya “Udah ah, gw mau langsung masuk. Entar orang2 pada curiga lagi di dalem!”

“Emangnya kenapa kalo mereka curiga?”

Mendengar pertanyaan barusan membuat Puput menatap tajam Arman.

“Gw gak mau kalo mereka mikir yang gak2 soal kita.”

“Lah kenapa emangnya?”

“Yaiyalah, orang kita bukan siapa2! Ngapain lo nanya2 begituan?” seru Puput dengan tajam.

Arman hanya diam menatap Puput. Ia melepas cengkramannya membiarkan Puput pergi. Namun Puput juga membalas tatapan Arman tanpa berkata apapun. Ia terlihat agak menyesal dengan perkataanya barusan yang terlalu berlebihan.

“Yaudah Put. Sorry ya gw agak gimana2 selama ini kalo sama elo.” Arman meminta maaf memasang senyum tipis.

“Ya-yaudah kalo lo ngerti. Gw…. gw juga minta maaf kalo omongan gw agak kasar ke elo. Lagian lo.. lo nya rese sih!”

“Iya2.”

“Jadi mau masuk apa enggak?” tanya Puput sedikit melunakan nada bicaranya.

“Mau nanya dulu boleh gak?”

Puput menghela napas panjang “Nanya apa lagiii…??”

“Lo perlu hotspot kan?”

“Ih, yaudah mana sini kasih tau passwordnya.”

Puput mengeluarkan ponselnya dari kantong celana pendek gemes warna merah mudanya. Terlihat bagian ujung celana tersebut ada bercak tanah dan sedikit sobek di bagian ujungnya karena terjatuh tadi. Beruntung ponselnya berada di kantong celana satunya, jadi tidak terbentur ketika terjatuh tadi.

“Yang mana?” Puput mencari koneksi ‘hotspot’ di menu jaringannya.

“Yang namanya Amanda Destrilia.” Arman menunjuk ke salah satu nama ‘hotspot’ di menu tersebut.

Puput menyipit melihat nama ‘hotspot’ Arman yang sangat tidak merepresentasikan tampang berandal Arman dan malah nama seorang perempuan. Ia pun berpikir sekejap mengenai siapa nama yang dipakai sebagai ‘hotspot’ nya ini.

“Ini nama siapa?” tanya Puput berbalik penasaran.

“Ada lah pokoknya.”

“Cewe lo?” tanya Puput seakan sudah mengetahui siapa orang ini.

“Bukan.”

“Terus siapa? Masa pembokat rumah lo?”

“Ya ada lah pokoknya.” Arman tidak mau melanjutkan pertanyaan Puput barusan sambil mengetik ‘password’ yang terpasang di ‘hotspot’ nya.

“Tinggal bilang aja itu nama cewe lo, susah amat.”

Lalu Arman menghentikan ketikan di ponsel Puput. Ia menarik napas panjang lalu menelan ludah kuat2. Puput yang melihat Arman seperti itu pun juga mendadak jadi risih.

“Apaan sih! Kalo gw salah ngomong ya maaf, gak usah gitu juga kali!”

“Kayak lo bilang Rangga itu bukan cowo lo gitu?” celetuk Arman memberikan ponsel Puput kembali.

Seketika Puput makin tersulut emosi karena perkataan Arman barusan. Ia tidak suka jika nama Rangga disebut2 dalam percakapan ini seakan2 sebagai balasannya karena telah asal menyebut nama Amanda.

“Oh jadi gitu bacod lo!? Sebut nama pasangan masing2, hah!?? Anjing lo, Man!!”

“Ya emang kenapa? Dia cowo lo kan? Kenapa mesti sewot gini dah?”

“Eh, biasa aja dong lo gak usah ngegas begitu!!” serang Puput mendorong tubuh Arman kuat2.

Arman menggertakan gerahamnya keras2 karena rasa geram yang menghampiri. Kekesalannya sangat mudah tersulut karena rasa lelah habis mengayuh sepeda tadi. Ditambah dengan hal sepele seperti ini membuatnya tidak tahan ingin meluapkan emosinya.

“Bangsat lo, Man! Gw gak suka ya nama cowo2 gw disebut! Emang elo yang bucin apa nama pacar ampe dijadiin ‘hotspot’ gitu!??”

Rese juga nih cewe lama2…. apa gw ‘beri’ sekalian aja ya disini?? Mumpung kagak ada yang liat nih…. bajingan emang…!!

“Jadi maunya gimana? Hah?” tanya Arman meninggikan suaranya.

“Jauh2 lo dari gw!! Dasar cowo maunya enak doang, ngentod!!”

Puput benar2 meninggalkan Arman seorang diri di parkiran sepeda kali ini. Setelah itu Arman memberikan sebuah tendangan di sepeda yang ia kendarai tadi sampai terjatuh menabrak sepeda yang lainnya demi meluapkan ledakan emosinya.





_________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________







“PUPUT LO DARIMANAAA!!??” pekik Cecil ketika membukakan pintu melihat Puput yang kakinya penuh dengan luka lecet “KAKI LO KENAPA!!??”

“Abis jatoh di jalan tadi pas naek sepeda.” ujar Puput tersenyum tipis.

“Iihhh masuk2! Aduh, sakit gakkk??”

“Ya gitu deh, nyeri2 dikit.” ujar Puput menjawab pertanyaan yang sama berulang kali semenjak ia terjatuh tadi.

Sontak Jessica dan yang lainnya segera menghampiri Puput yang duduk diatas sofa. Dewi mengeluarkan sekotar P3K dari tas kecil Puput, sementara Marina memangku kedua kaki Puput untuk mengobati luka disana.

“Eh, ini udah ditempelin plester kok.”

“Iya,Mar tadi gw ditolongin.”

“Sama siapa??” tanya Citra dan Cecil berbarengan.

Puput menunjuk ke arah Arman yang masuk ke wajah muram dan lelah.

“Oalahhhh, Arman toh yang bantuin. Pantesan tadi dia ngilang…” celetuk Farhan menengok kearah Arman.

“Arman, makasih banyak ya udah nolongin temen gw!” seru Jessica bersukur sambil menggenggam tangan Arman diikuti anggukan Cecil dan para perempuan.

“Sama2.” jawabnya singkat sambil berlalu masuk ke dalam kamar.

“Eh, mau kemana?” tanya Tomi kepada Arman.

“Mau rebahan bentar abis itu mandi.” ujarnya menutup pintu kamar kuat2.

Suasana sekejap menjadi canggung. Namun tidak berlangsung lama karena Jessica dan teman2nya sibuk mengobati Puput.

“Shh aduh be, ampe lecet begini sampe ke paha sama sikut segala…” pungkas Marina memicingkan mata ikut merasakan sakit dan nyeri dari Puput.

“Hmm, maaf ya gengs ngerepotin lo2 pada jadinya.”

“Apa sih, enggak lah Put. Kaki lo putus juga masih kita bantu sambungin kok nanti.” celetuk Dewi sadis.

“Heh, dah gila ya!” Citra menoel pinggang Dewi keras.

“Yahh, kalo Puput udah sakit begini, kita kagak jadi maen dong???” ucap Cecil bernada kecewa.

“Maen? Maen apa?” tanya Puput kepada Cecil.

“Maen kartu lagi.”

“Duh, gw skip dulu ya Cil. Mau istirahat dulu gw nya…” ujar Puput pelan menolak tawaran yang belum sempat diberikan kepadanya.

“Hemm yaudah deh. Ge we es kawan..”

Puput pergi ke kamar untuk berganti pakaian karena kaosnya sudah kotor dengan pasir dan serpihan debu selepas terjatuh tadi. Ia berganti ke tanktop warna hitam dan celana pendek biru tua. Tanpa mandi terlebih dahulu, Puput langsung merebahkan tubuhnya di kasur empuk yang sudah sangat sejuk karena udara AC lalu langsung tertidur pulas.





つづく
 
Wah, bg Kuda air on fireee, hahahaha. Thanks ya updatenya panjang banget. Hubungan Arman ma Puputnya masih bergelombang, nih.
(btw, kayaknya cuma Puput diantara cewe2 yg agak waras, yg lainnya pada binal, ya? :pandaketawa: )
 
Thanks Hu update nya. Hebat paket komplit ini cerita. petualangan nya dapet, sex scene nya dapet, komedi nya dapet & baper nya juga dapet. Semangat terus Hu
 
Wah, bg Kuda air on fireee, hahahaha. Thanks ya updatenya panjang banget. Hubungan Arman ma Puputnya masih bergelombang, nih.
(btw, kayaknya cuma Puput diantara cewe2 yg agak waras, yg lainnya pada binal, ya? )
Bukan waras
Dia blm nongol kebinalannya
Kan di buka dikit cerita nakal nya dia jaman kuliah pas ketemu dildo
Dan di tambah dia sibuk kerja plus LDR sama rangga trus datang tiba tiba arman

sempet mau ngewe eh arman sempet bete karna si puput cantik nan seksi ini bau ketek walaupun si puput suka nyadar ketika burket

Bahkan ane pernah suka ama cewek
Kayak nya dia lagi cape banget
Asli bau banget ketek nya
Tapi beda sih bau keteknya cewek ama ane sendiri sebagai cowok mah

Bedanya tergantung orang

Kalau lagi berduaan memadu kasih
Pas main ketawan bau ketek nya kalau cewek ketika lagi dapet pas lagi enak pas lagi cemewew cm nanya ya awow kok bau sayang keteknya sampe keringetan lagi tapi gak apa apa lagi enak banget yg kenceng syang terus

.nah kalau saya yang laki ketika dapet cewek bau ketek
kadang belum cemewew aja udah ilfil orang nya

Padahal kita juga gak ferpek banget

Bantu komen aja sih
 
Yeahhhh, siap2 mau party hahaha :adek:

jadi pengen ikut, nih :pandajahat:

pasti bakal pada ngaco semua nih, hahahaha
udah di update nih kawan, baru aja kemaren :pandaketawa:

manga di cek2 dulu caur apa gak :adek::adek:

Selalu dinanti Puput dan dirty talk nya
wkwkwkwk, gimana tuh hu kalo perempuan cantik yg sopan tapi sebenernya mulutnya tajem klo lg ngevve?? :aduh:
Bro @kudaAirrrrrr .. 👍😎👍
•⌣»̶·̵̭̌✽̤̈🐡 Terima Kasih 🐡✽̤̈·̵̭̌«̶⌣•
Wah kenyang nih bacanya ....
Terima kasih berondong updatenya suhu @kudaAirrrrrr
Mantap tenan ...
:semangat: TETAP SEMANGAT ...
Halo halo halooo


terimakasih para suhu yg udah bersedia nge up page ini tiap kali upload atau klo lg senggang :ampun::ampun:


Sekalinya update langsung banyak, good job. Tulisannya selalu manis untuk dibaca, semangat:semangat::semangat:
Wah banyak banget
iya nih, biar sekalian aja
mumpung lg ada momen buat upload:pandaketawa::pandaketawa:

Ini cerita cakep emang arman vs puput
versus gak tuh wkwkwkwk :aduh:

btw makasih banyak udah mampir :ampun:
Puassss... Tinggal lesbian orgy hu hha
lesbian orgy?? ide bagus nih kayaknya

nanti ya hu, klo ada plot hole bisa ane masukin.makasih banyak udah mampir:ampun:


Wah, bg Kuda air on fireee, hahahaha. Thanks ya updatenya panjang banget. Hubungan Arman ma Puputnya masih bergelombang, nih.
(btw, kayaknya cuma Puput diantara cewe2 yg agak waras, yg lainnya pada binal, ya? :pandaketawa: )
betul sekali, ibarat si virgin judes diantara non virgin petakilan gitu dah :banzai::banzai:

Thanks Hu update nya. Hebat paket komplit ini cerita. petualangan nya dapet, sex scene nya dapet, komedi nya dapet & baper nya juga dapet. Semangat terus Hu
makasih banyak hu udah sempetin waktu buat mampir sama baca :ampun:
We want more hehehehe
mohon bersabar ini ujian,
eh kok wkwkwk :aduh:

nanti ane upload lg kok karena cerita udah jadi juga nih, tinggal edit2 :ampun:

Bukan waras
Dia blm nongol kebinalannya
Kan di buka dikit cerita nakal nya dia jaman kuliah pas ketemu dildo
Dan di tambah dia sibuk kerja plus LDR sama rangga trus datang tiba tiba arman

sempet mau ngewe eh arman sempet bete karna si puput cantik nan seksi ini bau ketek walaupun si puput suka nyadar ketika burket

Bahkan ane pernah suka ama cewek
Kayak nya dia lagi cape banget
Asli bau banget ketek nya
Tapi beda sih bau keteknya cewek ama ane sendiri sebagai cowok mah

Bedanya tergantung orang

Kalau lagi berduaan memadu kasih
Pas main ketawan bau ketek nya kalau cewek ketika lagi dapet pas lagi enak pas lagi cemewew cm nanya ya awow kok bau sayang keteknya sampe keringetan lagi tapi gak apa apa lagi enak banget yg kenceng syang terus

.nah kalau saya yang laki ketika dapet cewek bau ketek
kadang belum cemewew aja udah ilfil orang nya

Padahal kita juga gak ferpek banget

Bantu komen aja sih
waduh ada yg ampe curhat panjang nih wkwkwkwk:pandaketawa::pandaketawa:

entar ya Hu ane balesin, lg di tempat kerjaan nih soalnya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd