“Nyammm…”
Puput lahap menikmati setiap gigitan sate Taichan berbumbu pesanannya. Sudah 7 dari 25 tusuk sate yang ia santap bersama dengan seperenam porsi nasi putih hangat.
“Enak?” tanya Arman melihat Puput yang begitu menikmati hidangannya.
“He-em…” Puput mengangguk mengiyakan.
“Lo kalo lagi laper galak ya?” Arman blak2an bertanya hal yang cukup terus terang.
“Enggak juga…”
“Itu, pas tadi ketus bener gw liat. Sekarang udah caplok taichan sama nasi langsung anteng…”
“Iye iye iyeee… gw laper! Tapi bukan berarti gw galak karena laper lahhh!” Puput membela diri dengan mulut yang masih setengah penuh.
“Ohhh gitu?”
“Iya gituuu. Jadi jangan salah paham ya, bego!” Puput tersenyum diakhiri makian di perkataanya.
Arman tersenyum pahit mendengarnya. Walaupun begitu, ia merasa lega karena Puput tidak segalak ketika berada di mobil atau memesan makanan tadi. Mood perempuan ini sudah terlihat pulih karena asupan makan malam sudah mengisi pencernaanya.
“Lo mau?” Puput menawarkan sebuah tusuk sate taichan kepada Arman.
“Gak juga.”
“Idih! Sok gengsi banget lo dasar…”
Arman menggelengkan kepalanya. Ia bukan menggeleng untuk menolak pemberikan Puput melainkan mendengar omongan Puput yang jelas2 lebih tepat untuk dirinya sendiri.
“Ambil aja gapapaa…” Puput menawarkan sekali lagi.
“Kagak ih, dibilangin!”
“Yaudah…”
Lalu Puput mengambil sate taichan yang sudah ia taruh tadi. Perlahan ia menyodorkan makanan tersebut disertai satu tangannya yang menadah dibawah.
“Apaan nih?” tanya Arman bingung melihat Puput yang seakan2 ingin menyuapinya.
“A buruan…”
“Ck… aaaa…”
Lalu Arman membuka mulutnya diikuti oleh Puput yang juga reflek membuka mulutnya sambil perlahan mengarahkan satu tusuk sate Taichan.
“Enak gak?” tanya Puput.
“Hm…” Arman mengangguk mengiyakan.
“Tuh kan, lo juga gak nolak. Hehehe…”
“Ya gak nolak atuh. Kapan lagi gw disuapin sama elo, Put?”
“Hihhh, yaudah makan sendiri sono….” Puput sewot lalu membanting pelan tusuk sate tersebut.
“Hahahaha…”
“Jangan tawa doang! Bantuin abisin!”
“Siap ibu komandan!”
_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Singkat cerita makanan pun telah dihabiskan dan dibantu oleh Arman beberapa tusuk. Setelah suap menyuap tadi, mereka saling tidak mengobrol satu sama lain sampai Taichan habis tak tersisa. Puput sibuk dengan ponselnya sementara Arman juga melakukan hal yang sama namun sempat mencuri pandang sedikit kearah Puput.
“Diem aja, bu?” tanya Arman mencoba melenyapkan canggung.
“Hmm…” hanya gumaman singkat jawaban dari Puput.
“Ngapain sih? Kayaknya sibuk banget keliatannya…”
“Iya. Urusan kerjaan…”
Puput terlihat fokus memperhatikan layar ponselnya tanpa menatap Arman sama sekali. Namun sebenarnya, ia hanya membuka beberapa aplikasi media sosial, melihatnya sekilas, lalu menutupnya kembali. Beberapa momen juga Puput hanya menggeser menu ponselnya naik turun. Semua gelagat tersebut ia lakukan lantaran perasaannya sedang sangat berdebar karena bingung apa yang harus ia lakukan. Satu2nya hal yang ia ingat adalah janjinya yang waktu itu diutarakan ke Arman yaitu ingin bertemu di suatu tempat pada hari Jumat. Namun rencana tersebut ternyata maju sehari lebih cepat dan Arman sudah berada di depannya saat ini.
“Udah?” tanya Arman tanpa melelas tatapannya dari ponsel.
“Udah apaan?” Puput masih sedikit ketus menanggapi.
“Itu kerjaan.”
“Dahh…”
“Ohhh yaudah.”
Lalu keduanya kembai diam satu sama lain. Benar2 sebuah suasana yang tidak mengenakan bagi mereka berdua. Ironisnya, hati dan perasaan Puput memaksanya untuk membahas rencana waktu itu dengan Arman. Namun ia masih ditahan oleh gengsinya yang membuat dirinya menjadi canggung setengah mati.
“Man…?” Puput mulai memberanikan diri bertanya.
“Oit?”
“Lo…. sibuk gak besok??”
“Enggak juga. Gw baru masuk kerja Senen besok di tempat baru. Kenapa?”
“Emmm gapapa…”
Arman merenyitkan alisnya sedikit. Ia mulai curiga mengapa Puput bertanya mengenai kesibukannya.
“Man?”
“Apaaa..?” Arman menjawab dengan nada terseret karena Puput tidak henti2nya bertanya.
Puput menahan omongannya sejenak “yuk balik. Udah malem.”
“Yaudah, yuk.”
Arman memanggil seorang karyawan untuk meminta bon. Puput sempat ingin membayar namun langsung ditolak mentah2 oleh Arman.
“Ihhh jangan gitu kek, Man…”
“Ah, lo kayak gak tau gw aja.”
“Emang kagak tau!”
“Yaudah sekarang udah tau kan? Udah lo masukin lagi tuh duit lo ke dompet mendingan.”
“Ishhh…”
Puput mendecak memasukan kembali selebaram uang seratus ribu ke dompetnya. ketika ia membuka tasnya, terlihat sekotak alat kontrasepsi yang tadi ia beli di minimarket. Sontak tubuhnya mendadak panas dan berdesir serta matanya melebar karena mengingat benda tersebut untuk ia pakai ketika bertemu dengan Arman manakala akan melakukan ‘bagian ketiga’.
“Lho kenapa, Put?” tanya Arman heran.
“Ehh… ennggg… gapapa!!” Puput panik lalu langsung menutup tasnya.
“Beneran?”
“Iyaaaa!! Udah ih ayo ke parkiran cepetan!!” Puput mendorong punggung Arman untuk mengarahkannya keluar.
_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Sesampainya mereka bedua di dalam mobil, Arman pun menyalakan mobilnya dan keluar dari parkiran lalu membayar juru parkir dengan selembar uang lima ribu. Setelah itu ia tidak langsung melajukan mobilnya melainkan berhenti di pinggir jalan sementara.
“Kok berhenti?” tanya Puput bingung.
Lalu Arman terlihat mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ia membuka sebuah aplikasi namun tidak begitu jelas terlihat oleh Puput. Sekitar dua menit kemudian, Arman pun bertanya kepada Puput sambil menunjukan layar ponselnya yang membuat Puput tercengang lalu melotot tajam.“
“Disini aja ya nanti?”
“Hah? Maksud nya?”
“Ini bagus nih, ranjangnya king size, ada bath tub nya, terus city view gitu…”
“Maksud lo?”
“Jadi nanti bisa diluar eksekusinya…”
“MAKSUD LO!!??”
“Iya apa kagak? Enak sih disini keliatannya… AGH!!”
Sontak tamparan keras mendarat pedas di pundak Arman. Yang ia tunjukan kepada Puput barusan adalah sebuah penginapan kelas menengah atas. Arman juga menunjukan sebuah foto tampilan kamar hotel tersebut dengan segala fasilitas modern. Soal harga juga terbilang tidak terlalu mahal namun berada di kisaran nominal yang cukup receh untuk seorang Arman.
Namun Puput nampaknya mengerti maksud Arman barusan. Bahkan saking mengertinya, ia sangat jengkel dan gregetan karena sepertinya Arman sudah mengetahui maksud dari Puput selama ini.
“Aduh aduhh!! Eh apaan sih!!”
Arman tidak henti2nya mendapatkan pukulan bertubi2 dari Puput. Jika saja cahaya malam tidak memyelimuti, akan sangat jelas terlihat betapa merah meronanya wajah Puput karena rasa malu.
“Put!! Entar dulu entar duluuuu!!” Arman berusaha menghentikan sikap salah tingkah Puput “Katanya kemaren lo bilang mau ketemuan sama gw??”
“YA KAN GAK GINI JUGA ANJING!! TOLOL!! BEGOOO!! IDIOOOOOOOT!!!”
“Abisnya gimana???”
“YAAA… ENNGG… YA GAK TAUUUU!!!” Puput sontak membuang wajahnya ke jendela mobil.
“Yaudah deh, lo aja yang milihin tempatnya gimana?”
“APAAN SIIIIIHH!!?? DUH GW KESEL BANGET SUMPAH SAMA ELO, ARMAAANNN!!” Puput menutup kuat2 wajahnya yang menghangat.
“Yaudah, gw sih mending langsung terus terang aja Put sama elo.” ujar Arman malas bertele2.
Puput tidak menjawab. Ia masih membuang pandangannya, memangku kedua lengannya erat. Dasar Arman, ia tidak pandang menyusun sikon untuk merayu Puput agar mau menuntaskan apa yang waktu itu dilakukan di pulau. Di satu sisi Arman juga sudah lelah memberikan pernyataan2 dan lebih enak langsung ke tujuan utama saja.
“Jadi gimana nih? Gw batalin aja dah…”
“Yaudah batalin lah!! Orang gw tujuannya cuman mau ketemuan sama elo doang kok!! Ngapain sih sampe kayak begitu!!?? Gak ada etika banget lo jadi cowo tau2 ngajakin ke tempat begituan, najis!!” Puput melontarkan ocehan pedasnya.
Arman pun mengantongi ponselnya lalu mengemudikan mobilnya. Ia memutuskan untuk mengantarkan Puput kembali ke kos. Sikapnya yang blak2an saat ini nampaknya memang tidak cocok dengan Puput yang notabener seorang perempuan yang juga mempunyai adab dan tata krama. Membahas hal seperti ini tanpa ada topik yang mejembatani rasanya memang kurang etis untuk Puput.
Namun hal tersebut hanya berlaku jika ia bertemu dengan seorang asing yang bertindak mesum kepadanya. Arman tentu saja bukanlah orang yang asing bagi Puput. Ia hanya seorang laki2 keren menyebalkan yang memang suka terus terang tanpa memberikan embel2 manis. Jadi ketika Arman mengatakan bahwa Puput adalah seorang yang cantik, hal itu benar2 dari hatinya tanpa ada maksud gombal atau maksud untuk menerbangkan Puput ke langit ketujuh.
Dan saat ini Puput sepertinya menyesali perkataannya barusan soal menolak Arman mengajaknya ke penginapan. Ia mau tidak mau menunjukan gengsinya lantaran tindakah bodoh nan gegabah Arman yang langsung menunjukan kamar hotel kepada Puput. Jika saja Arman lebih bermain cantik, Puput pasti akan mengiyakan walaupun ia akan memberikan ocehan terlebih dahulu.
“Man?”
“Apa?”
Puput tidak langsung melanjutkan omongannya. Wajahnya sedikit tertunduk galau lalu menatap jalanan di depan. Jari telunjuknya sibuk memelintir ujung rambutnya seraya kegelisahannya yang makin terasa memaksanya jujur.
“Mann…?”
“Apaaa?”
“Emm… itu…”
“Eh ini bener kan arah sini ya?” tanya Arman menyalakan lampu sen untuk berbelok.
“Iiihh dengerin gw duluu!!” seru Puput kesal.
“Iya ini daritadi udah dengerin, Put.” balas Arman tidak kalah sengit.
“Berhenti dulu.”
“Hah?”
“Gw bilang berhenti duluuuu!! Pinggirin mobilnyaaa!!”
Arman pun menurut perkataan Puput dan menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang cukup sepi.
“Apaan?” tanya Arman menatap Puput.
“Emmm…”
“Kenapa sih?”
“Sini hape lo….”
“Hah? Kok tau2 minta hape gw?”
“Buruan sini hape looooo!! Cepetan ih, lama!!”
Arman menberikan ponselnya yang sudah dibuka kata sandinya. Lalu Puput menggeser beragam menu dan memilih sebuah aplikasi pemesanan hotel yang tadi dibuka oleh Arman. Jemarinya sibuk menggeser beberapa menu dan memilih sebuah hotel dengan fasilitas yang jauh lebih sederhana namun nyaman dan asri dengan pemandangan alam dan perkotaan.
“Hm..” Puput mengembalikan ponsel Arman dan tanpa menatapnya sama sekali.
Arman melihat tampilan di layar ponselnya dengan tatapan sedikit memicing. Ia mengangguk pelan lalu tersenyum simpul. Puput yang melihat gelagat Arman pun kembali sewot.
“Li-li-…liatnya biasa aja sihhh!!”
“Boleh juga Put pilihan lo…”
“Ya-ya iyalahhhh!! Emang elo apa, milihnya yang ecek2 kayak tadi!!??” Puput berusaha galak namun nada suaranya bergetar dan terbata2.
“Hmm jadi….” Armam memutus perkataanya.
“Jadi apa???”
“Jadi kuy nih kita??”
“BERISIK LO! UDAH BURUAAAAN JALAAAAN!!”
“Eh bentar dulu, booking dulu atuh!”
“Yaudah cepetan booking! Lama banget!!”
_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Singkat cerita berangkatlah mereka ke penginapan hasil permintaan dari Puput. Jaraknya memang cukup jauh dan letaknya berada diluar ibukota, sampai Arman harus melewati jalan tol agar dapat sampai kesana. Namun tidak begitu jauh karena masih berada di sekitar jabodetabek. Di perjalanan terlihat Puput tidak menatap Arman sama sekali sejak keputusannya tadi. Di satu sisi, pikirannya berkecamuk memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Ia juga sempat terlintas memikirkan hal2 erotis yang langsung dihapus cepat2 oleh akal sehat Puput.
Walapun begitu Puput sempat mencuri pandangan ke Arman, khususnya di bagian bawah tepatnya di celana pendek hitam yang dikenakan. Ia memperhatikan bagian tengah selangkangan Arman sekilas. Namun walau hanya sekilas sudah membuat Puput sangat berdebar bukan main. Bagian kewanitaannya berdenyut keras dan melembab dibalik celana dalam tipis warna merah muda nya. Benda yang berada di dalam tersebut nantinya akan menghantam kepunyaannya nanti ketika sampai di hotel.
Memikirkan hal tersebut pun lama kelamaan membuat Puput menjadi gelisah sendiri. Arman yang menyadari sikap Puput mulai melirik sedikit demi sedikit.
“Nape?”
“Gak.”
“Ohhh…”
Lalu Arman melanjutkan perkataannya yang membuat Puput terbelalak kesal.
“Blow job dulu bisa kali….”
Puput tidak langsung memaki Arman. Ia menggertakan giginya kuat karena sebal dengan permintaan mesum Arman. Tetapi Puput juga tidak sepenuhnya merasa risih. Malahan dadanya semakin berdengup kencang sampai membuat tubuhnya kian memanas. Tatapannya kali ini tidak lepas sama sekali dari selangkangan Arman yang entah mengapa terlihat perlahan menonjol seakan2 benda tersebut merayu Puput untuk diberikan pelayanan seksual. Puput menelan ludahnya kuat, mengigit bibir bawahnya namun tetap menatap Arman dengan nalar.
“Eh ayo. Kok diem aja?”
“Bangsat lo! Kurang ajar banget lo minta di BJ sama gw!”
“Kurang ajar kurang ajar…. tapi kenapa badan elo makin ngedeket kemari?”
Arman semakin menggoda Puput ketika ia tahu bahwa perempan cantik ini mulai menundukan tubuhnya kearah dirinya. Sebuah tangan halus perlahan menyentuh bagian yang sudah semakin mengeras di balik celana pendek Arman. Sontak Arman berdengup keras merasakan sensasi sentuhan lembut menekan batang serta buah zakarnya. Puput menarik pelan sleting celana hitam tersebut, membukanya sampai bawah dan menekan bagian tengah batang tersebut yang masih tertutup celana dalam hitam.
“Ogh!”
Arman mulai mengerang pelan. Sentuhan serta pijitan tersebut begitu nikmat terasa. Puput lalu berusaha mengeluarkan batang tersebut dari celana dalam. Akhirnya keluarlah kejantanan kokoh milik Arman yang sudah terlihat mengkilap basah di ujung kepalanya karena cairan pra ejakulasi. Puput tersontak lalu kembali menelan salivanya karena benda tersebut tepat berada di hadapannya. Ia dapat merasakan hangat dan kekar serta aliran darah yang berdenyut kuat disana. Hanya meperhatikan seperti itu saja sudah membuat vagina Puput banjir bukan main. Klitorisnya sudah terasa membesar mengganjal disana, kedua putingnya terasa mengeras karena aliran darah yang mengalir deras disana, bahkan kedua ketiaknya pun juga terasa basah akibat suhu tubuhnya yang meningkat.
“Putt… ghh…”
“Hennhh… mmh… gede banget sih, ish!” ujar Puput masih sewot.
“Kocokin Put, plis…”
“Mau banget?”
“He-enhh…” Arman mengangguk memohon unutk segera dipuaskan.
“Ck… apaan sih… sange banget ya lo… nnhh.. glek…” Puput mulai bersuara pelan dam kembali menelan ludah kuat2.
Lalu ia pun mulai menjulurkan ujung lidahnya untuk menjilat bagian ujung penis Arman. Puput memberikan ciuman lembut serta gigitan bibir dibagian sana sampai ke bagian tengah.
“Cllph.. mmh… cupph… mmhh… cllphh… cllphh..”
Puput juga mulai menggerakan tangannya naik turun untuk mengocok batang penis Arman. Ia mulai merasakan denyutan tiap denyutan ketika menggerakan kocokan dari tangannya serta juga menusuk lubang kencing dengan jari telunjuknya.
“Hghh.. hghh anjinhh enak banget Put!”
“Hemm… cllphh… mmhh… mmmhh… clph…”
Emutan perlahan kembali diberikan oleh Puput. Kali ini gerakan mulutnya seperti sedang menghisap sebuah stik es coklat. Sambil mengulum, ia juga mengeluarkan lidahnya sedikit lalu menaik turunkan kepalanya serta menggerakan bibirnya untuk mengulum dengan gemas.
“Mhhh… cllprhh… mmh… shh… cllphh… mmhh..”
“Aoghh… Putt… aghhh anjingg lahhh…. jago banget sumpah! Lo jago banget Put, asli dahhh!”
“Mhh… bisa diem enggak… emmh cllphh… henggah huhah hanhak hacot… cpplhll..” Puput mengoceh disela2 kulumannya.
Ia menyibak samping rambutnya yang mulai menutupi pandangannya. Setelah itu gerakannya pun semakin intens karena kepalanya semakin ia naik turunkan. Sontak Arman semakin mengelinjang dan mengerang jantan menikmati kuluman erotis bibir Puput.
“Aughh ngentod!! Oghh Put… Put… Puput oghh!!”
Mendengar erangan Arman membuat Puput semakin bersemangat. Ia semakin mengemut penis bejat milik laki2 ini. Semakin ia bersemangat, semakin juga sensasi hangat menggelitik gatal di vaginanya. Entah sudah seperti apa cairan pelumas yang membanjir disana, sampai2 Puput dapat merasakan lembab yang memembus ke celana bahan hitam ketatnya. Kedua ketiaknya juga terasa semakin basah dan tercetak keringat di bagian bawah lengan blus biru mudanya. Beruntung ia sedang memakai cardigan berwarna hitam, jadi noda keringat tersebut tidan terlalu terlihat.
Duhh, gw burket nih kayaknya. Padahal udah make deodoran yang direkomendasiin sama si Dewi. Tapi kayaknya percuma banget deh…. ketek gw basah banget rasanya…
Puput semakin mengemut penis Arman dengan lahapnya. Ia mulai berpindah ke dua buah zakar dibawah sana. Lalu ia lantas mengemut dua bola tersebut, menariknya dengan bibirnya, lalu melepasnya sampai terdengar suara kecupan.
‘Plop’
Sontak Arman semakin blingsatan diperlakukan seperti itu. Kedua kakinya hampir saja hilang fokus menginjak gas karena rangsangannya tersebut langsung menyeruak ke seluruh tubuhnya.
“Ah anjiiing! Aghh…!!”
“Hemmhh… enaaak?” tanya Puput dengan nada centil.
“Ghh… he-enhh…”
“Hehehe… emmmh… clllphh… sange kan loh… ngaku aja huhahh henhhh… mmhh clphh..”
Puput kembali mengemut dua zakar Arman. Kali ini ia sudah menguasai seluruh bagian kejantanan Arman. Tangannya sibuk mengocok batang penis sementara mulutnya sedang asik mengemut dan mengigit pelir yang menggantung dibawahnya.
Beruntung lo nyet! Cowo gw aja udah hampir enggak pernah gw servis kayak begini!! Liatin aja, pokoknya kalo entar disono sampe ngencret duluan terus lemes, gw kempesin ban mobilnya!!!!
Dalam hatinya, Puput sebenarnya ingin melakukan hal ini kepada Rangga. Namun setiap kali I ingin melakukannya, Rangga selalu orgasme duluan dan membuat mood Puput turun drastis karena Rangga tidak dapat diperlakukan seperti ini setelah dirinya orgasme atau sebelum ia memasukan penisnya ke liang kewanitaann Puput. Maka dari itu ia sungguh bersemangat dan bergairah ketika melampiaskan kebolehannya kepada Arman.
“Ngoouhmmhh… cllphh… mmmhh.. ccllpphh…”
“Nhhh… nnhh.. Put…”
“Cllpphh… mmhh… emmhh… apeeh.. mhh..”
“Gw… ghh gw kayaknya mau muncratt….”
“Enggak… enggak boleh muncrat dulu…”
“Putt… tapi gw…”
“Pokoknya enggak! Lo tahan sampe kita disono! Titik!”
Puput menyudahi kegiatan mesumnya lalu kembali ke posisi duduknya semula. Ia membiarkan Arman yang menahan dengusan napasnya karena sensasi denyutan yang menandakan dirinya akan segera orgasme. Namun hal itu langsung dibiarkan oleh Puput mengingat mereka belum sampai di hotel tujuan mereka.
“Anjing lah Put! Make dikentang2in gini segala dah…”
“Biarin! Gw gak mau tau pokoknya lo enggak boleh keluar dulu, awas aja sihh!!” ujar Puput ketus.