Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA QUEEN BEE - Puput New Story's

setengah jalan put...kentangnyaaa
ya maap hu wkwkwk, cerita selanjutnya lgi di tahap proses nihh :D :D

Tengkyu updatenya huu..
ternyata Arman Liverpudlian juga, maklum kalo dia bete di awal musim ini mah. bahahaha
si YNWA dah pokoknya :pandaketawa:

Akhirnya puput takluk juga nih, ngajakin ketemu arman duluan wkwkwj
walaupun agak2 gengsi gitu ya hu :D:D

berawal Puput dikasi kentang sama Rangga, ini Arman bisa kasi susu kont*l manis
susu qontol manis dongg wkwkwkwk :pandaketawa::pandaketawa::pandaketawa:


Yaela put, blg aja pen ngewe. Tinggal si arman kuat ga tuh, mana abis ladenin si pita pan

omelin hu, omelin :tidak::tidak:
 
Terakhir diubah:
Bagian Sembilan






Udara sore ini masih sama dinginnya seperti hari kemarin. Langit mendung juga terlihat menaung di waktu para karyawan pulang dari kantor masing2. Di depan pintu lobi, Puput sedang fokus mengecek ponselnya menggerakan jempol menggeser menu di layar. Beberapa kali ia juga membalas pamit para karyawan yang lalu lalang di depannya. Ekspresinya terlihat bergonta ganti dari tersenyum saat menyapa lalu berubah masam ketika kembali menatap layar ponselnya.

Sudah bisa ditebak sore hari ini ia sepertinya sedang ada masalah, tepatnya dengan Rangga yang mengatakan akan menjemputnya namun mendadak kembali tidak menepati janjinya kembali lantaran ia sibuk dengan pekerjaannya untuk kesekian kalinya. Puput bisa saja mendebatkan masalah tersebut karena keputusan Rangga yang selalu sembrono tidak menepati janji, namun ia sudah terlalu lelah untuk itu semua. Puput merasa hal tersebut sudah biasa bagi dirinya. Seorang Rangga yang tidak menepati janji2 yang dibuatnya sendiri.

“Enggak usah dateng ke kosan aku, Rangga. Dan kali ini jangan coba2 pake cara kayak kamu tuh dateng mendadak karena aku gak bakalan ngebukain pintu sama sekali. Aku cape banget hari ini…” jelas Puput tegas dalam sebuah rekaman suara yang dikirimkan ke Rangga.

Lalu ia memasukan ponsel kedalam ransel kecilnya dengan masih memasang ekspresi cembetut bukan main. Kedua alisnya ditekukan tajam memperlihatkan betapa kesal hatinya dengan Rangga entah sudah berapa kali.

“Heh, belom balik?” tanya Resti mencolek punggung Puput dari arah belakang.

“Belom.” jawabnya singkat menarik napas.

“Pasti Rangga pehape lagi ya ke elo…??” Resti menebak tepat teman kantornya satu ini yang terlihat gundah gulana.

Puput menaikan kedua alisnya sambil menatap kosong jalanan. Saking betenya, meladeni sahabatnya pun serasa sungguh enggan bagi Puput.

“Sini deh, gw anterin lo balik aja kalo enggak.” Resti menawarkan tumpangan ke Puput.

“Enggak usah Ti, gapapa. Gw entar mesen ojol aja…”

“Bener gak nih? Daripada lo kelamaan disini nunggu…”

“Iya, beneran gak usah. Lagian lo kan perlu jemput nyokap lo di stasiun nanti.” ujar Puput perlahan melembutkan nada suaranya yang sebelumnya terdengar agak tegas karena rasa sebal.

“Hmm, iya sih. Yaudah lo beneran kagak kenapa2 nih?” tanya Resti kembali memastikan.

“He-em… gak apa2 kok.” Puput mengangguk meyakinkan Resti.

“Yaudah deh, gw balik duluan ya kalo gitu. Byeee..”

“Bye…” Puput melambaikan tangannya kepada Resti yang pergi kearah parkiran motor.

Tinggalah ia kembali sendirian di depan lobi. Karena cuaca dingin yang perlahan menusuk dingin, Puput memutuskan untuk masuk kembali kedalam gedung dan menunggu di sofa lobi. Di ranselnya, bunyi nada dering panggilan masuk berkali2 cukup jelas terdengar. Panggilan itu berasal dari Rangga yang mencoba menjelaskan ke Puput mengenai pekerjaannya. Namun Puput tidak mau peduli lagi, ia sudah terlanjur jenuh dengan segala janji Rangga dari hal yang sederhana seperti membuat janji menjemputnya yang berujung pembatalan mendadak.

Kalo gak bisa mah bilang dari awal, jangan gw diginiin terus sama elo… capek banget gw sumpah…

Karena cukup merasa terganggu dengan panggilan tersebut, Puput mematikan nada deringnya ke mode senyap. Ia tidak dapat mematikan sepenuhnya lantaran harus membalas beberapa chat yang masuk, entah yang berhubungan dengan pekerjaan atau hal mengenai lingkaran pertemanannya.

“Laen kali kalo nunggu begini mending gw nyetok satu buku di tas gw. Kan bisa baca2 gw laen kali, enggak gabut kayak gini…” tuturnya pelan merogoh tas nya lalu mengambil sebuah toples kecil berisi permen karet rasa mint untuk ia kunyah,

Tiba2 terlintas suatu ide di kepalanya. Ide yang membuat dirinya mendadak jadi sedikit tergoncang ketika memikirkannya. Ekspresinya sempat termenung kaku sejenak memikirkan ide yang buruk namun cemerlang. Ya, tidak terlalu cemerlang juga karena Puput sempat merasakan risih memikirkan hal tersebut.

Sontak ia mengambil ponselnya kembali lalu mencari sebuah kontak. Puput memutar bola matanya seraya berpikir apakah ide ini bisa terlaksana dengan baik atau malah membuat suasana jadi kacau untuk dirinya. Berkali2 Puput berdecak lalu memangku ponselnya di kedua pahanya untuk kembali berpikir matang2.

“Aduh… chat gak ya…. hmmm…. duhhh masalah ginian doang, Put… lo mah…” gumamnya kesal.

Akhirnya ia memutuskan untuk menelepon kontak tersebut. Tangan kirinya bergerak gelisah sambil mengelus dan meremas pahanya berkali2 menunggu panggilan tersebut diangkat.

“Halo, Arman?”

“Hah?” ujar Arman dibalik sana.

“Jemput gw bisa gak?”

“Haah???”

“Jemput gw bisa kagaak??”

“Hah, jemput?”

“Iyaaaa! Ha he ho.. ha he ho.. daritadi!!” Puput kesal karena mendengar tanggapan bodoh Arman.

“Lo kagak salah?” tanya Arman mengecilkan suaranya tidak percaya apa kata Puput.

“Apaan sih nanyanya kayak gitu!? Ya kagak salah lah!!” Puput semakin galak.

“Yhaa… yaudah2. Lo lagi dimana emangnya sih?”

“Entar gw serlok ke chat.”

“Iya2. Btw emang cowo lo kagak jemput?”

“Lo bisa jemput apa kagak jadinya!!??” Puput mengalihkan pertanyaan Arman karena sedang muak membahas Rangga saat ini.

“Iye2 bisaaa. Yaudah share dulu aja dah…”

“Yaudah, gw tunggu. Bye…”

“Eh bentar2…”

‘Pip’

Puput langsung mematikan panggilan tersebut tanpa medengar penjelasan dari Arman. Ia tidak mau berlama2 berbicara dengan Arman saat ini. Bukan karena merasa risih atau takut ketahuan oleh karyawan lain jika ia sedang mengobrol dengan seorang laki2 lain, namun lebih ke perasaanya yang berdebar bukan main. Permintaannya tadi ternyata diikuti oleh percakapan beberapa malam lalu ketika ia sedang menelepon Arman setelah berusaha memuaskan dirinya sendiri dari aksi bercinta Rangga yang terasa tidah memuaskan. Ia membayangkan kejadian2 aneh mulai dari skenario apa yang akan terjadi nanti sampai keputusannya untuk pergi ke minimarket membeli….. sebuah kondom beraroma stroberi.

Lo bener2 udah gila, Kyla Susanti Putri….!!




_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________






Sekitar 10 menit menunggu, sebuah BRV hitam tempat berhenti di depan minimarket sambil memberikan klakson. Perlahan kaca mobil pun terbuka, memperlihatkan Arman yang melanbaikan tangannya. Puput menatapnya dingin dan dengan alis yang direnyitkan sedikit.

“Selamat malam, dengan ibu Putri?”

Tanpa menjawab apa2, Puput langsung mengarah ke pintu pemumpang, membukanya lalu masuk ke dalamnya. Di dalam mobil sedang diputar lantunan lagu Rap yang perlahan dikecilkan volume nya oleh Arman.

“Kemana tujuannya malam ini, bu?”

“Udah2, jalan dulu deh mendingan….” Puput bersandar dan menopang pelipisnya tanpa menatap Arman sama sekali.

“Ya kemana? Masa iya malem2 gini kagak jelas?”

Sontak Puput menatap Arman sengit. Arman dengan ekspresi tanpa salah melanjutkan pertanyaannya kembali.

“Ke kosan lo?”

“IYALAAAHH! MAKE NANYA LAGI LO!!”

Bangsat, dikasih tumpangan masih aja jutek nih cewe!!

Arman menarik napas panjang lalu mengemudikan mobilnya. Lama kelamaan sikap perempuan ini membuat dirinya tidak tahan untuk bertindak sesuatu. Setidaknya Puput harus diberi pelajaran agar tidak semena2 kepada dirinya.

“Udah makan belom?” tanya Arman sembari menyetir mobilnya.

Puput tidak memberikan jawaban sama sekali.

“Put? Yeeh orang nanya juga…”

“Belom…”

“Makan dulu yuk.”

“Makan dimana?” tanya Puput dengan nada agak risih.

“Lo maunya dimana?”

“Terserah.”

“Hahahahahaha…” Arman tertawa ketika mendengar jawaban ‘template’ seorang perempuan.

“Kok lo ketawa!? Emang ada yang lucu!!?”

“Kagak2…”

“Hihhh… dasar cowo aneh!”

Ah lo gw depak juga nih ke pinggir jalan lama2 nih cewe….!!






_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________







Beberapa menit kemudian sampailah mereka berdua di sebuah ‘food court’ yang terletak diantara gedung apartemen dan perkantoran. Terlihat banyak sekali lapak makanan dan minuman dengan banyak meja yang terisi oleh pengunjung yang rata2 didominasi oleh penghuni apartemen atau pengunjung yang tinggal tidak jauh dari sana. Mereka pun duduk di salah satu meja kosong yang terletak agar pinggir dekat dengan tembok. Arman meminta Puput menunggu disana sementara ia mengambil buku menu yang berada di salah satu lapak.

“Taichan mau?” tanya Arman ketika melihat menu tersebut.

“Enggak.” Puput menggeleng.

“Bakso mau?”

“Enggak?”

“Jadi maunya apa?”

“Terserah…”

“Yaallah…” gumam Arman pelan namun pahit meremas ujung buku menu.

Lalu dengan cepat Puput mengambil menu tersebu karena ia ingin melihatnya sendiri “hmmm… aneh2 banget sih makanan disini?” keluhnya sambil membolak balik menu.

Arman hanya memperhatikan Puput yang masih terlihat bete. Ia sekilas teringat hari dimana melihat Puput yang menunjukan sikap pedasnya di ‘City Escape’ waktu itu, namun masih terlihat cantik diantara ekspresi galaknya. Apa lagi ketika Puput tersenyum sambil mengelus seekor rusa waktu itu atau berfoto di hamparan taman bunga, membuat Arman tanpa sadar tersenyum tipis menatap Puput menigat momen manis tersebut.

“Ih apa sih, kok lo senyum2 sendiri gitu?” Puput menjadi risih karena melihat ekspresi Arman yang mencurigakan.

“Ah kagak2, cuman keinget lo waktu itu pas lagi di ‘City Escape’.”

“Hah, kenapa?” Ia menyeritkan alisnya kembali.

“Ya gapapa. Lo cantik aja gitu….”

Mendengar pernyataan gombalan tersebut, Puput menutup buku menu lalu menghantamnya tepat ke wajah Arman. Sontak Arman dengan sigap menangkis karena tahu ia akan mendapatkan serangan penuh rasa tengsin tersebut.

“JAYUS BANGET! KESEL!!”

“Eh, itu udah belom pesenannya???” tanya Arman menunjuk2 buku menu.

“UDAH!”

“Bagus2. Pesen apa jadinya?”

“Taichan!”

Arman kembali menarik napas panjang sambil mengusap wajahnya mendengar pesanan yang jelas2 tadi ditolak oleh Puput.
 
“Nyammm…”

Puput lahap menikmati setiap gigitan sate Taichan berbumbu pesanannya. Sudah 7 dari 25 tusuk sate yang ia santap bersama dengan seperenam porsi nasi putih hangat.

“Enak?” tanya Arman melihat Puput yang begitu menikmati hidangannya.

“He-em…” Puput mengangguk mengiyakan.

“Lo kalo lagi laper galak ya?” Arman blak2an bertanya hal yang cukup terus terang.

“Enggak juga…”

“Itu, pas tadi ketus bener gw liat. Sekarang udah caplok taichan sama nasi langsung anteng…”

“Iye iye iyeee… gw laper! Tapi bukan berarti gw galak karena laper lahhh!” Puput membela diri dengan mulut yang masih setengah penuh.

“Ohhh gitu?”

“Iya gituuu. Jadi jangan salah paham ya, bego!” Puput tersenyum diakhiri makian di perkataanya.

Arman tersenyum pahit mendengarnya. Walaupun begitu, ia merasa lega karena Puput tidak segalak ketika berada di mobil atau memesan makanan tadi. Mood perempuan ini sudah terlihat pulih karena asupan makan malam sudah mengisi pencernaanya.

“Lo mau?” Puput menawarkan sebuah tusuk sate taichan kepada Arman.

“Gak juga.”

“Idih! Sok gengsi banget lo dasar…”

Arman menggelengkan kepalanya. Ia bukan menggeleng untuk menolak pemberikan Puput melainkan mendengar omongan Puput yang jelas2 lebih tepat untuk dirinya sendiri.

“Ambil aja gapapaa…” Puput menawarkan sekali lagi.

“Kagak ih, dibilangin!”

“Yaudah…”

Lalu Puput mengambil sate taichan yang sudah ia taruh tadi. Perlahan ia menyodorkan makanan tersebut disertai satu tangannya yang menadah dibawah.

“Apaan nih?” tanya Arman bingung melihat Puput yang seakan2 ingin menyuapinya.

“A buruan…”

“Ck… aaaa…”

Lalu Arman membuka mulutnya diikuti oleh Puput yang juga reflek membuka mulutnya sambil perlahan mengarahkan satu tusuk sate Taichan.

“Enak gak?” tanya Puput.

“Hm…” Arman mengangguk mengiyakan.

“Tuh kan, lo juga gak nolak. Hehehe…”

“Ya gak nolak atuh. Kapan lagi gw disuapin sama elo, Put?”

“Hihhh, yaudah makan sendiri sono….” Puput sewot lalu membanting pelan tusuk sate tersebut.

“Hahahaha…”

“Jangan tawa doang! Bantuin abisin!”

“Siap ibu komandan!”





_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________






Singkat cerita makanan pun telah dihabiskan dan dibantu oleh Arman beberapa tusuk. Setelah suap menyuap tadi, mereka saling tidak mengobrol satu sama lain sampai Taichan habis tak tersisa. Puput sibuk dengan ponselnya sementara Arman juga melakukan hal yang sama namun sempat mencuri pandang sedikit kearah Puput.

“Diem aja, bu?” tanya Arman mencoba melenyapkan canggung.

“Hmm…” hanya gumaman singkat jawaban dari Puput.

“Ngapain sih? Kayaknya sibuk banget keliatannya…”

“Iya. Urusan kerjaan…”

Puput terlihat fokus memperhatikan layar ponselnya tanpa menatap Arman sama sekali. Namun sebenarnya, ia hanya membuka beberapa aplikasi media sosial, melihatnya sekilas, lalu menutupnya kembali. Beberapa momen juga Puput hanya menggeser menu ponselnya naik turun. Semua gelagat tersebut ia lakukan lantaran perasaannya sedang sangat berdebar karena bingung apa yang harus ia lakukan. Satu2nya hal yang ia ingat adalah janjinya yang waktu itu diutarakan ke Arman yaitu ingin bertemu di suatu tempat pada hari Jumat. Namun rencana tersebut ternyata maju sehari lebih cepat dan Arman sudah berada di depannya saat ini.

“Udah?” tanya Arman tanpa melelas tatapannya dari ponsel.

“Udah apaan?” Puput masih sedikit ketus menanggapi.

“Itu kerjaan.”

“Dahh…”

“Ohhh yaudah.”

Lalu keduanya kembai diam satu sama lain. Benar2 sebuah suasana yang tidak mengenakan bagi mereka berdua. Ironisnya, hati dan perasaan Puput memaksanya untuk membahas rencana waktu itu dengan Arman. Namun ia masih ditahan oleh gengsinya yang membuat dirinya menjadi canggung setengah mati.

“Man…?” Puput mulai memberanikan diri bertanya.

“Oit?”

“Lo…. sibuk gak besok??”

“Enggak juga. Gw baru masuk kerja Senen besok di tempat baru. Kenapa?”

“Emmm gapapa…”

Arman merenyitkan alisnya sedikit. Ia mulai curiga mengapa Puput bertanya mengenai kesibukannya.

“Man?”

“Apaaa..?” Arman menjawab dengan nada terseret karena Puput tidak henti2nya bertanya.

Puput menahan omongannya sejenak “yuk balik. Udah malem.”

“Yaudah, yuk.”

Arman memanggil seorang karyawan untuk meminta bon. Puput sempat ingin membayar namun langsung ditolak mentah2 oleh Arman.

“Ihhh jangan gitu kek, Man…”

“Ah, lo kayak gak tau gw aja.”

“Emang kagak tau!”

“Yaudah sekarang udah tau kan? Udah lo masukin lagi tuh duit lo ke dompet mendingan.”

“Ishhh…”

Puput mendecak memasukan kembali selebaram uang seratus ribu ke dompetnya. ketika ia membuka tasnya, terlihat sekotak alat kontrasepsi yang tadi ia beli di minimarket. Sontak tubuhnya mendadak panas dan berdesir serta matanya melebar karena mengingat benda tersebut untuk ia pakai ketika bertemu dengan Arman manakala akan melakukan ‘bagian ketiga’.

“Lho kenapa, Put?” tanya Arman heran.

“Ehh… ennggg… gapapa!!” Puput panik lalu langsung menutup tasnya.

“Beneran?”

“Iyaaaa!! Udah ih ayo ke parkiran cepetan!!” Puput mendorong punggung Arman untuk mengarahkannya keluar.




_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________





Sesampainya mereka bedua di dalam mobil, Arman pun menyalakan mobilnya dan keluar dari parkiran lalu membayar juru parkir dengan selembar uang lima ribu. Setelah itu ia tidak langsung melajukan mobilnya melainkan berhenti di pinggir jalan sementara.

“Kok berhenti?” tanya Puput bingung.

Lalu Arman terlihat mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ia membuka sebuah aplikasi namun tidak begitu jelas terlihat oleh Puput. Sekitar dua menit kemudian, Arman pun bertanya kepada Puput sambil menunjukan layar ponselnya yang membuat Puput tercengang lalu melotot tajam.“

“Disini aja ya nanti?”

“Hah? Maksud nya?”

“Ini bagus nih, ranjangnya king size, ada bath tub nya, terus city view gitu…”

“Maksud lo?”

“Jadi nanti bisa diluar eksekusinya…”

“MAKSUD LO!!??”

“Iya apa kagak? Enak sih disini keliatannya… AGH!!”

Sontak tamparan keras mendarat pedas di pundak Arman. Yang ia tunjukan kepada Puput barusan adalah sebuah penginapan kelas menengah atas. Arman juga menunjukan sebuah foto tampilan kamar hotel tersebut dengan segala fasilitas modern. Soal harga juga terbilang tidak terlalu mahal namun berada di kisaran nominal yang cukup receh untuk seorang Arman.

Namun Puput nampaknya mengerti maksud Arman barusan. Bahkan saking mengertinya, ia sangat jengkel dan gregetan karena sepertinya Arman sudah mengetahui maksud dari Puput selama ini.

“Aduh aduhh!! Eh apaan sih!!”

Arman tidak henti2nya mendapatkan pukulan bertubi2 dari Puput. Jika saja cahaya malam tidak memyelimuti, akan sangat jelas terlihat betapa merah meronanya wajah Puput karena rasa malu.

“Put!! Entar dulu entar duluuuu!!” Arman berusaha menghentikan sikap salah tingkah Puput “Katanya kemaren lo bilang mau ketemuan sama gw??”

“YA KAN GAK GINI JUGA ANJING!! TOLOL!! BEGOOO!! IDIOOOOOOOT!!!”

“Abisnya gimana???”

“YAAA… ENNGG… YA GAK TAUUUU!!!” Puput sontak membuang wajahnya ke jendela mobil.

“Yaudah deh, lo aja yang milihin tempatnya gimana?”

“APAAN SIIIIIHH!!?? DUH GW KESEL BANGET SUMPAH SAMA ELO, ARMAAANNN!!” Puput menutup kuat2 wajahnya yang menghangat.

“Yaudah, gw sih mending langsung terus terang aja Put sama elo.” ujar Arman malas bertele2.

Puput tidak menjawab. Ia masih membuang pandangannya, memangku kedua lengannya erat. Dasar Arman, ia tidak pandang menyusun sikon untuk merayu Puput agar mau menuntaskan apa yang waktu itu dilakukan di pulau. Di satu sisi Arman juga sudah lelah memberikan pernyataan2 dan lebih enak langsung ke tujuan utama saja.

“Jadi gimana nih? Gw batalin aja dah…”

“Yaudah batalin lah!! Orang gw tujuannya cuman mau ketemuan sama elo doang kok!! Ngapain sih sampe kayak begitu!!?? Gak ada etika banget lo jadi cowo tau2 ngajakin ke tempat begituan, najis!!” Puput melontarkan ocehan pedasnya.

Arman pun mengantongi ponselnya lalu mengemudikan mobilnya. Ia memutuskan untuk mengantarkan Puput kembali ke kos. Sikapnya yang blak2an saat ini nampaknya memang tidak cocok dengan Puput yang notabener seorang perempuan yang juga mempunyai adab dan tata krama. Membahas hal seperti ini tanpa ada topik yang mejembatani rasanya memang kurang etis untuk Puput.

Namun hal tersebut hanya berlaku jika ia bertemu dengan seorang asing yang bertindak mesum kepadanya. Arman tentu saja bukanlah orang yang asing bagi Puput. Ia hanya seorang laki2 keren menyebalkan yang memang suka terus terang tanpa memberikan embel2 manis. Jadi ketika Arman mengatakan bahwa Puput adalah seorang yang cantik, hal itu benar2 dari hatinya tanpa ada maksud gombal atau maksud untuk menerbangkan Puput ke langit ketujuh.

Dan saat ini Puput sepertinya menyesali perkataannya barusan soal menolak Arman mengajaknya ke penginapan. Ia mau tidak mau menunjukan gengsinya lantaran tindakah bodoh nan gegabah Arman yang langsung menunjukan kamar hotel kepada Puput. Jika saja Arman lebih bermain cantik, Puput pasti akan mengiyakan walaupun ia akan memberikan ocehan terlebih dahulu.

“Man?”

“Apa?”

Puput tidak langsung melanjutkan omongannya. Wajahnya sedikit tertunduk galau lalu menatap jalanan di depan. Jari telunjuknya sibuk memelintir ujung rambutnya seraya kegelisahannya yang makin terasa memaksanya jujur.

“Mann…?”

“Apaaa?”

“Emm… itu…”

“Eh ini bener kan arah sini ya?” tanya Arman menyalakan lampu sen untuk berbelok.

“Iiihh dengerin gw duluu!!” seru Puput kesal.

“Iya ini daritadi udah dengerin, Put.” balas Arman tidak kalah sengit.

“Berhenti dulu.”

“Hah?”

“Gw bilang berhenti duluuuu!! Pinggirin mobilnyaaa!!”

Arman pun menurut perkataan Puput dan menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang cukup sepi.

“Apaan?” tanya Arman menatap Puput.

“Emmm…”

“Kenapa sih?”

“Sini hape lo….”

“Hah? Kok tau2 minta hape gw?”

“Buruan sini hape looooo!! Cepetan ih, lama!!”

Arman menberikan ponselnya yang sudah dibuka kata sandinya. Lalu Puput menggeser beragam menu dan memilih sebuah aplikasi pemesanan hotel yang tadi dibuka oleh Arman. Jemarinya sibuk menggeser beberapa menu dan memilih sebuah hotel dengan fasilitas yang jauh lebih sederhana namun nyaman dan asri dengan pemandangan alam dan perkotaan.

“Hm..” Puput mengembalikan ponsel Arman dan tanpa menatapnya sama sekali.

Arman melihat tampilan di layar ponselnya dengan tatapan sedikit memicing. Ia mengangguk pelan lalu tersenyum simpul. Puput yang melihat gelagat Arman pun kembali sewot.

“Li-li-…liatnya biasa aja sihhh!!”

“Boleh juga Put pilihan lo…”

“Ya-ya iyalahhhh!! Emang elo apa, milihnya yang ecek2 kayak tadi!!??” Puput berusaha galak namun nada suaranya bergetar dan terbata2.

“Hmm jadi….” Armam memutus perkataanya.

“Jadi apa???”

“Jadi kuy nih kita??”

“BERISIK LO! UDAH BURUAAAAN JALAAAAN!!”

“Eh bentar dulu, booking dulu atuh!”

“Yaudah cepetan booking! Lama banget!!”




_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________




Singkat cerita berangkatlah mereka ke penginapan hasil permintaan dari Puput. Jaraknya memang cukup jauh dan letaknya berada diluar ibukota, sampai Arman harus melewati jalan tol agar dapat sampai kesana. Namun tidak begitu jauh karena masih berada di sekitar jabodetabek. Di perjalanan terlihat Puput tidak menatap Arman sama sekali sejak keputusannya tadi. Di satu sisi, pikirannya berkecamuk memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Ia juga sempat terlintas memikirkan hal2 erotis yang langsung dihapus cepat2 oleh akal sehat Puput.

Walapun begitu Puput sempat mencuri pandangan ke Arman, khususnya di bagian bawah tepatnya di celana pendek hitam yang dikenakan. Ia memperhatikan bagian tengah selangkangan Arman sekilas. Namun walau hanya sekilas sudah membuat Puput sangat berdebar bukan main. Bagian kewanitaannya berdenyut keras dan melembab dibalik celana dalam tipis warna merah muda nya. Benda yang berada di dalam tersebut nantinya akan menghantam kepunyaannya nanti ketika sampai di hotel.

Memikirkan hal tersebut pun lama kelamaan membuat Puput menjadi gelisah sendiri. Arman yang menyadari sikap Puput mulai melirik sedikit demi sedikit.

“Nape?”

“Gak.”

“Ohhh…”

Lalu Arman melanjutkan perkataannya yang membuat Puput terbelalak kesal.

“Blow job dulu bisa kali….”

Puput tidak langsung memaki Arman. Ia menggertakan giginya kuat karena sebal dengan permintaan mesum Arman. Tetapi Puput juga tidak sepenuhnya merasa risih. Malahan dadanya semakin berdengup kencang sampai membuat tubuhnya kian memanas. Tatapannya kali ini tidak lepas sama sekali dari selangkangan Arman yang entah mengapa terlihat perlahan menonjol seakan2 benda tersebut merayu Puput untuk diberikan pelayanan seksual. Puput menelan ludahnya kuat, mengigit bibir bawahnya namun tetap menatap Arman dengan nalar.

“Eh ayo. Kok diem aja?”

“Bangsat lo! Kurang ajar banget lo minta di BJ sama gw!”

“Kurang ajar kurang ajar…. tapi kenapa badan elo makin ngedeket kemari?”

Arman semakin menggoda Puput ketika ia tahu bahwa perempan cantik ini mulai menundukan tubuhnya kearah dirinya. Sebuah tangan halus perlahan menyentuh bagian yang sudah semakin mengeras di balik celana pendek Arman. Sontak Arman berdengup keras merasakan sensasi sentuhan lembut menekan batang serta buah zakarnya. Puput menarik pelan sleting celana hitam tersebut, membukanya sampai bawah dan menekan bagian tengah batang tersebut yang masih tertutup celana dalam hitam.

“Ogh!”

Arman mulai mengerang pelan. Sentuhan serta pijitan tersebut begitu nikmat terasa. Puput lalu berusaha mengeluarkan batang tersebut dari celana dalam. Akhirnya keluarlah kejantanan kokoh milik Arman yang sudah terlihat mengkilap basah di ujung kepalanya karena cairan pra ejakulasi. Puput tersontak lalu kembali menelan salivanya karena benda tersebut tepat berada di hadapannya. Ia dapat merasakan hangat dan kekar serta aliran darah yang berdenyut kuat disana. Hanya meperhatikan seperti itu saja sudah membuat vagina Puput banjir bukan main. Klitorisnya sudah terasa membesar mengganjal disana, kedua putingnya terasa mengeras karena aliran darah yang mengalir deras disana, bahkan kedua ketiaknya pun juga terasa basah akibat suhu tubuhnya yang meningkat.

“Putt… ghh…”

“Hennhh… mmh… gede banget sih, ish!” ujar Puput masih sewot.

“Kocokin Put, plis…”

“Mau banget?”

“He-enhh…” Arman mengangguk memohon unutk segera dipuaskan.

“Ck… apaan sih… sange banget ya lo… nnhh.. glek…” Puput mulai bersuara pelan dam kembali menelan ludah kuat2.

Lalu ia pun mulai menjulurkan ujung lidahnya untuk menjilat bagian ujung penis Arman. Puput memberikan ciuman lembut serta gigitan bibir dibagian sana sampai ke bagian tengah.

“Cllph.. mmh… cupph… mmhh… cllphh… cllphh..”

Puput juga mulai menggerakan tangannya naik turun untuk mengocok batang penis Arman. Ia mulai merasakan denyutan tiap denyutan ketika menggerakan kocokan dari tangannya serta juga menusuk lubang kencing dengan jari telunjuknya.

“Hghh.. hghh anjinhh enak banget Put!”

“Hemm… cllphh… mmhh… mmmhh… clph…”

Emutan perlahan kembali diberikan oleh Puput. Kali ini gerakan mulutnya seperti sedang menghisap sebuah stik es coklat. Sambil mengulum, ia juga mengeluarkan lidahnya sedikit lalu menaik turunkan kepalanya serta menggerakan bibirnya untuk mengulum dengan gemas.

“Mhhh… cllprhh… mmh… shh… cllphh… mmhh..”

“Aoghh… Putt… aghhh anjingg lahhh…. jago banget sumpah! Lo jago banget Put, asli dahhh!”

“Mhh… bisa diem enggak… emmh cllphh… henggah huhah hanhak hacot… cpplhll..” Puput mengoceh disela2 kulumannya.

Ia menyibak samping rambutnya yang mulai menutupi pandangannya. Setelah itu gerakannya pun semakin intens karena kepalanya semakin ia naik turunkan. Sontak Arman semakin mengelinjang dan mengerang jantan menikmati kuluman erotis bibir Puput.

“Aughh ngentod!! Oghh Put… Put… Puput oghh!!”

Mendengar erangan Arman membuat Puput semakin bersemangat. Ia semakin mengemut penis bejat milik laki2 ini. Semakin ia bersemangat, semakin juga sensasi hangat menggelitik gatal di vaginanya. Entah sudah seperti apa cairan pelumas yang membanjir disana, sampai2 Puput dapat merasakan lembab yang memembus ke celana bahan hitam ketatnya. Kedua ketiaknya juga terasa semakin basah dan tercetak keringat di bagian bawah lengan blus biru mudanya. Beruntung ia sedang memakai cardigan berwarna hitam, jadi noda keringat tersebut tidan terlalu terlihat.

Duhh, gw burket nih kayaknya. Padahal udah make deodoran yang direkomendasiin sama si Dewi. Tapi kayaknya percuma banget deh…. ketek gw basah banget rasanya…

Puput semakin mengemut penis Arman dengan lahapnya. Ia mulai berpindah ke dua buah zakar dibawah sana. Lalu ia lantas mengemut dua bola tersebut, menariknya dengan bibirnya, lalu melepasnya sampai terdengar suara kecupan.

‘Plop’

Sontak Arman semakin blingsatan diperlakukan seperti itu. Kedua kakinya hampir saja hilang fokus menginjak gas karena rangsangannya tersebut langsung menyeruak ke seluruh tubuhnya.

“Ah anjiiing! Aghh…!!”

“Hemmhh… enaaak?” tanya Puput dengan nada centil.

“Ghh… he-enhh…”

“Hehehe… emmmh… clllphh… sange kan loh… ngaku aja huhahh henhhh… mmhh clphh..”

Puput kembali mengemut dua zakar Arman. Kali ini ia sudah menguasai seluruh bagian kejantanan Arman. Tangannya sibuk mengocok batang penis sementara mulutnya sedang asik mengemut dan mengigit pelir yang menggantung dibawahnya.

Beruntung lo nyet! Cowo gw aja udah hampir enggak pernah gw servis kayak begini!! Liatin aja, pokoknya kalo entar disono sampe ngencret duluan terus lemes, gw kempesin ban mobilnya!!!!

Dalam hatinya, Puput sebenarnya ingin melakukan hal ini kepada Rangga. Namun setiap kali I ingin melakukannya, Rangga selalu orgasme duluan dan membuat mood Puput turun drastis karena Rangga tidak dapat diperlakukan seperti ini setelah dirinya orgasme atau sebelum ia memasukan penisnya ke liang kewanitaann Puput. Maka dari itu ia sungguh bersemangat dan bergairah ketika melampiaskan kebolehannya kepada Arman.

“Ngoouhmmhh… cllphh… mmmhh.. ccllpphh…”

“Nhhh… nnhh.. Put…”

“Cllpphh… mmhh… emmhh… apeeh.. mhh..”

“Gw… ghh gw kayaknya mau muncratt….”

“Enggak… enggak boleh muncrat dulu…”

“Putt… tapi gw…”

“Pokoknya enggak! Lo tahan sampe kita disono! Titik!”

Puput menyudahi kegiatan mesumnya lalu kembali ke posisi duduknya semula. Ia membiarkan Arman yang menahan dengusan napasnya karena sensasi denyutan yang menandakan dirinya akan segera orgasme. Namun hal itu langsung dibiarkan oleh Puput mengingat mereka belum sampai di hotel tujuan mereka.

“Anjing lah Put! Make dikentang2in gini segala dah…”

“Biarin! Gw gak mau tau pokoknya lo enggak boleh keluar dulu, awas aja sihh!!” ujar Puput ketus.
 
Singkat cerita sampailah mereka di sebuah hotel yang tadi telah dipesan. Setelah memarkirkan mobil, mereka menuju lobi hotel untuk menujukan konfirmasi serta mengambil kunci kamar. Lalu masuklah mereka ke dalam lift dan menuju ke lantai 9 tempat kamar pesanan mereka berada. Di dalam lift, Arman masih merasa kesal dan bernafsu karena ulah Puput tadi yang membiarkan dirinya tidak mencapai klimaks. Melihat dirinya yang hanya berdua saja, inilah salah satu kesempatan emas Arman untuk memberikan serangan balasan.

“Jangan coba2 ya!” ucap Puput dingin ketika melihat gerakan Arman dari tembol lift beteksur transparan. Ia bisa melihat tatapan Arman yang sudah siap menerkam dirinya dari belakang.

“Idih, si merintah2 gw tuh!”

Arman tidak peduli akan omongan Puput. Ia tetap menghampiri lalu meremas bongkahan pantat kencang Puput. Jari tengahnya juga menusuk bagian tengah belahan pantat sampai2 membuat Puput mendesah kaget.

“Ahh! Ish dibilanginyaaaa!!” Puput menampar kencang pergelangan Arman.

“Bodo amat.”

Arman pun memberikan ciuman di tenguk sebelah kiri Puput. Sontak Puput kembali mendesah namun dengan perasaan jengah dan takut jika pintu lift terbuka. Namun Arman tentu tidak serta merta dapat dilepas dengan mudahnya. Ia memberikan ciuman bibir lalu menghirup aroma feminim serta parfum yang disemprotkan Puput di bagian sana.

“Shhh… emmhh.. Mhaann… entar ketauan orang iishh!!”

“Tapi elo wangi Put. Leher lo juga lembut banget. Lo mandi pake sabun apaan sih?”

“Kepo lo! Ishhh udah ahhh… mmhh..”

Puput semakin menghentikan ciuman Arman karena lift sudah sampai di lantai 9. Mereka berdua pun bergegas menuju sebuah kamar yang terletak di lorong bagian tengah. Arman membuka pintu tersebut dengan memindai kartu masuk tersebut di depan engsel pintu. Tentu saja sebuah hotel menengah keatas tidak mungkin menggunakan kunci kamar konvensional.

Mereka pun masuk dan segera menyalakan lampu kamar hotel. Terlihat dekorasi milenialis dengan rak minimalis, tembok dengan ornamen industri bercampur vintage, sebuah ranjang berukuran ‘king’, serta kamar mandi dengan tempat berendam dan jendela yang menampilkan pemandangan malam perkotaan kecil. Udara malam disana pun juga begitu sejuk lantaran hotel tempat mereka sewa juga cukup dekat dengan perkebunan dan perumahan warga yang masih ditutupi oleh hijaunya pepohohan. Namun disamping suasana kamar hotel yang estetik, terlihat Puput sudah digendong oleh Arman setelah menaruh tas nya di sebuah kursi.

“Kyahh! Apa sih tau2 ngegendong!” ujar Puput masih menunjukan juteknya.

“Gw mau ngebales yang tadi udah lo lakuin di mobil!”

Arman mendekatkan wajahnya ke Puput lalu memberikan ciuman panas. Mereka berpagut satu sama lain membalas dengan erotisme masing2. Puput tidak mau kalah dan mengigit bibir bawah Arman yang sebelumnya sudah mengobok mulut Puput dengan lidahnya.

“Mh… mmhh… nghhh… cllpphh… mmmhh…”

Remasan kuat diberikan oleh Puput ketika meraih kedua pundak Arman. Selain ia takut jika terjatuh, remasan tersebut juga sebagai reflek merasakan betapa dirinya begitu terangsang hanya berciuman panas seperti itu.

“Put…?”

“Hm..?”

“Lo cantik banget.” puji Arman secara tiba2.

“Ish… apa sih tau2 muji gw..” ujar Puput kesal namun tersipu malu mengulum senyumannya.

“Lo juga seksi… badan lo wangi…”

“Mulai dehh…”

“Enggak2, serius. Badan lo wangi… bukan wangi parfum yang lo pake doang…”

“Terus?”

Belum sempat Arman menjawab, ia sudah menjatuhkan Puput di kasur empuk.

“Kyahh! Armaan ihh nurunin enggak bilang2!!”

Arman tidak menanggapi ucapan sewot Puput. Ia sudah berada diatas tubuh perempuan cantik tersebut, menatapnya dalam lalu tersenyum tipis. Puput pun jadi salah tingkah dan masih menunjukan sikap judesnya.

“Senyum2 melulu lo! Sebel…”

“Sebel2 tapi gw keren kan?”

“Apa sihhh… pede banget… emmhh… mmhh… cllpphh…”

Arman menghentikan ocehan Puput dengan memberikan ciuman kembali. Kali ini ia membalas Puput dengan lumatan lidah serta gerakan bibir yang perkasa. Puput sempat kelimpungan di beberapa detik awal, namun ia mulai menguasai pergerakan nakal bibir Arman dan membalaskan tak kalah sensual.

“Emmh… clpphh… mmh…”

“Mmh… Manhh… mmhh…”

Mulailah kedua tangan Arman menunjukan aksinya kali ini. Perlahan ia bergerak menyentuh dua gundukan toket Puput yang masih tertutup blus biru muda. Pijitan dan remasan pun ia lakukan dengan begitu lembut bergerak seperti meremas sebuah benda yang kenyal.

“Nhhh… shhh… mhh… mmhahh…”

Puput mulai mendesah pelan karena perlakuan Arman di dua aset nya. Namun ia tidak terlalu puas karena gerakan dan remasan tangan Arman terhalang oleh pakaiannya. Tapi Arman tentu saja dengan lihai mulai membuka satu per satu kancing tersebut. Seketika Puput menghentikan kegiatan Arman sambil menahan pergelangan Arman kuat2.

“Lho kenapa?”

“Mmm… mau buka sendiri.”

“Yaudalah Put, sini gw aja yg bukain. Lo tinggal rebahan manis aja…”

“Ihhh gak mau! Gw mau buka sendiri!”

Karena Puput bersikeras memaksa, akhirnya Arman membiarkan Puput melepas pakaiannya sendiri. Puput bangun lalu memalingkan tubuhnya dari Arman. Ia perlahan membuka kancing blus nya dari atas sampai bawah. Puput sedikit menengok kearah Arman sambil tertunduk malu. Namun hal itu malah membuat Puput terlihat seakin cantik dan seksi, apa lagi melihat punggungnya yang begitu mulus membuat Arman tidak tahan untuk diam memperhatikan.

“Ngahh!!”

Arman langsung meraih tubuh Puput dan membaringkannya di kasur dengan blus yang masih tersangkut di pundaknya. Di posisi berbaring, Puput dengan jelas dapat melihat ekspresi Arman yang menatapnya tajam. Sontak ia pun kembali salah tingkah sambil menutup wajahnya dengan pergelangan kirinya.

“Jangan liatin gw kayak gitu…”

“Abisnya lo cantik banget…”

“Muji2 gw melulu lo… ih!” Puput menepuk dada Arman melampiaskan rasa malunya.

“Tapi lo suka kan dipuji?”

“Eng… enggak tuh, b aja. Apa lagi dipujinya sama elo…”

“Ah, yang bener b aja…??” tanya Arman pelan menggoda Puput. Tangan kanannya juga mengelus pinggang sampai ke bagian perut rata Puput.

“Hmmmhh… iyahh…”

“Yang bener?”

“Hiyahhh… mmhh… gw… gw kesel pokoknya sama elo…”

“Oh gitu…”

Sontak Arman meraih kedua pergelangan Puput. Ia mencengkramnya lalu menempelkan diujung kasur, seakan2 Puput sedang diikat oleh sebuah tali dipergelangannya.

“Ahh… mau ngapain Mhann…??”

“Harusnya elo udah tau sih…”

“Ihh ih ih ihhhhh jangan kesituh ahhh!!”

Puput sepertinya sudah tahu apa yang akan dilakukan ketika kedua lenganya diangkat dan ditahan seperti ini. Perlahan Arman menyibak blus biru muda Puput yang terbuka dan mengarahkan wajahnya ke ketiak mulus Puput. Terlihat noda keringat masih segar di bagian bawah lengannya karena ketiak Puput yang begitu basah dan beraroma….. nikmat dan menggairahkan menurut Arman.

“Ahhh jangan Armaaannn…. iihhh!!”

“Hhhh… hhh… diem aja sih, Put…. gw mau nikmatin ketek mulus lo…”

“Apaan sihh… iihh shhh… aduhh Mhann ketek gw basah… nnhh… keringetaaan banget ketek gwehhh…”

“Sllppphh… hah?” Arman tidak mempedulikan ocehan risih Puput. Ia sedang menikmati jilat menjilat di ketiak beraroma harum deodoran serta feromon milik Puput.

“Iihhh Armaaannn… apaan sihh ngejilat2in ketek gw beginihh iihh…”

“Gapapa… sllphh.. abisnya siapa suruh ketek lo mulus begini….”

“Ahh… emmhh… nghh udah Mhannn…”

“Mana wangi banget…. eh enggak dengg… ketek lo bau banget…. bau cewek2 SMA gitu…. slllhpp…”

“IIIIHHH ARMAN LO APAAN SIH BACODNYAAA!! GW… EMMH SHHH…. GW NYA RISIIIHHHH!!!”

“Yaudah Puuut… kayak yang gw bilang aja di pulau waktu itu…. gw suka ketek lo…. masa lupa dah??? Slllpphh… mmh… sllph…”

“GAK MAU AHH ARMAAANNNHH…. UDAAAHHH…. NNHH… ADUHH KETEK GW MAKIN BERKERINGEEETT!!”

Arman tidak mempedulikan celotehan risih Puput yang meminta untuk menghentikan jilatan mesum di ketiaknya. Semakin lama, jilatan tersebut membuat Puput merasa geli. Ia juga masih merasa jengah, namun perlahan entah mengapa Puput menikmati setiap gerakan lidah di bagian tubuh yang paling mengganggu kehidupannya.

“Ngahh… Armaaannnhh… mhh… mmhh.. udah ahhh…”

“Atu lagi belom…”

Arman berpindah ke ketiak satu nya lagi. Kembali Puput menunjukan penolakan sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan Arman di pergelangannya.

“Ennhh… nnhh… sumpahhh…. elo… eloohh cowo teraneh yang gw temuinn… hhhnnhh…”

“Kenapa? Slllpphh… karena gw suka bau ketek lo gitu??”

“Iyalahhh nnhh… aneh banget nnhh… semua orang tuh risih sama burket gw…. nnhh… gw aja risihhh mmhh…”

“Lah, gw enggak tuh…”

“Ya makanya elo aneeeehhh!!!”

“Lohhh, justru bagus kali ada yang nerima kekurangan elo…. gimana sihhh? Sllphh…”

“Nnhh tapih enggak gini juga Armaaaannn!! Nnnhh…”

“Ah bodo amat ah! Dibilangin gw suka ketek lo! Buktinya di gw fine2 aja… malah kalo makin burket sama bau gw suka2 aja tuhhh…”

“ADUUUUHHHH BISA BERHENTI NGOCEH2 SOAL KETEK GW GAK SIHHHHHH!!!!????”

Puput semakin risih tidak karuan. Entah ia harus merasa bagaimana, apakah harus merasa jengah karena Arman tidak henti2nya berkomentar mengenai ketiaknya atau malah senang dan lega karena ada seorang yang akhirnya menerima kekurangannya yang sukar diterima oleh orang lain pada umumnya.

“Nnhhh… mmmhh…”

Akhirnya Arman menyudahi jilatan2 mesum di kedua ketiak Puput. Ia juga melepas cengkraman di kedua pergelangan Puput. Seketika Puput merasa lega namun juga merasa agak kecewa karena jilatan tersebut berhenti.

“Mhannn….”

“Udah tuhh… udah kagak gw jilatin lagi ketek lo…”

“Mmhh… iyahh…. jangaaan…”

“Lagian cantik2 keteknya bau…”

“Ihhh… udah ah!!” Puput menyilangkan lengannya untuk menutup kuat2 bagian ketiaknya.

Karena Puput menyilangkan lengannya seperti itu, Arman pun berkesempatan melepaskan celana bahan hitam Puput beserta dengan celana dalam merah mudanya. Terpampang jelas sebuah gundukan tembam vagina berwarna merah muda yang begitu basah karena cairan pelumas yang tidak hentinya mengalir.

“Santapan utama nih…”

Arman mendekat perlahan ke bagian tersebut. Endusan napas Arman membuat Puput mengelinjang geli sambil mengigit bibir bawahnya.

“Mhh mhau ngapain Mhann…?”

“Pertanyaan yang aneh…”

Seketika Arman langsung mencaplok vagina Puput dengan erotis. Ia menjilat, mengemut klitoris yang sudah besar menonjol, serta menusuk liang vagina dengan lidahnya. Sontak Puput pun blingsatan setengah mati akibat rasa gatal yang akhirnya terpuaskan. Kepalanya bergoyang ke kiri dan kanan serta suara desahannya yang mencoba ia tahan namun malah terdengar sangat seksi.

“Ahhh.. ammfhh… mmmhh Armmmhahnn… mmhh… mmhh…”

“Slllpphh… cllpphh… mmmhh… bangsat nih memeq…. banjir bener…. mana tembem bener…. slllhhppp…”

Puput semakin dimabuk dalam libidonya yang memanas di tubuhnya. Pinggangnya tak kuasa meronta kesana kemari, serta kedua tangannya yang menekan kepala Arman agar semakin menjilat dengan agresif.

“Nghooh… mmmhh… mmmhh… shh… hiyahh gituhh… gituhh ouuhh…”

Sekitar limat menit diberikan rangsangan bejat dari lidah Arman, Puput merasakan sesuatu yang semakin meruncing di selangkangannya. Aliran hangat di bagian vaginanya semakin terasa sensitif menusuk dan menyetrum. Sepertinya ia akan segera mendapat orgasme nya.

“Ahhhg… hhhhahh…. Armann mauhh… gw mau keluarhh…”

“Dih enak aja….”

Arman menyudahi jilatannya lalu berganti posisi. Ia menatap Puput namun kedua jarinya mengelus vagina Puput hanya di bagian luarnya saja atau menusuk hanya dengan seujung jari. Arman membalas apa yang Puput lakukan dengan penisnya ketika berada di dalam mobil tadi. Sekarang gantian dirinya yang menyiksa perempuan cantik yang sedang mendesah gelisah ini.

“Mhaaannnh…. annhh…”

“Apee?”

“Nnhh…. nhh dilanjutin lagihhh….” desah Puput menatap Arman kosong.

“Ohh… mau??”

“Ennhh… mhauuu…”

“Mau apa?”

“Nhh…. mmauuhhh…. mauuhhh ituhh nnhh…”

“Dih ditanyain. Mau apa lo, Kyla?” Arman semakin menggoda Puput yang memberikan tanggapan semelas mungkin.

“Ennhh…. nnhh… mhauu… pengen dijilatin lagihhh…. nnhh…. ahh..”

“Gw kocokin aja gimana???”

“Gak mhauhh… mmh… mhauhnya memeq gw dijilatinnhh…”

“Masa siiiiiihhhh???”

Arman langsung mengocok vagina Puput dengan begitu beringas. Bunyi kecipakan terdengar nyaring memenuhi kamar hotel tersebut disertai desahan kaget Puput yang juga melebarkan kedua matanya serta mulutnya yang menganga.

“Ouhhh fuckkk!!! Ooohh… ooohh anjingg… oohh… shhh… aduh teruss… terus terus terus terus…. yahhh…. ahhh…”

“Katanya kagak mau dikocokin. Heennh??”

“Ohhh… nnhh… ooohh… Nhan.. Mhann… Mahhnn hhuhuhhh enak bangeeeet… nnnhhh….”

Puput menatap wajah Arman masih dengan tatapan terbelalaknya. Ia juga memperhatikan gerakan tangan Arman yang tidak henti2nya mengocok mengacak2 lubang vaginanya. Melihat pergelangan kekar berurat Arman pun semakin membuat dirinya blingsatan bukan main dan mendesah semakin heboh.

“Ahhh anjiiinngghh… ahhh.. ahhh… ahhh… gilaa ituh tangaaaaaaaannn…. ahhh… ahhh… ahhh… ahhh…”

Akhirnya Puput merasa tidak kuat. Ia pun sampai di titik orgasmenya dengan menyemburkan cairan cinta yang begitu deras menyembur.

“GW KELUAR ARMAAAAANN!!! AHHH AHHH AHHH AHHH AHH ANJIIING BANGSAAAATTT ANJIIIIIIINNGG AAAHH!!!”

Pekikan nyaring nan binal lantang menggema di kamar hotel. Puput sama sekali tidak peduli penghuni sebelah mendengar teriakan mesumnya atau tidak. Yang ia rasakan hanyalah ledakan orgasme yang membuatnya terkujur lemas.

“Hahh hahhh… hahhh… annhh…”

“Put?”

“Hhnnhh…??”

“Belom juga gw masukin punya gw udah muncrat aja elo nya….”

“Ngahbisnyah… jari elo begitu banget ngobel memeq gweh…” ujar Puput lesu tetap tidak mau salah.

“Yaudah gimana nih…?? Skip apa?”

Mendadak Puput meraih dagu Arman, mencengkramnya lalu menarik wajahnya sampai menatap erat satu sama lain.

“Jangan coba2 ya lo, anjing…”

Satu tangannya kini sudah berada di tengah selangkangan Arman. Sebuah penis yang tadi Puput berikan layanan hisapan mesum kembali mengeras didalam sana. Kali ini Puput tidak sungkan2, ia langsung melepas dengan ganas celana pendek Arman dan melemparnya jauh2. Serta tidak lupa Puput melepas kaos polos warna coklat tua yang dikenakan Arman lalu pakaian kantornya yang belum sempat ia lepas semuanya.

Sekarang mereka berdua pun telanjang satu sama lain. Tangan mulus Puput meraih batang penis Arman yang sudah menegak sambil mengocoknya. Kali ini ia mengocok sambil memberikan remasan di zakar Arman dibawah sana.

“Aghhh, Put…”

‘Plak!’

“Aduh…”

Sebuah tamparan keras oleh Puput mendarat di pipi Arman.

‘Plak!’

“Eh sakit…”

‘Plak! Plak! Plak! Plak! Plak!’

Tamparan bertubi2 diberikan oleh Puput dengan ganasnya. Pundak serta dadanya naik turun dengan cepat menandakan napasnya yang semakin memburu karena memberikan tamparan di wajah Arman. Sementara Arman sendiri tidak terlihat menahan tamparan tersebut, malahan wajahnya tidak bergeming sama sekali meskipun tamparan tersebut terdengar begitu nyaring.

“Hhh… hnnn …. hhhh…. hhhh… hhhh…!!!”

“Udah? naboknya udah?”

“Hhhnnhh… mmhh… belomhh… belommhh… nnnfhhh…”

“Lo masih kesel sama gw?”

“Mmmhh… mmmhh… nnfhhh…” Puput tidak menjawab dan masih mendesah tertahan sambil tidak henti2nya mengocok batang penis Arman.

“Maso lo ya? Eh bukan, sadist lo ya??” tanya Arman terang2an.

“Hnnfhh… hhnnfhh… ENGHH!”

“AGHH! QONTOL GW NGAPAIN DIREMES KAYAK GITUUUU!!!”

“Kalo gw sadomasokis… nnnfhh… kenapa emangnya, ngentod!?? Hahhh…?? Nnhh….”

“Hohoho…. yaudah kalo gituuu…”

“Awhh..”

Arman langsung mengangkat tubuh Puput dan membuatnya tengkurap sambil bergaya ‘doggy’. Arman dengan semakin jelas dapat melihat pantat semok Puput yang menungging mesum di hadapannya.

“Ennhh… doggy? Hihh basi banget sihhh… nnhh…”

“Bilang apa lo barusan?” Arman mendekatkan telinganya kearah wajah Puput yang setengah terbenam di bantal.

“Lo basi banget, anjing… pasti abis ini elo mau nu-… MMMMMHH!!”

Hinaan Puput seketika berubah menjadi lenguhan nikmat ketika Arman menjilat vagina serta lubang pantat Puput. Arman dengan panasnya memberikan ‘rimming’ kepada Puput yang langsung disambut oleh desahan risih, bingung, namun nikmat secara bersamaan.

“Ouuhh… shhh… Armaann uhhh… lo udah gila yhahhh…. nnnhh… ngapain sih lobang pantat gw dijilat2in kayak gituuuuhh nnghuuhh…”

“Bacod lo Put… sllphh…” ujar Arman lalu kembali menjilati lubang anus tersebut.

“IHHH apaa siihh aghh…. nnhh… ahhh… nhh lobang pantat gw eloh apaainhhh… nnhh…”

“Mhh… sllphh… clppphh…”

“Mhaaannhh???”

“Cllhhppp mmh…”

“Mnhhhaaaaaaaaaannn?????”

“Paan sih????”

“Nnhh jangan kayak digituin pantat gwehhhh!!”

“Cllphhh… mmhh…” Arman kembali melanjutkan jilatannya tanpa menghiraukan omelan Puput.

“Armaaaannnhhhhh auuhhh…”

“Bacod lo… tau gak…”

‘Plak!’

Sebuah tamparan keras diberikan oleh Arman di pantat Puput.

“Ahhh…”

‘Plak!’

“Ahhh… sakit…” keluh Puput lirih namun manja secara bersamaan.

‘Plak!!’

“Ahhh sakit Mhaaann…”

‘Plak!’

“Ngghhh… mmhh… Mhannn…”

Walaupun Puput mengeluh kesakitan, namun pantatnya kain begoyang kesana kemari seakan meminta Arman untuk memberikan tamparan tersebut sekali lagi.

‘Plak!’

“Awhhh…. nnhh…”

‘Plak! Plak! Plak! Plak! Plak! Plak!’

“Ah.. ahh.. ahhh.. ahhh.. ahhh.. ahhh… shhhh awhhh!”

“Sakit kan digituin????” Arman membalas apa yang tadi dilakukan Puput.

“Nnhhh…. mmhh…”

“Jawab!”

‘Plak!!”

Arman memberikan tamparan keras sekali lagi karena ia tidak mendengar tanggapan Puput.

“Nnnhhuuhh.. sakiiiiitt!!”

‘Plak!’

“Sakiiit… nnnhh.. sakittt… sakitt .. sakit, Armaaann!”

“Mohon lo sekarang...” Arman memerintah Puput untuk memohon.

“Nnhh… mmhh…”

“Jawab Put...”

‘Plak!’

“Ngahhh… nnhh sakitttt…”

“Jawab!”

‘Plak!’

“Ngauhh…. sakiiittt…”

“Jawab!!”

‘Plak!’

“HHHHUHUHU… HIKSS… HIYAHHH… GW… GW… HIKSSS… GW MINTA MAAAFF… HIKSS HIKSS… HUHUHUHUUUUUU….!!” Puput mulai terisak perlahan.

“Nah gitu dong, akhirnya disebut juga kata sandinya sama lo!”

Arman pun langsung mengarahka batang penisnya masuk kedalam lubang vagina Puput. Sontak Puput memekik kaget bukan main karena sensasi tebal yang keras menyeruak di lubang kewanitaannya.

“HHHHAAHH.. MHANN.. MHANN ENTAR DULUU ENTAR DULUUUU!!”

Puput dengan cepat menahan tusukan penis Arman. Kali ini akal sehatnya menyadarkan dirinya untuk mengambil sebuah alat pengaman di dalam tas nya yang tadi sudah dibeli.

“Pake ini…” ujar Puput pelan sambil membuka bungkus kondom berwarna merah tersebut.

“Tumben amat ngondom?”

“Gila ya lo! Cukup waktu itu aja gak pake pengamannya! Sekarang lo wajib make kondom kalo mau masukin!!” pinta Puput galak.

“Iya dah..”

Setelah membuka bungkus kondom tersebut, Puput meraih kembali penis Arman lalu mengelusnya agar semakin tegang supaya mudah untuk dikenakan alat kontrasepsi. Namun tangan Puput malah mengocok lalu meremas buah zakar Arman, membuat Arman mengelinjang nikmat namun ngilu secara bersamaan.

“Shhh…. lo mau makein kondom apa ngeremes peler gw sih?”

“Hhh… banyak omong loh tau gak… nnhh..” balas Puput sambil mengigit bibir bawahnya.

Setelah memakai kondom, Arman kembali membuat Puput menungging dan siap meluncurkan penisnya. Sempat2nya Puput memekik manja karena Arman sedikit kasar mendorong Puput terjatuh di kasur.

“AOOOHHH!! NGAHHH… AHHH… AHHH SUMPAAHHH AHHH… OOHH…!!”

Sensasi sempit, hangat, dan licin menyambut batang penis yang perlahan mengocok membiasakan suasana di dalam lubang becek tersebut. Arman ingin melihat ekspresi binal nan menggemaskan Puput yang disuguhi oleh batangnya untuk ketiga kalinya setelah kejadian pertama dimana ia mengantarnya ke hotel.

“Enak kann… huh!?? Enak kannn anjingg qontol gw!!??”

“Hahhh... ahh... qontol elohhh… nnhh…”

“Apa? Qontol gw kenapa??”

“Nnhh… mmmhh… nnhh… qontol lohhh…. qontoll lohhh enak bangeeeeeettt!!!”

“NGAKU KAN LO SEKARANG? NGAKU KAN KALO QONTOL GW EMANG ENAK!!??”

“NNNHH… HIYAAHH… OOGHH SHIITT… HIYAHH… HIYAHH GW NGAKUU… ENAK BANGEEEET SUMPAAHHH!!! QONTOL LO ENAK BANGEEEETT!!”

“Gitu dong anjing!! Dari kemaren kek!! Dari kemaren harusnya lo ngakuuuu!!” Arman semakin brutal menusuk penisnya seraya erangan bercampur curahan hatinya.

“Ahhh.. ahhh hiyahh… ma… maafin gwehhh… nnhh.. gwehh udah gengsi sama eloohh… nnhh… nnnhh… ahhh… anjiiiiiinngg… ahhh!!”

“Maaf maaf maaf!! Nih makan nih maaf!!

Arman tidak tanggung2. Ia langsung menunjukan distorsi seganas mungkin mengocok vagina Puput.

“Ohhh… oohh… oohh… hanjiiiiirr gilaaaa…. Mhann sumpah memeq gw enak bangeeeet dientod qontol elohhh!!”

Puput mengerang bukan main. Ia tidak kuasa menikmati gesekan buas batang penis Arman yang tetap terasa nikmat walaupun terbungkus alat kontrasepsi. Semua rasa gatal menumpuk jadi satu di selangkangannya yang terus menerus dipuaskan oleh kocokan penis Arman. Tak luput juga lubang pantat Puput yang kali ini ditusuk dalam oleh jempol kiri Arman, membuat Puput kembali terbelalak karena sensasi aneh namun nikmat tersebut.

“Aoooooohhh… aoohh… aoohh… aoohh… oohh… lo ngapain ngobel2 lobang pantat gwehhhh… ooghh… oohh…!!”

Arman mengocok sambil mengorek lubang tersebut. Setelah puas, ia mengelus2 bagian luar dengan jempolnya. Terkadang ia juga kembali menampar pantat Puput dengan begitu keras. Namu dari semua perlakuan itu, Puput diam2 menikmati dikala desahannya yang semakin seksi.

“Nhhh.. auhhh fuckkk… awhh fuuuuuuckkk memeq gweehhhh… aduuhhh bangsaaaaattt mmmmhh!!”

“Enak kan qontol gw??” tanya Arman sambil menjambak rambut panjang Puput.

“Nhhhahh… ahhh… hiyaahhh… enak banget sumpahhh…. enaaakk ahhh!!”

“Enakan mana sama cowo lo?” Arman melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat Puput bimbang.

“Nhh… ahhh… ahhh… ahhh… awhh…”

“Woi jawab dong!”

“Naghhh… ahh… hahh… apaan sihhhh…. orang enakan AHHH…. enakan punya elohh kemana2 anjinngg!!! Ngapain sih make nanya2 gituan segalahhhh aaahhh!!!” omel Puput akhirnya mengaku walaupun diujung sempat ia jengkel dengan perkataannya sendiri.

“Gitu yaaa??”

“He ennnhh… ahhh… ahhh… Mnhaaannnhh…”

“Yaudah balik badan kuy!”

Arman melepas rambut Puput lalu memutar tubuh Puput ke posisi telentang. Sekarang ia dapat dengan jelas melihat kemolekan bagian depan tubuh Puput. Vagina nya yang semakin basah merekah kembali ia hujam dengan penisnya.

“Aoooohh…”

Kini Arman dapat melihat ekspresi binal Puput yang keenakan mendapat kocokan sebuah batang penis. Semakin Arman mengencangkan goyangannya, semakin Puput terlihat berekspresi mesum.

“Ahhh… ahhh… ahhh enaakk… annhh… enakkkk…. enakkk… ouuhh…”

Kedua toket ranum bergoyang menggemaskan dan meminta untuk diremas. Puput juga mengangkat kedua lengannya, memamerkan kedua ketiak mulusnya yang semakin berkeringat.

“Ngghh ketek lo makin basah tuh…”

“Ahhh… ahhh.. biarinnn… lo juga suka kaannn… nnhh… lo suka kan burket gw!!?? Nnhh… ouhh…”

“Iyaa…”

“Mmmhh… emmhh… ennhh dasar cowo anehhh… lo… lohh tuh gantenggg… tapihh… tapi lo aneh… ahhhh… lo suka sama bau ketek gwehh… ennhh… lo anehh banget Mhaaannnhh…!!”

“Biarin, yang penting gw keren!”

“Ennhhh… enggak… apaan sihh ahhh… lo tuh enggak keren… lo tuh gantenggg!!! Nnnhh anjiinngg mana kotak2 banget sih tuh badann… heraann ahh!!”

“Hahaha apaan sih Puuuutt!!?? Aneh banget kita saling muji satu sama laen tapi lagi ngeuwe beginiii! Aghhh!!”

“Hhuuhhh… biarinnn… mmmhhh emang elo ganteng kokkk… ahhh!! Bangsat lo Mhannn ahhh!!”

Puput sudah tidak lagi menunjukan sikap juteknya. Sekarang ia habis2an memuji Arman disela2 desahan bernafsunya, membuat Arman tidak tahan untuk tertawa.

“Mahhhnnhh… gw kayaknya mau muncat lagihhh nihhh…” Puput memberitahu bahwa dirinya sudah mau orgasme untuk kedua kalinya.

“Oke kalo gitu!!!!”

Arman semakin beringas memberikan kocokan penisnya. Kedua paha Puput pun ia angkat agar memberikan serangan semaksimal mungkin. Puput pun juga merasa rahimnya semakn tajam menggelitik, sensasi yang begitu familiar yang sangat disukai Puput.

“Ahhh ahhhh ahhhh ahhh Armannhh ahhhh ahhh… gw… gw… keluar WOI… GW AAAAAAAAAAAAHHH!!!”

“Huhh… nnghh… ughhh…. gw juga Put!! OGHH!!”

“AWWHHH AAHHH!!”

“AOGHH!! GHHHHAHH!! BANGSAT OGHH!!”
 
Puput berdiri di balkon kamar hotel sambil bersandar melihat pemandangan malam diselimuti lampu kota yang benderang kecil dari jauh. Ia terlihat sedang membalas beberapa chat yang tidak sempat dibalas tadi. Jari jemarinya tidak berhenti mengetik sebuah paragraf yang memenuhi kolom chat nya untuk dikirim ke grup kantornya. Sudah sekitar satu jam setelah seks brutal yang dilakukannya bersama dengan Arman tadi. Setelah beristirahat di kasur tadi, ia baru menyadari bahwa ada urusan kantor yang harus ia selesaikan.

Puput juga tidak memakai blus biru mudanya melainkan kaos coklat tua milik Arman yang terlihat sedikit longgar ketika dikenakan oleh Puput dan bawahan hanya celana dalam merah mudanya. Penampilannya terlihat begitu seksi dengan rambut yang dikuncir dan poni di dahinya yang tertiup angin sepoi.

Di notifikasi ponselnya, sekitar lebih dari 10 panggilan tak terjawab dari Rangga. Terakhir ia menghubungi ketika Puput sedang memberikan ‘blowjob’ di mobil Arman. Sampai saat ini ia tidak menghubungi Puput kembali. Mungkin ia menyerah dan akhirnya lebih memilih menyelesaikan pekerjaannya saja.

“Kagak dingin?” Arman menghampiri dari dalam dengan hanya mengenakan celana pendeknya tanpa atasan sama sekali.

“Enggak juga.” Puput menjawab tanpa menatap kearah Arman dan masih asik dengna ponselnya.

“Sibuk amat sih, neng. Daritadi di tempat makan gw liatin lo ngehape terus.” celetuk Arman ikut bersandar di sebelah kanan Puput.

“Beda lah kantor gw sama kantor lo. Gw mesti stand by terus di grup kerjaan gw. Emang elo kagak gitu apa?”

“Kagak juga. Orang gw baru bener2 masuk kerja hari Senen, dibilangin.”

“Jadi dari kemaren lo nganggur?”

Arman mengangguk menatap Puput.

“Ish pantesan keliatan gabut banget lo.” celetuk Puput sedikit tajam.

“Ya namanya idup.”

Lalu keduanya tidak melanjutkan obrolan dan menikmati pemandangan malam. Puput pun merasa bahwa ia terlalu banyak meluangkan waktu di ponselnya. Maka dari itu ia pun mematikan layar ponselnya dan ikut memperhatikan pemandangan.

“Put?”

“Hm?” ujar Puput menengok polos kearah Arman.

Arman tersenyum tipis “Gak, gak jadi.”

“Ih apa sih, gak jelas...”

Arman terlihat ragu untuk berbicara dengan Puput. Jika dirunut kembali, tujuan awalnya hanya untuk mengantar perempuan ini pulang ke kosannya. Namun ujung2nya mereka sedang berduaan di balkon hotel sehabis melakukan hubungan seks. Seharusnya Puput yang berpikir seperti itu, namun malah Arman yang merasa bahwa kejadian ini sungguh absurd. Di samping itu ia juga akhirnya bisa menikmati tubuh Puput sepenuhnya dan melampiaskan nafsunya yang tidak tuntas ketika di pulau waktu itu.

“Man?” sekarang giliran Puput yang bertanya.

“Apa?”

“Mm… sorry.”

“Lho, kenapa?”

“Ya sorry, gw tadi rada gimana gitu ke elo…”

“Ah, udah biasa mah kalo lo Put.” ujar Arman santai sambil mengelus kepala Puput.

“Ishh seriusaaan! Lo apa kagak kesel gw jutekin terus setiap ketemu?”

“Yaudah sekarang gw tanya ke lo, emang kenapa sih lo tiap ketemu gw bawaannya sensi terus?”

“Karena lo nyebelin.” jawab Puput polos.

“Terus?”

“Karena lo jayus, karena lo bacod banget, karena lo sok ganteng…”

“Yang ganteng itu doang sih yang bener.” ucap Arman dengan percaya diri.

“Idihh!” Puput melengos risih.

Arman tertawa renyah melihat tingkah laku Puput. Namun tatapannya berubah ketika melihat Puput terlihat sedang membetulkan kuncirnya dan mengganti ke model sanggul karena risih dengan angin yang meniup rambutnya.

“Apa sih? Biasa aja liatinnya…” decak Puput judes.

“Enggak tau kenapa…”

“Hah?”

“Kalo cewe nguncir rambut bawaanya cantik aja gitu. Eh… tapi emang elo udah cantik sih dari sononya..”

‘Dug!’

Sontak sebuah pukulan dari Puput mengenai lengan kekar Arman. Arman pun meringis kesakitan namun seperti biasa tubuhnya tidak bergerak sama sekali walaupun pukulan tersebut begitu keras.

“Tuh kan lo jayus! Ihhh!!”

“Jayus juga demen kan lo maen sama gw??”

“Enggak tuh! Emang tadi aja gw sengaja buat2in desahnya supaya elo nya keenakan…”

“Dih, gitu! Gw serang lagi nih kalo gitu!!”

Arman langsung merangkul Puput dari arah belakang, menurunkan celana dalan warna merah mudanya, dan menggesek vagina Puput dengan jarinya.

“Apa sihh… ahh… Arman maahh… udah ahhh…” Puput mengelinjang lalu menggoyangkan pantatnya.

Tanpa basa basi lagi, Arman mengeluarkan penisnya dan menggesek di ujung bibir vagina Puput. Suatu manuver yang langsung membuat Puput risih namun bernafsu secara perlahan ketika diperlakukan seperti itu.

“Nghhh… mmhh… mmhh Armannhh…”

“Jadi enakan punya Rangga apa gw?”

Puput memberikan tabokan ke pergelangan Arman ketika mendengar pertanyaan menyebalkan tersebut. Ia tidak ingin membahas Rangga sama sekali sekarang. Tujuannya berada disini dengan Arman tidak lain hanya ingin memuaskan hasrat seksualnya. Persetan dengan Rangga dengan segala kesibukanya, dibelakangnya sedang ada Arman dan penis gagahnya siap menusuk lubang kewanitaanya kembali.

“Eh, jawab dulu…” Arman semakin menggoda Puput dengan masih menggesekan ujung penisnya.

“Shhhh…. bisa gak sih jangan bahas2 si monyet dua ituuu… nnhh…”

“Kalo dia monyet dua, monyet satu nya siapa?”

“Elo.”

“Bangke lo, Put.”

“Hihihihi…. anhh… emmhh… sshh jangan digesek2in doaaang qontolnya napahh…” Puput mulai meminta Arman untuk melancarkan tusukanya kembali.

“Gak pake kondom kagak kenapa2 nih?”

“Nhhh… pakeeeee… enak aja!!” oceh Puput galak.

“Kagak usah dah…”

“Pake!! Gw hajar lo ya!!”

“Kagak usah dahh… yaaa…”

“Nhh mmhh… pakhehh… nguuhhmh…”

Arman semakin menusuk2an ujung penisnya disana. Ia juga memberikan gigitan lembut di daun telinga Puput untuk semakin membuatnya bergairah.

“Pakhee gakk… nnhh…”

“Tapi lo nya udah ngedesah2 begini, Put…”

“Itu gara2 lohh gesek2 qontol elo, kamprett… nnhh!”

“Hah? Ngegesek?????”

Sontak Arman memasukan penisnya setengah bagian langsung kedalam lubang vagina tersebut. Pemiliknya pun langsung memekik kaget sambil melebarkan matanya.

“OOOHH… Mhann lo apa siihhh… nnhh… ahhh…”

“Put, sekali aja ya…. ghh…. soalnya memeq lo enak bangetttt…” pinta Arman memelas berbisik di telinga Puput.

“Enggakk ahhh… shhh… auhh ennhh…”

Puput pun sukses kembali dieksekusi dari belakang di balkon luar kamar hotel. Angin malam yang dingin pun menutup suara desahan Puput yang begitu seksi serta suara becek kocokan penis Arman didalam vaginanya.

“Nhhhahh… Armaanhh… ahhh… nnhhh…”

“Nnh Puuutt… anjing lah seksi banget pantat elohh…”




つづく
 
Puput akhirnya takluk juga ama si arman, eh belom takluk si puput, masih gengsi dia sama si arman soalnya wkwkwk
 
thanks suhu buat updatenya! seneng banget liatin puput gengsinya naik turun depan arman ;)
 
Mantap Hu update an nya..., akhirnya khas nya Puput keluar jg, jilket nya...
Khan udah di rimming Hu, tinggal ditunggu dieksekusi anaal nya...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd