Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA QUEEN BEE - Puput New Story's

Selamat siang suhu ... Malam minggu emang enaknya membaca cerita dari suhu. Semoga hari ini suhu berkenan untuk update ceritanya.
:semangat: SEMANGAT ...​
 
Bagian Lima



“Selamat soreeeeee….??”

Resti melongokan kepalanya dari pintu ruangan menyapa Puput di dalam. Terlihat ia sedang sibuk sekali dengan segala bentuk dokumen dan layar komputer di depannya. Tatapannya tidak lepas dari layar tersebut, sampai Puput tidak mengubris salam kawannya itu.

“Duileeee… sibuk banget ibu ha er de nihhhh.” Celetuk Resti beranjak masuk.

Ia sudah memakai ransel beserta pakaian lengkap bermotornya. Waktu memang sudah menunjukan jam 6 sore, waktu pulang para karyawan. Namun tidak dengan beberapa karyawan lain termasuk Puput yang sepertinya terlihat lembur hari ini.

“Lembur?” Tanya Resti sekali lagi.

“Iya nih, Tiiii. Huaaaaa… ibu Vera masih belom sembuh dari sakitnya. Jadi gw yang kudu ngegantiin ‘jobdesk’ dia dooong...” Gusar Puput merebahkan tubunya di meja.

“Semangaaaaat! Kamu pasti bisa bestiee..” Resti memberikan semangat sambil menepuk pundak Puput.

“Yaudah gw balik duluan ya Put. Kalo lo udah beres entar langsung cabut…”

Resti melambaikan tangannya ke Puput yang juga melambaikan tangan, lalu ia keluar dan segera pulang. Puput pun kembali dengan fokusnya di layar komputer sambil ditemani lantunan musik ‘jazz’ klasik dan suara ketika keyboard kustom nya.

Hampir satu jam lebih ia tidak melepas pandangannya dari layar komputer. Sampailah dimana ia sudah tidak kuat dan memutuskan untuk beristirahat sejenak merenggangkan tubuhnya.

“Heeengh!!” Puput mengangkat kedua lengannya kuat2 karena pegal yang mulai terasa disana.

Tidak lama setelah itu, kali giliran Los masuk ke dalam ruangan Puput.

“Kamu lembur juga, say?” Tanyanya ke Los yang terlihat suntuk.

Los memberikan anggukan pelan. Ia perlahan menghampiri meja Puput.

“Kenapa, Los?”

Lalu tiba2 ia memberikan sambaran pelukan ke Puput seerat mungkin.

“Napa?”

“Capee kak…”

Terdengar isak tangis Los pelan di dekp pelukan Puput. Melihat karyawati juniornya sedang tersedu menangis, Puput memberikan elusan lembut di kepala Los. Kadang ia juga berpindah mengelus punggungnya yang membuat Los semakin terisak.

“Hhhhnhuhuuhuuu…”

“Udah2, dikeluarin aja dulu semua.... udah.”

“Hhhnnn capee kakk…”

“Iya tauuu iya. Emang lagi cape banget….”

Puput memberikan empatinya kepada Los. Belakangan ini ia terlihat begitu lelah lantaran tekanan di divisinya yang sedang padat2nya.

“Cape banget kerja sendiri kaaaakk… hhhuhuhuhuuuu…”

“Iya tau…” Puput masih mengelus kepala Los.

Sayangkuuuu…. daku pun juga lelah sekali iniiii. Pengen sebenernya nangis jugaa… cuman the urang teu tiasa…. maneh enak ka ceurik di toket urang!! Kampret!!

“Kaakkk…?” Tanya Los pelan mengangkat wajahnya menatap Puput.

“Kenapa? Udah enakan?”

Puput berpikir sedikit ketus lantaran Los sedikit mengelus dadanya barusan. Maksudnya adalah membersihkan air mata yang tercetak di blus hitamnya.

Kenapa? Mau nete lo sama gw…??

“Mau makan seblak gak, kak?”

“Eh, seblak?”

Los mengangguk pelan. “Aku lagi be em seblak..” ucap nya dengan pelan dan manja.

“Hihi, dasar. Abis nangis malah ngidam seblak kamu mah...” Puput menoyor dahi dan poni rambut Los yang lepek karena tangisannya “yaudah kamu pesen gih.”

“Tapi aku belom isi saldo OWO.”

“Ish udah, entar sama aku aja.” Puput menawarkan traktiran ke Los.

“Hmmm, entar aku transfer ya ke kak Puput.”

“Gampang, say. Kamu pesen dulu gih, sekalian tanyain anak2 mau juga enggak…”

“Emm… oke kak. Makasih banyak ya kak…”

Los pun mengecek ponselnya untuk melihat menu seblak yang berada tidak jauh dari kantor.

“Tawarin Odie juga ya.”

“Hihhh… dia mah suruh beli sendiri aja.” ucap Los ketus.

“Udah ah, gak boleh gitu. Kamu ini galak amat sih sama si Odie. Dia kan juga hari ini aku liat lembut, jadi sekalian aja kasih.”

Los pun cembetut ditegur seperti itu oleh Puput.

“Udah gih, aku mau lanjut kerja lagi. Kamu coba tanyain ke mereka dulu ya. Entar kalo udah semua, kamu bilang ke aku lagi.”

“Oke kak.”

Lalu Los pergi keluar dari ruangan Puput sambil tetap melihat menu dari aplikasi tersebut. Akhirnya orang kedua yang agak mengganggunya telah keluar. Untung saja Puput sayang terhadap mereka berdua, jika tidak mungkin ia akan melakukan apa yang pak Rahman lakukan siang tadi yaitu acara bentak membentak karyawan yang “beruntung”. Salah satunya divisi Los lah yang mendapat giliran hari ini. Maka dari itu perempuan mungil tersebut menghampiri Puput untuk mengeluarkan kesedihan dan ketakutannya yang masih terpendam tadi.

“Kak?” Los melongokan kepalanya diluar pintu.

“Napa lagi Los?”

“Aku lupa tanya tadi, kakak mau seblak rasa a-..”

“Makaroni, mie, level 8.” Puput menjawab cepat pertanyaan Los.

“Level 8 kak…??”

“Iya, kenapa?”

Los terlihat bergidik kaget. Lalu ia melihat urutan tingkat kepedasan yang tersedia di sana.

“Kak, enggak ada level 8. Adanya sampe level 5, itu juga pedes banget.”

“Yaudah level 5 aja. Kalo cuman sampe level 5 berarti kamu pesen seblak Roni ya?”

Los mengangguk pelan.

“Yaudah segitu aja. Kalo bisa lebih pedes lagi.”

Los semakin kaget dengan permintaan mengerikan Puput. Seperti biasa, kebiasaanya yang kuat makan2an pedas memang terlihat mengerikan diantara teman2 kantornya.
 
“YOOOOOOW BESTAAAAAAAAAIII!!!”

Puput sedang menghadiri panggilan video di ponselnya setelah baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Di layarnya ponselnay terlihat Jessica, Dewi, Cecil, dan Citra sedang sengit2nya bercakap disana mengisi ghibah malam mereka. Puput sempat menyalakan kamera depannya sementara karena ia masih sedikit sibuk merapihkan meja kerjanya.

“KEDENGERAN KAGAK SIH SUARA GW???” Teriak Dewi disana dengan suara yang cukup keras.

“Be, suara lo kenceng banget! Lo lagi dimana sih?” keluh Jessica sempat agak terganggu.

“Lagi di kamar gw. Baru aja nyalain PC nih mau mulai seteriming…”

“Eh gw ‘mute’ bentar ya. Lagi mau ngasih anjing2 gw makan…” ijin Cecil lalu mematikan mikrofonnya.

Sementara dari bagian kolom audio Citra terdengar suara yang semakin berisik disana. Hal itu membuat Puput tidak bisa mendengar suara Jessica dan yang lainnya.

“GW LAGI BELI NASGOR BENTAR NIH DI DEKET KOSAN!!!”

“Yaudah mending entar lagi aja kalo enggak teleponannya?” saran Puput sembari menyantap seblak merah cabai level 5+1. Ia begitu santai menikmati setiap suapan kuah merah dan makaroni dari makanan perobek usus tersebut.

“Ehhh eh entar duluuuu. Ini gw ada berita penting nihhhh, makanya gw ngajak klean2 pada ngumpul buat ngobrol…” Jessica mencegah mereka semua untuk meninggalkan panggilan.

“Ya kali lo ngobrol lagi pas begini, be. Yang satu lagi beli nasgor deket rumah warga, yang satu lagi ngasih makan anjing, yang satu lagi mau ngelonte di ‘streaming’…” ucap Puput agak menusuk Dewi di ujung perkataannya.

“Eh sialan lo be, gw denger ye bacod lo barusan…!!” celetuk Dewi sengit mendengar kegiatannya disebut.

Puput hanya terkekeh mendengar Dewi yang mengoceh tidak terima.







_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________








Singkat cerita mereka sudah berkumpul kembali seperti normal tanpa ada gangguan suara. Hanya saja Puput kali ini sedang naik ojol menuju arah pulang ke kos nya. Ia izin hanya mendengarkan omongan Jessica yang seperti sedang merencanakan sesuatu.

“Oke, jadi gini gengs. Lo pada tau kan tunangannya Marina, si Bian nanti mau ngajakin kita pergi sama temen2nya?”

Sontak semua yang ada disitu pun kompak memberikan jawaban tidak tahu.

“Lho lho lhoooo, kok pada lupa ingatan semua dah lo pada? Kan waktu itu sempet diomongin di rumahnya si Marina.”

“Dih, si ngomong tuh! Orang lo sibuk nge ‘Insta Setori’ bareng Marina dia pada. Mana ada ngomongnya?” celetuk Dewi yang sedang berada di meja komputernya.

“Lagian juga kan belom tentu fix juga, be. Ini kan hajat nya si Bian dia pada…” tambah Annisa yang baru saja bergabung.

“Emang mau kemana sih? Kok gw jadi penasaran yaaa…” sambung Cecil sedang mengelap selangkangannya sehabis selesai membaca komik ‘hentai’ di laptopnya barusan.

“Mending si Marina aja yang ngelejelasin. Gimana2?” Jessica menyerahkan topik obrolan ke Marina.

“Tuh kan, sudah kuduga aku yang harus menjelaskan. Huhuhu…” ledek Marina membuka mikrofonnya.

Lalu Marina menjelaskan rencana dari Bian yang ingin mengajak geng Marina dan Bian untuk berlibur di sebuah pulau yang letaknya berada di antara kepulauan seribu. Ia ingin melakukan pesta dalam rangka bersilahturahmi antara pertemanan mereka berdua akan saling mengenal satu sama lain. Liburan ini juga dalam rangka peresmian dua ‘homestay’ milik Bian yang belum lama ini selesai dibangun. Ya kurang lebih seperti itulah penjelasan Marina yang tidak mengharapkan suatu hal negatif terjadi pada saat nanti.

Namun sepertinya ia juga sudah tahu bahwa inisiasi ini mendapat respon bermacam2. Ada yang langsung mengiyakan seperti Cecil dan Dewi, ada yang bersikap netral seperti Jessica, Annisa, Citra dan Yuli. Atau yang langsung menolak mentah2 seperti Puput dan Siska.

“Yaudah mending absen aja yang bisa nanti siapa aja.” saran Jessica menengahi teman2nya yang saling berdebat.

“CECIL BISAAA!” seru Cecil pertama kali dengan antusias.

“Dewi juga bisa!” tambah Dewi ikutserta.

“Jessica juga.”

“Oke, Marina tidak perlu ditanya yaaa. Sudah pasti wajib ikut. Hahahaha…” celetuk Marina.

“Gw liat nanti ya gengs, tunggu kabar dari kantor gimana.” Ujar Annisa.

“Gw kayaknya gak bisa gengs, mesti ngurus buntut nih nanti buat persiapan masuk kelompok bermain.” Yuli sudah memberikan jawaban ketidakikutsertaannya.

“Yaudah deh gw bikini notes aja ya mending di chat nanti.” Usul Citra lalu membuat catatan peserta yang ikut ke pulau nanti.

Terlihat nama Dewi dan Cecil langsung terisi disana setelah meng ‘copy’ chat dari Citra, disusul oleh Jessica, Marina dan yang lainnya. Dua jam berlalu, akhirnya list perserta pun sudah terisi. Nama Yuli, Annisa, dan Siska tidak terlihat lantaran mereka bertiga memiliki kesibukan masing2 yang tidak dapat ditolerir. Sementara Puput? Ia juga sama seperti Yuli dan yang lainnya yang tak dapat ikut karena urusan kantor. Namun Jessica dan kawan2 tetap membujuknya lantaran mereka mengetahui jadwal kantor Puput yang cukup fleksibel di tanggal2 merah, hari dimana mereka pergi.

“Masih sebulan lagi kok, Put.” ujar Dewi meyakinkan Puput.

“Iyaaaaa, kapan lagi ege. Idup cuman sekali, cuti cuman sekali, mending dipake sama hal2 yang penting!” tambah Cecil.

“Justru karena cuti gw mau dipake sama hal2 yang penting, ya gw kagak bisa ngikut2 beginian nyeeet.” Puput masih bersikeras menolak.

“Lagian kenapa kagak bisa ngikut btw, Put? Rangga kagak ngasih?” tanya Jessica.

“Enggak jugaa...”

“Terus apa dong?”

“Yaaa, gak bisa ajaaa. Lagi cape aku gengs, butuh istirahat.”

“Ih, justru liburan begini bukannya ‘refreshing’ dah?” ujar Cecil masih ingin Puput untuk ikut.

“Udah Put, gapapa kali sekali2 mah. Lo juga jarang banget kan pergi2 atau pake cuti lo…?” saran Yuli kepada Puput.

Puput tidak langsung menanggapi. Baru saja tiba di kamar kos nya setelah perjalanan cukup macet tadi. Ia tidak ingin ikut karena permasalahan cuti yang dipakai. Sedikit info, cuti nya dalam dua tahun belakangan ini hampir tidak pernah ia pakai sama sekali, maka dari itu teman2nya menbujuknya habis2an untuk ikut dalam liburan bulan depan, hitung2 untuk menggunakan jatah liburnya. Namun bukan itu letak masalah sebenarnya. Masalahnya berada di penjelasan Marina mengenai siapa saja teman2 Bian yang ikut, salah satunya disebut nama Arman tadi, laki2 “menyebalkan” yang punya beberapa peristiwa enak tidak mengenakan bersamanya.

Kampret! Kalo enggak ada dia ikut mah bisa2 aja gw! Gw kan juga mau mamerin ‘outfit’ lucu gw nanti…!! Tapi kalo dia ngikut, duh males banget hayatiii!!

Masih dengan sengitnya teman2 Puput membujuk, ada salah satu chat masuk di notifikasi ponselnya. Pesan tersebut tidak mempunyai nama dan hanya menunjukan baris nomor dengan kode negara di sebelah kiri.

Siapa nih nge chat gw..?? eh, apa jangan2..??

Puput bergegas mengecek chat tersebut. Gaya kalimat tersebut agak terlihat tidak asing baginya.



Me:

Siapa nih?

+62 051 566 999 xx:

Loh, lo gak save kontak gw Put?​



Me:

Maaf gw gak kenal

Gw blok ya, sorry



+62 051 566 999 xx:

Eh tunggu2

Ini Armannnn

Masa lupa???​



Puput terlihat menyeritkan alisnya melihat cowo kampret ini menghubunginya kembali. Benar2 panjang umur ketika teman2nya di panggilan video membahas dirinya.



Me:

MAU NGAPAIN LO NYET NGONTAK2 GW????



+62 051 566 999 xx:

Yeee orang mau nanya doang ke lo

Abis itu gw apus dah kontak lo…


Me:

Nanya paan?



Sedang sengitnya ia membalas chat Arman, Puput dipanggil berkali2 oleh Jessica dan yang lainnya untuk meminta kejelasan jawabannya.

“Gengs, nanti gw bales lagi ya. Gw mau mandi dulu, baru sampe kosan soalnya. Byeeee….”

Puput mengakhiri panggilan videonya. Ia tidak menyalakan kameranya karena tadi sedang berada dijalan. Dan sekarang ia ingin segera pergi mandi untuk membersihkan dirinya dari kepenatan hari ini. Sedang ia membuka pakaian luarnya, notifikasi dari Arman kembali masuk ke ponselnya.



Me:

Paan sih????

Gw mau mandi



+62 051 566 999 xx:

Baru mandi jam 9?

Baru balik kantor ya?​



Me:

Bacod

Komen aja lo!



+62 051 566 999 xx:

Yaudah dah gw langsung aja ke intinya mending

Lo ngikut kagak yang ke pulau2 itu?​



Me:

G



+62 051 566 999 xx:

Bener kagak lo?​



Me:

Dih

Orang gw bilang gak ya gak

Nanya melulu

Katanya mau langsung ke intinya

Noh gw kasih ke intinya buat lo



Lalu Arman tidak membalas chat tersebut. Sekitar 2 menit Puput menunggu sambil membalas chat di grup teman2nya, Arman tak kunjung memberikan tanggapan. Puput pun merasa lega karena Arman tidak lagi bertanya hal yang tidak penting. Ia pun lekas pergi mandi karena sudah tidak betah dengan gerah di badannya.
 
Di sisi lain, Arman sedang berada di tempat billiard bersama dengan Farhan dan dua orang temannya, Tomi dan Yosep. Mereka sedang asik bermain di salah satu meja billiard yang diterangi cahaya remang di lantai 3 gedung tersebut. Lantunan lagu ‘break beat’ edisi 2022 keras terdengar hampir di seluruh lantai karena tempat tersebut memang agak bernuansa klub malam dengan banyaknya laki2 yang bermain disana. Diantara mereka ada yang menggunakan atribut seperti kaus tangan serta tongkat kustom yang dapat dibongkar pasang. Beberapa diantaranya adalah Farhan dan Tomi yang menggunakan atribut tersebut, walaupun permainan mereka sangatlah payah ketimbang Arman dan Yosep yang hanya menggunakan bubuk bedak di sela2 jari telunjuk dan jempol mereka agar gesekan tongkat terasa mulus.

“Eh, lo pada jadinya ngikut kagak?” tanya Farhan kepada mereka bertiga ketika sedang membidik bola nomor 9 bergaris.

“Ngikut apa tuh?” tanya Yosep, pemuda oriental berkepala botak mengenakan topi dan kaos hitam bergambar logo band ‘Death Metal’.

“Itu, yang pergi ke pulau itu sama temen2 cewenya si Bian.” jawab Tomi, lelaki berambut dengan potongan mirip nobita, berkumit dan berjenggot tipis dan bertubuh agak kurus.

“Oohh itu. Ikut lah, bukan nya gw udah nyatet nama gw pas si Bian ngajak?”

“Berarti cuman gw nih yang agak susah nih, anjing! Ah, mau ngikut padahal gw…” keluh Farhan ketika sodokan bola putihnya mengenai targetnya.

“Ngikut mah tinggal ngikut bray, ribet amat.” Celetuk Arman lalu menghisap vape rasa ‘wild berry’ nya.

“Lu mah enak jange, di kota. Gw kan di kampung…”

“Jemput dah jemput….”celetuk Yosep juga menghisap vape nya.

“Pale lu tiga! Jemput gw di Ponorogo mau lu?”

“Lagian mah, entar juga bilang kagak bisa ngikut2 juga kan lo.” sambung Tomi mencolek belakang kepala Farhan.

“Yoiiii! Kapan lagi ye gak? Mana cewe nya banyak kan…” ucap Farhan terlihat sepert seorang yang mesum.

“Udah ada yang bebini beberapa setau gw…” jelas Yosep sedang mengambil posisi menarget bola hijau nomor 3.

“Itu juga katanya kagak ngikut. Yang kerudungan itu kan?” tanya Farhan.

Lagi asiknya mereka membahas para gadis, datang Bian bersama dengan Riki dari arah tangga. Riki adalah salah satu teman kampus mereka yang sekarang bekerja di bidang ‘retail’. Tubuhnya terlihat lebih kecil dibanding Arman dan yang lainnya, namun memiliki wajah yang cukup tegas dengan potongan rambut acak ala pemuda Jepang era modern.

“Supp, kawan gout…” Arman memberikan salam persahabatan kepada Bian dan Riki, diikuti oleh Yosep dan yang lainnya.

“Udah maen berapa lama ini? tanya Bian menaruh tas slempangnya di sofa nya lalu menyalakan sebatang rokok hitam.

“Baru aja sejem.” Jawab Farhan.

“Tambah sejem udah. Billingnya masukin ke gw entar….” ucap Bian mengambil salah satu tongkat billiard di rak.

“Wihhh ini nih, satria batang item kasih tunjuk taringnya langsung.” Celetuk Tomi menggelengkan kepala sambil cengar cengir.

“Ya namanya idup. Yang penting mah ngikut aja lo pada nanti ke pulau.”

“Yoman! Gw sih gas, ya ges ya…” ujar Farhan ikutan cengar cengir.

“Peler lah gas! Lo aja ngoceh2 tadi kalo lo balik ke kampung…” sanggah Yosep menoyor kepala Farhan.

“Ye santuy dong, bray! Noyor2 aja anjing…”

“Si Farhan mah udah ngicer tuh beberapa dari kemaren.” Sambung Riki yang daritadi hanya diam.

“Yoiii… pokoknya yang rambut pendek punya gw aja.”

“Yang mana? Yang ‘gamers’ itu?” tanya Yosep memastikan.

“Nah tuh tau lu…”

“Si Dewi? Itu setau gw masih jomblo kek nya.” Bian menambahkan.

“NAHHH! YAUDAH LAH GAS!” Farhan semakin bersemangat.

“Kalo lo yang mana, Sep?” tanya Bian kali ini ke Yosep.

“Bini lo aja gimana?”

“Gw gedik pala lo entar!”

“Ye, ya kali. Hahahaha… gw sih… yang mana ya?” Yosep terlihat berpikir sejenak.

Lalu Farhan mengeluarkan ponselnya dan menunjukan foto acara makan waktu itu kepada Yosep.

“Nih nih… ini Cecil… Dewi…. Citra…. Jessica… Marina… Yuli…. Yang mana nih yang lu incer?”

“Ah, kagak tau gw, cakep2 semua. Mending nge ‘simp’ aja gimana entar…??”

“Dih si ******..!”

“Gw yang Cecil dah.” jawab Riki menaikan alisnya.

“Nah, Riki yang kecil ini nih. Terus lo yang mana Tom?” Farhan berpindah ke Tomi yang sedang termenung melihat meja billiard.

“Hah?”

“Lo milih cewe yang mana diantara temen2nya si Marina?”

“Oooohh…. Kagak tau gw, lagi kagak kesono2 arahnya.”

“Dih lu gay ya?” celetuk Farhan tanpa rem.

“Yeeee bangsat, gw udah ada inceran diluar dari sono!”

“Cowo?”

“Cewe, anjing!”

“Jahh gak seru!”

“Noh tanya si Arman aja noih milih yang mana.” Tomi melempar ke Arman yang sedang menyodol bola putih agar mengenai bola hitam nomor 8 yagn berada jauh diujung.

“Apaan, tau2 gw si anjing…”

“Dia mah uda ngebucin sama si Amanda, ngapain disuruh milih.”

“Siapa tuh Amanda? Kagak kenal gw.” celetuk Arman yang membuat Farhan dan yang lainnya menengok kearah Arman.

“Dih, napa dah lo pada?”

“Wah, tumben2an nih lo kagak muji2 si Amanda depan kita.” ujar Tomi menggaruk2 dagunya.

“Lagi berantem nih kek nya.” tambah Yosep memanasi suasana.

“Jarang2 betul ente berantem sama bucinan. Kagak ngebiayain dia lagi emang?” Farhan tidak mau kalah panas.

Arman tidak menjawab dan sibuk menghisap vape nya. Ia juga terlihat sibuk menyusuk bola demi bola di cetakan segitiga.

“Cui, lagi kenapa lo sama dia emang?” Tanya Bian menepuk pundak Arman.

“Ya biasa dah, cewe. Cuman kali ini emang udah makin kek anjing aja tingkahnya.”

“WAAAAADUH! APA KITA GAS NIH KE SAYAP SUCI, SAMBIL DITEMENIN SAMA AER KEJUJURAN???” Farhan terlihat heboh lalu menghampiri Arman.

“Ah, bangsat! Bisa kagak lo pada jangan lebay, anjing!? Ini urusan gw! Lagian juga udah keluar juga…. si Amanda juga udah jarang ngontak2 gw lagi!”

Arman tidak suka masalah pribadinya dikepokan seperti ini. Namun namanyaa seorang teman pasti akan memberi tanggapan jika temannya yang lain sedang dalam masalah. Namun cara penyampaiannya saja yang terkesan berbeda2 dan tidak jarang kurang mengenakan. Lagipula Arman sendiri yang memulai dengan celetukanya dan ditanggapi oleh Farhan dan yang lainnya. Hal itu sempat ia sesali lantaran ia tidak mau menceritakan hal ini lebih lanjut karena baginya masalah ini sudah selesai walaupun dalam tanpa kutip.

“Yaudah, mending daripada sedih… lu pilih aja foto yang ada didalem sini nih..” Farhan merangkul Arman sambil menujukan galeri foto tadi.

“Ngapain sih anjing? Kagak ada yang gw demen disiniiiii….” Arman bersikeras melepas rangkulang Farhan.

“Ya kali kagak ada yang cakep, Man…”

“Cakep kalo matre mah buat apa…”

“OOOOOO!!! TERNYATA KAWAN KITAAAA SELAMA INI SADAR BROOWW!!!” Tomi membeo habis2an mendengar celetukan Arman barusan.

“Akhirnya nyadar juga kawan kita ini!! Udah berapa lama lo woi sama dia, baru nyadarnya sekarang….” Sambung Yosep senyam senyum.

“Iye iyeeee! Anjing lah lo pada…” Arman menggaruk kepalanya menyadari kesalahannya memacari Amanda yang memang materialistis dan egois.

“Makanyeeee, pas udah kesandung begini baru ngeh kan lo. Udah kita bilangin dari awal2 juga…” celetuk Farhan kembali merangkul Arman.

“Tai ledik! Iye2 gw tau salah!!!”

“Yaudah sekarang mending lo milih dulu nih sodoran yang gw kasih? Atau jangan2 lo mau gw kasih kontak yang laen yang dari aplikasi ijo2 itu?”

“Anjing, apaan sih!! Dah udah sono lo… ngerangkul2 aja kek homo, bangsat!”

“Woi2, udah lah. Daripada ngerusuh begini mendingan kita gambreng bagi tim, soalnya nih meja masih sisa sejem kan?” Bian melerai pertikaian mereka lalu menggoyangkan telapak tangannya di hadapan mereka semua.










_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________












Singkat cerita sudah beberapa hari setelah diskusi liburan tersebut dibicarakan. Puput yang masih bersikeras diajak oleh teman2nya akhirnya bisa bernapas lega karena mereka pun akhirnya mengalah. Ia sebenarnya ingin sekali ikut, namun karena kehadiran Arman nanti akan membuatnya canggung. Ia masih merasa risih dengan laki2 dengan tatapan tajam tersebut. Dan sampai saat ini Puput juga tidak menceritakan kejadiannya waktu itu ke Jessica atau orang lainnya. Sementara Arman juga sebenarnya masih merahasiakan hal itu, namun Puput bersikeras memberitahu Arman bahwa jangan membicarakan hal tersebut kepada siapapun.



+62 051 566 999 xx:

Enggak kok

Gw kagak ngomong2 ke temen2 gw


Me:

Ih seriusaaaaan

Beneran jangan ngomong2 ke siapapun

Ke emak lo juga jangan



+62 051 566 999 xx:

Lah, ngapain emak gw mesti tau soal giniaaaan????

Wkwkwkwkwkw

Anak remaja kali ah gw​



Me:

Pokoknya jangan kasih tau siapa2



+62 051 566 999 xx:

Iye iyeeeeee​





Lalu Puput meminta Arman beberapa fotonya kemarin yang telah terhapus secara tidak sengaja. Ia pun mengirimkan kembali tentu tanpa ada ucapan terimakasih.

Setelah ia mengunggah semua fotonya, ia kembali menghapus nomor Arman. Lalu ponselnya kembali dicolok kabel pengisian daya di meja. Puput kembali rebahan di kasurnya sambil melanjutkan tontotan drama Korea favoritnya. Kali ini seri yang ia tonton bertema detektif yang sedang memecahkan kasus dari seorang pembunuh yang ternyata punya relasi rahasia dengan si detektif. Berbagai konflik mulai dari pemunuh yang sangat pandai berbaur dengan lingkungan sosial, kasus pembunuhan yang silih berganti memakan korban, sampai kisah asmara si detektif dengan seorang pengacara yang ternyata adalah seorang dalang dibalik kasus yang ditangani.

Puput memang lebih menyukai film yang bertemakan misteri atau alur yang membuatnya memutar pikirannya karena terkesan lebih menantang. Baginya, hal ini terlihat lebih menarik dibanding dengan menonton drama Korea yang terlalu bertema romantis. Namun bukan berarti ia sama sekali tidak menyukainya. Terkadang Puput juga suka terlihat terisak sambil menghabiskan setengah bungkus tisu karena menonton drama Korea romantis yang sedih.

Dan malam ini tatapannya terlihat serius memperhatikan setiap adegan yang punya banyak sekali petunjuk di dalamnya. Saking antusiasnya, ia sampai mengambil secarik kertas untuk menulis setiap petunjuk yang ada. Ketika adegan sedang memasuki fase normal seperti percakapan biasa, ia juga menulis percakapan tersebut kedalam aksara ‘Hangeul’, aksara Korea, sebagai salah satu caranya belajar bahasa Korea. Terlihat memang agak unik cara belajar perempuan ini. Karena ia terlalu fokus akhirnya membuatnya semakin mengantuk dan tertidur karena fisiknya yang juga sudah lelah karena mengantor seharian.
 
Dua hari kemudian, Puput terlihat sedang berada di suatu ruangan mewawancarai seorang calon karyawan untuk bagian ‘Grapich Design’ ditemani oleh Irvan sebagai ‘user’ nya kali ini.

“Silahkan ceritain dulu diri kamu.” Ucap Puput sambil melihat lembaran lamaran kerja orang tersebut.

“Baik, terimakasih atas waktunya. Nama saya Steven Tanadi. Usia saya 22 tahun. Saya berkuliah di Universitas N jurusan desain grafis. Saya mengambil kepengurusan kampus sebagai…”

Puput tidak begitu memperhatikan perkataan calon karyawan yang akan melamar ini. Ia sebenarnya cukup monoton dengan pola wawancara yang hampir selalu sama setiap kali ada karyawan yang melamar. Ia juga lebih suntuk lagi ketika realita di lapangan sangat berbeda dengan apa yang pelamar tunjukan ketika pada saat wawancara. Seperti pelamar yang bernama Steven ini. Terlihat ia tidak begitu meyakinkan dari perkataan serta penampilannya yang tidak menunjukan etos kerja yang signifikan. Namun tentu sebagai perektur karyawan, Puput tidak boleh menilai hanya dari tampilan fisik saja.

Buktinya, dalam Curriculum Vitae nya, terlihat banyak sekali pengalamannya berorganisasi yang ia ambil seperti ketua Himpunan Mahasiswa Desain Komunikasi Visual, ketua divisi acara pameran seni rupa, sampai sempat menjadi kandidat Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa.

“Boleh diceritain pengalaman kamu saat jadi Ketua Himpunan?” tanya Puput masih melirik sekilas Steven.

“Baik. Pengalaman saya ketika menjabat menjadi Ketua Himpunan….”

Kembali, Puput tidak begitu memperhatikan dan sibuk mencatat di ‘Tablet PC’ dengan pen khusus nya. Ia melihat Steven ini sangat percaya diri sekali, namun terlihat begitu banyak membicarakan omong kosong. Ia terlalu membangga2kan apa yang ia raih tanpa ada sikap rendah hati sama sekali. Begitu juga Irvan yang terlihat hanya memperhatikan dengan tatapan kosong karena sudah tahu orang seperti ini akan sangat rewel sekali jika nanti diterima.

“Kalo soal gaji, kira2 kamu kasih tawaran berapa, Steven?”

“Untuk gaji, karena saya melihat bahwa saya sangat kompeten di bidang ini, saya mengharapkan gaji yang sesuai dengan kemampuan saya.” Jawab Steven masih pede.

“Boleh disebutkan nominalnya?”

“Sekitar 5 juta rupiah.”

Puput tidak menjawab dan hanya mencatat jawaba Steven tersebut.

“Enngggg… bro?” kali ini giliran Irvan yang bertanya.

“Biasa pake ‘tools’ apa aja kalo ngedesain?”

Steven pun menyebutkan beragam macam perangkat lunak yang ia biasa pakai untuk mendesain sebuah logo. Irvan pun mengangguk berkali2 sambil mendengarkan.

“Kalo gitu, gw minta tes desain logo ini ya. Bisa?” Irvan memberikan sebuah logo perusahaan dari ponselnya ke Steven.

“Bisa pak.”

“Besok kelar bisa? Kirimnya ke email gw ya nanti, gw cek dulu.”

“Bisa pak.”

“Who, bagus2!” ujar Irvan takjub “Kalo gitu dari gw sih gitu aja, Pen. Silahkan ibu Putri.” Irvan kembali mengoper ke Puput.

“Oke, kalo dari saya juga sudah cukup. Nanti akan kami panggil lagi kira2 4 sampai 5 hari kerja ya, Steven.”

“Baik bu, terimakasih banyak atas konfirmasinya.”

“Sama2.” Puput tersenyum halus.

Lalu Steven pun keluar dari ruangan dengan sisa lembaran berkas yang ia bawa.

“Ini udah terakhir?” tanya Irvan ke Puput.

“Udah kayaknya…” Puput melihat data2 dari para calon karyawan yang akan wawancara hari ini. Terlihat Steven adalah orang ke 5, orang terakhir pada hari ini yang melakukak wawancara pekerjaan.

“Lo ngapain ngasih2 chalenge2 gitu sih ke anak orang? Kan kagak disuruh sama pak Rahman atau bu Vera.” tanya Puput agak mengomel.

“Ya namanya gw pengen cari tau dia sampe mana skill desainnya. Kalo ngaco terus banyak revisi ya gw skip, kalo lancar ya gw okein. ‘User’ juga ingin semuanya mudah, sis.” Ucap Irvan menjentikan jarinya.

“Ish, ada2 aja. Tadi lima2nya lo gituin semua. Mana yang cewe tadi sempet mau lo maintain kontak hapenya, ngapain coba? Entar disangka kita tuh macem2, Van. Tau gak?”

Irvan hanya menjulurkan lidahnya sedikit sambil merapihkan dokumennya.

“Eh, Put?” tanya Irvan sekali lagi.

“Ape?”

“Lo gimana sama Rangga?”

“Lho, tau2 nanya Rangga?” tanya Puput balik.

“Ya kagak apa2. Biasanya lo gw liat dijemput terus tiap balik kantor. Sekarang2 ini gw liatin lo lebih sering balik naek ojol atau kadang dianterin Resti.”

“Enggak kok, biasa aja gw sama si Rangga.” Ujar Puput menutup2i.

“Ohh.”

“Udah ya, gw mau lanjut balik ke ruangan gw. Daah…” Puput berpamitan ke Irvan lalu pergi keluar dari ruangan wawancara.






_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________









Siang ini terlihat Puput sedikit masam karena mendapat kabar tidak mengenakan kembali dari Rangga. Ia akan pergi kembali ke luar kota untuk urusan pekerjaan dan akan kembali lagi sekitar seminggu atau lebih. Entah apa yang dikerjakannya, yang pasti Puput merasa sedikit bete karena ditinggal kembali oleh Rangga. Ia mencoba untuk memaklumi “kesibukan” pacarnya ini, namun karena intensitas yang cukup sering membuatnya semakin suntuk.





Rangga (Lope2):

Maaf ya Put

Nanti aku bawain oleh2 ya dari Semarang​



Me:

Kalo aku mau oleh2nya kamu pulang kesini boleh?



Rangga (Lope2):

Wkwkwkwkwk

So swiiit banget sih​



Me:

Aku serius Rangga

Aku gak mau oleh2

Aku mau kamu pulang nanti

Selamat, gak pake kurang2



Rangga (Lope2):

Yaudah2

Nanti aku kabarin ya aku pulangnya kapan​



Me:

Hmm..

Puput merebahkan tubuhnya ke meja. Ia semakin malas menjalani hari mengetahui Rangga tidak ada bersama dengannya untuk hari kedepan.

Hubungan yang dijalani oleh Puput sepertinya hubungan ‘love-hate’ dengan Rangga. Di satu sisi ia merasa ingin dimanja dan disayang oleh Rangga, namun terkadang juga ia memberikan perasaan ‘badmood’ ketika Rangga sedang hadir untuknya. Hal ini membuat dirinya merasa serba salah dengan perasaanya sendiri. Ia tidak tega memberikan ‘kelabilan’ nya kepada Rangga yang kadang juga labil dengan komitmennya.

“Huh, giliran ditinggal begini gw malah bete, bawaannya nyariin dia terus. Giliran dia dateng gw malah kesel terus…. ck.” Puput menopang pipinya.

Sedang menikmati renungannya, Resti mengetuk dari arah luar pintu. Ia melambaikan tangan kearah Puput lalu membuat gerakan seolah2 sedang makan.

“Oh, udah jam makan siang ya?”

Resti mengangguk, lalu ia memberikan tunjukan jempol mengarah ke bekalang, maksudnya kearah rumah makan dekat kantor.

“Yukkk….” Puput mengiyakan ajakan Resti sambil beranjak dari kursinya.







_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________







“Lho, jadi Rangga ninggalin lo lagi, Put?” tanya Resti mengaduk nasi warteg nya.

Puput mengangguk lesu sambil menyeruput es teh tawarnya.

“Emang kerja apaan sih dia? Ko sering banget sibuk gw liat2 dah?”

Puput hanya menaikan kedua bahunya, memberi jawaban tidak tahu. Resti hanya menggeleng pelan melihat mirisnya teman kantornya yang sedkit kacau dalam hubungan percintaannya.

“Emangnya lo gak bisa ditinggal ya orangnya Put kalo pacaran2 gini?” tanya Resti penasaran.

“Bisa aja sihhh. Gw juga ngerti kok posisi dia sebenernya, cuman yaaa gimana yaaaa…. namanya pacar kan…. kadang perlu aja gitu dapet ‘quality time’ yang bener2 ‘quality’. Dan gw lagi susah banget ngerasain itu sekarang. Ketemu gontok2an, gak ketemu kangen….”

“Aduduh, ribet juga betina ini. Terus lo masih ngigoin dia gitu?” Resti masih kepo sambil menyantap hidangan makan siangnya “Eh Put, gw sembari makan ya.”

“Iya2 silahkan.”

“Terus2? Lanjut dong….”

“Lanjut apa nih?”

“Itu, soal Rangga.”

“Yaudah itu yang paling gw bisa ceritain. Masa iya gw cari2 cerita lagi soal dia?”

“Ih bukan itu maksud gw. Maksud gw…”

“Apaaa?”

“Lo kagak mau putusin dia?” Resti langsung terus terang.

“Hah? Ya kagak lah, orang dia gak gimana2 kok. Palingan sibuk doang. Itu juga sibuknya nyari duit kan….”

“Idih Putttt…. ya kali dahhh. Kalo gw jadi lo sih mending gw ‘end’ aja udah. Daripada lo nya yang dibiarin kering begini.”

“Apasih bahasa lo, Ti? Hahahaha….” Puput menabok pelan pundak Resti.

“Sekarang mah gini aja Put, lo kan udah suntuk begini ditinggal2in terus, abis itu lo jgua sering di pe ha pe in sama dia, terus pas tiap ketemu lo nya juga katanya gontok2an. Bukannya itu gejala2 hubungan toxic?”

Puput dia lalu merenung sejenak. Belakangan ini memang ia juga sedang banyak melamun dan merenungi hubungannya, selain karena lelah di pekerjaan.

“Tuh kan, lo yang pernah nasehatin gw soal cinta2an, lo juga yang bingung soal percintaan lo sendiri. Gimana sih bestieee??”

“Iye iyeee.. Ishhh, gw lagu di masa jenuh emang. Maju kena mundur kenaaa.”

“Yaudah sih Put, ambil tindakan aja mending mah kalo menurut gw, daripada lo maju mundur kena2 terus kan?” Resti kembali terus terang.

Puput mengangguk pelan. Bukan berarti ia sepenuhnya setuju dengan pernyataan Resti, namun ia hany ingin memutus percakapannya mengenai pembahasan hubungannya lebih lanjut. Ia sedang suntuk saat ini, tidak mau membahas hal2 yang menyakitkan sebelah kepalanya lagi. Biarlah keputusan apapun yang ia ambil adalah pilihannya. Baginya Reti sangat membantu, namun penentuan ada pada diri Puput kembali.

Lalu Puput mendapat notifikasi di ponselnya. Terlihat pesan tersebut berasal dari Los yang mengirimkan sesuatu kepada Puput.

Nih anak kenapa lagi nih?

Ketika membuka chat tersebut, sebuah video berupa kumpulan anak kucing yang sedang diangkat oleh sebuah tangan lalu disorot kearah kamera. Wajah polos serta tubuh mungil kucing tersebut membuat Puput merasa gemas sambil menutup mulutnya pelan.

Lucu banget sihhhh nih anak, ngirim2 video kucing siang2 dah, mana lucu2 juga kucingnya…. Jadi gemeesss…

“Siapa tuh? Si Los ya?” Resti menengok kearah ponsel Puput.

Puput mengangguk sambil tersenyum “Iya. Dasar karyawati jiwa anak magang emang…. hihihi.”

Ngomong2 soal Los, hari ini mereka kembali memasuki jadwal lembur. Baik Puput, Los, dan beberapa divisi lain pun terlihat sengit dengan bagian mereka di waktu yang sudah menunjukan pukul setengah 8 malam ini. Puput tentu saja masih berada di ruangannya sambil mengerang karena lelahnya yang menggerogoti tubuh dan pikirannya.

“Lama2 gw minta naek gaji juga nih, ngegantiin posisi SPV terus2an….” Keluhnya sambil berdiri lalu mengambil beberapa gerakan peregangan di pergelangannya.

Saking suntuknya, akhirnya ia memutuskan untuk membuat secangkit kopi. Sudah lama sekali ia tidak meneguk segelas hitam tersebut setelah beberapa minggu berpuasa kafein. Karena sudah tidak tahan dengan lelah, ia pun membatalkan komitmennya sambil mengarah ke mesin membuat kopi di ‘pantry’.

Sedang menuangkan beberapa sendok bubuk kopi di cangkir, mendadak Puput mendapat sebuah colekan di bahunya.

“Hai, kamu udah beres?” tanya Puput ke Los yang sudah mengenakan ranselnya.

Los memberikan anggukan “Iyaaa. Aku duluan ya kakkk…”

Lalu Los pun pamit sambil berlalu. Dibelakangnya ada Odie yang mengikuti karena juga sudah beres dengan pekerjaannya.

“Dahh, Odie. Hati2 di jalan.”

“Iya kan. Mariii….”
 
Sekitar beberapa hari belakangan ini Puput melihat Los yang pulang selalu disusul oleh Odie di belakangnya. Atau momen dimana Los pergi menuju parkiran motor padahal ia tidak membawa kendaraan bermotor. Atau Los dan Odie yang terlihat selalu menghilang secara bersamaan ketika sedang jam makan siang di kantor. Hal ini pun membuat Puput mulai curiga namun juga tidak mau terlalu kepo. Toh, positifnya Los jadi tidak rewel ketika berinteraksi dengan Odie.

Ah, bisa jadi mereka udah baikan kali. Suasana kantor juga jadi agak tentram semenjak Los gak ngoceh2 melulu tiap pagi.

Sampailah di suatu hari ketika waktu lembur, Los dan Odie tidak berada di meja mereka ketika waktu makan sore telah usai. Puput sempat iseng bertanya kepada beberapa karyawan yang berada di dekat meja mereka, namun rata2 dari mereka menjawab tidak tahu. Jika soal ini barulah Puput mulai semakin curiga karena mereka berdua hilang secara bersamaan.

”Terakhir sih aku liat Los pergi ke toilet kak.” Jelas Mega, salah satu karyawati ke Puput.

“Ohh gitu, yaudah thank you ya Meg.”

Karena pekerjaannya sudah beres, ia pun memutuskan untuk berkeliling sambil diam2 mencari keberadaan Los yang katanya berada di toilet. Sampailah ia di lantai 20 dimana lantai tersebut ditempati oleh divisi ‘marketing’. Berbeda dengan lantai tempat Puput bekerja, lantai 20 mempunyai banyak ruangan dan sudut sekat dimana2, membuatnya terlihat seperti labirin.

Beberapa karyawan yang sudah beranjak pulang terlihat menyapa Puput ramah. Ia pun membalas tidak kalah ramahnya sambil bertanya Los ke beberapa orang disana. Mereka pun juga mejawab tidak tahu, sama seperti yang lainnya.

Sampai pada akhirnya Puput merasa bahwa pencariannya sia2. Ia pun memutuskan kembali ke ruangannya. Setelah sampai, Puput menemui Los dan Odie yang sudah berada di meja mereka.

“Kamu kemana tadi, dek?” tanya Puput ke Los.

“Ke toilet kak. Kenapa?” Los menatap Puput.

“Ohh gitu…”

Mereka berdua saling bertatap2an. Lalu Puput melirik kearah Odie yang sedang sibuk dengan laptopnya. Telinganya seperti biasa tersumbat oleh ‘earbuds’ putih miliknya.

“Kenapa emang kak?” tanya Los.

“Enggak2. Soalnya tadi aku liat kalian berdua ngilang aja gitu…”

“Hah? Ngilang? Kita berdua? Aku sama Odie?”

“Iya.” Jawab Puput sambil mengangguk.

Los juga melirik Odie sekilas. Seperti biasa tatapannya penuh dengan kenajisan kearah Odie yang mengangguk2an kepalanya.

“Gitu amat ngeliatin dia. Hayo kalian ada apaaa..??”

“Ihhh kak Puput maaahhh!” rengek Los tidak suka dirinya dibecandai dengan Odie.

“Hahahaha! Gitu aja mewek ish! Udah sono lanjut lagi. Semangat ya…” Puput mengelus pundak Los.
 
Beberapa hari berikutnya di jadwal lembur yang sama Puput melihat mereka menghilang kembali. Kali ini ia benar2 ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi karena sudah sangat mencurigakan. Ia pun pergi ke lantai 20 kembali, mencoba mencari mereka.

Beberapa langkah kemudian, Puput mendengar suara sayup gesekan di bagian pojok ruangan yang agak remang karena cahaya lampu yang beberapa sudah mulai dimatikan. Ia mengintip dari balik tembok secara perlahan dan mendapat Los dan Odie sedang berdekatan satu sama lain sambil duduk dan berbisik.

Los terlihat merapihkan kotak makan warna merah muda nya sementar Odie sibuk mengelap mulutnya menggunakan tisu. Ia baru saja menyantap makanan yang dibuat oleh Los.

“Enak gak?”

“Hmmm, kalo menurut gw sih….” Odie terlihat berpikir sejenak.

Keduanya masih berbicara sambil berbisik agar tidak didengar oleh siapapun. Tempat yang mereka singgahi juga tidak terlihat oleh kamera CCTV. Oleh karena itu mereka terlihat memilih sudut tersebut untuk berduaan.

“Iiihh dijawab kek, enak gaaaaa…???” tanya Los gemas.

“Enak kok. Gw suka tadi krispi ayemnya, sama saos nya yang kuning2 ituuu apa tuh??”

“Saos Mentai.”

“Iya tae tae itu…”

“Mentai! Ih!” Los mencubit lengan Odie kuat2, membuatnya merintih kesakitan.

Ternyata keduanya terlihat menjalin hubungan diam2. Pantas saja selama ini mereka sudah terlihat kalem satu sama lain atau menghilang secara bersamaan. Los yang biasanya galak dengan Odie pun sedikit terlihat melunak walaupun masih sedikit jutek dengan memberikan cubitan ke Odie.

“Mentai. Coba bilang…”

“Mentayi.”

“Ih lo mah dibecandainn gituuu…”

Los memberikan cubitan sekali lagi di pundak Odie. Terlihat begitu menggemaskan sekali mereka berdua.

OOOOOOOOOOOHHHH…. TERNYATA OH TERNYATAAAAAA!!!! CINLOK SI ADEK2 INI TOOOOOHH!!!

“Yang bener! Coba bilang sekali lagi..!!”

“Mentai.”

“Nah gitu.”

“Gw cuman mau ngetes lo doang kok tadi.”

“Maksudnya???” tanya Los senggit.

“Lo soalnya ngegemesin kalo lagi ngomel.”

Lontaran gombalam maut Odie membuat Los memberikan cubitan berkali2 di pundak Odie, membuatnya semakin merintih kesakitan.

“Eh aduh aduh aduh aduh!!! Entar ketauan Los sama orang!!”

“BIARIN! LO NGESELIN ABISNYAA!!” ambek Los sambil memanyunkan bibirnya sambil pipinya memunculkan semburat merah.

Puput pun mundur perlahan lalu menggelengkan kepalanya pelan. Ia menarik napas panjang sambil pergi menuju lift. Di dalam sana, ia tertawa sambil juga bergidik risih setelah melihat kejadian dua senjoli tersebut.

“Hadeeehh!! Anak2 mudaaaa…. heran!!”

Padahal, kejadian itu kurang lebih mirip dirinya dengan Arman, hanya saja dengan tingkat kegalakan yang lebih pedas.

Puput masih membiarkan mereka berdua sejauh ini. Ada saatnya mereka akan Puput tegor jika sudah bertindak agak berlebihan. Dan saat itu pun ternyata benar2 terjadi. Puput kembali memergoki mereka diam2 di tempat yang sama. Kali ini mereka tidak sedang sehabis menyantap makan malam namun melakukan sesuatu yang agak tidak senonoh.

“Lo yakin mau disini??” tanya Los pelan ketika didekap ke tembok oleh Odie.

Odie mengangguk sambil sedikit berdengus menahan gejolak kejantanannya.

Sontak Puput melebarkan matanya melihat dua orang yang sepertinya akan melakukan hubungan terlarang ini. Namun entah mengapa ia tidak tergerak untuk menegur mereka. Tubuhnya malah kaku, memperhatikan mereka dari balik tembok.

“Ganti model rambut kek, Di. Potongan rambut lo kayak mangkok gini… heran.” Pinta Los ditengah2 dekapan sambil mengelus rambut Odie.

“Ya nanti.”

“Ish! Lo mah nanti2 tapi enggak dilaku… emhh…”

Ocehan Los terhenti karena Odie mulai melesatkan ciumannya di bibir mungil gadis tersebut. Odie tidak tahan dengan gemasnya Los ketika sedang mengoceh karena wajah manis dengan poni rata agak ikalnya.

“Mhhh… nguhmmmhh… Odiee ihhh… apan sihhh!”

Odie sudah tidak tahan dengan Los. Semakin ia menolak, Odie semakin terlihat memaksa Los untuk menyerah. Kedua tangan Los juga ditahan di tembok agar tidak melawan.

“Emmhhh… mmmhhh… nguhmmhh gak mauhh Odieee… ennhh…”

“Los… lo wangi banget sumpah…. manis juga…. hennnhh…” puji Odie di sela2 dekapan mesumnya.

Aroma parfum vanila menguap dari leher Los yang lembab karena keringat yang mulai bercucuran sedikit demi sedikit.

“Hnnn enggak mauhh Odiee… entar ketauan sama orang AHHH!!”

Los memekik ketika tangan Odie mulai meremas toketnya yang masih tertutup blus putihnya. Walaupun tidak terlalu besar namun terasa sangat penuh dan kencang di genggam oleh tangan kasar Odie.

“Odiee ihhh…. ghakk mauh aghh…”

“Tapihhh… hnnnhh… bentaran aja Los… nhhh..” pinta Odie yang sudah terujung.

“Enggah mhauuhh… shhh… pokoknya enggah mhauuu…” Los masih bersikeras menolak.

Terdengar tangisan pelan dari Los. Ia sudah buntu menahan tindakan mesum Odie. Jalan satu2nya adalah menangis sambil tetap mendorong sekuat tenaga tubuh Odie.

“Hhhmmmhh… kalo llohhh… emmmhh… kalo lo gak mau udahah… mmmhh… gw bakal teriak! Gw bakal teriak sekarang Odieeehhh ennghhh!!”

“HEEEH! NGAPAIN KALIAN!!??”

Seketika Puput muncul dari balik tembok setelah mengintip. Melihat keadaan juniornya yang sudah sangat gawat, Puput akhirnya mengambil tindakan tegas. Sontak mereka berdua pun panik setengah mati. Los merapihkan pakaiannya yang kusut dimana2 sementara Odie terdiam mematung kaku.

“NGAPAIN KALIAN GW TANYA!!??”

Keduanya tidak memberikan jawaban. Mereka merunduk kebawah tidak berani menatap Puput yang melotot galak.

“JAWAB KALIAN BERDUA!!”

Mereka masih diam. Los semakin terisak menangis sementara Odie pucat termenung.

“KALIAN UDAH PADA GILA YA!! MOJOK2 DI TEMPAT BEGINI!!” Puput memberikan amukannya lepas “ENTAR KALO MANAGER TAU GIMANA!!? GW SAMA LO BEDUA YANG KENA!! ENGGAK PADA LIAT CCTV APA DIMANA2!!??”

“Ma-maaf kak… hiks…” Los mengusap air matanya yang membanjir deras.

“Kamu juga Los, ada2 aja!! Apa2an kamu sih mau diginiin sama si Odie!?”

“Henhh… hikh… akuh enggak mau kakkkk!! Enggak mauuu digituin sama diaa… cuman dia maksaaa akuhhh!!!” Los membela diri sambil terengah karena tangis.

“Lo juga Odie!! Bejat lo jadi cowo, anjing grepe2 anak orang!!” Puput menampar kepala Odie sekeras mungkin.

“Tau diri dong lo pada!! Diatas anak2 lagi pada sibuk kerja, lo bedua mesum2an begini!! Pantesan gw liat lo bedua ngilang terus, ternyata begini2an lo pada!!”

Puput mengeluarkan amarahnya, mengomeli mereka habis2an. Namun ia juga mengalami dilema, di satu sisi ia menikmati pemandangan manis Los dan Odie, namun karena sudah bertindak terlalu jauh, mau tidak mau ia menunjukan otoritasnya dan melabrak mereka berdua.

“Ma-maaf kak…” Odie mulai berbicara namun dengan nada sangat pelan.

“LO PAS BEGINI BARU BILANG MAAF!! KALO GW KAGAK NGELIAT JANGAN2 ANAK ORANG UDAH LO TELANJANGIN TERUS LO EUE KAN!!??”

Odie kembali diam tersentak mendengar bentakan Puput.

“ASLI DAHH!! LO TUH BEDUA UDAH KAYAK ANAK BARU GEDE TAU KAGAK SIH!!! BERANTEEEEEN TERUS KERJAAN!! SEKALINYA BAEKAN MALAH BEGINI!! EMANG GW SIAPA SIH, GURU BIMBINGAN KONSELING BUAT LO BEDUA, HAH!!!???”

Sekitar 5 menit Puput menghabisi mereka berdua. Sempat ia mengancam akan melaporkan ini kepada manager namun langsung dicegah oleh Los yang semakin terisak.

“Kaaaakkk jangaaaan kaaakkkkk…. hhuhu jangaaaannn!!!” Los membetot kuat2 blus biru tua Puput. Ia menghentakan tubuhnya berkali2 lantaran takut jika kasus ini sampai dibawah ke ranah yang lebih jauh.

“Jangan kak jangan kaaaaaakk!!! HHHHHUAAHHH…!!” Los memeluk erat Puput.

“Duhh... cape banget anjir...” keluh Puput menarik napas panjang.

“Gini2 deh, mending lo bedua bersih2, rapih2, abis itu lo beresin kerjaan masing2. Gw kagak mau ada beginian lagi keulang. Apa perlu gw minta disini dipasangin CCTV juga sekalian!?”

Los menggeleng dalam pelukan Puput. Odie masih tertunduk pucat.

“Jawab woi, jangan nunduk melulu!!”

“Eng-enggak kak.”

Lalu Puput cepat melepas dekapan Los kuat2 “Sekarang terserah lo mau apain si Odie sekarang. Pukul tampar, atau apapun itu. Abis dari sini gw gak mau lo bedua keliatan aneh2 atau segala macem, apa lagi ampe berantem lagi! Udah mumet gw sama kerjaan, ditambah lagi ngurus lo bedua…!!”

Los dan Odie pun masih diam satu sama lain.

“CEPETAN LOS!! JANGAN BUANG WAKTU BEGINI!!”

Los terperanjat kaget mendengar kembali bentakan Puput. Lalu ia menghadap ke Odie dan memberikan tamparan keras ke pipi Odie. Suaranya terdengar cukup nyaring, sampai2 Puput reflek menengok kearah pintu masuk.

“Udah belom?” tanya Puput dingin.

Los kembali diam. Puput yang melihat mereka berdua lebih banyak bengong pun semakin geram sambil menggertakan giginya kuat2.

“UDAH BLOM? JANGAN DIEM BEGINI!! KALO LO BELOM PUAS DITABOK LAGI!!”

“U-udah kak….” Jawab Los pelan.

Lalu mereka berdua pun diperintahkan untuk pergi kembali ke lantai tempat mereka bekerja. Tinggalah Puput disana sendirian. Ia memijit bagian tengah hidung serta pelipis kirinya karena rasa nyeri akibat mengamuk tadi.

Semenjak kejadian tertangkap basah tersebut, Los dan Odie terlihat tidak berinteraksi lagi satu sama lain di kantor. Tidak ada lagi ocehan atau gurauan diantara mereka masing2 belakangan ini. Hal itu membuat beberapa karyawan akhirnya gantian yang curiga terhadap mereka berdua. Namun ketika ditanya apa yang terjadi, mereka hanya menjawab seadanya saja. Odie mungkin terlihat masih biasa saja, namun berbeda dengan Los yang sangat tertekan sampai mengganggu kinerja pekerjaannya. Mau tidak mau Puput kembali turun tangan memanggil Los dalam kantornya.

“Masuk.” Jawab Puput dari dalam.

Los melongokan kepalanya pelan. Terlihat ekspresinya sangat lesu dengan tatapan sayu dan kantong mata yang tebal disana.

“Duduk, Los.”

Los lalu mengambil kursi dan perlahan duduk di depan Puput.

“Kamu kenapa, Los?”

Los diam sambil tertunduk sedikit. Sementara Puput masih menunggu Los untuk berbicara sambil menatapnya nalar.

“Masih kepikiran soal yang waktu itu?”

Los mengangguk pelan. Perlahan ia menangis kembali.

“Sini…” Puput mengajak Los menghampiri dirinya.

Seketika ia mendaratkan pelukan erat dan membenamkan wajahnya di dada montok Puput. Tangisan kerasnya pun ia lepaskan sekuat2nya disana. Puput sibuk mengelus punggung Los sambil menatap kosong luar jendela.

“Maafin aku kaaaaaaaaakkk!!! Huaaaaaaaaa!!!”

“Yaudah yaudah yaudahhhh….” Puput sibuk menenangkan Los yang histeris.

Bener2 gw begini banget jadi ha er yaowohhh…. nenangin bocil mewekkkk.... GW JUGA MAU MEWEK WOIIIIII… EMANG ELO DOANG YANG TERUS2AN DATENG KE GW, NETE KE GW, NANGIS2 KE GW, AAAAH GW KETEKIN JUGA LOOOO!! LAGI BURKET BANGET NIH GW!!!!
 
Sudah seminggu lagi mendekati waktu keberangkatan ke pulau. Jessica dan yang lainnya sibuk memamerkan bikini yang akan dibeli untuk digunakan di pantai nanti di grup chat.



Jessica:
Yang ini goks kali ya gengs, ada renda2nya gitu

Puja Dewi Ajaib:
Idih alay bener lo beli yang kayak gituan dah

Citra:
Mending punya gw kemana2 gak sihhhhhh



Citra menunjukan fotonya yang sedang memakai bikini warna biru muda di depan cermin. Sontak chat pun langsung ramai dengan pujian beserta hujatan ke Citra.



Puja Dewi Ajaib:
ANJAIII TEPOSS

Cecil Kimcil:
Ihhhh lucu bangeeeet
Entar gw pinjem yaaaa buat gw bikin party kapan2

Jessica:
Wkwkwkwkwkwk
Langsung dipamerin gokil

Marina Bae Bae:
Adududududuuuhhhh
Udah ready nih yeee
Untung pulaunya agak private
Bisa sabeb kita nanti disono

Jessica:
Eh yang beneeeerr???
Kalo gitu gw bawa bikini gw yang paling cetar nihhh nanti

Marina Bae Bae:
Ya kagak private banget laaaahhh
Masih ada kapal yang lalu lalang juga
Terus juga ada beberapa rumah warga yang masih ada disono, cuman jauh dari cottage nya Bian

Jessica:
Yeee itu mah kagak private dong nyoong

Cecil Kimcil:
Ada banana boat nya kagak???

Puja Dewi Ajaib:
Ada, tapi lo yang tarik sendiri entar

Cecil Kimcil:
Kampret
Eh gw pokoknya mau sunbath ah nanti

Citra:
Gw entar kayaknya ngebudak nih di sono
Disuruh bawa laptop soalnya sama atasan gw

Jessica:
Lah lo kan admin bimbel
Kerja apaan lagi emang tanggal merah gitu??

Puja Dewi Ajaib:
Nge BO paling
Wkwkwkwkwkwkkw

Jessica:
Ih heran bacodnya gak dijaga lo

Citra:
Iya nih nge BO online nih gw
Puas lo anyingg

Me:
Hai2 gengs​

Cecil Kimcil:
Eh ada Pupuw nongol

Marina Bae Bae:
Sorry ya say, jadi rame nih grup wkwkwkkwk

Cecil Kimcil:
Iya nih
Lo gak ikut sih nanti
:(

Citra:
Yaudalah, namanya sibuk si Puput
Lagi pusing juga kerjaan di kantornya kan

Me:
Kayaknya gw ikut deh gengs​



Sontak grup pun semakin ramai karena jawaban Puput yang akhirnya memilih untuk ikut.



Cecil Kimcil:
BENERAAANN?????
ASIIIIIIIKKKK

Jessica:
Wkwkwkwkkwkwk akhirnya menyerah gaesss diaaa

Puja Dewi Ajaib:
Tuh kan udah dibilang lo wajib healing
Pasti udah pusing2 ingin segera melihat pemandangan kan loooo

Marina Bae Bae:
Wkwkkwk welcome to the club sayanggggg

Citra:
Ngakakkkk
Pupuuuuuuuutt
Akhirnya ikut jugaaaa

Me:
:)
Pusing aku tuh gengsss
Benar2 butuh healing
Kalo bisa extend, extend yuk
Kelar2 dari cottage nya Bian kita sewa lagi cottage yang laen buat kita2 aja entar​

Citra:
Eh
Wkwkwkwkwk

Puja Dewi Ajaib:
Wah terlihat udah kronis ini mahhh

Yuli:
Wkwkwkwkwkwk
Dikira rame2 ada apaan
Ternyata heboh Puput berhasil ikut

Me:
Iya nih Yul
Sorry ya heboh
Emang temen2 kita pada bloon begini​

Cecil Kimcil:
Yeeee bloon2 juga aku sayang sama kamu kokkk
WKWKWKWKWK

Me:
Uuuuuu tayaaannk2
Unnncy unccy banget siihhhh​

Jessica:
Yaudah catet yukk cateeeet, biar gak lupsss
Mar, kamar masih muat kan ya?

Marina Bae Bae:
Muat kok muat
Kan si Bian bikin 2 cottage disana
1 nya muat 8 orang kalo gak salah

Puja Dewi Ajaib:
Anjiiiiiirr!!!
Beli gak nohhh beliii
Kita aja ngebudak bertaon2 belom tentu kebeli hape apel gigit keluaran paling baru

Citra:
Dih lebay amat
Lo ngebudak di tempat yang salah sih
Apa jangan2 salah pilih om?

Cecil Kimcil:
WKWKKWKWKWK

Begitulah isi grup chat yang riuh karena obrolan mengenai liburan mereka. Puput juga memutuskan untuk bergabung karena ia sudah tidak tahan dengan kondisi fisik dan mentalnya yang semakin penat karena urusan kantornya. Belakangan ini ia mau tidak mau harus menjadi guru budi pekerti untuk Los dan Odie semenjak kegiatan mesum mereka kepergok oleh Puput. Mereka juga sudah mendapat surat teguran pertama karena kinerja mereka yang menurun. Maka dari itu Puput sebagai bagian personalia ada andil untuk bertanggung jawab mengenai masalah ini.

Odie sudah terlihat lebih baik dan mengakui kesalahannya pada waktu itu. Sementara Los masih terlihat trauma sampai saat ini. Ia masih sering datang ke ruangan Puput untuk mencurahkan hati atau sekadar menangis sambil memeluk Puput. Namun tentu saja ia bukan ‘literally’ guru bimbingan konseling, ia seorang ketua pengganti divisi personalia. Tugasnya memastikan mental dan kinerja karyawan berjalan dengan semestinya, bukan menjadi ibu pengasuh seorang gadis manis berponi ikal satu ini.

Setiap kali ia menangani sesi konseling dengan Los, energinya seakan2 diserap oleh Los. Hal ini membuat Puput jadi semakin lelah setiap kali Los menangis di pelukannya. Bukan hanya sekali dua kali, namun cukup sering Los seperti ini, membuat Puput jadi seakan2 ingin ikut menangis karena lelah meladeni dia terus menerus.

Ditambah lagi dengan kabar Rangga yang masih berada diluar kota sampai sekarang ini dan tidak tahu kapan kembali semakin membuat Puput suntuk. Akhirnya ia terpaksa menggunakan cutinya untuk pergi liburan dengan menambah satu tanggal non merah sebagai pilihan cutinya. Bu Vera selaku kepala dan pak Rahman sebagai manager langsung menyetujui tanpa menanyakan alasan apapun kepada Puput. Apa lagi pak Rahman langsung cengar cengir ketika Puput datang kembali ke ruanganya untuk mengajukan cuti.

“Yaudah Put, rapopo. Entar kan juga ada Celine, anak buah kamu yang ngurus interview segala macem.” Ucap pak Rahman menyebut Celine, seorang yang bekerja sebagai ‘staff’ di bidang yang sama dengan Puput.

“Makasih banyak pak.” Ucap Puput lalu beranjak pergi.

“Eh Put?” panggil pak Rahman mencegahnya.

“Ada apa pak?”

“Kamu jaga kesehatan ya.”

“Iya pak. Bapak juga.”








_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________






Dua hari sebelum keberangkatan, Puput terlihat sedang memilih apa saja yang akan ia bawa nanti disana. Beberapa benda seperti krim’ sunblock’, kacamata hitam, beberapa ‘Summer Chiffon Dress’, sandal putih dengan tali tipis, dan tas kecil berisi barang P3K.

“Eh, tidak afdol ketika tidak bawa buku. Soalnya gw bakalan memakain kesempatan buat duduk di depan matahari terbenam, sambil menikmati teh Chamomile gw…. HIHIHIHI… healing spot, I’m coming!!”

Lalu ia berpindah ke rak bukunya untuk memilih mana yang akan dia bawa untuk dibaca nanti sambil menikmati matahari senja.

“Hmmm…. yang mana ya.. semua udah gw selesain. Buku2 soal ‘Motivation’ udah gw kelarin semua, buku novel misteri juga udah gw abisin semua. Kalo buku soal Psikologi… selaen udah kelar, gw juga mager bacanya… hmm apa ya??”

Puput menunjuk deretan judul buku di rak atas meja nya. ia bergumam pelan lalu mencomot satu per satu buku yang berada disana.

“Ck, udah gw baca semua. Gimana nih..? Hmmm apa gw baca ulang lagi aja salah satu yang paling menarik…?”

Lalu ia teringat beberapa buku yang ia taruh di laci samping ranjangnya. Puput pun membuka kunci dan mengecek susunan lacinya. Beberapa buku memang ditemukan disana, namun ia juga sudah habis membacanya. Kesukaannya membaca memang membuatnya terlihat seperti kutu buku diluar penampilan cantik dan seksinya. Namun dari banyaknya buku, tidak ada satu pun yang membuatnya sangat berkesan. Semua berujung ditaruh di rak buku atau di laci tempat ia mencari sisa2 bukunya yang ia kembalikan di rak.

“Eh, apa nih?”

Lalu Puput mengambil sebuah kotak berbentuk persegi panjang berwarna ungu tua dengan ornament tali tambang coklat mengikat membentuk pita di sekelilingnya. Ia menatap bingung sambil membolak balik kotat tersebut sambil menutup laci meja.

“Kok kayak pernah gw liat, tapi gw lupa….”

Ia memutar bola matanya mengingat barang apakah ini sebenarnya. Sontak ia pun terperanjat sambil membuka ikatan kotak tersebut.

“Jangan2…. JANGAN2!!”

Setelah dibuka, ternyata isinya adalah sebuah vibrator berbentuk penis berwarna merah muda yang ditutupi oleh kain tipis berwarna selaras dengan kotak tersebut. Di bagian bawah vibrator tersebut terlihat sebuah vibrator kecil yang mempunyai lubang seperti lubang hisapan, gunanya adalah untuk merangsang bagian klitoris di vagina.

“OH MY LORD….”

Puput kaget setengah mati lalu melempar benda tersebut ke kasurnya. Ia teringat bahwa “kawan lamanya” tersebut adalah sisa2 dari kebinalannya dulu sebelum resmi berpacaran dengan Rangga, ketika ia masih duduk di bangku kuliah semester 6.

“Ihh, kok bisa gw lupa sama nih artefak sihhh???”

Puput mengambil kembali barang mesum tersebut. Ia mengecek sekeliling bagiannya. Terlihat masih mulus tanpa ada goresan apapun karena memang ia jarang sekali menggunakannya dulu. Bahkan ketika ia sedang sibuk mengerjakan skripsinya, barang tersebut sudah tidak pernah lagi ia sentuh dan dilupakan begitu saja sampai ia pindah ke kos nya yang sekarang. Dan saat ini secara kebetulan ia menyapa Puput kembali dari dalam sana, seakan2 ingin kembali dinyalakan karena tahu bahwa Puput saat ini sedang kembali suntuk.

“Gak gak… apaan sih. Aneh2 aja ahhh…”

Puput melawan pikiran kotornya lalu kembali memasukan vibrator tersebut. Ia ingin membuangnya ke tempat sampah, namun tidak bisa terang2an membuatnya begitu saja. Ia harus membungkusnya dengan sesuatu agar tidak ketahuan.

“Ah… tapi ribet ah! Gw kan lagi beresin barang gw buat ke pulau nanti. Ngapain sih gw ngurusin ginian dulu????”

Akhirnya barang tersebut ia taruh di samping meja dekat kasur. Lalu Puput pun merapihkan kembali barang2nya sambil mencari satu buku yang masih ingin ia bawa.
 
Setelah berkutat cukup lama akhirnya Puut memutuskan untuk membawa novel aliran Barat yang bertema misteri dan satu lagi bertema fiksi. Disusul dengan barang2 penting lainnya, ia pun selesai merapihkan sebagian. Tinggal beberapa pakaian dan merapihkan beberapa sisi agar semuanya muat, ia pun sudah siap untuk berangkat nanti. Setelah membereskan barangnya, ia merasa sedikit lelah. Puput pun memutuskan untuk membuka laptopnya dan memutar lanjutan drama Korea nya kemarin sambil duduk di kursi meja baca nya. Hari ini adegan sudah semakin menarik karena mulai memasuki ‘rising action’ menuju ‘climax’. Sambil ditemani oleh sekotak susu stroberi kesukaannya, ia terliaht begitu serius melihat tayangan si pemeran utama yang sedang berdebat dengan salah satu pemeran wanita yang sibuk mencegahnya bertindak gegabah. Percakapan berbahasa Korea dengan teks yang sama dengan suara yang dikeluarkan dibagian bawah sangat diperhatikan dengan detil oleh Puput. Ia memang belakangan ini biasa menonton drama Korea dengan subjudul bahasa yang sama agar membuatnya juga belajar disamping mencatat percakapan yang diucapkan.

“그냥 좋은 사업이야…”

“무슨 얘기를 하는 건가요!? 당신은 지금 악마와 거래하고 있습니다!”

“난 상관 없어. 그녀를 만날 수 있는 유일한 기회다.”

“너 미쳤어!!!”

Pedebatan murni bahasa dan subjudul bahasa Korea hanya dimengerti seorang oleh Puput. Kurang lebih adegan tersebut memperlihatkan tokoh utama, si detektif, dan tokoh pendukung yaitu seorang perempuan yang berpakaian formal sama dengan si tokoh utama sedang berdebat sengit membicarakan rencana untuk bertemu dengan si tokoh pemran antagonis utama. Cara yang tokoh utama terlihat sangat tidak disetujui oleh si perempuan. Percekcokan semakin memanas ketika si perempuan mulai menampar pipi sang tokoh utama. Sontak ia pun hanya diam saja sambil merasakan betapa perih pipinya diberikan tamparan keras oleh si perempuan yang tidak habis pikir dengan rencana si pemeran utama.

Adegan selanjutnya tentu sudah bisa ditebak si perempuan meneteskan air mata sambil menatap nalar bergetar. Tidak tega melihat si perempuan menangis, ia pun memeluknya perlahan. Isakan tangis pun mulai terdengar semakin jelas dengan suara si perempuan yang bergetar mengucapkan kata tanpa henti. Sekali lagi, hanya Puput lah yang mengerti maksud mereka berdua disana.

Semakin lama adegan semakin terlihat mengarah ke sesuatu yang mencurigakan, begitulah pikir Puput ketika ia mengigit keras sedotan susu stroberi nya ketika melihat si laki2 dan perempuan mulai berciuman intens. Puput jelas melembarkan matanya melihat si laki2 mendorong si perempuan ke tembok lalu menciumnya ganas.

“Owh…” gumam Puput melongo melihat adegan tersebut.

Adegan pun semakin panas dengan mereka yang sudah mulai membuka jas dam kemeja yang dikenakan satu sama lain. Lalu si perempuan mendadak mengerang ketika si laki2 seperti meremas sesuatu di bagian bawah tubuh perempuan yang tidak tertangkap oleh kamera. Mereka berdua sibuk mendesah tanpa ada percakapan lagi sambil sibuk merangsang satu sama lain.

Sementara Puput yang memperhatikan adegan tersebut pun mulai merasa tubuhnya memanas. Ia menutupi setengah wajahnya dengan kaos longgar biru muda nya untuk menutupi rona merah yang semakin terlihat di pipinya.

“Duhhh… gila ya, tau2 adegannya kok kesini2 sihh…”

Puput mengibaskan telapaknya untuk menghilangkan sensasi panas di wajahnya. Ia tentu kaget dengan adanya adegan porno seperti ini di drama Korea favoritnya. Namun tatapannya juga tidak lepas dari setiap permainan si tokoh utama yang sudah terlihat bercinta dengan si perempuan. Puput semakin terlihat gelisah bukan main di kursinya sambil tetap mengibas telapak tangan ke wajahnya.

Untungnya Puput menonton menggunakan ‘earphone’ nya yang dicolok ke laptop, jika tidak suara desahan si perempuan akan terdengar lumayan jelas disana. Namun hal itu malah membuat Puput semakin blingsatan mendengar setiap detil deru nafas bergairah yang mulai merangsang titik sensitifnya. Ia mengigit bibir bawahnya melihat tubuh si pemeran laki2 tersorot kali ini sambil tangan si perempuan mengelus dari bagian atas sampai bawah.

Sontak Puput merasakan sensasi setruman yang familiar di tubuhnya. Terlebih di bagian panggul dan selangkangannya yang semakin terasa ngilu ketika melihat bentuk kekar dari tubuh sang detektif.

“Hhhh… hhhh… hhhh…”

Tanpa sadar deru napas Puput juga ikut memberat. Perlahan ia mulai membayangkan jika dirinya adalah si pemeran perempuan yang sedang “dianiaya seksual” oleh si laki2 tersebut. Semakin ia membayangkan, semakin vaginanya terasa berdenyut keras. Terlihat mulai muncul rembesan lembab di celana dalam warna merah maroon yang ia kenakan. Klitorisnya juga terasa membengkak dan terlihat menyembul tercetak di celana dalamnya. Puput sudah mulai terangsang berat.

“Ck… aduh gw jadi sange gini sih… shhh…” keluhnya sambil mengelus pipi merahnya.

Semakin terdengar suara desahan dan erangan mereka berdua, semakin sensasi gatal menyeruak di sekujur tubuh Puput. Saat ini ia sangat ingin dipuaskan untuk melampiaskan libidonya yang membuat darahnya mendidih. Vaginanya juga semakin membanjir disana sampai terlihat rembesan basah yang mengalir sedikit demi sedikit di bagian tengah celana dalamnya.

“Ishhh!! Gwichanh eun!!!” seru nya dalam bahasa Korea dengan nada bergetar.

Ia pun menutup laptopnya, melepas ‘earphone’, lalu pergi ke kasur an membenamkan wajahnya di bantal. Tubuhnya terasa panas dan sensitif karena adegan tadi yang menyulut libidonya. Detak jantungnya terdengar begitu keras memompa darahnya yang semakin berdesir, salah satunya di vaginyanya yang tidak berhenti berdenyut keras.

Aaaaa rese bangeeettt… kenapa sih mesti ada gitu2annya… kan gw…. gw… gw jadi hornieeee!!! Anjir lahhh Lee Seuuuunnngg, kenapa sih body nya perlu kotak2 gitu….!!! Mana mendesah2 berat gitu….!!! AH!!

Kegelisahan di dalam pikirannya malah semakin membuatnya terangsang. Perlahan ia mulai mengelus pinnggang serta perutnya di balik kaos nya, lalu mengarahkan tangannya kearah toket ranumnya. Sudah terasa puting susunya yang menegang disana. Begitu juga tangan satunya yang merogoh di balik celana dalamnya yang sudah basah.

Anjiirr gw basah banget woiii.. ahhh rese banget sumpahhhh… hhhnnhh…

Ia mulai meremas toketnya secara bergantian serta mengelus bibir vaginanya. Puput pun mulai reflek mendesah akibat sensasi ngilu mendadak di dua bagian tersebut. Jarinya juga memainkan klitorisnya yang sudah membesar.

“Hnnhhh… hnnhh… mhh hnhhh..”

Puput membayangkan tubuh kekar si detektif tadi sedang menyetubuhi dirinya. Desahan macho serta kedua lengannya yang penuh dengan urat nadi samar membuatnya semakin kesetanan. Puput melentingkan tubuhnya, mengangkat pinggang dan pantatnya karena kocokan jarinya semakin membuatnya keenakan tidak karuan.

“Awhh fuckkk!! Hnnnmhh…. shhh…”

‘Cllph.. cllphh… cllhpp.. clllhppph!’

“Ahh anjing!! Ahhh… anjinng ahhh… shhh..”

Desahannya mulai terdengar tidak terkendali. Ia sudah dikuasai oleh nafsunya yang mengerang minta dipuaskan. Semakin Puput menggesek klitorisnya, semakin ia mengeliat geli keenakan. Lalu Puput meraih ponselnya dan mengirimkan chat ke Rangga. Ia sempat teringat karena Puput sedang kangen dan terujung saat ini.



Me:
Ranggaaaaaaaaa
:(((((
Kamu dimana sihhhhh
Kapan pulangnyaaaaa
:(((((
Aku kangen sama kamuuuuuuuu
:((((
Ranggaaaaaa
Bales kekkkk
Ah elaaaaahhh



Puput mengirim beberapa kalimat keluhan mengenai dirinya yang kangen, namun tidak mendapat balasan. Ia juga sempat menelepon namun tidak kunjung diangkat. Hal ini membuatnya timbul perasaan cemas dan kesal disamping dirinya yang sedang terangsang habis2an.

“Kampret! Pas lagi sange begini malah ngilang tuh orang!! Hihh!!”

Lalu Puput menaruh ponselnya di meja setelah mematikan paket datanya. Lalu ia melihat kotak persegi panjang yang ditaruhnya tadi dan belum dimasukan kembali kedalam laci. Ia pun tersontak mengingat benda apa yang berada di dalam kotak tersebut. Napasnya terdengan memburu kembali sambil meraih kotak itu lalu membukanya dan mengeluarkan sebuah vibrator kenangan masa lalunya.

“Hahh… hahhh… hahh… fuck lah Rangga anjing!!” Puput mengocok vaginanya karena kembali berdenyut gatal.

Setelah mencuci vibratornya dan memasangkan baterai baru, Puput mulai menyalakannya dengan menekan tombol dibawah benda tersebut.

‘Bzzzzzzzzzztttt!’

Terdengar bunyi getaran pelan di batang yang sekilas berbentuk layaknya kaktus tanpa duri. Ia lalu menekan tombol sekali lagi, dan bagian kecil agak kebawah vibrator tersebut juga ikut bergetar dan menghisap di bagian lubangnya.

“OWH. MY. GAWD….”

Puput mengigit bibir bawahnya mengarahkan vibrator tersebut kearah lubang vaginanya. Ia menyibak celana dalannya ke samping kiri tanpa melepasnya. Perlahan namun pasti, dan juga deg2an, Puput mulai menyentuk bagian ujung vaginanya dengan benda bergetar tersebut.

“Ahhh!! Auhh…!!”

Puput terperanjat kaget bukan main. Vaginanya yang telah sensitif dirangsang dengan getaran dari mesin vibrator tersebut. Ia lantas semakin menekan masuk ujungnya, membuat Puput semakin keras mengigit bibir bawahnya sambil terpejam menahan sensasi menggelitik di sana.

“Hmmfhh… hmmmfhh… nnngggaaaaah hhmmfff..”

Ia pun mendesah sambil sedikit bergetar karena efek getaran vibrator. Sensasinya begitu menyeruak di bagian dinding vaginyanya. Getaran tiap getara membuatnya menjadi gila. Begitu juga dengan getaran dan hisapan bagian kecil vibrator di klitori membuatnya semakin menengang.

“Auuhhffhhh…. hnnnhh… hnnnhh!!”

Puput mengangkat kaosnya sampai di bagian dadanya lalu meremas toket montoknya. Tangan satunya juga mengocok memaju mundurkan vibrator di lubang vaginanya. Ia pun semakin menggila sambil menahan desahannya.

“Ahhh… aennhh… nnhhahh… nnhhahh…”

Ia lalu bangun lalu duduk di kasur dan melebarkan kedua pahanya. Posisi tangannya tetap seperti sedia kala, hanya saja kali ini Puput terlihat seperti melakukan posisi ‘Woman On Top’. Ia sedang membayangkan mendominasi si pemeran utama tadi sambil meremas bantal tidur yang ia timpa dengan tubuh seksinya.

“Hhahhh… hhhghh.. joayoo… hnnhh joayoo oppaahh… mmmhh enaakk”

Kocokan vibratornya semakin agresif sambil berbunyi becek yang cukup nyarin. Cairan cintanya kian membanjir sampai merembes ke bantal merah muda nya. Puput juga tidak bisa mengontrol desahanya dan ekspresinya yang terlihat sangat nakal. Tatapannya sayu dan mulutnya tidak bisa dibungkam karena terus menerus mengeluarkan desahan tak tertahankan. Ia semakin membayangkan hal yang liar dengan tubuh si detektif.

“Ahhh… ahhh…. oppahh ahhh…. oppa…”

Semakin lama, ia semakin hanyut di dalam aliran libidonya. Sampai pada akhirnya ‘setan binal’ dalam dirinya mulai menyeruak masuk menguasai versi elegan dari dirinya. Akhirnya ia pun mendesah lepas sambil menjulurkan lidahnya dan memutar bola matanya.

“Aaahh anjingg…. nnhhh.. oppahh… oppahh enak bangett anjingg!!”

Puput tidak kuat menahan tubuhnya yang terasa ‘meleyot’. Ia pun tengkurap di atas kasur sambil mengangkat pantatnya mengambil posisi menungging. Vibratornya masih dia kocok di vaginanya dengan begitu agresif, membuatnya semakin mendesah binal.

“Ngentood anjing… ahhh…. haoohh memeq gw enakkk bangett woiiii… hoouuhh…”

Terkadang ia juga menyebut nama Rangga di sela2 desahannya, berikut dengan hujatan penuh kekesalan dari dalam hatinya.

“Nhuhh… hhhnnhh Ranggah anjiinngg… hhhnnnhh… gw sangee Ranggahhh… nnnhh… pas gw sange begini kenapa lohh pergi sihhhh… nnnhh… kenapa lo pergiii… kenapa lo pergiiihhh…. kenapa ahhh… kenapa lo ngilang Ranggahhhh…”

Puput meraih ponselna untuk kembali menelepon Rangga, salah satu hal gila yang ia lakukan ketika sudah kesetanan seperti ini. Namun tentu saja tidak ada jawaban sekali lagi dari Rangga. Lama kelamaan Puput semakin mendesah keras namun terdengar nada kekecewaan yang begitu gamblang.

“Ahhh Ranggahhhh… hhhhhh…. Rangga anjiiiiiiinngg!!”

Puput membenamkan wajahnya di kasur kuat2. Terkadang ia mengangkatnya kembali lalu menyenderkan setengah wajahnya. Saliva nya mulai menetes tidak karuan di bibirnya tanda ia sudah tidak peduli lagi dengan ekspresinya yang diluar kesadarannya.

“Ahhh… ahhh… enak bangettt… enak bangett memeq gw ngentooooooood!! Nnhhh….”

Imanjinasinya mulai tidak terlihat jelas saat ini setelah panggilan masuknya tidak terangkat kembali oleh Rangga. Ia membayangkan si pemeran drama Korea tadi bercampur dengan seorang Rangga yang entah sedang apa sekarang. Namun ada satu sosok yang terlintas sekejap di pikirannya ketika vaginanya semakin terasa berdenyut sangat keras dan gatal.

“Hnnnhhh… ahhh… ahhh… ahh oohh… fuckkk… fuckk… fuckk kenapa dia sihhh….!!”

Bayang2 seorang tersebut pun semakin jelas. Dengan rambut agak sedikit gondrong namun rapih, tatapan tajam yang membuat berdebar, suara berat yang menyebalkan, serta pernyataan2 nyelenehnya membuat Puput jadi kesal namun entah mengapa ia juga semakin merasakan sensasi yang akan meledak dari arah panggul dan rahimnya.

“Ahhh…. ahhh… ahhh enggak… ennggakk.. jangan dia plisss.. jangan dia ooohh!!”

Semakin Puput menghindari bayang2 orang tersebut, sensasi di tubuhnya malah semakin terasa sangat sensitif. Sebentar lagi gelombang orgasme akan segera datang, namun ia terlihat begitu gelisah namun tetap mendesah.

“Nguuahhh… nnhhh… ahhh… aduhh kenapa diaahhh sihhhh…. AAHHHH…. KENAPA ARMAAAAAAAAANNN!!!”

Puput membayangkan seorang Arman ketika sudah berada di ujung klimaksnya. Alhasil ia pun orgasme sambil membayangkan betapa menyebalkan wajah dari orang yang pernah “berulah” kepada dirinya waktu itu.

“NGENTOOD LOOHH ARMAAAANN!! AHHH ANJING GW KELUARHHH… OOOUUHHHH…!!!”

Semburan cairan dari vagina Puput deras menyemprot sekitar dua detik. Pantatnya bergoyang naik turun karena gejolak tak tertahan disana.

“Ohh… ohhh.. ohh… fuckk… oohh..”

Sontak Puput ‘meleyot’ habis2an. Tatapannya terlihat kosong dan tubuhnya tengkurap lemas. Ia mendesah pelan setelah beberapa tahun belakangan ini akhirnya ia mendapatkan orgasmenya kembali. Namun sayangnya kejadian nikmat tersebut ia peroleh dari vibratornya, bukan dari penis Rangga.

Ia pun duduk kembali di kasur lalu terdiam merenung masih dengan tatapan kosong. Rasa lelah namun puas masih sangat terasa di sekujur tubuh dan vaginanya yang masih terasa sedikit sensitif.

“Hhhhhh…. gara2 drakor kampret… jadi ngebinal lagi gw…” gumamnya lemas.

Lalu ia kembali menjatuhkan dirinya ke kasur karena rasa lelah yang teramat meminta dirinya untuk merebahkan tubuh sekali lagi.

“Hmm jadi lemesss…”

Bantalnya yang basah karena cairan orgasmenya ia singkirkan jauh2. Puput pun tidur tanpa menggunakan bantal. Membuatnya terlihat gelisah karena tidak terbiasa. Namun ia gelisah bukan karena hal itu saja, melainkan imajinasinya mengenai Arman yang datang ketika dia sudah berada di ujung. Puput pun terlihat kesal sambil cembetut gemas menutup setengah wajahnya dengan selimut.

“Kupret! Mana nanti di pulau ada dia pula…!! Huhh!! Biarin, pokoknya kalo dia rese nanti sampe gangguin waktu ‘healing’ gw, bakal gw ceburin dia ke laut!!”



























“HACHEEEW! HACHEEEW!!!”

“Si bangsat! Bersin berisik bener kek bapak gw!” celetuk Farhan melihat Arman berkali2 bersin di depan teman2nya.

Saat ini ia dan yang lainnya sedang berada di sebuah bar melanjutkan tongkrongan waktu itu yang sempat batal setelah bermain billiard. Namun kali ini yang hadir hanya Farhan, Bian, dan Tomi. Riki sedang lembur di kantornya sementara Yosep sibuk ‘mixing’ salah satu lagunya bersama dengan tim nya karena ia adalah seorang produser musik ‘EDM’ yang mulai naik daun belakangan ini.

“Lau sakit?” tanya Tomi setelah menghisap rokoknya.

“Kagak! Emang lagi ada yang ngomongin gw kali…”

“Kagak kuat dingin dia, anjing…” celetuk Farhan cengar cengir.

Mereka memang sedang berada di ‘outdoor bar’ sambil menikmati lantunan musik akustik di panggung yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. Di atas meja juga tersedia hidangan cemilan dan beberapa minuman botol dengan kadar alkohol dibawah 10 persen. Mala mini mereka hanya sekadar minum2 lucu sambil mengobrol membicarakan hari liburan yang sudah tinggal dua hari lagi.

“Kamput bawa kagak nih entar?” tanya Farhan iseng membuka obrolan.

“Kamput? Ya kali. James Deen lah! Kek orang susah!” Tomi menimpal sambil senyam senyum.

“Gokilll!! Kawan gout nih baruu!!”

“Ya gak gembel juga kamput! Masa iya ngumpul ama cewe2 kasih nenggaknya yang murah2??”

Farhan dan Tomi sudah merencanakan sesuatu nanti ketika di pulau nanti. Dilihat dari minuman yang mereka recanakan saja sudah terlihat akan ada “acara menarik” disana.

“Masa James Deen doang? Ada lagi dong yang laen mah.” Farhan memanas2i Tomi.

“Kagak ada lagi cui. Itu juga cuman sebotol doang gw bawa. Bian noh tanyain coba.”

Tomi melempar pembahasan mereka berdua kepada Bian yang mengangkat gelasnya kearah panggung karena ia habis mentraktir dua personel band akustik yang sedang bernyanyi disana segelas minuman.

“CHEERS!” seru Bian kepada mereka yang dibalas ramah.

“Apaan tadi, Tom. Sorry2 tadi kagak ngedenger gw…”

“Lo bawa apaan entar buat disono?” tanya Tomi sekali lagi.

“Apa? Air kejujuran?”

“Ya, itu.”

“Gak tau, Kabuki paling.”

Sontak Farhan dan Tomi pun terbelalak. Bian akan membawa salah satu minuman keras paling mahal untuk mereka berpesta nanti. Diantara mereka berdua hanya Farhan yang menggelengkan kepalanya karena takjub.

“Ini nih baruuuu! Kawan gout!!”

“Dih, tadi bilangnya gw yang kawan gout, anying!” omel Tomi kepada Farhan.

“Hahahahaha.”

“Kalo lo sendiri gimana, Man? Ada nyetok?” tanya Bian ke Arman yang daritadi hanya memperhatikan.

“Gw nyetok apaan… palingan bawa ‘green tea’ doang sama beberapa dari stok ‘coffee shop’ abang gw buat ‘mixing nanti.”

“Aishhh! Tekila lah sabi sih ini mah kalo ‘mixing’ mah! Udah punya bartender nya kita…” colek Farhan ke pundak Bian.

“Ya entar kalo yang punya bawah aja. Atau kalo enggak gw bawa ‘Jack Dans’ aja sekalian.”

“Gila2! Omongan kita udah kek tukang jualan minuman, kampret! Hahahaha…!!” seru Farhan tidak habis pikir.

“Ya elo bahasnya kesono2 tadi, peak! Bahas yang laen kan bisa2 aja padahal!” gerutu Tomi sedikit risih.

“Entar gw bawa bola dah. Udah lama kagak maen bola ama lo2 pada semenjak pada sibuk semua.” Arman menambahkan.

“Bola plastik?” tanya Farhan.

“Bola futsal, bloon. Bola plastik dah kek jaman2 dulu kita ngebolang di kebon aja…”

“Emang lo pernah ngebolang dah?” Farhan meremehkan Arman yang seperti tidak pernah terlihat merasakan masa kecil yang berada di pedalaman.

“****** ya! Kan gw udah bilang gw kecil sampe SMP tinggalnya di kampung sama om gw. Pas SMA baru mulai pindah ke kota gara2 bapak gw udah ada tempat tinggal sama kerjaan…”

“Lo emang pernah mancing lele di parit?” tanya Farhan mulai menantang Arman.

“Nangkep kodok, sama nyari ulet sagu bareng abang gw buat dibakar djadiin sate terus dimakan pernah…”

“Kalo nerbangin burung pernah terus lo tepok2in tangan buat balik lagi ke elo?”

“Itu kagak pernah. Yang pernah tuh ngambil layangan nyangkut di pohon ampe jatoh, terus tangan gw ketusuk dahan dalem banget pas udah nyampe tanah.” Arman menunjukan luka jahitan di pergelangan sebelah kirinya.

“Itu mah udah tau gw, kan lo udah cerita.”

“Terus kenapa lo lupa yang gw pernah tinggal di kampung, denga!?”

“Tau! ****** emang kadang si Farhan!” sambung Tomi menambah hujatan.

“Disini yang kecil udah kaya raya cuman gw doang kayaknya…” Bian celetuk diantara mereka bertiga.

“Iya sih kayaknya. Pernah emang lo ngerasain yang tadi kita ceritain?”

“Kagak pernah gw.”

“Apa lo, mau nyeletuk masa kecil kagak bahagia ke Bian? Kagak diajak pergi baru tau lo…” Tomi menyanggah Farhan untuk memberikan celetukannya.

“Ye, dia mah kagak berani dah gw. Duit di dompet dia aja masih lebih gede dari token listrik kontrakan gw.”

Tomi lantas menoyor kepala Farhan sambil tertawa “Satt lah! Jangankan token listrik kontrakan, kalo bisa dibeli sebaris tuh kontrakan tempat lo tinggal mah! Hahahaha…”

Sedang asiknya mereka mengobrol, seorang perempuan yang tadi bernyanyi di panggung menghampiri mereka untuk mengucapkan terimakasih.

“Halo2, makasih banyak ya buat minumannya.” Ucapnya ramah.

“Sama2. Namanya siapa?” tanya Bian juga ramah.

“Sarah.”

“Ohh. Salam kenal ya. Ngomong2 suaranya bagus banget tadi, Sarah.” Bian memberikan jempolnya kepada Sarah.

Sarah pun tersenyum manis karena pujian dari Bian. Lalu di belakangnya juga ada seorang laki2, seorang gitaris yang mengiringi Sarah bernyanyi tadi.

“Namanya siapa bro?”

“Dennis.”

“Halo2. Ini berdua emang satu grup?”

“Iya. Hehehe…” Dennis juga menghampiri Bian dan yang lainnya untuk mengucapkan terimakasih.

“Goks! Lo brdua bikin ‘cover’ gitu2 kagak di yutup?” tanya Farhan yang juga ingin mengakrabkan diri.

“Eh, enggak bang. Ini emang manggung2 biasa aja. Palingan juga bikin ‘cover’ di IGE doang sih.” jawab Dennis.

“Ya sayang betul dah, padahal lo berdua bagus bener tadi pas manggung.”

Dennis dan Sarah pun tertawa tersipu.

“Yaudah abang2 sekalian kami pamit dulu mau ke belakang ya.” Sarah berpamitan kepada yang lainnya.

“Eh bentar2.” Farhan menahan mereka berdua “Lo berdua pacaran apa gimana?”

“Oh, kami udah nikah, bang. Ini Sarah lagi hamil sebulan. Hehehehe…” sahut Dennis diikuti senyuman Sarah.

“Oalahh… umur berapa kalian?”

“Sarah tahun ini 20 tahun, saya 21 bang. Beda setaon.”

“Ohh gitu. Yaudah dah istirahat gih pada…”

“Iya bang. Mari kita ke belakang dul..”

“Yaa, mari2.”

Setelah Dennis dan Sarah pergi, Arman, Tomi, dan Bian menatap kearah Farhan yang terlihat agak kecewa dari ekspresinya.

“Udah sih cui…. yang muda begitu aja ampe mau elo embat.” Sindir Tomi pertama kali.

“Udah bini orang, brow. Mana masih mudaan dia dibanding kita….” Arman menambah kerunyaman.

“Udah2 sih, kawan kita entar makin jelek gara2 sendiri. Kagak sedih aja udah jelek kan mukanya, apa lagi kalo sedih…” Bian semakin menambah panas hati Farhan “Yok lah ‘cheers’ dulu…”

“Ah biji kuda lah lo semua!! Fakk!!” cela Farhan semakin muram.




つづく
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd